BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH"

Transkripsi

1 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah merupakan kerangka implementatif Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2015, yang memuat gambaran kondisi ekonomi makro tahun Proyeksi tahun 2014 dan 2015, serta kebutuhan dan sumber pembiayaan pembangunan yang diperlukan tahun Gambaran kerangka ekonomi daerah tersebut dicapai dengan menyusun berbagai prioritas pembangunan serta mengambil langkah kebijakan yang disusun untuk menghadapi tantangan dan penyelesaian masalah pembangunan agar arah pembangunan daerah tahun 2015 dapat dicapai sesuai dengan sasaran program dan kegiatan yang diharapkan Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola dan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan barang dan jasa. Besarannya tergantung pada hasil penggunaan potensi faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, sumberdaya manusia, modal dan teknologi serta semangat berwirausaha masyarakatnya dalam melakukan kegiatan ekonomi. Perkembangan kegiatan ekonomi Kabupaten Kulon Progo dicerminkan dengan PDRB, baik yang dinilai dalam harga konstan maupun harga berlaku. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama kurun waktu 5 tahun terakhir selalu mengalami kenaikan, pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 5,54 trilyun rupiah pada tahun 2014 mencapai 5,05 trilyun rupiah, tahun 2013 mencapai 4,60 trilyun rupiah, tahun 2012 sebesar 4,20 trilyun rupiah, tahun 2011 sebesar 3,87 trilyun rupiah, dan tahun 2010 sebesar 3,55 trilyun rupiah. III - 1

2 Tabel 3.1. Prediksi PDRB Kulon Progo Atas Dasar Harga Berlaku Tahun No Tahun PDRB ADHB , , , , , , , * 5, * 5, * 6, * 6,68 Sumber: Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2013 Gambar 3.1 Prediksi PDRB ADHB Tahun Sementara itu PDRB berdasarkan harga konstan (harga tahun 2000) nilai PDRB tahun 2015 diperkirakan sebesar 2,30 trilyun rupiah, tahun 2014 sebesar 2,18 trilyun rupiah, tahun 2013 sebesar 2,06 trilyun rupiah, tahun 2012 sebesar 1,96 trilyun rupiah, tahun 2011 sebesar 1,87 trilyun rupiah, dan tahun 2010 sebesar 1,78 trilyun rupiah. PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan (harga tahun 2000) selama kurun waktu disajikan dalam tabel berikut : III - 2

3 Tabel 3.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kulon Progo Tahun (dalam juta rupiah) No Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK , , , , , , , , , , , , , , * , , * , , * , ,00 Sumber: Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2013 *Angka Prediksi Gambar 3.2 PDRB Kabupaten Kulon Progo Tahun (dalam jutaan rupiah) , , , , , ,00 PDRB ADHB PDRB ADHK ,00 0,00 Sembilan sektor ekonomi yang tercakup dalam PDRB dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu : sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Peranan kelompok sektor terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2007 ke 2013 terjadi penurunan peran sektor sekunder dari 22,18 persen menjadi 21,05 persen dan kondisi yang sama diprediksi masih akan terjadi pada 2014, 2015, dan Pada sektor sekunder kontribusi paling besar disumbang oleh sub sektor industri pengolahan dengan rerata 21,73 persen dari total seluruh sektor ( ). Penurunan pada sektor sekunder disebabkan oleh penurunan sub sektor industri pengolahan yang turun secara drastis. Sedangkan untuk sub sektor bangunan mengalami kenaikan secara konsisten meskipun tidak signifikan. III - 3

4 Seiring penurunan sektor sekunder, sektor primer, dan sektor tersier perannya mengalami peningkatan. Sektor tersier mengalami peningkatan secara signifikan mulai tahun 2009 dengan besaran 53,10 persen dan mengalami tren peningkatan hingga 2013 dengan besaran 54,57 persen, dan kecenderungan kenaikan ini diperkirakan akan terulang pada tahun 2014, 2015, dan Pada tahun Sektor tersier disumbang paling besar oleh sub sektor jasa-jasa dengan rerata 20,79 persen dari total seluruh sektor, kemudian disusul sub sektor perdagangan, restoran & hotel dengan rerata kontribusi 16,71 dari total seluruh sektor. Sub sektor jasa-jasa mengalami peningkatan signifikan mulai tahun Sektor primer pada periode lima tahun pertama 2007 sampai 2011 mengalami kondisi naik turun, dimana kenaikan paling tinggi terjadi pada tahun 2008 dengan besaran 25,70 persen dan penurunan paling rendah pada tahun 2010 dengan besaran 23,86 persen. Sedangkan pada lima tahun kedua periode 2012 sampai dengan 2013 sektor primer cenderung naik namun tidak terlalu signifikan (tren dalam grafik cenderung konstan), dimana kondisi ini diprediksi akan terulang pada tahun 2014, 2015, dan Sub Sektor pertanian mempunyai kontribusi paling besar dalam sektor primer dengan rerata 23,68 persen dari total seluruh sektor ( ). Tanaman bahan makanan dan peternakan merupakan penyumbang dominan dalam sub sektor pertanian. Tabel 3.3. Struktur Perekonomian Kabupaten Kulon Progo KELOMPOK SEKTOR * 2015* 2016* PRIMER 24,21 25,7 25,17 23,86 24,49 24,36 24,38 25,77 25,13 24,54 a PERTANIAN 23,1 24,67 24,11 23,16 23,68 23,48 23,53 24,76 24,01 23,28 PERTAMBANGAN & b PENGGALIAN 1,11 1,03 1,05 0,7 0,82 0,87 0,85 1,02 1,12 1,26 SEKUNDER 22,18 22,22 21,73 22,3 21,37 21,25 21,05 19,95 19,93 19,97 a INDUSTRI PENGOLAHAN 15,49 15,49 15,1 15,52 14,31 13,96 13,65 13,19 12,87 12,57 b LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM 0,85 0,85 0,86 0,88 0,87 0,85 0,85 0,69 0,76 0,87 c BANGUNAN 5,83 5,87 5,77 5,9 6,19 6,43 6,55 6,07 6,30 6,53 TERSIER 53,62 52,08 53,1 53,83 54,14 54,39 54,57 54,19 54,85 55,40 PERDAGANGAN, RESTORAN & a HOTEL 16,05 16,7 16,4 16,56 16,97 17,05 17,22 17,89 17,95 17,98 b PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 10,88 11,12 10,55 10,13 9,92 8,95 8,6 9,11 9,01 8,94 c BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN 6,08 6,12 6,24 6,36 6,15 6,09 6,07 6,72 6,93 7,13 d JASA-JASA 20,61 18,15 19,92 20,77 21,1 22,31 22,68 20,46 20,96 21,36 TOTAL Sumber : Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2013 *Angka Prediksi III - 4

