BAB 2 PENAFSIRAN TEKS DALAM PERPEKTIF TEOLOGI FEMINIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 PENAFSIRAN TEKS DALAM PERPEKTIF TEOLOGI FEMINIS"

Transkripsi

1 BAB 2 PENAFSIRAN TEKS DALAM PERPEKTIF TEOLOGI FEMINIS PENDAHULUAN Sudah saatnya bagi perempuan untuk membaca dan menafsirkan Alkitab dari sudut pandangnya sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman subjektifnya bersama Allah. Sistem dan budaya masa kini telah memungkinkan kaum perempuan untuk mengenyam pendidikan yang layak dan dengannya membangun rekonstruksi-rekonstruksi mengenai kisah-kisah Alkitab yang sarat budaya patriarkal. Dalam rangka memberikan penghargaan terhadap perjuangan kaum feminis terhadap upaya ini, sebagian besar pemikiran mereka akan digunakan dalam bagian ini untuk menggambarkan pandangan mereka terhadap teks, bagaimana mereka memaknai teks dan model-model teologi feminis yang berkembang dari hasil pemikiran mereka. Pada akhir bagian ini, penulis akan memberikan kesimpulan untuk merangkum keseluruhan penjelasan dalam Bab ini Lahirnya Teologi Feminis Gereja dibangun berdasarkan tradisi laki-laki dan sama sekali tidak memberi ruang bagi perempuan untuk berperan. Tertulianus (± ZB) mengatakan perempuan adalah pintu gerbang iblis dan akar dari semua dosa, sedangkan Hieronimus ( ZB) menyimpulkan bahwa perempuan bukan saja menjadi asal-usul dosa melainkan semua ajaran sesat sehingga perempuan sejajar dengan ajaran sesat. 1 Thomas Aquinas ( ZB) menyatakan bahwa hanya laki-laki yang segambar dengan Allah dan 1 Schüssier Fiorenza. Untuk Mengenang,

2 perempuan hanya mencerminkan Allah sejauh ia bersama dengan laki-laki. 2 Lebih ekstrim lagi perempuan bahkan dianggap sebagai makhluk yang berbeda dari laki-laki sehingga tidak layak disebut sebagai manusia. 3 Keprihatinan terhadap posisi perempuan, tekad untuk menyuarakan perempuan serta usaha untuk merefleksikan iman dari sudut pandang dan pengalaman kaum perempuan telah melahirkan perjuangan perempuan yang disebut gerakan feminis. Usaha ini pertama kali diperkenalkan oleh Christine de Pizan untuk upaya pembebasan kaum perempuan dari penindasan dengan mengindahkan pengalamannya sendiri, bersikap kritis terhadapnya, menganalisa sikap dan perilaku yang diarahkan pada dirinya sebagai perempuan dan menemukan makna baru menjadi seorang perempuan. Baru pada tahun 1882 istilah feminis diperkenalkan oleh Hubertina Auclret untuk menyebut perjuangan kaum perempuan dalam memperoleh hak politik di Prancis. 4 Perjuangan seperti ini menginspirasi banyak orang untuk terjun ke dalam gerakan feminis, dikalangan Kristen dikenal beberapa teolog feminis yang pemikirannya digunakan dalam tulisan ini, seperti Rosemary Radford Ruether, Anne M Clifford, Elizabeth Cady Stanton, Marie Claire Barth-Frommel, Elizabeth Schüssier Fiorenza, Letty M Ruessel, dan Katharina Doob Sakenfeld. Teolog-teolog feminis ini lahir dari aliran teologi feminis reformis yang meskipun mengakui bahwa tradisi kristen adalah tradisi laki-laki (patriarkal), masih tetap bertahan di dalam gereja mengusahakan cara pandang yang baru terhadap tradisi dengan keyakinan bahwa tradisi ini mengandung unsur-unsur pebebasan yang kuat. Aliran ini sangat bertolak belakang dengan 2 Marie Claire Barth-Frommel. Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu, Pengantar Teologi Feminis. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 8 3 Anne M Clifford. Memperkenalkan Teologi Feminis. (Maumere: Ledalero, 2002), Clifford, Memperkenalkan,

3 pemahaman aliran teologi feminis revolusioner yang memilih meninggalkan gereja dan beralih pada agama para dewi Definisi Teologi Feminis Menurut Para Ahli Dalam sejarahnya, teologi feminis seringkali digambarkan sebagai usaha untuk mengembalikan perempuan kepada sejarah dan sejarah kepada perempuan. Sementara sebagian teks Perjanjian Baru mendiamkan perempuan, teologi feminis berusaha menemukan suara perempuan di dalam teks-teks yang ditulis oleh perempuan dan membaca berbagai teks tentang perempuan yang ditulis oleh laki-laki. 6 Teologi feminis ini tidak saja dibangun oleh perempuan tetapi juga oleh laki-laki yang ingin perempuan dijadikan subjek bukan objek, oleh perempuan yang sedang berusaha mencari sejarah dan jati diri dan tidak bersedia menyamakan dirinya dengan laki-laki, yang berusaha membebaskan dirinya dari pola-pola lama yang membelenggu yang ditentukan oleh laki-laki. 7 Karena itu, beberapa ahli mendefinisikan teologi feminis dalam beberapa pengertian. Anne M Clifford mendefinisikannya sebagai sebuah wawasan sosial yang berakar pada pengalaman kaum perempuan menyangkut diskriminasi dan penindasan oleh karena jenis kelamin, gerakan yang memperjuangkan pembebasan bagi kaum perempuan dari semua bentuk seksisme dengan memperhatikan pengalaman relasi kaum perempuan dengan Allah. 8 Anna Nasimiyu-Wasika yang dikutip Marie Claire Barth-Frommel mengatakan bahwa feminisme menuju suatu masyarakat yang di dalamnya semua orang mampu mewujudkan keutuhan hidupnya. 9 Di sisi lain, Phyllis Trible mendefinisikannya tidak saja sebagai sebuah kritik terhadap budaya dalam terang 5 Elizabeth A Johnson. Kristologi di Mata Kaum Feminis. (Yogyakarta: Kanisius, 2003), Mary T Malone. Women and Christianity. (New Year: Orbis Books, 2001) Barth-Frommel, Hati, Clifford, Memperkenalkan, Barth-Frommel, Hati,

4 misogini (pembenci perempuan) melainkan juga melibatkan kritik teologis. 10 Rosemary R. Ruether menekankan prinsip teologi feminis, yakni the full humanity of women, perempuan menuntut prinsip kemanusiaan penuh bagi dirinya sendiri. 11 Baginya, feminisme adalah sebuah sikap kritis yang menentang paradigma gender patriarkal bahwa laki-laki dengan karakteristik manusianya lebih unggul dan dominan (rasionalitas, kekuasaan) dan perempuan didefinisikan sebagai inferior dan tambahan (intuisi, pasif). Kebanyakan teolog feminis merekonstruksi paradigma gender agar perempuan dapat terlibat secara penuh dan setara dalam peran kemanusiaan. 12 Dalam rangka mencapai tujuan dalam semua definisi ini, para teolog feminis telah berupaya membangun teologi feminis berdasarkan pemahaman dan metodenya masing-masing. Ruether dengan lingkaran hemeneutik, Elisabeth Schüssier Fiorenza dengan hermeneutik feminis, Stanton dengan The Woman s Bible dan Trible dengan penafsiran retorik Cara Pandang Terhadap Teks Anne Clifford dalam bukunya mengemukakan tiga cara pandang utama orang Kristen terhadap Alkitab. Pertama, sebagai firman Allah, berada di luar kemampun nalar insani sehingga harus diterima tanpa syarat. Dalam cara pandang ini, modifikasi terhadap Alkitab sama sekali tidak diperbolehkan. Kedua, Alkitab merupakan wahyu ilahi dalam rekaman manusia yang ditulis di masa lalu oleh orang-orang yang bergumul tentang persoalan hidup dan iman. Alkitab diterima sebagai firman Allah tetapi diberi makna baru. Ketiga, kelompok orang yang bingung menentukan sikap terhadap 10 Schüssier Fiorenza, Untuk Mengenang, Rosemary Radford Ruether, Sexism and God-Talk: Toward a Feminist Theology (Boston:Beacon Press, 1983) Susan Frank Parsons. The Cambridge Companion to Feminist Theology. (New York: Cambridge University Press, 2004), 26 12

5 Alkitab. 13 Dari tiga cara pandang ini, para teolog feminis reformis menempatkan diri pada cara pandang yang kedua. Berdiri pada posisi kedua ini, para teolog feminis reformis mengembangkan dengan bebas pandangannya terhadap teks Alkitab dan dengannya membangun metodemetode untuk rekonstruksi teks. Clifford terutama melihat teks Alkitab sebagai teks kuno yang ditulis selama beberapa abad yang berbeda, di tempat berbeda, oleh para pengarang yang berbeda untuk tujuan yang berbeda juga yang membentuk sebuah perpustakaan teks-teks religius. 14 Schüssier Fiorenza dan Stanton hampir senada dalam memandang teks. Teks Alkitab dilihat sebagai teks androsentrik yang tidak hanya ditulis untuk kepentingan laki-laki, ditafsirkan dari perspektif laki-laki tetapi juga buatan manusia sebagai bentuk ekspresi dari kebudayaan patriarkal. Ia merupakan penyataan ilahi yang diungkapkan dalam bahasa manusia yang terbatas secara historis dan terkondisi secara budaya. Stanton lebih jauh meneliti ajaran teks Alkitab mengenai perempuan, dengan sangat radikal ia menunjuk pada wajah androsentrik Alkitab untuk membuktikan bahwa teks-teks yang membenci perempuan bukanlah firman Allah melainkan dari kaum lelaki, Alkitab tidak saja salah dibaca tetapi pada dirinya sendiri adalah produk seksisme dan Stanton membayangkan teologi feminis dan emansipasi etik darinya. 15 Sedangkan Schüssier Fiorenza lebih menaruh perhatian pada kebisuankebisuan teks tentang perempuan. Teks-teks androsentrik tidak dilihat sebagai data yang informatif dan laporan yang akurat melainkan harus membaca kebisuan-kebisuan teks sebagai realitas yang tidak diungkapkan teks. Untuk tujuan ini dibutuhkan metode kritis feminis seperti seorang detektif yang tidak semata-mata menggunakan hanya fakta-fakta 13 Clifford, Memperkenalkan, Clifford, Memperkenalkan, Parsons, The Cambridge, 6 13

6 sejarah atau mereka-reka bukti tetapi terlibat dalam rekonstruksi imajinasi kreatif tentang realitas historis karena tidak jarang realitas yang sebenarnya terjadi adalah yang bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan teks. 16 Letty M. Russel memahami Alkitab sebagai kabar baik, tulisan rahasia karena berfungsi sebagai tulisan atau semangat hidup, yakni undangan Tuhan untuk bergabung dalam pemulihan keutuhan, kedamaian, keadilan di dunia. Bersama Schüssier Fiorenza, Russel yakin bahwa Alkitab memberikan sebuah bentuk dasar bagi kisah hidupnya yang membentuk pengalaman emosional dan ajakan transformasi. Russel percaya bahwa di mata Tuhan ia bukanlah marginal tetapi seperti orang kulit hitam dan hispanik ia adalah ciptaan Allah dan terpanggil pada janji Alkitab untuk menjadi seperti yang Tuhan inginkan, yakni menjadi rekan dalam pemulihan ciptaan. 17 Trible memilih untuk memusatkan perhatian pada teks Alkitab dan menolak usaha apapun untuk membedakan teks dari tradisi, bentuk dan isi secara metodologis dan menekankan pada struktur teks Alkitab. Baginya, Alkitab adalah seorang pengembara yang berkenala melalui sejarah untuk menggabungkan masa lampau dan masa kini dan suara Allah identik dengan teks Alkitab. Untuk menemukan niat Allah, ia harus mendengarkan dan menafsirkan teks seakurat mungkin dan ia memilih metode penafsiran kritik retorik untuk memusatkan perhatian pada gerak teks. 18 Cara pandang terhadap teks ini memungkinkan beragam metodologi dari para teolog feminis ini untuk melakukan rekonstruksi. 16 Schüssier Fiorenza, Untuk Mengenang, Letty M Russel. Feminist Interpretation of the Bible. (Philadelpia: The Westminster Press, 1985), Schüssier Fiorenza, Untuk Mengenang,

7 1.4. Memaknai Teks Katharina Doob Sakenfeld memperkenalkan tiga pendekatan bagaimana seorang feminis harus membaca Alkitab, pertama, memperhatikan nas Alkitab yang bertentangan dengan nas yang biasa dipakai untuk membatasi perempuan, kedua, memperhatikan seluruh Alkitab untuk memperoleh suatu perspektif teologis yang kritis terhadap patriarki, ketiga, memperhatikan naskah tentang perempuan dari sejarah dan cerita perempuan (dulu/kini) yang hidup dalam suatu lingkungan masyarakat patriarkal. 19 Schüssier Fiorenza mengusulkan hal yang lain. Melihat kenyataan bahwa pada satu sisi teks-teks Alkitab bersifat androsentrik dan di sisi lain teks-teks ini menjadi sumber kekuatan bagi perempuan untuk menemukan uraian historis yang hilang dan menentukan realitas kehidupan yang seharusnya bagi perempuan baik dalam pengalaman yang sebenarnya pada masa Alkitab maupun pengalaman masa kini, ia menegaskan betapa metode hermeneutik kecurigaan dan hermeneutik kenangan adalah suatu kebutuhan mendesak terhadap teks-teks Alkitab. 20 Clifford menerapkan metodologi yang dikemukakan oleh Fiorenza dalam analisis empat tahap pembentukan Alkitab, yakni pengalaman akan penyingkapan diri Allah yang selama ini hanya terbatas pada pengalaman kaum laki-laki, pengulangan secara lisan kisah-kisah komunal, yang diklaim hanya diceritakan oleh kaum laki-laki, kenyataan bahwa perempuan tidak pernah mengangkat pena untuk menulis dan menyunting teks-teks Alkitab serta kanon Alkitab yang merupakan hasil dari proses manusiawi yang panjang dan rumit dan sarat 19 Russel, Feminist, Barth-Frommel, Hati Allah,

8 akan kisah subordinasi kaum perempuan yang diklaim berasal dari Allah. 21 Dalam tahap-tahap ini ia memperlihatkan keandrosentrikan teks Alkitab sekaligus peluang besar untuk melihat realitas historis teks Alkitab. Ruether menekankan bahwa kanon Alkitab merupakan langkah pertama untuk mencari akar pengalaman perempuan yang termarginalkan dalam tradisi gereja dan teologi tradisional dalam rangkan membangun teologi feminis. 22 Usaha yang juga digeluti Schüssier Fiorenza dengan menaruh perhatian yang besar terhadap kepemimpinan perempuan dalam sejarah kekristenan awal dan bagaimana membaca teks-teks yang mendiamkan kaum ini. Ia menggunakan metodologi hermeneutik feminis 23 yakni hermeneutik kecurigaan dan hermeneutik kenangan. Hermeneutik kecurigaan feminis membangkitkan semangat yang menuntut seseorang untuk turut mempertimbangkan pengaruh dari berbagai peran dan pola sikap menyangkut jenis kelamin yang ditentukan secara kultural terhadap Alkitab. Titik tolaknya adalah pengandaian bahwa patriarkat secara mendalam berdampak atas teks-teks Alkitab dan tafsiran-tafsiran atasnya di dalam tradisi Kristen yang mencakup bagaimana teks-teks Alkitab memeperlakukan perempuan di dalam berbagai penuturan kisahnya dan sama sekali mengabaikan pengalaman perempuan tidak saja mengenai apa yang dikatakan tetapi juga apa yang didiamkan mengenai kaum ini. Sedangkan hermeneutik kenangan merupakan sisi lain dari hermeneutik feminis yang mengakui perendahan martabat, pembuangan, penganiayaan dan perbudakan masa lampau yang dialami oleh kaum perempuan dan menjadikan pengalaman-pengalaman tersebut sebagai kenangan yang berbahaya guna menyediakan khazanah yang kaya bagi kita saat ini untuk merancang 21 Anne Clifford, Memperkenalkan, Ruether, Sexism, Hermeneutik feminis mengacu pada teori, seni, dan praktek penafsiran alkitabiah dan teks luar Alkitab kuno untuk kepentingan perempuan 16

