BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Persepsi 1. Pengertian Persepsi Menurut Desdereto, yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat (1999 : 51) menyatakan bahwa Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau pesan. Kemudian Mar at (1984 : 21-22), memberikan penjelasan persepsi sebagai berikut: Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan berbuat. Jadi jelas bahwa komponen kognisi akan berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertindak, terhadap suatu objek, yang merupakan jawaban atas pernyataan atas apa yang dipikirkan dan apa yang persepsikan tentang objek tersebut. Selanjutnya menurut Pringgodigdo, A.K. (1991 : 866) Persepsi diartikan, sebagai proses mental yang menghasilkan bayang-bayang pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan ingatan tertentu, baik secara

2 9 indera penglihatan, indera peraba, dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan itu dapat disadari. Kemudian Tim Penyusun kamus, Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia (1997) Persepsi didefinisikan sebagai berikut : 1) Tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan 2) Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Selanjutnya menurut C.P. Chaplin (1989 : 358), persepsi diberi pengertian yang meliputi : 1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. 2) Kesadaran dari proses-proses organis. 3) (Tichener) satu kelompok pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman-pengalaman masa lalu. 4) Variable yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan untuk melakukan pembedaan diantara perangsangperangsang. 5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu. Selanjutnya William James yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi (1994 : ), menyatakan bahwa, Persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita serta sebagian lainnya dari pengolahan ingatan ( memory) kita (diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki).

3 10 Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan dilihat dari isinya maka persepsi adalah kemampuan seseorang membeda-bedakan antara objek yang satu dengan objek yang lain. Dalam proses tersebut didahului dengan pandangan dan pegangan yang berasal dari komponen kognisi sehingga seseorang dapat dinyatakan dalam prilaku terhadap objek tertentu. 2. Proses Terjadinya Persepsi 1) Sensasi (Sensasion) Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera. 2) Perhatian (Attention) Dalam menentukan perhatian ini ada 2 faktor yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu : a. Faktor situasional disebut juga sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau menarik perhatian. Stimulan diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol seperti gerakan, intensitas dan perulangan. b. Faktor personal bersifat internal atau menarik perhatian. faktor ini merupakan faktor yang mengandalkan kemampuan alat indera masingmasing individu untuk berkonsentrasi terhadap suatu obyek rangsangan. Apa yang menjadi perhatian seseorang akan lolos dari perhatian orang lain atau sebaliknya. Ada kecendrungan kita melihat apa yang ingin kita lihat.

4 11 Menurut Sendjaja (1994: 55), persepsi mensyaratkan tiga hal yaitu: a. Orang yang mempersepsi b. Objek persepsi c. Suatu persepi atau makna yang merupakan hasil dari tindakan persepi. Persepsi meliputi proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Dengan demikian persepsi merupakan suatu proses pengamatan terhadap sesuatu objek yang terdiri dari: a. Stimulasi pada alat ngindra (sensory stimulation Pada tahap ini, alat-alat indra distimulassi atau dirangsang akan keberadaan sesuatu hal, akan tetapi meskipun manusia memiliki kemampuan pengindran untuk merasakan Stimulus, manusia tidak selalu menggunakannya, sebagai contoh pada saat seseorang melamun. b. Stimulasi terhadap alat indra di atur Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip, salah satu prinsip yang digunakan adalah prinsip Proximitas atau kemiripan. Sebagai contoh kita mempersepsikan pesan yang datang segera setelah pesan yang lain sebagai suatu unit dan menganggap bahwa keduanya tentu saling berkaitan. Prinsip lain adalah prinsip kelengkapan (closure). Manusia cendrung mempersepsikan gambar atau pesan yang dalam yang dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap, dengan melengkapi bagianbagian gambar atau pesan yang tampak logis untuk melengkapi gambar ataupun pesan tersebut.

5 12 c. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi Langkah ketiga adalah penafsiran-evaluasi kedua istilah tersebut digabungkan guna menegaskan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi dari pihak penerima. Penafsiran tersebut tidak semata-mata dirasakan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat tersebut dan lain sebagainya. Selanjutnya menurut Sendjaja (1994: 55), sifat-sifat persepsi adalah: a. Persepsi adalah pengalaman Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek atau peristiwa, kita harus memiliki dasar untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan oran, objek atau persitiwa tersebut atau dengan hal-hal yang menyerupainya. Tanpa landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk mempersepsikan suatu makna sebab ini akan membawa kita pada suatu kebingungan. b. Persepsi adalah selektif Ketika kita mempersepsikan sesuatu, kita cenderung memperhatikan hanya bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain.

6 13 c. Persepsi adalah penyimpulan Proses psikologi dari persespi mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarakan atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita. d. Persepsi tidak akurat Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengundang kesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini antara lain disebakan oleh pengaruh pegalaman masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Biasanya ketidak akuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah atau menyama ratakan. e. Persepsi adalah evaluatif Persepsi tidak akan pernah objektif karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologi yang ada di dalam diri kita, maka hasil persepsi berupa baik (positif), biasa saja (netral), maupun tidak baik (negatif) bersifat subyektif atau tergantung pada individu yang mempersepsi.

7 14 B. Tinjauan Pemuda 1. Pengertian Pemuda Komunikasi dibidang budaya akan lebih terkait dengan para pemuda yang menjadi sasaran pokok objek penelitian. Untuk mengetahui pengertian Pemuda sering dijumpai kesamaan pengertian antara Remaja dan pemuda hal ini disebabkan kesamaan kriteria antara remaja dan pemuda. Berikut pengertian pemuda dari beberapa pendapat. Dilihat dari sudut pandang Psikologik dan Pedagogik, H.A.R Tilaar menyebutkan Pemuda ialah suatu masa yang identik dengan sifat pemberontak berani tetapi pendek akal, dinamik tetapi serampangan, penuh gairah tetapi sering berbuat yang aneh-aneh. Pendek kata Pemuda identik dengan romantik, masa yang menarik tetapi juga perlu dikasihani setidaknya dari kacamata orang dewasa. (LP3S : 1974 : 21). Dari segi Demografi, dan dari sudut kependudukan serta pandangan ekonomi dan yang tercantum dalam penetapan inter regional seminar an the traning of frofesural volountary yout leader (Denmark, 1969) maka Pemuda seperti yang dikutip M. Yasin adalah Putera-puteri yang telah masuk usia kerja antara tahun (LP3S : 1974 : 21). 2. Kelompok Pemuda Sementara dalam buku Pola Dasar Pembisaan Generasi Muda (1979) bahwa pemuda dikelompokkan menjadi beberapa segi yaitu :

8 15 1) Dari segi budaya dan fungsional Berdasarkan dari segi ini, maka dikenal isilah anak-anak, remaja, dan dewasa kriterianya : a. Anak ialah mereka yang berumur antara 0 12 tahun b. Remaja ialah mereka berumur tahun c. Dewasa ialah mereka yang berumur tahun 2) Dilihat dari segi ideologi politik Berdasarkan ideologi politik maka generasi muda adalah calon pengganti terdahulu dalam hal ini yaitu : yang berumur tahun, dan kadangkadang juga hingga 40 tahun. 3) Dilihat dari segi umur, lembaga, dan ruang lingkup tempat pemuda. Berdasarkan pengertian ini maka pengertian pemuda terbagi menjaditiga kategori yaitu : a. siswa berumur antara 6 18 tahun masih berada di bangku sekolah b. Mahasiswa tahun dan berada di perguruan tinggi c. Pemuda di luar sekolah dan perguruan tinggi dan berumur tahun. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa pemuda adalah masa pengembangan seseorang dimana terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikologis menuju kedewasaan. Sedangkan mengenai batas antara rentangan usia baik lelaki dan perempuan adalah umur tahun.

9 16 C. Tinjauan Komunikasi Tradisional 1. Pengertian Komunikasi Tradisional Komunikasi tradisional menurut Effendy (1989 : 375) adalah gaya atau cara berkomunikasi yang berlangsung lama secara turun temurun pada suatu masyarakat tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya, disebabkan ciri-ciri khas masyarakat bersangkutan beserta tata nilai kebudayaan suatu masyarakat desa sangat ditentukan oleh faktor budaya setempat. 2. Bentuk Komunikasi Tradisional Menurut Arni Muhammad dalam (Joewono, 1998 : 122) komunikasi tradisional adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang sifatnya masih tradisional, misalnya bahasa daerah, budaya daerah, kesenian daerah, dan lainlain. Berdasarkan definisi tersebut, maka bentuk komunikasi tradisional dapat berupa bahasa daerah, budaya daerah ataupun simbol-simbol budaya daerah dengan menggunakan media yang bersifat tradisional. 2. Sifat-Sifat Media Tradisional Ranganath dalam (Jahi, 1999 : 103), misalnya, menuturkan bahwa media tradisional akrab dengan masa khalayak, kaya akan variasi dengan segera akan tersedia, dan biayanya rendah. Sedangkan menurut Eapen dalam (Jahi, 1999 : 103) menyatakan bahwa media ini secara komparatif murah, tidak perlu di impor, karena ia merupakan milik komunitas. Disamping itu, medianya tidak akan menimbulkan ancaman kolonialisme kebudayaan dan dominasi ideology asing.

