SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2)
|
|
- Ivan Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) Formulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2) SPT Normal SPT Pembetulan Ke- Masa Pajak / BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK 1. NPWP : Alamat : BAGIAN B. OBJEK PAJAK 1. Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI dan Jasa Giro a. Bunga Deposito/Tabungan 1) Yang ditempatkan di Dalam Negeri 2) Yang ditempatkan di Luar Negeri b. Diskonto Sertifikat Bank Indonesia c. Jasa Giro 2. Transaksi Penjualan Saham a. Saham Pendiri b. Bukan Saham Pendiri 3. Bunga/Diskonto Obligasi dan Surat Berharga Negara 4. Hadiah Undian 5. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan a. Penyewa sebagai Pemotong Pajak b. Orang Pribadi/Badan yang Menyetor Sendiri PPh 6 Jasa Konstruksi a. Perencana Konstruksi 1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh 2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh b. Pelaksana Konstruksi 1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh 2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh c. Pengawas Konstruksi 1) Pengguna Jasa sebagai Pemotong PPh 2) Penyedia Jasa yang Menyetor Sendiri PPh 7 Wajib Pajak yang Melakukan Pengalihan Hak atas Tanah/Bangunan 8. Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Wajib Pajak Orang Pribadi 9. Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan di Bursa 10. Dividen yang Diterima/Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri 11. Penghasilan Tertentu Lainnya a. b. c. JUMLAH Terbilang :... BAGIAN C. LAMPIRAN 1. Surat Setoran Pajak : lembar. 2. Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2). 3. Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) : lembar. 4. Surat Kuasa Khusus. Nilai Objek Pajak Tarif PPh yang Dipotong/ Uraian KAP/KJS (Rp) (%) Dipungut/Disetor Sendiri (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas. SPT Masa Diterima: Langsung dari WP PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos Nama 2 0 NPWP / / / / / / / / / / / / / / / / / / / /419 Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan tanggal bulan tahun Tanggal Diisi Oleh Petugas tanggal bulan tahun F Lampiran I.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
2 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F ) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Pasal 4 Ayat 2 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) Petunjuk Khusus: 1. Bagian Judul - Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris SPT Normal jika SPT yang disampaikan merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris SPT Pembetulan Ke- jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan. - Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: SPT Pembetulan Ke- diisi dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan. - Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan-tahun. Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan. 2. Bagian A Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak/Wajib Pajak. 3. Bagian B Kolom (1) : Kolom (2) : Kolom (3) : Kolom (4) : Kolom (5) : Terbilang : Uraian Obligasi sebagaimana dimaksud pada butir 3 termasuk surat utang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, seperti Medium Term Note, Floating Rate Note yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. KAP/KJS Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP). Nilai Objek Pajak Diisi dengan jumlah bruto bunga deposito/tabungan, diskonto Sertifikat Bank Indonesia, jasa giro, transaksi penjualan saham, bunga/diskonto obligasi, hadiah undian, nilai sewa tanah dan atau bangunan, imbalan atas jasa konstruksi. Tarif, cukup jelas. Apabila pemotong pajak melakukan pemotongan PPh atas suatu objek pajak dengan beberapa tarif yang berbeda, maka tarif-tarif yang digunakan sebagai dasar pemotongan diisi pada kolom ini dan dipisahkan dengan menggunakan garis miring (../..) Contoh : Jika pada masa pajak yang sama dilakukan pemotongan PPh atas jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa dengan kualifikasi usaha kecil dan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha maka kolom tarif diisi: 2 / 4. PPh yang dipotong/dipungut/disetor sendiri Diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong/dipungut/disetor sendiri yaitu sebesar Nilai Objek Pajak x Tarif Diisi untuk jumlah PPh 4. Bagian C Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia. Jika SPT ditandatangani oleh bukan Pemotong Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermaterai cukup Bagian D - Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun. - Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak. Selain oleh Pemotong Pajak, SPT Masa ini juga wajib diisi dan dilaporkan oleh Wajib Pajak yang menurut ketentuan yang berlaku wajib menyetor sendiri Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) yang terutang. 7. Penyetoran dilakukan dengan menggunakan SSP ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro. Jadwal penyetoran PPh dan pelaporan SPT untuk masing-masing jenis penghasilan adalah sebagai berikut: Jenis Penghasilan Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI, Bunga/Diskonto Transaksi Penjualan Saham Hadiah Undian Persewaan Tanah Dan Atau Bangunan Penyetoran Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Paling lama tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan terjadinya transaksi penjualan saham. Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak. Paling lama tanggal 10 (bagi Pemotong Pajak) atau tanggal 15 (bagi WP pengusaha persewaan) dari bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Jasa Konstruksi Paling lama tanggal 10 (bagi Pemotong Pajak) dan tanggal 15 (bagi WP jasa konstruksi) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Pelaporan Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir Paling lama tanggal 25 bulan berikutnya setelah bulan terjadinya transaksi penjualan saham. Paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir. Paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir. Paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
3 Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak Lembar ke-3 untuk : Pemotong/Pemungut Pajak DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK..... (1) BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI Nomor :. (2) NPWP : (3) Alamat : No oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha Terbilang : Uraian (1) (2) (3) (4) (5) 1. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa dengan kualifikasi usaha kecil Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa selain angka 1 dan angka 2 di atas Jasa perencanaan atau pengawasan konstruksi oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha Jasa perencanaan atau pengawasan konstruksi JUMLAH Jumlah Nilai Bruto (Rp) Tarif PPh yang Dipotong/ (%) Dipungut (Rp) % 4% 3% 4% 6%.,. 20. (4) Pemotong/Pemungut Pajak (5) NPWP : Perhatian : Tanda Tangan, Nama dan Cap 1. Jumlah Pajak Penghasilan dari Jasa Konstruksi yang dipotong/dipungut di atas bukan merupakan kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh. 2. Bukti Pemotongan/Pemungutan ini... (6) dianggap sah apabila diisi dengan lengkap dan benar. F Lampiran I.8 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
4 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI (F ) Petunjuk Umum: Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut - Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh: Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP). (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh pemberi hasil sebagai Pemotong/Pemungut Pajak. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan sehubungan dengan imbalan jasa konstruksi yang diterima/diperoleh. (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan/Pemungutan. (5) Diisi dengan identitas Pemotong/Pemungut Pajak dalam hal ini adalah pemotong/pemungut pajak baik orang pribadi/badan. (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong/Pemungut Pajak. Petunjuk Khusus: Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat oleh pemotong pajak pada saat dibayarkannya/terutang penghasilan tersebut. Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yaitu: Lembar ke 1 : Untuk Penerima Penghasilan Lembar ke 2 : Untuk KPP melalui pemotong/pemungut pajak, dilampirkan pada saat SPT PPh Pasal 4 ayat (2) Lembar ke 3 : Untuk pemotong/pemungut pajak Kolom 1 : Nomor, cukup jelas Kolom 2 : Uraian, cukup jelas Kolom 3 : Jumlah Nilai Bruto Diisi dengan jumlah penghasilan yang diterima/diperoleh. Kolom 4 : Tarif Diisi dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku Kolom 5 : PPh yang dipotong/dipungut Diisi dengan PPh atas penghasilan yang telah dipotong/dipungut, yaitu sebesar Jumlah Nilai Bruto x Tarif Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
5 Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak yang dipotong Lembar ke-2 untuk : Penyelenggara Bursa Efek Lembar ke-3 untuk : Arsip Pemotong Pajak Lembar ke-4 untuk : Pembeli/Pemegang Obligasi DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK..... (1) BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA DAN/ATAU DISKONTO OBLIGASI DAN SURAT BERHARGA NEGARA (SBN) Nomor :. (2) NPWP : (3) Alamat : a. Nama Obligasi/SBN b. Jumlah nilai nominal c. Nomor seri d. Tingkat bunga/tahun e. Tanggal jatuh tempo bunga terakhir f. Tanggal perolehan g. Tanggal penjualan Uraian (1) Bunga/Diskonto (2) h. Jumlah harga perolehan bersih (tanpa bunga) i. Jumlah harga jual bersih (tanpa bunga) j. Diskonto (i - h) k. Bunga PPh Final : ( Tarif* x Jumlah Bunga/Diskonto) Terbilang : *) Tarif berdasarkan PP Nomor 27 Tahun 2008 Tarif berdasarkan PP Nomor 16 Tahun 2009 JUMLAH Pemotong Pajak (5) NPWP : ,. 20. (4) Tanda Tangan, Nama dan Cap Perhatian : 1. Setiap nama obligasi dengan tanggal perolehan yang berbeda dibuat Bukti Pemotongan tersendiri. 2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah apabila diisi dengan lengkap dan benar. 3. Bukti Pemotongan tetap dibuat meskipun PPh... (6) Final tidak dipotong bagi bank, dana pensiun dan reksadana yang memenuhi syarat. F Lampiran I.9 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
6 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA DAN/ATAU DISKONTO OBLIGASI DAN SURAT BERHARGA NEGARA (SBN) (F ) Petunjuk Umum: Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotakkotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh: Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Pemotong Pajak terdaftar (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai administrasi yang dibuat oleh Pemotong Pajak (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan berupa bunga obligasi (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan (5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak Petunjuk Khusus: Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh berupa bunga obligasi dilakukan oleh penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, serta oleh perusahaan efek, dealer atau bank selaku pedagang perantara dan/atau pembeli. Bukti Pemotongan ini dibuat rangkap 4 (empat) oleh Pemotong Pajak, yaitu: Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak yang dipotong Lembar ke 2 : Untuk Penyelenggara Bursa Efek Lembar ke 3 : Arsip Pemotong Pajak Lembar ke 4 : Untuk Pembeli/Pemegang Obligasi. Kolom 1 : Uraian, terdiri atas: Huruf a : Nama obligasi/sbn Obligasi sebagaimana dimaksud pada kolom ini termasuk surat utang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, seperti Medium Term Note, Floating Rate Note yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Surat Berharga Negara meliputi Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara. Surat Utang Negara meliputi Obligasi Negara dan Surat Perbendaharaan Negara. Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Huruf k : : : : : : : : : : Jumlah nilai nominal, cukup jelas. Nomor seri, cukup jelas Tingkat bunga/tahun, cukup jelas. Tanggal jatuh tempo bunga terakhir, dengan format penulisan: tanggal-bulan -tahun. Tanggal perolehan, dengan format penulisan: tanggal-bulan -tahun. Tanggal penjualan, dengan format penulisan: tanggal-bulan -tahun. Jumlah harga perolehan bersih (tanpa bunga),, cukup jelas. Jumlah harga jual bersih (tanpa bunga), cukup jelas. Diskonto (i - h), cukup jelas. Bunga, cukup jelas. Kolom 2 : Bunga/Diskonto, cukup jelas. Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
7 Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK..... (1) BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI Nomor :. (2) NPWP : (3) Alamat : Terbilang : Jumlah Bruto Dividen Tarif PPh yang Dipotong (Rp) (%) (Rp) (1) (2) (3) 10%...,. 20. (4) Pemotong Pajak (5) NPWP : Perhatian : Tanda Tangan, Nama dan Cap 1. Jumlah Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari dividen yang diterima atau diperoleh WP Orang Pribadi Dalam Negeri bukan merupakan kredit pajak dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. 2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah... (6) apabila diisi dengan lengkap dan benar. F Lampiran I.12 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
8 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (F ) Petunjuk Umum: Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotakkotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh: Nama AMIR DANA WIJAYA KUSUMA SAKTI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang dipotong PPh. (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan (5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak Petunjuk Khusus: Bukti Pemotongan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yaitu: Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak Kolom 1 : Kolom 2 : Kolom 3 : Terbilang : Jumlah Bruto Dividen Diisi dengan jumlah dividen yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. Tarif, cukup jelas PPh yang dipotong Diisi dengan jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar jumlah bruto dividen x tarif Diisi untuk jumlah PPh
9 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15 Formulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 15 SPT Normal SPT Pembetulan Ke- Masa Pajak / BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK 1. NPWP : Alamat : BAGIAN B. OBJEK PAJAK Terbilang BAGIAN C. LAMPIRAN 1. Surat Setoran Pajak : lembar. 2. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal Bukti Pemotongan PPh Pasal 15 : lembar. 4. Surat Kuasa Khusus. Jumlah Bruto Imbalan Tarif PPh yang Dipotong/ Uraian KAP/KJS (Rp) (%) Terutang (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) Imbalan yang Dibayarkan/Terutang kepada Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Imbalan yang Diterima/Diperoleh Sehubungan dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang Termasuk Penyewaan Kapal Laut oleh Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri a. Penghasilan dari Indonesia b. Penghasilan dari luar Indonesia c. PPh Pasal 24 yang dapat diperhitungkan d. PPh yang dipotong pihak lain PPh yang harus dibayar sendiri (a+b) - (c+d) Imbalan Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat Udara yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri 4. Imbalan yang Diterima/Diperoleh Sehubungan dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang Termasuk Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat Udara Oleh Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri a. PPh yang disetor sendiri b. PPh yang dipotong pihak lain Imbalan Charter Pesawat Udara Yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri JUMLAH 5. Fotokopi Surat Keterangan Domisili / Certificate Of Residence (COR) yang berlaku tidak lebih dari 1 (satu) tahun dari tanggal pemotongan apabila pemotongan pajak dihitung dengan mempertimbangkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B). BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN / / / /411.. Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas. SPT Masa Diterima: Langsung dari WP PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos Nama 2 0 NPWP - Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan tanggal bulan tahun Tanggal Diisi Oleh Petugas tanggal bulan tahun F Lampiran II.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
10 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15 (F ) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Pasal 15 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat discan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) Petunjuk Khusus: 1. Bagian Judul - Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris SPT Normal jika SPT yang disampaikan merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris SPT Pembetulan Ke- jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan. - Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: SPT Pembetulan Ke- diisi dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan. - Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun. Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan. 2. Bagian A Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemotong Pajak/Wajib Pajak. 3. Bagian B SPT disampaikan oleh Pemotong/Wajib Pajak atas transaksi-transaksi yang terutang PPh Pasal 15 sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelaporan Kolom (1) Kolom (2) Kolom (3) Diisi dengan Jumlah Bruto Imbalan yang dibayarkan/terutang Kolom (4) Kolom (5) Terbilang Imbalan yang Dibayarkan/Terutang kepada Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Penyetoran Paling lama tanggal 10 bln berikutnya setelah Masa Pajak berakhir : Diisi untuk jumlah PPh Imbalan yang Diterima/Diperoleh sehubungan dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang termasuk Penyewaan Kapal Laut oleh Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Paling lama tanggal 15 bln berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir Cukup jelas. Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP). Diisi dengan Jumlah Bruto Imbalan yang diterima/diperoleh Imbalan Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat Udara yang Dibayarkan/Terutang kepada Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri Paling lama tanggal 10 bln berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Diisi dengan Jumlah Bruto Imbalan yang dibayarkan/terutang Diisi dengan tarif sesuai ketentuan yang berlaku. Cukup jelas. Imbalan yang Diterima/Diperoleh sehubungan dengan Pengangkutan Orang dan/atau Barang termasuk Charter Kapal Laut dan/atau Pesawat Udara oleh Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri Paling lama tanggal 15 bln berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Diisi dengan Jumlah Bruto Imbalan yang diterima/diperoleh 4. Bagian C Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia. Jika SPT ditandatangani oleh bukan Pemotong Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermaterai cukup. Imbalan Charter Pesawat Udara yang Dibayarkan/Terutang kepada Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri Paling lama tanggal 10 bln berikutnya setelah Masa Pajak berakhir Diisi dengan Jumlah Bruto Imbalan yang dibayarkan/terutang 5. Bagian D - Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun. - Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak.
11 Lembar ke-1 untuk : yang menyewakan Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak Lembar ke-3 untuk : penyewa DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK..... (1) BUKTI PEMOTONGAN PPh ATAS IMBALAN YANG DIBAYARKAN/TERUTANG KEPADA PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI (FINAL) Nomor :. (2) NPWP : (3) Alamat : Jumlah Bruto Imbalan Tarif PPh yang Dipotong (Rp) (%) (Rp) (1) (2) (3) Terbilang :...,. 20. (4) Pemotong Pajak (5) NPWP : Perhatian : Tanda Tangan, Nama dan Cap 1. Jumlah Pajak Penghasilan atas imbalan yang dibayarkan/terutang kepada Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri yang dipotong di atas bukan merupakan kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh. 2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah apabila... (6) diisi dengan lengkap dan benar. F Lampiran II.3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
12 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR BUKTI PEMOTONGAN PPh ATAS IMBALAN YANG DIBAYARKAN/ TERUTANG KEPADA PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI (FINAL) (F ) Petunjuk Umum: Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan halhal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling Contoh: Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemungutan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak (3) Diisi dengan identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan atas penyewaan kapal (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan (5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak Petunjuk Khusus: Bukti Pemotongan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) : Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 15 Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak Kolom 1 : Kolom 2 : Kolom 3 : Terbilang : Jumlah Bruto Imbalan Diisi dengan jumlah bruto penghasilan yang dibayarkan/terutang atas penyewaan kapal. Tarif Diisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PPh yang dipotong Diisi dengan jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar Tarif x Jumlah Bruto Imbalan Diisi untuk jumlah PPh
13 Lembar ke-1 untuk : yang menyewakan Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak Lembar ke-3 untuk : penyewa DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK..... (1) BUKTI PEMOTONGAN PPh ATAS IMBALAN YANG DIBAYARKAN/TERUTANG KEPADA PERUSAHAAN PENERBANGAN DALAM NEGERI Nomor :. (2) NPWP : (3) Alamat : Jumlah Bruto Imbalan Tarif PPh yang Dipotong (Rp) (%) (Rp) (1) (2) (3) Terbilang :.. Pemotong Pajak (5) NPWP : ,. 20. (4) Perhatian : 1. Jumlah PPh yang dipotong di atas merupakan Tanda Tangan, Nama dan Cap pembayaran dimuka atas PPh yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. Simpanlah bukti pemotongan ini baik-baik untuk diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh. 2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah apabila diisi... (6) dengan lengkap dan benar. F Lampiran II.5 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
14 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR BUKTI PEMOTONGAN PPh ATAS IMBALAN YANG DIBAYARKAN/ TERUTANG KEPADA PERUSAHAAN PENERBANGAN DALAM NEGERI (F ) Petunjuk Umum: Bukti Pemotongan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan halhal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemotongan ini, jangan lupa untuk membuat tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling Contoh: Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak (3) Diisi dengan identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan atas penyewaan pesawat udara (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan (5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak. Petunjuk Khusus: Bukti Pemotongan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) : Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 15 Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak Kolom 1 : Kolom 2 : Kolom 3 : Terbilang : Jumlah Bruto Imbalan Diisi dengan jumlah bruto penghasilan yang dibayarkan/terutang atas penyewaan pesawat udara kepada perusahaan penerbangan dalam negeri. Tarif Diisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PPh yang dipotong Diisi dengan jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar Tarif x Jumlah Bruto Imbalan Diisi untuk jumlah PPh
15 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN Masa Pajak DIREKTORAT PPh PASAL 15 / JENDERAL PAJAK I. PEMOTONG PPH PASAL 15/PENERIMA ATAU YANG MEMPEROLEH IMBALAN No. NPWP Nama Jumlah Bruto Imbalan (Rp) PPh yang Dipotong/ Dipungut (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) A. PPH YANG DIPOTONG PIHAK LAIN dst. B. PPH PIHAK LAIN YANG DIPOTONG dst. JUMLAH JUMLAH II. PERHITUNGAN PPH PASAL 24 No. Negara Sumber Penghasilan Jumlah Bruto Penghasilan (Rp) Jumlah Pajak Terutang/ Dibayar di Luar Negeri (Rp) PPh Pasal 24 yang dapat Diperhitungkan (Rp) (1) dst. JUMLAH (2) (3) (4) (5) PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Tanggal 2 0 Nama tanggal bulan tahun NPWP - Tanda Tangan & Cap D Lampiran II.2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
16 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh PASAL 15 (D ) Petunjuk Umum: Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 15 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat discan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) Petunjuk Khusus: 1. Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun. Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan. 2. Bagian I PPh yang Dipotong Pihak Lain dan PPh Pihak Lain yang Dipotong Kolom (1) : Cukup jelas. Kolom (2) : - Diisi dengan NPWP Yang Menerima/Memperoleh Imbalan atau NPWP Pemotong PPh Pasal Jika yang Menerima/Memperoleh Imbalan atau Pemotong PPh Pasal 15 tidak memiliki NPWP, diisi dengan alamat lengkap yang bersangkutan Kolom (3) : Diisi Nama Lengkap Pemotong PPh Pasal 15/Penerima atau yang Memperoleh Imbalan Kolom (4) : Diisi dengan Jumlah Bruto Imbalan. Kolom (5) : Diisi dengan Jumlah PPh Yang Dipotong. 3. Bagian II Kolom (1) Kolom (2) Kolom (3) Kolom (4) Kolom (5) : Cukup jelas. : Cukup jelas. : Diisi dengan Jumlah Bruto Imbalan dari negara sumber. : Diisi dengan Jumlah Pajak terutang/dibayar di luar negeri. : Diisi dengan Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat diperhitungkan. 4. Bagian Tanda Tangan Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya Daftar Bukti Pemotongan dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun. 5. Fotokopi Bukti Potong/Bukti Pembayaran PPh Pasal 24 dilampirkan sebagai bukti pendukung pengisian daftar ini.
17 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 Formulir ini digunakan untuk melaporkan Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 SPT Normal SPT Pembetulan Ke- Masa Pajak / BAGIAN A. IDENTITAS PEMUNGUT PAJAK/WAJIB PAJAK 1. NPWP : Alamat : BAGIAN B. OBJEK PAJAK 1. Badan Usaha Industri/Eksportir 2. Penjualan Barang yang tergolong Sangat Mewah 3. Pembelian Barang Oleh Bendaharawan/Badan Tertentu Yang Ditunjuk 4. Nilai Impor Bank Devisa/Ditjen Bea dan Cukai*) a. API b. Non API 5. Hasil Lelang (Ditjen Bea dan Cukai) 6. Penjualan Migas Oleh Pertamina / Badan Usaha Selain Pertamina a. SPBU/Agen/Penyalur (Final) b. Pihak lain (Tidak Final) 7... Terbilang : *) Coret yang tidak perlu BAGIAN C. LAMPIRAN Uraian (1) JUMLAH 1. Daftar Surat Setoran Pajak PPh Pasal 22 (Khusus untuk Bank Devisa, Bendaharawan/Badan Tertentu Yang Ditunjuk dan Pertamina/Badan Usaha selain Pertamina). 2. Surat Setoran Pajak (SSP) yang disetor oleh importir atau Pembeli Barang sebanyak: lembar (Khusus untuk Bank Devisa, Bendaharawan/Badan Tertentu Yang Ditunjuk dan Pertamina/Badan Usaha Selain Pertamina). 3. SSP yang disetor oleh Pemungut Pajak sebanyak: lembar (Khusus untuk Badan Usaha Industri/Eksportir Tertentu, Ditjen Bea dan Cukai). 4. Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 (Khusus untuk Badan Usaha Industri/Importir Tertentu dan Ditjen Bea dan Cukai). 5. Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 (Khusus untuk Badan Usaha Industri/Eksportir Tertentu dan Ditjen Bea dan Cukai). 6. Daftar rincian penjualan dan retur penjualan (dalam hal ada penjualan retur). 7. Risalah lelang (dalam hal pelaksanaan lelang). 8. Surat Kuasa Khusus. KAP/KJS (2) / / / / / / / /100 Nilai Objek Pajak (Rp) (3) PPh yang Dipungut (Rp) (4) BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas. SPT Masa Diterima: Langsung dari WP PEMUNGUT PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos Nama 2 0 NPWP - Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan tanggal bulan tahun Tanggal Diisi Oleh Petugas tanggal bulan tahun F Lampiran III.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
18 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 (F ) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Pasal 22 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat discan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) Petunjuk Khusus: 1. Bagian Judul - Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris SPT Normal jika SPT yang disampaikan merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris SPT Pembetulan Ke- jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan. - Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: SPT Pembetulan Ke- diisi dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan. - Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun. Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan. 2. Bagian A Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, nama, dan alamat) Pemungut Pajak/Wajib Pajak. 3. Bagian B SPT disampaikan oleh Pemungut Pajak atas transaksi-transaksi yang terutang PPh Pasal 22 sesuai dengan ketentuan yang berlaku: Industri/Eksportir Tertentu Bendaharawan/Badan Tertentu Bank Devisa/Ditjen Bea Cukai Impor & Lelang Penyetoran Paling lama tanggal 10 bulan takwim Pada hari yang sama dengan Sehari setelah pemungutan pajak berikutnya pelaksanaan pembayaran atas dilakukan (khusus DJBC) penyerahan barang Pelaporan Kolom (1) Kolom (2) Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh 4. Bagian C Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia. Jika SPT ditandatangani oleh bukan Pemungut Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermaterai cukup. Pertamina/BU Selain Pertamina Sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang ditebus Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir Paling lama 20 hari setelah Masa Pajak a) Bendaharawan Paling lama 14 Secara mingguan Paling lama 7 hari berakhir setelah batas waktu penyetoran pajak hari setelah Masa Pajak berakhir, berakhir (DJBC)Paling lama 20 hari b) Badan Tertentu Paling lama 20 setelah Masa Pajak berakhir (Bank Devisa) hari setelah Masa Pajak berakhir. Cukup jelas Cukup jelas Coret yang tidak diperlukan Cukup jelas Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP). Kolom (3) Diisi Jumlah penjualan/pembelian Neto Dalam Negeri Kolom (4) Diisi dengan PPh Pasal 22 yang dipungut sebesar : Tarif x Penjualan/Pembelian Bruto Diisi Jumlah Pembelian Barang, tidak termasuk PPN/PPnBM Diisi dengan PPh yang dipungut sebesar : Tarif x Pembelian tidak termasuk PPN/PPnBM Diisi Jumlah Nilai Impor. (Cost, Insurance and Freight + Bea Masuk + Pungutan Lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan perundangundangan pabean di bidang impor) Diisi dengan jumlah PPh Pasal 22 atas impor yang dipungut sebesar : Tarif x Nilai Impor. Diisi Jumlah Rupiah Penjualan Migas sesuai dengan lampiran Daftar SSP. Diisi jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut (dari lampiran Daftar SSP) 5. Bagian D - Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemungut Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun. - Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak.
19 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DAFTAR BUKTI PEMUNGUTAN Masa Pajak DIREKTORAT PPh PASAL 22 / JENDERAL PAJAK No. NPWP Nama (1) dst. Bukti Pemungutan Nilai Objek Pajak PPh yang Nomor Tanggal (Rp) Dipungut (Rp) (2) (3) (4) (5) (6) JUMLAH (7) PEMUNGUT PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Tanggal 2 0 Nama tanggal bulan tahun NPWP - Tanda Tangan & Cap D Lampiran III.2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
20 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DAFTAR BUKTI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 (D ) Petunjuk Umum: Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat discan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh : dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) Petunjuk Khusus: 1. Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun. Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan. 2. Kolom (1) : Cukup Jelas Kolom (2) : - Diisi dengan NPWP Wajib Pajak yang dipungut. - Jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP, maka diisi dengan alamat lengkap Wajib Pajak yang bersangkutan. Kolom (3) : Diisi Nama Lengkap Wajib Pajak Kolom (4) : Diisi dengan Nomor Bukti Pemungutan Kolom (5) : Diisi dengan tanggal dilakukannya pemungutan Kolom (6) : Diisi jumlah bruto transaksi untuk setiap bukti pemungutan Kolom (7) : Diisi dengan PPh Pasal 22 yang dipungut 3. Bagian Tanda Tangan Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemungut Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya Daftar Bukti Pemugutan dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.
21 Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak Lembar ke-3 untuk : Pemungut Pajak DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR PELAYANAN PAJAK (1) BUKTI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 (OLEH BADAN USAHA INDUSTRI/EKSPORTIR TERTENTU) Nomor :. (2) NPWP : (3) Alamat : No. Uraian Harga (Rp) Tarif Lebih Tinggi 100% (Tdk ber-npwp) Tarif (%) Pajak yang Dipungut (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Jenis Industri : Penjualan Bruto : Semen Kertas Baja Otomotif Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah : Harga Jual : 7. Industri/Eksportir : Pembelian Bruto : Sektor Sektor Badan Tertentu Lainnya : JUMLAH Terbilang :.,. 20. (4) Perhatian : Pemungut Pajak, (5) NPWP : Jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut di atas Tanda Tangan, Nama dan Cap merupakan pembayaran di muka atas PPh yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. Simpanlah Bukti Pemungutan ini baik-baik untuk diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh.... (6) 2. Bukti Pemungutan ini dianggap sah apabila diisi dengan lengkap dan benar F Lampiran III.3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
22 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR BUKTI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 (Oleh Badan Usaha Industri/Eksportir Tertentu) (F ) Petunjuk Umum: Bukti Pemungutan ini menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan halhal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri Bukti Pemungutan ini, jangan lupa untuk membuat tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh: Nama PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: (BUKAN ,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemungutan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Badan Usaha Industri/Eksportir. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang dipungut PPh Pasal 22 (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemungutan Pajak (5) Diisi dengan identitas lengkap Pemungut Pajak (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemungut Pajak. Petunjuk Khusus: Sebagai Pemungut Pajak PPh Pasal 22 Badan Usaha Industri dan Eksportir tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku wajib membuat Bukti Pemungutan Pajak ini dalam rangkap 3 (tiga) : Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak Lembar ke 2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa. Lembar ke 3 : Untuk Pemungut Pajak Kolom 1 : Nomor, cukup jelas Kolom 2 : Uraian - Angka 5 dan 6 diisi dengan industri tertentu lainnya yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 sesuai ketentuan yang berlaku. - - Angka 7 diisi dengan barang yang tergolong sangat mewah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Angka 8 dan angka 9 diisi dengan industri/eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, perikanan dan industri/eksportir tertentu lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. Kolom 3 : Harga Penjualan/Pembelian Bruto Cukup jelas Kolom 4 : Tarif Lebih Tinggi 100% (Tdk ber-npwp) Jika pemungutan dilakukan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, isilah kotak dengan tanda X, namun jika pemungutan dilakukan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP maka kosongkan kotak. Kolom 5 : Tarif Diisi dengan besarnya tarif yang berlaku. Jika dikenakan pemungutan 100% lebih tinggi, kolom tarif diisi sebesar 200% x besarnya tarif yang berlaku. Kolom 6 : PPh yang dipungut Diisi dengan jumlah PPh Pasal 22 yang dipungut, yaitu Kolom 3 x Kolom 5. Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh
23 DEPARTEMEN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 Formulir ini digunakan untuk melaporkan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26 SPT Normal SPT Pembetulan Ke- Masa Pajak / BAGIAN A. IDENTITAS PEMOTONG PAJAK/WAJIB PAJAK 1. NPWP : Alamat : BAGIAN B. OBJEK PAJAK 1. PPh Pasal 23 yang telah Dipotong Dividen *) 2. Bunga **) 3. Royalti 4. Hadiah dan penghargaan 5. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta ***) 6. Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konsultansi dan jasa lain sesuai dengan PMK-244/PMK.03/2008 : a. Jasa Teknik b. Jasa Manajemen c. Jasa Konsultan d. Jasa lain :****) 1) 2) 3) 7. JUMLAH Terbilang :... PPh Pasal 26 yang telah Dipotong 1. Dividen 2. Bunga 3. Royalti 4. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan penggunaan harta 5. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan 6. Hadiah dan penghargaan 7. Pensiun dan pembayaran berkala 8. Premi swap dan transaksi lindung nilai 9. Keuntungan karena pembebasan utang 10. Penjualan harta di Indonesia 11. Premi asuransi/reasuransi 12. Penghasilan dari pengalihan saham 13. Penghasilan Kena Pajak BUT setelah pajak JUMLAH Terbilang :... *) Tidak termasuk dividen kepada WP Orang Pribadi Dalam Negeri. ***) Kecuali sewa tanah dan bangunan. **) Tidak termasuk bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada WP OP. ****) Apabila kurang harap dibuat lampiran tersendiri. BAGIAN C. LAMPIRAN 1. Surat Setoran Pajak : lembar. 4. Surat Kuasa Khusus. 2. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Pasal Legalisasi fotocopy Surat Keterangan Domisili yang masih 3. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 berlaku, dalam hal PPh Pasal 26 dihitung berdasarkan tarif dan/atau Pasal 26 : lembar. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B). BAGIAN D. PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN Jumlah Penghasilan Perkiraan Uraian KAP/KJS Bruto Penghasilan (Rp) Neto (%) (1) (2) (3) (4) /101 Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas. SPT Masa Diterima: Langsung dari WP PEMOTONG PAJAK/PIMPINAN KUASA WAJIB PAJAK Melalui Pos Nama 2 0 NPWP - Uraian KAP/KJS Jumlah Penghasilan Bruto (Rp) PPh yang Dipotong (Rp) (1) (2) (3) (4) / / / / / / / / / / / / / / / / / / / /104 Tanda Tangan & Cap Tanggal 2 0 Tanda Tangan tanggal bulan tahun Tanggal PPh yang Dipotong (Rp) Diisi Oleh Petugas tanggal bulan (5) tahun F Lampiran IV.1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-53/PJ/2009
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2015 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 53/PJ/2009
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F )
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F.1.1.32.04) 1. Bagian Judul - Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris SPT Normal jika SPT yang disampaikan merupakan
Lebih terperinciBUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto
Lampiran I Perturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-42/PJ/2008 Tanggal : 20 Oktober 2008 Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008 Umum : PETUNJUK
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU
Lebih terperinciSPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-32/PJ/2009 Tanggal : 25 Mei 2009 Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Masa Pajak SPT Masa Pajak Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Formulir
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
12 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang pelaksanaan kerja praktek Selama melaksanakan praktek kerja lapangan penulis di tempatkan di bagian pemasaran dan bagian umum. Di bagian ini pula penulis
Lebih terperinciNo Nama PNS Golongan. Tarif PPh Ps 21
PPh Pasal 2 A. Data Bendahara Nama Satker : Bendahara Pengeluaran Biro Umum Setjen Kemenkes NPWP : 00.44.97.2-063.000 Alamat : Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9, Kuningan Timur, Jakarta Nama Bendahara
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009 www.peraturanpajak.com Page : 1 info@peraturanpajak.com www.peraturanpajak.com Page : 2 info@peraturanpajak.com
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B.PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN
Lebih terperinciFAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10
Lembar ke-2 : Untuk Penjual BKP/Pemberi JKP sebagai bukti Pajak Keluaran FAKTUR PAJAK Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10 Pengusaha Kena Pajak Nama : PT. Jive Entertainment Alamat : Jl. Patra Kuningan
Lebih terperinciDAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-04/PJ/2017 TENTANG : BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK IDENTITAS PERHATIAN TAHUN PAJAK FORMULIR SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK
Lebih terperinciFORMAT FORMULIR LAPORAN PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 257/PMK.011/2011 TENTANG : TATA CARA PEMOTONGAN DAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN LAIN KONTRAKTOR BERUPA UPLIFT ATAU IMBALAN
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.
PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ./2009) Tahun Pajak : 2009 Formulir 1770 S ini merupakan formulir SPT Tahunan
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
FORMULIR DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN 177 S SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; DALAM NEGERI LAINNYA;
Lebih terperinciKewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP
Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
770 PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
Lebih terperinciSURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN
Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PERHATIAN 770 BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU PEMBUKUAN PENCATATAN DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.
Lebih terperinciSURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot
STIE Widya Praja Tanah Grogot Tanggal Penerbitan 25 April 2016 Pertemuan SURAT SETORAN PAJAK Wajib Pajak dapat membayar pajak yang terutang dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1. Dengan menggunakan Surat Setoran
Lebih terperinciNOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :
D. PPh KURANG/LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771/$ SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
10 S SPT AN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MEMPUNYAI PENGHASILAN : DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DALAM NEGERI LAINNYA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL PERHATIAN SEBELUM
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B.PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR PAJAK PERHATIAN 77 S SPT AN
Lebih terperinciPajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22
Pajak Penghasilan Pasal 22 05 seri PPh PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh: 1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga
Lebih terperinciTABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN
LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 38 /PJ/2009, TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PAJAK TABEL AKUN PAJAK DAN 1. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 21 100 Masa PPh Pasal
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
0 S SPT AN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MEMPUNYAI PENGHASILAN : DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DALAM NEGERI LAINNYA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL PERHATIAN SEBELUM
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771 SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK
Lebih terperinciSOSIALISASI. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Tahun Pajak 2017
SOSIALISASI SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Tahun Pajak 2017 PMK NOMOR 243/PMK.03/2014 s.t.d.t.d. PMK NOMOR 9/PMK.03/2018 Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan,
Lebih terperinciBuku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh
165 BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh PENGERTIAN SKB adalah Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi WP yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu, sama
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0
0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
Lebih terperinciSPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA
1771/$ PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
Lebih terperinciTABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN
TABEL AKUN PAJAK DAN Berdasarkan : 1. PER-38/PJ/2009 2. PER-23/PJ/2010 dan SE-54/PJ/2010 3. PER-24/PJ/2013 Keterangan : 1. Yang berwarna.. adalah perubahan yang terdapat dalam PER-23/PJ/2010 dan SE-54/PJ/2010
Lebih terperinciModul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
Lebih terperinciSURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 6
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS; DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU X PEMBUKUAN PENCATATAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciBENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018
KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK
KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL 25 BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR 1770 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI
Lebih terperinci4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.
77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN
Lebih terperinciIII/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.
1771 - III/$ LAMPIRAN - III KREDIT PAJAK DALAM NEGERI NO. NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / TRANSAKSI PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN
Lebih terperinciPPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah
PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah PEMOTONG Objek Pajak 1. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR BAGI WAJIB PAJAK YANG
Lebih terperinciIBNU KHAYATH FARISANU 1 / 9 STIE
PASAL 04 AYAT 02 1. Bunga Deposito dan Tabungan Lainnya a. Obyek PPh Final adalah bunga deposito, bunga tabungan lainnya dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI). b. Besar tarif pemotongan adalah 20%
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN FORMULIR SURAT PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SEDERHANA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRAN-LAMPIRANNYA)
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I NOMOR PER-32/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PEMBEBASAN DARI PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG DIKENAI PAJAK PENGHASILAN
Lebih terperinciPokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010
Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010 Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan 2008 Direktorat Jenderal
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
1771 PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN)
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
IDENTITAS FORMULIR PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciKeputusan Dirjen Pajak No. KEP-241/PJ./2002, Tgl
TATA CARA DAN PROSEDUR PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DAN DISKONTO OBLIGASI YANG DIPERDAGANGKAN DAN ATAU DILAPORKAN PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-241/PJ./2002,
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 22
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh : 1 Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga-lembaga negara
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013 TATA CARA PEMBEBASAN DARI PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG DIKENAI PAJAK PENGHASILAN BERDASARKAN
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PERHATIAN 0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN SPT YANG DIKENAKAN
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi
Lebih terperinciPER - 43/PJ/2009 BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2),
PER - 43/PJ/2009 BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), Contributed by Administrator Friday, 24 July 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciPajak Penghasilan Umum. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Adalah pajak atas penghasilan sebagai berikut:
Pajak Penghasilan Umum Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Adalah pajak atas penghasilan sebagai berikut: 1. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,
Lebih terperinciPERTEMUAN 6 By Ely Suhayati SE MSi Ak
PERTEMUAN 6 By Ely Suhayati SE MSi Ak PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) / PPH FINAL Penghasilan yang termasuk penghasilan pasal 4 ayat (2) perlu diberikan perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajaknya
Lebih terperinciBENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III
BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III BAB III BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Lebih terperinciPenghasilan Lainnya Bulan... Tahun... Biaya (Rp) Jumlah Bruto (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6)
LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-4/PJ/2009 Bentuk dan Tata Cara Pencatatan Yang Diterima Dari Luar Kegiatan Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Yang Merupakan Objek Pajak Yang Tidak Dikenai
Lebih terperinciPENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I
BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang
Lebih terperinciKeputusan Dirjen Pajak No. KEP-240/PJ./2002, Tgl
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP- 108/PJ.1/1996 TENTANG BENTUK FORMULIR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN KEP-506/PJ./2001 Keputusan
Lebih terperinciSURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Nomor Telepon : Nomor Faksimile : Nomor Telepon Baru Kegiatan Usaha :
KEMENTERIAN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Masa Pajak. 20 Pembetulan Masa Pajak 20 Ke- ( ) F O R M U L I R 1101 PUT
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771
SPT TAHUNAN 1771 DEPARTEMEN KEUANGAN RI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA "X" DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP DAN JELAS 2 0 0 6 SESUAI DENGAN PETUNJUK PENGISIAN BL TH BL TH
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan Menurut Undang-Undang no. 28 th. 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
Lebih terperinciBENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V
BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V BAB V BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS
Lebih terperinciNama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat
Lampiran I Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25 No. NPWP tempat usaha/ gerai (outlet) KPP Lokasi Alamat Peredaran Usaha (Perdagangan) Penghasilan Penghasilan
Lebih terperinciOLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA
OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh
Lebih terperinciDATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK
DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK A. NPWP : 0 7 4 5 6 1 2 3 0 0 1 3 0 0 0 B. C. JENIS USAHA : SPESIFIKASI USAHA : D. ALAMAT : Pegawai Swasta JL. BATU TULIS NO. 33 E. KELURAHAN / : KECAMATAN F. KOTA / KODE POS
Lebih terperinciC. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN
Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998
BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang
Lebih terperinciLAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
DEPARTEMEN KEUANGAN RI LAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP ATAU PENERIMA PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI TUA / TABUNGAN HARI TUA (THT)
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2
0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN SEBELUM MENGISI BACALAH
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 24/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 24/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR
Lebih terperinciPertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26
Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26 Pertemuan 5 41 P5.1 Teori Pajak Penghasilan 23, 25, 26 & Pasal 4 ayat 2 A. Pengertian PPh Pasal 23 Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):
digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Pajak telah banyak didefinisikan oleh beberapa pakar. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi
Lebih terperinciKementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari
Lebih terperinciDIREKTUR JENDERAL PAJAK,
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-30/PJ/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-38/PJ/2009
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI) (SPT 1770
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (SPT TAHUNAN PPh PASAL 21) (SPT 1721 beserta lampiran-lampirannya)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan penyetoran atau pembayaran
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perlakuan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN SERTA SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN
Lebih terperinciBAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP
digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Surat Setoran Pajak (SSP) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
Lebih terperincilebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh), karena dalam PPh ada Perampungan yang dilakukan setiap akhir tahun
Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban untuk memasukkan obyek pajak dan pajak yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak akhir tahun, karena pajak
Lebih terperinciKetentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun
Lebih terperinci(FORMULIR 1771 DAN FORMULIR 1771/$) PETUNJUK UMUM
LAMPIRAN VIII PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 19 /PJ/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 34/PJ/2010 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN
Lebih terperinciPenjelasan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2010
Peraturan pelaksanaan Pasal 3A ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor, tanggal 40/PMK.03/2010 22 Februari 2010 Mulai berlaku : 1 April 2010 Tentang Tata Cara Penghitungan, Pemungutan, Penyetoran, dan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK BUKTI
Lebih terperinciOleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011
Pajak Penghasilan Pasal 22 Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com Sub Topik 1. UU No. 36 Tahun 2008-Pasal 22 2. Pemungut
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2 September 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN
Lebih terperinciPemotongan/PemungutanPPh
Pemotongan/PemungutanPPh KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPAJAK OASIS Pemotongan/Pemungutan PPh R E V I S I 2 0 1 3 UNTUK KEPENTINGAN DINAS TIDAK DIPERJUALBELIKAN OASIS PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010
Lebih terperinci