BAB II LANDASAN TEORI. kelompok teman sebaya dan hubungan individu atau anggota kelompok yang mencakup

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. kelompok teman sebaya dan hubungan individu atau anggota kelompok yang mencakup"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi sosial Pengertian Interaksi Sosial Partowisastro, (dalam Supriyadi,2011) mendefinisikan bahwa interaksi sosial kelompok teman sebaya dalah kedekatan hubungan dan sifat hubungan dari pergaulan kelompok teman sebaya dan hubungan individu atau anggota kelompok yang mencakup keterbukaan, kerjasama dan frekuensi hubungan. Interaksi sosial yaitu individu satu dapat menyesuaikan diri kepada individu yang lain dan dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. (Gerungan, 2000). Sedangkan menurut Rahman dkk, (2000) interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial adalah suatu kontak sosial atau hubungan timbal balik atau interstimulasi respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok (Maryati dan Suryawati 2003). Interaksi soaial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakukan individu yang satu dapat mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu atau sebaliknya (Bonner, 2000) Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa Interaksi sosial teman sebaya adalah suatu hubungan timbal balik antar individu, individu dengan kelompok, dan 11

2 kelompok dengan kelompok yang menimbulkan keterbukaan, kerja sama dan frekuensi hubungan antar sesama individu. Teori yang digunakan oleh penulis adalah teori Partowisastro (dalam Supriyadi 2011) bahwa interaksi sosial kelompok teman sebaya dalah kedekatan hubungan dan sifat hubungan dari pergaulan kelompok teman sebaya dan hubungan individu atau anggota kelompok yang mencakup keterbukaan,kerjasama dan frekuensi hubungan. Interaksi sosial dapat juga dapat dikatakan sebagai kemampuan dalam berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial untuk menjadi orang yang mampu bermasyarakat. Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar perilaku yang dapat diterima, sehingga remaja pun bisa menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima. Kelompok sosial juga mempunyai pola kebiaasaan yang ditentukan dengan seksama para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi Aspek- Aspek Interaksi sosial Menurut Partowisastro (dalam Supriyadi, 2011), Aspek-aspek interaksi sosial teman sebaya dirumuskan menjadi tiga aspek yaitu : 1. Keterbukaan dalam kelompok. Dimana individu akan menunjukan sifat keterbukaan terhadap kelompoknya dan penerimaan kehadiran individual dalam kelompoknya. 2. Bekerja sama dalam kelompok. Individu akan terlibat dalam kegiatan kelompoknya dan mau menyuma dalam hbangkan ide bagi kemajuan kelompoknya. 3. Frekuensi hubungan dalam kelompok. Individu lebih banyak menggunakan waktunya untuk bertemu dengan anggota kelompoknya dan saling berbicara dalam hubungan yang dekat. Interakaksi sosial kelompok teman sebaya merupakan suatu proses dimana saling mempengaruhi satu sama lain dalam fikiran, perasaan, sikap dan prilaku. Interaksi dapat dikatakan meningkat apabila ada penyesuaian terhadap norma-norma yang berlaku. 12

3 Berdasarkan uraian diatas penulis simpulkan bahwa aspek-aspek dalam interaksi sosial teman sebaya dapat terjadi jika ada keterbukaan, kerjasama dan frekuensi hubungan. Dimana ketiga aspek tersebut harus saling melengkapi agar terjadi hubungan yang akrab sesama teman, dapat bekerja sama secara kelompok, dan dapat menghabiskan waktu bersama teman satu dengan teman lainnya, sehingga terjadi hubungan yang baik dan dapat saling melengkapi satu sama lain. Dalam penelitian ini penulis menggunakan landasan teori dari Partowisastro (1993) yang digunakan juga oleh peneliti dalam pembuatan kuisioner Terjadinya Interaksi sosial Partowisastro (1993) mengatakan bahwa interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi syarat yaitu : 1. Kontak Sosial Kontak sosial merupakan fase yang pertama dari interaksi sosial walaupun penyentuhan fisik dalam kontak sosial bukan merupakan keharusan, dan penyentuhan fisik merupakan perangsang yang tidak sedikit artinya dalam memupuk interaksi sosial. 2. Komunikasi Komunikasi merupakan suatu yang penting dari interaksi sosial. Karena dengan menggunakan komunikasi pandangan, atau sikap seseorang dapat di mengerti oleh orang lain sehingga interaksi sosial dapat di respon dengan baik. Sedangakan menurut Soekanto dalam Margarita Widiyaningsih,(2011), menyatakan terjadinya interaksi sosial dengan adanya : a. Kontak sosial diartikan kesiapan untuk mengadakan interaksi sosial, disuatu pihak mengadakan aksi, dan dilain pihak memberikan reaksi.kontak sosial tidak sematamata ditunjukan untuk mengadakan tindakan, tetapi juga dapat berupa tanggapan. Kontak sosial dapat terjadi dalam memahami prilaku orang lain kemudian memberikan reaksi terhadap tingkah laku tersebut. b. Komunikasi terjadi apabila seseorang memahami prilaku orang lain kemudian memberikan reaksi terhadap tingkah laku tersebut. Komunikasi memungkinkan kerja sama antara perorangan atau antar kelompok. Jika dihubungkan dengan interaksi sosial, kontak sosial tanpa komunikasi tidakmempunyai arti. Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa dalam terjadinya interaksi sosial itu terdapat dua syarat yaitu dengan adanya kontak sosial dan komunikasi. 13

4 Keduanya sangat berkesinambungan dan saling melengkapi satu sama lain. Karena dalam hubungan berinteraksi sosial itu ditunjukan dengan mengadakan tindakan dan juga melakukan berupa tindakan sehingga dapat memahami prilaku seseorang dengan memperhatikan reaksi terhadap interaksi sosial. Komunikasi dalam interaksi juga penting karena dalam hubungan berinteraksi komunikasi juga dapat menciptakan hubungan kerja sama antara perorangan atau antar kelompok dan dihubungkan dengan interaksi sosial keduanya sangat berperan penting. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teorinya Partowisastro (1989) yang menyatakan dalam terjadinya interaksi sosial itu terdapat 2 syarat yaitu dengan kontak sosial dan komunikasi, karena dengan andanya kontak sosial dan komunikasi keduanya dapat menciptakan hubungan yang baik antara seseorang dengan kelompok. Dan dapat menciptakan hubungan kerja samayang baik, tanpa hubungan keduanya maka tidak mempunyai arti penting Pengertian Bimbingan Kelompok Pengertian Bimbingan Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak - anak, remaja, atau orang dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan normanorma yang berlaku. Bimo Walgito (2004), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam 14

5 menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Sedangkan Winkel (2004) memberikan definisi bimbingan ialah usaha melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri. Laksmi,(2003) Bimbingan adalah bantuan dari konselor yang memiliki kompetensi kepada individu dalam berbagai tahapan usia, untuk membantu mengarahkan, mengembangkan, menentukan dan memecahkan masalah dalam hidupnya. Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian bimbingan adalah proses pemberian bantuan, pertolongan kepada individu yang di lakukan oleh konselor untuk mengembangkan dirinya sendiri dan membantu mengatasi kesulitankesulitan hidupnya agar individu itu sendiri dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya Pengertian Kelompok Kelompok menurut Smith ( Abu Huraerah & Purwanto, 2006 ) adalah satu unit yang terdiri dari sejumlah orang yang memiliki persepsi kolektif, mengenai kesatuan mereka dan memiliki kemampuan untuk bertindak dalam cara yang sama terhadap lingkungan mereka. Sedangkan menurut Bales (Abu Huraerah & Purwanto, 2006 ) mengatakan bahwa kelompok itu adalah sejumlah individu yang berinteraksi dengan sesamanya secara tatap muka atau serangkaian pertemuan dimana masing-masing anggota tersebut saling menerima satu sama lain dalam waktu tertentu dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat masing-masing anggota bereaksi sebagai reaksi individual. 15

6 Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian kelompok adalah sejumlah individu yang terbentuk dari beberapa orang dimana masing-masing anggota saling menerima satu sama lain dan memiliki kemampuan utuk bertindak dengan cara yang sama terhadap lingkungannya Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok diberikan dalam kegiatan kelompok yang dapat digunakan oleh pembimbing untuk mengatasi berbagai masalah pada siswa di sekolah khususnya dan berbagai permasalahan lain pada umumnya. Menurut Winkel & Sri Hastuti,(2004) mengatakan bahwa bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan yang optimal pada masing-masing siswa, sehingga dapat diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri. Menurut Dewa ketut Sukardi (2008) menyatakan bahwa bimbingan kelompok yaitu suatu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersamasama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu( terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta unuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Romlah (2001) mengatakan bahwa bimbingan kelompok adalah proses bimbingan kelompok yang diberiukan kepada individu dalam situasi kelompok untuk mencegah timbulnya masalah dan mengembangakan potensi siswa. Bimbingan kelompok sangat bermanfaat karena melalui interaksi dengan anggotaanggota kelompok mereka dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis, seperti 16

7 kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk bertukar pikir dan berbagi perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan sebagai pegangan dan kebutuhan untuk lebih independen serta lebih mandiri. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka diharapkan para siswa dapat tumbuh dan berkembang secara optimat sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian dapat penulis simpulkan pengertian bimbingan kelompok menurut penulis adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu Tujuan Bimbingan Kelompok Tujuan layanan bimbingan kelompok menurut wingkel dan Sri Hastuti (2004) adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok yag berguna bagi para partisipan. Selain itu bimbingan kelompok bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Sementara tujuan layanan bimbingan kelompok menurut Tohirin (2007) dikelompokkan menjadi dua yaitu tujuan umun dan tujuan khusus adalah : a. Tujuan Umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan. b. Secera lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan komunikasi baik verbal maupun non verbal para siswa. Dari pengertian diatas dapat penulis simbulkan bahwa tujuan dalam bimbingan kelompok itu meliputi tujuan umum dan tujuan kusus, dimana dalam masing-masing 17

8 tujuan tersebut memberikan maksud tersendiri bahwa dalam tujuan kusus lebih dalam menggembangakan kemampuan seseorang yang akan dicapai. Sedangkan pada tujuan umum itu merupakan suatu gambaran umum dalam memberikan layanan agar seseorang/ siswa mempunyai pandangan Manfaat Bimbingan Kelompok Winkel dan Sri Hastuti ( 2004) menyebutkan manfaat layanan bimbingan kelompok antara lain : a. Mendapatkan kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa b. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa c. Siswa dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi d. Siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap kali sama e. Dapat lebih berni mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok dan diberikan kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama f. Bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman daripada yang dikemukakan oleh seorang konselor. Sedangkan manfaat bimbngan kelompok menurut Dewa ketut Sukardi ( 2008) yaitu : a. Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya. b. Memiliki pandangan yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan. c. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang berhubunga dengan hal-hal yang merekabicarakan dalam kelompok d. Menyusun program-program kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula. e. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat dalam bimbingan kelompok adalah memberikan kesempatan untuk siswa agar bisa terbuka dasna bercerita sesuai dengan keadaanya,siswa juga mendapatkan hal-hal yang positif ketika melakukan kegiatan bimbingan kelompok, mendapatkan berbagai informasi, dalam kegiatan trsebut siwa mendapatkan tantangan yang baru, siswa dapat melaksanakan program-program 18

9 yang sudah ada dan siswa dapat mengeksporasi dirinya sendiri melalui kegiatan bimbingan kelompok tersebut Teknik-teknik Bimbingan Kelompok Menurut Romlah (2001) teknik-teknik bimbingan kelompok merupakan cara-cara bagaimana kegiatan bimbingan kelompok dapat dilaksanakaan antara lain : 1. Pemberian Informasi Teknik pemberian informasi sering juga disebut dengan metode ceramah, dimana pemberian penjelasan oleh seseorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal yaitu perencanaan, pelaksanaan, penelitian. Pada tahap perencanaan ada tiga langkah yang harus dilaksanakan yaitu : a. Merumuskan tujuan yang hendak dicapai dengan pemberian informasi. b. Menentukan bahan yang akan diberikan berupa fakta, dan konsep, generalisasi. c. Menentukan dan memilih contoh-contoh yang tepat sesuai dengan bahan yang diberikan. Pada tahap pelaksanaan, penyesuaian materi disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Tahap terakhir dari pemberian informasi adalah mengadakan penilaian apakah tujuan sudah tercapai ataukah belum. Penilaian dapat dilakukan secara lisan dengan menanyakan pendapat siswa mengenai materi yang diterimanya, tetapi juga dapat dilakukan secara tertulis baik dengan tes subjektif ataupun obyektif. 19

10 2. Diskusi Kelompok Diskusi kelompok ini merupakan suatu percakapan yang di lakukan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan agar dapat menyelesaikan masalah, sehingga dapat memperjelas suatu persoalan di bawah pimpinan seorang pemimpin. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok tidak hanya untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk mencerahkan persoalan dan mengembangkan diri pribadi. 3. Teknik Permainan Menurut Santrock ( 2002), permainan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan dan menyenangkan yang melibatkan aturan dan seringkali kompetisi dengan satu anak atau lebih. Teknik yang paling banyak digunakan penulis dalam melakukan layanan bimbingan kelompok adalah teknik permainan. Karena dengan menggunakan teknik ini siswa terlihat aktif serta dapat bekerjasama dengan baik dan saling mendukung. Menurut Prasetyono (2007), melalui kegiatan bermain, akan diperoleh berbagai pengalaman yang dapat digunakan untuk memperbaiki hubungan antar manusia dan mengenal diri sendiri dengan baik dan anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial. Menurut Nursalim dan Suradi (2002) menyatakan bahwa teknik bermain adalah salah satu teknik yang dalam bimbingan kelompok digunakan sebagai objek untuk melampiaskan ketegangan-ketegangan psikis dari individu. Dengan permainan tersebut individu dapat menyalurkan, melampiaskan ketegangan-ketegangan emosinya. 20

11 Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa teknik bermain merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok yang dilakukan dengan kesenangan dan suka rela untuk melampiaskan ketegangan-ketegangan yang terjadi sehingga anak bisa mencapai perkembangan psikis, fisik, emosi dan iletektual Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok melalui beberapa tahap yaitu terdapat beberapa tahapan, dimana tahapan-tahapan ini bukanlah suatu tahapan yang mempunyai fase yang berbeda dan terpisah, namun fase yang saling berhubungan. Pada pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok ini mengacu pada tahap-tahap bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno, (1995) dan beberapa pakar bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap, yang sebelumnya diawali dengan tahap permulaan atau tahap awal,untuk mempersiapkan anggota kelompok. Tahap-tahap tersebut adalah tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran. a. Tahap Awal ( Pregroup) Tahap awal merupakan tahap persiapan. Tahap ini menekankan pada persiapan untuk memimpin dan cara mengumumkan mencari anggota kelompok serta merencanakan jenis kelompok ( kelompok terbuka atau tertutup), keanggotaan kelompok, jumlah anggota kelompok, frekuensi, lamanya pertemuan kelompok dan menentukan tempat pertemuan. Persiapan yang sistematis sangatlah penting untuk membantu proses selanjutnya. b. Tahap I ( Pembentukan ) 21

12 Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap memasukan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing atau oleh keseluruhan anggota. Tahap ini merupakan tahap keheningan atau kecanggungan. Dalam tahap ini anggota kelompok mulai belajar terlibat dalam interaksi kelompok. Fungsi dan tugas utama pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah mengajarkan cara berpartisipasi sehingga dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif. Menurut Prayitno, (1995) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal ini adalah : a) Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok b) Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok c) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri d) Permainan penghangatan pengakraban c. Tahap II ( Peralihan ) Tahap kedua adalah tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana kelompok mulai terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Karakteristik tahap transisi ditandai oleh perasaan khawatir, bertahan, dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi ini pemimpin kelompok harus memberikan motivasi atau dorongan dan reinforcement kepada anggota supaya mereka peduli tentang apa yang dipikirkan terhadapnya dan belajar mengekspresikan diri, sehingga anggota lain bisa mendengarkan. 22

13 Menurut Prayitno (1995) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah : a) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap selanjutnya b) Menawarkan pada anggota kelompok apakah sudah siap untuk menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya c) Membahas suasana yang terjadi d) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota e) Kalau perlu kembali pada tahap yang pertama ( Tahap pembentukan). d. Tahap III ( Kegiatan) Tahap ini merupakan kegiatan inti pada bimbingan kelompok, sehingga aspek-aspek yang menjadi pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipasi untuk menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab pada kehidupan mereka. Jadi mereka harus didorong untuk berani dalam mengambil keputusan pendapat dan tanggapan mengenai topik masalah yang dihadapi untuk digali dalam kelompok. Fungsi utama pemimpin pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis dari tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kegiatan yang harus dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah : a) Masing-masing anggota secara bebas mengutarakanpendapat terhadap topik masalahnya b) Menetapkan topik yang akan dibahas terlebih dahulu c) Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas d) Kegitan selingan e. Tahap IV ( Pengakhiran) 23

14 Pada tahap akhir ini merupakan tahap konsolidasi dan terminasi. Tahap ini merupakan suatu pokok perhatian utama yang mana tahap ini bukanlah berapa kali kelompok bertemu, namun pada hasil yang telah dicapai pada kelompok ketika menghentikan pertemuan (Prayitno, 1995). Saat kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok sebaiknya dipusatkan pada pembahasan tentang apakah anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan anggota pada kesehariannya. Tugas utama yang dihadapi oleh para anggota selama tahap akhir yaitu mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok ke dunia luar. Peranan pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang harmonis dan memberikan pertanyaan serta mengucapkan terimakasih atas partisipasinya anggota. Pemimpin kelompok juga memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa persahabatan dan simpati. Selain itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah memberikan penjelasan tentang arti dari tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan mengajak para anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta menekankan kembali akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar anggota setelah kelompok berakhir. Pada kegiatan ini yang harus dilakukan pada tahap ini adalah : a) Pemimpin kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. b) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kean dan hasilhasil kegiatan. 24

15 c) Membahas kegiatan lanjutan. d) Mengemukakan kesan dan harapan Setelah semua tahap terlaksana, maka dilakukan evaluasi dan follow up. Follow up dapat dilaksanakan secara kelompok maupun secara individu. Pada kegiatan tindak lanjut ini para anggota kelompok dapat dibicarakan tentang apa yang telah ditempuh. Pemimpin kelompok dapat memberikan evaluasi dengan memberikan pertanyaan dan wawancara dengan batas tertentu dapat dilihat apakah para anggota sudah menguasai topik yang dibicarakan atau belum. Hal tersebut dapat memberikan gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok Permainan Kerja Sama dan Komunikasi Permainan dan latihan yang digunakan oleh peneliti bertujuan untuk belajar dari pengalaman, memperbaiki hubungan antar manusia dan mengenal diri sendiri dengan lebih baik. Permainan ini bukan hanya dapat digunakan oleh orang-orang dan kelompokkelompok yang bergerak di bidang sosial. Melainkan juga oleh setiap kelompok yang ingin mendekati tujuan permainan dan latihan. Menurut Wenzler dalam skripsi (Donik, 2010) permainan kerja sama merupakan bentuk permainan yang dikerjakan dalam suatu keadaan ketika sekelompok orang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Permainan kerja sama ini membutuhkan kerja sama dan komunikasi dalam kelompok. Pelaksanaannya para anggota akan melakukan kontak sosial, Aktifitas bersama, frekuensi hubungan. Dimana ketiga hal tersebut adalah syarat utama dalam interaksi sosial. Permainan yang akan digunakan antara lain : gambar berantakan, pada gambar 25

16 berantakan ini mengajak siswa untuk saling bertukar fikiran dengan berkomunikasi antar teman satu dengan teman lainnya dan bekerja sama untuk menyelesaikan gambar tersebut. Permainan yang kedua yaitu dengan bermain sarang korek api, permainan ini dilakukan untuk mncoba agar siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompok untuk menyelesaikan permasalahannya, tentunya didalam menyelesaikan permasalahan tersebut pasti membutuhkan komunikasi antar teman satu dengan teman yang lainnya. Permainan yang ketiga adalah pemberi, penerima, pengganggu. Permainan ini bermaksud mengajak siswa supaya siswa dapat berkomunikasi dengan baik antara siswa satu dengan yang lainnya. Permainan keempat bermain balok, permainan ini dimaksudkan agar siswa dan kelompoknya dapat saling bekerja sama untuk menyelesaikan permainan tersebut. Permainan kelima yaitu membangun piramida, permainan ini lebih mengarah pada kekompakan, kerjasama dan komunikasi. Permainan keenam yaitu malaikat pelindung, permainan ini lebih pada hubungan komunikasi dan hubungan saling percaya antara teman satu dengan yang lainya. Permainan yang ketujuh menyambung cerita, dimana dalam permainan ini mengajarkan siswa untuk tidak sungkan. Sehingga siswa dapat melakukan permainan dengan baik dan terjadi komunikasi yang baik pula. Permainan ke delapan adalah kompak berdiri dalam bermain kompak berdiri ini, siswa diharuskan untuk saling berkomunikasi satu sama lain dan harus ada kepercayaan. Dari pemaparan diatas permaian ini berfungsi untuk melatih siswa agar siswa dapar berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik antara siswa satu dengan siswa lainnya, 26

17 sehingga diantara teman tidak terjadi kesenjangan dalam bergaul semua siswa bisa mengeksplorasi dirinya 2.3. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Dengan hipotesis, menelitian menjadi jelas arah pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ada peningkatan yang signifikan interaksi sosial siswa kelas VII C di SMP N 4 Temanggung setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan Temuan Penelitian Relevan Berdasarkan penelitian yang dlakukan oleh Trisnaningsih (2011), tentang penggunaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan interaksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1 NGADIREJO terbukti bahwa penelitian tersebut dapat meningkatkan interaksi sosial sesama teman sebaya. Penelitian lain juga dilakukan oleh Fauziah Yuli (2012) menerapan bimbingan kelompok dengan teknik permainan kerja sama untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Lamongan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian pre-test and post-test one group design. Didalam penelitian ini terdapat perbedaan kemampuan interaksi sosial dari yang sebelum dilakukan penelitian dan sesudah penerapan bimbingan kelompok 27

18 teknik permainan kerja sama. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik permainan kerja sama dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Lamongan 28

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan, terutama ketika memasuki usia remaja. Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000) BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) interaksi sosial adalah relasi sosial yang berfungsi sebagai relasi sosial dinamis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan

BAB II KAJIAN TEORI. mesin gasoline tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Sama halnya dengan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Mark dan Tombouch (dalam Bachtiar 2005), mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline. Tidaklah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang lain pada manusia ternyata sudah muncul sejak ia lahir,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas. Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh salah satu atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Nelly Oktaviyani (nellyokta31@yahoo.com) 1 Yusmansyah 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The purpose of this study

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA Arni Murnita

Lebih terperinci

Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah. Nartoyo ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang

Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah. Nartoyo ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah Nartoyo (09220221) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah yang di teliti adalah (1) Masih banyak siswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan teori sosial kognitif. Bandura (1997) mendefinisikan self efficacy

BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan teori sosial kognitif. Bandura (1997) mendefinisikan self efficacy BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Self Efficacy 2.1.1. Pengertian Self efficacy Self efficacy merupakan teori yang diajukan bandura (1997) yang berdasarkan teori sosial kognitif. Bandura (1997) mendefinisikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel X (Teknik Konseling Kelompok) Konseling Kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL TERHADAP PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII A DI SMPN 1 JIKEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjungbintang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjungbintang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini berjudul Peningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjungbintang untuk itu akan dijelaskan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK Umi Chasanah (miu_mutzz44@yahoo.com) Syaifuddin Latif Shinta Mayasari ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah adalah wadah pendidikan formal mempunyai tanggung jawab besar untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagaimana yang diamanahkan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterbukaan Diri 2.1.1. Pengertian Self Disclasure Keterbukaan diri cenderung bersifat timbal balik dan menjadi semakin mendalam selama hubungan komunikasi berlangsung. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas dari interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial telah dibekali naluri untuk selalu mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Interaksi tersebut diantaranya dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sikap terhadap Layanan Konseling Individual a. Pengertian Sikap Sikap menurut Sarlito adalah kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar

BAB I PENDAHULUAN. guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar individu mampu mandiri.

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa 1 2 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII B DI MTS. AL-KHAIRAAT KOTA GORONTALO Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Puspita Mertani (puspitamertani@gmail. com) ¹ Syarifuddin Latief² Diah Utaminingsih³ ABSTRACT The aim of this research

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Ratih Novita Sari 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Ratih Novita Sari 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK Ratih Novita Sari (Ratihnovita@yahoo.co.id) 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The aim of this study was to find out whether

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas VII G dan VII C SMP Negeri 9 Salatiga yang memiliki keterampilan sosial rendah yang masing-masing berjumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan kepribadian individu, dimana kepribadian seseorang berhubungan dengan apa yang ditangkap/direspon

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA Ayunda Mayasari Dewi (10220138) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak Perumusan Masalah dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Kompetensi Interpersonal Kompetensi interpersonal yaitu kemampuan melakukan komunikasi secara efektif (DeVito, 1989). Keefektifan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan siswa di sekolah, siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sebelum dikaji tentang pengertian bimbingan dan konseling Terlebih dahulu diuraikan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sebelum dikaji tentang pengertian bimbingan dan konseling Terlebih dahulu diuraikan BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.I Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Sebelum dikaji tentang pengertian bimbingan dan konseling Terlebih dahulu diuraikan tentang pengertian bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Usia remaja merupakan saat pengenalan/ pertemuan identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru

BAB II KAJIAN TEORI. sekolah, yang memberikan kewenangan penuh kepada sekolah dan guru BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Manajemen Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhannya. Alasannya tanpa manajemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian disiplin belajar Disiplin merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk mendididk dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna

Lebih terperinci

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia pada era modern seperti saat ini sangat berbeda jika dibandingkan

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SD MUHAMMADIYAH PAHANDUT PALANGKARAYA.

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SD MUHAMMADIYAH PAHANDUT PALANGKARAYA. SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, Agustus 2016, Volume 2 Nomor 2 (6-11) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/suluh BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih ABSTRAK Penelitian ini berujuan untuk mengetahui signifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK A. Perencanaan Karier 1. Teori Perencanaan Karier E.G Williamson (Winkel dan Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK ABSTRACT

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK ABSTRACT PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK Norma Indah Pratiwi 1 (Norma_sweety26@yahoo.com) 2 Yusmansyah 3 Shinta mayasari ABSTRACT The purpose of this study was to determine

Lebih terperinci

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI OLEH : DIAN PURNAMA SARI ERA 1D009093 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TOERI

BAB II LANDASAN TOERI BAB II LANDASAN TOERI 2.2 Kepercayaan Diri 2.2.3 Pengertian Kepercayaan Diri Konsep percaya diri pada dasarnya merupakan suatu keyakinan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan dan membuat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH Dyah Rahayu Armanto (dyahrahayuarmanto15@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingsih 3 ABSTRACT The

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Sosial. tersebut cocok bagi suatu kelompok atau lingkungan sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Sosial. tersebut cocok bagi suatu kelompok atau lingkungan sosial. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keterampilan Sosial 2.1.1. Pengertian Keterampilan Sosial Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek psikologis yang perlu dikembangkan dalam kehidupan individu, mencakup

Lebih terperinci

Sofya Djafar Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Maryam Rahim,Murhimah A.Kau ABSTRAK

Sofya Djafar Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Maryam Rahim,Murhimah A.Kau ABSTRAK 1 MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 71 KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Sofya Djafar Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DAN PENILAIANNYA Oleh: Indiati Dosen FKIP Univ. Muhammadiyah Magelang. Abstraction

BIMBINGAN KELOMPOK DAN PENILAIANNYA Oleh: Indiati Dosen FKIP Univ. Muhammadiyah Magelang. Abstraction BIMBINGAN KELOMPOK DAN PENILAIANNYA Oleh: Indiati Dosen FKIP Univ. Muhammadiyah Magelang Abstraction Group counseling services are services that provide assistance to students through the group to obtain

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN KERJA SAMA DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN KERJA SAMA DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN KERJA SAMA DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA Donik Restyowati 1 dan Najlatun Naqiyah 2 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran yang aktif seperti yang di kehendaki dalam Undang Undang RI No

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak dapat terlepas dari individu lain dan selalu hidup bersama dalam berbagai bentuk hubungan sosial. Seseorang dalam perkembangannya memiliki kebutuhan yang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN BERBICARA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN BERBICARA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK Lilliek Suryani 112 UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN BERBICARA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK Oleh : Lilliek Suryani SMPN 3 Karangjati E-mail : lilieksuryani@yahoo.com ABSTRAK Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori motivasi yang diungkapkan oleh McClelland dan Atkinson (dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori motivasi yang diungkapkan oleh McClelland dan Atkinson (dalam 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2003), belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2003), belajar adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu pasti mengalami peristiwa belajar. Orang mengalami perbuatan belajar dengan sengaja dengan tujuan yang sama yaitu mengalami perubahan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah. Hal ini. yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah. Hal ini. yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sosial pada remaja ditandai dengan meningkatnya intensitas komunikasi dengan teman sebaya.dimana perkembangan sosial pada remaja lebih melibatkan kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LAYANAN INFORMASI DALAM BIMBINGANDAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

PENGGUNAAN LAYANAN INFORMASI DALAM BIMBINGANDAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PENGGUNAAN LAYANAN INFORMASI DALAM BIMBINGANDAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR Ema Widya Sari 1 (ema.widyasari@yahoo.co.id) Yusmansyah 2 Syarifuddin Dahlan 3 ABSTRACT The research aims

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING Proses-proses konseling meliputi tahap awal, tahap pertengahan (tahap kerja), tahap akhir. Teknik-teknik konseling meliputi ragam teknik konseling, penguasaan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Penelitian Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan pada anak yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Layanan bimbingan belajar sebagaimanan diungkapkan oleh Dewa Ketut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Layanan bimbingan belajar sebagaimanan diungkapkan oleh Dewa Ketut 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Percaya Diri Dalam Bimbingan Belajar 1. Bimbingan Layanan Belajar Layanan bimbingan belajar sebagaimanan diungkapkan oleh Dewa Ketut Sukardi (2008:62) menjelaskan bahwa: Layanan

Lebih terperinci

Kata kunci: bimbingan kelompok, buzz group, komunikasi interpersonal.

Kata kunci: bimbingan kelompok, buzz group, komunikasi interpersonal. PENGEMBANGAN MDEL LAYANAN BIMBINGAN KELMPK TEKNIK BUZZ GRUP UNTUK MENINGKATKAN KMUNIKASI INTERPERSNAL SISWA SMA leh: Tita Maela Margawati Abstrak Komunikasi interpersonal memiliki arti yang penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa kelas VIIC yang berjumlah 37 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa kelas VIIC yang berjumlah 37 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 17 siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi subjek penelitian Penelitian dilakukan oleh penulis di SMP Negeri 4 Temanggung, dengan sebjek siswa kelas VIIC yang berjumlah 37 siswa terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Interaksi Sosial Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak lepas dari individu lainnya. Di dalam proses interaksi sosial tersebut, keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan tersendiri berbeda satu dengan yang lain, baik dari segi fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karir Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XII IPA di SMA N 8 Purworejo

Upaya Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karir Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XII IPA di SMA N 8 Purworejo 121 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERENCANAAN KARIR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XII IPA DI SMA N 8 PURWOREJO (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling) Suhas Caryono 1 Endang Isnaeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejiwaan. Istilah komunikasi (bahasa Inggris : Communication) berasal dari communis

BAB I PENDAHULUAN. kejiwaan. Istilah komunikasi (bahasa Inggris : Communication) berasal dari communis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting, karena dengan komunikasi manusia mampu memenuhi kebutuhan yang bersifat fisik maupun yang bersifat kejiwaan. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang diperoleh melalui proses individuasi, yaitu proses realisasi kedirian dan

BAB II LANDASAN TEORI. yang diperoleh melalui proses individuasi, yaitu proses realisasi kedirian dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah yang dihadapi tanpa bergantung pada orang lain (Monk, 1989). Dengan kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Interaksi Sosial. A. Pengertian Interaksi Sosial. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia pasti

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Interaksi Sosial. A. Pengertian Interaksi Sosial. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia pasti BAB II KAJIAN TEORI 1. Interaksi Sosial A. Pengertian Interaksi Sosial Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain. Adanya kebutuhan akan bantuan ini merupakan awal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di dalam tinjauan pustaka akan di jelaskan lebih lanjut tentang : a) konformitas,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di dalam tinjauan pustaka akan di jelaskan lebih lanjut tentang : a) konformitas, 17 II. TINJAUAN PUSTAKA Di dalam tinjauan pustaka akan di jelaskan lebih lanjut tentang : a) konformitas, yang meliputi: pengertian konformitas, konformitas dalam bidang bimbingan pribadi, faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, individu

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA. efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif

BABII TINJAUAN PUSTAKA. efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif BABII TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika didalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan media

Lebih terperinci

Oleh: Guru Besar Universita Riau

Oleh: Guru Besar Universita Riau Oleh: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Guru Besar Universita Riau Email: asyahza@yahoo.co.id; http://almasdi.unri.ac.id Tugas Guru Merencanakan Melaksanakan Keterampilan Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran

Lebih terperinci