Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan
|
|
- Yuliana Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan Wahyu Setia Budi Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Pendahuluan Fisika Medis adalah cabang fisika yang merupakan penerapan Fisika dalam bidang kedokteran. Penerapan prinsip prinsip Fisika dalam bidang kedokteran telah dimulai sejak zaman dahulu. Peran Fisika Medis menjadi sangat penting sejak penemuan sinar x oleh Wilhem Roentgen pada tahun Roentgen yang membuat citra radiografi dari anatomi manusia yang pertama dan menjadi awal teknologi pencitraan medis [1]. Modalitas pencitraan medis kemudian berkembang cepat dengan munculnya pesawat Fluroskopi, mammografi, CT scan, USG, MRI, PET dsb. Perkembangan selanjutnya penggunaan radiasi pengion dalam bidang kesehatan telah mendorong optimasi pemanfaatannya dengan memperhatikan faktor faktor proteksi radiasi untuk keselamatan petugas, pasien, masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut harus selaras dengan prinsip ALARA As Low As Reasonable Achievable. Dalam rangka optimasi pemanfaatan peralatan dengan memperhatikan aspek keselamatan diperlukan program Quality Assurance (QA) yang mencakup langkah langkah Quality Control (QC) [2]. Guna melaksanakan tugas tugas tersebut diperlukan tenaga Fisikawan Medik yang profesional, sedang untuk dapat menghasilkan tenaga Fisikawan Medik yang baik diperlukan program dan proses pendidikan yang berkualitas. Bagaimana peran Fisikawan Medis dalam pelayanan kesehatan serta sistem pendidikannya agar dapat melaksanakan peran tersebut dengan baik menjadi bahan bahasan dalam makalah ini. Ruang lingkup Fisika Medik yang menjadi perhatian dan dikembangkan di Indonesia saat ini meliputi bidang Fisika Radiologi Diagnostik, Kedokteran Nuklir dan Fisika Radioterapi, meskipun sebenarnya cakupan Fisika Medik lebih luas dari ketiga bidang tersebut. 23
2 Peran Fisikawan Medik Sebagaimana telah diketahui bahwa pelayanan radiologi telah banyak diselenggarakan oleh berbagai lembaga kesehatan seperti rumah sakit, poliklinik, laboratorium klinik negeri mapun swasta. Meskipun demikian fasilitas peralatan dan tenaga yang ada menyebabkan kemampuan dan kualitas pelayanan menjadi berbedabeda. Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan dan keselamatan dalam menggunakan radiasi pengion agar tidak menimbulkan dampak negatif serta resiko terhadap pasien, tenaga medis, masyarakat maupun lingkungan Kementrian kesehatan telah mengeluarkan pedoman kendali mutu peralatan radiodiagnostik [3], disamping kewajiban memenuhi ketentuan perizinan yang berlaku [4]. Untuk melaksanakan kegiatan kendali mutu tersebut secara berkesinambungan diperlukan tenaga Fisikawan Medik. Tenaga Fisikawan Medik merupakan tenaga kesehatan profesional dalam menunjang pelaksanaan tugas medis sehingga masuk dalam tenaga keteknisian medis [5]. Fisikawan Medis bertugas melakukan pengendalian parameter fisika pada penggunaan peralatan kesehatan untuk diagnostik maupun terapi. Tugas dan peran Fisikawan Medis secara garis besar diantaranya adalah sebagai berikut [6 8] : A. Bidang Radiodiagnostik 1. Membuat rancangan ruang/bangunan radiasi. 2. Menyiapkan alat keselamatan kerja terhadap radiasi untuk pencitraan medik meliputi radiodiagnostik dan kedokteran nuklir. 3. Membuat rencana dan melaksanakan survey radiasi diagnostik, dan melakukan penilaian rencana kerja survey radiasi bagi tingkat madya. 4. Melakukan tindakan kedaruratan pencitraan radiodiagnostik. 5. Melakukan dosimetri peralatan konvensional, intervensional dan non pengion. 6. Menyiapkan alat dan melaksanakan QA/QC untuk pencitraan medik meliputi radiodiagnostik, kedokteran nuklir, peralatan non pengion dan fasilitas pengolahan film. 7. Melakukan kalibrasi dan pengukuran film badge dan TLD serta menyusun tabel data eksposi. 8. Melakukan perawatan dan pemeliharaan alat proteksi radiasi. 24
3 9. Melakukan penelitian terkait pengembangan radiologi B. Bidang Kedokeran Nuklir 1. Mendesain ruangan/bangunan radiasi fasilitas kedoteran nuklir. 2. Menyusun rencana survey radiasi, dan penilaian rencana survey bagi tingkat madya. 3. Menyusun analisis kebutuhan peralatan bidang kedokteran nuklir. 4. Melakukan tindakan kedaruratan. 5. Melakukan dosimetri kalibrasi aktivitas radioisotop dan dosimetri menghitung dosis untuk pasien. 6. Melakukan QA/QC pesawat kedokteran nuklir. 7. Melaksanakan pembinaan teknis dengan tenaga kesehatan lain dan instalasi radiologi lain, monitoring dan evaluasi pelayanan fisika medik. 8. Melaksanakan pengawasan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dan sosialisasi budaya keselamatan kerja terhadap radiasi. 9. Pengelolaan limbah radioaktif. 10. Melakukan penelitian terkait pengembangan kedokteran nuklir C. Bidang Radioterapi 1. Memdesain ruangan/bangunan radioterapi. 2. Menyusun/menganalisa kebutuhan alat pelayanan radioterapi. 3. Menyiapkan alat keselamatan kerja dan alat QA/QC radioterapi. 4. Melaksanakan keselamatan radiasi dengan alat ukur radiasi dan melakukan tindakan kedaruratan radioterapi. 5. Merancang pengolah limbah radiasi. 6. Melakukan perhitungan dosis radiasi dan distribusinya pada radioterapi eksternal dan brakhiterapi dengan Treatment Planning System (TPS). 7. Melakukan verifikasi data TPS dan data alat 8. Melakukan QA/QC pesawat LINAC, telegama (Co), peralatan brakhiterapi, pesawat simulator dan TPS, serta alat ukur radiasi, baik untuk yang harian dan bulanan serta tahunan 25
4 9. Melaksanakan pengukuran/kalibrasi keluaran sumber radiasi. Juga melakukan pengukuran radiasi output terbuka/ wedge/ tray untuk seluruh lapangan sinar; melakukan pengukuran PDD (Percentage depth dose),tmr (tissue maximum ratio), TAR (tissue air ratio), BSF (Back Scatter Factor), BSC (back scater collimator), SCP (scater collimator and phantom). 10. Melakukan penelitian terkait pengembangan radioterapi. Tugas dan peran Fisikawan medik sudah dimulai sejak merancang ruang/bangunan, penyusunan kebutuhan peralatan baik untuk keperluan pelayanan, peralatan keselamatan dan perlatan untuk keperluan kontrol kualitas sehingga dapat dicapai mutu pelayanan yang berkualitas baik. Dalam bidang Radiodiagnostik dan Kedokteran Nuklir diharapkan peralatan yang digunakan dapat menghasilkan citra dan atau data yang baik sehingga mendukung ketepatan diagnosa, serta terjaminnya keselamatan pekerja, pasien, masyarakat dan lingkungan. Dalam bidang Radioterapi peran Fisikawan Medik selain halhal di atas masih ditambah dengan akurasi dosis dan ketepatan sasaran yang diberikan pada pasien. Sehingga selain harus memahami Fisika Radiasi dan Dosimetri, bekal pengetahuan Anatomi dan penguasaan teknologi peralatan yang digunakan mutlak diperlukan. Pendidikan Fisika Medik Meningkatnya pemanfaatan radioisotop dalam bidang radioterapi dan kedokteran nuklir serta perkembangan peralatan radiodiagnostik modern seperti CT scan dsb, telah menyadarkan kebutuhan akan tenaga Fisikawan Medik yang sangat mendesak. Hal tersebut telah mendorong dibukanya Pendidikan Fisika Medik pada tahun 1986 di Universitas Diponegoro bekerjasama dengan Departemen Kesehatan. Setelah alumni program pendidikan Fisika Medik angkatan pertama tersebut dikembalikan ke Departemen Kesehatan untuk bertugas sebagai tenaga Fisikawan Medik di Rumah Sakit pada berbagai propinsi di seluruh Indonesia, program pendidikan tersebut sempat terhenti. Selanjutnya perkembangan teknologi peralatan kesehatan yang semakin pesat, khususnya perkembangan peralatan yang menggunakan radiasi pengion, maka 26
5 pada tahun 1996 Universitas Diponegoro kembali bekerjasama dengan Departemen Kesehatan membuka kembali pendidikan Sarjana Fisika dengan bidang minat Fisika Medik. Program Pendidikan Sarjana Fisika dengan bidang minat Fisika Medik, memberikan bekal kekhususan kepada peserta didik meliputi bidang Radiodiagnostik, Kedokteran Nuklir dan Radioterapi. Pada saat ini kebutuhan tenaga Fisikawan Medik dalam rangka pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagian besar diisi oleh Sarjana Fisika dengan pendidikan tambahan, hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku [9]. Profesi Fisikawan Medik pada dasarnya memerlukan bekal penguasaan Fisika dan Matematika yang memadai. Sedang karena profesi Fisikawan Medik di rumah sakit berkaitan dengan pelayanan pasien baik langsung maupun tidak langsung, maka diperlukan pengalaman klinis yang cukup. Oleh sebab itu sebenarnya untuk dapat menjalankan profesi sebagai Fisikawan Medik di rumah sakit diperlukan pula tambahan pendidikan profesi, melalui residensi atau clinical training di rumah sakit. Fisikawan Medik semestinya merupakan Fisikawan yang menguasai Fisika dan Matematika dengan dengan baik serta memiliki