10 17 Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat. dalam pengertian yang lebih sempit, media ini sering juga disebut sebagai media rakyat. dalam hubungan ini, Coseteng dan Fernandes dalam (Jahi, 1999 : 101) mendefinisikan media tradisional sebagai bentuk verbal, gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau dipertunjukkan oleh mereka dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar dan mendidik. Sejalan dengan definisi ini, maka media rakyat tampil dalam bentuk nyanyian rakyat, tarian rakyat, musik instrumental rakyat, drama rakyat, pidato rakyat yaitu semua kesenian rakyat apakah berupa produk sastra visual ataupun pertunjukkan yang diteruskan dari generasi ke generasi Glovel dalam (Jahi, 1999 : 10) oleh karena sifat-sifat di atas, media ini berfungsi sebagai pembawa pesan yang lebih baik daripada media lainnya bagi kesejahteraan seluruh warga masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan sosial, ekonomi dan budaya. Kesejahteraan ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di daerah pedesaan secara menyeluruh. Dipihak lain, Dissanayake dalam (Jahi, 1999 : 104) menunjukan kelebihan media rakyat ini, jika dibandingkan dengan media massa yang ada di Negaranegara yang sedang berkembang. pertama, kredibilitas media tradisional lebih besar, karena ia telah lama dikenal. Media tersebut dapat mengekspresikan kebutuhan, kegembiraan, kesedihan, kesenangan atupun kekecewaan masyarakat yang mendalam karena menderita kekalahan. Kedua, media tradisional menggunakan ungkapan-ungkapan dan symbol-simbol yang mudah dipahami oleh rakyat dan mencapai sebagian dari populasi yang berada diluar

11 18 jangkauan pengaruh media massa, dan yang menuntut partisipasi aktif dalam proses komunikasi. D. Tinjauan Kesenian 1. Pengertian Kesenian Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat. Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia. Kuntjaraningrat Kesenian merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan seni. Sedangkan menurut pengertian awam, seni adalah keindahan yang diciptakan oleh manusia. Bunga mawar yang indah bukan suatu karya seni, tetapi jika bunga tersebut dilukis maka lukisan tersebut merupakan sebuah karya seni. Ki Hajar Dewantara memberi batasan yang lebih luas lagi dengan pendapatnya, bahwa seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.

12 19 1. Faktor-faktor Lahirnya Kesenian Seni dapat lahir dan berkembang karena pada umumnya manusia senang pada keindahan. Sampai dengan sekarang telah terdapat banyak macam seni yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa cabang seni. Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada media yang dipakai untuk mengungkapkannya. Macam-macam cabang seni adalah: 1) Seni suara, yaitu seni yang diungkapkan dengan media suara. Misalnya seni musik, seni vokal, seni baca Al Qur an. 2) Seni gerak, yaitu seni yang diungkapkan dengan media gerak. Misalnya seni tari, seni pantomim, senam irama. 3) Seni sastra, yaitu seni yang diungkapkan dengan media bahasa. Misalnya seni prosa, seni puisi. 4) Seni rupa, yaitu seni yang diungkapkan dengan media rupa. Misalnya seni lukis, seni patung, seni bangunan. 5) Seni drama, yaitu seni yang memperagakan suatu cerita dengan media suara, gerak dan rupa. Misalnya seni lenong, seni ludruk, seni opera. Pada waktu dulu penciptaan karya seni juga banyak terpengaruh oleh bentukbentuk alam, di samping faktor keindahan. Hal itu tampak jelas terutama pada karya-karya seni rupa. Pada zaman modern sekarang, karya-karya kontemporer (masa kini) lebih mengutamaka n pada ide atau gagasan baru, ujudnya tampak lebih bebas bahkan banyak yang tidak berujud bentuk alam atau abstrak. Kadang-kadang juga tidak menunjukkan adanya keindahan, tetapi tetap dapat menyentuh rasa.

13 20 Pengertian atau Definisi Kesenian diambil dari kata Seni yang berarti Proses dari manusia (menciptakan) atau intisari ekspresi dari kreativitas yang mengandung unsur keindahan dan keelokan, orang yang menciptakan sebuah kreativitas seni disebut Seniman. Definisi atau pengertian kesenian adalah bagian dari kebudayaan yang ada hubungannya dengan unsur keindahan dan keelokan, unsur itu adanya dalam batin dipikiran manusia yang termasuk unsur keindahan itu dan bisa juga definisi atau pengertian kesenian adalah proses penciptaan unsur-unsur yang membuat hati senang, puas buat melengkapi sisi bathin kehidupan manusiawi. E. Tinjauan Lempar Selendang 1. Sejarah Lahirnya Lempar Selendang Upacara adat pernikahan ini salah satunya adalah tari selendang/lempar selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh muli mekhanai yang diringi oleh musik tradisional gong dan rebana. Secara bergantian muli mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah pasangan muli mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing memilih dan memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan demikian seterusnya. Acara muda mudi ini bisa di bilang tradisi, turun temurun dari generasi ke generasi. Upacara adat pernikahan ini salah satunya adalah tari

14 21 selendang/lempar selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh muli mekhanai yang diringi oleh musik tradisional gong dan rebana. Secara bergantian muli mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah pasangan muli mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing memilih dan memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan demikian seterusnya. Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Dahulu di Lampung Barat hanya ada alat musik gong dan rebana dan belum ada VCD Player maka sekarang sudah ada VCD Player yang lebih canggih, sehingga alat-alat musik tradisional tadi ditinggalkan dan digantikan dengan alat musik yang lebih canggih dan lebih mudah digunakan, kondisi yang demikian mau tidak mau berpengaruh terhadap kesenian tradisonal kita, padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Sebenarnya perubahan dan pergeseran nilai suatu kebudayaan adalah lumrah adanya, asalkan tidak bergeser terlalu jauh dari sifat dan nilai-nilai aslinya, karena pada dasarnya pun kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, dan karya manusia adalah bergerak secara dinamis.

15 22 2. Makna Lempar Selendang Makna banyak yang terkandung dalam kesenian lempar selendang ini, selain makna keberamanaan, makna silaturhami, ajang perjodohan. Setiap jenis musik yang dilaksanakan dalam acara-acara sesuai dengan alunan musik yang dipakai dalam acara tersebut. misalnya dalam acara pernikahan maka yang digunakan adalah alat musik tradisional sedangkan pada saat acara muda-mudi digunakan alat musik modern VCD/CD. Makna simbolik lempar selendang ini bersifat objektif, artinya arti simbolik yang terkandung di dalamnya sudah menjadi tradisi yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang diteruskan dari gener. 3. Tahapan Kegiatan Seni Lempar Selendang Kesenian lempar selendang adalah suatu kegiatan acara pada upacara perkawinan yang sering dilakukan masyarakat Lampung Barat khususnya dan sebagian besar sumatra bagian selatan. Adapun tahapan kegiatan acara muli mekhanai dalam acara lempar selendang pada resepsi upacara perkawinan biasanya dilakukan dengan cara menyampaikan sebuah pesan dari tuan rumah kepada kepala bujang. Lalu pesan tersebut di sebarkan dari mulut kemulut sehinggga beritanya menyebar ke pada muli mekhanai di kampung tersebut dan bahkan menyebar sampai kampung- kampung tetangga.

16 23 Pada saatnya acara lempar selendang akan dilaksanakan mula-mula kepala bujang atau pembawa acara jenang akan berpidato, yang bermaksud menyampaikan tata acara dari kegiatan lempar seledang dan tata tertib yang harus dipatuhi perserta atau pemuda yang mengikuti acara tersebut, baik prilaku, bahasa, serta busana yang layak dipakai. Setelah pembawa acara menyampaikan pidato tata acara dan tata tertib peraturan kegiatan lempar selendang yang akan dilaksankaan, barulah pemuda/pemudi yang siap dan bersedia mengikuti peraturan tersebut dipersilahkan untuk memasuki rungan acara. Kemudian tahapan selanjutnya di dalam ruangan muda/mudi melakukan surat menyurat antara mereka sebagai awal mula perkenalan antara mereka dengan diiringi musik lempar selendang. Lalu lempar seledang dilakukan setelah kegiatan surat menyurat dilakukan sebagai tahap perkenalan selanjut antara mereka. Setelah beberapa rangkaian acara dilakukan masuklah pada tahapan kegiatan membakar rokok sesuahan khuku, yang mana pemuda yang telah melakukan perkenalan pada kegiatan sebelumnya meminta untuk rokok yang pemuda mekhanai punya dibakarkan oleh pemudi muli. Setelah kegiatan sesuahan khuk berakhir masuklah tahapan meminum kopi ngupi dan makanmakanan khas lampung cucur, rengginang,dodol, dll. Dengan telah berakhirnya beberapa kegiatan tahapan lempar selendang, tibalah untuk pemuda/pemudi makan bersama mengan bersama. Lalu pembawa acara jenang menyampaikan pesan penutup kepada pemuda/pemudi bahwa acara lempar selendang telah berakhir antara mereka, dan dengan itu berakhir pula acara pernikahan antara teman sebayanya yang telah tiba lebih dulu jodohnya.

17 24 F. Landasan Teori Teori persepsi yang melandasi penelitian ini ialah teori mengenai faktorfaktor yang menentukan persepsi yang dikemukakan oleh David Krech dan Ricard S. Crutchfield dalam Rakhmat (1994:4), yang terdiri dari faktor fungsional dua faktor struktural, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor Fungsional Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk dari faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik yang memberikan respon pada stimuli tersebut. Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama : persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek- objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek- objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasanan emosional dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Pengruh kebudayaan terhadap persepsi. Sudah merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya ( croos cultural psychology) dan komunikasi antar budaya ( intercultural communication). Faktor- faktor fungsional yang mempengruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Mula- mula konsep ini berasal

18 25 dari psikofisik yang berkaitan persepsi objek. Para psikolog sosial menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Adapun faktor- faktor fungsional meliputi : 1) Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang. Dengan demikian, kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. 2) Kesiapan mental, suasana mental seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang. 3) Suasana emosi, suasana emosi seseorang baik dalam keadaan baik, sedih, bahagia, gelisah maupun marah akan sangat mempengaruhi persepsinya terhadap suatu objek rangsangan. 4) Latar belakang budaya, latar belakang budaya seseorang berasal, akan mempengaruhi dan menentukan persepsi seseorang pada suatu rangsangan. 2. Faktor Struktural Faktor Struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syarat yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Krech dan Cruthfield dalam Rakhmat (2005: 59-60), merumuskan dalil persepsi : 1) Bahwa medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti dan manusia akan mengorganisikan tentang sebuah objek yang diterimanya enggan menginterpretasikan konteks petunjuknya. 2) Bahwa sifat- sifat perseptual dan kognitif dari sub struktur ditentukan pada umumnya oleh sifat- sifat struktur secara keseluruhan. Artinya bahwa sifat

19 26 struktur keseluruhan akan memberikan efek kontras atau asimilasi terhadap sub struktur. 3) Bahwa objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai saatu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur. Dalam konteks penelitian ini, dari kedua faktor tersebut yang akan dikaji hanya pada faktor fungsional yaitu kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya. Alasan pemilihan faktor ini adalah untuk pembatasan pembahasan agar tidak meluas dan berbagai faktor fungsional tersebut sesuai dengan kajian penelitan mengenai persepsi pemuda terhadap pergeseran musik pengiring kesenian lempar selendang asi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah, seperti kesenian lempar selendang. Hal ini disebabkan karena kesenian lempar selendang dapat menjalin silahturahim, mengumpulkan kebahagiaan dan semangat untuk muda-mudi yang belum menikah, bisa juga jadi ajang perkenalan atau perjodohan. G. Kerangka Pikir Bentuk komunikasi tradisional dapat berupa bahasa daerah, budaya daerah ataupun simbol-simbol budaya daerah dengan menggunakan media yang bersifat tradisional. Lempar selendang merupakan tradisi yang turun menurun hingga sekarang masih tetap dipertahankan dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya

20 27 informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah, seperti tradisi upacara pernikahan adat. Dalam hal ini Peneliti persepsi dan pemahaman pemuda, selaku orang yang bertanggung jawab dalam upacara penikahan adat yang akan dihadiri oleh muda-mudi dan para pemuda anggota sanggar seni Way Tippon Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung tentang kesenian lempar selendang serta dikaji lebih mendalam melalui teori makna simbolik. Dengan mengumpulkan data-data di lapangan baik secara pengamataan atau observasi serta melakukan wawancara terhadap informan yang telah ditentukan melalui teknik sample purposive.

21 28 Gambar Bagan Bagan Kerangka Pikir Kesenian Lempar Selendang Pergeseran Alat Musik Tradisional - Gong - Rebana - Gamolan - Gambus Persepsi Pemuda Modern - Tape - VCD - MP3 Ket: Pergeseran Alat Musik Kesenian Lempar Selendang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia terutama dalam aktivitas bermasyarakat, komunikasi juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah kualitatif, menurut Denzin dan Lincoln (2006:46)

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah kualitatif, menurut Denzin dan Lincoln (2006:46) 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah kualitatif, menurut Denzin dan Lincoln (2006:46) Penelitian kualitatif adalah : Qualitative research involves an interpretative

Lebih terperinci

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional MEDIA TRADISIONAL A. Pengertian Media Tradisional Dongeng adalah salah satu media tradisional yang pernah popular di Indonesia. Pada masa silam, kesempatan untuk mendengarkan dongeng tersebut selalu ada,

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Proses Komunikasi Intra Personal I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Markom & 85006 Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasarnya pada realitas adalah konstruksi sosial dari Berger dan Luckmann.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasarnya pada realitas adalah konstruksi sosial dari Berger dan Luckmann. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontruksi Sosial Konstruksi sosial memiliki arti yang luas dalam ilmu sosial. Hal ini biasanya dihubungkan pada pengaruh sosial dalam pengalaman hidup individu. Asumsi dasarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. UU Nomor 29 Tahun 2004 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan pemerintah Tanggal 6 Oktober Tahun 2004. Undang-undang ini menyebutkan bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau tanggapan. Menurut Slamento (2006: 20), persepsi adalah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 11 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id IDE Dalam dunia seni rupa umumnya dikenal ada dua struktur,

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 11 Fakultas FDSK Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk Grafis Dan Multimedia www.mercubuana.ac.id IDE Dalam dunia seni rupa umumnya dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 9 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Seni bentuk Isi Batasan seni, cara pandang serta penafsiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan tradisi, baik kebudayaan yang bersifat tradisional ataupun modern. Setiap daerah memiliki tradisi yang bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL Modul ke: 2 KOMUNIKASI INTRAPERSONAL SENSASI DAN PERSEPSI Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Muhamad Rosit, M.Si. Program Studi Bab ini akan menguraikan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam kegiatan,di antaranya adalah seni yang di dalamnya termasuk seni tari. Batasan seni tari sudah

Lebih terperinci

Kelompok 3. Edwin septian yusuf ( ) Iva marviana s ( ) Sindy ( ) Roxanne ( ) Reza

Kelompok 3. Edwin septian yusuf ( ) Iva marviana s ( ) Sindy ( ) Roxanne ( ) Reza Kelompok 3 Edwin septian yusuf (625090208) Iva marviana s (625100188) Sindy (625090139) Roxanne (625102002) Reza PERSEPSI Persepsi Perngertian persepsi : Proses diterimanya rangsang(objek,kualitas,hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi masyarakatnya, khususnya generasi muda. Pewarisan seni budaya penting demi penciptaan indentitas

Lebih terperinci

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi BAB IX Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi A. PENGINDERAAN Penginderaan adalah proses penerimaan stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang terdiri dari indera penglihatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, W.J.S. 1989:675) disebutkan persepsi adalah :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, W.J.S. 1989:675) disebutkan persepsi adalah : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Persepsi Masyarakat 1. Pengertian Persepsi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, W.J.S 1989:675) disebutkan persepsi adalah : 1. Tanggapan atau pengertian

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH

TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH Pengertian teori dalam komunikasi TEORI merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena Jadi teori dalam komunikasi pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak. Melalui persepsi manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dan diperoleh melalui proses belajar (Koentjaraningrat,

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi PERSEPSI Fakultas 06FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM PERSEPSI? Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari. Ada

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Komunikasi adalah seni menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran-saluran dengan harapan mendapatkan umpan balik (feedback) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Dapat dikatakan dalam suatu bagian daerah Indonesia memiliki kebudayaan dan kesenian khas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi

Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi Proses Kognitif Proses kognitif dalam diri manusia terdiri dari : Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi 1. Sensasi - Tahap paling awal dalam penerimaan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen Menurut Dewi (2013:1), konsumen adalah seseorang yang menggunakan produk dan atau jasa yang dipasarkan. Sedangkan kepuasan konsumen adalah sejauh mana harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI TENTANG TANGGAPAN, TAYANGAN DAN TELEVISI Deskripsi Teoritik Tentang Tangapan. gambaran ingatan dari pengamatan.

BAB II DESKRIPSI TENTANG TANGGAPAN, TAYANGAN DAN TELEVISI Deskripsi Teoritik Tentang Tangapan. gambaran ingatan dari pengamatan. BAB II DESKRIPSI TENTANG TANGGAPAN, TAYANGAN DAN TELEVISI 2.1. Landasan Kerangka Teori 2.1.1. Deskripsi Teoritik Tentang Tangapan a. Pengertian Tanggapan Hingga kini tanggapan belum bisa di definisikan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, pengamatan, rangsangan, dan penginderaan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior? BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan globalisasi, kreativitas bangsa sangat berpengaruh didalam perkembangan bangsa terutama bangsa Indonesia yang dapat mempercepat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA 2.1. Pengertian Seni Pengertian Seni sering dikaitkan dengan keindahan atau kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui ataupun kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui pada

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi Modul 1 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Persepsi dapat diartikan sebagai bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang BAB II LANDASAN TEORITIS A. Persepsi Secara etimologi, persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang artimya menerima atau mengambil. 1 Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, karena fungsinya yang sangat penting untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, karena fungsinya yang sangat penting untuk menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan satu institusi yang ditemukan pada hampir semua kelompok masyarakat, karena fungsinya yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 2 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Apakah sensasi = persepsi? Apakah sensasi = persepsi? Sensasi

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Garam Beryodium Garam beryodium adalah suatu inovasi yang ditawarkan kepada konsumen atau setiap keluarga untuk mencegah kekurangan yodium sebagai upaya jangka panjang (Depkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, sebab selalu hadir dan berkembang di tengah-tengah kehidupan manusia itu sendiri. Seni berkembang dari perasaan manusia,

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki ragam warisan budaya. Seiring perubahan zaman, kemajuan teknologi menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di tengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan. Kesenian yang hidup dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak Lahir Hidup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak Lahir Hidup BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Lahir 2.1.1 Definisi Anak Lahir Anak lahir hidup adalah banyaknya kelahiran hidup dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga menunjukan identitas suatu bangsa. Kebudayaan ini yang biasanya berkembang dari masa ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Persepsi 2.1.1. Pengertian Persepsi Dalam Kamus Psikologi dijelaskan bahwa perception berarti persepsi, penglihatan, tanggapan, yaitu proses dimana seseorang menjadi

Lebih terperinci

Pengertian komunikasi Interpersonal

Pengertian komunikasi Interpersonal Pengertian komunikasi Interpersonal R Wayne Pace : Komunikasi interpersonal merupakan suatu komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi jenis ini dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, media komunikasi tradisional cenderung banyak yang terlupakan dibandingkan dengan media teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kontes pendidikan seni untuk sekolah dasar tidak menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kontes pendidikan seni untuk sekolah dasar tidak menuntut siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kontes pendidikan seni untuk sekolah dasar tidak menuntut siswa menjadi seniman atau pekerja seni. Tuntutan secara mendalam bahwa pembelajaran seni dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) yang dikembangkan oleh Kress dan Van Leeuwen dalam buku Reading Images (2006). Kajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Perkembangan dunia kesenirupaan saat ini sudah sangat pesat sekali dengan inovasi bahan dan media dari karya seni rupa yang sudah beragam dan kadang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian di Sekolah Dasar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mendukung mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci