Netti, Delima, Yossi Suryarinilsih (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)
|
|
- Ida Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH INTERVENSI MASSAGE DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING LAMA DI RSUP DR. M. JAMIL PADANG TAHUN 2013 Netti, Delima, Yossi Suryarinilsih (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh intervensi massage dalam upaya pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain quasi-eksperiment. Pasien yang dirawat inap di ruangan neuro/ syaraf (kelompok perlakuan) dan ruangan interne di RSUP dr. M. Jamil Padangf sebagai kelompok pembanding/ control. Sampel sebanyak 44 orang (22 kelompok perlakuan dan 22 kelompok control) yang diambil secara purpocive sampling. Analisa data secara univariat dan bivariat menggunakan uji t independent. Hasil analisis terdapat pengaruh yang signifikan intervensi massage dalam upaya pencegahan kejadian dekubitus dengan kejadian dekubitus pada psein yang dirawat dengan tirah baring lama di RSUP dr. M. Jamil Padang Dalam rangka mencegah/ menurunkan kejadian dekubitus pada pasien yang dirawat dengan tirah baringlama di RSUP dr. M. Jamil Padang khususnya di ruangan interne dan ruangan neuro setiap hari melakukan massage pada daerah tulang-tulang dekat ke permukaan tubuh seperti daerah punggung, siku, tumit, bahu, pinggul, mata kaki dan telinga Keyword: massase, dekubitus. PENDAHULUAN Dekubitus merupakan kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan tekanan yang terlalu lama pada bagian tubuh yang menonjol dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Gangguan ini dapat terjadi pada individu yang berada diatas kursi atau diatas tempat tidur, inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan nutrisi serta gangguan kesadaran. Ada sejumlah penyakit yang mempermudah timbulnya dekubitus seperti DM, status gizi, underweight atau overweight, anemia, hipoalbuminemia, penyakit neurologic dan penyakit yang merusak pembuluh darah serta keadaan hidrasi tubuh. Selain itu kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut, kotor dan basah (lembab), atau peralatan medis pada yang menyebabkan pasien terfiksasi pada satu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat ataupun perubahan posisi yang jarang dilakukan (seperti miring kiri atau kanan) Pencegahan dekubitus merupakan prioritas yang mengalami keterbatasan 1
2 mobilisasi dan pasien dalam perawatan secara umum. Massage (pijat ringan) bertujuan untuk menstimulus melancarkan dan memperbaiki sirkulasi darah. Dilakukan dengan gentle (lembut sera hati-hati) dengan bantuan aroma terapeutik oil agar tidak terjadi iritasi selama melakukan massage. Oil tersebut diharapkan tidak berlemak agar pori-pori kulit tidak tertutup sehingga tidak memperburuk dalam proses terjadinya dekubitus. Hasil penelitian oleh Mukti tahun 2002, menunjukan bahwa insidensi terjadinya dekubitus bervariasi, tapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi ditanan perawtan acute care, 15-25% ditatanan perawat jangka panjang/ longterm care, dan 7-12% ditatanan perawatan rumah// homecare. dalam beberapa penelitian di Amerika menunjukkan bahwa 3-10% pasien yang dirawat di rumah sakit menderita dekubitus dan 2,7% peluang terbentuk dekubitus baru, namun angka tersebut terus menunjukkan peningkatan hingga 7,7-26,9%. Penelitian lain memperlihatkan bahwa sekitar 28% pasien di rumah sakit berpeluang untuk menderita ulkus dekubitus, dan 2/3 penderita dekubitus tersebut terjadi pada pasien berusia lanjut. Dekubitus juga terjadi dengan frekuensi yang cukup tinggi pada pasien-pasien neurologis oleh karena imobilisasi yang lama dan berkurangnya kemampuan sensorik. Insiden dekubitus pada penderita dengan trauma medulla spinalis mencapai 25-85% dengan angka kematian antara 7-8%. Penelitian di Indonesia dilaporkan dari Annas, HA cit Purwaningsih (2000) menyebutkan bahwa dari 78 orang pasien tirah baring yang dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar sebanyak 12 orang (15,8%) mendapatkan dekubitus. Setyajati (2001) juga melakukan penelitian yang menghitung angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring di RS Muwardi Surakarta, pada Bulan oktober 2002 angka kejadian dekubitus sebanyak 38,18 %. Penelitian tentang angka kejadian dekubitus juga dilakukan oleh Purwaningasih (2000) di Ruang Al, B1, C1, D1 dan ruang B3 IRNA I RSUP DR. sardjito pada bula oktober 2001, didapatkan hasil dari 40 pasien tirah baring, angka insiden mencapai 40 %. Angka ini relative tinggi dan akan semakin meningkatkan jika tidak dilakukan upaya dalam mencegahnya. Ulkus dekubitus termasuk salah satu daftar penyebab kematian secara langsung (7-8%) pada pasien-pasien paraplegia. Evaluasi secara luas telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa 1/3 pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit yang mengalami dekubitus 2
3 selama perawatan, dilaporkan meninggal dunia, dan lebih dari setengahnya akan meninggal dalam 12 bulan ke depan. Secara umum pasien-pasien tersebut meninggal oleh karena proses penyakit primer, namun adanya ulkus dekubitus menjadi faktor yang dapat memperberat penyakit primernya. Studi pendahuluan di RSUP Dr. M. Djamil Padang diperoleh data jumlah pasien dengan dekubitus pertahun sebagai berikut, pada tahun 2009 terdapat 16 orang pasien yang mengalami dekubitus yaitu, 5 orang pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam, 5 orang pasien di bangsal neurologi, 2 orang pasien di bangsal bedah, 2 orang pasien di bangsal umum dan 2 orang di bangsal kardiologi. Tahun 2010, tercatat 21 orang pasien yang mengalami dekubitus yaitu, 9 orang pasien yang dirawat di bangsal neurologi, 8 orang pasien yang di ruang penyakit dalam, 3 orang pasien di bangsal bedah dan 1 orang pasien di bangsal bedah orthopedi. Tahun 2011, tercatat 48 orang pasien yang mengalami dekubitus yaitu, 19 orang pasien yang dirawat di bangsal neurologi, 21 orang yang di ruang penyakit dalam, 3 orang pasien di bangsal umum dan 5 orang pasien di bangsal bedah. Hal tersebut jelas menunjukkan adanya peningkatan pasien yang terkena dekubitus tiap tahunnya, terutama di bangsal penyakit dalam dan di ruangan neurologis. (Instalasi Rekam Medis). Pada saat dilakukan wawancara dengan 5 orang perawat di ruang penyakit dalam, tindakan pencegahan dekubitus telah dilakukan, seperti memandikan dan mengatur posisi pasien, misalnya miring ke kiri atau miring ke kanan setiap 2 jam sekali, agar tidak terjadi penekanan yang lama terhadap bagian tubuh tertentu dari pasien. Sedangkan 8 orang perawat mengatakan bahwa tindakan pencegahan dekubitus ada dilakukan tetapi sekedarnya saja karena mengingat waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk melayani seluruh pasien sangat terbatas. Disamping itu dukungan keluarga sangatlah minim dalam mencegah terjadi dekubitus.penelitian ini bertujuan untuk mengetatahui pengaruh intervensi massage dalam upaya pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di RSUP dr. M. Jamil Padang tahun
4 METODE PENELITIAN Jenis penelitian Eksperimen dengan desain quasi-eksperiment yaitu dengan rancangan sebelum dan sesudah intervensi menggunakan kelompok pembanding eksternal yaitu melihat pengaruh intervensi massage dalam upaya pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus. Sebagai variable independen (intervensi massage dalam upaya pencegahan dekubitus) dan dependen (kejadian dekubitus) pada pasien tirah baring lama. Penelitian dilaksanakan di RSUP dr. M. Jamil Padang di Ruangan Neuro/ Saraf dan Interne (HCU Rawat Inap Penyakit Dalam Wanita dan Pria). Pengumpulan data telah dilakukan bulan 2 September sampai 12 November Populasi adalah semua pasien yang dirawat Ruangan Neuro/ Saraf dan Interne di RSUP dr. M. Jamil Padang. Sampel adalah Pasien yang dirawat inap di ruangan Neuro/ Saraf kelompok perlakuan dan Ruangan Interne di RSUP dr. M. Jamil Padang. Pengambilan sampel secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data akan diperoleh data primer, yaitu secara langsung dari responden melalui observasi terhadap upaya yang dilakukan perawat dalam upaya pencegahan terjadinya dekubitus pada pasien tirah baring lama di ruangan Neuro/ Saraf dan ruangan Interne RSUP dr. M. Jamil Padang. Analisa data dilakukan secara Univariat, untuk melihat distribusi frekwensi kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di ruangan Neuro/ Saraf dan ruangan Interne RSUP dr. M. Jamil Padang dan bivariat, untuk melihat perbedaan/ pengaruh intervensi massage dalam upaya pencegahan kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di RSUP dr. M. Jamil Padang pada kedua kelompok yaitu antara kelompok perlakuan (pasien yang dirawat Ruang Neuro) dengan kelompok pembanding (pasien yang dirawat di Interne). Uji statistik yang dilakukan adalah indepanden sample t test. 4
5 HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Dekubitus RSUP DR. M. Djamil PadangTahun 2013 Kejadian Dekubitus Frekuensi % Ya 10 22,7 Tidak 34 77,3 Jumlah % Berdasarkan tabel 1 menunjukkan dari 44 (22,7%) responden yang mengalami orang responden terdapat 10 orang dekubitus. Tabel 2; Distribusi Frekuensi Kejadian Dekubitus berdasarkan 3 kali Penilaian Kejadian Dekubitus Ruangan Neuro/ Perlakuan (22 org) Ruangan Interne/ Kontrol (22 org) f % f % Penilaian ,6 Penilaian ,3 Penilaian ,6 7 31,8 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa 31,8%). Namun pada kelompok perlakuan Kejadian dekubitus lebih banyak terjadi diruangan Interne (13,6%; 27,3% dan Analisis Bivariat masih terjadi dekubitus sebanyak 13,6% pada penilaian tahap III. Tabel 3: Distribusi Rata-rata Skort Penilaian Kejadian Dekubitus pada Penilaian Pertama Variabel Mean SD SE P Value N Skort Dekubitus - Ruangan Neuro - Ruangan Interne 0,27 0,767 0,164 0, Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat rata-rata skort kejadian dekubitus pada penilaian/observasi 1 di ruangan Neuro sebesar sengkan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Interne adalah 0,27 dengan standar deviasi 0,767. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,164 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol). 5
6 Tabel 4: Distribusi Rata-rata Skort Penilaian Kejadian Dekubitus pada Penilaian Kedua Skort Dekubitus Variabel Mean SD SE P Value N - Ruangan Neuro - Ruangan Interne 0,68 1,249 0,266 0, Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat ratarata skort kejadian dekubitus pada penilaian/observasi 2 di ruangan Neuro sebesar sengkan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Interne adalah 0,68 dengan standar deviasi 1,249. Hasil uji statistik didapatkan p=0,014 berarti ada perbedaan yang signifikan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol). Tabel.5 Distribusi Rata-rata Skort Penilaian Kejadian Dekubitus pada Penilaian Ketiga Variabel Mean SD SE P Value N Skort Dekubitus - Ruangan Neuro - Ruangan Interne 0,50 1,23 1,439 1,926 0,307 0,411 0, Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat rata-rata skort kejadian dekubitus pada penilaian/observasi 3 di ruangan Neuro sebesar 0,50 dengan standar deviasi 1,439 sengkan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Interne adalah 1,23 dengan standar deviasi 1,926. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,163 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan ratarata skort kejadian dekubitus di ruangan Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol). 6
7 Tabel.6 Distribusi Rata-rata Skort Penilaian Kejadian Dekubitus Variabel Mean SD SE P Value N Skort Dekubitus - Ruangan Neuro - Ruangan Interne 0,50 2,18 1,439 3,445 0,307 0,735 0, Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat rata-rata skort penilaian kejadian dekubitus (total skort) di ruangan Neuro sebesar 0,50 dengan standar deviasi 0,307 sengkan rata-rata skort penilaian kejadian dekubitus di ruangan Interne adalah 2,18 dengan standar deviasi 3,445. Hasil uji PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh dari 44 orang responden 22,7% responden yang mengalami dekubitus setelah melewati 10 hari rawatan dengan 3 kali penilaian. Secara rinci 7 orang (15,9%) terdapat di ruangan Irna Penyakit Dalam (sebagai kelompok pembanding/ kontrol) dan 3 orang (6,8%) terdapat di terdapat di ruangan Irna Neuro (kelompok perlakuan). Kejadian dekubitus sudah dapat terjadi pada hari ke empat (penilaian 1) begitu juga pada hari selanjutnya apalagi tidak diperhatikan perawatan pada kulit dengan baik pada pasien yang dirawat dengan tirah baring, semakin lama pasien dirawat semakin besar risiko untuk terjadinya dekubitus. Hasil penelitian di ruangan Interne didapatkan hari keempat statistik didapatkan nilai p=0,041, berarti ada perbedaan yang signifikan rata-rata skort penilaian kejadian dekubitus di ruangan Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol). rawatan (penilaian I) terdapat 13,6% yang menderita dekubitus, hari ketujuh rawatan (penilaian II) ditemui 27,3% menderita dekubitus dan pada hari X angka kejadian semakin meningkat yaitu 31,8%. Pada kelompok yang diberi perlakuan (Ruang Neuro) berupa tindakan massage apabila dilakukan dengan baik selain melakukan perawatan sehari-hari seperti memandikan pasien, massage ringan dengan mengikuti alur struktur anatomi tubuh manusia, pemeliharaan lingkungan dan alat tenun. Lingkungan tempat tidur pasien jangan basah karena membuat kulit pasien lunak dan sedikit gesekan akan mudah terjadi lecet atau dekubitus. Alat tenun haruslah licin dan rapi untuk meminimalkan gesekanan apalagi di beberapa Rumah Sakit menggunakan 7
8 kasur busa yang dibungkus dengan perlak tebal. Mengatur posisi miring ke kiri dan ke kanan setiap 2 jam sangat membantu untuk mencegah terjadinya dekubitus. Terbukti pada penelitian ini menunjukkan bahwa sampai hari ketujuh tidak ditemui adanya tanda-tanda dekubitus, namun pada hari kesepuluh (penilaian III) di ruangan Irna Neuro kita jumpai 13,6% (3 dari 22 responden) baru kita temui tanda-tanda dekubitus. Beberapa faktor yang diduga sebagai predisposisi terjadi dekubitus pada klien diantaranya adanya gangguan input sensorik pasien yang mengalami perubahan persepsi sensorik terhadap nyeri, gangguan fungsi motorik sehingga pasien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri; perubahan/ penurunan kesadaran (seperti pasien koma tidak dapat merasakan tekanan dan tidak mampu mengubah ke posisi yang lebih baik). Pada pasien degan pemasangan Gips terjadi gaya friksi eksternal mekanika dari permukaan gips yang bergesekanan pada kulit. Begitu juga dengan pasien pemasangan Traksi, Alat Ortotik dan peralatan lain (Morison, 2003) dan Hegner, 2003). Masih ditemuinya kejadian dekubitus pada kelompok perlakuan banyak faktor diantaranya pasien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri karena penurunanan kesadaran akibat penyakitnya. Kondisi tersebut menyebabkan pasien tidak dapat merasakan tekanan pada bagian kepala,punggung, bokong dan tumit yang al ini berisiko tinggi terjadi dekubitus (Hegner, 2003). Selain itu faktor kelembaban dapat menurunkan resistensi kulit terhadap faktor fisik tekanan atau gaya gesek. Ruangan rawatan pasien rawat intensif dan semi intensif haruslah sangat nyaman. Potter dan Perry, (2005) menyatakan kelembaban pada kulit meningkatkan pembentukan dekubitus sebanyak lima kali. Selain itu status nutrisi pasien sangat menentukan kejadian dekubitus tersebut terutama jika terjadi defisiensi protein ( terutama albumin) dan vitamin C. Oleh karena itu, pengkajian status nutrisi segera dilakukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit terutama pada pasien yang mengalami tirah baring lama, dengan bantuan ahli diet, dilakukan koreksi pada setiap defisiensi. Pasien juga harus tetap dipertahankan hidrasinya dengn baik (Morison, 2003). Hasil penelitian dalam upaya pencegahan kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di tempat tidur diperoleh hasil uji statistik independen didapatkan nilai p=0,041, berarti ada perbedaan yang signifikan rata-rata skort penilaian kejadian dekubitus di ruangan 8
9 Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol) dengan kata lain ada pengaruh intervensi masssage terhadap upaya pencegahan kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pencegahan dekubitus merupakan prioritas dalam perawatan klien dan terutama pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi. Intervensi keperawatan utama mencegah terjadi dekubitus adalah perawatan kulit, yang meliputi higiens dan perawatan kulit topikal. Selain itu pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan yang meliputi pengaturan posisi. Selain itu mengurangi faktor-faktor lingkungan yang mempercepat terjadinya dekubitus seperti suhu ruangan panas (penyebab diaporesis), kelembaban, atau linen tempat tidur yang berkerut (Potter & Perry, 2005). Hipoalbuminemia merupakan suatu kondisi pasien kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Kondisi yang dimaksud diatas menkondisikan pasien dalam keadaan lemah dan tertidur dalam waktu yang lama tetapi tingkat kesadaran pasien adalah kompos mentis. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan akibat rendahnya kadar albumin yang disebabkan lossprotein dan intake nutrisi yang tidak yang kurang dari kebutuhan pasien. Perbaikan luka dekubitus harus bersamaan dengan penggantian jumlah protein sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan pertahanan tubuh pasien. Menurut hasil penelitian Sanada 1998, banyak cara yang dapat dilakukan perawat untuk mencegah terjadinya dekubitus. Pasien yang lemah lakukanlah perubahan posisi. Ketika menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada daerah trochanter. Bila ingin memposisikan pasien pada posisi lateral, maka posisikanlah pasien pada posisi lateral inklin 30, posisi ini memungkinkan distribusi tekanan pada daerah yang lebih luas Untuk menghindari luka tekan didaerah tumit, gunakanlah bantal yang diletakan dibawah kaki. Hindari menggunakan kasa yang berbentuk donat di tumit. Perawat dirumah sakit di Indonesia masih sering menggunakan donat yang dibuat dari kasa atau balon untuk mencegah luka tekan. Sanada (1998) menegaskan ini justru dapat mengakibatkan region 9
10 DAFTAR RUJUKAN Achmad, Jalaludin Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Luka Dekubitus oleh Perawat di Ruang Neurologi PERJAN RS. Dr. M. Djamil Padang. Padang: PSIK Unand Padang. Anggota IKAPI no. : 80/DKI UU RI nomor 36 & 44 tahun 2009 tentang Kesehatan & Rumah Sakit. Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri. Baradero Buku Saku Konseling dalam Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Bryant, Ruth A. (2000). Acute & Chronic Wounds. Nursing management. 2 nd Edition. USA:Mosby Inc. Craven, R. F & Hirnle, C. J. (2007) Fundamental of nursing: Human Health and Function, 6 th edition, NewYork: Lippincott Williams & Wilkins. Daniel, Guenter dalam Sabandar Ulkus dekubitis. Medical Faculty Sebelas Maret University Jakarta Guyton & Hall. (1996). Texbook of medical physiology. 9th Edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company Hegner, Barbara R Asisten Keperawatan: suatu Pendekatan Proses Keperawatan alih bahasa Jane F, Budhi editor edisi bahasa Indonesia: Sari Kurnianingsih edisi 6. Jakarta: EGC. Hidayat, A. Aziz Alimul Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Medika. Ismani, Nila Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Morison, Moya Manajemen Luka. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Potter & Perry Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta: EGC. Suyasa, I Gde Putu Darma Nurses Perception about Responsibility of Care Decubitus Ulcer Management. Media Ners Volume 1 nomor 2: PSIK Undip PPNI Jateng. 10
BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh
Lebih terperinciPENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA
PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia keperawatan menjaga dan mempertahankan integritas kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di dalamnya. Intervensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit. Intrvensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan intervensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, Pasien yang sangat lemah, dan Pasien yang lumpuh dan waktu lama, bahkan saat ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan jaringan setempat yang disebabkan oleh iskemia pada kulit (kutis dan sub-kutis) akibat tekanan dari luar yang berlebihan. Umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inaktifitas, dan sensori persepsi, bila aktifitas ini berkepanjangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan aktivitas fungsional pada orang dewasa (irfan, 2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CerebroVascularAccident (CVA), merupakan gangguan sistem saraf pusat yang paling sering ditemukan dan merupakan penyebab utama gangguan aktivitas fungsional pada orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan juga dengan perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN
HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis yang terjadi di Indonesia setiap tahun semakin bertambah. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk Indonesia yang meninggal dunia akibat dari
Lebih terperinciINOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG
INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG Lampiran 1 A. Pengertian Skala Braden merupakan salah satu jenis skala atau metode yang digunakan dalam menilai resiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang terletak pada jalur yang sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dekubitus 1. Pengertian Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak
Lebih terperincidalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas
PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas B+ Pendidikan dengan kapasitas 800 Tempat Tidur dan 14 unit pelayanan medis dan 8 unit pelayanan penunjang. Jumlah tenaga
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)
Lebih terperinciTINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG. Naskah Publikasi
TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadyah Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan neurologis, penyakit kronis, penurunan status mental, pasien yang dirawat
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka tekan 2.1.1 Pengertian luka tekan Luka tekan adalah cedera pada kulit dan jaringan lain yang berada dibawahnya, biasanya di atas penonjolan tulang, akibat tekanan atau tekanan
Lebih terperinciR. Siti Maryam Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Persahabatan Jakarta ABSTRAK
TINJAUAN KEPUSTAKAAN R. Siti Maryam Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Persahabatan Jakarta ABSTRAK Dekubitus terjadi karena adanya tekanan beban tubuh pada daerah kulit yang bersentuhan dengan permukaan
Lebih terperincitahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah tindakan pembedahan di dunia sangat besar, hasil penelitian di 56 negara pada tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SDN PANJANG WETAN IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN 6 Asep Dwi Prasetyo ABSTRAK Faktor faktor tersebut
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Kartika 7
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Ali, Z. (2010). Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi
DAFTAR PUSTAKA Ali, Z. (2010). Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi Kesehatan. Jakarta : Trans Info Media. Asmadi. (2008). Tehnik procedural keperawatan: Konsep dan applikasi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan malnutrisi masih banyak ditemukan pada pasien rawat inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah Sakit Pendidikan, yakni Perjan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan dimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diet paska bedah merupakan makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan
Lebih terperinciWawan Rismawan, S.Kep., Ns., M.Sc. Abstrak
Hubungan tingkat pengetahuan keluarga klien tentang pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada pasien bedrest total di RS Dr. Soekardjo Tasikmalaya Kota Tasikmalaya. Wawan Rismawan, S.Kep.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H
HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien pasien yang mengalami penyakit kronis, kondisi lemah, kelumpuhan dan bahkan hal ini menjadi
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROSES KEPERAWATAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan keperawatan merupakan indikator kualitas pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan kesehatan di masyarakat adalah perawat. Kualitas pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat
Lebih terperinciA. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim
PERAWATAN LUKA by : Rahmad Gurusinga A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka timbul, beberapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEJADIAN DEKUBITUS DENGAN PENGGUNAAN HEEL RING PADA PASIEN YANG TERPASANG TRAKSI SKELETAL
PENCEGAHAN KEJADIAN DEKUBITUS DENGAN PENGGUNAAN HEEL RING PADA PASIEN YANG TERPASANG TRAKSI SKELETAL Asri Fatonah*, Sriyono*, dan Deni Yasmara* *Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN KASUR ANTI DEKUBITUS TERHADAP DERAJAD DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING. Abstrak
PENGARUH PENGGUNAAN KASUR ANTI DEKUBITUS TERHADAP DERAJAD DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING Rustina 1), Wahyuningsih Safitri, M.Kep 2), Dra. Agnes Sri Harti, M.Si 3) 1) : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP (PROTAP) PERAWATAN LUKA OPERASI DI BLUD RSU CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP (PROTAP) PERAWATAN LUKA OPERASI DI BLUD RSU CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015 RELATIONSHIP OF NURSING CHARACTERISTICS WITH THE IMPLEMENTATION
Lebih terperinciRisiko Terjadinya Dekubitus Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Perawatan Neurologi
Risiko Terjadinya Dekubitus Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Perawatan Neurologi Okatiranti 1, Ria Eviyanti Sitorus 2, Dini Tsuawabeh 1 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat, memberikan terapi serta menunjang fungsi-fungsi vital pasien yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian mandiri dari rumah sakit, yang dilengkapi dengan tenaga medis dan teknologi khusus untuk mengobservasi, merawat,
Lebih terperinciHubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi
Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi (Body Mass Index And Hemoglobin Level Related To Wound Healing Of Patients Undergoing
Lebih terperinciGAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti
GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Arni Wianti ABSTRAK Pendahuluan. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kasus diabetes melitus di seluruh dunia telah meningkat dan merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010). Jumlah kematian disebabkan
Lebih terperinciOleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners
EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT KECEMASAN BAGI KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU PURWODADI Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2)
Lebih terperinciPERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Anindiansari Pratiwi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT Atraumatic care is the important
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Luka tekan (pressure ulcer) merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang
Lebih terperinciPROTOKOL TINDAKAN MOBILISASI MIRING KANAN / MIRING KIRI DAN PERAWATAN KULIT / MASSAGE. Suatu tindakan merubah posisi tidur pada pasien yang mengalami
LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 PROTOKOL TINDAKAN MOBILISASI MIRING KANAN / MIRING KIRI DAN PERAWATAN KULIT / MASSAGE A. Pengertian : Suatu tindakan merubah posisi tidur pada pasien yang mengalami keterbatasan
Lebih terperinciHUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DILLA HERFINA*ERWIN**AGRINA***
HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DILLA HERFINA*ERWIN**AGRINA*** dillaherfina@rocketmail.com, Hp 085263333536 Abstract The purpose of this
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kurang gizi pada pasien yang dirawat di bagian bedah adalah karena kurangnya perhatian terhadap status gizi pasien yang memerlukan tindakan bedah, sepsis
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : kadar albumin, IMT, pasien immobilisasi, kejadian dekubitus
Hubungan Kadar Albumin Dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kejadian Dekubitus Pada Pasien Immobilisasi Di RSUD Dr. Moewardi Ika Harmyastuti 1, Anita Istiningtyas 2, Ariyani 3 1) Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN DAN PENCEGAHAN LUKA (DEKUBITUS)
LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN DAN PENCEGAHAN LUKA (DEKUBITUS) A. KASUS (MASALAH UTAMA) Luka Tekan / Pressure Ulcer ( Dekubitus) B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Luka Dekubitus Dekubitus berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis yang terletak di perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan penyakit urutan
Lebih terperinciHUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012
Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke... HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012 Muh. Anwar Hafid* *Program Studi
Lebih terperinciPENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA
PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA Dedy Arif Abdillah 1), Happy Indri Hapsari 2), Sunardi 3) 1) Mahasiswa SI
Lebih terperinciHUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS
HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT Disusun oleh : DWI RAHMAWATI NIM : J100 060 001 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciPromotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DI RUANGAN PERAWATAN JIWA RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROPINSI SULAWESI TENGAH Sugeng Adiono Politeknik Kesehatan Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio Caesarea (SC) merupakan suatu teknik kelahiran perabdomen untuk menghentikan perjalanan persalinan normal, dengan cara melakukan insisi di dinding abdomen (laparatomi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu
Lebih terperinciKEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN PENGGUNAAN BED DECUBITUS DAN BLANKET ELECTRIC DOSEN : BU MIRA ASMIRAJANTI
KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN PENGGUNAAN BED DECUBITUS DAN BLANKET ELECTRIC DOSEN : BU MIRA ASMIRAJANTI KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN PENGGUNAAN BED DECUBITUS DAN BLANKET ELECTRIC ANGGOTA KELOMPOK 5 Sri Harta Carina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potter & Perry (2005) Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Typhoid Abdominalis atau sering disebut Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistemik
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang berupaya mencapai pemulihan penderita. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan kegiatan terpadu
Lebih terperinciEvangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara
GAMBARAN STRES PSIKOLOGIS SEBAGAI PENCETUS SERANGAN ULANG NYERI DADA PADA KLIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUANG PERAWATAN VIII RS. DUSTIRA CIMAHI Evangeline Hutabarat dan Wiwin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi merupakan penyembuhan penyakit dengan jalan memotong dan mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, dirawat inap dan jenis operasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN SIKAP MENCEGAH INFEKSI NOSOKOMIAL PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sakit pada anak usia prasekolah dan anak usia sekolah banyak ditemui di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan selama dirawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah
Lebih terperinciOleh : Fery Lusviana Widiany
PENGARUH DUKUNGAN GIZI PUDING TEPUNG TEMPE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PASIEN BEDAH DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Oleh : Fery Lusviana Widiany 01/12/2014 1 Latar Belakang RS SARMILLA 2,89% pasien menurun
Lebih terperinciSAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa
GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pasien kritis yang terpasang ventilator Mobilisasi Progresif Level I: - Head Of Bed - Continous Lateral Rotation Therapy Resiko dekubitus: skala braden
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA 20 30 TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI Susilowati Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Kanker payudara adalah kanker yang terjadi pada payudara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti
Lebih terperinciARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KELENGKAPAN PENCATATAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT MULIA HATI WONOGIRI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk
Lebih terperinciPERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 169 174 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian
Lebih terperinciserangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit sistemik, dan
Lebih terperinciSKRIPSI. Penelitian Keperawatan Medikal Bedah
SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PENYULUHAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PRE OPERASI DI IRNA B BEDAH RSUP Dr. M.DJAMIL PADANG Penelitian Keperawatan Medikal Bedah SKRIPSI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas
Lebih terperinci1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI
1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST
Lebih terperinciPENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA Clara Grace Y.A.S*, Siti Saidah Nasution** *Mahasiswa Keperawatan **Dosen Keperawatan Maternitas *Staf Pengajar Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diabetes mellitus (DM) yang dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR
GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (581-592) TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR Rini Suharni, Indarwati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pembentukan perilaku baru yang dapat meningkatkan status kesehatan pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan ini merupakan salah satu faktor predisposisi
Lebih terperinci