ketrampilan profesional. Sehingga pendidikan Fisika Medik sebaiknya diawali dengan jenjang pendidikan akademik dan dilanjutkan dengan pendidikan profesional. Pada bidang radioterapi Fisikawan Medik juga mempunyai tugas melakukan penelitian dan pengembangan, selain itu Fisikawan Medik juga diharapkan mampu mengikuti perkembangan sains dan teknologi, tentu bukan hal yang berlebihan bila diusulkan agar Fisikawan Medik berpendidikan strata dua. Sampai dengan saat ini minimum telah dua perguruan tinggi yang membuka program S2 dengan bidang minat Fisika Medik. Kendala umum yang dihadapi dalam menyelenggarakan pendidikan Fisika medik adalah masih terbatasnya sumber daya manusia dengan keahlian dan kualifikasi yang dibutuhkan serta peralatan. Organisasi profesi yang ada juga telah menunjukkan perannya sangat penting dalam membina profesionalisme anggotanya. Meningkatnya kebutuhan jumlah tenaga dan pentingnya peran Fisikawan Medik dalam pelayanan kesehatan, telah mendorong berbagai perguruan tinggi untuk ikut serta menyelenggarakan pendidikan Fisika Medik yang tergabung dalam Asosiasi Institusi Pendidikan Fisika Medik Indonesia yang dimotori oleh Universitas Indonesia. Asosiasi 27
6 tersebut menjadi forum komunikasi dalam menyusun program pendidikan Fisika Medik seperti kurikulum, perencanaan program residensi, perencanaan laboratorium Fisika Medik Nasional. Melalui kegiatan tersebut diharapkan akan dihasilkan tenaga Fisikawan Medik yang profesional dan berkualitas sesuai standar nasional maupun internasional. Kesimpulan Berdasarkan hal hal di atas tampak bahwa peran Fisikawan Medis dalam pelayanan kesehatan khususnya radiodiagnostik, kedokteran nuklir dan radioterapi sangat penting. Peran tersebut menyangkut keselamatan aplikasi radiasi pengion maupun non pengion, jaminan kualitas unjuk kerja pesawat yang digunakan sehingga akan diperoleh citra dan data yang baik sehingga mendukung ketepatan diagnostik, serta akurasi dosis yang diberikan pada pasien dalam radioterapi. Agar dapat melaksanakan tugas dan peran tersebut diperlukan Fisikawan Medik yang memiliki pengetahuan akademik yang baik dengan kemampuan profesional yang memadai. Sumber daya manusia dengan kualifikasi tersebut dapat dihasilkan melalui sistem pendidikan akademik kemudian dilanjutkan dengan pendidikan profesional. Daftar Pustaka 1. Bushberg J T, Siebert J A, Leidholdt E M and J M Boone; The Essential Physics of Medical Imaging, Lippincott Williams & Wilkins Papp J; Quality managemant in the Imaging Sciences, Mosby Inc Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1250/ MENKES/SK/XII/2009, tentang Pedoman Kendali Mutu (Quality Control) Peralatan Radiodiagnostik. 4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir. 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI N0; 048/ Menkes/SK/I/2007, tentang Penetapan Tenaga Fisika Medik sebagai Tenaga Kesehatan. 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 262/Menkes/Per/IV/2009, tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Fisikawan Medis dan Angka Kreditnya. 7. AAPM Report No.42, The Role of the clinical medical physicist in diagnostic radiology, Woodbury, AAPM Report No.38, The Role of the physicist in radiation oncology, American Institute of Physics, New York Peraturan Menteri PAN Nomor : PER/12/M.PAN/5/2008, tentang Jabatan Fungsional Fisikawan Medis dan Angka Kreditnya. 28
7 Nara Sumber : Prof. Wahyu Institusi : UNDIP No. NAMA PENANYA INSTANSI PERTANYAAN JAWABAN 1 Ibu Ninan STIKES DARMA HUSADA BUKU KESEHATAN MASIH KURANG, MOHON INFORMASI Di bandung ada bisa mengkontak RS Hasan Sadikin Buku2 pegangan yang bisa dipakai selain dr Gabriel... 2 Pak Muhammad Martoprawiro ITB Ada tidak langkah strategis dari asosiasi untuk mengatasi masalah. Ada assosiasi sains, sehingga asosisi fis medik bisa diinfokan ke asosiasi sains Asosiasi fis medik akan di infokan ke asosiasi sains. Langkah strategis: a.menyusun kurikulum bersama ( 21 SKS) 2. 5 th ke depan menggunakan standart nasional. ( untuk jadi fis med yg akan bekerja ke rs harus profesi) 3. 6 th ke depan fis med harus S2 Asosiasi harus memperjuangkan ke depkes untuk fismed harus S2 ( 6 Th ke depan), sehingga 10 th ke depan kita sudah memenuhi standart internasional 3 Pak Adi Sanata Darma Di UGM akan dibangun RS Akademik UGM, bagaimana kualitasnya apakah untuk pendidikan ( coba-coba mahasiswa) Untuk RS Sardjito juga berasal dari Rs Pendidikan UGM. Untuk menangani pasien tetap dengan standart RS. Penanganan pasien tetap Dr spesialis 29
Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.
UNSUR PELAYANAN FISIKA MEDIK SERTA PEMBAGIAN TUGAS MENURUT JENJANG JABATAN LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI MOR : 262/MENKES/PER/IV/2009 TANGGAL : 8 April 2009 II PELAYANAN A Penyiapan alat
Lebih terperinciTUPOKSI FISIKAWAN MEDIS
Aliansi Fisikawan Medis Indonesia DPW Jateng TUPOKSI FISIKAWAN MEDIS Disampaikan pada Workshop & Rakerda AFISMI 2018 8 April 2018 The Wujil Resort and Convention, Kab. Semarang Pendahuluan Dasar Hukum
Lebih terperinciPERAN FISIKAWAN MEDIS DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN: RADIOTERAPI, RADIODIAGNOSTIK, KEDOKTERAN NUKLIR
PERAN FISIKAWAN MEDIS DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN: RADIOTERAPI, RADIODIAGNOSTIK, KEDOKTERAN NUKLIR Djarwani S. Soejoko Departemen Fisika FMIPA UI Depok 16424 djarwani@fisika.ui.ac.id
Lebih terperinciPERHITUNGAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DALAM JABATAN FUNGSIONAL FISIKAWAN MEDIS
LAMPIRAN X : PERMENKES NOMOR : 262/MENKES/PER/IV/2009 TANGGAL : 8 April 2009 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DALAM JABATAN FUNGSIONAL FISIKAWAN MEDIS Unsur dan sub unsur kegiatan Fisikawan Medis
Lebih terperinciDirektur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Disampaikan pada : Konferensi Informasi Pengawasan Ketenaganukliran Jakarta, 12 Agustus 2015 Goals Pemerintah (Nawa Cita) Yang terkait 1.Menghadirkan
Lebih terperinciEFFICIENCY TEST OF COLIMATOR SHUTTER AT THE X RAY TUBE IN RADIODIAGNOSTIC LABORATORY OF POLTEKKES JAKARTA 2 AND TWO CLINICAL HOSPITALS IN JAKARTA
SANITAS: JURNAL TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN ISSN : 1978-8843 (PRINT) Vol. 08 No. 01, 2017 : 16-20 EFFICIENCY TEST OF COLIMATOR SHUTTER AT THE X RAY TUBE IN RADIODIAGNOSTIC LABORATORY OF POLTEKKES JAKARTA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di
Lebih terperinciBAB III PROTOKOL PENANGANAN KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL BEAM RADIATION THERAPY (EBRT)
BAB III PROTOKOL PENANGANAN KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL BEAM RADIATION THERAPY (EBRT) 3.1 Protokol Standar Penanganan Kanker Prostat dengan Teknik EBRT 7 Protokol standar pada penanganan kanker prostat
Lebih terperinciSKEMA SERTIFIKASI RADIOGRAFER LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012
SKEMA SERTIFIKASI RADIOGRAFER LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC 17024 : 2012 RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA 2015 RADIOGRAFER No. Kode Unit Kompetensi Unit Kompetensi Halaman 1. BKM01/RAD-1/2009/Rev-001
Lebih terperinciEvaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X
Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Djarwani S. Soejoko Departemen Fisika Facultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia djarwani@fisika.ui.ac.id
Lebih terperinci2015, No Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 N
No. 2012, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Fisika Medik. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN FISIKA MEDIK DENGAN
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24
Halaman 1 dari 24 LEMBAR PENGESAHAN Disiapkan oleh Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh Disahkan oleh Halaman 2 dari 24 Pernyataan Kebijakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi Setiap kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi nuklir kini tidak hanya di bidang energi seperti pada PLTN tetapi juga untuk berbagai bidang, salah satu yang kini telah banyak diterapkan di
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.671, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Radiasi. Radio Terapi. Pengguna. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013
Lebih terperinciPERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penggunaan semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan prosedur terapi. Pada umumnya
Lebih terperinci2 Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2014 KEUANGAN. PNBP. Tarif. Jenis. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5553) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL DENGAN
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1280, 2015 KEMENKES. Bahaya Radiasi. PNS. Pekerja Radiasi. Nilai Tingkat Tunjangan. Penetapan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.
No.1937, 2014 BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN
Lebih terperinciTANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK.
TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK. oleh : Martua Sinaga ABSTRAK Radiasi pengion tidak selamanya berbahaya bagi manusia akan tetapi juga
Lebih terperinciANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN
ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN Gusti Ayu Desi Sinta Dewi*, Bualkar Abdullah**, Dahlang Tahir ** *Alumni Prodi Fisika Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH SURAT IZIN BEKERJA BAGI PETUGAS TERTENTU DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN SUMBER RADIASI PENGION DENGAN
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN
Lebih terperinciDiagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN
Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN 2015 1 Database Dosis Pasien Merupakan kumpulan dari data dosis radiasi yang mewakili atau mengidentifikasi perkiraan dosis yang diterima oleh
Lebih terperinciPengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi
Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi Supriyanto A. Pawiro 1, Sugiyantari 2, Tirto Wahono 3 1 Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, 16424 2 Bagian Radioterapi RSUP Persahabatan,
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut beberapa ahli, radiasi dapat menembus sel jaringan tubuh manusia secara perlahan lahan dalam jangka waktu yang lama yang dapat menyebabkan infeksi, perdarahan,
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL FISIKAWAN MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL FISIKAWAN MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciPENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN
DOI: doi.org/10.21009/spektra.022.04 PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN 1, a) Sriwahyuni 1 Program Studi Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Radiologi dimulai dengan penemuan sinar-x oleh William Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3 tahun kemudian, penemuan
Lebih terperinciLATAR BELAKANG Latar Belakang Kegiatan Litbangyasa
B.54 UJI KARAKTERISTIK DOSIMETER TL LiF:MgCuP & DOSIMETER OSL DAN PENGEMBANGAN METODE AUDIT DOSIMETRI FASILITAS RADIOLOGI UNTUK PENINGKATAN LAYANAN DAN KESELAMATAN PASIEN ANAK Mukhlis Akhadi, Heru Prasetio,,
Lebih terperinciPENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida
PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16 Malang 65145, Telp. 085784638866
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi modern, pemakaian zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya semakin meluas di Indonesia. Pemakaian zat
Lebih terperinciPENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI
PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI Tc 99m MDP (Methylene Di Phosphonat) PASCA INJEKSI PADA PASIEN KANKER PROSTAT (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA JAKARTA) Skripsi Untuk Memenuhi
Lebih terperinciOPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI
OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI Gatot Wurdiyanto dan C. Tuti Budiantari Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO
Lebih terperinciPERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO
PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM RUSMANTO r.rusmanto@bapeten.go.id 081 225 228 02 1 Proteksi Radiasi pada Pasien (1/2) Proteksi radiasi pada pasien ada beberapa tahapan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS
PENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS Nanang Triagung Edi Hermawan Direktorat Pengaturan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TANGGAL 19 Maret 2009 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR I. izinan:
Lebih terperinciPEDOMAN PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIK BAB I PENDAHULUAN
PEDOMAN PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIK BAB I PENDAHULUAN Tantangan pembangunan kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan makin bertambah berat, kompleks, dan bahkan terkadang tidak terduga. Pembangunan
Lebih terperinciUJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Arnefia Mei Yusnida dan Suryono Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang
Lebih terperinciJImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X
ANALISA PENERIMAAN DOSIS RADIASI PERMUKAAN KULIT PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX PROYEKSI POSTERO ANTERIOR (PA) ANALYSIS RADIATION ACCEPTANCE ENTRANCE SKIN DOSE ON CHEST EXAMINATION On POSTERO-ANTERIOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat profesi dan padat modal. Agar Rumah Sakit dapat melaksanakan fusngsi dengan baik, maka di rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi pengion (X-ray) untuk melakukan diagnosis tanpa harus dilakukan pembedahan. Sinar-X akan ditembakkan
Lebih terperinciKENDALI KUALITAS DAN JAMINAN KUALITAS PESAWAT RADIOTERAPI BIDIKAN BARU LABORATORIUM METROLOGI RADIASI
KENDALI KUALITAS DAN JAMINAN KUALITAS PESAWAT RADIOTERAPI BIDIKAN BARU LABORATORIUM METROLOGI RADIASI Gatot Wurdiyanto dan Susetyo Trijoko Laboratorium Metrologi Radiasi Puslitbang Keselamatan Radiasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan tak hanya sebatas pembangkit listrik namun sudah merambah ke bidang medis, industri, pemrosesan makanan, pertanian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Onkologi Radiasi (Radiation Oncology) adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari dasar keilmuan onkologi secara menyeluruh mulai dari ilmu dasar onkologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, salah satunya dalam bidang kesehatan atau medik di bagian radiologi khususnya profesi kedokteran
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN NILAI TINGKAT TUNJANGAN BAHAYA RADIASI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BEKERJA SEBAGAI PEKERJA RADIASI DI BIDANG KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Produksi radioisotop dan radiofarmaka pada instalasi rumah sakit diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit terhadap radioisotop yang memiliki waktu paruh singkat.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL
SERI REKAMAN DOKUMEN UNIT KERJA TA. 2016 PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL Jl. Gajah Mada No. 8 Jakarta 10120 Telp. (62-21) 63858269
Lebih terperinciCURRICULUM VITAE IDENTITAS DIRI
CURRICULUM VITAE IDENTITAS DIRI Nama : YETI KARTIKASARI, ST,M.KES NIP : 19710508 199303 2 001 Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta Timur, 8 Mei 1971 Golongan / Pangkat : Pembina/IV A Jabatan Akademik : Lektor
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017
Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 I. Data Umum Nama : Usia : Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Posisi/Jabatan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 2007 LINGKUNGAN HIDUP. Tenaga Nuklir. Keselamatan. Keamanan. Pemanfaatan. Radioaktif. Radiasi Pengion.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, pertama kali menemukan sinar-x pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN. TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI
Lebih terperinciANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60. Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1
ANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Ratih Heryana J2 D3 08 008 PROGRAM LINTAS
Lebih terperinciYoungster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34
Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 PENGARUH VARIASI JARAK DETEKTOR, LUAS LAPANGAN RADIASI DAN POSISI DETEKTOR DARI PUSAT BERKAS RADIASI MENGGUNAKAN MULTI PURPOSE
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR: 21/Ka-BAPETEN/XII-02 TENTANG PROGRAM JAMINAN KUALITAS INSTALASI RADIOTERAPI
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR: 21/Ka-BAPETEN/XII-02 TENTANG PROGRAM JAMINAN KUALITAS INSTALASI RADIOTERAPI KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : Mengingat : 1. Undang-undang
Lebih terperinciGAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ABSTRAK Radiografer adalah pekerja yang beresiko terkena
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION U M U M Peraturan Pemerintah ini, dimaksudkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan bagi orang banyak. Sebagaimana tempat kerja pada umumnya, rumah sakit juga memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk mengetahui
Lebih terperinciOPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs
OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs Oleh Gatot Wurdiyanto dan C. Tuti Budiantari Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi ABSTRAK Telah dilakukan kajian
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 237/MENKES/SK/IV/ TENTANG STANDAR KURIKULUM PELATIHAN FUNGSIONAL FISIKAWAN MEDIK
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/MENKES/SK/IV/009 TENTANG STANDAR KURIKULUM PELATIHAN FUNGSIONAL FISIKAWAN MEDIK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelayanan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pemanfaatan sumber
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRADIODIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL. Booklet. Pedoman layanan perizinan. BAPETEN Direktorat Perizinan FasilitasKesehatan dan zat Radioaktif
Booklet 01 Pedoman layanan perizinan RADIODIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL Merupakan panduan bagi Pemohon Izin untuk mengajukan permohonan izin radiodiagnostik dan intervensional. Dokumen ini memuat persyaratan
Lebih terperinciANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC
ANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC Sri Rahayu*, Bidayatul Armynah**, Dahlang Tahir** *Alumni Jurusan Fisika Konsentrasi Fisika Medik FMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penggunaan teknologi nuklir disadari benar bahwa selain dapat diperoleh manfaat bagi kesejahteraan manusia juga ditemui posisi bahaya bagi keselamatan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diterapkan di dunia kerja oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana,
Lebih terperinciOLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF
INSPEKSI OLEH : Dra. Suyati I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN UU No 10/97 Ps. 4 : Pemerintah membentuk Badan pengawas yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciMDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT
PENENTUAN AKUMULASI Technetium-99 Metastabil Methylene Diphosphonat (Tc 99m MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT (Studi Kasus di Instalasi Kedokteran Nuklir RS
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 375/MENKES/SK/III/2007 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 375/MENKES/SK/III/2007 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFER MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal
Lebih terperinciDAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN
DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN No DOKUMEN Dokumen Administratif 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk WNI /Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS) dan Paspor untuk WNA selaku pemohon
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR U M U M Pemanfaatan tenaga nuklir telah berkembang pesat dan secara luas di berbagai
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.279, 2014 KEUANGAN. Tunjangan. Bahaya Radiasi. Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN BAHAYA RADIASI BAGI
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 1 (50 MENIT)
PERTEMUAN KE 1 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan ruang lingkup radiologi sebagai radiodiagnostika serta radioterapi pada hewan. Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu :
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif
UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif Amil Mardha Direktorat Peraturan Keselamatan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 12-1972 dicabut: PP 29-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 137, 2000 IPTEK.Badan.Instalasi.Perizinan.Pemanfaatan.Tenaga Nuklir.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM IMPOR DAN PENGALIHAN ZAT RADIOAKTIF DAN PEMBANGKIT RADIASI PENGION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUKU PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB)
BUKU PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI INDONESIA DAN KOLEGIUM RADIOLOGI INDONESIA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI
Lebih terperinciBuletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37
31 Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37 Pengaruh Posisi dan Sudut Penyinaran Pada Radio Terapi Kanker Dengan Menggunakan Metode Clarkson s (Ratnawati I Gusti Ayu, Suharta W.G., Widyatmika I Putu,
Lebih terperinci