BAB I PENDAHULUAN. steel deck sebagai bekisting permanen pada struktur pelat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. steel deck sebagai bekisting permanen pada struktur pelat."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terdapat adanya teknologi baru yang dapat mempercepat penyelesaian pelaksanaan proyek secara tepat dalam penggunaan alat, material dan tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan standart pelaksanaan proyek, dengan biaya digunakan seekonomis mungkin dan mutu yang dapat diandalkan. Salah satu teknologi baru tersebut adalah penggunaan steel deck sebagai bekisting permanen pada struktur pelat. Pada teknologi baru menggunakan steel deck ini diharapkan dapat membantu percepatan waktu dalam pelaksanaan pengecoran pelat. Dalam hal ini dapat menguntungkan para konstruktor dibandingkan memakai bekisting kayu biasa. Namun teknologi penggunaan steel deck ini tidak dimanfaatkan pada pembangunan gedung SMKN 6 Surabaya. Sehingga didapat waktu yang cukup panjang dalam pembangunan gedung tersebut. Padahal proses pembangunan gedung tersebut diminta waktu yang secepatnya, mengingat fungsi bangunan adalah sebagai tempat kegiatan belajar mengajar yang akan segera digunakan. Dengan mengacu pada permasalahan di atas, maka pada Proyek Pembangunan Gedung SMKN 6 Surabaya kami jadikan sebagai studi kasus untuk memperoleh alternatif-alternatif baru. Dengan menggunakan metode 1

2 steel deck sebagai bekisting permanen dan menggunakan bantuan alat berat, diharapkan dapat memperoleh alternatif pelaksanaan pekerjaan yang lebih efisien ditinjau dari segi waktu dan biaya Perumusan Masalah Permasalahan pokok yang terkait dengan perhitungan waktu dan biaya pada proyek tersebut, antara lain adalah : 1. Bagaimana dengan penggunaan steel deck pada pengecoran pelat sebagai alternatif pengganti bekisting kayu. 2. Bagaimana dengan penggunaan steel deck tersebut membantu percepatan waktu dan biaya seminimal mungkin Maksud dan Tujuan 1. Dengan penggunaan steel deck pada pengecoran pelat sebagai alternatif pengganti bekisting kayu diharapkan dapat menguntungkan para konstruktor. 2. Diharapkan dengan penggunaan steel deck tersebut membantu percepatan waktu dan biaya seminimal mungkin Batasan Masalah Batasan masalah dalam perhitungan ulang ini adalah : 1. Pengecoran pelat lantai dan pelat atap menggunakan steel deck (papan baja) 2. Pekerjaan struktur utama meliputi pekerjaan pondasi dan struktur atas dengan mengasumsikan struktur atap pelat beton. 2

3 3. Harga dasar yang digunakan dalam perhitungan material dan upah pekerja sesuai dengan kontrak proyek tersebut Manfaat Manfaat dari perhitungan ulang pada skripsi ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam metode pelaksanaan yang menggunakan steel deck sebagai bekisting permanen pada struktur pelat lantai. 3

4 BAB II TINJAUAN TEORI Perhitungan Waktu Dan Biaya Pembangunan Gedung SMKN 6 Surabaya Dengan Menggunakan Steel Deck Pada Struktur Pelat Lantai Definisi : Waktu Waktu untuk merencanakan dan melukiskan secara grafis dari aktifitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi dikenal beberapa metode antara lain : Diagram Balok (Bar Chart) Alat ukur ini diciptakan oleh Henry Gannt dan sering disebut dengan nama Gant Bar Chart. Sumbu x adalah skala waktu sedangka sumbu y adalah aktivitasaktivitas yang direncanakan untuk diukur waktu pelaksanaannya yang digambarkan dengan garis tebal secara horizontal. Panjang batang tersebut menyatakan lamanya suatu aktivitas dengan waktu awal dan waktu selesai. Suatu proyek umumnya mempunyai suatu titik pendahuluan, batas waktu pelaksanaan dan terdiri dari 4

5 kumpulan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas yang telah dibuatkan batasannya secara baik dan akhirnya bila proyek telah selesai diberikan tanda batas akhirnya. Tabel 2.1 : Contoh Diagram Balok a. Keuntungan Diagram Balok Diagram balok mempunyai sejumlah manfaat dibandingkan dengan system penjadwalan lainya. Bentuk grafiknya sederhana dan mudah dimengerti oleh semua tingkatan manejemen oleh karena itu dapat diterima secara luas, Demikian juga penggunaannya didalam pelaksanaan. Juga merupakan alat perencanaan dan penjadwalan yang luas yang hanya memerlukan sedikit penyempurnaan dan pembaharuan dari pada system system yang lebih canggih. b. Kelemahan Diagram Balok Beberapa kelemahan diagram balok dapat antara lain adalah : - Hubungan antara masing-masing aktivitas tidak 5

6 dapat dilihat dengan jelas - Diagram balok sulit untuk dipergunakan dalam pekerjaan pengawasan. - Alternatif untuk memperbaiki jadwal pelaksanaan yang lain tak dapat dibaca pada diagram balok. - Bila satu atau beberapa aktivitas mengalami keterlambatan maka gambaran situasi keseluruhan proyek sulit untuk diketahui secara tepat. Masing-masing metode memiliki ciri-ciri sendiri dan dipakai secara kombinasi pada proyek-proyek konstruksi. Dasar pemilihan untuk metode-metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya. Pada dasarnya suatu pekerjaan konstruksi dipecah-pecah menjadi seperangkat pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai satu unit pekerjaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki suatu perkiraan jadwal yang tertentu Precedence Diagram Methode (PDM) Diagram precedence merupakan penyempurnaan dari diagram panah, karena diagram panah pada prinsipnya hanya memakai satu jenis hubungan aktivitas yaitu hubungan akhir awal (End Start relationship) pada diagram precedence dapat digambarkan adanya empat hubungan awal awal (Start to Start). awal akhir (Start - 6

7 End), akhir awal (End to Start) dan akhir akhir (End End). Diagram precedence dapat dibuat dengan node diagram atau construction block diagram. Ciri ciri diagram precedence adalah sebagai berikut : - Aktivitas aktivitas tidak dinyatakan dengan panah melainkan dimasukkan node, Lingkaran atau kotak. - Anak panah/garis penghubung tidak mempunyai duration, sehingga pada diagram precedence tidak diperlukan aktivitas dummy lagi sehingga diagram menjadi lebih bersih. Presedence Diagram Methode adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON. Disini kegiatan dituliskan di dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan bersangkutan. Dengan demikian dummy yang dalam CPM dan PERT merupakan tanda yang penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, di dalam PDM tidak diperlukan. Precedence Diagram Methode dibagi berdasarkan : Kegiatan, Peristiwa, dan Atribut Ruangan dalam node dibagi menjadi kompartemenkompartemen kecil yang berisi keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan 7

8 atribut. Pengaturan denah (lay out) kopartemen dan macam serta jumlah atribut yang hendak dicantumkan bervariasi sesuai keperluan dan keinginan pemakai. Beberapa atribut yang sering dicantumkan di antaranya adalah kurun waktu kegiatan (D), identitas kegiatan (nomor dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES, LS, EF, LF, dan lain-lain). Kadang-kadang di dalamkotak node dibuat kolom kecil sebagai tempat mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan membantu mempermudah mengamati dan memonitor progres pelaksanaan kegiatan. 1 Kegiatan A Kegiatan B Kegiatan C Gambar 2.1 : Contoh Diagram Metode AOA/CPM A 40% A 60% B 40% B 60% C 40% C 60% Gambar 2.2 : Kegiatan-kegiatan dipecah menjadi 40% dan 60% bagian. 8

9 Kegiatan A Kegiatan B Kegiatan C (A 40% selesai) (B 40% selesai) Gambar 2.3 : Kegiatan disajikan dengan metode PDM Nomor Urut Nomor dan Nama Kegiatan ES Nama Kegiatan Kurun Waktu (D) EF Tgl. mulai : ES/LS Kurun waktu : D Tgl. selesai : ES/LS Float total : F LS (tanggal) (tanggal) LF Progres Penyelesaian (%) a. b. Gambar 2.4 : Denah yang lazim pada node PDM Konstrain, Lead, dan Lag Telah disinggung bahwa pada PDM, anak panah hanya sebagai penghubung atau memberikan keterangan hubungan antar kegiatan, dan bukan menyatakan kurun waktu kegiatan seperti halnya pada CPM. Karena PDM tidak terbatas pada aturan dasar jaringan kerja CPM (kegiatan boleh mulai setelah kegiatan yang mendahuluinya selesai), maka hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar 9

10 kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir = (F), maka ada 4 macam konstrain yaituawal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF), akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau terlambat tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului (j) dan satuan waktu adalah hari, maka penjelasan labih lanjut adalah sebagai berikut : a) Konstrain Selesai ke Mulai (FS) Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS(i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai. Konstrain FS Kegiatan (i) FS (i-j) = a Kegiatan (j) Gambar 2.5 : Contoh Konstrain FS b) Konstrain Mulai ke Mulai (SS) 10

11 Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SS(i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Kegiatan (i) SS (i-j) = b Kegiatan (j) Gambar 2.6 : Contoh Konstrain SS c) Konstrain Selesai ke Selesai (FF) Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Kegiatan (i) FF (i-j) = c Kegiatan (j) Gambar 2.7 : Contoh Konstrain FF 11

12 d) Konstrain Mulai ke Selesai (SF) Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SF(i-j) = d yang berarti suatu kegiatan (j) selasai d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Kegiatan (i) SF (i-j) = d Kegiatan (j) Gambar 2.8 : Contoh Konstrain SF Biaya Rencana anggaran biaya suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut. Pada dasarnya anggaran biaya ini merupakan bagian terpenting dalam menyelenggarakan pembuatan bangunan itu. Membuat anggaran biaya berarti menaksir atau memperkirakan harga dari suatu barang, bangunan atau benda (Sumber: Ibrahim, 2001). 12

13 Dalam menyusun anggaran biaya dalam penelitian ini dilakukan dengan cara anggaran biaya teliti. Anggaran biaya teliti ialah bangunan atau proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat penyusunan anggaran biaya. Penyusunan anggaran biaya yang dihitung dengan teliti didasarkan/didukung oleh bestek, gambar bestek dan harga satuan pekerjaan Perhitungan Anggaran Biaya Terdiri Dari 5 Hal Pokok, Yaitu : a. Menghitung banyaknya bahan yang dipakai dan harganya (Sumber: Lock, 1990) b. Menghitung jam kerja buruh (jumlah dan harga) yang diperlukan (Sumber: Austen dan Neale, 1984) c. Menghitung jenis dan banyaknya peralatan (Sumber: Austen dan Neale, 1984) d. Menghitung biaya-biaya yang tidak terduga perlu diadakan (Sumber: Lock, 1990) e. Menghitung prosentase keuntungan, waktu, tempat dan jenis pekerjaan Tahap-Tahap Penyusunan RAB Dalam penyusunan RAB proyek terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 13

14 1. Bill of Quantity (BQ) 2. Analisa biaya konstruksi (SNI) 3. Harga Satuan Pekerjaan (HSP) 4. Rencana Anggaran Biaya (RAB) 5. Rekapitulasi Harga Satuan Pokok Pengertiannya adalah jumlah harga bahan dan upah, tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapatkan dari harga di pasaran dan dikumpulkan dalam suatu daftar yang disebut Daftar Harga Satuan Bahan. Untuk upah tenaga kerja didapatkan dilokasi dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang disebut Daftar Harga Satuan Upah. Sebelum menyusun dan menghitung harga satuan pekerjaan seseorang harus mampu menguasai cara pemakaian analisa BOW ( Burgerlijke Openbare Werken) ialah suatu ketentuan yang ditetapkan Dir BOW tanggal 23 Pebruari 1921 jaman pemerintahan Belanda. Analisa BOW digunakan untuk proyek padat karya dengan alat konvensional, karena sudah tidak relevan dengan kebutuhan pembangunan. Namun demikian masih dipergunakan sebagai pedoman dalam penyusunan anggaran biaya. 14

15 Harga Analisa = koef BOW x harga satuan upah/material (Rencana dan estimate real of cost,h. Bahtiar Ibrahim, hal 134) Untuk perhitungan rancangan anggaran biaya cara secara umum bisa disimpulkan sebagai berikut: RAB = Σ ( Volume x Harga Satuan Pekerjaan ) (Rencana dan estimate real of cost, H. Bahtiar Ibrahim, hal 165) Untuk mencari prosentase bobot pekerjaan dengan : PBP = Volume x Harga satuan x 100 % Harga Bangunan (Rencana dan estimate real of cost, H. Bahtiar Ibrahim, hal 169) Steel Deck Steel deck merupakan pengganti bekisting kayu yang dipasang secara permanen pada pelat. Serta metode pemasangannya dianggap lebih mudah daripada menggunakan bekisting kayu. Penggunaan steel deck ini diharapkan dapat mempercepat waktu pembuatan pelat lantai maupun atap secara konvensional Cara Pemasangan Lembaran steel deck diletakan diatas balok-balok pemikul (beam), baik diatas kostruksi beto n maupun pada konstruksi baja, kemudian segera dimatikan/dipakukan atau 15

16 di-las, jika perletakan di atas kostruksi baja. Hal tersebut untuk menghindari dari geseran perletakan lembaran steel deck pada kedudukannya. Cara perletakan steel deck pada umumnya minimum 5 cm dari bibir balok pemikul.untuk sambungan arah memanjang,jarak perletakan steel deck satu dengan lainnya diusahakan seminimal mungkin. Usahakan perletakan lembaran Steel Deck bisa menutup dua atau tiga bentangan balok pemikul (continuous span), agar lebih praktis dan menghemat waktu baik dalam pemasangan maupun dalam pengangkutan. Lembaran Steel Deck pada waktu beton masih basah berfungsi sebagai bekisting dan merupakan lantai kerja paling aman bagi pekerja lainnya.tapi hindarkan terjadinya pemusatan beban diatas lembaran steel deck yang belum berfungsi tersebut. Disarankan, gunakanlah papan balok kayu untuk lintasan jalan para pekerja. 16

17 Gambar 2.9 : Lembaran Steel Deck Dan Detail Potongan 1. IMW STEEL DECK 1000 innovasi dari IMW yang merupakan penyempurnaan dari Floor Deck yang ada dipasaran,dengan kelebihan pemakaian beton material yang lebih ekonomis. 2. IMW STEEL DECK 1000 lebih cepat dan lebih mudah dalam pemasangan, baik pada konstruksi beton ataupun pada konstruksi baja. 3. IMW STEEL DECK 1000 lebih efisien dalam waktu pemasangan dengan material yang lebih lebar. Spesifikasi Bahan : Bahan Dasar : Baja High Tensile G550 Tegangan leleh minimum 5500kg/cm² Lapis Lindung Tebal Coating : Hot Dip Galvanized : Z22 (220gr/m²) Tebal Standart : 0.75 (TCT/m²), (7 kg/m²) 1.05 (TCT), (10 kg/m²) Standart Bahan : ASTM A 653 SNI Tinggi Gelombang Lebar Efektif : 50mm : 1000 mm 17

18 18

19 Pelat Konvensional (Bekisting Kayu) Pada pekerjaan proyek konstruksi terutama pekerjaan struktur beton bertulang, kayu diperlukan sebagai bahan utama pembuatan bekisting untuk membentuk dimensi beton. Bekisting ini akan membentuk dimensi elemen struktur kolom, balok, plat, dinding, listplank, dan lain-lain sesuai dengan dimensi rencana. Sejauh ini di Indonesia, material yang digunakan sebagai bekisting terutama adalah kayu. Kayu pada bekisting digunakan sebagai konstruksi penahan beban sementara dan sebagai pembentuk dimensi atau permukaan elemen struktur beton bertulang. Gambar 2.10 : Struktur Pelat Menggunakan Bekisting Kayu Syarat Bekisting Kayu - Kuat - Kokoh / stabil - Tidak bocor 19

20 - Mudah dibongkar - Ekonomis - Bersih Bagian-Bagian Konstruksi Bekisting Kayu Bagian acuan : a.cetakan b. Gelagar balok c.gelagar untuk cetakan lantai/pengaku cetakan balok. d. Papan penjepit cetakan Bahan Yang Digunakan a. Kayu b. Multipleks c. Paku d. Benang Bahan Pelepas Cetakan Berfungsi untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton. Bahan-bahan yang digunakan : a. Minyak Pelumas b. Meni c. Air d. Kapur 20

21 e. Plastik Pemakuan - Pemakuan yang berhubungan langsung dengan cetakan berfungsi sebagai pegangan agar tidak bergeser, shg pemakuan hanya sedikit saja dan panjang paku tidak terlalu panjang - Untuk pemakuan yang lain minimal dua buah paku dan dibuat tidak segaris Pembongkaran - Pembongkaran dilakukan bila umur beton telah mencapai cukup umur ( 28 hari ) - Pada cetakan samping pembongkaran bisa dilakukan lebih dahulu dari pada cetakan bawah Type Pekerjaan Bekisting 1. Sistem konvensional / tradisional - Banyak bahan terbuang - Tenaga kerja banyak - Waktu kerja lama - Pemakaian berulang terbatas 2. Sistem penuh / pabrikan - Biaya investasi tinggi - Umur pemakaian lama 21

22 - Multiguna dan dilengkapi dengan gambar sistem BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Penulisan Skripsi Berikut ini diagram alur penelitihan : LATAR BELAKANG MAKSUD DAN TUJUAN PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA Data Primer 1. Obsevarsi (pengumpulan data) 2. Dokumentasi (table) Data Skunder 1. Tinjauan Teori 2. Peraturan2 setempat METODE PENELITIAN ANALISA KESIMPULAN SARAN 22

23 Gambar 3.1 : Diagram Penulisan Skripsi 3.2. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilakukan survei awal tentang apa dan bagaimana pelaksanaan konstruksi pembangunan gedung SMKN 6 Surabaya Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut : a. Data Primer Data primer yang di ambil dalam pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi : mengumpulkan data tentang steel deck dan bekisting konvensional (kayu) sebagai perbandingan. 2. Dokumentasi 3. Wawancara b. Data Sekunder 1. SNI Beton 2. Network Planning / Precedence Diagram Methode (PDM) 3. Analisa BOW (Anggaran Biaya) 23

24 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Pada pelaksanaan pelat konvensional, jenis item pekerjaan yang dilakukan yaitu pekerjaan cor beton ready mix K-225, pekerjaan pembesian wiremesh, pekerjaan pembesian balok, pekerjaan pasang dan bongkar bekisting pelat dan balok, serta pekerjaan pasang dan bongkar scaffolding balok dan pelat. Peralatan yang digunakan yaitu concrete pump dan scaffolding. Sebelum perhitungan biaya pelaksanaan pelat, dilakukan analisa harga satuan masing-masing item pekerjaan, sehingga didapat total biaya pengerjaan pelat konvensional lantai 1 (satu), 2 (dua) dan atap sebesar Rp Perhitungan analisa biaya pekerjaan pelat konvensional selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Pada pelaksanaan pelat metal deck, jenis item pekerjaan yang dilakukan yaitu pekerjaan pelat smartdek dan end stop, pekerjaan cor beton read y mix K-225, pekerjaan pembesian wiremesh pelat lantai, pekerjaan pembesian balok, pekerjaan pasang dan bongkar bekisting balok, pekerjaan temporary support, serta pekerjaan pasang dan bongkar scaffolding balok. Peralatan yang digunakan yaitu concrete pump dan scaffolding. 24

25 Sebelum analisa biaya pelaksanaan pelat, dilakukan analisa harga satuan masing-masing item pekerjaan. Didapat total biaya pengerjaan pelat steel deck sebesar Rp Perhitungan analisa biaya pekerjaan pelat metal deck dapat dilihat pada Tabel 4.4. Dari hasil analisa biaya diperoleh biaya pelaksanaan pelat lantai 1, 2 dan atap dengan metode konvensional pada proyek pembangunan gedung SMKN 6 Surabaya adalah Rp Sedangkan biaya pelaksanaan pelat lantai 1, 2 dan atap menggunakan steel deck adalah Rp Analisa Biaya Data harga satuan material dan upah beserta analisanya didasarkan pada kontrak proyek tersebut. Perbandingan perhitungan volume dan harga antara plat konvensional dan steel deck. Pekerjaan pembetonan plat lantai : No. Uraian Luas Konvensional Bondek Harga Satuan Perbandingan Harga (Rp) (m2) t (m) V (m3) t (m) V (m3) Rp. Konv. Bondek 1 Plat Lt Plat Lt Plat t.atap Total Tabel 4.1. : Analisa biaya pekerjaan pembetonan plat lantai 25

26 Pekerjaan bekisting plat lantai : No. Uraian Harga Satuan Perbandingan Harga Luas Konv. Bondek Konv. Bondek (m2) Rp. Rp. Rp. Rp. 1 Plat Lt , ,370 78,554, ,082,873 2 Plat Lt , ,370 78,554, ,082,873 3 Plat Lt. Atap , ,370 81,048, ,990,266 Total 238,157, ,156,012 Tabel 4.2. : Analisa biaya pekerjaan bekisting plat lantai Pekerjaan pembesian plat lantai : No. Uraian Luas Konvensional Harga Perbandingan Harga ( Rp) Satuan m2 Rasio V (m3) (Rp) Konv. Bondex 1 Konvensional 299,25 216, Bondex 1.910, , Tabel 4.3. : Analisa biaya pekerjaan pembesian plat lantai Rekapitulasi No. Uraian Konvensional Harga (Rp) Bondex Deviasi 1 Beton Bekisting Besi Total Tabel 4.4. : Analisa pebandingan biaya pekerjaan plat lantai steel deck dengan bekisting konvensional 26

27 4.3. Analisa Waktu Untuk menganalisa waktu pekerjaan pelat beton bekisting konvensional dan pelat beton menggunakan steel deck dilakukan kajian atau studi literature agar diperoleh waktu yang efisien diantara kedua metode pelaksanaan tersebut Analisa Waktu Pelat Beton Bekisting Konvensional Luas area zona Tebal pelat : 630 m2 : 12 cm Volume beton : 630 m2 x 0,12 m3/m2 = 75,60 m3 Berat besi beton : 630 m2 x 13,76 kg/m2 = 8.668,80 kg Jumlah batang besi : 8.668,80 kg / 7,4 1 batang = 12 m x 0,617 kg/m = batang besi dia.10 mm Luas Bekisting : 630 m2 x 0,83 = 522,9 m2 Pekerja yang dipekerjakan adalah : a. Tukang bekisting = 24 orang b. Tukang besi = 10 orang c. Tukang cor = 6 orang Waktu Yang Digunakan Untuk Melaksanakan Pelat Beton Adalah : a. Pekerjaan bekisting pelat. - Produktifitas tenaga kerja menyetel bekisting tiap 10 m2 = 5 jam (522,90 / 10) x 5 jam= 261,45 jam / 24 = 10,89 jam - Produktifitas tenaga kerja memasang bekisting tiap 10 m2 = 3 jam 27

28 (522,90 / 10) x 3 jam= 156,87 jam / 24 = 6,54 jam - Produktifitas tenaga kerja membuka dan membersihkan bekisting tiap 10 m2 = 3 jam (522,90 / 10) x 3 jam= 156,87 jam / 24 = 6,54 jam Waktu yang dibutuhkan untuk penyetelan, pemasangan, pembongkaran dan pembersihan bekisting pelat adalah : (10,89 jam + 6,54 jam + 6,54 jam) = 23,97 jam b. Fabrikasi dan pasang pembesian pelat lantai : - Produktifitas tenaga kerja membengkok besi dia.10 mm, 100 bengkokan = 2 jam (1.172 / 100) x 2 jam = 23,44 jam / 10 = 2,34 jam - Produktifitas tenaga kerja membuat kait besi dia.10 mm, 100 kait = 3 jam (1.172 / 100) x 3 jam = 35,16 jam / 10 = 3,52 jam - Produktifitas tenaga kerja memasang besi dia.10 mm, 100 kait = 7 jam (1.172 / 100) x 7 jam = 82,04 jam / 10 = 8,20 jam Waktu yang dibutuhkan untuk fabrikasi pemasangan pembesian pelat adalah : (2,34 jam + 3,52 jam + 8,20 jam) = 14,06 jam c. Pengecoran pelat lantai 28

29 - Produktifitas tenaga kerja memasang beton structural adalah 5,24 jam (75,60 / 6,59) = 11,47 jam Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran pelat adalah 11,47 jam Jadi Total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pelat lantai adala (23,97 jam + 14,06 jam + 11,47 jam) = 49,5 jam Tabel 4.5. : Bar Cart Pekerjaan Pelat Beton Bekisting Konvensional No. Uraian Pekerjaan 1 Pekerjaan bekisting pelat Jam ke Pekerjaan pembesian pelat 3 Pekerjaan pengecoran pelat Sumber olah data masing masing pekerjaan Pada proyek pembangunan gedung SMKN 6 Surabaya untuk 1 hari kerja = 8 jam, jadi untuk penyelesaian 49,5 jam = 6,18 ~ 7 hari Analisa Waktu Pelat Beton Steel Deck Luas area zona Tebal pelat : 630 m2 : 10 cm Volume beton : 630 m2 x 0,10 m3/m2 = 63,00 m3 Berat besi beton : 630 m2 x 2,01 kg/m2 = 1.266,30 kg Jumlah batang besi : 1.266,30 kg/7,4 1 batang = 12 m x 0,617 kg/m = 172 batang besi dia.10 mm 29

30 Luas Bekisting : 630 m2 x 0,83 = 522,90 m2 Luas Wiremesh M5 : 630 m2 x 1,00 m2 = 630,00 m2 Pekerja yang dipekerjakan adalah : a. Tukang bekisting = 24 orang b. Tukang besi = 10 orang c. Tukang cor = 6 orang Tabel 4.6. : Upah tukang 1 hari = 5 jam kerja efektif No. Uraian Upah / Hari Rp. 1 Pekerja Tukang Kepala tukang Mandor Sumber dari harga kontrak proyek Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelat beton dengan bekisting steel deck adalah : a. Pekerjaan pasang pelat steel deck Untuk mendapatkan waktu penyelesaiannya akan diperhitungkan nilai manhournya dan produktifitasnya. Contoh : dari tabel Indeks upah tukang untuk pekerjaan pelat steel deck didapat : - Pekerja 0,050 OH - Tukang 0,030 OH 30

31 - Mandor 0,010 OH 1 hari = 5 jam kerja efektif Untuk 1 m2 pelat steel deck = (0,05 x (Rp /Rp )) + (0,03) + (0,01 x (Rp /Rp )) = 0,082 manday tukang = 0,082 x 5 jam = 0,41 manhour tukang 1 / 0,082 = 12,19 m2 / manday atau 12,19 / 5 = 2,43 m2/jam Jadi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan pekerjaan pelat steel deck adalah : (522,90 m2 / 2,43 m2/jam) / 24 tukang = 8,96 jam b. Fabrikasi dan pasang pembesian dia.10 mm pelat lantai. - Produktifitas tenaga kerja membuat kait besi dia.10 mm, 100 kait = 1,2 jam. (172 batang / 100) x 1,2 = 2,064 jam / 10 = 0,21 jam - Produktifitas tenaga kerja memasang besi dia.10 mm, 100 batang = 3,5 jam. (172 batang / 100) x 3,5 = 6,02 jam / 10 = 0,60 jam Waktu yang dibutuhkan untuk fabrikasi dan pemasangan pembesian dia.10 mm pelat adalah (0,21 jam + 0,60 jam) = 1,1 jam c. Pasang wiremesh M5 Untuk mendapatkan waktu untuk penyelesaiannya akan diperhitungkan nilai manhournya dan produktifitasnya. 31

32 Contoh : Dari table Indeks upah tukang untuk 10 kg pekerjaan wiremesh didapat : - Pekerja = 0,025 OH - Tukang = 0,025 OH - Kepala tukang = 0,002 OH - Mandor = 0,001 OH 1 hari = 5 jam kerja efektif 1 m2 wiremesh M5 = 2,13 kg Untuk 1 kg wiremesh = (0,025 x (Rp /Rp )) + (0,025) + (0,002) + (0,001 x (Rp /Rp )) = 0,048 manday tukang = 0,048 x 5 jam = 0,24 manhour tukang = 10 / 0,048 = 208,33 kg/manday atau 208,33 kg / 5 = 41,67 kg/jam Jadi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan wiremesh adalah ((630,00 m2 x 2,13 kg) / 41,67 kg/jam) / 10 tukang = 3,22 jam d. Pengecoran pelat lantai - Produktifitas tenaga kerja pengecoran beton = 5,24 jam. (63,00 m3 / 5,24 m3/jam) = 12,03 jam / 6 = 2,01 jam Jadi Total waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan pelat beton steel deck adalah : (8,96 jam + 1,1 jam + 3,22 jam + 2,01 jam) = 15,28 jam / 8 jam 32

33 = 1,91 ~ 2 hari Tabel 4.7. : Bar Cart Pekerjaan Pelat Beton Bekisting Steel Deck No. Uraian Pekerjaan 1 Pekerjaan pasang plat steel deck 2 Pekerjaan pembesian pelat dia.10 mm 3 Pekerjaan pembesian wiremesh M5 4 Pekerjaan pengecoran pelat Jam ke Dari total waktu masing-masing metode pekerjaan tersebut didapat selisih waktu antara keduanya yaitu sebagai berikut: A. Waktu pelat beton konvensional : 6,18 hari B. Waktu pelat beton steel deck : 1,91 hari Selisih waktu pekerjaan 4,27 hari Selisih prosentase waktu pelat beton steel deck dengan pelat beton konvensional adalah : = x 100% = 69,09 % Jadi untuk waktu pelaksanaan pengerjaan pelat beton dengan menggunakan steel deck lebih cepat 69,09% daripada menggunakan metode bekisting konvensional. 33

34 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam pengerjaan proyek ini dianalisa perbandingan biaya dan waktu dari pekerjaan bekisting dengan menggunakan metode konvensional/kayu dan dengan metode hard slab yaitu steel deck. Dapat kita ketahui bahwa dengan menggunakan metode bekisting steel deck biayanya lebih murah sebesar Rp daripada menggunakan metode bekisting konvensional yaitu sebesar Rp Untuk waktu pengerjaan pun dengan tenaga yang sama jumlahnya yaitu 24 orang tukang bekisting, 10 orang tukang besi dan 6 orang tukang cor maka durasi penyelesaian pekerjaan lebih cepat dengan menggunakan steel deck yaitu 2 hari daripada bekisting konvensional selama 7 hari. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan diantarannya yaitu : 1. Untuk hasil yang ekonomis, penentuan dimensi ditentukan dari tegangan suatu dimensi profil yang mendekati tegangan ijin dan dinilai aman. 2. Penentuan dimensi rencana untuk konstruksi harus memperhatikan ketentuan minimum yang boleh digunakan, karena berpengaruh pada faktor keamanan dalam penggunaan bangunan tersebut. 34

35 3. Dalam memilih metode bekisting, selain perhitungan dan analisa tersebut di atas, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti lokasi dan lingkungan. Sehingga dalam pemilihannya diharapkan kita diharapkan tepat. 35

36 DAFTAR PUSTAKA Hardi, Santoso Ir, Tabel Profil Konstruksi Baja. Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung, Yayasan LPMB, Bandung, 1984 Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Ditjen Cipta Karya Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung, V. Sunggono, KH, Buku Teknik Sipil, Nove, Bandung, 1995 Bustranan, Z.Lambri, Daftar Untuk Konstruksi Baja, Cetakan keenambelas, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, Ibrahim H, Bachtiar, Rencana dan Estimate Real of Cost, Cetakan 3, Bumi aksara, Ervianto, Wulfram I, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi I, Andi, Jogjakarta, Mukomoko J.A Ir, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Cetakan ke enambelas, Gaya Media Pratama, Jakarta,

37 Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung/ SK SNI T , Cetakan pertama, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung, Kusuma Giodeon H. Ir. Vis W.C.Ir. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang, Jakarta Erlangga, 1993 Soedrajat S, A, Ir, Analisa (cara modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan lanjutan. Bandung : Nova. R Sutjipto, Nugraha Paulus dan Natan Ishak Manajemen Proyek Konstruksi 1. Surabaya : Kartika Yudha. R Sutjipto, Nugraha Paulus dan Natan Ishak Manajemen Proyek Konstruksi 2. Surabaya : Kartika Yudha. 37

Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkiraan Biaya BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Definisi perkiraan biaya adalah memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PEMBANGUNAN DERMAGA PENUMPANG PELABUHAN ATAPUPU NUSA TENGGARA TIMUR

ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PEMBANGUNAN DERMAGA PENUMPANG PELABUHAN ATAPUPU NUSA TENGGARA TIMUR ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PEMBANGUNAN DERMAGA PENUMPANG PELABUHAN ATAPUPU NUSA TENGGARA TIMUR Di Susun Oleh : DZUL FIKRI RASYIDI 3111.040.625 Dosen Pembimbing Ir. Sulchan Arifin, M. Eng PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK BERBASIS EFISIENSI WAKTU PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG POLRES KABUPATEN PROBOLINGGO

MANAJEMEN PROYEK BERBASIS EFISIENSI WAKTU PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG POLRES KABUPATEN PROBOLINGGO 6 NEUTRON, VOL.9, NO., AGUSTUS 009 : 65 MANAJEMEN PROYEK BERBASIS EFISIENSI WAKTU PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG POLRES KABUPATEN PROBOLINGGO Adhi Muhtadi ST.,SE.,MSi. ABSTRAK Proyek pembangunan Gedung

Lebih terperinci

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0)

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0) 2 PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0) Yudi Syahrudin NRP : 0221054 Pembimbing : Yohanes L.D. Adianto. Ir., MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG BERDASARKAN SNI DAN SOFTWARE MS PROJECT

ANALISA PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG BERDASARKAN SNI DAN SOFTWARE MS PROJECT 1 ANALISA PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG BERDASARKAN SNI DAN SOFTWARE MS PROJECT Aulia Qur anna Sukamto, Saifoe El Unas, M. Hamzah Hasyim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS Kartika Andayani NRP : 0121077 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam pelaksanaan kerja praktik yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan (terhitung sejak 1 Maret s/d 30 April 2017) dan penulisan laporan akhir yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru. Bahanbahan material tersebut dipercaya memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Optimalisasi Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi maksud dari optimalisasi pada penelitian ini adalah proses pencapaian

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI. Oleh : Joaozinho Dos Santos Araujo Fernandes Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing I. Dosen Pembimbing II

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI. Oleh : Joaozinho Dos Santos Araujo Fernandes Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing I. Dosen Pembimbing II LEMBAR PERSETUJUAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN BEKISTING MULTIPLEX PADA PEKERJAAN LANTAI DAN BALOK BANGUNAN ALEXANDRIA DI TINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN SKRIPSI Oleh : Joaozinho Dos Santos Araujo

Lebih terperinci

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Konsep Pd.T. xx-200x.a RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Volume I: Umum Bagian 4: Beton dan Bekisting ICS 93.010 BIDANG

Lebih terperinci

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENGARUH JAM KERJA LEMBUR TERHADAP BIAYA PERCEPATAN PROYEK DENGAN TIME COST TRADE OFF ANALYSIS (Studi Kasus: Proyek Rehabilitasi Ruang

Lebih terperinci

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI TIMBUNAN TANAH Untuk mensejajarkan dengan runway maka pada posisi bangunan perlu dilakukan penimbunan

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. ANALISIS PENGGUNAAN METODE HALF SLAB TERHADAP NILAI BIAYA DAN WAKTU DALAM PEMBANGUNAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS : PROYEK M-GOLD TOWER BEKASI JAWA BARAT) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN 19 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 2, Desember 2011 PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN Candra Yuliana ¹)

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara)

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara) ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara) Fatchur Roehman Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN DENGAN METODE SNI

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN DENGAN METODE SNI Jurnal Teknika Vol. 5 No.1 Maret 213 ISSN No. 285-859 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN DENGAN METODE SNI Ariful Bachtiyar, Zulkifli Lubis ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap BAB VI PEMBAHASAN Menyusun rencana anggaran biaya proyek merupakan langkah awal dalam proses pembangunan suatu proyek, sehingga harus diiakukan dengan teliti dan secermat mungkin agar diperoleh biaya bangunan

Lebih terperinci

Kata kunci : metode bekisting table form

Kata kunci : metode bekisting table form 1 Perbandingan Waktu dan Biaya Konstruksi Pekerjaan Bekisting Menggunakan Metode Semi Sistem Dengan Metode Table Form (Studi Kasus: Proyek FMipa Tower ITS Surabaya) Muhammad Fandi, Yusroniya Eka Putri,

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT

DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN FLY OVER RUAS PORONG-GEMPOL PAKET 3A 41 + 571.5 s.d STA 41+968.5 KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT Disusun oleh: Prahasta

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Andy Kurniawan Budiono, I Gusti Putu Raka Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PONDASI BERDASARKAN ANALISA PADA PROYEK DAN SOFTWARE MS. PROJECT

ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PONDASI BERDASARKAN ANALISA PADA PROYEK DAN SOFTWARE MS. PROJECT ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PONDASI BERDASARKAN ANALISA PADA PROYEK DAN SOFTWARE MS. PROJECT (Studi Kasus proyek pembangunan gedung Laboratorium Terpadu BALITTAS Malang) NASKAH

Lebih terperinci

Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang

Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Perencanaan Penjadwalan 3.1.1 Umum Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang akhirnya

Lebih terperinci

Effisiensi Biaya Pelat Beton Komposit Baja Bergelombang Pada Proyek Pasar Baru Bratang Surabaya. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK

Effisiensi Biaya Pelat Beton Komposit Baja Bergelombang Pada Proyek Pasar Baru Bratang Surabaya. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK Effisiensi Biaya Pelat Beton Komposit (Julistyana T) 35 Effisiensi Biaya Pelat Beton Komposit Baja Bergelombang Pada Proyek Pasar Baru Bratang Surabaya Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK Proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah B. Latar Belakang Pada pembangunan sebuah gedung, elemen pelat merupakan bagian dari struktur atas. Gedung adalah wujud fisik dari hasil pekerjaan kostruksi yang menyatu dengantempat

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern terutama

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENJADWALAN SUMBER DAYA PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENJADWALAN SUMBER DAYA PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENJADWALAN SUMBER DAYA PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI I Ketut Nudja S. ) ) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Pada waktu proyek memasuki

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Semi Konvensional Dengan Bekisting Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat

Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting Semi Konvensional Dengan Bekisting Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisa Perbandingan Penggunaan Semi Konvensional Dengan Sistem Table Form Pada Konstruksi Gedung Bertingkat Yevi Novi Dwi Saraswati, Retno Indryani Jurusan

Lebih terperinci

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis. ABSTRAK Dalam pelaksanaan proyek konstruksi berbagai hal dapat terjadi, salah satunya ketidaksesuaian antara jadwal pelaksanaan (time schedule) dengan realisasi di lapangan. Proyek pembangunan Six Senses

Lebih terperinci

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI 1.1 Pengertian Kolom dan Balok Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh Manajer proyek

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENJADWALAN PROYEK PADA PROYEK RUMAH TOKO X MENGGUNAKAN MICROSOFT PROJECT 2010

STUDI KASUS PENJADWALAN PROYEK PADA PROYEK RUMAH TOKO X MENGGUNAKAN MICROSOFT PROJECT 2010 STUDI KASUS PENJADWALAN PROYEK PADA PROYEK RUMAH TOKO X MENGGUNAKAN MICROSOFT PROJECT 2010 Giri Dhamma Wijaya 1, Felix Marsiano 2, Sentosa Limanto 3 ABSTRAK : Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi,

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3(2015), hal 237 242. PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD

Lebih terperinci

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V PONDASI TELAPAK BAB V PONDASI TELAPAK I. METODA KONSTRUKSI PONDASI SETEMPAT A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Setempat Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu: 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN DENGAN PRESEDEN DIAGRAM METHOD (PDM)

OPTIMALISASI RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN DENGAN PRESEDEN DIAGRAM METHOD (PDM) OPTIMALISASI RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN DENGAN PRESEDEN DIAGRAM METHOD (PDM) M.Fauzan 1), Burhanuddin 2), Zulfahmi 3) Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email: fauzanunimal@gmail.com

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 ANALISIS KEUNTUNGAN KONTRAKTOR AKIBAT VARIASI SISTEM PEMBAYARAN DAN JADWAL PELAKSANAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR VI.I. Daftar Harga Satuan Bahan dan Daftar Upah Tenaga Kerja RAB memuat analisa harga satuan pekerjaan struktur yang dihitung secara konvensional. Data harga satuan

Lebih terperinci

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU BAB 5 PERENCANAAN WAKTU 5.1 Pendahuluan 1. Tujuan Instruksional 1) Bagian 1 a) Memahami pentingnya perencanaan waktu pada proyek b) Memahami data yang diperlukan untuk perencanaan waqktu c) Mampu membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Permasalahan konstruksi yang sering terjadi adalah keterlambatan pelaksanaan proyek. Sebagai objek dari penelitian ini adalah Pembangunan Gedung Puskesmas I Abiansemal yang dalam pelaksanaan dilapangan

Lebih terperinci

PR 1 MANAJEMEN PROYEK

PR 1 MANAJEMEN PROYEK PR 1 MANAJEMEN PROYEK Suatu bagian gedung 2 lantai menggunakan struktur beton bertulang seperti ditunjukkan pada lampiran. Data-data teknis struktur bangunan adalah sebagai berikut : Luas bangunan : 5

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan tehnik

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP

Dosen Pembimbing Ir. Sukobar, MT. NIP PROYEK AKHIR RC 090342 PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA ANTARA PELAT KONVENSIONAL DENGAN PANEL LANTAI CITICON PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG A SDN SIDOTOPO WETAN IV SURABAYA Angga Sukma W NRP 3111030082 Bekti

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

2.2 UNION FLOOR DECK W-1000 ( BONDEK ) dan WIRE MESH. UNION Floor Deck W-1000 ( Bondek ) adalah pelopor decking dengan

2.2 UNION FLOOR DECK W-1000 ( BONDEK ) dan WIRE MESH. UNION Floor Deck W-1000 ( Bondek ) adalah pelopor decking dengan 2.2 UNION FLOOR DECK W-1000 ( BONDEK ) dan WIRE MESH UNION Floor Deck W-1000 ( Bondek ) adalah pelopor decking dengan profil 2W yang dilengkapi system protrude shape dan merupakan penyempurnaan dari Floor

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

BAB. IV. ANALISIS dan PEMBAHASAN

BAB. IV. ANALISIS dan PEMBAHASAN BAB. IV ANALISIS dan PEMBAHASAN Identifikasi penelitian bertujuan untuk mengetahui optimasi penggunaan metode begisting konvensional dan begisting bondek terhadap 5 aspek, yaitu aspek biaya, aspek waktu,

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI Laurensia Nadia 1, Cindy Aristia 2, Indriani Santoso 3, and Budiman Proboyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA (0404210189)

Lebih terperinci

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan Manajemen waktu proyek dilakukan oleh pengelola

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH MPANEL DENGAN RUMAH PRACETAK PADA PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA DI SAWOJAJAR MALANG

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH MPANEL DENGAN RUMAH PRACETAK PADA PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA DI SAWOJAJAR MALANG PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH MPANEL DENGAN RUMAH PRACETAK PADA PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA DI SAWOJAJAR MALANG Vicky Ramadhani, M. Hamzah Hasyim, Saifoe El Unas Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN PLAT PRECAST DENGAN PLAT CAST IN SITU DITINJAU DARI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DAN AKADEMI KEBIDANAN SIDOARJO Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP. 3107

Lebih terperinci

JUDUL SKRIPSI PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA ANTARA METODE SNI DAN BOW PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JOANG / LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA

JUDUL SKRIPSI PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA ANTARA METODE SNI DAN BOW PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JOANG / LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA JUDUL SKRIPSI PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA ANTARA METODE SNI DAN BOW PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JOANG / LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA SAMARINDA Diajukan oleh : ABD RAHMAN 08.11.1001.7311.106

Lebih terperinci

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP : TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 Erwan Santoso Djauhari NRP : 9921021 Pembimbing : Maksum Tanubrata., Ir., MT FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7394:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 7394:2008 Daftar

Lebih terperinci

DIPLOMA III TEKNIK SIPIL - FTSP STEFANUS HENDY L DIANA WAHYU HAYATI DISUSUN OLEH : DOSEN PEMBIMBING :

DIPLOMA III TEKNIK SIPIL - FTSP STEFANUS HENDY L DIANA WAHYU HAYATI DISUSUN OLEH : DOSEN PEMBIMBING : PERENCANAAN PROGRAM PENGENDALIAN WAKTU, BIAYA, MUTU DAN CONSTRUCTION SAFETY PADA PEMBANGUNAN PROYEK THE MILLENIUM BUILDING SD MUHAMMADIYAH 4 PUCANG SURABAYA DISUSUN OLEH : STEFANUS HENDY L. 3108.030.031

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT Wowo Afif Fathurohman 1 Asri Wulan 2 Tri Handayani 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) 7.1 Uraian umum Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Sebuah proyek merupakan suatu upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA BANGUNAN BERTINGKAT (Studi kasus Pembangunan Hotel Holiday Inn Express Bogor)

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA BANGUNAN BERTINGKAT (Studi kasus Pembangunan Hotel Holiday Inn Express Bogor) PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA BANGUNAN BERTINGKAT (Studi kasus Pembangunan Hotel Holiday Inn Express Bogor) Oleh: Sulistia, Budiono, Wiratna Tri Nugraha ABSTRAK Produktivitas adalah kemampuan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT 1 Wowo Afif Fathurohman 2 Asri Wulan, ST., MT 3 Tri Handayani, ST., MT 1 Afief_fathuroman@rocketmail.com 2 Asr_wulan@yahoo.com

Lebih terperinci

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI Jeremy August Tambayong 1, Budiman Proboyo 2, dan Indriani Santoso 3 ABSTRAK : Proses konstruksi sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR BAB V 5.1 Daftar Harga Satuan Bahan dan Daftar Upah Tenaga Kerja RAB memuat analisa harga satuan pekerjaan struktur yang dihitung secara konvensional. Data harga satuan upah dan bahan di ambil dari Daftar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dalam suatu proyek konstruksi, waktu merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, sebisa mungkin pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA

PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA Nama : Asep Dian Heryadiana Nrp : 0221109 Pembimbing : Maksum Tanubrata,Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL 7.1. Uraian umum. Pada setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan

Lebih terperinci

ANALYSIS ON COST OF CONSTRUCTION OF CONVENTIONAL SLAB AND METAL DECK SLAB SYSTEM

ANALYSIS ON COST OF CONSTRUCTION OF CONVENTIONAL SLAB AND METAL DECK SLAB SYSTEM Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 1, Januari 2010 ANALISA BIAYA PELAKSANAAN ANTARA PELAT KONVENSIONAL DAN SISTEM PELAT MENGGUNAKAN METAL DECK I.A. Rai Widhiawati 1, A. A. G. A. Yana 1, dan A.A. Asmara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pembahasan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pembahasan BAB III METODOLOGI 3.1 Metodologi Pembahasan Metodologi memberikan gambaran mengenai runtutan langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan atau kegiatan. Metodologi dibuat

Lebih terperinci

ANALISA SATUAN BAHAN PEKERJAAN BEKISTING BETON BERTULANG: STUDI KASUS PADA PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG

ANALISA SATUAN BAHAN PEKERJAAN BEKISTING BETON BERTULANG: STUDI KASUS PADA PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG ANALISA SATUAN BAHAN PEKERJAAN BEKISTING BETON BERTULANG: STUDI KASUS PADA PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG Suhendra 1 Abstrak Formworks in the reinforced concrete building work usually use wood as the material.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA DENGAN METODE SNI DAN BOW

PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA DENGAN METODE SNI DAN BOW PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA DENGAN METODE SNI DAN BOW Mahardika Rahmawan Putra 1), Nur Azizah Affandy 2) 1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan ²Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder, BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder, sedangkan data primer yang diperoleh sifatnya hanya digunakan sebagai pelengkap dan penyempurna

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan BAB II LANDASAN TEORI Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan waktu dan jadwal untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 21 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di abad 21 ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat, seperti bermunculannya teori teori baru (memperbaiki teori yang sebelumnya) dan berkembangnya

Lebih terperinci

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA Shufiyah Rakhmawati, Koespiadi Program Studi Teknik Sipil,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA Oleh : M.DICKY FIRMANSYAH NRP. 3108 030 064 HERI ISTIONO NRP.

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Konsep Pd.T. XX-200X.X RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Volume I: Umum Bagian 7. Pekerjaan Dewatering ICS 93.010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI Perencanaan Waktu Pelaksanaan Konstruksi (time schedule) adalah rencana waktu penyelesaian masing-masing pekerjaan konstruksi secara rinci dan berurutan. (pekerjaan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-41 Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek Pembangunan Apartement De Papilio Tamansari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan yaitu dengan menyiapkan data berupa denah dan detil rusunawa Universitas Lampung

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE S.N.I. DAN SOFTWARE MS. PROJECT DALAM PERHITUNGAN BIAYA PEKERJAAN LANGIT-LANGIT UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN

ANALISIS PERBANDINGAN METODE S.N.I. DAN SOFTWARE MS. PROJECT DALAM PERHITUNGAN BIAYA PEKERJAAN LANGIT-LANGIT UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN ANALISIS PERBANDINGAN METODE S.N.I. DAN SOFTWARE MS. PROJECT DALAM PERHITUNGAN BIAYA PEKERJAAN LANGIT-LANGIT UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN (Studi Kasus Pembangunan Gedung II dan Bangunan Penghubung Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi konstruksi saat ini mengalami kemajuan pesat, yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern. Pada jaman dahulu

Lebih terperinci

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai. Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek Pembangunan Apartement De Papilio Tamansari Surabaya Rininta Fastaria dan Yusroniya Eka Putri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 ANALISA PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN BEKISTING METODE SEMI SISTEM BERDASARKAN STRATEGI ROTASI PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ( STUDI KASUS:

Lebih terperinci

Assalamu alaikum wr.wb

Assalamu alaikum wr.wb Assalamu alaikum wr.wb PROYEK AKHIR RC09 0342 Surabaya, 2 Juli 2014 PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PENJADWALAN (TIME SCHEDULE) PADA GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA DENGAN

Lebih terperinci

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II Bahan Kuliah Ke-I Pengenalan Kolom Struktur Beton II Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh September 2008 Materi Kuliah Definisi Pembuatan Kolom Apa yang dimaksud dengan Kolom?

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PERCEPATAN AKIBAT PENAMBAHAN JAM KERJA MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF

ANALISIS BIAYA PERCEPATAN AKIBAT PENAMBAHAN JAM KERJA MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF ANALISIS BIAYA PERCEPATAN AKIBAT PENAMBAHAN JAM KERJA MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF (Studi Kasus : Pembangunan RKB SD No. 6 Tuban) TUGAS AKHIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci