KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PROTEKSI TRANSMISI 70 kv SEGMEN BITUNG TONSEA LAMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PROTEKSI TRANSMISI 70 kv SEGMEN BITUNG TONSEA LAMA"

Transkripsi

1 Yohanis S Rompon, Koordinasi Over Current Relay Proteksi Transmisi 70 kv KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PROTEKSI TRANSMISI 70 kv SEGMEN BITUNG TONSEA LAMA Yohanis S. Rompon Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Manado Sulawesi Utara yohanisrompon@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menghitung setting Over Current Relay (OCR) (2) Memperoleh selektivitas yang memuaskan diantara sesama OCR. Koordinasi Over Current Relay (OCR) Jaringan Tegangan Tinggi pada Segmen Bitung Tonsea Lama. Dalam sistem ini OCR hanya sebagai proteksi cadangan dari relay jarak. Meskipun hanya sebagai proteksi cadangan, namun posisi proteksi cadangan tidak kalah pentingnya dengan proteksi utama. Setelah ditelusuri, masing-masing segmen transmisi yang menghubungkan antara Gardu Induk Bitung - Gardu Induk Sawangan dan segmen yang menghubungkan antara Gardu Induk Sawangan Gardu Induk Tonsea Lama memiliki tiga unit OCR sebagai proteksi cadanganya. Secara teoritis, kondisi yang ada pada sistem yang menjadi objek kajian ini harusnya dua unit sudah cukup. Dengan kondisi relay proteksi yang berlapis-lapis dan arus gangguan dari dua arah, sulit bahkan tidak dapat diperoleh koordinasi yang memuaskan dari penampilan OCR yang terpasang pada GI Sawangan. Akibatnya, seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap segmen transmisi akhirnya memiliki proteksi cadangan hingga tiga unit. Kata kunci: Koordinasi, Over Current Relay (OCR) Kegagalan suatu sistem proteksi tidak saja disebabkan oleh satu-satunya relay, akan tetapi berasal dari beberapa sumber, mulai dari CT, rangkaian control dan bahkan karena kegagalan peralatan pemutus tenaganya (PMT) sendiri. Untuk meningkatkan keandalan sistem proteksi di lingkungan PT. PLN (Persero), khususnya untuk sistem tegangan tinggi (saluran transmisi dengan tegangan di atas 66 kv) dilakukan dengan sistem proteksi berlapis sehingga kerusakan akibat kegagalan salah satu proteksi dapat dikurangi atau dieliminasi oleh peralatan proteksi lainya yang relevan. Tergantung pada desain sistem, penerapan proteksi pada saluran transmisi tegangan tinggi umumnya adalah relay jarak (distance relay) sebagai proteksi utama (main protection) kemudian relay arus lebih (OCR) sebagai proteksi pembantu (back-up protection). Jaringan tegangan tinggi pada segmen Bitung-Tonsea lama yang dikelola PT. PLN (Persero) Wilayah VII Suluttenggo, merupakan jaringan yang sangat strategis, dimana ketiga unit pembangkit yaitu PLTD Bitung, PLTA Tanggari dan PLTA Tonsea Lama diparalelkan melalui jaringan tersebut (paralel pada sistem yang sama). Karena posisinya yang demikian strategis, maka keandalan sistem secara keseluruhanya perlu mendapatkan perhatian. Berdasarkan kedua hal di atas, penulis ingin memperhitungkan koordinasi antara OCR yang terpasang pada jaringan tegangan tinggi pada segmen antara Bitung Sawangan dan Sawangan Tonsea lama sehingga walaupun relay proteksi ini hanya sebagai cadangan, namum akan beroperasi sebagaimana mestinya, yaitu tidak boleh gagal dan tidak boleh salah operasi. TINJAUAN PUSTAKA Suatu sistem tanaga listrik terbagi dalam seksi-seksi yang satu sama lain bisa dihubungkan atau dipisahkan melalui PMT(CB). Setiap seksi diamankan oleh relay proteksi. Kawasan pengaman suatu relay proteksi adalah bagian dari sistem yang menjadi tanggung jawab relay tersebut untuk mendeteksi kondisi abnormal yang terjadi didalamnya dan dengan bantuan PMT akan memisahkan seksi bila kondisi abnormal itu sudah tidak dapat ditolerir. Karena bagian yang terganggu telah terpisah, maka bagian yang lainnya dapat beroperasi dan terselamatkan. Jadi walaupun relay hanya mengamankan kawasannya sendiri tetapi

2 MEDIA ELEKTRIK, Volume, Nomor 1, Juni 2010 hakekatnya mengamankan seluruh sistem yang dilewati arus gangguan yang menuju suatu kawasan yang mengalami gangguan. Penerapan arus relay yang benar mensyaratkan pengetahuan dari besarnya arus gangguan yang mengalir pada masing-masing bagian jaringan ketika terjadi hubung singkat. Karena pengujian dalam skala besar normalnya tidak praktis, maka analisa sistem harus dilakukan. Untuk studi setting relay, diperlukan data sebagai berikut : 1. Diagram segaris sistem yang memperlihatkan tipe dan rating peralatan proteksi dan CT-nya. 2. Impedansi semua komponen sistem, yaitu mesin,trafo dan rangkaian feeder dalam satuan Ohm atau per-unit. 3. Nilai arus hubung singkat maksimum dan minimum yang mungkin melalui masingmasing peralatan proteksi. 4. Arus dan waktu starting motor dan stallingtime motor induksi. Arus beban puncak yang memalui alat proteksi 6. Kurva penyusutan yang memperlihatkan nilai penyusutan arus gangguan dari generator 7. Kurva prestasi CT Relay Arus Lebih Pengamanan sistem atau peralatan terhadap arus lebih semacam ini disebut sebagai proteksi arus lebih. Ada tiga macam proteksi arus lebih, yaitu : 1. Proteksi beban lebih (overload protection) 2. Proteksi hubungan singkat (short circuit protection) 3. Proteksi gangguan tanah (earth fault protection) Relay hubungan singkat terhubung dikawat fasa yang juga dialiri arus beban, oleh karena itu nilai setting arusnya harus lebih besar dari arus beban maksimum bahkan arus beban lebih yang dibolehkan. Demikian pula dengan relay beban lebih. Gambar 1, memperlihatkan hubungan antara trafo arus untuk ketiga macam proteksi arus lebih. Karena arus beban umumnya seimbang, maka relay beban lebih sebenarnya cukup dipasang pada salah satu fasanya saja, namun banyak pula yang memasang relay pada ketiga fasanya. Arus beban lebih biasanya hanya sekitar 1,0 2 kali arus beban penuh sedangkan arus hubung singkat dapat mencapai kali arus nominalnya atau bahkan lebih tinggi. Oleh karena itu karakteristik relay beban lebih sangat berbeda dengan relay hubungan singkat. CT I > I > = relay hubungan singkat I th > = relay beban lebih I 0 > = relay gangguan tanah I > I th > Gambar 1. Hubungan antara CT dan 3 macam relay proteksi arus lebih Relay hubung singkat dapat mendeteksi arus yang rendah (kurang dari 1, kali nilai settingnya) akan tetapi tidak dapat berfungsi sebagai pengaman beban lebih dengan akurat, yaitu tidak trip lebih cepat untuk arus beban lebih yang lebih tinggi. Relay beban lebih harus dapat menghindari panas yang berlebihan pada alat yang diamankanya, namun harus tetap memberikan kesempatan operasi dengan beban lebih selama suhunya masih diperbolehkan. Karena itu karakteristik relay beban lebih mengikuti fungsi exponensial sesuai dengan karakateristik pemanasan dan pendinginan dari alat yang diamankanya. Nilai konstanta thermalnya harus dipilih sesuai dengan konstanta thermal alat yang akan diamankan. Sebagai alternatif untuk proteksi beban lebih adalah menggunakan temperature relay. Relay beban lebih dipakai juga oleh PLN sebagai relay pembatas untuk membatasi arus beban pelanggan sesuai dengan daya tersambungnya. Prinsip-prinsip Time/Current Grading Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan koordinasi relay yang benar yaitu, apakah melalui waktu, besar arus gangguan (arus lebih), atau waktu dan besar arus gangguan kedua-duanya. Ketiga metode tersebut bertujuan sama yaitu memberikan diskriminasi yang benar, yaitu masing-masing metode harus memilih dan melepaskan bagian yang terganggu dari sistem. 1. Diskriminasi Dengan Waktu Dalam metode ini, suatu interval waktu diberikan pada masing-masing relay yang I 0

3 Yohanis S Rompon, Koordinasi Over Current Relay Proteksi Transmisi 70 kv mengontrol PMT di dalam sistem tenaga untuk menjamin bahwa PMT yang terdekat dengan gangguan yang pertama kali membuka. Prinsip ini diilustrasikan kurva karakteriktik OCR. PMT proteksi dipasang di ujung setiap seksi sistem. Masing-masing unit proteksi terdiri dari definite time delay OCR dimana operasi dari elemen yang sensitif terhadap arus akan memicu elemen time delay (penunda waktu). Definite time delay relay dalam hal ini kadang-kadang dijelaskan sebagai independent definite time delay relay karena untuk tujuan praktis waktu kerja/operasi relay tidak tergantung pada nilai arus gangguan. Oleh karena itu, elemen time delay dari relay saja yang merupakan alat untuk mencapai tujuan diskriminasi. L K J H F G Gambar 2. Sistem radial dengan Relay H dapat diset pada waktu yang terpendek yang memungkin fuse memutus untuk gangguan disisi sekunder trafo. Suatu kelambatan waktu yang khas sebesar 0,2 detik adalah memadai. Karena itu, secara khusus relay yang mengontrol macam-macam PMT operasinya diset pada nilai sadapan yang sesuai sedemikian sehingga relay yang terdekat dengan gangguan saja yang akan mengetrip PMT-nya. Untuk gangguan di F1 dengan arus 8800 A, relay yang mengontrol PMT pada J diset bekerja pada arus gangguan 8800 A dan dalam teori yang sederhana akan memproteksi kabel pada seksi diantara J dan H. Akan tetapi di sini terdapat dua titik praktis yang mempengaruhi koordinasi dengan metode ini yaitu: a. Tidak praktis untuk membedakan arus gangguan di titik F1 dan F2 karena jaraknya hanya beberapa meter dengan perubahan arus sebesar 1%. b. Dalam praktek, harus ada variasi dalam nilai arus gangguan sumber, secara khas dari 20 MVA ke 130 MVA. Pada nilai gangguan terendah, arus gangguan tidak melebihi 6800 A untuk gangguan pada kabel di dekat J, sehingga setting relay sebesar 8800 A tidak akan memproteksi di bagian mana saja pada kabel tersebut. Dengan demikian, diskriminasi arus bukan merupakan rencana/usulan yang praktis untuk grading yang benar di antara PMT J dan H. Akan tetapi, permasalahan berubah secara nyata bilamana ada perbedaan impedansi yang berarti diantara kedua PMT tersebut. Generator : 11 kv, 20 MVA X = 0,48 Ω J F1 H F2 F3 G F4 0,24 Ω 0,04 Ω Trafo : 4 MVA 11 /3,3 kv X = 2,12 Ω Gambar 3. Sistem radial dengan diskrinisai arus Jika gangguan terjadi pada F dan relay H akan bekerja dalam waktu 0,2 detik untuk membersihkan gangguan sebelum relay J,K dan L bekerja. Kelemahan utama dari diskriminasi dengan metode ini adalah waktu pembersihan gangguan yang paling lama terjadi justru didekat sumber dengan nilai arus atau MVA gangguan tertinggi. 2. Diskriminasi dengan Arus Diskriminasi arus didasarkan pada kenyataan bahwa arus gangguan berubah sesuai dengan posisi gangguan karena perbedaan nilai impedansi di antara sumber dan titik gangguan. Kondisi ini dapat dilihat dengan meninjau grading yang disyaratkan diantara PMT H dan G. Anggap suatu gangguan terjadi pada F4 dengan arus sebesar 2200 A. Untuk kondisi ini, relay yang mengontrol PMT H dan setting arus operasi pada arus 2200 A ditambah safety margin sehingga relay tidak operasi untuk gangguan pada F4 maka ada diskriminasi dengan relay G. Anggap safety margin 20% untuk mengijinkan adanya error pada relay 10% dan 10% untuk variasi impedansi, maka setting relay pada H sebesar 1,3 x 2200 A cukup masuk akal. Sekarang anggap suatu gangguan terjadi pada F3, yaitu di ujung kabel suplai/penyulang

4 MEDIA ELEKTRIK, Volume, Nomor 1, Juni 2010 trafo dengan arus gangguan sebesar 200 A, maka dapat kita lihat bahwa, relay pada H akan beroperasi secara benar untuk angguan dimana saja pada kabel 11 kv yang menyulang trafo. 3. Diskriminasi dengan Waktu dan Arus Adanya beberapa keterbatasan diskriminasi relay melalui grading waktu atau grading arus maka telah dikembangkan metode diskriminasi melalui arus dan waktu dengan time OCR. Time OCR memiliki karakteristik waktu arus yang berbanding secara terbalik yaitu waktu berbanding terbalik dengan arus gangguan dan karakteristik relay yang sebenarnya adalah fungsi kedua parameter tersebut. arus gangguan minimum. Daftar arus hubungan singkat maksimum dan minimum sistem ditunjukkan pada Tabel 1. a. Setting relay R4 untuk PMT B4 I f = 30% 16,1 = A danarusterkecilyangmasukrelay Þ PilihCT 0: ÞI = =, A p 0 Setting arus R4 = A. Setting A ini sama dengan = 11 kali pada skala MCS Karena relay R4 berada di ujung line maka tidak perlu dikoordinasikan dengan relay manapun j 1 Y j Y B B2 B3 B4 j 9,6 j 6,4 j 8,0 j 12,8 Y Y Gambar 4. Sistem radial, koordinasi waktu dan arus Gambar (4) menunjukan sebagian dari suatu sistem radial 13,8 kv. Untuk keadaankeaadaan kerja tertentu, sistem ini dapat dioperasikan hanya dengan satu unit trafo saja dari dua unit trafo yang tersedia (minimum). Anggaplah rel disisi tegangan tinggi trafo adalah suatu rel yang tak terhingga. Rancanglah suatu sistem proteksi untuk gangguan-gangguan antar fasa dan gangguan tiga fasa. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Setting Over Current Relay Tabel 1. Daftar arus hubungan singkat maksimum dan minimum sistem Gangguan pada rel I F3Φ max (Ampere) I F2Φ min (Ampere) ,2 68, 430,7 300,7 202,7 1380,0 472,6 328,6 237,9 16,1 Dengan mempertimbangkan arus gangguan minimum sudah jauh lebih besar dari arus beban maksimum maka sensitivitas relay dapat ditingkatkan dengan mengeset relay pada 30% sehingga harus bekerja secepat-cepatnya, karena itu dapat dipilih skala TMS yang terkecil yaitu 0, Lihat kurva TCC pada gambar 4. Jadi setting R4 adalah : MCS = 11 dan TMS = 0,. b. Setting Relay R3 untuk PMT B3 Relay R3 ini harus membantu R4 bila gagal sehingga harus dikoordinasikan. Untuk membantu R4, R3 harus merespon juga arus terkecil yang dirasakan R4 yang besarnya 30% dari 16,1 A. Jadi dapat dipilih CT untuk R3 ini adalah 0 : dan setting R3 juga sebesar A. Untuk mendapatkan koordinasi yang memuaskan antara kedua relay R3 dan R4, relay R3 harus bekerja lebih lambat minimal 0,3 detik dari R4, tetapi untuk arus tertinggi yang dirasakan R4. Dengan perbandingan CT 0 : Arus yang masuk ke R3 adalah : Ip = 300,7 = 30,1 A 0 Karena relay diset pada A, ini sama dengan 30,1 = 6,0 kali pada skala MCS. MCS = 6 dan TMS = 0,

5 Yohanis S Rompon, Koordinasi Over Current Relay Proteksi Transmisi 70 kv diperoleh t 3 = 0,13 detik. Karena harus ada keterlambatan waktu koordinasi sebesar 0,3 detik maka waktu operasi relay R3 harus sebesar : t op3 = 0,3 + 0,13 = 0,43 detik. Dari skala MCS 6 dan t op3 = 0,43 detik diperoleh TMS = 2 Jadi setting R3 adalah : MCS = 6 dan TMS = 2 c. Setting Relay R2 untuk PMT B2 Arus gangguan terkecil rangkaian dirasakan oleh R2 adalah sebesar 237,9 A dan 30% dari arus ini adalah 71,73 A, karena itu dapat dipilih CT :. Dengan CT tersebut arus minimum yang masuk ke relay adalah : Ip = 71,73 = 3,9A ; Setting arus R2 = 4,0 A Dalam membantu R3, keterlambatan waktu R2 juga 0,3 detik tetapi untuk arus terbesar yang dilihat R3. Dengan CT 0 :, arus maksimum pada relay R3 adalah 430,7 = 43,07 A 0 karena R 3 diset A, maka arus maksimum 43,07 43,07 A memberikan : = 8, 6 kali dalam skala MCS untuk R3. Sementara arus gangguan ini juga masuk pada R2 yaitu sebesar : 430,7 = 21,34 A ; karena R2 diset 4A maka kita dapatkan : 21,34 =,38»,4 kali dalam skala MCS untuk 4 R2 MCS = 8,6 dan TMS = 2 memberikan t 3 = 0,31 detik. Untuk koordinasi yang memuaskan waktu operasi relay R2 adalah : t op2 = 0,3 + 0,31 = 0,61 detik Pada MCS =,4 untuk R2 dan t op2 = 0,61 detik berkenaan dengan TMS = 2,6. Jadi seeting R2 adalah : MCS =,4 dan TMS = 2,6 d. Setting Relay R1 untuk PMT B1 Arus terkecil dimana Ra harus respon adalah 30% dari 328,6 yaitu sebesar 98,8 A, karenaitu dapat kita pilih CT :. Arus terkecil yang masuk relay adalah : 98,8 = 4,93 A ; Setting arus R1 = A Pada arus sebesar 68, dan CT : arus maksimum yang masuk R2 adalah : 68, = 32,93 A ; karena setting R3 adalah 4 A maka kita dapatkan : 32,93 = 8,23 kali pada skala MCS untuk R2 4 Dengan cara yang sama untuk R1, tetapi setting arus A kita peroleh : 68, = 6,6 kali pada skala MCS untuk R1 MCS = 8,23 dan TMS = 2,6 untuk R2 memberikan : t 2 = 0,39 detik Untuk koordinasi yang memuaskan antara R1 dan R2, R1 harus bekerja lebih lambat 0,3 detik dari R2 yaitu : t op1 = 0,3 + 0,39 = 0,69 detik Nilai MCS = 6,6 dan t op1 = 0,69 detik untuk R1 berkenaan dengan TMS = 3,4 Jadi setting R1 adalah : MCS = 6,6 dan TMS = 3,4 2. Saluran Transmisi Tegangan 70 KV Saluran transmisi tegangan 70 kv dari GI bitung ke - GI Sawangan kemudian saluran transmisi dari GI tonsea Lama ke GI Sawangan diperlihatkan pada gambar () Terlihat bahwa GI sawangan berada ditengah antara GI Bitung dan GI Tonsea Lama. Selain dari PLTD Bitung dan PLTA Tonsea Lama, melalui saluran transmisi 70 kv PLTA Tanggari I dan Tanggari II juga masuk ke GI Sawangan. Dengan demikian GI Sawangan merupakan tempat dimana semua sistem pembangkit minahasa diparalelkan. Dari gambar terlihat juga bahwa semua saluran transmisi merupakan rangkaian ganda (parallel). Semua saluran transmisi diproteksi dengan Realy Jarak yang ditata sedemikian rupa sehingga proteksinya berlapis-lapis. Khusus untuk saluran transmisi dari GI Bitung ke - GI Sawangan kemudian saluran transmisi dari GI Tonsea Lama ke GI Sawangan secara skematis diperlihatkan gambar () Meskipun telah diproteksi dengan relay jarak yang berlapis-lapis, proteksi saluran transmisi tersebut masih di-tambah lagi dengan OCR sebagai proteksi cadangan. Demikian tingginya derajat proteksi yang diterapkan pada sistem ini mengingat kedudukannya yang memang sangat vital dalam operasi penyaluran energi listrik untuk keseluruhan sistem Minahasa. Selain itu ketika

6 MEDIA ELEKTRIK, Volume, Nomor 1, Juni 2010 terjadi gangguan dititik yang mana saja pada salah satu salurannya, arus yang mengalir menuju titik gangguan akan sangat besar karena disuplai dari beberapa stasiun pembangkit dan saluran transmisi ini juga yang paling dekat dengan sunber. Dengan demikian bila terjadi hubung singkat dan tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerusakan yang hebat, terutama pada titik gangguan dan saluran lainya. yang terdekat dengan titik gangguan. dan RJ Zone 3, maka OCR1 akan merespon kemudian mentripkan CB1. Untuk gangguan pada F2, relay jarak (RJ1Zone2) respon dan CB1 trip, juga Relay Jarak (RJ4Zone2) respon dan CB4 trip dengan waktu setting 400 milidetik. Jika kedua relay tersebut gagal, maka OCR2 dan OCR 3 yang akan menghentikan aliran arus dari arah SWG dan BTG. RJ1Zone3 TL RJ1Zone2 RJ3Zone2 RJ1Zone1 SWG RJ3Zone1 CB1 CB2 CB3 CB4 OCR 1 OCR 2 OCR3 OCR 4 RJ2Zone 1 RJ4Zone1 RJ2Zone 2 RJ4Zone2 BTG RJ4Zone 3 Gambar. Diagram skematis penataan relay jarak dan OCR TL F1 81 L 800 F2 94 L 6,7 0 CB1 81 L L 87,4 0 CB2 CB3 6 L 87, L 6,7 0 F3 CB3 BTG SWG Gambar 6. Diagram skematis aliran dan besar AHS 3 fasa minimum Dalam kondisi proteksi relay jarak yang berlapis-lapis dan arus gangguan yang datang dari beberapa arah, setting dan koordinasi antar relay jarak dan relay jarak dengan OCR merupakan pekerjaan yang sangat menantang. Jika terjadi gangguan pada saluran transmisi, aliran dan besar arus dari unit-unit pembangkit dapat dilukiskan seperti gambar 6. Sedangkan data arus gangguan selengkapnya diperlihatkan pada Tabel 1. Untuk simulasi gangguan yang berada pada area diantara GI TL dan GI SWG (titik F1) Relay Jarak Zone 1 (RJ1 Zone 1) dan (RJ2 Zone 1) akan respon dan CB1 dan CB2 akan trip dalam waktu seketika (Instantenous). Dari gambar terlihat, jika RJ1Zone1 dan RJ2Zone1 gagal, maka 800 milidetik RJ4Zone3 akan respon dan CB4 trip. Karena relay RJ1 tidak diback-up oleh RJZone2 Pada gangguan di F3, Relay Jarak (RJ3Zone1) dan (RJ4Zone1) respon dan CB3, juga CB4 trip seketika dalam waktu bersamaan. Jika relay tersebut gagal, maka Relay Jarak (RJ1Zone3) respon dan CB1 trip setelah 800 milidetik, karena Relay Jarak (RJ4) tidak di back up oleh relay jarak Zone 2 dan Zone 3, maka OCR 4 respon dan CB4 trip. Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa keterlambatan waktu koordinasi antar sesama relay jarak adalah 400 milidetik atau 0,4 detik. 3. Operasi Over Current Relay (OCR) Mengingat OCR hanya sebagai proteksi cadangan (back-up) yang bekerjanya dengan keterlambatan waktu maka sebelum kita memperhitungkan koordinasinya dengan relay jarak, kita periksa dahulu karakteristik operasinya

7 Yohanis S Rompon, Koordinasi Over Current Relay Proteksi Transmisi 70 kv pada nilai arus gangguan yang tersedia. Kurva karakteristik relay yang digunakan adalah type inverse-time Nilai AHS yang akan dijadikan dasar setting OCR adalah AHS 2-fasa minimum dan arus beban maksimum dari masing-masing GI yang besarnya adalah :.. hingga %. Berdasarkan keterangan di atas dapat kita lihat bahwa perbandingan antara besar arus gangguan dan arus beban cukup tinggi sehingga memungkinkan untuk memilih setting arus relay yang rendah. Tabel 1. Daftar arus gangguan pada busbar sistem Minahasa PTI INTERACTIVE POWER SYSTEM SIMULATOR-PSS/E WED, Feb :27 THREE PHASE FAULT ONE PHASE FAULT X BUS X /I+/ AN(I+) /IA/ AN(IA) [RANOMUT ] AMPS [SAWANGAN ] AMPS [TGR ] AMPS [TGR ] AMPS [TGR ] AMPS [BITUNG ] AMPS [TONSEALAMA ] AMPS [TELING ] AMPS [TOMOHON ] AMPS [IBT 10.00] AMPS [KAWONGKOAN 10.00] AMPS [LAHENDONG ] AMPS [LOPANA 10.00] AMPS [TASIKRIA ] AMPS [OTAM 10.00] AMPS [LIKUPANG ] AMPS AHS fasa-fasa dari TL ke SWG: I TS = 3 81 = 03 A 2 AHS fasa-fasa dari SWG ke BTG: I SB = 3 6 = 871A 2 AHS fasa-fasa dari SWG ke TL : I ST = = 797 A 2 AHS fasa-fasa dari BTG ke SWG : I BS = 3 94 = 826 A 2 ABP SWG ke TL : 93 A ABP BTG ke SWG : 161 A Sedangkan CT yang digunakan adalah : 400/1A; otomatis rating relay juga 1 A. Jadi range arus setting relay dapat dipilih mulai 0,1 ; 0,2 ; 0,3 hingga 1,0 atau 10%, 20% Untuk arus beban sebesar 93 A dari GI SWG ke TL, arus yang masuk ke relay adalah : 1 93 = 0,23A 400 Jadi setting OCR pada seksi ini dapat dimulai dari 0,2 A hingga 1 A (2 % %) Untuk arus beban sebesar 161 A dari GI BTG ke SWG, arus yang masuk relay adalah : = 0,40 A 400 Jadi setting OCR pada seksi ini dapat dimulai dari 0,4A hingga 1 A (4% - %) Berdasarkan gambar 6, untuk gangguan di F1 OCR1 dan OCR2 harus trip secepat mungkin dan akan dibantu oleh OCR 3 bila OCR2 gagal. Bila gangguan terjadi dititk F2, OCR 2 dan OCR 3 harus trip secepat mungkin dan akan dibantu oleh OCR1 bila OCR2 gagal dan OCR4 akan membantu OCR3 bila relay ini gagal. Pada