9 sebuah teologi zaman ini yang menyembuhkan penderitaan dan kemerdekaan dalam perjuangan. Sejalan dengan ini maka aturan-aturan metodologis berikut ini sangat diperlukan. 24 Pertama, teks-teks dan sumber-sumber historis Yahudi maupun Kristen harus dibaca sebagai teks-teks androsentrik. Kedua, pengagungan maupun penghinaan atau marginalisasi perempuan dalam teks-teks Yahudi harus dipahami sebagai bangunan realitas sosial dalam pengertian patriarkal atau sebagai proyeksi tentang realitas lelaki. Ketiga, kanon-kanon resmi dari hukum patriarkal yang dikodifikasikan pada umumnya lebih membatasi dibandingkan dengan interaksi dan hubungan yang sesungguhnya antara perempuan dan laki-laki dan realitas sosial yang diaturnya. Keempat, status sosial-keagamaan perempuan yang sesungguhnya harus ditentukan melalui tingkatan onotomi ekonomi dan peranan-peranan sosial mereka daripada oleh pernyataanpernyataan ideologis ataupun apa yang seharusnya. Dengan demikian penafsiran feminis bertugas menempatkan semua perempuan di tengah-tengah rekonstruksirekonstruksi historis sebagai tanggapan-tanggapan perempuan terhadap perubahanperubahan sosial yang mempengaruhi hidup mereka, serta di tengah-tengah upaya perempuan untuk mentransformasikan dan mengubah struktur-struktur dan pranatapranata kemasyarakatan. Mengikuti Schüssier Fiorenza, Trible menggunakan hermeneutik feminis untuk terlibat dalam sebuah analisis literer (membaca secara teliti teks Alkitab) dan memberi perhatian yang cermat terhadap kata-kata dan tema-temanya. Pembacaan kembali berciri retoris dan penerapan hermeneutik kecurigaan dan kenangan ini menolongnya memberikan sebuah tafsiran rekonstruktif dengan peluang kebebasan, seperti tafsiran 24 Schüssier Fiorenza, Untuk Mengenang,

10 baru terhadap Kej 2:4b-3: Sementara itu, Ruether lebih tertarik pada pengalaman unik perempuan (women s experiences) dengan berpatokan pada tiga pokok utama dalam bukunya Sexism and God-Talk, metodologi feminisme, sumber-sumber teologi feminis dan norma-norma feminis. Metodologi yang digunakan adalah metode Lingkaran Hermeneutik 26, yakni suatu metode untuk memberi pengertian baru terhadap suatu artikulasi pengalaman yang sedang diteliti dan diperbaharui. 27 Metode ini digunakan untuk menguji pengalaman unik perempuan yang merupakan kekuatan bagi teori kritis untuk menguji teologi tradisional dan tradisi-tradisi gereja. Kriteria pengalamannya adalah pengalaman perempuan berdasarkan pengalaman dalam tradisi laki-laki, pengalaman laki-laki yang telah membentuk tradisi gereja dan komunitas yang mengadopsinya, pengalaman universal, pengalaman penuh laki-laki dan perempuan setara dalam pengertian hukum. Manusia bukan hanya diukur dan diisi oleh pengalaman imajinasi laki-laki saja tetapi keduanya, laki-laki dan perempuan sama-sama menjadi subjek dalam pembentukan kualitas manusia. Ruether membuat hal ini penting karena ia menentukan posisi, prinsip norma dan sumber teologi sebagai pijakan untuk melihat pengalaman unik perempuan dalam tradisi. Metode-metode ini akan coba dikombinasikan sedemikian rupa dan diterapkan dalam rangka membangun rekonstruksi teks Alkitab dan pemuridan yang sederajat oleh Yesus Kristus yang menjadi tujuan utama tulisan ini. 25 Clifford, Memperkenalkan, Metode ini terdiri dari empat tahap: penggambaran tentang pengalaman, menganalisis pengalaman dengan memakai ilmu-ilmu sosial, refleksi teologi dan tindakan. 27 Andri Budinugroho, Mengantar Teologi Feminis Asia Berbicara di Panggung Dunia, diunduh tanggal 26 Juni

11 1.5. Langkah-Langkah Studi Hermeneutik Feminis Berdasarkan berbagai macam cara pandang, pemaknaan, dan metode yang dikembangkan dalam upaya melakukan rekonstruksi teks-teks Alkitab, maka penulis merasa perlu untuk menentukan langkah-langkah dalam melakukan suatu studi hermeneutic feminis terhadap teks Yoh 20: Untuk tujuan ini, penulis berusaha mengkombinasikan berbagai metode yang sudah disebutkan di atas dengan tujuan yang ingin dicapai dari tulisan ini Teks Yoh 20:11-18 merupakan sebuah tulisan hasil refleksi penulis terhadap apa yang disaksikannya dan ia menulis hanya sebagian kecil yang menurutnya penting untuk disampaikan. Sepenggal kisah ini akan menjadi pintu masuk untuk melihat gunung es yang tersembunyi di bawah realitas historis yang nampak dari teks Teks ini adalah produk budaya patriarkal dan ia memperolah bias-bias patriarkal Studi hermeneutik feminis terhadap teks dengan menerapkan metode hermeneutik kecurigaan dari Schüssier Fiorenza dengan memperhatikan kriteria pengalaman menurut Ruether Merekonstruksi model pemuridan yang sederajat dari kisah Maria Magdalena dalam teks Yoh 20:11-18 berdasarkan hasil studi hermeneutik feminis yang telah dilakukan. KESIMPULAN Lahirnya teologi feminis telah memberikan perspektif baru bagi perempuan dan akhir perjuangan yang melegahkan bahwa penindasan yang dialami oleh perempuan 19

12 tidak pernah berasal dari Allah melainkan dari budaya patriarkal. Perjuangan yang diawali oleh Christine de Pizan diikuti oleh para teolog feminis akhirnya menghantar tulisan ini pada kekayaan metode yang digunakan para teolog feminis. Berbagai pendekatan yang dikemukakan oleh Elizabeth Cady Stanton, Anne M Clifford, Elisabeth Schüssier Fiorenza, Letty M Russell, Rosemary R Ruether dan Phyllis Trible merupakan jalan masuk untuk melakukan rekonstruksi terhadap teks-teks Alkitab dan memberikan sinyal perlunya bertahan pada tradisi kekristenan dengan pembaharuanpembaharuan paradigma terhadap teks Alkitab dan realitas historis mengenai perempuan. 20

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA PENDAHULUAN Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa setiap orang baik laki-laki dan perempuan dipanggil untuk bergabung dalam

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. Beberapa ahli yang bekecimpung di dalam gerakan teologi feminis mendefenisikan teologi feminis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Galilea. Kesaksian Alkitab mengatakan bahwa murid Yesus berjumlah dua belas orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Galilea. Kesaksian Alkitab mengatakan bahwa murid Yesus berjumlah dua belas orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yesus memulai pelayanannya dari sebuah tempat di kawasan utara Palestina. Di daerah inilah Yesus memilih murid-muridnya yang pertama, tepatnya di tepi danau Galilea.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman.

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Tinjauan Buku Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Buku yang berjudul God and the Rethoric of Sexuality ini ditulis oleh Phyllis

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. BAB V PENUTUP Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. Kesimpulan Teologi pluralisme agama memang simpatik karena ingin membangun teologi

Lebih terperinci

Ester Damaris Wolla Wunga Yusak B. Setyawan. Abstrak

Ester Damaris Wolla Wunga Yusak B. Setyawan. Abstrak Maria Magdalena dan Pemuridan yang Sederajat Suatu Studi Hermeneutik Feminis Terhadap Model Pemuridan yang Sederajat dari Kisah Maria Magdalena dalam Yohanes 20:11-18 Ester Damaris Wolla Wunga Yusak B.

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan

UKDW. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hidup yang penuh berkelimpahan merupakan kerinduan, cita-cita, sekaligus pula harapan bagi banyak orang. Berkelimpahan seringkali diartikan atau setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Virginia Wollf, seperti yang dikutip oleh Putranti mengungkapkan, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Virginia Wollf, seperti yang dikutip oleh Putranti mengungkapkan, bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Virginia Wollf, seperti yang dikutip oleh Putranti mengungkapkan, bahwa semua masyarakat terbentuk atas dasar penindasan laki-laki yang dengan sengaja membuat

Lebih terperinci

STUDI SPIRITUAL-FEMINIS TERHADAP TAMAR DALAM II SAMUEL 13:1-22

STUDI SPIRITUAL-FEMINIS TERHADAP TAMAR DALAM II SAMUEL 13:1-22 STUDI SPIRITUAL-FEMINIS TERHADAP TAMAR DALAM II SAMUEL 13:1-22 Abstrak Diskriminasi terhadap perempuan telah terjadi disepanjang sejarah peradaban manusia bahkan terjadi juga dalam cerita-cerita yang dimuat

Lebih terperinci

MARIA MAGDALENA DAN PEMURIDAN YANG SEDERAJAT

MARIA MAGDALENA DAN PEMURIDAN YANG SEDERAJAT MARIA MAGDALENA DAN PEMURIDAN YANG SEDERAJAT Suatu Studi Hermeneutik Feminis Terhadap Model Pemuridan yang Sederajat dari Kisah Maria Magdalena dalam Yohanes 20:11-18 Ester Damaris Wolla Wunga Yusak B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penulis Injil Yohanes memulai dan menutup pelayanan Yesus di muka umum (Yoh. 2-12) dengan kisah mengenai seorang perempuan: dimulai dengan kisah ibu Yesus dan

Lebih terperinci

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tulisannya yang berjudul Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia 1, Eka Darmaputera memaparkan tentang pentingnya teologi kontekstual dengan bertolak dari keprihatinan

Lebih terperinci

Misiologi David Bosch

Misiologi David Bosch Misiologi David Bosch Definisi Sementara Misi. 1. Iman Kristen bersifat misioner, atau menyangkali dirinya sendiri. Berpegang pada suatu penyingkapan yang besar dari kebenaran puncak yang dipercayai penting

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Seksualitas merupakan pemberian dari Allah. Artinya bahwa Allah yang membuat manusia bersifat seksual. Masing-masing pribadi merupakan makhluk seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penginjilan merupakan salah satu dimensi yang esensial dari misi Kristen. Gereja bertanggungjawab untuk mewartakan injil ke seluruh dunia, untuk memberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan. Keadaan Indonesia beberapa tahun terakhir ini sering mengalami masa krisis, misalnya saja krisis di bidang ekonomi, politik, keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus Kristus, keempat injil ini adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan

Lebih terperinci

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang SUPLEMEN MATERI KHOTBAH PELKAT 10 11 MARET 2017 Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah Tanggal Penulisan: 80-95 M Latar Belakang YOHANES 4 : 27 54 Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I I. LATAR BELAKANG Ada sebuah percakapan menarik antara Chuang Tzu, seorang pemikir mistik dan banyak belajar dari Lao Tzu, dengan Hui Tzu, seorang ahli logika yang tergabung dalam Aliran Namanama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan mengenai masalah iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan keselamatan memang sudah ada sejak dulu kala 1. Pada satu pihak, ada orang

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Amina Wadud Konsep terstruktur untuk menafsirkan Al Qur

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Dikutip dari buku: UCAPAN PAULUS YANG SULIT Oleh : Manfred T. Brauch Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara - Malang - 1997 Halaman 161-168 BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Sama

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN

@UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) sebagai tubuh Kristus adalah salah satu denominasi gereja tertua dan terbesar di Sumatera Utara yang kantor pusatnya berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

FEMINISME DARI PERSPEKTIF PROTESTAN

FEMINISME DARI PERSPEKTIF PROTESTAN FEMINISME DARI PERSPEKTIF PROTESTAN Vic. Dianita Aprissa L. Taranau, M.Si, Dosen STT GKS dan sekretaris Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi (Peruati) cabang Sumba. Abstrak Artikel ini mencoba menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal Pada 26 Oktober 2016, penulis melontarkan suatu pertanyaan terbuka pada laman akun Facebook-nya. Pertanyaan itu berbunyi, Jika ada suatu teknologi

Lebih terperinci

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi

Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme Skripsi Diajukan kepada Fakultas Teologi Dalam Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman merupakan sebuah konsep yang telah lama ada dan berkembang diantara orang-orang percaya. Umumnya mereka selalu menghubungkan konsep pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

RESENSI BUKU The Story of Israel: A Biblical Theology

RESENSI BUKU The Story of Israel: A Biblical Theology RESENSI BUKU Judul Penulis : The Story of Israel: A Biblical Theology : C. Marvin Pate, J. Scott Duvall, J. Daniel Hays, E. Randolph Richards, W. Dennis Tucker Jr. and Preben Vang : Downers Grove, Illinois:

Lebih terperinci

12 Petunjuk Sederhana untuk membaca Alkitab (Bahasa Indonesian) How to Read the Bible ~12 Simple Guidelines

12 Petunjuk Sederhana untuk membaca Alkitab (Bahasa Indonesian) How to Read the Bible ~12 Simple Guidelines 12 Petunjuk Sederhana untuk membaca Alkitab (Bahasa Indonesian) How to Read the Bible ~12 Simple Guidelines Doctrine Information offered by the National Working Group on Doctrine THE UNITING CHURCH IN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI KRITIS TEOLOGIS TENTANG DENDA ADAT MASYARAKAT MOA. pemikiran kritis teologis tentang kedudukan perempuan secara Kristiani.

BAB IV REFLEKSI KRITIS TEOLOGIS TENTANG DENDA ADAT MASYARAKAT MOA. pemikiran kritis teologis tentang kedudukan perempuan secara Kristiani. BAB IV REFLEKSI KRITIS TEOLOGIS TENTANG DENDA ADAT MASYARAKAT MOA Bab ini merupakan bab refleksi teologis tentang kedudukan perempuan dalam denda adat hubungan di luar nikah. Mengingat masyarakat Moa adalah

Lebih terperinci

Yesus yang Asli. oleh Kermit Zarley

Yesus yang Asli. oleh Kermit Zarley Yesus yang Asli oleh Kermit Zarley Yesus dari Nazaret adalah manusia yang paling terkenal yang pernah hidup di muka bumi ini. Namun siapakah dia? Untuk mengenal dia, kita perlu mengarahkan perhatian kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.

Lebih terperinci

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia Tujuan: Jemaat memahami bahwa Allah menghendaki umat-nya hidup dalam kekudusan Jemaat bertekad untuk hidup dalam kekudusan Jemaat menerapkan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

Alkitab dan kita: Bagaimana menafsirkan Alkitab. 2 Petrus 1:20. Bagaimana Alkitab mengubah hidup kita? 2 Petrus 1:21.

Alkitab dan kita: Bagaimana menafsirkan Alkitab. 2 Petrus 1:20. Bagaimana Alkitab mengubah hidup kita? 2 Petrus 1:21. Lesson 10 for June 3, 2017 Yesus memberitahukan kedatangan dan misinya dalam FirmanNya melalui para nabi: Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit Surat-surat Am DR Wenas Kalangit 22 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Ibrani dan Am Catatan Umum Delapan surat terakhir dalam PB disebut juga dengan nama: Surat-surat Am atau Umum. Disebut demikian karena

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 14Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM REFLEKSI IMAN KRISTIANI Untuk apa kita diciptakan?

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN Bagian Satu 11 Kompendium Katekismus Gereja Katolik *************************************************************** BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN 12 Kompendium 14 Kompendium Lukisan ini menggambarkan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat BAB IV Refleksi Teologis Salah satu perbedaan yang dihadapi baik didalam gereja, masyarakat, maupun didalam sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat tertanam

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN Dalam bab ini, penulis akan melakukan tinjauan kritis terhadap model penyuluhan agama berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB IV. Refleksi Teologis BAB IV Refleksi Teologis Budaya patriarki berkembang dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia dan mengakibatkan adanya pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja ini menyebabkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Paham Dosa Kekristenan Dosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada umumnya dipahami bahwa warga gereja terdiri dari dua golongan, yaitu mereka yang dipanggil penuh waktu untuk melayani atau pejabat gereja dan anggota jemaat biasa.

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur Naskah Pertja Objek penelitian yang digunakan dalam kajian skripsi ini adalah naskah drama yang berjudul Pertja karya Benjon atau Benny Yohanes. Lakon

Lebih terperinci

Peranan Perempuan Dalam Gereja. Agnes Widanti

Peranan Perempuan Dalam Gereja. Agnes Widanti Peranan Perempuan Dalam Gereja Agnes Widanti 1 CV Nama : Agnes Widanti Lahir : Jogya 26 Sep. 1942 Pendidikan : S1, S2 UGM, S3 Undip Pekerjaan: Ketua Prog. Madgister Hukum Kesehatan. Guru Besar FH UNIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE

PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE Pandangan Freire tentang Netralitas Kelompok Netralitas yang memiliki ideologi yang sama Netralitas gereja yang berkaitan dengan sejarah dan politik

Lebih terperinci

Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia. Oleh: Queency Christie Wauran. Abstrak

Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia. Oleh: Queency Christie Wauran. Abstrak Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia Oleh: Queency Christie Wauran Abstrak Artikel ini ditulis sebagai tugas dalam kuliah Teologi Kontekstual Asia, dengan mengambil ide pemikiran Choan-Seng

Lebih terperinci

Belajar dari Kristus

Belajar dari Kristus SAAT TEDUH HARI KE-2 Belajar dari Kristus Bacaan Alkitab: Mazmur 33; Roma 6:5-11 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender

Lebih terperinci