Indonesia dan Perdagangan Internasional Bidang Jasa
|
|
- Ivan Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Indonesia dan Perdagangan Internasional Bidang Jasa Disampaikan dalam Indonesia Services Outlook 2017 di Kementerian Perdagangan Jakarta, 17 November 2016 Herliza Direktur Perundingan Perdagangan Jasa 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 Unsur Jasa pada Barang Modern: The Apple 5S Example $144 komponen dari suppliers $30 Distribusi (Logistik) $45 Retail $60 Apple (termasuk R&D, Design & Profit) $20 Biaya produksi Harga eceran: $299 Sumber: Constructed from Linden et al (2013)
7 Komposisi Jasa dalam Produk-produk Unggulan Indonesia Dibandingkan Negara Lain Tahun % 30% 25% Malaysia 20% Vietnam 15% Indonesia 10% China 5% India 0% Machinery and equipment, nec Chemicals and chemical products Food products, beverages and tobacco Pulp, paper, paper products, printing and publishing Textiles, textile products, leather and footwear Sumber: OECD Dataset: Trade in Value Added (TiVA) October
8 Kontribusi Sektor Jasa dalam PDB Indonesia 2014 Agriculture, Hunting, Forestry and Fishing 14% Services* 51% Mining and Quarrying 10% Manufacturing 24% *Services including Construction Electricity, Gas and Water Supply - 1% Sumber: Badan Pusat Statistik 8
9 Hasil Qualitative Analysis 12 Sektor Jasa No Sektor Jasa Share Permintaan Kesimpulan Domestik (%) Berdasarkan Tabel I-O 1 Jasa Bisnis 102,43 excess demand 2 Jasa Komunikasi 100,24 excess demand Jasa Konstruksi dan Keteknikan 3 Lainnya 100,04 excess demand 4 Jasa Distribusi 84,50 excess supply 5 Jasa Pendidikan 100,64 excess demand 6 Jasa Lingkungan Hidup 2782,73 excess demand 7 Jasa Keuangan 102,94 excess demand 8 Jasa Kesehatan dan Sosial 101,98 excess demand 9 Jasa Pariwisata dan Travel 100,94 excess demand Jasa Rekreasi, Kebudayaan, dan 10 Olahraga 95,71 excess supply 11 Jasa Transportasi 106,54 excess demand 12 Jasa Lainnya 100,01 excess demand Share permintaan domestik merupakan persentase dari Permintaan Domestik terhadap Output Domestik Penelitian PRESISI INDONESIA Sumber: Tabel I-O Indonesia 2010, BPS (2015), diolah.
10 Komposisi Ekspor Jasa Indonesia 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber: Trade Map Government goods and services n.i.e. Personal, cultural, and recreational services Other business services Telecommunications, computer, and information services Charges for the use of intellectual property n.i.e. Financial services Insurance and pension services Construction Travel Transport Maintenance and repair services n.i.e. Manufacturing services on physical inputs owned by others 10
11 Komposisi Impor Jasa Indonesia 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Government goods and services n.i.e. Personal, cultural, and recreational services Other business services Telecommunications, computer, and information services Charges for the use of intellectual property n.i.e. Financial services Insurance and pension services Construction Travel Transport Maintenance and repair services n.i.e. Sumber: Trade Map 11
12 Sektor yang Potensial Sektor Jasa Indonesia yang Berkontribusi Tinggi terhadap Ekspor Jasa Indonesia 1. Travel (48,67% dari total ekspor jasa) 2. Other Business Services (21,96%) 3. Transport (15,85) 4. Computer and Information System (4,67%) Sektor Jasa Indonesia dengan Pertumbuhan Ekspor Tinggi 1. Maintenance and repair services n.i.e. (tumbuh 64,17%) 2. Travel (tumbuh 33,24%) 3. Insurance and pension services (tumbuh 13,52%) 4. Government goods and services n.i.e. (tumbuh 10,38%) Sumber: Berdasarkan data Trade Map , 12
13
14 Hambatan Perdagangan Jasa Indonesia berdasarkan OECD Services Trade Restrictiveness Index 2015
15 Hambatan Perdagangan Jasa Indonesia berdasarkan OECD FDI Restrictiveness Index 2015 Indonesia 58-Country Average Real estate investment Media Business ser vices Distribution Transpor t Communications Financial ser vices Hotel and r estaurant
16 Water in the GATS 16
17 Tujuan Perundingan 1. Peningkatan akses pasar dengan menghapus hambatan yang berupa kebijakan dan penerapan perlakuan non-diskriminatif terhadap supplier jasa asing dan domestik 2. Mendatangkan investasi jasa 3. Kerja sama dalam hal MRA (eqivalensi standard) peningkatan kualitas supplier jasa 4. Menghilangkan efek trade diversion 17
18 Rangkuman Komitmen Indonesia di Berbagai FTA s No. Sektor WTO Uruguay Round Jumlah Sektor IJEPA ACFTA Paket 2 AANZFTA AKFTA AIFTA 1. JASA BISNIS JASA KOMUNIKASI JASA KONSTRUKSI JASA DISTRIBUSI JASA PENDIDIKAN JASA LINGKUNGAN HIDUP JASA KEUANGAN JASA KESEHATAN JASA PARIWISATA JASA REKREASI JASA TRANSPORTASI JASA LAINNYA (ENERGY) Jumlah
19 Perundingan Perdagangan Jasa di ASEAN Salah satu Karakteristik AEC : a single market and production base: Free flow of trade in services: substantially no restriction to ASEAN services suppliers (subject to domestic suppliers) Action: Liberalisasi jasa dilakukan melalui putaran negosiasi dibawah Coordinating Committee on Services (CCS). Dalam rangka memfasilitasi free flow of services by 2015, ASEAN menyusun pengakuan kualifikasi tenaga kerja profesional (mutual recognition arrangements) Roadmap liberalisasi ASEAN : Tahun 2010 : 4 Sektor prioritas, yaitu : air transport, e-asean, healthcare dan tourism Tahun 2013 : Sektor logistik (al. Jasa pergudangan, pengepakan, kargo, kurir, dan jasa transportasi pengiriman barang) Tahun 2015 : semua sektor Target akumulasi sub-sektor yang harus diliberalkan setelah direvisi: Tahun 2010 (AFAS 8) : 80 subsektor Tahun 2013 (AFAS 9) : 104 subsektor Tahun 2015 (AFAS 10) : 128 subsektor 19
20 AFAS PAKET 10: POSISI INDONESIA Indonesia telah memberikan offers sebanyak 99 subsektor (ss). 67 ss telah memenuhi keseluruhan thresholds AFAS 10 (Moda 1, 2 dan 3) sementara 32 ss belum memenuhi. Selain itu, Indonesia perlu menyampaikan offer baru sebanyak 10 ss, sehingga total subsektor yang harus diselesaikan agar dapat lulus AFAS 10 adalah sebanyak 109 subsektor.
21 Perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership as of Intersessional RCEP Ministerial Meeting, November 2016 Cebu, Philippines Services Modalitas - Pendekatan positif dengan value add elements (Ratchet dan Most-Favoured Nations/Transparency List) Capaian akhir jumlah subsektor yang - Minimal sebanyak 100 subsektor dikomitmenkan Capaian akhir jumlah subsektor dengan - Minimal sebanyak 50 subsektor komitmen None pada mode 1 Capaian akhir jumlah subsektor dengan - Minimal sebanyak 50 subsektor modal asing >51% pada mode 3 Capaian akhir jumlah subsektor dengan Ratchet dan MFN - Masih belum ada kesepakatan yang dicapai - Jumlah yang dipertimbangkan antara 5, 20, atau 40 subsektor yang dikenakan Ratchet dan MFN Apirasi transisi modalitas - Masih belum tercapai kesepakatan terkait grace period masa transisi menuju pendekatan negatif, antara 5 atau 7 tahun Movement of Natural Persons (MNP) - Pertemuan para Menteri RCEP pada bulan November 2016 memandatkan agar memulai pembahasan chapter on MNP.
22 ASEAN Hong Kong FTA Perundingan perdagangan jasa dalam kerangka ASEAN Hong Kong Free Trade Agreement dilaksanakan bersama dengan perundingan di sektor lain: ROO, Investment, dan Legal and Institutional Perundingan di Working Group on Services telah menyelesaikan pembahasan teks secara prinsip. Indonesia menyampaikan offer pengikatan komitmen pembukaan jasa pada 4 sektor; konstruksi, pariwisata, energi, dan keuangan, dengan tingkat komitmen 49% dalam mode 3. Putaran Perundingan ditargetkan untuk diselesaikan pada akhir tahun
23 Indonesia-EFTA CEPA Negara-negara yang tergabung di EFTA adalah Switzerland, Norway, Iceland dan Liechtenstein Tujuan utama IE-CEPA adalah meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar kehidupan di kedua pihak melalui: Peningkatkan arus perdagangan dan investasi yang lebih besar Penciptakan pasar ekonomi yang lebih besar dengan meningkatkan produktivitas melalui kompetisi, inovasi dan economies of scale yang lebih luas Pembangunan kerjasama ekonomi melalui framework multilateral, regional dan bilateral yang telah ada, dan menyelesaikan masalah serta hambatan perdagangan melalui komitmen secara transparansi Pengambilan keuntungan dari sinergi dan komplementaritas kedua pihak secara mutual advantage Kepentingan Indonesia adalah sektor jasa bisnis, jasa kesehatan, jasa pariwisata, dan jasa transportasi maritim. Indonesia memberikan offer sejumlah 84 ss, dengan horizontal FEP 49%. Specific ss dengan 51% antara lain: konstruksi, direct selling, non-life insurance, restaurant, maritime cargo handling, geologiacl & geophysical, dan liquefaction & gasification. 23
24 Modalitas Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnersip Agreement (IA-CEPA) Dalam pembahasan modalitas, posisi Indonesia masih dengan pendekatan positive list (GATS format), sementara posisi Australia adalah menggunakan pendekatan penjadwalan negative list (NAFTA Style). Australia mengusulkan text draft cross border trade in services dalam format negative list yang mengatur moda 1, 2 dan 4. Moda 3 (investasi jasa) akan ditempatkan dalam disiplin chapter investment. Negative list disusun dengan mengikat NCM dalam komitmen. Indonesia mempertimbangkan usulan tersebut dan menginginkan akses pasar dalam bentuk positive list seperti perjanjian EU- Vietnam dimana text perjanjian menggunakan format negative list dan scheduling dalam positive list. Indonesia telah mempersiapkan non-paper untuk menjembatani perbedaan pendekatan kedua negara dalam perundingan ini.
25 Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) Pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Komisi Eropa José Manuel Barroso pada Desember 2009 Mendirikan Kelompok Visi : mengkaji upaya peningkatan perdagangan dan investasi Merekomendasikan perjanjian bilateral CEPA yang ambisius Area perdagangan bebas: akses pasar, pengembangan kapasitas dan fasilitasi perdagangan dan investasi Kunjungan Kerja Presiden Jokowi ke Eropa tanggal April 2016 Scoping Paper IEU CEPA disepakati tanggal 21 April 2016 Pertemuan Koordinasi Tim Perunding IEU CEPA Tanggal 24 Juni 2016 dipimpin Mendag dan Menko Maritim Arahan Presiden RI: (i) Kemajuan hanya bisa dicapai dengan perubahan; (ii) Wajib dilakukan agar Indonesia maju: Keterbukaan (openness) dan Persaingan (competitiveness); dan (iii) Ikut blok perdagangan utama: RCEP, Uni Eropa, TPP Target 1-2 tahun RI-Uni Eropa resmi luncurkan Perundingan CEPA tanggal 18 Juli 2016 di Jakarta oleh Mendag dan Komisioner Perdagangan Uni Eropa Pertemuan Kick Off Meeting/Putaran Pertama Perundingan IEU CEPA tanggal September 2016 di Brussels EU mengindikasikan struktur teks dan format scheduling dalam perjanjian EU-Vietnam sebagai basis perundingan IEU CEPA Menggunakan pendekatan positive listing Indonesia mengindikasikan memberikan daftar minatnya di moda 4
26 Peran Aktif Indonesia dalam Perundingan Perdagangan Jasa ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS): pemenuhan AFAS paket 10 ASEAN Trade in Services Agreement (ATISA) Enhancement AFAS-: perundingan berjalan ASEAN Movement of Natural Persons (MNP) Agreement: proses ratifikasi Regional Compresensive Economic Partnership (RCEP): perundingan berjalan ASEAN +1 FTA Partners: Telah ditandatangani dan masuk masa review: (ASEAN+Korea FTA, ASEAN-Australia-New Zealand FTA, ASEAN-China FTA), perundingan berjalan ( ASEAN-Jepang CEPA, ASEAN-Hong Kong FTA) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) (non binding) World Trade Organization (WTO), Isu yang dirundingkan: 1. Market Access 2. General Agreement on Trade in Services (GATS) Rules 3. Disciplines on Domestic Regulations Bilateral Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA): masuk masa review Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA): Perundingan berjalan Indonesia-European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEFTA-CEPA): Perundingan berjalan Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement (II-CECA): belum masuk perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA- CEPA) Perundingan sedang berjalan 26
27 27
28 Terima Kasih 28
PENINGKATAN PERAN SEKTOR JASA DALAM PEREKONOMIAN
PENINGKATAN PERAN SEKTOR JASA DALAM PEREKONOMIAN Surabaya, 11 Maret 2017 Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan. Outline 1. Peran Sektor Jasa Dalam Perekonomian Nasional vs Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:
DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Phone/Fax: 021-385-8213 www.depdag.go.id KTT ASEAN Ke-13: Penandatanganan
Lebih terperinciPROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA
Lebih terperinciPilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini
CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciASEAN CHINA FREE TRADE AREA
ASEAN CHINA FREE TRADE AREA A. PENDAHULUAN ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan
Lebih terperinciPERAN PERDAGANGAN JASA DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL
PERAN PERDAGANGAN JASA DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL Indonesia Services Dialogue Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional 25 Februari 2015 TUJUAN EKONOMI INDONESIA TUJUAN
Lebih terperinciMULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL
MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 15 Mei 2013 AGENDA Perkembangan Profesi Akuntansi AEC 2015 2 Pertumbuhan
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri
Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciLIBERALISASI PERDAGANGAN. Pengembangan SDM Kompeten Menghadapi Pasar Global. Urip Sedyowidodo
LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA TENAGA KERJA Pengembangan SDM Kompeten Menghadapi Pasar Global Urip Sedyowidodo 1 ASEAN Mutual Recognition Arrangement Pada tgl.19 November 2007, negara-negara ASEAN menandatangani
Lebih terperinciHasil Perhitungan. Sumber Data dan Sectoral Re-segregation
BAB III Hasil Perhitungan III.1 Sumber Data dan Sectoral Re-segregation Data yang digunakan untuk perhitungan dan analisis berasal dari Tabel Input-Output Indonesia 2000 yang dikeluarkan oleh BPS (Badan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciFigur Data Kota Surakarta Tahun
PENDAPATAN REGIONAL Regional Income 11 Figur Data Kota Surakarta Tahun 2014 256 Pendapatan Regional Regional Income PDRB Kota Surakarta yang disajikan secara series memberikan gambaran kinerja ekonomi
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA 2017 TARGET KINERJA Kementerian Perdagangan, Januari 2018
CAPAIAN KINERJA 2017 TARGET KINERJA 2018, Januari 2018 Menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok serta mengutamakan penyerapan produksi dalam negeri Meningkatkan ekspor dan menjaga neraca perdagangan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciPROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI
Lebih terperinciBAB 11. PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER 11. REGIONAL INCOME
BAB 11. PENDAPATAN REGIONAL Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi Tahun 2013 Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 mengalami kenaikan sebesar 7,88 persen. Kenaikan ini merupakan
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) DAN KES APAN INDONESIA. Komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.
PERKEMBANGAN ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) DAN KES APAN INDONESIA Oleh: Silvi Ch. Sumantil A. LATAR BELAKANG Dalam rangka terciptanya Komunitas Ekonomi ASEAN melalui liberalisasi di perdagangan
Lebih terperinciRenstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN
RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciIsu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan)
Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Februari 2014 Tema Undang-undang Perindustrian Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, selain dua sektor lainnya, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa. Seiring dengan
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;
Lebih terperinciSEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.
SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 1 PENGEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR SEKTOR TRANSPORTASI MELALUI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR ANALISIS POSISI PERDAGANGAN JASA INDONESIA PADA PERUNDINGAN ACFTA
LAPORAN AKHIR ANALISIS POSISI PERDAGANGAN JASA INDONESIA PADA PERUNDINGAN ACFTA PUSAT KEBIJAKAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGANKEMENTERIAN PERDAGANGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN NASIONAL DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL PERDAGANGAN JASA DAN INVESTASI
ARAH KEBIJAKAN NASIONAL DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL PERDAGANGAN JASA DAN INVESTASI FGD PEMBAHASAN CROSS-CUTTING ISSUES PADA INVESTMENT CHAPTER DALAM PERJANJIAN FTA Medan, 10 Desember 2015 Staf Ahli
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST
Lebih terperinciIna Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015
Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciPERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI
BAHAN KULIAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 HUBUNGAN PERDAGANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yang hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yang hampir tidak terbatas. Globalisasi juga menuntut ASEAN menciptakan integrasi regional di Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),
Lebih terperinciPoppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO
DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PADA HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN TIGA NEGARA (CHINA, INDIA, DAN AUSTRALIA) TERHADAP KINERJA EKSPOR-IMPOR, OUTPUT NASIONAL DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA: ANALISIS
Lebih terperinciTalking ASEAN on The RCEP and TPP 24 February Transpacific Partnership Indonesia ASEAN by Prof. Dr. Firmanzah
Talking ASEAN on The RCEP and TPP 24 February 2014 Transpacific Partnership Indonesia ASEAN by Prof. Dr. Firmanzah TRANS PASIFIC PARTENRSHIP INDONESIA ASEAN Prof. Firmanzah.,PhD Discussion-Habibie Center
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEMITRAAN EKONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Skripsi... iii Halaman Pernyataan... iv Halaman Persembahan... v Kata Pengantar... vii Kutipan Undang-Undang...
Lebih terperinciIndonesia Stock Exchange (IDX) Taxonomy 2014 Illustrasi Pembuatan Instance Document XBRL JAKARTA
Indonesia Stock Exchange Indonesia Stock Exchange (IDX) Taxonomy 2014 Illustrasi Pembuatan Instance Document XBRL JAKARTA Juni 2014 Illustrasi Instance IDX Taxonomy 2014 ini disiapkan oleh tim XBRL Bursa
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1612, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Tarif. Bea Masuk. Impor. AANZFTA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 208/PMK.011/2013 TENTANG PENETAPAN TARIF BEA MASUK
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENGESAHAN
NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF
Lebih terperinciAnalisis Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Dalam ASEAN Framework Agreement in Services/AFAS (Suatu Upaya Pemanfaatan Peluang) Oleh Muhammad Fawaiq
Analisis Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Dalam ASEAN Framework Agreement in Services/AFAS (Suatu Upaya Pemanfaatan Peluang) Oleh Muhammad Fawaiq Outline 1. Latar Belakang 2. Jasa dalam UU Perdagangan dan
Lebih terperinciILO/EU Assessing and Addressing the Effects of International Trade on Employment (ETE)"
ILO/EU Assessing and Addressing the Effects of International Trade on Employment (ETE)" Ringkasan Eksekutif Dampak Liberalisasi Perdagangan Bersama ini, kami Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyampaikan
Lebih terperinci2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1729, 2015 KEMENKEU. Tarif. Bea Masuk. Perjanjian. Kesepakatan Internasional. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.04/2015 TENTANG TATA CARA PENGENAAN
Lebih terperinci4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia
Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciCROSS-CUTTING ISSUES ANTARA SERVICES CHAPTER DAN INVESTMENT CHAPTER DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (FTA/EPA/CEPA)
CROSS-CUTTING ISSUES ANTARA SERVICES CHAPTER DAN INVESTMENT CHAPTER DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (FTA/EPA/CEPA) HERLIZA DIREKTUR PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASA DITJEN KERJA SAMA PERDAGANGAN
Lebih terperinciMENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION
Lebih terperinciLatar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015
WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciThere are no translations available.
There are no translations available. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) disingkat SKA adalah dokumen yang disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia yang telah memenuhi ketentuan asal barang
Lebih terperinciPenguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa
RI N G K ASA N KEG IATA N TPSA SEPTEMBER 2016 CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa Proyek TPSA menyelenggarakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON TRADE IN GOODS OF THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC CO-OPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST
Lebih terperinciBAB III PENGARUH LIBERALISASI JASA ASEAN DI INDONESIA. 3.1 Sektor Jasa Prioritas yang Diliberalisasi ASEAN
77 BAB III PENGARUH LIBERALISASI JASA ASEAN DI INDONESIA 3.1 Sektor Jasa Prioritas yang Diliberalisasi ASEAN Dalam rangka mewujudkan AEC pada 2015, ASEAN telah menetapkan lima dari dua belas sektor prioritas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi
Lebih terperinciMAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA
MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA By: DR SUTRISNO IWANTONO Board Member of Indonesian Hotel and Restaurant Association Dialogue
Lebih terperinciPERANAN JASA DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI SEKTOR ENERGY
PERANAN JASA DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI SEKTOR ENERGY S O N D A N G A N G G R A I N I S T A F A H L I M E N D A G B I D A N G D I P L O M A S I K E M E N T E R I A N P E R D A G A N G A N OUTLINE PERAN
Lebih terperinciAkumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor
Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi
Lebih terperinciBAB 10. PENDAPATAN REGIONAL
BAB 10. PENDAPATAN REGIONAL 10.1. Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha PDRB Kalimantan Selatan menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku dengan migas tahun 2009 mencapai 51.177 milyar
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciKESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI MEA PELUANG DAN TANTANGAN. Dasril Rangkuti. Wakil KOMITE TETAP PELATIHAN KETENAGAKERJAAN
KESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI MEA PELUANG DAN TANTANGAN Dasril Rangkuti Wakil KOMITE TETAP PELATIHAN KETENAGAKERJAAN The single integrated AEC/MEA kawasan bebas perdagangan barang, modal dan
Lebih terperinciTABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1
Tabel / Table 11.1 PDRB Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku GRDP of Musi Banyuasin Regency at Current Prices by Industrial Origin (Juta Rupiah / Million Rupiahs) 1.
Lebih terperinciRevitalisasi produktivitas pada sektor manufaktur Indonesia. Forum Kebijakan Ketenagakerjaan Indonesia Diskusi Meja Bundar Kedua 16 Juni 2014
Revitalisasi produktivitas pada sektor manufaktur Indonesia Forum Kebijakan Ketenagakerjaan Indonesia Diskusi Meja Bundar Kedua 16 Juni 2014 RINGKASAN PRESENTASI 1. Mengapa manufaktur penting untuk pertumbuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CAFTA merupakan perjanjian area perdagangan bebas antara China dan ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan perdagangan barang tarif maupun
Lebih terperinciANALISIS JASA ICT DALAM KERJASAMA RCEP (REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP)
2014 ANALISIS JASA ICT DALAM KERJASAMA RCEP (REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP) PUSAT KEBIJAKAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN 2014
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. v Daftar Gambar ix Bab I. PENDAHULUAN. 2 1.1 Pengertian Pendapatan Regional. 2 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional.. 5 1.3 Perubahan
Lebih terperinciTabel/Table Sektor/Sub Sektor Sectors/Sub Sectors
Tabel/Table 12.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Gross Regional Domestic Product at Current Market Price 2004-2008 ( 000 000 Rp ) Sektor/Sub Sektor Sectors/Sub Sectors 2004 2005*)
Lebih terperinciASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinciBAB II ARAH KEBIJAKAN LUAR NEGERI CHINA DALAM MENENTUKAN KEIKUTSERTAAN DI SEBUAH KERJASAMA MULTILATERAL
BAB II ARAH KEBIJAKAN LUAR NEGERI CHINA DALAM MENENTUKAN KEIKUTSERTAAN DI SEBUAH KERJASAMA MULTILATERAL Didalam bab ini penulis akan membahas bagaimana arah kebijakan luar negeri China dalam menentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciBAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) agenda utama yang perlu dikembangkan. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003
BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) A. Sejarah Singkat Pembentukan MEA Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara- negara anggota telah meletakkan
Lebih terperinciPerdagangan Nilai Tambah (Trade in Value Added) Kementerian Perdagangan 28 April 2015
Perdagangan Nilai Tambah (Trade in Value Added) Kementerian Perdagangan 28 April 2015 Nilai tambah - konsep Nilai tambah : tambahan nilai terhadap barang antara setelah berubah menjadi barang baru (misal
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional As of 31 /01/2012 OUTLINE I. Outlook Dan Sasaran Strategis Rencana Aksi 2012 II. Fokus Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas suatu
Lebih terperinciATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN DAN EKOLABEL
ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN DAN EKOLABEL 1. DEFINISI 1.1. MUTU CERTIFICATION INTERNATIONAL (PT. MUTUAGUNG LESTARI) Adalah perusahaan jasa sertifikasi sistem manajemen dan ekolabel yang
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015
STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015 Disajikan oleh : Kepala Pusat Perencanaan &Pendayagunaan SDMK Pada RAKORNAS ISMKI 2014 Jakarta, 11 Oktober 2014
Lebih terperinciKeywords: ASEAN Economic Community, Micro, Small and Medium Enterprises, Monopoly
KAJIAN PENGATURAN TERHADAP STANDAR PRODUK PRIORITAS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DALAM KAITANNYA DENGAN PRAKTIK MONOPOLI Oleh: I Gusti Putu Ngurah Satriawibawa I
Lebih terperinciPEMASARAN INTERNASIONAL
PENGANTAR PEMASARAN PEMASARAN INTERNASIONAL Suwandi PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG PEMASARAN INTERNASIONAL 1. Globalisasi perdagangan dunia 2. Faktor-faktor
Lebih terperinciIndonesia Mengidentifikasi Kesempatan dan Tantangan dalam Perdagangan Sektor Jasa
RI N G K ASA N KEG IATA N NOVEMBER 2016, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Indonesia Mengidentifikasi Kesempatan dan Tantangan dalam Perdagangan Sektor Jasa Proyek
Lebih terperinciDAFTAR ISI LAMPIRAN 50. Daftar Isi
DAFTAR ISI Daftar Isi i Daftar Gambar ii Daftar Tabel iii Daftar Lampiran iv Kata Pengantar v BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1. Kondisi Umum 1 1.2 Pemasalahan dan Tantangan 6 BAB 2 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada saat ini tahun 2016 sedang melakukan kerjasama dari berbagai bagian negara, dengan adanya hal ini akan memperlihatkan betapa pentingnya posisi Indonesia
Lebih terperinciSlide untuk eksternal BC
Directorate General of Customs and Excise Ministry of Finance of Indonesia Slide untuk eksternal BC PMK 229/PMK.04/2017 Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pengenaan Tarif Bea Masuk Atas Barang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkankemampuansuatu wilayah untuk menciptakan
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008
BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum Staf Pengajar Fakultas Hukum USU Jl. BungaAsoka Gg. AndalasNo. 1 AsamKumbang, Medan Cellphone : 0813 62260213, 77729765 E-mail
Lebih terperinciPENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA. Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI Pendahuluan Indonesia meliputi 17 504 pulau dengan 240 juta
Lebih terperinciProf. Dr. Rina Oktaviani Guru Besar FEM-IPB International Trade and Policy Studies- IPB. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014
Prof. Dr. Rina Oktaviani Guru Besar FEM-IPB International Trade and Policy Studies- IPB Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 Perundingan Pertanian Indonesia Di Forum WTO (Pasca Bali)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi hal yang wajar apabila perkembangan peradaban manusia membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era perdagangan global yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses gobalisasi sudah melanda hampir di semua negara di dunia,termasuk di Indonesia. Globalisasi berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia dan juga negara-negara,tidak
Lebih terperinciKEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN
KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN 2004-2009 Agenda utama dalam bidang ekonomi yang telah ditetapkan oleh Pemerintahan SBY - Kalla bertujuan untuk
Lebih terperinciHerlitah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta ABSTRACT
DOI: https://doi.org/10.21009/jpeb.004.2.3 PERKEMBANGAN LIBERALISASI INVESTASI DARI ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) PAKET 1 SAMPAI PAKET 8 DAN MASUKNYA FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) ASAL
Lebih terperinci