BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1 Skematik Perangkat Pelayangan Magnetik Bola

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1 Skematik Perangkat Pelayangan Magnetik Bola"

Transkripsi

1 BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Perangkat pelayangan magnetik pada dasarnya dapat dibuat dalam bentuk pelayangan sebuah bola atau bisa benda berbentuk lain. Pada Gambar 2.1 nampak benda yang digunakan dalam pelayangan berbentuk bola. Gambar 2.1 Skematik Perangkat Pelayangan Magnetik Bola Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa perangkat pada gambar tersebut terdiri dari beberapa komponen berikut: 1. bola 2. kumparan elektromagnet (solenoida) 3. rangkaian pengontrol 4. sensor posisi 5. aktuator 2.2 Bahan Magnetik Perbandingan Elektromagnet dengan Magnet Permanen Magnet adalah benda yang memiliki medan magnet. Magnet dapat merupakan sebuah magnet permanen atau sebuah elektromagnet. Magnet permanen tidak 5

2 bergantung pada pengaruh-pengaruh dari luar untuk menghasilkan medan magnet. Beberapa batu merupakan magnet permanen secara alami, sedangkan beberapa magnet permanen lain dihasilkan melalui serangkaian proses pada bahan tertentu. Bahan-bahan yang bukan magnet dapat digolongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan sifat kemagnetannya, yaitu : 1. Ferromagnetik, adalah benda yang memiliki sifat kemagnetan kuat, mudah dibentuk menjadi magnet karena memiliki interaksi antara atom magnetik yang kuat. Termasuk dalam golongan ini adalah besi, nikel, kobalt, dan campuran lain yang mengandung partikel-partikel tersebut. 2. Diamagnetik, adalah benda yang memiliki sifat kemagnetan menengah. Dapat dibuat menjadi magnet, tetapi memerlukan suhu tertentu dan kondisi tertentu. 3. Paramagnetik, adalah benda yang memiliki sifat kemagnetan dalam skala atomik, tetapi sangat sulit diarahkan, sehingga sulit diinduksi menjadi magnet permanen dalam skala keseluruhan.[12] Elektromagnet bergantung kepada arus listrik untuk menghasilkan sebuah medan magnet. Kuat arus yang mengalir berbanding lurus dengan kuat medan magnet. Keuntungan penggunaan elektromagnet dibandingkan magnet permanen adalah perubahan kuat medan magnet dapat dilakukan dengan sangat cepat dengan mengendalikan arus listrik. Di sisi lain, jika sebuah elektromagnet dengan inti ferromagnetik dialiri listrik kemudian dimatikan kembali, pada inti tersebut akan terdapat residu magnetisasi, disebut histeresis. Medan magnet ini dapat tertahan tidak terhingga[12]. Pada aplikasi dimana tidak dibutuhkan kuat medan magnet yang dapat fleksibel, magnet permanen lebih disukai. Magnet permanen dapat dirancang untuk menghasilkan medan magnet yang lebih besar dibandingkan elektromagnet dengan ukuran yang sama. 6

3 2.2.2 Elektromagnet Sebuah elektromagnet, pada bentuk paling sederhana, merupakan sebuah kabel yang digulung menjadi satu lup atau lebih. Kumparan atau gulungan ini disebut solenoida. Ketika arus listrik mengalir pada kumparan, sebuah medan magnet dihasilkan sepanjang kumparan. Kekuatan medan magnet dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi diantaranya, jumlah lilitan, besar arus, dan bahan yang digunakan sebagai inti kumparan. Jumlah lilitan mempengaruhi luas daerah yang berinteraksi, besar arus mempengaruhi jumlah aktivitas, dan bahan inti kumparan mempengaruhi resistansi listrik. Inti kumparan harus merupakan bahan ferromagnetik, yaitu bahan yang mudah dibuat menjadi magnet, karena beberapa bahan tidak dapat dibuat menjadi magnet atau memiliki sifat kemagnetan sangat kecil. Pada sebuah solenoida, besar medan magnet yang dihasilkan oleh jumlah lilitan N, besar arus I, permeabilitas bahan inti kumparan µ dan panjang kumparan L diberikan oleh persamaan 2.1. B = µ NI L (2.1) Gaya maksimum yang dapat dihasilkan sebuah solenoida dengan medan magnet B, luas daerah tegak lurus A, dan permeabilitas bahan inti kumparan µ diberikan oleh persamaan 2.2. F 2 B a = 2µ o (2.2) Dengan menstubtitusi persamaan 2.1 dan 2.2 di atas, kita mendapatkan persamaan baru, yaitu persamaan 2.3. F 2 2 µ N I A = 2 2L (2.3) 7

4 Berdasarkan persamaan 2.3, diketahui bahwa untuk mendapatkan gaya magnet yang kuat dibutuhkan jumlah lilitan yang banyak, arus yang besar, kumparan yang pendek, diameter kawat besar dan permeabilitas bahan inti tinggi. Permeabilitas bahan inti ditentukan oleh jenis bahan yang digunakan dalam kumparan. Pemilihan bahan inti kumparan sangat mempengaruhi besarnya gaya yang dihasilkan. Dengan pemilihan bahan yang berbeda, kekuatan medan magnet yang dihasilkan dapat berlipat ganda. Jarak sangat mempengaruhi kekuatan medan magnet yang dihasilkan sesuai hukum Coulombs. Jadi, semakin jauh jarak suatu partikel dari magnet, semakin kecil pula kuat medan magnet yang dirasakan partikel tersebut. Secara matematis dapat digambarkan dalam persamaan 2.4. Q E= K 2 r (2.4) dimana kuat medan magnet yang dirasakan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari magnet atau solenoida[12]. Gambaran dari sebuah kumparan elektromagnetik dapat dilihat pada Gambar 2.2(a). Jika arus listrik yang mengalir melalui kumparan elektromagnet terlalu besar, gaya magnet yang dihasilkan dapat mempengaruhi kumparan yang berdekatan sehingga elektromagnet akan menghancurkan medan magnet yang dihasilkan. Jadi, arus yang terlalu besar akan saling meniadakan garis-garis gaya magnet Garis Gaya Magnet Garis-garis gaya magnet adalah garis atau kurva imajiner yang digambarkan pada suatu ruang sehingga arah nilai tangen dari berbagai arah memiliki arah yang sama dengan arah vektor medan listrik pada titik tersebut. Pada elektromagnet, karena nilai positif dan negatif dari medan listrik terpolarisasi, maka saat magnet bekerja arah garis-garis gaya akan keluar dari arah yang sama menuju arah yang sama pula. Berdasarkan perbandingan sifat garis gaya magnet pada elektromagnet diujikan pada magnet permanen, berdasarkan sifat gaya tarik menarik dan tolak menolak, ditentukan garis gaya magnet keluar dari kutub utara masuk ke kutub 8

5 selatan. Kesepakatan ini mempermudah ilustrasi garis-garis gaya magnet. Ilustrasi garis gaya magnet dapat dilihat pada Gambar 2.2(b), dan Gambar 2.2(c). i N B l Gambar 2.2 Gambar Elektromagnet dan Ilustrasi Garis Gaya Magnet (a).kumparan Selonoida (b).garis Medan Magnet pada Kawat Berarus (c).garis Medan Magnet pada Kawat Berarus dengan Inti Besi 2.3 Pengontrol Prinsip Dasar Pengontrol merupakan pengganti sistem manual. Pada sistem manual, proses atau sistem dikendalikan oleh tenaga manusia. Tenaga manusia memiliki keterbatasan, karena itu perlu otomatisasi sistem. Pengontrol menggantikan tugas-tugas manusia secara otomatis dan berkesinambungan untuk menjaga sistem bekerja dengan benar.sebuah pengontrol dapat mengawasi dan mempengaruhi kondisi operasional dari sebuah sistem. Kondisi operasional pada umumnya mengacu kepada variabel keluaran dari sebuah sistem yang dapat dipengaruhi dengan menyesuaikan beberapa variabel masukan. Pada dasarnya, sebuah pengontrol akan melakukan serangkaian tindakan dalam sebuah lup kontrol, baik lup kontrol terbuka maupun tertutup. Pada lup kontrol tertutup, serangkaian tindakan tersebut adalah: 9

6 1. Mengukur menggunakan sebuah sensor yang terhubung dengan sistem yang dikontrol (proses). 2. Mengolah data sensor dan mengambil keputusan pada elemen pengontrol. 3. Mentransfer sinyal kontrol dari pengontrol ke dalam sinyal yang dapat dibaca oleh perangkat keluaran pada elemen aktuator. 4. Tindakan melalui sebuah perangkat keluaran (sistem)[8]. Tahap-tahap yang terjadi dalam sistem lup tertutup di atas dapat diilustrasikan dalam bagan seperti pada Gambar 2.3. Setelah sebuah pengontrol membaca sinyal masukan dari sensor, sinyal masukan akan dibandingkan dengan nilai acuan (setpoint). Selisih antara sinyal masukan dengan nilai acuan disebuat kesalahan (error). Lalu, pengontrol akan menggunakan kesalahan tersebut untuk mengkalkulasi koreksi dalam variabel masukan sistem sehingga koreksi akan menghilangkan kesalahan dari pengukuran keluaran sistem. Koreksi akan ditambahkan pada variabel masukan sistem untuk menghilangkan kesalahan dari keluaran proses. Gambar 2.3 Sistem Kontrol Lup Tertutup Pada tugas akhir ini, pengontrol akan menggantikan kerja manual tangan untuk mengatur arus yang melalui kumparan atau solenoida. Sebuah sensor infra merah berfungsi sebagai elemen yang merekam pergerakan atau posisi bola, dimana sinyal yang dihasilkan dan diumpanbalikkan pada pengontrol untuk disesuaikan dengan nilai acuan. Aktuator dari pengontrol adalah rangkaian elektronik yang mengatur atau berhubungan langsung dengan sistem. 10

7 2.3.2 Pengontrol ON-OFF Pengontrol on-off merupakan bentuk paling sederhana dari strategi pengontrolan lup tertutup. Aktuator mendorong variabel yang dikontrol dengan kekuatan penuh, atau tanpa kekuatan sama sekali (=nol).. Ketika aktuator tidak bekerja, variabel yang dikontrol kembali ke suatu keadaan istirahat. Pengontrol on-off memiliki beberapa variasi, yaitu: 1. Pengontrol 2 titik. 2. Pengontrol 3 titik. Pengontrol 3 titik sebenarnya merupakan gabungan dari 2 pengontrol 2 titik yang memiliki salah satu variabel keadaan yang sama. Pengontrol 3 titik dikembangkan untuk mengantisipasi laju keadaan nyala pengontrol yang sulit dihentikan. Perbedaan antara variasi tersebut adalah pada keadaan aktuator. Pada pengontrol 2 titik, hanya terdapat 2 keadaan, misalnya maju-istirahat, panas-istirahat, dan sejenisnya. Sedangkan pada pengontrol 3 titik, terdapat 3 keadaan, misalnya majuistirahat-mundur, panas-istirahat-dingin, dan sejenisnya Rangkaian Elektronik Pengontrol Rangkaian analog pengontrol on-off terdiri dari 2 rangkaian utama, yaitu elektronik penguat dan rangkaian elektronik diferensial untuk memperkecil pancingan aktuator ke kumparan. Rangkaian elektronik proporsional merupakan rangkaian penguat linier, sedangkan rangkaian elektronik diferensial merupakan rangkaian pembuat impuls Rangkaian penguat linier Rangkaian penguat linier memiliki beragam bentuk. Rangkaian ini dapat menggunakan op-amp maupun terintegrasi langsung dengan rangkaian pendiferensial. Penggunaan op-amp sebagai penguat linier, dapat dilihat pada bab Rangkaian Diferensial 11

8 Rangkaian diferensial merupakan rangkaian RC yang dipasang seperti pada Gambar 2.4. Untuk nilai RC<periode sinyal (T = 1/frekwensi), sinyal keluaran akan berbentuk diferensial dari sinyal masukan dengan tegangan puncak 2Vp. Penjelasan fenomena ini digambarkan oleh gambar 2.5 dan persamaan 2.5 dan 2.6. Gambar 2.4. Rangkaian Diferensial Dari Gambar 2.5, jika mula-mula kapasitor kosong, maka saat sumber tegangan bolak balik Vs maksimum, besar arus yang melalui R adalah i ( t) = Vp R (2.5) sehingga nilai tegangan keluaran Vo= Vp (2.6) Arus segera jatuh sebelum setengah periode. Hal ini berarti kapasitor telah penuh dan ada tegangan Vp pada kapasitor seperti pada Gambar 2.5. Gambar 2.5. Rangkaian Diferensial Setelah Kapasitor Terisi Penuh 12

9 Jika tiba-tiba Vs berubah tanda menjadi negatif, akibatnya tegangan keluaran menjadi Vo = -2Vp (2.7) Selanjutnya kapasitor akan terisi negatif, dan pada waktu berubah tanda menjadi kembali positif, maka besarnyategangan keluaran adalah Vo = +2Vp (2.8) Rangkaian diferensial sering digunakan untuk mengubah tegangan berbentuk gelombang persegi menjadi isyarat denyut yang sempit [9]. Bentuk isyarat denyut sempit ini diperlukan untuk rangkaian yang digunakan untuk memancing kerja rangkaian berikutnya atau memerlukan impuls yang cepat, baik ekstrim negatif maupun ekstrim positif, seperti pada pengontrol ON-OFF. 2.4 Operational Amplifier (Op-amp) Dalam pembuatan perangkat pelayangan ini, digunakan beberapa rangkaian elektrik dengan prinsip dasar op-amp. Beberapa rangkaian yang menggunakan op-amp yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah voltage follower (penguat arus), comparator (pemilah sinyal), dan non-inverting amplifier (penguat satu fasa) Pendahuluan Op amp adalah sebuah penguat linier dengan penguatan tinggi. Op-amp biasanya dikemas dalam bentuk integrated circuit (IC) yang terdiri dari gabungan beberapa op-amp. Op-amp mendekati penguat yang ideal karena op-amp mempunyai beberapa karakteristik. 1. Penguatan lup terbuka yang sangat tinggi ( A<=100000, tetapi sulit diprediksi). 13

10 2. Resistansi masukan sangat tinggi (R in > 1 Mohm). 3. Resistansi keluaran rendah ( R out = ohm). Dengan karakteristik yang disebutkan di atas, perancangan dengan mengunakan op-amp relatif lebih mudah. Tingginya penguatan lup terbuka memudahkan perancangan sebuah penguat dengan penguatan 1 kali sampai 1000 kali atau lebih dengan stabil dan terkontrol. Dengan Resistansi masukan sangat rendah, cukup nilai arus masukan yang kecil pula. Sedangkan rendahnya resistansi keluaran membuat op-amp ideal digunakan pada nilai keluaran untuk menjalankan beban besar tanpa membebani op-amp itu sendiri. Secara skematik, op-amp digambarkan pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Skematik Op-amp Berdasarkan Gambar 2.6, op-amp memiliki 2 kaki yaitu kaki membalik (inverting), dan kaki tak membalik (non-inverting). Selain itu, op-amp juga memiliki sumber tegangan dalam. Nilai tegangan keluaran maksimum sebesar 80% dari nilai sumber tegangan dalam. Hal ini yang membuat op-amp hanya ideal untuk penguatan arus atau tegangan yang besar seperti pengeras suara dan motor penggerak. Perlu ditambahkan disini, op-amp adalah penguat sinyal, bukan penguat daya. [10] Penguat Tak Membalik (Non-inverting Amplifier) 14

11 Penguat tak membalik dibutuhkan dalam berbagai situasi karena mengubah polaritas dapat mengubah kerja aktuator menjadi kebalikannya. Untuk itu masukan sinyal dilewatkan pada masukan tak membalik. Rangkaian ini memiliki impedansi masukan sangat besar karena tegangan masukan hanya terhubung dengan masukan op-amp Pengikut Tegangan (Voltage Follower) Pengikut tegangan, sangat berguna dalam mengantarkan sinyal tegangan agar tidak terjadi penurunan tegangan akibat impedansi keluaran [5]. Skematik rangkaian pengikut tegangan dapat dilihat pada gambar 2.6. Gambar 2.7. Skematik Rangkaian Pengikut Tegangan Dari Gambar 2.7 kita dapat melihat bahwa kedua masukan ada dalam keadaan hubung singkat maya sehingga Vout = Vin atau penguatan lingkar tertutup sama dengan satu. Rangkaian ini digunakan untuk mengubah sinyal dengan impedansi masukan tinggi menjadi impedansi keluaran amat kecil. Dengan kata lain rangkaian pengikut tegangan digunakan sebagai rangkaian penyangga dengan penguatan sama dengan satu [5] Komparator Komparator adalah pembanding antara dua sinyal. Op-amp pada rangkaian komparator digunakan secara tidak linier. Pada komparator, op-amp digunakan dalam keadaan lingkar terbuka atau dengan balikan positif[5].skematik rangkaian komparator dapat dilihat pada Gambar

12 Gambar 2.8. Skematik Rangkaian Komparator Keluaran komparator hanya mempunyai dua nilai saja, misalnya 0V dan 5V saja. Hal ini membuat komparator digunakan untuk menyerupai sistem logika digital pada komputer Penguat Perbedaan (Differential Amplifier) Beberapa nilai masukan sinyal nilainya sangat kecil sehingga rangkaian komparator saja tidak cukup. Komparator perlu dimodifikasi agar tidak hanya dapat membandingkan perbedaan, melainkan juga sebagai penguat nilai perbedaan. Untuk itu, digunakan rangkaian penguat perbedaan. Skematik rangkaian penguat perbedaan dapat dilihat pada Gambar 2.9. Gambar 2.9. Skematik Rangkaian Penguat Perbedaan Sebuah rangkaian penguat perbedaan menguatkan perbedaan antara dua sinyal masukan. Jika Ra=Rb dan Rf = Rg, maka persamaan nilai untuk Vout diberikan oleh persamaan

13 Vout Rf = ( Vb Va ) Ra (2.9) Karena Vout/(Vb-Va) adalah nilai keluaran/nilai masukan, atau nilai penguatan maka jika penguatan dilambangkan dengan Av, maka persamaan 2.9 dapat juga dituliskan seperti persamaan 2.10 [10]. Rf Av= Ra (2.10) Penguat Instrumentasi (Instrumentation Amplifier) Penguat instrumentasi adalah penguat perbedaan yang memiliki masukan yang disangga dengan rangkaian pengikut tegangan, seperti dilihat pada Gambar 2.7. mbar Skematik Rangkaian Penguat Instrumentasi Ga Rangkaian pengikut tegangan pada Gambar 2.10 mempunyai tiga fungsi utama : 1. Menguatkan resistansi masukan sehingga nilai masukan tidak akan turun akibat impedansi keluaran. 2. Membuat kedua resistansi sama. 3. Mengisolasi resistor penguat dari sumber[10]. 2.5 Light Emitting Diode (LED) Dioda adalah semikonduktor yang memiliki fungsi utama untuk menentukan arah arus. Dioda melewatkan arus dalam satu arah tertentu saja. Bila diberi bias 17

14 mundur, maka dioda tidak bekerja. Sebaliknya bila diberi bias maju, dioda akan melewatkan arus listrik. Pada prakteknya, dioda ideal berfungsi seperti saklar. Pada LED yang dibias maju, elektron bebas menyeberangi batas antara positif dan negatif dan jatuh dalam holes. Ketika elektron berpindah dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah, elektron memancarkan energi. Energi yang diradiasikan, pada LED berbentuk cahaya. LED memiliki beberapa keunggulan, yaitu, tegangan rendah, tahan lama, dan perpindahan posisi nyala dan mati yang cepat. Dioda biasa dibuat dari silikon, bahan yang menghalangi bias cahaya. LED dibuat dari bahan berbeda, contohnya galium, arsenik, dan fosfor. Sebuah industri dapat memproduksi LED yang meradiasikan berbagai warna merah, hijau, kuning, biru, ungu, jingga, atau infra merah (tidak kasat mata, dapat dilihat melalui lensa tertentu). LED berguna untuk instrumentasi, dan aplikasi alarm atau aplikasi lain yang membutuhkan radiasi tidak kasat mata. 2.6 Phototransistor Transistor adalah komponen aktif yang dibuat dari bahan semikonduktor. Transistor terdiri dari semikonduktor ekstrinsik jenis p dan n yang disusun seperti pada gambar Ketiga bagian transistor disebut emitor, basis, dan kolektor. Pada phototransistor yang digunakan, sambungan pn akan memicu arus basis untuk mengalirkan arus untuk menghasilkan tegangan emittor kolektor. Dengan bertambahnya bagian fototransistor yang terhalang bayangan, nilai tegangan antara kolektor dan emitor juga berkurang [7]. emitor n p n Kolektor Gambar Transistor Dwikutub (npn) Bila batas pn dilewatkan cahaya, maka akan membuat arus balik bertambah besar karena cahaya memberi rangsangan pada carrier minoritas dari elektron bebas dan hole. Cahaya yang datang menghasilkan elektron bebas dan holes. Semakin 18

15 tinggi intensitas cahaya, maka arus balik juga bertambah besar. Arus balik inilah yang dipergunakan sebagai masukan parameter sensor pada aplikasi sehari-hari. 19

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1.

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1. BAB 3 PERANCANGAN 3.1 Deskripsi Umum Alat Alat yang dirancang adalah perangkat pelayangan magnetik dengan menggunakan benda berbentuk bola untuk dilayangkan pada rentang waktu tertentu. Perancangan berdasarkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERANGKAT SISTEM PELAYANGAN MAGNETIK (MAGNETIC LEVITATION)

PERANCANGAN PERANGKAT SISTEM PELAYANGAN MAGNETIK (MAGNETIC LEVITATION) PERANCANGAN PERANGKAT SISTEM PELAYANGAN MAGNETIK (MAGNETIC LEVITATION) TUGAS AKHIR Oleh : Elfira Sari 13301069 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 PERANCANGAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN DATA

BAB 4 ANALISIS DAN DATA BAB 4 ANALISIS DAN DATA 4.1 Pendahuluan Perangkat pengontrolan pelayangan magnetik dari hasil perancangan pada BAB 3 diintegrasikan seperti pada Gambar 4.1. Pada Gambar 4.1, tampak gambar lengkap perangkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED (Light Emitting Diode) LED (Light Emitting Diode) adalah dioda yang memancarkan cahaya jika diberi tegangan tertentu. LED terbuat dari bahan semikonduktor tipe-p (pembawa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Operational Amplifier Gambar 3.1 Operational Amplifier Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI PELAJAR ELEKTRONIKA INDUSTRI 2008 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG 2 CREW Agung Wahyu Sekar Alam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sensor dan Transduser

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sensor dan Transduser BAB II DASAR TEORI 2.1 Sensor dan Transduser Transduser adalah alat yang mengubah energi dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya. Transduser dibagi menjadi dua (Petruzella, 1996) yakni transduser input

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation Bab III Perancangan Perangkat Keras Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Dalam perancangan perangkat keras sistem Steel Ball Magnetic Levitation ini dibutuhkan pengetahuan dasar tentang elektromagnetik,

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM ALARM PEKA CAHAYA MENGGUNAKAN TRANSISTOR dan Op-Amp 741

KAJIAN SISTEM ALARM PEKA CAHAYA MENGGUNAKAN TRANSISTOR dan Op-Amp 741 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid aya Yogyakarta, 8 Februari 2005 KAJIAN SISTEM ALAM PEKA AHAYA MENGGUNAKAN TANSISTO dan Op-Amp 741 Oleh: Pujianto Staf Pengajar

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BABV INSTRUMEN PENGUAT BABV INSTRUMEN PENGUAT Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin bertambah di berbagai bidang

Lebih terperinci

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) 1 TUJUAN Memahami prinsip kerja Operational Amplifier.

Lebih terperinci

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015 Modul 03: Catu Daya Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan Reza Rendian Septiawan February, 205 Dalam dunia elektronika, salah satu komponen yang paling penting adalah catu daya. Sebagian besar komponen

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA. Create : Defi Pujianto, S,Kom

PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA. Create : Defi Pujianto, S,Kom PERTEMUAN KE 3 KOMPONEN ELEKTRONIKA Create : Defi Pujianto, S,Kom Resistor Merupakan kokponen elektronika yang berfungsi untuk mengatur serta menghambat arus listrik Resistor di bagi menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. perlu lagi menekan saklar untuk menyalakan lampu, sensor cahaya akan bernilai 1

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. perlu lagi menekan saklar untuk menyalakan lampu, sensor cahaya akan bernilai 1 BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK Pengujian sistem yang dilakukan penulis merupakan pengujian terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan yang telah selesai dibuat. 4.1 Merancang

Lebih terperinci

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut.

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut. Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut. 1. Muatan-muatan listrik yang sejenis tolak menolak dan mauatan-muatan listrik

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR)

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR) JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR) A. TUJUAN. Merancang sensor cahaya, LDR, phototransistor, dan photodioda terhadap besaran fisis. 2. Menguji sensor cahaya LDR, phototransistor,

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak.

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak. Bab II Teori Dasar Salah satu hal utama dalam penelitian tugas akhir ini adalah magnet induksi yang digunakan sebagai aktuator pada sistem steel ball magnetic levitation. Dalam bab ini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik. KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN SITI MAESYAROH STKIP INVADA 2015 LISTRIK adalah adalah sesuatu yang memiliki muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron) yang mengalir melalui penghantar (konduktor)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada rancang bangun pengukur kecepatan kendaraan menggunakan sensor GMR adalah metode deskriftif dan eksperimen. Melalui

Lebih terperinci

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 JUNIMAR TIKA AFFITRI 5223050346 ANGGI NURSANTI 5223053214 Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika Resume Praktikum Rangkaian Elektronika 1. Pertemuan kesatu Membahas silabus yang akan dipelajari pada praktikum rangkaian elektronika. Membahas juga tentang komponen-komponen elektronika, seperti kapasitor,

Lebih terperinci

Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu

Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu BENDA MAGNET Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu MAGNET BUATAN MAGNET BUMI Kemagnetan Material Ada 2 macam sifat magnet yang dipunyai benda / material : 1) buatan dan 2) alamiah. Magnet

Lebih terperinci

Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen

Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen Elektronik 2. Kompetensi Dasar : Memahami komponen dasar elektronika B. Pokok Bahasan : Komponen Dasar Elektronika

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER )

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER ) PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER ) A. Tujuan 1. Menyelidiki penguatan penguat operasi 2. Menyelidiki beda fase antara tegangan input dan output B. Dasar Teori Penguat operasi (operational

Lebih terperinci

Konduktor dan isolator

Konduktor dan isolator Konduktor dan isolator Arus listrik adalah nama yang diberikan untuk aliran elektronelektron (atau pembawa (carrier) muatan negatif). Elektronelektron berputar (to orbit) mengelilingi inti (nucleus) atom.

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Dua buah bola A dan B dengan massa m A = 3 kg;

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE SEMIKONDUKTOR Komponen Semikonduktor Di dunia listrik dan elektronika dikenal bahan yang tidak bisa mengalirkan listrik (isolator) dan bahan yang bisa mengalirkan listrik (konduktor). Gbr. 1. Tingkatan

Lebih terperinci

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward 1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward C. Karakteristik dioda dibias reverse D. Karakteristik dioda

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Elektronika Dasar : IT012346 / 3 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Sebuah transduser secara umum didefinisikan sebagai sebuah alat yang mengubah sinyal dari satu bentuk menjadi sinyal yang sesuai dan memiliki bentuk yang berbeda. Transduser

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear PENGUAT OPERASIONAL ⓿ Pendahuluan ❶ Karakteristik dan Pemodelan ❷ Operasi pada Daerah Linear Model Virtual Short Circuit Metoda Inspeksi Metoda Sistematik ❸ Operasi pada Daerah NonLinear Rangkaian Ekivalen

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA

MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA DISUSUN OLEH: NAMA: SUBHAN HUSAIN NIM:300014003 JURUSAN: D3 TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2014 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA Prakarya X Ukuran Komponen Elektronika Komponen Elektronika? Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE : TSK-210 SKS/SEMESTER : 2/2 Pertemuan Pokok Bahasan & ke TIU 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa mengenal Jenis-jenis

Lebih terperinci

DIODA. Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

DIODA. Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto DIODA Pertemuan ke-vii Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu: Menjelaskan cara kerja dan karakteristik dioda Menjelaskan jenis

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Integrated Circuit 4017 Integrated Circuit 4017 adalah jenis integrated circuit dari keluarga Complentary Metal Oxide Semiconductor (CMOS). Beroperasi

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto Karakteristik dan Rangkaian Dioda Rudi Susanto 1 Pengantar tentang Dioda Resistor merupakan sebuah piranti linier karena arus berbanding terhadap tegangan. Dalam bentuk grafik, grafik arus terhadap tegangan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Juli 2012 yang dilaksanakan di laboratorium Elektronika dan Robotika

Lebih terperinci

19/11/2016. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik. Sifat-sifat magnet.

19/11/2016. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik. Sifat-sifat magnet. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik Magnetik Non Magnetik KEMAGNETAN Penggolongan bahan secara mikroskopik Bila ditinjau secara mikroskopik

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Fisika EBTANAS Tahun 1994 Fisika EBTANAS Tahun 1994 EBTANAS-94-01 Diantara kelompok besaran di bawah ini yang hanya terdiri dari besaran turunan saja adalah A. kuat arus, massa, gaya B. suhu, massa, volume C. waktu, momentum, percepatan

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Power Regulator Pada umumnya adalah sebagai alat atau perangkat keras yang mampu menyuplai tenaga atau tegangan listrik secara langsung dari sumber tegangan listrik ke tegangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

USER MANUAL LEGO LINE FOLLOWING MATA DIKLAT : SISTEM OTOMASI DAN PENGENDALIAN ELEKTRONIKA

USER MANUAL LEGO LINE FOLLOWING MATA DIKLAT : SISTEM OTOMASI DAN PENGENDALIAN ELEKTRONIKA USER MANUAL LEGO LINE FOLLOWING MATA DIKLAT : SISTEM OTOMASI DAN PENGENDALIAN ELEKTRONIKA SISWA XII TEI-1 ELEKTRONIKA INDUSTRI 2008 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH DI SMKN 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW MOH.BAHRUDIN

Lebih terperinci

Dwi Sudarno Putra Topik Pengertian Symbol Karakteristik Jenis Dioda Dioda Signal Dioda Proteksi Relay Dioda Rectifier Penyearah ½ Gelombang Penyearah Gelombang Penuh LED Dioda Zener email : dwisudarnoputra@gmail.com

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

MAGNET. Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik

MAGNET. Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik Magnetik Non Magnetik Penggolongan bahan secara mikroskopik Bila ditinjau secara mikroskopik ( atom )

Lebih terperinci

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA 1 Komponen: Elemen terkecil dari rangkaian/sistem elektronik. KOMPONEN AKTIF KOMPONEN ELEKTRONIKA KOMPONEN PASIF 2 Komponen Aktif: Komponen yang dapat menguatkan dan menyearahkan

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1 Dasar Teori Pengertian rangkaian dan sistem digital erat kaitannya dengan pengertian rangkaian dan sistem pada bidang elektronika. Rangkaian elektronika didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )? 1. a. Gambarkan rangkaian pengintegral RC (RC Integrator)! b. Mengapa rangkaian RC diatas disebut sebagai pengintegral RC dan bagaimana hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu

Lebih terperinci

struktur dua dimensi kristal Silikon

struktur dua dimensi kristal Silikon PRINSIP DASAR Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti dioda, transistor dan sebuah IC (integrated circuit). Disebut semi atau setengah konduktor, karena bahan ini memang

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Penguat Instrumen Missa Lamsani Hal 1 . Missa Lamsani Hal 2 / 28 Penguat Instrumentasi Penguat instrumentasi adalah suatu loop tertutup (close loop) dengan masukan differensial dan penguatannya dapat diatur

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN diperkuat oleh rangkainan op-amp. Untuk op-amp digunakan IC LM-324. 3.3.2.2. Rangkaian Penggerak Motor (Driver Motor) Untuk menjalankan motor DC digunakan sebuah IC L293D. IC L293D dapat mengontrol dua

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Persamaan Maxwell Keempat (Terakhir) Induksi Elektromagnetik Animasi 8.1 Fluks Magnet yang Menembus Loop Analog dengan Fluks Listrik (Hukum Gauss) (1) B Uniform (2)

Lebih terperinci

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : 1400454 Kelas : C2=2014 Multimeter Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke: navigasi, cari Multimeter digital Multimeter atau multitester adalah alat

Lebih terperinci

TIN-302 Elektronika Industri

TIN-302 Elektronika Industri TIN-302 Elektronika Industri Komponen elektronik dalam industri Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Komponen Elektronik Komponen elektronik diklasifikasikan menjadi 2: Komponen pasif

Lebih terperinci

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu?

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu? KEMAGNETAN PENGERTIAN Apakah magnet itu? Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian Magnet adalah benda-benda yang dapat menarik besi atau baja yang berada

Lebih terperinci

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut.

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut. Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut. 1. Muatan-muatan listrik yang sejenis tolak menolak dan mauatan-muatan listrik

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN 2.1. C-V Meter Karakteristik kapasitansi-tegangan (C-V characteristic) biasa digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

Tugas 01 Makalah Dasar Elektronika Komponen Elektronika

Tugas 01 Makalah Dasar Elektronika Komponen Elektronika Tugas 01 Makalah Dasar Elektronika Komponen Elektronika Disusun Oleh : Nama Jurusan : Rizkiansyah Rakhmadin : Teknik Elektro Mata Kuliah : Dasar Elektronika NPM : 132227024 Sekolah Tinggi Teknologi Jakarta

Lebih terperinci

Semikonduktor. Prinsip Dasar. oleh aswan hamonangan

Semikonduktor. Prinsip Dasar. oleh aswan hamonangan Semikonduktor Prinsip Dasar oleh aswan hamonangan Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti dioda, transistor dan sebuah IC (integrated circuit). Disebut semi atau setengah

Lebih terperinci

MODUL I SENSOR SUHU. 3. Alat Alat Praktikum Alat praktikum meliputi : Sensor suhu Exacon D-OS3; Modul Pengolah Sinyal Multimeter Pemanas

MODUL I SENSOR SUHU. 3. Alat Alat Praktikum Alat praktikum meliputi : Sensor suhu Exacon D-OS3; Modul Pengolah Sinyal Multimeter Pemanas 1 MODUL I SENSOR SUHU 1. Pendahuluan Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Ada beberapa metode yang digunakan

Lebih terperinci