8 MEDIA ELEKTRIK, Volume, Nomor 1, Juni 2010 gangguan dititik F3, OCR3 dan OCR4 yang harus trip secepat mungkin dan akan dibantu oleh OCR2 bila OCR3 gagal. 4. Keterlambatan Waktu Koordinasi OCR dengan Relay Jarak Keterlambatan waktu koordinasi yang aman untuk OCR umumnya adalah tidak kurang dari 0,3 detik (300 milidetik) dari relay pengaman utamanya. Dengan memperhatikan waktu operasi relay jarak yang telah ada, maka waktu operasi OCR dengan keterlambatan waktu 300 milidetik minimal adalah sebagai berikut : t OCR1 = Instan m.detik = 300 m.detik atau 0,3 detik t OCR2 = Instan m.detik = 300 m.detik atau 0,3 detik t OCR3 = t OCR2 = 0,3 detik t OCR4 = t OCR1 = 0,3 detik Dasar setting waktu OCR tersebut belum memperhitungkan kesalahan pada CT dan relay sendiri dan waktu antara respond relay dan PMT mulai terbuka. Koreksi terhadap kesalahan total umumnya tidak lebih dari 0,1 detik Dengan memperhitungkan adanya kesalahan-kesalahan tersebut, maka keterlambatan waktu koordinasi maksimum untuk masingmasing OCR adalah : t OCR1 = 0,3 detik + 0,1 detik = 0,4 detik t OCR2 = 0,3 detik + 0,1 detik = 0,4 detik t OCR3 = t OCR2 = 0,4 detik t OCR4 = t OCR1 = 0,4 detik DAFTAR PUSTAKA Blackburn, J. Lewis, Protective Relaying, Priciples and Application, Marcel Dekker Inc.: New York. GEC Measurements, Protective Relays, Applications Guide, ICA Advertising & Marketing Ltd. Manchester: UK Komari, Ir.,2002. Proteksi Sistem Tenaga Listrik Filosofi, Strategi dan Analisa untuk Peningkatan Keandalan, PT. PLN (Persero) Jasa Pendidikan dan Latihan: Semarang Stevenson, William D, Jr., 1984, Analisa Sistem Tenaga Listrik. Terjemahan Ir Kamal Idris, Edisi IV. Erlangga:Jakarta SIMPULAN Dengan mempelajari kondisi saluran tegangan tinggi antara GI Bitung GI Sawangan dan GI Sawangan GI Tonsea Lama dan setelah menghitung setting OCR pada segmen jaringan diatas dapat kita simpulkan bahwa : 1. Untuk setiap gangguan pada saluran transmisi segmen GI Bitung dan GI Sawangan proteksi jarak akan bekerja seketika dan jika gagal terdapat tiga unit proteksi cadangan yang tersedia yaitu OCR1, OCR2 dan OCR3 yang akan trip 0,4 detik kemudian 2. Untuk setiap gangguan yang terjadi pada saluran transmisi segmen GI Sawangan dan GI Tonsea Lama proteksi jarak akan bekerja seketika dan jika gagal juga terdapat tiga unit proteksi cadangan yaitu OCR2, OCR3 dan OCR4 yang akan trip 0,4 detik kemudian.

KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PROTEKSI TRANSMISI 70 KV SEGMEN BITUNG TONSEA LAMA

KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PROTEKSI TRANSMISI 70 KV SEGMEN BITUNG TONSEA LAMA KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PROTEKSI TRANSMISI 70 KV SEGMEN BITUNG TONSEA LAMA Yohanis S Rompon, Koordinasi Over Current Relay Proteksi Transmisi 70 kv KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PROTEKSI TRANSMISI

Lebih terperinci

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK Simulasi Over Current Relay (OCR) Menggunakan Karateristik Standar Invers. Selamat Meliala SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA

Lebih terperinci

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa 1 Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa Filia Majesty Posundu, Lily S. Patras, ST., MT., Ir. Fielman Lisi, MT., dan Maickel Tuegeh, ST., MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00) JURNAL MEDIA TEKNIK VOL. 8, NO.3: 2011 KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00) KASMIR Staf Pengajar Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN I Putu Dimas Darma Laksana 1, I Gede Dyana Arjana 2, Cok Gede Indra Partha 3 1,2,3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi terhadap tenaga listrik ialah sistem pengamanan yang dilakukan ternadap peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga listrik.

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia   Abstrak Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DAN DASAR RELE ARUS LEBIH PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN REGION JAWA TENGAH DAN DIY Fa ano Hia. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1

Lebih terperinci

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci :

ABSTRAK Kata Kunci : ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal 4.1. Data yang Diperoleh BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah dikumpulkan untuk menunjang dilakukannya perbaikan koordinasi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Oleh : Duta Satria Yusmiharga 2208 100 162 Dosen Pembimbing : 1. Prof.Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc.,Ph.D

Lebih terperinci

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41 Jurnal ELTEK, Vol 12 Nomor 01, April 2014 ISSN 1693-4024 KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM 1000+ SERI M41 Heri Sungkowo 1 Abstrak SEPAM (System Electronic Protection Automation Measurement)1000+

Lebih terperinci

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah

Lebih terperinci

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008 40 MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008 Riana TM, Estimasi Lokasi Hubung Singkat Berdasarkan Tegangan dan Arus ESTIMASI LOKASI HUBUNG SINGKAT BERDASARKAN TEGANGAN DAN ARUS Riana T. M Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Nandha Pamadya Putra¹, Hery Purnomo, Ir., MT.², Teguh Utomo, Ir., MT.³ ¹Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan : BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data yang Diperoleh Dalam penelitian ini menggunakan data di Pembangkit listrik tenaga panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG JENIS GANGGUAN 1. BEBAN LEBIH 2. HUBUNG SINGKAT 3. TEGANGAN LEBIH

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam operasi pelayanan penyediaan energi listrik khususnya di GI Bungaran, sistem tenaga listrik dapat mengalami berbagai macam gangguan, misal gangguan dari hubung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih ANALSS KOORDNAS RELE ARUS LEBH DAN PENUTUP BALK OTOMATS (RECLOSER) PADA PENYULANG JUNREJO kv GARDU NDUK SENGKALNG AKBAT GANGGUAN ARUS HUBUNG SNGKAT Mega Firdausi N¹, Hery Purnomo, r., M.T.², Teguh Utomo,

Lebih terperinci

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK Makalah Seminar Kerja Praktek KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK Oktarico Susilatama PP 1, Ir. Agung Warsito, DHET 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe

Lebih terperinci

BAB V RELE ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY)

BAB V RELE ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY) BAB V RELE ARUS LEBH (OVER CURRENT RELAY) 5.1 Pendahuluan Saluran dilindungi oleh relai arus lebih, relai jarak dan rele pilot, tergantung pada persyaratan. Relay arus lebih adalah sederhana, murah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5 EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5 Mahfudh Sanusi *), Juningtyastuti, and Karnoto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada bab ini penulis membahas secara umum metode penelitian, yaitu penelitaian yang dilaksanakan melalui tahap-tahap yang bertujuan mencari dan membuat pemecahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 3.1 RELE JARAK Pada proteksi saluran udara tegangan tinggi, rele jarak digunakan sebagai pengaman utama sekaligus sebagai pengaman cadangan untuk

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Yusuf Ismail Nakhoda, Awan Uji Krismanto, dan Maskur Usmanto Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

Studi Koordinasi Rele Pengaman Sistem Tenaga Listrik di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk.

Studi Koordinasi Rele Pengaman Sistem Tenaga Listrik di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Studi Koordinasi Rele Pengaman Sistem Tenaga Listrik di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk. Galang Agung Asdany, Margo Pujiantara, dan Sjamsjul Anam. Teknik

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Tujuan Melakukan analisis terhadap sistem pengaman tenaga listrik di PT.PLN (PERSERO) Melakukan evaluasi

Lebih terperinci

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b. DAFTAR ISI JUDUL SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSYARATAN GELAR... iv LEMBAR PENGESAHAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x

Lebih terperinci

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 77 Vol. 4, No. 2 : 77-84, Agustus 2017

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 77 Vol. 4, No. 2 : 77-84, Agustus 2017 Dielektrika, [P-ISSN 2086-9487] [E-ISSN 2579-650X] 77 Vol. 4, No. 2 : 77-84, Agustus 2017 KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN RELE GANGGUAN TANAH PADA GARDU INDUK AMPENAN The Coordination Of Over Current Relay

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Teori Umum Proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik. Tujuan utama dari suatu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI Oleh ADRIAL MARDENSYAH 04 03 03 004 7 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 46 ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) I Gusti Putu Arka, Nyoman Mudiana, dan

Lebih terperinci

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Eka Setya Laksana Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU 1 EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAMPEKANBARU Hasrizal Rusymi, Dr. Ir.Margo Pujiantara, MT. 1), Ir. Teguh Yuwono. 2) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian mengenai pengaman yang terdapat pada busbar 150 kv telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan pengaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah berupa Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA BAB GANGGUAN PADA JARNGAN LSTRK TEGANGAN MENENGAH DAN SSTEM PROTEKSNYA 3.1 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem

Lebih terperinci

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR 1 STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR Albertus Rangga P. 2206100149 Jurusan Teknik Elektro ITS Surabaya Abstrak - Suatu industri membutuhkan sistem kelistrikan

Lebih terperinci

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. FEEDER PROTECTION Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. DIAGRAM SATU GARIS PEMBANGKIT TRAFO UNIT TRANSMISI SISTEM GENERATOR BUS HV TRAFO P.S BUS TM GARDU INDUK PERLU DIKOORDINASIKAN RELAI PENGAMAN OC + GF ANTARA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai. 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

Bambang Prio Hartono, Eko Nurcahyo, Lauhil Mahfudz Hayusman 1

Bambang Prio Hartono, Eko Nurcahyo, Lauhil Mahfudz Hayusman 1 ANALISIS SISTEM PROTEKSI DIRECTIONAL OVER CURRENT RELAYS (DOCR) DENGAN INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION (DG) PADA PENYULANG JOLOTUNDO Bambang Prio Hartono, Eko Nurcahyo, Lauhil Mahfudz Hayusman 1 Abstrak:

Lebih terperinci

Koordinasi Setting Relai Jarak Pada Transmisi 150 kv PLTU 2 SULUT 2 x 25 MW

Koordinasi Setting Relai Jarak Pada Transmisi 150 kv PLTU 2 SULUT 2 x 25 MW Koordinasi Setting Relai Jarak Pada Transmisi 15 kv PLTU 2 SULUT 2 x 25 MW 1 Nopransi Semuel, Hans Tumaliang, Lily S. Patras, Marthinus Pakiding. Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115, Email:

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH UPRATING SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 kv TERHADAP SETTING RELE JARAK ANTARA GI KAPAL GI PADANG SAMBIAN GI PESANGGARAN

STUDI PENGARUH UPRATING SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 kv TERHADAP SETTING RELE JARAK ANTARA GI KAPAL GI PADANG SAMBIAN GI PESANGGARAN STUDI PENGARUH UPRATING SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 kv TERHADAP SETTING RELE JARAK ANTARA GI KAPAL GI PADANG SAMBIAN GI PESANGGARAN Supriana S.K. 1, Dyana Arjana, I.G. 2, Amrita, A.A.N. 3 1,2,3

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama

Lebih terperinci

EVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK

EVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK EVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK Oleh : I Made Agus Mahardiananta Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Ir. R. Wahyudi Latar Belakang

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati Galuh Indra Permadi¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Mahfudz Shidiq, MT.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makalah Seminar Kerja Praktek PENGUJIAN OVER CURRENT RELAY (OCR) Abdurrahman Ghifari (L2F 009 120) Email: ghifari.abdurrahman@gmail.com Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak

Lebih terperinci

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng. Rifgy Said Bamatraf 2207100182 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng. Latar Belakang Masalah Batasan Masalah Sistem Kelistrikan PLTU dan PLTG Unit Pembangkit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN v HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : STUDI ANALISA PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN GROUND FAULT DETECTOR (GFD) PADA JARINGAN 20 KV PLN DISJAYA TANGERANG Badaruddin 1, Achmad Basofi 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR PERSAMAAN... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK ii iii iv v vi

Lebih terperinci

Pertemuan ke :2 Bab. II

Pertemuan ke :2 Bab. II Pertemuan ke :2 Bab. II Pokok bahasan : Proteksi dengan menggunakan relay Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam relay, fungsi dari relay, prinsip kerja, karakteristik relay dan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING

BAB IV. ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING BAB IV ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING 4.1 Umum Relai jarak pada umumnya dipakai untuk proteks isaluran transmisi. Relai jarak mempunyai zona zona proteksi yang disetel dalam

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan oleh: FAJAR WIDIANTO D 400 100 060 JURUSAN

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG Teknologi Elektro, Vol. 15, No.2, Juli - Desember 2016 53 STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG I Komang Anom Astana Ady 1,

Lebih terperinci

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB Sepannur Bandri Fakultas Teknologi industry, Institut Teknologi Padang e-mail: sepannurbandria@yahoo.com

Lebih terperinci

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA Presentasi Sidang Tugas Akhir (Gasal 2013/2014) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN

Lebih terperinci

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR Nanda Dicky Wijayanto 2210 105 071 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, Ph.D.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT... ABSTRAK Gangguan hubung singkat yang terjadi pada sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan terputusnya penyaluran tenaga listrik kepada konsumen. Gangguan tersebut bisa disebabkan dari gangguan internal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500. kv KRIAN - GRESIK

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500. kv KRIAN - GRESIK BAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500 kv KRIAN - GRESIK 4.1 Umum Relai jarak pada umumnya dipakai untuk proteksi saluran transmisi. Relai jarak mempunyai zona zona proteksi yang disetel

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan oleh: INDRIANTO D 400 100

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI INDONESIA, GRESIK JAWA TIMUR. Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT.

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI INDONESIA, GRESIK JAWA TIMUR. Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT. STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI INDONESIA, GRESIK JAWA TIMUR Pendahuluan Teori Penunjang Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT. Wilmar Hasil Simulasi dan Analisis Penutup

Lebih terperinci

STUDI KOORDINASI FUSE

STUDI KOORDINASI FUSE STUDI KOORDINASI FUSE DAN RECLOSER PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM. 6 GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR) Riko Jogi Petrus Pasaribu (1),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS 4.1 Gangguan Transmisi Suralaya Balaraja Pada Pembangkit PLTU Suralaya terhubung dengan sistem 500KV pernah mengalami gangguan CT (Current Transformer)

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga

Analisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga Analisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga Fitrizawati 2, Siswanto Nurhadiyono 3 Muhammad Imron 1 1,2,3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Listrik disalurkan ke konsumen melalui Sistem Tenaga Listrik. Sistem Tenaga Listrik terdiri dari beberapa subsistem, yaitu Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi.

Lebih terperinci

BAB III. 1) Perhitungan aliran daya yang masuk dan keluar dari satu bus penyulang (feeder bus) untuk mengetahui arus beban maksimum

BAB III. 1) Perhitungan aliran daya yang masuk dan keluar dari satu bus penyulang (feeder bus) untuk mengetahui arus beban maksimum 55 BAB III SKEMA DAN SIMULASI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN RELE GANGGUAN TANAH SEBAGAI PENGAMAN MOTOR INDUKSI, KABEL DAN TRAFO PADA PLANT XI DI PT INDOCEMENT 3.1 Umum Dalam simulasi koordinasi rele arus

Lebih terperinci

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Presentasi Sidang Tugas Akhir (Genap 2010) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Eka Setya Laksana

Lebih terperinci