5 Gambar 3.3. Persentase Kontribusi Kelompok Sektor Primer Tahun (%) 26 25,5 25,7 25, ,17 25,13 24, ,21 23,86 24,49 24,36 24,38 24,54 23, , * 2015* 2016* Gambar 3.4 Persentase Kontribusi Kelompok Sektor Sekunder Tahun (%) 22, , ,18 22,22 21,73 22,3 21,37 21,25 21,05 20, ,95 19,93 19,97 19, , * 2015* 2016* III - 5

6 Gambar Persentase Kontribusi Kelompok Sektor Tersier Tahun (%) ,62 53,83 54,14 54,39 54,57 54,19 54,85 55, , , * 2015* 2016* PDRB Per Kapita Nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku (ADHB) sejak tahun 2010 hingga tahun 2016 mengalami tren peningkatan. Pada Tahun 2012 sebesar Rp ,-, tahun 2013 sebesar Rp ,-, dan untuk tahun 2014 hingga tahun 2015 diprediksikan juga ada kenaikan, dimana pada tahun 2014 sebesar Rp ,-, tahun 2015 sebesar Rp ,-, tahun 2016 sebesar Rp ,-,. Nilai PDRB per kapita atas dasar harga konstan (ADHK tahun 2000) sejak tahun 2010 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebesar Rp ,- tahun 2011 sebesar Rp ,-, tahun 2012 sebesar Rp ,-, dan tahun 2013 sebesar Rp ,-. Sedang untuk tahun 2014 hingga tahun 2016 diprediksikan juga ada kenaikan, dimana pada tahun 2014 sebesar Rp ,-, tahun 2015 sebesar Rp ,-, tahun 2016 sebesar Rp ,-,. PDRB per kapita kabupaten Kulon Progo yang terus meningkatkan akan berimplikasi pada meningkatnya perputaran distribusi ekonomi di masyarakat, namun begitu kondisi ini jika tidak disikapi dengan kebijakan yang tepat maka akan berdampak kurang baik pada pertumbuhan ekonomi kabupaten Kulon Progo. Faktor geografis dan demografis Kabupaten Kulon Progo yang berbatasan dengan beberapa kabupaten lainnya telah diidentifikasi sebagai daerah pasar bocor dimana warga yang mempunyai uang lebih memilih untuk membelanjakannya di daerah tetangga yang menyediakan barang dan jasa yang lebih bervariasi dan kompetitif. III - 6

7 Dengan adanya tren kenaikan PDRB per Kapita baik ADHB dan ADHK seharusnya secara positif akan meningkatkan daya beli pasar Kulon Progo. Kondisi ini memberikan peluang terhadap peningkatan permintaan pasar sehingga apabila dapat direspon dengan kebijakan yang tepat akan dapat mendorong pertumbuhan sektor hulu maupun sektor hilir. Sektor hilir akan memainkan peranan yang sangat penting dalam menyediakan variasi produk jadi lokal dengan harga yang lebih kompetitif. Pemenuhan arus barang yang variatif dan harga yang kompetitif diharapkan mampu mendorong pembentukan karakter pasar kulon progo yang berorientasi pada produk lokal. Oleh karena itu sub sektor industri pengolahan harus mendapat perhatian dalam kebijakan sehingga dapat mendorong pembangunan embrionisasi industri hilir yang kuat dan kompetitif. Disisi lain untuk mengantisipasi permintaan pasar terhadap suplai bahan mentah perlu penguatan pada sektor industri hulu, dalam hal ini tidak dapat diabaikan bahwa struktur perekonomian kabupaten Kulon Progo paling besar disumbang oleh sub sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan dan peternakan. Industri hilir akan memainkan peranan penting dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi pada sub sektor pertanian. Sejalan dengan integrasi ekonomi ASEAN dibawah payung ASEAN Economic Community (AEC), kebijakan single market and single production unit harus disikapi dengan formulasi kebijakan yang tepat dalam memberikan peluang pasar domestik dan industri lokal untuk berkembang, salah satunya mendorong pembentukan struktur pasar berbasis karakter budaya lokal. No Tabel 3.4. PDRB Per Kapita Kabupaten Kulon Progo Tahun atas dasar harga berlaku PDRB per Kapita atas dasar harga konstan ** ** ** ** Sumber: Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2013 III - 7

8 Gambar 3.6. PDRB Per Kapita Kabupaten Kulon Progo Tahun (Rp.) ** 2014** 2015** 2016** atas dasar harga berlaku atas dasar harga konstan Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi PDRB Besaran laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tahun sebagai berikut: pada tahun 2009 sebesar 4,03 persen, tahun 2010 sebesar 3,06 persen, tahun 2011 sebesar 4,95 persen, tahun 2012 sebesar 5,01 persen, tahun 2013 sebesar 5.05 persen, tahun 2014 diprediksikan sebesar 5.12 persen, tahun 2015 diprediksikan sebesar 5.19 persen, dan tahun 2016 diprediksikan sebesar 5.41 persen. III - 8

9 persen (%) Gambar 3.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kulon Progo Tahun ,00 5,00 4,00 4,95 5,01 5,05 5,12 5,19 5,41 3,00 3,06 2,00 1,00 0, ** 2014** 2015** 2016** tahun Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi diprediksi terjadi ditahun 2016 setelah sebelumnya tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sektor pertanian sebagai tulang punggung struktur ekonomi kabupaten Kulon Progo pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan negative sebesar (1,44) persen yang mempengaruhi besaran laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Penurunan pertumbuhan disektor pertanian pada tahun 2010 dipengaruhi oleh penurunan sub sektor tanaman bahan makanan. Dimana sub sektor tanaman bahan makanan merupakan penyumbang terbesar dalam sektor primer di kulon progo terutama produksi padi. Faktor bencana alam akibat letusan gunung merapi pada akhir tahun 2010 yang menyebabkan banjir lahar dingin dan hujan abu tebal mempunyai andil yang sangat besar terhadap terganggunya panen padi di wilayah utara kabupaten Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan daerah bencana. Namun situasi bencana yang terjadi disikapi dengan kebijakan yang cepat dan tepat, sehingga mendorong cepatnya recovery tanggap bencana dengan berbagai program kegiatan yang mendorong tumbuhnya kembali laju pertumbuhan ekonomi yang sempat menurun tajam. Salah satunya dengan perbaikan sarana dan prasarana dibidang pertanian seperti irigasi, perbaikan jalan, pengerukan sungai yang tertutup material gunung berapi dan management man power serta social capital untuk bangkit membangun kembali setelah bencana. Dengan dikeruknya material penutup saluran dan diperbaikinya infrastruktur saluran irigasi Kalibawang, berpengaruh pada peningkatan produksi padi pada tahun Komoditas ini sempat mengalami penurunan produksi di tahun Peningkatan produk pertanian di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2011 berimbas pada besaran laju pertumbuhan ekonomi pada sub sektor tanaman bahan makanan. Pertumbuhan yang cukup tinggi pada subsektor yang punya andil besar dalam perekonomian akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi secara III - 9

10 keseluruhan. Tahun 2012 sampai dengan 2014 sektor pertumbuhannya positif walau laju pertumbuhannya tidak secepat pada tahun Sub sektor tanaman bahan makanan mempunyai share yang besar pada sektor pertanian, sehingga besaran pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan sangat berpengaruh pada pertumbuhan sektor pertanian. Peran sektor ini baik secara berlaku maupun konstan cukup tinggi, sehingga sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulon Progo. Material letusan Gunung Merapi yang berupa pasir dan bebatuan dengan adanya hujan akan terbawa aliran arus sungai, salah satunya yaitu Sungai Progo. Sungai Progo merupakan salah satu sungai yang merupakan pembatas wilayah antara Kabupaten Sleman dan Kulon Progo. Banyaknya material yang terbawa arus sungai membawa dampak semakin meningkatnya kegiatan pertambangan di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Kulon Progo cukup tinggi yakni sebesar 21,57 persen, akan tetapi tahun 2012 penurunan dan mulai tahun 2013 hingga tahun 2016 diperkirakan mengalami pertumbuhan, untuk prediksi ini belum memperhitungkan pertambangan pasir besi. Sektor industri di tahun 2010 tumbuh 4,08 persen sedangkan di tahun 2011 tumbuh negatif 1,23 persen, pada tahun 2012 bangkit lagi hingga diperkirakan tumbuh positif sampai dengan tahun 2016, akan tetapi perumbuhannya tidak secepat pada tahun Untuk sektor listrik, gas, dan air bersih, pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan 5,27 persen dan pada tahun 2011 mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan tahun 2010, dimana pada tahun 2011 pertumbuhannya sebesar 4,16 persen. Untuk tahun 2012 sektor itu diprediksikan mulai bangkit lagi hingga tahun 2016 seiring dengan perkembangan industri. Adanya proyek penyiapan Pelabuhan Adhikarto di Glagah, pembangunan dan pelebaran jalan, perbaikan infrastruktur akibat erupsi Gunung Merapi di akhir 2010, dan pembangunan prasarana fisik lain mendorong pertumbuhan yang cukup tinggi pada sektor bangunan. Sektor ini mampu tumbuh 9,82 persen pada tahun Lebih baik dibandingkan pertumbuhan di tahun 2010 yang mampu tumbuh 6,84 persen, akan tetapi pada tahun 2012 mengalami perlambatan. Untuk tahun 2013 hingga tahun 2016 laju pertumbuhannya diprediksikan mengalami peningkatan walaupun percepatannya tidak sebesar pada tahun Seiring dengan peningkatan produksi di sektor pertanian dan sektor pertambangan penggalian, serta semakin bertambahnya usaha perdagangan berpengaruh kuat pada peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pada tahun 2010 sektor ini tumbuh 4,66 persen, sedangkan pada tahun 2011 tumbuh lebih pesat yakni 7,34 persen. Prediksi pada tahun 2013 hingga 2014 pertumbuhannya diperkirakan meningkat tetapi tidak sebesar tahun Adanya kebijakan untuk angkutan kereta api (jumlah penumpang menyesuaikan dengan jumlah tempat duduk) serta semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi baik sepeda motor ataupun mobil III - 10

11 berdampak pada semakin lambatnya pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada tahun 2011 sektor ini hanya mampu tumbuh 2,35 persen. Untuk tahun 2013 hingga tahun 2014 diprediksikan mengalami peningkatan. Untuk sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, di tahun 2011 hanya tumbuh 0,86 persen. Salah satu sub sektornya yakni lembaga keuangan bukan bank mengalami pertumbuhan negatif sekitar 2,24 persen. Lembaga keuangan bukan bank mencakup LKM, koperasi, BUKP, serta pegadaian. Untuk prediksi tahun 2012 mengalami percepatan pertumbuhan sehingga tumbuh sebesar 4,65 persen dan pada tahun 2013 hingga 2014 pertumbuhannya stagnan. Sub sektor jasa pemerintahan masih sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 2011 pertumbuhan sub sektor jasa pemerintahan mencapai 7,36 persen. Untuk kegiatan jasa sosial kemasyarakatan seperti rumah sakit swasta dan lembaga pendidikan swasta mengalami kecenderungan turun. Dengan semakin turunnya jasa rumah sakit swasta dari sisi positifnya bisa diperkirakan bahwa derajat kesehatan masyarakat semakin membaik. Beberapa kebijakan yang mendukung peningkatan derajad kesehatan masyarakat antara lain : pada pertengahan bulan Oktober 2011 dikeluarkan kebijakan Bupati bahwa semua masyarakat Kulon Progo gratis berobat di Puskesmas berlaku mulai November 2011, adanya program nasional Jampersal, Jamkesmas, Jamkesda, Jamkesos, dll. Sektor ini mulai tahun 2012 hingga tahun 2014 diprediksikan mengalami perlambatan pertumbuhan. Tabel 3.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kulon Progo Tahun dan Prediksi Laju Pertumbuhan Ekonomi tahun NO SEKTOR TAHUN PERTANIAN -1,44 5,98 4,38 1,81 1,88 2,03 2,21 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN -31,65 21,57 12,87 11,89 13,2 16,2 18,64 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4,08-1,23 1,78 2,23 2,36 2, LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM 5,27 4,16 6,48 6,36 9,64 15,46 20,33 5 BANGUNAN 6,84 9,82 9,35 9,59 9,16 9,15 9, PERDAGANGAN, RESTORAN & HOTEL PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN 4,66 7,34 5,28 5,78 5,6 5,56 5,56 2,73 2,35-2,53 3,57 3,71 4,08 4,5 5,85 0,86 5 8,74 8,41 8,45 8,55 9 JASA-JASA 7,99 7,36 10,71 8,68 8,11 7,72 7,42 TOTAL 3,06 4,95 5,01 5,05 5,12 5,19 5,41 III - 11

12 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik uang maupun barang yang dijadikan milik daerah berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut. Hak daerah adalah mencari sumber pendapatan daerah berupa pungutan pajak daerah, retribusi daerah atau sumber penerimaan lain-lain yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan kewajiban daerah adalah untuk mengeluarkan uang dalam rangka melaksanakan urusan. Terkait dengan pendapatan daerah kebijakan pendapatan daerah adalah meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan dengan jumlah biaya administrasi tertentu. Peningkatan pendapatan daerah dilakukan dengan cara optimalisasi pajak dan retribusi daerah dengan memperhatikan efek optimalisasi tersebut tidak memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan memperhatikan aspek keadilan. Dalam melaksanakan keuangan daerah perlu dibuatkan suatu perencanaan agar seluruh kegiatan yang dilaksanakan dapat dikelola dengan baik. Perencanaan merupakan salah satu tahap dalam pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah meliputi tahapan perencanaan dan penganggaran; pelaksanaan dan penatausahaan; serta pertanggungjawaban keuangan. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam Siklus APBD. APBD pada dasarnya memuat rencana keuangan yang diperoleh dan digunakan dalam rangka melaksanakan kewenangan dalam satu tahun anggaran. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun berdasarkan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Dalam rangka disiplin anggaran maka penyusunan anggaran disajikan dalam dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan dalam dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing SKPD yang disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD yang dapat dengan hasil dan manfaat yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Disamping itu dalam penyusunan anggaran harus memperhatikan : 1) keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran; 2) konsistensi dan sinkronisasi program baik vertikal maupun horisontal; dan 3) program dan kegiatan yang disusun harus mempunyai relevansi dengan permasalahan dan peluang yang dihadapi SKPD Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Pemahaman yang baik terhadap hasil analisis kondisi ekonomi daerah, selanjutnya digunakan sebagai salah satu input utama untuk membuat analisis keuangan daerah. Penentuan kemampuan keuangan daerah sangat terkait dengan kemampuan daerah untuk memperkirakan jumlah penerimaan yang akan diterima III - 12

13 sehingga kemampuan pendanaan pembangunan daerah pada tahun rencana dapat diketahui. Penghitungan kapasitas keuangan daerah dan kerangka pendanaan pada dasarnya dilakukan dengan menganalisis sejauh mana kebijakan pengelolaan keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan yang telah dibuat dalam RPJMD masih relevan atau dapat dipakai pada tahun Evaluasi atas Hasil Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah RKPD tahun rencana Dalam RPJMD diamanatkan bahwa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah mengalami kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada tahun Kenaikan didasarkan pada asumsi adanya kenaikan pada target Pajak Daerah, yang dikarenakan pada tahun 2015 Pajak Bumi dan Bangunan P2 beralih menjadi Pajak Daerah sehingga meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah. Selain itu pada Lain-lain PAD Yang Sah diperkirakan ada kenaikan dari sektor pertambangan. Adapun target kapasitas keuangan yang disusun awal dalam RPJMD tergambar seperti tabel berikut : Tabel 3.6. Evaluasi/Catatan Atas Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah RKPD Tahun 2015 Kabupaten Kulon Progo No I Uraian Realisasi/Target Pendapatan Daerah Proyeksi RPJMD Tahun 2015 Catatan ,65 Kenaikan Pendapatan Daerah diasumsikan 29,30% 1 Pendapatan Asli Daerah ,39 Kenaikan Pendapatan Asli Daerah diasumsikan 154,08% a Hasil Pajak Daerah ,07 b Hasil Retribusi Daerah ,00 c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan d Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah , ,00 2 Dana Perimbangan ,51 Kenaikan Dana Perimbangan a Bagi Hasil Pajak/Bukan ,51 diasumsikan 16,29% Pajak b Dana Alokasi Umum ,00 c Dana Alokasi Khusus ,00 3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah a Pendapatan Hibah 0 b Dana Darurat c Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi d Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus ,75 Kenaikan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah diasumsikan 1,23%, dimana pendapatan hibah diasumsikan , ,00 III - 13

14 No II Uraian e Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemda lainnya Sisa lebih perhitungan anggaran Proyeksi RPJMD Tahun ,00 III Total Penerimaan ,65 IV dikurangi: Belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat Catatan Sisa diasumsikan mencapai 26,26 % Kenaikan belanja dan pengeluaran pembiayaan diasumsikan 10,06 % V Kapasitas riil kemampuan keuangan ,65 Kenaikan kapasitas riil kemampuan keuangan diasumsikan 69,65% Sumber Data : Perda No 2 Tahun 2012 tentang RPJMD Kab. Kulon Progo III - 14

15 Penghitungan Kapasitas Keuangan Daerah Alur penghitungan kapasitas keuangan daerah, dilakukan dengan menggunakan data dan informasi yang dapat digambarkan seperti di bawah ini. Prediksi yang telah disusun dalam dokumen RPJMD pada tahun 2013 dievaluasi dengan mempertimbangkan kondisi realita yang berjalan hingga tahun 2012 serta beberapa prakiraan mendasar yang diprediksikan terjadi pada tahun 2015 yang akan datang. Dari hasil evaluasi kemudian dianalisis ulang sehingga didapatkanlah angka prediksi 2015 sesuai kondisi yang berlaku. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan data dan informasi yang dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut: Gambar 3.8 Penghitungan Kapasitas Keuangan Daerah Hasil Telaahan & Evaluasi Kapasitas Keuangan Daerah RPJMD th (n) Penghitungan Kapasitas KeuDa Kapasitas Keuangan Daerah - RKPD Untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang berbagai komponen pembentuk kapasitas keuangan daerah dan bagaimana komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi maka beberapa langkah perhitungan berikut perlu dilakukan yaitu analisis dan perhitungan penerimaan daerah 1. Rata-rata pertumbuhan pendapatan, belanja tidak langsung, pembiayaan, dan neraca daerah: a. Rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah sebagai berikut: III - 15

16 Tabel 3.7. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Kulon Progo NO URAIAN REALISASI 2012 REALISASI 2013 TAHUN 2014 Pertumbu han 2013 Pertumbu han 2014 Rata-rata Pertumbu han (%) 1 PENDAPATAN DAERAH , , ,75 13,66 4,25 8, PENDAPATAN ASLI DAERAH , , ,01 29,67 (1,02) 14, Hasil Pajak Daerah , , ,66 3,00 119,76 61, Hasil Retribusi Daerah , , ,00 28,58 (47,78) 9, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah , , ,49 21,99 7,36 14, , , ,86 35,82 (7,56) 14, DANA PERIMBANGAN , ,00 11,27 3,67 7, Bagi Hasil Pajak/Bukan , ,00 (6,55) (40,49) (23,52) Pajak Dana Alokasi Umum , ,00 12,03 7,47 9, Dana Alokasi Khusus , ,00 16,56 (11,00) 2, LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemda lainnya , ,74 15,09 8,24 11,67 Sumber data: DPPKA Kabupaten Kulon Progo, , ,50 29,90 306,43 168,16 0,00 0,00 0, , ,24 20,97 27,02 23, , ,00 13,77 0,00 6, , ,00 13,80 20,61 17,20 III - 16

17 b. Rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung daerah sebagai berikut: Tabel 3.8. Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Tidak Langsung Daerah Kabupupaten Kulon Progo No. Uraian REALISASI 2012 TAHUN 2013*P TAHUN 2014*M Rata-rata Pertumb (%) 1. Belanja Pegawai , ,45 7,41 2. Belanja Bunga , , ,94-29,99 3. Belanja Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Belanja Hibah , ,53 5. Belanja Bantuan Sosial ,32 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/ Kabupaten/kota dan , ,52 Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada , ,10 Pemerintahan Desa 15,13 8. Belanja Tidak Terduga , ,12 Jumlah Belanja Tidak Langsung , , ,49 8,12 Sumber data: DPPKA Kabupaten Kulon Progo, 2013 c. Rata-rata pertumbuhan harta dan kewajiban daerah, sebagai berikut: Tabel 3.9. Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah No. Uraian Tahun 2011 (Rp) Tahun 2012 (audit) (Rp) Tahun 2013 (Rp) Per tanggal 7 Maret 2014 Pertumbuhan Rata-rata Pertumb (%) Rata-rata Pertumb (%) 1. ASET , , ,77 11,86 4,48 8, ASET LANCAR , , ,18 (0,86) 110,92 55, Kas , , ,10 (5,46) 49,97 22, Kas di Kas Daerah , , ,10 (8,04) 46,25 19, Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Pengeluaran , , ,00 (80,01) (86,78) (83,39) , , ,00 (100,00) , , Kas di BLUD , , ,00 59,97 85,89 72, Piutang , , ,32 5,25 579,73 292, Piutang Pajak , , ,00 (35,34) (3,93) (19,63) III - 17

18 Piutang Retribusi , , Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran , Piutang Lainnya , ,00 Penyisihan Piutang Tak Tertagih ( ,62) Persediaan , , , ,94 ( ,62) ,76 58,95 (95,65) (18,35) 2.338,46 276, ,48 2,12 34,11 452,98 243, INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Non Permanen Dana Penguatan Modal Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah Daerah , , ,59 (9,55) 12,64 1, ,00 0,00 0,00 (100,00) ,00 0,00 0,00 (100,00) , , ,59 (0,14) 12,64 6, , , ,74 (0,14) 12,64 6, ASET TETAP , , ,00 14,41 (3,94) 5, Tanah , , ,00 (1,47) (4,85) (3,16) Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi Dalam Pengerjaan , , ,00 0,27 (1,48) (0,61) , , ,00 10,32 (12,48) (1,08) , , ,00 39,49 12,25 25, , , ,00 37,00 (37,11) (0,06) , ,00 108, DANA CADANGAN Dana Cadangan ASET LAINNYA , , , ,29 32, , Aset Lain-lain , , , ,29 32, , Aset Tak Berwujud ,00 2. KEWAJIBAN , , ,93 88,23 (9,79) 39, KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga Bagian Lancar Utang Dalam Negeri- Pemerintah Pusat Utang Jangka Pendek Lainnya , , ,59 101,90 (12,35) 44, , , ,00 (99,99) , , , , ,95 (8,19) (8,72) (8,45) , , ,64 122,47 (5,76) 58, KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat , , ,34 (32,01) 56,97 12, , , ,34 (32,01) 56,97 12,48 3. EKUITAS DANA , , ,84 11,64 4,52 8,08 III - 18

19 3.1. EKUITAS DANA LANCAR , , SILPA , , Cadangan Piutang , , Cadangan Persediaan Dana Yang Harus disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek , , , , , ,76 (4,86) 121,33 58,23 (4,80) 50,21 22,71 43,55 398,39 220,97 34,11 452,98 243,55 ( ,69) ( ,04) ( ,59) 119,51 (5,79) 56, Pendapatan Yang Ditangguhkan , , ,00 4,65 (86,78) (41,07) EKUITAS DANA INVESTASI Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang EKUITA DANA CADANGAN Diinvestasikan dalam Dana Cadangan , , ,25 12,85 (2,66) 5, , , ,59 (9,55) 12,64 1, , , ,00 14,30 (3,84) 5, , , , ,29 45, ,18 ( ,73) ( ,04) ( ,34) (32,01) 56,97 12, JUMLAH KEWAJIBAN DAN , , ,77 11,86 4,48 8,17 EKUITAS DANA Sumber data: DPPKA Kabupaten Kulon Progo, Analisis Sumber Pendapatan Daerah Tahun 2015 Sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Rincian sumber pendapatan daerah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari: a. Pajak Daerah terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. b. Retribusi Daerah terdiri dari Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu. c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan terdiri dari Bagian Laba Atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD. d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah terdiri dari Hasil Penjualan Aset Daerah yang tidak Dipisahkan, Penerimaan Jasa Giro, Penerimaan Bunga III - 19

20 Deposito, Pendapatan Denda Pajak, Pendapatan Denda Retribusi, Pendapatan dari Pengembalian, Pendapatan Bunga Penguatan Modal, Pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah, Lain-lain Pendapatan dan Pendapatan dari Pengelolaan BUKP. 2. Dana Perimbangan, terdiri dari: a. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak terdiri dari Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam. b. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar Daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah. Jumlah DAU setiap daerah propinsi dipengaruhi oleh jumlah keseluruhan DAU untuk daerah propinsi, bobot daerah propinsi yang bersangkutan dan jumlah bobot dari seluruh daerah propinsi. Dana Alokasi Umum merupakan : 1) Komponen Dana Perimbangan yang bersumber dari APBN dalam rangka desentralisasi fiskal yang didasarkan atas formula dengan pendekatan alokasi dasar dan celah fiskal dengan memperhitungkan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. 2) Block Grant yang berfungsi sebagai instrumen untuk mengurangi dan memperbaiki kesenjangan fiskal antar daerah (horizontal fiscal imbalance) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. 3) Equalization grant, yaitu berfungsi untuk mengurangi kesenjangan kemampuan keuangan yang diakibatkan oleh perbedaan pendapatan daerah dari PAD, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumner Daya Alam. c. Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. 3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, terdiri dari: a. Pendapatan Hibah terdiri dari Pendapatan Hibah dari Pemerintah. b. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi c. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus III - 20

21 d. Bantuan Keuangan dari Provinsi Atau Pemerintah Daerah Lainnya. Analisis pendapatan daerah dilakukan melalui tahapan: a. Analisis Sumber Pendapatan Daerah Di bawah ini tergambar proporsi dari setiap sumber pendapatan daerah yang paling dominan kontribusinya. Paling besar kontribusi terhadap Pendapatan Daerah dari tiga tahun terakhir adalah Dana Perimbangan, Daerah yang Sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-Lain Pendapatan Tabel Prosentase Sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Kulon Progo No Uraian Tahun 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 1 PENDAPATAN 1.1. Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan Lain-Lain PAD yang sah 1.2. Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan.. dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya JUMLAH PENDAPATAN DAERAH ,63 6,51 8,39 9,57 9,09 13,58 0,64 0,96 0,87 1,83 2,94 1,17 1,32 1,49 0,75 1,70 0,63 0,77 0,82 0,85 0,98 4,07 5,34 6,38 5,66 7,96 66,07 69,39 67,93 67,55 63,05 3,15 4,07 3,35 1,91 2,07 56,74 60,18 59,31 61,14 57,03 6,18 5,14 5,27 4,50 3,76 27,42 22,22 22,50 23,36 23,37 1,37 0,10 0,11 0,44 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0 3,77 3,84 4,08 4,98 4,52 20,76 16,31 16,33 15,66 15,90 1,53 1, , ,06 1,98 2,29 2, , ,28 Sumber data: KUA PPAS Th Kabupaten Kulon Progo, 2013 DPPKA Kabupaten Kulon Progo, 2014 d. Analisis Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan realisasi setiap objek pendapatan daerah yaitu dengan membandingkan antara yang dianggarkan dalam perubahan APBD III - 21

22 dengan realisasi pendapatan daerah pada tahun anggaran berkenaan. Analisis dilakukan dengan mengisi tabel kinerja realisasi pendapatan di bawah ini. Tabel Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah No Uraian 1 PENDAPATAN Kinerja (%) 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 101,2 101,92 102, Pendapatan Asli Daerah 105,6 113,89 122, Pajak Daerah 116,9 113,86 114, Retribusi Daerah Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain-Lain PAD yang sah 1.2. Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 92,5 96,95 100,0 99,92 108,4 121,59 101,0 100,10 121,2 101,66 100,0 100,00 100,0 100,00 100,5 103,73 91,0 89,76 100,0 0,00 101,3 123,04 100,0 100,00 100,5 104,82 108, , , , , , , , , , , , , e. e. Analisis proyeksi pendapatan daerah Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan perhitungan kapasitas pendapatan daerah tahun 2015 dan Analisis dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pendapatan daerah, antara lain: III - 22

23 1. Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu. 2. Asumsi indikator makro ekonomi (PDRB/laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain) 3. Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah, khususnya untuk masingmasing komponen PAD. 4. Kebijakan dibidang keuangan negara. Adapun proyeksi pendapatan tersaji pada tabel sebagai berikut. Tabel Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Kulon Progo No. Uraian Proyeksi Th (Rp.) Proyeksi Th. 2015* (Rp.) I PENDAPATAN , , Pendapatan Asli daerah , , Pajak daerah , , Retribusi Daerah , Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan , , Lain-Lain PAD yang sah , Dana Perimbangan , Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak , Dana Alokasi Umum , Dana Alokasi Khusus , Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah , Hibah ,00 - Hibah WISMP ,00 - Hibah PKP SPM DIKDAS , Dana Darurat 0,00 0, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya , Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus , Bantuan Keuangan.. dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Sumber data : KUA PPAS Th *) draft review data RPJM Th , ,00 2. Analisis penerimaan pembiayaan daerah III - 23

24 No Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah penerimaan pembiayaan daerah tahun Komponen penerimaan pembiayaan Kabupaten Kulon Progo : Tabel Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah Uraian Proyeksi Tahun 2014 (Rp) Proyeksi Tahun 2015 (Rp) 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran , ,00 Sebelumnya 1.1 Pelampauan penerimaan PAD 0,00 0, Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan 0,00 0, Pelampauan penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 0,00 0, Sisa Penghematan Belanja atau akibat lainnya 0,00 0, Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 0,00 0, Kegiatan lanjutan 0,00 0,00 2 Pencairan Dana Cadangan 0,00 0, Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 3 Hasil PenjualanKekayaan Daerah yang Dipisahkan 0,00 0, Hasil penjualan perusahaan milik daerah/bumd 0,00 0, Hasil penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga 0,00 0,00 4 Penerimaan Pinjaman Daerah 0,00 0, Penerimaan Pinjaman Daerah dari Pemerintah 0,00 0, Penerimaan Pinjaman Daerah dari pemerintah 0,00 0,00 daerah lain 4.3 Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga 0,00 0,00 keuangan bank 4.4 Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga 0,00 0,00 keuangan bukan bank 4.5 Penerimaan hasil penerbitan Obligasi daerah 0,00 0,00 5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 0,00 0, Penerimaan Kembali Penerimaan Pinjaman 0,00 0,00 6 Penerimaan Piutang Daerah 0,00 0, Penerimaan piutang daerah dari pendapatan , ,00 daerah 6.2 Penerimaan piutang daerah dari pemerintah 0,00 0, Penerimaan piutang daerah dari pemerintah daerah lain 6.4 Penerimaan piutang daerah dari lembaga keuangan bank 6.5 Penerimaan piutang daerah dari lembaga keuangan bukan bank ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Berikut disajikan hasil analisis proyeksi pendapatan RKPD tahun 2015 secara keseluruhan dibandingkan dengan proyeksi pendapatan tahun rencana di RPJMD. III - 24

25 Tabel Proyeksi/Target Penerimaan Daerah Kabupaten Kulon Progo No Uraian Proyeksi RPJMD Tahun 2015 (Rp) Prediksi Tahun PENDAPATAN , , Pendapatan Asli Daerah , ,36 Pajak Daerah , ,60 Retribusi Daerah , ,00 Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan , ,19 Lain-Lain PAD yang sah , , Dana Perimbangan , ,68 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak , ,68 Dana Alokasi Umum , ,00 Dana Alokasi Khusus , , Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah , ,25 Hibah ,00 Dana Darurat 0 0 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan.. dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya , , , , , ,00 Total Pendapatan (a) , ,28 2 Penerimaan Pembiayaan ,00 Pencairan Dana Cadangan 0 0 Hasil Penjualan Kek. Daerah yang dipisahkan 0 0 Penerimaan Pinjaman Daerah 0 0 Pengembalian Utang 0 0 Penerimaan Piutang ,00 Jumlah (b) Proyeksi Silpa Riil ,00 Saldo kas neraca daerah 0 0 Dikurangi: Kewajiban kepada pihak ketiga sampai 0 dengan akhir tahun yang belum 0 terselesaikan Jumlah (c) ,00 Jumlah Kapasitas Keuangan Daerah , ,16 Sumberdata : RPJMD Th Analisis belanja daerah tahun 2015 Analisis belanja daerah tahun 2015 mencakup analisis terhadap: III - 25

26 a. Belanja tidak langsung, meliputi: 1) Gaji pokok dan tunjangan PNS dengan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketigabelas juga memperhitungkan accressyang sesuai dengan ketentuan. 2) Belanja representasi DPRD dan pimpinan DPRD serta operasional Kepala DaerahH/Wakil Kepala Daerah dihitung sesuai dengan ketentuan mengenai besarnya penghasilan dan penerimaan pimpinan/anggota DPRD yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 3) Belanja bunga dihitung berdasarkan besarnya jumlah pinjaman daerah sesuai tingkat bunga dalam perjanjian. 4) Belanja bantuan partai politik ditentukan sesuai dengan peraturan perundangundangan. 5) Belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Belanja langsung, diperuntukkan belanja prioritas program/kegiatan pembangunan Kabupaten Kulon Progo Tahun Analisis pengeluaran pembiayaan tahun 2015 diasumsikan kurang/lebih sama dengan pengeluaran pembiayaan tahun 2014 yaitu sebagai berikut : a. Pembentukan dana cadangan. b. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah : Badan usaha milik daerah (BUMD); c. Pembayaran pokok utang : Pembayaran pokok utang yang jatuh tempo kepada lembaga keuangan bank; Hasil analisis terhadap belanja dan pengeluaran pembiayaan daerah tahun 2014 kemudian dituangkan dalam tabel berikut: III - 26

27 No Tabel Penghitungan Kebutuhan Belanja & Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kabupaten Kulon Progo Uraian Proyeksi RPJMD Tahun 2014 (Rp) Proyeksi RKPD tahun 2014 (Rp) Proyeksi draft Review RPJMD/ Proyeksi RKPD tahun 2015 (Rp) Koreksi sesuai per Mei Proyeksi RKPD tahun 2015 (Rp) A Belanja , , ,83 TidakLangsung Belanja Gaji dan , , ,00 Tunjangan Belanja Penerimaan ,00 7,949,255, ,97 Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH (Gaji+TKI+BPO) 3 Belanja Bunga , , ,02 4 Belanja Bagi Hasil ,96-5 Belanja Bantuan , ,00 kepada Desa *) - 6 Belanja Bantuan - - Partai Politik BPO Bupati dan wakil , ,00 Bupati 8 ADD , , ,95 9 TPAPD , ,00 10 Tunjangan Profesi Guru 11 Tunjangan Penghasilan PNS Guru 12 Tunjangan Penghasilan Non PNS Guru 13 Iuran Asuransi Kesehatan 14 Insentip pajak dan retribusi 15 Tunjangan Penghasilan PNS (bahaya radiasi, T.Sandi) , , , , , , , , , , , , , ,00 B Pengeluaran , ,80 Pembiayaan 1. Pembentukan Dana - Cadangan Pembayaran Pokok , , ,80 Utang 3. Penyertaan modal ke , , ,00 BUMD (BPD dan Bank Pasar) TOTAL PENGELUARAN WAJIB DAN MENGIKAT (A+B-C) , , ,63 Sumber Data : draft review RPJM Th III - 27

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN (RPJMD) Tahun 20162021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Kabupaten Pandeglang dikelola berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku diantaranya UndangUndang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan keuangan daerah tahuntahun sebelumnya (20102015), serta kerangka pendanaan. Gambaran

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Kabupaten Jembrana dalam hal pengelolaan keuangan daerah telah menerapkan pola pengelolaan keuangan berbasis

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2017 BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III 1 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2017 3.1.KINERJA KEUANGAN MASA LALU No Kinerja keuangan daerah masa lalu merupakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pengelolaan keuangan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan dalam kerangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1.KINERJA KEUANGAN MASA LALU Kinerja keuangan daerah masa lalu merupakan informasi yang penting untuk membuat perencanaan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2008-2013 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

Anggaran Realisasi Realisasi Cat

Anggaran Realisasi Realisasi Cat PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Untuk Tahun yang Berakhir Sampai dengan 31 Desember 2016 dan 2015 Anggaran Realisasi Realisasi Uraian % Rasio

Lebih terperinci

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB V PENDANAAN DAERAH BAB V PENDANAAN DAERAH Dampak dari diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan tahun 2005-2009 diselenggarakan sesuai dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1 LAPORAN KEUANGAN 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN AGAM N E R A C A PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (AUDITED) NO. U R A I A N 2,014.00 2,013.00 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah 109,091,924,756.41

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

Lebih terperinci

PROFIL KEUANGAN DAERAH

PROFIL KEUANGAN DAERAH 1 PROFIL KEUANGAN DAERAH Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang adalah menyelenggarakan otonomi daerah dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variable Penelitian 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, pendapatan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Tahun 2008 2012 Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011 Laporan Pemerintah Aceh Tahun 212 A. NERACA PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 212 dan 211 (Dalam Rupiah) URAIAN TAHUN 212 TAHUN 211 ASET ASET LANCAR Kas Kas di Kas Daerah 1,931,325,183,1.75 1,56,46,98,36.3

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal.III. 12

Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal.III. 12 Tabel.T-III.C.1 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Tahun 2009-2011 Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur (Rp) Total pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) (Rp) Prosentase

Lebih terperinci

PENGANTAR. Djoko Sartono, SH, M.Si Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo

PENGANTAR. Djoko Sartono, SH, M.Si Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami atas nama Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menyusun Buku Saku Tahun 2013. Buku Saku adalah merupakan publikasi rangkuman data

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Penyusunan arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Gresik Tahun 2018 berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016 Tentang

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Perubahan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK

LAPORAN KEUANGAN POKOK 4 LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN OGAN ILIR NERACA KOMPARATIF PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2007 URAIAN JUMLAH (Rp) 2008 2007 ASET ASET LANCAR Kas 5.252.211.953,56 53.229.664.501,08

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO. URUT URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 (%) REALISASI

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN - 61 - BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Dasar yuridis pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya mengacu pada batasan pengelolaan keuangan daerah yang tercantum

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH NOMOR : 1 TAHUN 2015 TANGGAL : 24 AGUSTUS 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Kapasitas keuangan Daerah akan menentukan kemampuan pemerintah Daerah dalam

Lebih terperinci

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016 BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 URAIAN REF ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 URAIAN REF ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (dalam rupiah) URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 % REALISASI 2013 PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Milyar BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat dari Pendapatan Daerah, Belanja

Lebih terperinci

PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010

PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 A. NERACA Laporan Keuangan Pemerintah Aceh Tahun 2011 PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 (Dalam Rupiah) ASET ASET LANCAR Kas Kas di Kas Daerah 1.506.460.908.360,30

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Pemerintah Kabupaten gresik dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang

Lebih terperinci

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 No Uraian Reff (dalam rupiah) 1 ASET 2 ASET LANCAR 4.5.1.1 3 Kas di Kas Daerah 4.5.1.1.1) 90.167.145.260,56

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN B A B III 1 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Daerah Tahun 2010-2015 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Data realisasi keuangan daerah Kabupaten Rembang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH Berdasarkan RPJMD Kota Jambi, tahun 2016 merupakan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang merupakan

Lebih terperinci

JUMLAH ASET LANCAR , ,94

JUMLAH ASET LANCAR , ,94 A. Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Aceh Tahun 21 PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 21 dan 29 (Dalam Rupiah) URAIAN TAHUN 21 TAHUN 29 (1) (3) (4) ASET ASET LANCAR Kas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL. 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah XXXX 4 Kas di Bendahara Pengeluaran XXXX 5 Kas di Bendahara Penerimaan XXXX 6 Piutang Pajak XXXX 7 Piutang Retribusi XXXX 8 Bagian Lancar TGR XXXX 9 Piutang Lainnya

Lebih terperinci

BAB IIIGAMBARAN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IIIGAMBARAN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB IIIGAMBARAN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pengelolaan keuangan Kota Bekasi dilakukan dengan mengacu kepada peraturan-peraturan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Kerangka Keuangan Masa Lalu Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah serta Pendanaan saat ini bahwa Daerah Otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1.1 Pengertian APBD Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 URAIAN Cat. NERACA 2015 2014 1 2 3 4 ASET 5.5.1 ASET LANCAR 5.5.1.a Kas 5.5.1.a. 124,037,218,752.14 381,022,519,212.75 Kas di Kas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Purworejo. Adapun yang menjadi fokus adalah kinerja

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Daerah Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1 Pengertian dan unsur-unsur APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan salah satu instrumen

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN KEUNGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUNGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III PENGELOLAAN KEUNGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Pengelolaan keuangan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Wakatobi dilaksanakan dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah sesuai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 No. URAIAN Ref 2014 2013 (dalam rupiah) 1 ASET 5.1.1 2 ASET LANCAR 5.1.1.1 3 Kas di Kas Daerah 5.1.1.1.1 102.915.303.038,76

Lebih terperinci

Tabel Kapasitas Rill kemampuan keuangan daerah untuk mendanai Pembangunan Daerah

Tabel Kapasitas Rill kemampuan keuangan daerah untuk mendanai Pembangunan Daerah Tabel Kapasitas Rill kemampuan keuangan daerah untuk mendanai Pembangunan Daerah 2012 2013 2014 2015 2016 2017 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Pendapatan 15,678,691,000.00 16,237,782,929.91 16,796,874,859.82

Lebih terperinci

R K P D TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

R K P D TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Rancangan kerangka ekonomi daerah dan kebijakan keuangan daerah memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK

LAPORAN KEUANGAN POKOK LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NERACA DAERAH PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2007 (dalam rupiah) No Uraian 2008 2007 I ASET A. ASET LANCAR 1. Kas 26,237,044,323.93

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi ke depan masih bertumpu pada sektor pertanian yang kontribusinya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012.

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012. PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 No. Uraian 2013 2012 1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi 2 Arus Masuk Kas 3 Pendapatan Pajak

Lebih terperinci

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode No. Rek Uraian Sebelum Perubahan Jumlah (Rp) Setelah Perubahan Bertambah / (Berkurang) 1 2 3 4 5 116,000,000,000 145,787,728,270 29,787,728,270 (Rp) 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah) PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah) No URAIAN 2012 2011 1 ASET 978,440,450.00 907,148,461.00 2 ASET LANCAR 399,500.00 9,190,011.00

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan 2009-2013 Pengelolaan keuangan daerah yang mencakup penganggaran, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 (dalam Rupiah) No URAIAN CATATAN ANGGARAN 2015 REALISASI

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Otonomi Daerah Timbulnya pergerakan dan tuntutan-tuntutan praktek otonomi daerah menyebabkan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci