DAFTAR ISI. Daftar Isi... Kata Pengantar... Peraturan Bersama... BAB I PENDAHULUAN... 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Daftar Isi... Kata Pengantar... Peraturan Bersama... BAB I PENDAHULUAN... 1"

Transkripsi

1 PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PT TASPEN (PERSERO)

2

3 DAFTAR ISI Daftar Isi... Kata Pengantar... Peraturan Bersama... iii v vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Penyusunan... 2 C. Maksud dan Tujuan... 2 D. Pengertian... 3 BAB II BENTURAN KEPENTINGAN... 5 A. Kebijakan atas Benturan Kepentingan... 5 B. Kewajiban Menyusun Daftar Khusus... 5 C. Jenis-jenis Benturan Kepentingan... 6 D. Bentuk-Bentuk Situasi Benturan Kepentingan E. Sumber Penyebab Benturan Kepentingan BAB III PENANGANAN SITUASI BENTURAN KEPENTINGAN A. Prinsip Dasar B. Pelaporan atas Benturan Kepentingan C. Sanksi terhadap Benturan Kepentingan iii

4 BAB IV PENCEGAHAN TERJADINYA SITUASI BENTURAN KEPENTINGAN BAB V PENUTUP iv

5 KATA PENGANTAR Implementasi Good Corporate Governance sangat bergantung dari kemampuan Perusahaan untuk menginternalisasikan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan. Dalam Implementasi penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance bukan hanya dibutuhkan kesadaran Manajemen, tetapi juga dibutuhkan kesadaran di semua level jajaran organisasi dalam Budaya Integritas yang dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk meningkatkan produktivitas dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan bisnis yang sangat kompetitif. Perusahaan yang berbudaya integritas melengkapi tata kelola perusahaan dengan pedoman-pedoman antara lain Pedoman Good Corporate Governance, Board Manual, Code of Conduct, Pedoman Benturan Kepentingan, Standard Operating Procedure, Pedoman Whistleblowing System serta patuh dalam menjalankan kaidah-kaidah tata kelola perusahaan yang baik, sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan. Implementasi Good Corporate Governance membuat perusahaan dipercaya oleh stakeholders. Dengan modal kepercayaan tersebut, perusahaan memiliki daya saing yang tinggi untuk dapat berkompetisi dalam setiap situasi di lingkungan bisnis yang dinamis. v

6 ini menjadi kerangka acuan bagi Insan Taspen untuk mengenal, mencegah dan mengatasi benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Pedoman ini bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai kebutuhan, masukan dari berbagai pihak sangatlah kami harapkan dalam rangka penyempurnaan Pedoman Benturan Kepentingan PT TASPEN (PERSERO). PT TASPEN (Persero) Direksi, Iqbal Latanro Direktur Utama vi

7 PERATURAN BERSAMA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT DANA TABUNGAN DAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI (PERSERO) NOMOR PD 36/DIR/2014 KEP-12/DK-TASPEN/2014 TENTANG PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PT TASPEN (PERSERO) DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT DANA TABUNGAN DAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI (PERSERO), Menimbang: a. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang melebihi harapan peserta dalam pengelolaan Tabungan Hari Tua dan Program Pensiun, perlu adanya upaya untuk menghindari benturan kepentingan sehingga dapat mencegah pemanfaatan jabatan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok untuk tujuan tertentu; b. bahwa Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris Nomor SK-42/DIR/2009 dan S-13/DK-TASPEN/8/2009 tentang Benturan Kepentingan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris Nomor SK-13/DIR/2011 dan SK-14/DK-TASPEN/2011 sudah tidak sesuai vii

8 dengan perkembangan perusahaan sehingga perlu dilakukan penyempurnaan dan pengaturan kembali; c. bahwa berdasarkan menimbang sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris tentang Pedoman Benturan Kepentingan PT TASPEN (PERSERO); Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara; 2. Anggaran Dasar PT TASPEN (PERSERO) Nomor 04 tanggal 4 Januari 1982 yang telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Nomor 04 tanggal 5 Februari 2014, yang perubahannya telah diterima dan dicatat di dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU AH tahun 2014 tanggal 12 Februari 2014; 3. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 09/ MBU/2012; 4. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-236/MBU/2013 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan viii

9 Perseroan (Persero) PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri, Juncto Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-400/MBU/2013 tentang Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengangkatan Angota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri; 5. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-428/MBU/2013 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan (Persero) PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri, Juncto Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-07/ MBU/2014 tentang Pengangkatan Angota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan (Persero) PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri; 6. Surat Edaran Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor SE-06/MBU/2014 tentang Pencegahan Praktek Nepotisme Di Badan Usaha Milik Negara; 7. Peraturan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris PT TASPEN (PERSERO) Nomor PD-11/DIR/2013 dan KEP.02/DK-TASPEN/2013 tentang Pedoman Good Corporate Governance PT TASPEN (PERSERO); 8. Peraturan Direksi PT TASPEN (PERSERO) Nomor PD-25/ DIR/2013 tentang Struktur Organisasi dan Tanggung Jawab Jabatan PT TASPEN (PERSERO). ix

10 MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN BERSAMA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT DANA TABUNGAN DAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI (PERSERO) TENTANG PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PT TASPEN (PERSERO). Pasal 1 (1) Menetapkan Pedoman Benturan Kepentingan PT TASPEN (PERSERO) sebagaimana dimaksud dalam Lampiran dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini. (2) Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh Karyawan wajib memedomani Pedoman Benturan Kepentingan PT TASPEN (PERSERO). Pasal 2 Maksud dan tujuan Pedoman Benturan Kepentingan PT TASPEN (PERSERO) sebagai berikut: a. sebagai acuan bagi Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh Karyawan PT TASPEN (PERSERO) untuk memahami, mencegah dan mengatasi keadaan yang dapat menimbulkan benturan kepentingan; b. mewujudkan pengelolaan perusahaan yang bersih, sehat dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku; x

11 c. meningkatkan integritas dan mencegah terjadinya kerugian bagi perusahaan akibat penyalahgunaan jabatan. Pasal 3 Pada saat Peraturan Bersama ini berlaku, Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris PT TASPEN (PERSERO) Nomor SK-42/DIR/2009 dan S-13/DK-TASPEN/8/2009 tentang Benturan Kepentingan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris Nomor SK-13/DIR/2011 dan SK-14/DK-TASPEN/2011 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 4 Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila terdapat kekeliruan akan diubah dan/atau diperbaiki kembali sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 1 September 2014 Komisaris Utama Direktur Utama Eddy Abdurachman Iqbal Latanro xi

12 xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan bisnisnya PT TASPEN (PERSERO) senantiasa dituntut untuk melaksanakannya dengan penuh amanah, transparan dan akuntabel. Untuk itu Perusahaan menyadari pentingnya sikap yang tegas terhadap penanganan benturan kepentingan yang mungkin terjadi di Perusahaan sehingga dapat tercipta pengelolaan Perusahaan yang bersih, sehat dan benar, serta hubungan yang harmonis dengan seluruh stakeholders. Namun demikian, dalam menjalankan hubungan yang harmonis tersebut senantiasa terdapat potensi terjadinya situasi benturan kepentingan yang mungkin tidak dapat dihindari. Kurangnya pemahaman terhadap benturan kepentingan dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda dan memberikan pengaruh negatif terhadap citra perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka disusunlah Pedoman Benturan Kepentingan ini yang merupakan penyempurnaan dan pengaturan kembali Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris Nomor: SK-13/DIR/2011 dan SK-14/DK-TASPEN/2011 tentang Perubahan atas Keputusan Bersama Direksi dan Komisaris Nomor: SK-42/DIR/2009 dan SK-13/DK-TASPEN/8/2009 tentang Benturan Kepentingan, yang berpedoman kepada peraturan perundangundangan yang berlaku, serta diselaraskan dengan Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct), serta Nilai-nilai Perusahaan. 1

14 Revisi Pedoman ini dilakukan atas dasar pemenuhan tindak lanjut Area of Improvement hasil Assessment Good Corporate Governance Tahun Buku B. LANDASAN PENYUSUNAN ini disusun dengan dilandasi oleh sikap berikut: 1. Selalu mengutamakan kepatuhan pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mengindahkan normanorma yang berlaku pada masyarakat dimana Perusahaan beroperasi. 2. Senantiasa berupaya menghindarkan diri dari tindakan, perilaku ataupun perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan Benturan Kepentingan, Korupsi, Kolusi maupun Nepotisme serta selalu mengutamakan kepentingan Perusahaan di atas kepentingan pribadi, keluarga, kelompok ataupun golongan. C. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Sebagai Pedoman bagi Insan Taspen untuk memahami, mencegah dan mengatasi situasi-situasi Benturan Kepentingan; 2. Sebagai Pedoman bagi Insan Taspen dalam mengambil sikap yang tegas terhadap Benturan Kepentingan di Perusahaan untuk mewujudkan pengelolaan Perusahaan yang bersih, sehat dan benar. 3. Meningkatkan integritas dan mencegah terjadinya kerugian perusahaan; 2

15 4. Mewujudkan pengelolaan perusahaan yang bebas dari segala bentuk Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). D. PENGERTIAN 1. Perusahaan adalah PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau disingkat PT TASPEN (PERSERO). 2. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest), adalah situasi atau kondisi dimana Insan Taspen yang karena jabatan/posisinya, memiliki kewenangan yang berpotensi dapat disalahgunakan baik disengaja maupun tidak disengaja untuk kepentingan lain sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusannya, serta kinerja hasil keputusan tersebut dapat merugikan perusahaan. 3. Direksi adalah Organ Persero yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Persero untuk kepentingan Persero sesuai dengan maksud dan tujuan Persero, serta mewakili Persero baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. 4. Dewan Komisaris adalah Organ Perusahaan Perseroan (Persero) yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero. 5. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. 3

16 6. Insan Taspen adalah Dewan Komisaris, Direksi, Komite dan seluruh Karyawan PT TASPEN (PERSERO), termasuk karyawan yang ditugaskan di Anak Perusahaan dan instansi lainnya, serta orang-orang/instansi yang secara langsung bekerja untuk dan atas nama PT TASPEN (PERSERO). 7. Pegawai adalah seluruh Pelaksana dan Pejabat yang selanjutnya disebut Karyawan dan diberikan imbalan jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku. 8. Pejabat adalah Karyawan yang diangkat oleh Direksi dan diserahi tugas dalam jabatan tertentu. 9. Pejabat Struktural adalah pejabat yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab secara hirarki struktural. 10. Pejabat Fungsional adalah pejabat yang tugas, wewenang dan tanggung jawab berdasarkan keahlian atau ketrampilan tertentu yang dipersyaratkan oleh perusahaan. 4

17 BAB II BENTURAN KEPENTINGAN A. KEBIJAKAN ATAS BENTURAN KEPENTINGAN 1. Perusahaan menghindari Benturan Kepentingan atau potensi terjadinya Benturan Kepentingan yang dapat merugikan kepentingan Perusahaan dan mendorong terciptanya iklim persaingan usaha yang sehat. 2. Insan Taspen tidak memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi, orang lain maupun kelompok untuk tujuan tertentu. B. KEWAJIBAN MENYUSUN DAFTAR KHUSUS 1. Dewan Komisaris dan Direksi PT TASPEN (PERSERO) diwajibkan untuk mengungkapkan kepemilikan saham-saham atau keberadaannya di perusahaan lain dengan daftar khusus. 2. Dewan Komisaris dan Direksi PT TASPEN (PERSERO) wajib memperbaharui daftar khusus secara berkala sesuai dengan perubahan saham yang dimiliki. 3. Perusahaan wajib menyimpan daftar khusus secara rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan audit berkaitan dengan identifikasi potensi terjadinya Benturan Kepentingan. 4. Unit Penyimpan daftar khusus Dewan Komisaris dan Direksi PT TASPEN (PERSERO) adalah unit kerja yang menangani Good Corporate Governance berkoordinasi dengan unit kerja yang memiliki fungsi Sekretaris Perusahaan. 5

18 C. JENIS-JENIS BENTURAN KEPENTINGAN 1. Benturan Kepentingan dalam Proses Pengadaan Barang dan/atau Jasa a. Insan Taspen yang karena jabatannya terlibat dalam proses pengadaan barang dan/atau jasa serta memiliki potensi terjadinya Benturan Kepentingan tidak diperbolehkan mengikuti proses pelaksanaan pengadaan barang dan/atau jasa antara lain: 1) Mengundang, memberikan persetujuan dan membahas pekerjaan dengan rekanan yang berkompetisi. 2) Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang terkait dengan proses pengadaan barang dan/atau jasa. 3) Melibatkan perusahaan milik suami/isteri, anak, saudara atau kerabat dalam kegiatan bisnis yang terkait dengan tugas dan wewenang dalam jabatannya. 4) Melakukan tindakan yang dinilai dapat memberikan keuntungan tertentu kepada pihak lain. 2) Bila Benturan Kepentingan tidak dapat dihindari, maka Insan Taspen harus mengundurkan diri dari keterlibatannya dalam proses pengadaan barang dan/atau jasa. 2. Benturan Kepentingan dalam Perangkapan Jabatan a. Dewan Komisaris 1) Dewan Komisaris dilarang memangku jabatan rangkap sebagai: a) Anggota Direksi pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Swasta; 6

19 b) Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, pengurus partai politik dan/atau calon/anggota legislatif dan/atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; c) Jabatan lain yang dapat menimbulkan Benturan Kepentingan. 2) Dewan Komisaris yang dalam proses memangku jabatan rangkap sebagaimana dimaksud huruf a), maka kepada yang bersangkutan harus memilih salah satu jabatan yang tersedia dan mengundurkan diri dari jabatan lama paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pengangkatan jabatan baru. 3) Apabila Dewan Komisaris tidak mengundurkan diri sebagaimana dimaksud huruf b), maka jabatannya sebagai Dewan Komisaris PT TASPEN (PERSERO) berakhir terhitung sejak terjadinya perangkapan jabatan. b. Direksi 1) Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai: a) Anggota Direksi pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Swasta; b) Anggota Dewan Komisaris pada Badan Usaha Milik Negara; c) Jabatan struktural dan fungsional lainnya pada Instansi/Lembaga Pemerintah Pusat dan atau Daerah; 7

20 d) Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, pengurus partai politik dan/atau calon/anggota legislatif dan/atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; e) Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan 2) Selain jabatan rangkap sebagaimana dimaksud pada butir 1), Anggota Direksi BUMN dilarang memangku jabatan rangkap sebagai anggota Dewan Komisaris pada badan usaha swasta, kecuali sebagai Dewan Komisaris pada anak perusahaan atau perusahaan patungan, dengan ketentuan hanya berhak atas penghasilan sebagai anggota Dewan Komisaris pada 1 (satu) anak perusahaan atau perusahaan patungan maksimal 30% (tiga puluh persen) dari gaji anggota Direksi di perusahaan, sedangkan penghasilan pada anak perusahaan atau perusahaan patungan lainnya, diserahkan menjadi penghasilan perusahaan. 3) Anggota Direksi yang memangku jabatan rangkap yang dilarang sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan butir 2), masa jabatannya sebagai Anggota Direksi berakhir terhitung sejak terjadinya perangkapan jabatan tersebut. 4) Dalam hal seseorang yang menjabat pada jabatan rangkap yang dilarang sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan butir 2) diangkat menjadi Anggota Direksi, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari jabatannya tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pengangkatan sebagai Anggota Direksi. 8

21 5) Dalam hal Anggota Direksi yang bersangkutan tidak mengundurkan diri dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada butir 4), maka jabatannya sebagai Anggota Direksi berakhir dengan lewatnya 30 (tiga puluh) hari tersebut. 6) Apabila Anggota Direksi berhalangan sementara atau oleh suatu sebab jabatan anggota Direksi lowong maka tidak diperkenankan rangkap jabatan atau merangkap Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) antara: a) Direktur Utama dengan Direktur Investasi; b) Direktur Utama dengan Direktur Keuangan; c) Direktur Keuangan dengan Direktur Investasi; 7) Apabila Direktur Keuangan atau Direktur Investasi berhalangan sedangkan Direktur lain tidak dapat merangkap Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) maka jabatan Direktur Keuangan dapat dirangkap oleh Direktur Investasi atau sebaliknya. c. Insan Taspen dilarang menjadi pengurus atau anggota pada Partai Politik dan/atau Calon/Anggota Legislatif. d. Pejabat yang tidak dapat menjadi Pengurus Serikat Karyawan TASPEN adalah sebagai berikut: 1) Manajer Utama/setingkat, Kepala Desk, Kepala PKBL, Kepala/Wakil Kepala Kantor Cabang Utama, Kepala Kantor Cabang dan Kepala Satuan Pengawasan Intern Daerah; 9

22 2) Pejabat Struktural maupun Fungsional di lingkungan Sekretaris Perusahaan, Satuan Pengawasan Intern, Divisi SDM, Desk Hukum dan Manajer Anggaran di Kantor Pusat serta Pejabat di Kantor Cabang Utama/Kantor Cabang yang membidangi Personalia. 3. Benturan Kepentingan dalam Kegiatan Sampingan Insan Taspen dapat melakukan kegiatan lain di luar jam kerja dengan syarat: a. Tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas di Perusahaan; b. Secara langsung maupun tidak langsung tidak mempengaruhi kegiatan Perusahaan; c. Tidak mengganggu tugas atau menurunkan kemampuan yang bersangkutan dalam memenuhi tugas pokoknya di Perusahaan. 4. Benturan Kepentingan dalam Proses Perkara di Pengadilan a. Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perusahaan baik secara langsung atau melalui surat kuasa berperkara di pengadilan untuk dan atas nama Perusahaan dalam hal: 1) Terjadi perkara di pengadilan antara Perusahaan dengan anggota Direksi yang bersangkutan; 2) Anggota Direksi secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai kepentingan atas suatu perkara yang sedang terjadi; 3) Apabila perkara sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan butir 2) karena sifat perbuatannya ditemukan kesalahan atau kelalaian dari Direksi yang bersangkutan, maka 10

23 Direksi yang bersangkutan bertanggungjawab penuh secara pribadi atas kesalahan atau kelalaiannya. b) Karyawan yang berperkara atau mempunyai kepentingan atas suatu perkara dengan Perusahaan tidak boleh menerima kuasa Direksi atau mewakili Perusahaan di dalam maupun di luar pengadilan. 5. Benturan Kepentingan dalam Hubungan Kekerabatan a. Direksi atau Kepala Satuan Pengawasan Intern (SPI) tidak diperkenankan menugaskan seseorang untuk melakukan audit pada suatu unit kerja dimana terdapat karyawan yang memiliki hubungan kekerabatan dengan auditor; b. Direksi tidak diperbolehkan mengangkat karyawan yang memiliki hubungan sebagai suami/isteri, anak/menantu, kakak, dan/atau adik dengan Direksi dan/atau Dewan Komisaris. c. Direksi tidak diperbolehkan mengangkat karyawan yang memiliki hubungan anak/menantu dengan seorang karyawan Perusahaan yang masih memiliki masa kerja lebih dari 2 (dua) tahun dari Batas Usia Pensiun (BUP); d. Direksi tidak diperbolehkan menempatkan seorang karyawan pada unit kerja yang mana dalam unit kerja tersebut terdapat karyawan yang memiliki hubungan sebagai suami/isteri, anak/menantu, kakak, dan/atau adik dengan karyawan yang akan ditempatkan tersebut; e. Anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan/atau karyawan yang memiliki hubungan sebagai suami/isteri, anak/menantu, kakak, dan/atau adik, agar menyatakan disclosure (pengungkapan) yang ditujukan kepada Direksi untuk diketahui. 11

24 D. BENTUK-BENTUK SITUASI BENTURAN KEPENTINGAN 1. Situasi di mana Insan Taspen yang karena jabatannya secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proses pengadaan barang dan/atau jasa serta memiliki potensi terjadinya Benturan Kepentingan, tidak diperbolehkan mengikuti proses pelaksanaan pengadaan barang dan/atau jasa. 2. Situasi yang memungkinkan Insan Taspen menerima sesuatu yang bisa dikategorikan sebagai gratifikasi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan sehingga menguntungkan pihak pemberi. 3. Situasi yang menyebabkan penggunaan aset Perusahaan untuk kepentingan pribadi atau golongan. 4. Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan atau Perusahaan dipergunakan untuk kepentingan pribadi atau golongan. 5. Situasi perangkapan jabatan di beberapa perusahaan yang memiliki hubungan langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak sejenis, sehingga dapat menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan jabatan lainnya. 6. Situasi dalam melakukan pekerjaan lain di luar pekerjaan pokoknya, kecuali telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di Perusahaan. 7. Situasi yang memungkinkan untuk memberikan informasi lebih dari yang telah ditentukan Perusahaan, keistimewaan maupun peluang bagi calon penyedia barang/jasa untuk menang dalam proses pengadaan barang/jasa di Perusahaan. 12

25 8. Situasi dimana terdapat hubungan afiliasi/kekeluargaan/ kekerabatan antara Insan Taspen dengan pihak lainnya yang memiliki kepentingan atas keputusan dan/atau tindakan Insan Taspen sehubungan dengan jabatannya di Perusahaan. E. SUMBER PENYEBAB BENTURAN KEPENTINGAN 1. Penyalahgunaan wewenang, yaitu dengan membuat keputusan atau tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batas-batas kewewenangan yang diberikan oleh Perusahaan. 2. Perangkapan jabatan, yaitu Insan Taspen memegang jabatan lain yang memiliki Benturan Kepentingan dengan tugas dan tanggung jawab pokoknya pada Perusahaan, sehingga tidak dapat menjalankan jabatannya secara profesional, independen dan akuntabel. 3. Hubungan afiliasi, yaitu hubungan yang dimiliki oleh Insan Taspen dengan pihak yang terkait dengan kegiatan usaha Perusahaan, baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan maupun hubungan kekerabatan yang dapat mempengaruhi keputusannya. 4. Penerimaan Gratifikasi yang berpotensi menimbulkan Benturan Kepentingan sehingga dapat mempengaruhi independensi, objektivitas, maupun profesionalisme Insan Taspen. 13

26 BAB III PENANGANAN SITUASI BENTURAN KEPENTINGAN A. PRINSIP DASAR 1. Insan Taspen yang dirinya berpotensi dan atau telah berada dalam situasi Benturan Kepentingan dilarang untuk meneruskan kegiatan/melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan situasi Benturan Kepentingan tersebut. Untuk selanjutnya yang bersangkutan dapat mengundurkan diri dari tugas yang berpotensi terjadinya Benturan Kepentingan tersebut atau memutuskan untuk tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kegiatan yang terdapat Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud, kecuali apabila dengan pertimbangan tertentu yang semata-mata untuk kepentingan Perusahaan, maka Direksi dapat meminta yang bersangkutan untuk tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan tersebut. 2. Perangkapan Jabatan yang berpotensi terjadinya Benturan Kepentingan oleh Insan Taspen dimungkinkan untuk dilaksanakan selama terdapat Kebijakan dan Peraturan Perusahaan yang mengatur mengenai hal tersebut. 3. Insan Taspen yang berpotensi dan atau telah berada dalam situasi Benturan Kepentingan wajib membuat dan menyampaikan Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan terhadap kondisi tersebut kepada Direksi/Dewan Komisaris/Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 14

27 4. Insan Taspen juga wajib membuat Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan apabila memiliki hubungan sedarah dalam hubungan keluarga inti dengan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris Perusahaan. B. PELAPORAN ATAS BENTURAN KEPENTINGAN 1. Insan Taspen maupun stakeholders dapat melaporkan adanya Benturan Kepentingan yang dilakukan oleh Insan Taspen dalam kegiatan Perusahaan melalui mekanisme Whistleblowing System PT TASPEN (PERSERO) yang berlaku. 2. Perusahaan berkewajiban menjaga kerahasiaan pelapor dan memberikan penghargaan kepada pelapor apabila laporan tersebut telah dibuktikan kebenarannya sesuai ketentuan yang berlaku. C. SANKSI TERHADAP BENTURAN KEPENTINGAN Setiap Insan Taspen yang terbukti melakukan tindakan Benturan Kepentingan, akan ditindaklanjuti berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku. 15

28 BAB IV PENCEGAHAN TERJADINYA SITUASI BENTURAN KEPENTINGAN Untuk menghindari Terjadinya Situasi Benturan Kepentingan, Insan Taspen dilarang: 1. Ikut dalam proses pengambilan keputusan apabila terdapat potensi adanya Benturan Kepentingan terkait dengan jabatan maupun pribadi; 2. Memanfaatkan jabatan untuk memberikan perlakuan istimewa kepada keluarga,kerabat, kelompok dan/ atau pihak lain atas beban Perusahaan; 3. Memegang jabatan lain yang patut diduga memiliki Benturan Kepentingan, kecuali sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 4. Melakukan transaksi dan/atau menggunakan harta/aset Perusahaan untuk kepentingan pribadi, keluarga atau golongan; 5. Menerima, memberi, menjanjikan hadiah (cinderamata) dan atau hiburan (entertainment) dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan kedudukannya di Perusahaan, termasuk dalam rangka hari raya keagamaan atau acara lainnya; 6. Mengijinkan mitra kerja atau pihak lainnya memberikan sesuatu dalam bentuk apapun kepada Insan Taspen; 7. Bersikap diskriminatif dan tidak adil serta melakukan kolusi untuk memenangkan satu atau beberapa pihak dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Perusahaan; 16

29 8. Memanfaatkan informasi Perusahaan dan data bisnis Perusahaan untuk kepentingan di luar Perusahaan; 9. Terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan perusahaan pesaing dan/atau perusahaan mitra usaha atau calon mitra usaha lainnya; 10. Baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam kegiatan pengadaan barang/jasa di Perusahaan, yang pada saat dilaksanakan perbuatan tersebut untuk seluruh atau sebagian yang bersangkutan sedang ditugaskan untuk melaksanakan pengurusan dan pengawasan terhadap kegiatan yang sama; 11. Memanfaatkan dan menggunakan hak cipta Perusahaan yang dapat merugikan kepentingan atau menghambat perkembangan Perusahaan. 17

30 BAB V PENUTUP 1. ini disusun untuk dijadikan acuan bagi Insan Taspen dalam menangani situasi Benturan Kepentingan. 2. ini akan disosialisasikan dan dievaluasi penerapannya secara berkelanjutan kepada seluruh Insan Taspen. 3. ini secara berkala akan dilakukan evaluasi/pemutakhiran/penyempurnaan sesuai dengan perkembangan bisnis Perusahaan. 18

31 19

32 20

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN CONFLICT OF INTEREST 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTURAN PT. PELITA AIR SERVICE. PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No A Jakarta Pusat 10160

PEDOMAN BENTURAN PT. PELITA AIR SERVICE. PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No A Jakarta Pusat 10160 PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PT. PELITA AIR SERVICE PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No. 52-56A Jakarta Pusat 10160 List of Contents LIST OF CONTENTS Page: List of Content i BAB I BAB II BAB III :

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN 5 2013, No.581 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDA ACEH PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANDA ACEH PEDOMAN BENTURAN TAHUN 2017 RASI DAN UK BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Dinas

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN 2017 DAFTAR ISI Halaman Pernyataan... 1 Pendahuluan... 2 1. Latar Belakang... 2 2. Landasan Penyusunan... 2 3. Tujuan Penyusunan... 3 4. Pengertian... 3 5. Benturan Kepentingan...

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) DI PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk Halaman 1 dari 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PT Jasa Marga (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perusahaan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) DAFTAR ISI Daftar Isi... i I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Komitmen Manajemen... 2 3. Maksud dan Tujuan... 2

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1020, 2015 KEMENLU. Benturan Kepentingan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang tegas terhadap penanganan benturan kepentingan yang terjadi,

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.962, 2015 KEMENDAG. Benturan Kepentingan. Penanganan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/4/2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PT TASPEN (PERSERO)

PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PT TASPEN (PERSERO) PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM PT TASPEN (PERSERO) ii Pedoman Whistleblowing System PT TASPEN (Persero) KEPUTUSAN BERSAMA PT DANA TABUNGAN DAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI (PERSERO) NOMOR PD 32/DIR/2013 KEP.04/DK

Lebih terperinci

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar secara terus menerus berusaha melaksanakan penerapan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu faktor pendorong terjadinya tindak pidana korupsi adalah perilaku benturan

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PERUM PERUMNAS

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PERUM PERUMNAS PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PERUM PERUMNAS BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI Pendahuluan A. Latar Belakang B. Landasan Penyusunan C. Maksud, Tujuan dan Manfaat D. Pengertian

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014 TENTANG PENGESAHAN DOKUMEN UNTUK IMPLEMENTASI TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.405, 2015 BMKG. Benturan Kepentingan. Penanganan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.576, 2015 BKPM. Benturan Kepentingan. Pengendalian. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2017 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN PENGADILAN NEGERI BANTUL

Lebih terperinci

Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII

Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII KATA PENGANTAR Penerapan Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan yang dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan oleh

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara; PELINDOIII PERATURAN DIREKSI PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) NOMOR: PER.77/HK.03/P.III-2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN Dl LINGKUNGAN PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) DIREKSI

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

TENTANG PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN KEPUTUSAN DIREKSI Nomor : Q)1 /1000/Kpts.Dir/01.2016 TENTANG PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN Menimbang '. a. Bahwa dalam rangka melaksanakan penerapan prinsipprinsip GCG secara konsisten dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - DRAFTED rr Kabag SALINAN 27072016 MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER - 01/1VIBU/01/2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL LATAR BELAKANG Meningkatkan pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik dan meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas

Lebih terperinci

Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016

Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016 Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016 1 Latar Belakang 1. Meningkatkan pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik dan meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

Pedoman Good Corporate Governance PT Taspen (Persero)

Pedoman Good Corporate Governance PT Taspen (Persero) t r a n s p a r a n s i ii PERATURAN BERSAMA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT DANA TABUNGAN DAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI (PERSERO) NOMOR PD 11/DIR/2013 KEP.02/DK TASPEN/2013 TENTANG PEDOMAN GOOD CORPORATE

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.559, 2015 KEMENKEU. Direksi Persero. Pembinaan. Pengawasan. Menteri Keuangan. Pemberhentian. Pengangkatan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI i DAFTAR ISI Daftar Isi i BAGIAN A : PENDAHULUAN 1 I. LATAR BELAKANG 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN 1 III. LANDASAN HUKUM 2 IV. PENGERTIAN UMUM 3 BAGIAN B : PENGELOLAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun No.729, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Konflik Kepentingan Pencegahan dan Penanganan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Sahabat Setia Petani PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PT. PERTANI (PERSERO) SEKRETARIS PERUSAHAAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PT Pertani (Persero) yang selanjutnya disebut Perusahaan senantiasa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. TUJUAN DAN MANFAAT... 3 III. ISTILAH PENTING... 4 IV. PENGERTIAN GRATIFIKASI...

Lebih terperinci

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI 2011 0 B a b 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan terus melaksanakan penerapan prinsip-prinsip GCG secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

Lampiran 4 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Lampiran 4 SK No. 00228/HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. PENGERTIAN UMUM...

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN

PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM. Revisi Ke : PELANGGARAN PENDAHULUAN PT. INHUTANI I (PERSERO) PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN ARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM FUNGSI : SEKRETARIS PERUSAHAAN NOMOR : JUDUL : SISTEM PELAPORAN Revisi Ke : PELANGGARAN Berlaku TMT : PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 6 TAHUN PEDOiVIAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 6 TAHUN PEDOiVIAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK larrosi BADAN PUSAT STATISTIK PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOiVIAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK Menimbang Mengingat DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK 2014 Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Landasan Penyusunan. 1 Maksud, Tujuan dan Manfaat.. 2 Daftar Istilah... 2 BAB II GRATIFIKASI...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN

Lebih terperinci

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi P e d o m a n Pengendalian Gratifikasi BAB I PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan 1. Maksud a. Memberikan pedoman bagi Insan PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau disingkat Indonesia Re dalam memahami

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk Lampiran SK Direksi No : /SK/DIR/XI/2012 Tanggal : November 2012 Hlm. 1/7 PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk 1. PENDAHULUAN PT Indofarma (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN BENTURAN KEPENTINGAN DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.738, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOPOLHUKAM. Benturan Kepentingan. Penanganan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DEWAN KOMISARIS 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra )

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Pengertian Istilah

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Pengertian Istilah PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Pengertian Istilah 1. Perusahaan adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 2. Insan Garuda Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. PENGERTIAN UMUM... 3 III. MAKSUD DAN TUJUAN... 4 IV. KLASIFIKASI INFORMASI...

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan No.1497, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNP2TKI. Benturan Kepentingan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

Pedoman Penanganan Gratifikasi. PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero)

Pedoman Penanganan Gratifikasi. PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman Penanganan Gratifikasi PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Pedoman penanganan gratifikasi PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero) Head Office Jl. Yos Sudarso 38-40 Tanjung Priok Jakarta -

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA DIREKSI DAN KOMISARIS DALAM MENERAPKAN BOARD MANUAL

KESEPAKATAN BERSAMA DIREKSI DAN KOMISARIS DALAM MENERAPKAN BOARD MANUAL KESEPAKATAN BERSAMA DIREKSI DAN KOMISARIS DALAM MENERAPKAN BOARD MANUAL Board Manual ini merupakan salah satu soft structure Good Corporate Governance, sebagai penjabaran dari Pedoman Tata Kelola Perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem No.1354, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Penanganan Benturan Kepentingan. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. HALEYORA POWER BAB I

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. HALEYORA POWER BAB I PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. HALEYORA POWER BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT. HALEYORA POWER yang selanjutnya disebut "PERUSAHAAN" berupaya melaksanakan prinsip-prinsip GCG secara konsisten

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS DAN PENGAWASAN === DEWAN KOMISARIS === PT PLN TARAKAN TAHUN BUKU 2015

LAPORAN TUGAS DAN PENGAWASAN === DEWAN KOMISARIS === PT PLN TARAKAN TAHUN BUKU 2015 LAPORAN TUGAS DAN PENGAWASAN === DEWAN KOMISARIS === PT PLN TARAKAN TAHUN BUKU 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang 4 B. Dasar Hukum 5 C. Daftar Istilah 5 BAB II PRINSIP PRINSIP HUBUNGAN

Lebih terperinci

Pedoman Dan Standard Operational Procedure Laporan Harta Kekayaan Pejabat Perusahaan (LHKPP) PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)

Pedoman Dan Standard Operational Procedure Laporan Harta Kekayaan Pejabat Perusahaan (LHKPP) PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Pedoman Dan Standard Operational Procedure Laporan Harta Kekayaan Pejabat Perusahaan (LHKPP) PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) PEDOMAN 1 LHKPP - PT Rajawali Nusantara Indonesia tahun 2013 DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX. PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX www.ptpnix.co.id Pedoman Penerimaan dan Pemberian Gratifikasi/Hadiah dan Hiburan (Entertainment) 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN (Conflict of Interest) PT Perkebunan Nusantara IX.

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN (Conflict of Interest) PT Perkebunan Nusantara IX. PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN (Conflict of Interest) PT Perkebunan Nusantara IX www.ptpnix.co.id Pedoman Benturan Kepentingan / Conflict of Interest (CoI) 0 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kegiatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU (CODE OF CONDUCT)

PEDOMAN PERILAKU (CODE OF CONDUCT) PEDOMAN PERILAKU (CODE OF CONDUCT) PEDOMAN PERILAKU (CODE OF CONDUCT) PT (PERSERO) PENGERUKAN INDONESIA PENGANTAR DIREKSI DAN KOMISARIS Kita sebagai Insan Rukindo patut bersyukur atas kesempatan dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTUR

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. INHUTANI I (PERSERO)

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. INHUTANI I (PERSERO) PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. INHUTANI I (PERSERO) PENDAHULUAN Korupsi dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Lebih terperinci

BOARD MANUAL PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

BOARD MANUAL PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO) BOARD MANUAL PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO) BOARD MANUAL PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO) BOARD MANUAL PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO) DAFTAR ISI Hal BAB I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

X 5 A d ' ' > '/' Ditetapkan'tli

X 5 A d ' ' > '/' Ditetapkan'tli Menimbang Mengingat Menetapkan PERTAMA KEDUA TIGA KEEMPAT SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SOLOK NOMOR: W3-A7/ %G/PS.00/II/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 61 TAHUN 2016 TENT ANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA (BOARD MANUAL) Dewan Komisaris dan Direksi PT Perkebunan Nusantara IX

PEDOMAN KERJA (BOARD MANUAL) Dewan Komisaris dan Direksi PT Perkebunan Nusantara IX PEDOMAN KERJA (BOARD MANUAL) Dewan Komisaris dan Direksi PT Perkebunan Nusantara IX www.ptpnix.co.id Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi/Board Manual 0 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PT. PATRA BADAK ARUN SOLUSI PERUBAHAN DOKUMEN

PT. PATRA BADAK ARUN SOLUSI PERUBAHAN DOKUMEN HALAMAN : 2-20 PERUBAHAN DOKUMEN No Tanggal Paragrap Revisi Perubahan 00 01.12.16 - - Dokumen Baru Keterangan HALAMAN : 3-20 DAFTAR ISI... 1 PERUBAHAN DOKUMEN... 2 DAFTAR ISI... 3 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) PEDOMAN KEPATUHAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) DAFTAR ISI Daftar Isi 1 Pernyataan Komitmen 2 BAGIAN 1 : PENDAHULUAN 3 A. Latar Belakang 3 B. Maksud, Tujuan dan Manfaat 4 C. Landasan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5914042, 5914043, Fax (031) 5981841 Website : http://www.unair.ac.id; e-mail : rektor@unair.ac.id

Lebih terperinci

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Dewan Komisaris PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar No.632, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan Benturan Kepentingan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.637, 2015 LEMSANEG. Benturan Kepentingan. Penanganan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LEMBAGA SANDI

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DAFTAR ISI Daftar Isi 1 Pernyataan Komitmen 2 BAGIAN 1 : PENDAHULUAN 3 : A. Latar Belakang 3 : B. Maksud, Tujuan dan Manfaat 4 : C. Landasan Hukum 5 : D. Pengertian

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-19/MBU/10/2014 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN

Lebih terperinci

BOARD MANUAL PT PG Rajawali I

BOARD MANUAL PT PG Rajawali I BOARD MANUAL Informasi yang terdapat dalam dokumen ini merupakan penilaian perusahaan sehingga bersifat rahasia dan tidak boleh digunakan, dipublikasikan atau disebarkan ke pihak-pihak luar, baik perseorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE GOOD CORPORATE GOVERNANCE (COMMITTEE GOOD CORPORATE GOVERNANCE CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk BAGIAN I

PIAGAM KOMITE GOOD CORPORATE GOVERNANCE (COMMITTEE GOOD CORPORATE GOVERNANCE CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk BAGIAN I PIAGAM KOMITE GOOD CORPORATE GOVERNANCE (COMMITTEE GOOD CORPORATE GOVERNANCE CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk BAGIAN I 1. Pengertian Piagam Komite Good Corporate Governance (GCG) adalah perangkat Dewan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 29 April iii

KATA PENGANTAR. Jakarta, 29 April iii 1 1ii KATA PENGANTAR Board Manual merupakan Pedoman bagi Dewan Komisaris dan Direksi yang memuat kumpulan dari prinsip-prinsip hukum korporasi dan ketentuan yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.41,2016 Inspektorat Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. Penanganan Benturan Kepentingan. Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL -1- MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PERNYATAAN KOMITMEN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Dewan Komisaris dan Direksi PT Jasa Raharja (Persero), dengan ini menyatakan bahwa dalam menjalankan

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TRANSPARANSI AKUNTABILITAS RESPONSIBILITAS INDEPENDENSI KEWAJARAN & KESETATARAAN Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PT Nusa Raya Cipta Tbk (yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pedoman Etika dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pedoman Etika dan Perilaku BAB I PENDAHULUAN PT. Pelayaran Tempuran Emas, Tbk (Temas Line) merupakan salah satu perusahaan terbuka di bidang industri pelayaran yang berkembang cukup signifikan. Seiring dengan perkembangan ini Perseroan

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN, KEBIJAKAN DASAR

MAKSUD DAN TUJUAN, KEBIJAKAN DASAR KATA PENGANTAR Good Corporate Governance (GCG) merupakan prinsipprinsip yang mengarahkan dan mengendalikan Perusahaan dalam memberikan pertanggung-jawabannya kepada stakeholders. Prinsip-prinsip tersebut

Lebih terperinci

PERNYATAAN KOMITMEN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO)

PERNYATAAN KOMITMEN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) PERNYATAAN KOMITMEN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Dewan Komisaris dan Direksi PT Jasa Raharja (Persero), dengan ini menyatakan bahwa dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh No.8, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Penjamin. Tata Kelola Perusahaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6015) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN HADIAH DAN HIBURAN SERTA PENCEGAHAN KORUPSI PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

KEBIJAKAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN HADIAH DAN HIBURAN SERTA PENCEGAHAN KORUPSI PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO) KEBIJAKAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN HADIAH DAN HIBURAN SERTA PENCEGAHAN KORUPSI PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO) KEBIJAKAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN HADIAH DAN HIBURAN SERTA PENCEGAHAN KORUPSI

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

PEMBERIAN DAN PENERIMAAN HADIAH

PEMBERIAN DAN PENERIMAAN HADIAH PEMBERIAN DAN PENERIMAAN HADIAH I. TUJUAN 1. Pedoman ini dipergunakan sebagai panduan yang memadai mengenai konsep, serta pola pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan khususnya mengenai penerimaan dan pemberian

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI B a b1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT. Kawasan Berikat Nusantara (Persero) yang selanjutnya disebut Perusahaan atau Perseroan berkomitmen untuk mengelola perusahaan dengan

Lebih terperinci