Mengapa Masih Menentang Perdagangan Bebas? Iqbal D. Wibisono

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengapa Masih Menentang Perdagangan Bebas? Iqbal D. Wibisono"

Transkripsi

1 Mengapa Masih Menentang Perdagangan Bebas? Iqbal D. Wibisono Hampir seluruh ekonom di seluruh dunia sepakat tentang manfaat dari perdagangan bebas. Penelitian dari Gwartney dan Lawson pada tahun 2001 menunjukkan perdagangan bebas membawa pada kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian dari Sachs dan Warner pada 1995 juga mengatakan demikian, negara industri yang terbuka pada perdagangan lebih tinggi pertumbuhannya jika dibandingkan dengan negara industri yang tertutup. Begitu juga dengan negara berkembang yang terbuka, pertumbuhan ekonominya lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang yang tertutup. Contoh paling ekstrim adalah China. Negara yang sebelumnya menerapkan perencanaan sentral pada perekonomiannya sedikit demi sedikit direformasi oleh Deng Xiaoping. Reformasi ekonomi berorientasi pasar China yang diawali oleh privatisasi sektor pertanian pada 1978 dan masuknya China ke dalam World Trade Organization (WTO) pada tahun 2001 telah mendorong pertumbuhan produk domestik bruto China yang pada awalnya hanya 67,9 miliar (dalam renminbi) pada 1953 naik lebih dari 250 kali lipat menjadi ,1 miliar pada tahun Mengapa masih ada orang atau kelompok yang mendukung kebijakan proteksi dan menentang perdagangan bebas? Milton Friedman menjawab dengan sangat lugas pada pidatonya di Kansas State University pada tahun Friedman mengatakan bahwa kepentingan kelompok yang ingin bisnisnya diproteksi terkonsentrasi dan terorganisir. Sedangkan konsumen jumlahnya sangat banyak sekali dan tersebar di mana-mana. Tentu saja kelompok kecil dan terorganisir yang bisa melobi kongres untuk menetapkan kebijakan proteksi. Benefit dari penerapan hambatan perdangangan seperti tarif dan kuota jelas terlihat. Sedangkan cost dari kebijakan tersebut tidak terlihat. Friedman bahkan menyindir kebijakan proteksi dengan mengatakan: We call tariff a protective measure. Yes it does protect, it protects consumers very well against one thing: low

2 prices. Contohnya ketika pemerintah Indonesia membatasi impor beras, harga beras menjadi tinggi. Atas nama kemandirian pangan, orang-orang miskin di Indonesia makin sulit memenuhi kebutuhan pokok mereka. Selisih ribuan rupiah pada harga yang seharusnya lebih rendah (apabila tidak ada hambatan perdagangan) harus ditanggung konsumen yang jumlahnya sangat besar. Dengan harga yang lebih tinggi tentu saja kesejahteraan masyarakat secara umum lebih kecil. Dalam sudut pandang ekonomi politik, menerapkan kebijakan proteksi lebih menguntungkan pemerintah karena kelompok yang bisnisnya dilindungi tersebut akan memilih kembali pada pemilu seseorang yang membela kepentingan mereka. Selain itu, ada pandangan umum bahwa suatu negara harus memproduksi barang ekspor dan impor dianggap sebagai hal yang buruk. Friedman berargumen sebaliknya, keuntungan dari perdagangan adalah apa yang kita impor. Barang yang kita ekspor adalah cost. Justru negara yang mengimpor lebih banyak baranglah yang cenderung lebih untung karena kita mengirim lebih banyak barang dan mendapatkan barang lebih sedikit. Friedman menjelaskan, kita cenderung melihat pada sisi produksi saja dan mengabaikan sisi konsumsi. Misalkan kita adalah seorang pekerja di industri pengolahan daging, pemerintah mendukung industri anda dengan menerapkan tarif impor supaya harga produk anda tidak turun dan para pekerja di industri pengolahan daging lebih sejahtera. Ternyata pemerintah melakukan hal yang sama pada industri tekstil, pertanian, dan barang elektronik. Anda diuntungkan dengan harga yang lebih tinggi pada barang yang anda produksi. Namun, anda dirugikan sebagai konsumen, karena harga barang-barang yang anda beli juga cenderung tinggi. Ada kecenderungan untuk melihat pada sisi produksi saja dan mengabaikan sisi konsumsi. Padahal sejatinya kita cenderung memproduksi satu barang saja dan mengkonsumsi banyak sekali barang dalam hidup kita. Argumen lainnya adalah kebijakan proteksi diterapkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Jika pemerintah melarang impor daging dari Australia, ada pekerja dalam industri daging di Indonesia yang akan

3 mendapat perkerjaan. Namun, jika kita mengimpor daging dari Australia lebih sedikit, negara tersebut berarti punya lebih sedikit rupiah untuk dibelanjakan di Indonesia, akibatnya ada orang-orang di Indonesia yang seharusnya punya pekerjaan tetapi tidak karena ekspor Indonesia tidak berkembang. Keuntungannya jelas terlihat. Sedangkan kerugian dari kebijakan tersebut tidak terlihat. Seringkali juga muncul pertanyaan, bagaimana jika ada negara yang bisa memproduksi lebih efisien dalam segala hal dibandingkan dengan negara lain? Apakah hal ini bisa menimbulkan perdagangan yang tidak adil? Teori keunggulan komparatif yang dijelaskan David Ricardo bisa menjawab pertanyaan tersebut. Asumsikan ada dua orang: Thatcher dan Reagan. Thatcher memiliki dua keahlian: membuat roti dan membuat sepeda. Sedangkan Reagan hanya bisa membuat roti, itupun tidak lebih efisien daripada Thatcher. Tetapi Thatcher memilih untuk memanfaatkan seluruh waktu kerjanya untuk memproduksi sepeda dan Reagan membuat roti karena hanya itu yang dia bisa. Apakah Thatcher akan rugi ketika dia membeli roti dari Reagan karena dia bisa memproduksi roti dua kali lipat lebih efisien dari Reagan? Tentu saja tidak, keduanya malah diuntungkan karena melakukan spesialisasi. Yang terpenting adalah melakukan apa yang secara relatif paling baik kita kuasai. Adil atau tidaknya perdagangan tersebut adalah relatif. Bukannya perdagangan yang adil adalah perdagangan tanpa hambatan? Ketika kita bisa menjual barang kepada orang lain tanpa dibatasi berapa yang boleh saya jual. Perdagangan yang adil juga berarti ketika kita ingin membeli barang yang diproduksi orang lain di luar negeri tanpa perlu membayar biaya tambahan kepada pemerintah. Perdagangan bebas memungkinkan kita untuk membeli barang atau jasa apa saja yang ingin kita beli, menjual barang atau jasa apa saja yang ingin kita jual dengan sukarela dan tanpa paksaan. Dengan diterapkannya perdagangan bebas tanpa proteksi, produsen akan lebih mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien berdasarkan keunggulan spesialisasinya dan konsumen akan lebih sejahtera karena dapat memilih lebih banyak

4 barang dengan harga lebih rendah. Tugas pemerintah yang tepat adalah menjamin masyarakatnya melakukan hal tesebut: perdagangan yang adil. Bukannya memproteksi bisnis tertentu dan mengorbankan kesejahteraan masyarakat luas.

5 Profil Singkat Iqbal D. Wibisono adalah lulusan Ilmu Ekonomi Unpad. Saat ini Iqbal bekerja sebagai research assistant di Center for Economics & Development Studies (CEDS), tim riset di Youth Freedom Network (YFN) dan aktif sebagai ketua Studium Veritatis, klub kajian dan diskusi ekonomi, sosial, dan politik di Bandung. Iqbal penah terlibat dalam penelitian sektor informal di Indonesia yang dilakukan oleh CEDS bekerja sama dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) juga terlibat dalam penelitian analisis kinerja pasar jasa penerbangan di Indonesia yang dilakukan oleh CEDS dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Iqbal bisa dihubungi melalui

Salah Kaprah Mobil Nasional. Djohan Rady

Salah Kaprah Mobil Nasional. Djohan Rady Salah Kaprah Mobil Nasional Djohan Rady Penandatanganan nota kesepahaman pada 6 Februari 2015 antara PT. Adiperkasa Citra Lestari dengan perusahaan otomotif Malaysia, Proton Holdings, membuat isu mengenai

Lebih terperinci

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L PERDAGANGAN INTERNASIONAL PIEw13 1 KEY QUESTIONS 1. Barang-barang apakah yang hendak dijual dan hendak dibeli oleh suatu negara dalam perdagangan internasional? 2. Atas dasar apakah barang-barang tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

TEORI TEORI BISNIS INTERNASIONAL

TEORI TEORI BISNIS INTERNASIONAL TEORI-TEORI BISNIS INTERNASIONAL MERKANTILISME (Th 1700) Intinya: Falsafah ekonomi berkeyakinan: (1) Kemakmuran sebuah negera bergantung pada harta yang terakumulasi, biasanya emas (2) Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis

BAB I PENDAHULUAN. sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah RRC dahulu sebuah negara miskin dengan pendidikan rendah dan teknologi sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis Cina (PKC)

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, manusia dengan ide, bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah melewati

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL GLOBAL TRADING SYSTEM 1. Tarif GATT (1947) WTO (1995) 2. Subsidi 3. Kuota 4. VERs 5. ad. Policy 6. PKL NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA TRADE BARRIERS

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim Dapatkah manusia bertahan hidup tanpa pangan? Rasanya mustahil. Pangan selalu menjadi kebutuhan hidup dasar yang harus dipenuhi oleh setiap orang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional. ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, selain dua sektor lainnya, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Seiring dengan

Lebih terperinci

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL I. TEORI PRA KLASIK MERKANTILISME MERKANTILISME ADALAH SUATU ALIRAN EKONOMI YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG PESAT PADA ABAD XVI XVIII DI EROPA BARAT. IDE POKOK MERKATILISME ADALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dari mengekspor dan mengimpor.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dari mengekspor dan mengimpor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi bilateral maupun multilateral, di mana sebuah negara mengekspor (menjual) barang dan jasa ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM Perekonomian empat sektor adalah perekonomian yg terdiri dari sektor RT, Perusahaan, pemerintah dan sektor LN. Perekonomian empat sektor

Lebih terperinci

Wednesday, November 16, 2011 IPS SMP. S. Efiaty, S.Pd. SMP Negeri 5 Yogyakarta S. Efiaty, S.Pd.

Wednesday, November 16, 2011 IPS SMP. S. Efiaty, S.Pd. SMP Negeri 5 Yogyakarta S. Efiaty, S.Pd. Wednesday, November IPS SMP S. Efiaty, S.Pd SMP Negeri 5 Yogyakarta. Bab VIII Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah proses tukar menukar barang atau jasa

Lebih terperinci

NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN

NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN 1. Untuk meningkatkan kerjasama ekonomi internasional, terutama menarik lebih banyak investasi asing di Indonesia perlu diusahakan antara lain : a. Membatasi tingkat

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa berdasarkan Pasal 20 dan Pasal 23 Undang-undang

Lebih terperinci

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? Oleh: Ahmad Syariful Jamil, S.E., M.Si Calon Widyaiswara Ahli Pertama Belum selesai proses penarikan diri Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,

Lebih terperinci

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

Perekonomian Terbuka

Perekonomian Terbuka Perekonomian Terbuka Perekonomian Terbuka Perekonomian empat sektor (perekonomian terbuka) adalah suatu perekonomian yang didalamnya sudah terdapat perdagangan luar negeri (ekpor-impor). Pengeluaran agregat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi dalam masyarakat maupun antarbangsa. Perdagangan sangat vital perannya oleh negara-negara berkembang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Beras di Indonesia. Sektor pertanian di Indonesia merupakan sumber mata pencarian utama sebagian besar penduduk. Dengan jumlah penduduk 253,69,643 jiwa dan luas lahan

Lebih terperinci

15. Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Paket C Program IPS

15. Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Paket C Program IPS 15. Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan perubahan pada aspek kehidupan manusia termasuk aspek ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun

Lebih terperinci

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro Pendahuluan Kemandirian ekonomi semestinya didefinisikan secara fleksibel dan bersifat dinamis. Kemandirian lebih dilihat dari kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN: MANDAT TERBESAR DARI RAKYAT KEPADA KITA SEMUA ) Oleh Kwik Kian Gie ) Saudara-saudara dan hadirin sekalian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram

Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram Ketika cakar Sang Naga kian kuat mencengkeram Contributed by Administrator Tuesday, 26 January 2010 Pusat Peraturan Pajak Online Bisnis Indonesia, 26 Januari 2010 Pemberian fasilitas pajak ekspor merupakan

Lebih terperinci

TEORI KLASIK : ADAM SMITH

TEORI KLASIK : ADAM SMITH KEUNGGULAN KOMPARATIF - 1 Mohammad Abdul Mukhyi Motive melakukan pertukaran Æ gain from trade ÆSumber : perbedaan selera dan pola konsumsi sisi produksi Æ efisien dan efektif a. comparative advantage b.

Lebih terperinci

Bagian Isi INDUSTRIALISASI DI INDONESIA

Bagian Isi INDUSTRIALISASI DI INDONESIA Modul ke: 09 Sitti Fakultas FEB PEREKONOMIAN INDONESIA Industrialisasi Di Indonesia Rakhman, SP., MM Program Studi S1-Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Bagian Isi INDUSTRIALISASI DI INDONESIA Industrialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Rikky Herdiyansyah SP., MSc Pengertian Kebijakan Ek. Internasional Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN 1 PERILAKU EKONOMI Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 27 JUNI 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Mengapa Saya Harus Mempelajari Manajemen Pemasaran?

Mengapa Saya Harus Mempelajari Manajemen Pemasaran? Mengapa Saya Harus Mempelajari Manajemen Pemasaran? Oleh : Laksmita Sari Dosen : Nanang Suryadi, SE,,MM Pernahkah kita berfikir tentang apa yang akan kita lakukan hari ini dan dengan produk dari merk apa

Lebih terperinci

PP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN *34762 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 34 TAHUN 1996 (34/1996) Tanggal: 4 JUNI

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

MEA dan Masyarakat Merdeka Oleh: Hendra Sunandar

MEA dan Masyarakat Merdeka Oleh: Hendra Sunandar MEA dan Masyarakat Merdeka Oleh: Hendra Sunandar Bagi sebagian orang, pasar bebas dianggap sebagai hantu yang menakutkan, ibarat pantai lepas tanpa tanggul yang siap diterjang ombak besar yang bisa menghancurkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa berdasarkan Pasal 20 dan Pasal 23 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

Makalah Perdagangan Internasional BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Makalah Perdagangan Internasional BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makalah Perdagangan Internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang

Lebih terperinci

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari RESUME Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari penandatanganan Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture/AoA) oleh pemerintahan Indonesia yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi 329 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam periode September 1994 - Oktober 2009 terbukti telah terjadi banjir impor bagi komoditas beras, jagung dan kedele di Indonesia, dengan tingkat tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan komoditas yang tidak bisa dilepaskan dari kebijakan ekonomi suatu negara, karena pangan merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

Lebih terperinci

Analisa dan Diskusi. Neraca gas bumi

Analisa dan Diskusi. Neraca gas bumi BAB IV Analisa dan Diskusi IV.1 Neraca gas bumi Kajian tentang permintaan dan penyediaan gas bumi memperlihatkan bahwa terjadi kekurangan gas. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan yang tidak mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri elektronik

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri elektronik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri produk elektronik merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang di Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri elektronik terus meningkat

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1992 Ekonom

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1992 Ekonom Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1992 Ekonom EBTANAS-SMA-92-01 Di bawah ini merupakan kegiatan-kegiatan ekonomi: 1. Nelayan menangkap ikan di laut 2. Penjual sayur menjajakan dagangnya 3. Yohanes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Struktur Kalimat Pengantar, isu, masalah Besaran subsidi energi pada tahun anggaran 2014 mencapai 297,4 triliun. Angka tersebut didasarkan pada realisasi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia, tingkat suku bunga dunia, nilai dollar dalam rupiah, rasio belanja

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU PADA SEKTOR-SEKTOR TERTENTU

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1987 Ekonomi

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1987 Ekonomi Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1987 Ekonomi EBTANAS-SMA-87-01 Politik Ekonomi ialah... A. usaha mencapai kepuasaan yang sebesar-besarnya dengan alat yang ada B. bertindak ekonomi untuk mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang ikut serta dalam kerjasama internasional, maka dari itu perekonomian Indonesia tidak lepas dari yang namanya ekspor dan impor.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Buah merupakan sumber zat pengatur yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia (Satuhu 2004). Tingkat konsumsi buah pada masyarakat Indonesia yaitu sebesar 32,67 kilogram/kapita/tahun.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 2010 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah merupakan salah satu komoditas pangan penting yang perlu dikonsumsi manusia dalam rangka memenuhi pola makan yang seimbang. Keteraturan mengonsumsi buah dapat menjaga

Lebih terperinci

Sessi. Dosen Pembina:

Sessi. Dosen Pembina: Sessi Lingkungan Perdagangan Internasional yang Dinamis Dosen Pembina: Mumuh Mulyana Mubarak, SE. http://moebarak.wordpress.com Dengan Ekonomi Global Tercipta Pasar Dunia yang Kompetitif Terbentuk Pasar-pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci