KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2005

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2005"

Transkripsi

1 Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSUP Dr. Sardjito (Nanang M.Yasin, Herlina T.Widyastuti, dan Endah K. Dewi) KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2005 Nanang Munif Yasin, Herlina Tri Widyastuti, dan Endah Kusuma Dewi Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, ABSTRACT This study was conduct to observe the drug adverse event in congestif heart failure management at DR. Sardjito Hospital in Data was collected retrospectively from 237 medical records, 110 in-patient and 127 out-patient. Data analysis was done descriptively. Result of study showed that potential drug interaction occured on 99 (90%) in-patient and 126 (99,26%) out-patient. 20 types (50%)of pharmacokinetic interaction and 6 types (15%) of pharmacodynamic interaction was found on in-patient, with interaction of furosemide and ACE inhibitor as the most frequent (84 cases/76.36%), followed by furosemide-acetosal (66 cases/60%), and ACE inhibitor-acetosal (57 cases/51,82%). 25 types (36%) of pharmacokinetic interaction and 11 types (32%) of pharmacodynamic interaction was found on out-patient, with interaction of acetosal-ace inhibitor as the most frequent (90 cases/70,87%), followed by furosemide-ace inhibitor (85 cases/66,93%), and ACE inhibitor-potassium supplementation ( 85 cases/66,93%). Keywords: drug interaction, congestive heart failure, Dr. Sardjito Hospital ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kejadian interaksi obat pada penatalaksanaan pasien gagal jantung kongestif di RSUP DR. Sardjito tahun Data diambil secara retrospektif dari sampel berupa 110 rekam medik pasien rawat inap dan 127 resep pasien rawat jalan. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi obat potensial terjadi pada 99 (90%) pasien rawat inap dan 126 (99,26%) pasien rawat jalan. Pada pasien rawat inap ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 20 jenis (50%), interaksi farmakodinamik sebanyak 6 jenis (15%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 14 jenis (35%). Jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah furosemid dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 84 pasien (76,36%), furosemid dengan asetosal pada 66 pasien (60%), dan ACE inhibitor dengan asetosal pada 57 pasien (51,82%). Pada pasien rawat jalan ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 25 jenis (36%), interaksi farmakodinamik sebanyak 11 jenis (32%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 8 jenis (32%). Jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah asetosal ACE inhibitor yang terjadi pada 90 pasien (70,87%), furosemid dengan ACE inhibitor pada 85 pasien (66,93%), dan ACE inhibitor dengan suplemen kalium pada 85 pasien (66,93%). Kata kunci: interaksi obat, gagal jantung kongestif, RSUP DR Sardjito 15

2 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari 2008: PENDAHULUAN Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh [1]. Di Indonesia angka kejadiannya belum diketahui tetapi diperkirakan terus meningkat seiring dengan perubahan pola hidup dan peningkatan kesejahteraan [2]. Mekanisme kompensasi meliputi takikardi dan peningkatan aktivitas simpatik, retensi cairan, hipertrofi ventrikel, dan vasokonstriktor [3]. Tujuan utama dari pengobatan gagal jantung adalah mengurangi gejala akibat bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas hidup, serta memperpanjang harapan hidup [4]. Tiga golongan obat gagal jantung menunjukkan efektivitas klinis dalam mengurangi gejala-gejala dan memperpanjang kehidupan. Obat tersebut adalah vasodilator (ACE inhibitor dan relaksan otot polos) yang mengurangi beban miokard, obat diuretik yang menurunkan cairan ekstraseluler dan obat-obat inotropik (digitalis, agonis _-adrenergik, dan inhibitor fosfodiesterase) yang meningkatkan kemampuan kekuatan kontraksi otot jantung [1,4]. Pasien gagal jantung kongestif biasanya menderita penyakit penyerta yang lain sehingga membutuhkan berbagai macam obat dalam terapinya. Pemberian obat yang bermacam-macam tanpa dipertimbangkan dengan baik dapat merugikan pasien karena dapat mengakibatkan terjadinya interaksi obat. Interaksi obat dapat mengakibatkan terjadinya perubahan efek terapi. Interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat lainnya yang diberikan secara bersamaan. Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan menurunkan efektivitas obat yang berinteraksi. Interaksi obat berdasarkan mekanismenya dibedakan menjadi tiga macam yaitu inkompatibilitas, interaksi farmakokinetika, dan interaksi farmakodinamik [4]. Berdasarkan level kejadiannya, interaksi obat terdiri dari established (sangat mantap terjadi), probable (interaksi obat bisa terjadi), suspected (interaksi obat diduga terjadi), possible (interaksi obat mungkin terjadi, belum pasti terjadi), serta unlikely (interaksi obat tidak terjadi). Sedangkan berdasarkan keparahannya, interaksi obat dapat diklasifiksikan menjadi tiga yaitu mayor (dapat menyebabkan kematian), moderat (sedang), dan minor [5]. Clinical significance adalah derajat dimana obat yang berinteraksi akan mengubah kondisi pasien. Clinical significance dikelompokkan berdasarkan keparahan dan dokumentasi interaksi yang terjadi. Terdapat 5 macam dokumentasi interaksi, yaitu establish (interaksi obat sangat mantap terjadi), probable (interaksi obat dapat terjadi), suspected (interaksi obat diduga terjadi), possible (interaksi obat belum pasti terjadi), unlikely (kemungkinan besar interaksi obat tidak terjadi). Derajat keparahan akibat interaksi diklasifikasikan menjadi minor (dapat diatasi dengan baik), moderat (efek sedang, dapat menyebabkan kerusakan organ), mayor (efek fatal, dapat menyebabkan kematian) [5]. Level signifikansi interaksi 1,2 dan 3 menunjukkan bahwa interaksi obat kemungkinan terjadi. Level signifikansi interaksi 4 dan 5 interaksi belum pasti terjadi dan belum diperlukan antisipasi untuk efek yang terjadi [6]. 16

3 Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSUP Dr. Sardjito (Nanang M.Yasin, Herlina T.Widyastuti, dan Endah K. Dewi) Tabel 1 Level signifikansi interaksi Nilai Keparahan Dokumentasi 1 Mayor Suspected, Probable, Establish 2 Moderat Suspected, Probable, Establish 3 Minor Suspected, Probable, Establish 4 Mayor atau moderat Posible 5 Minor Posible Mayor, moderat, minor Posible Oleh karena itu adanya interaksi obat harus diperhatikan sehingga dapat dikurangi jumlah dan keparahannya, termasuk interaksi obat yang terjadi pada pasien rawat inap gagal jantung kongestif. Hal inilah yang mendukung diadakannya penelitian pada pasien gagal jantung kongestif. Penelitian mengenai interaksi obat ini dilakukan pada RSUP DR Sardjito karena terdapat banyak pasien gagal jantung kongestif yang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan alat Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari rekam medik pasien gagal jantung kongestif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2005 baik pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Data dicatat dalam lembar pengumpul data. Rancangan penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling untuk mendapatkan 110 rekam medik pasien rawat inap dan 127 resep pasien rawat jalan (_ = 5%, dan d = 0,05). Analisis data dilakukan secara deskriptif. Sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi: rekam medik pasien yang jelas dan lengkap, pasien berusia 15 tahun keatas, terapi menggunakan 3 jenis obat atau lebih, diagnosa kerja gagal jantung kongestif. Analisis Hasil Data yang dicatat dari kartu rekam medik pasien kemudian dianalisis terjadinya interaksi obat baik berdasarkan jumlah pasien maupun jumlah kejadian yang terjadi dengan buku standar Drug Interaction Fact dari Tatro tahun 2001 [5] dan jika ditemukan keterangan yang belum lengkap maka diambil buku standar Drug Interaction dari Stockley tahun 1994 [6]. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien terdiri 130 pasien lakilaki (%) dan 107 pasien perempuan (%). Berdasarkan distribusi umur terdapat 63 pasien (%) berusia tahun dan 174 pasien (%) berusia diatas 65 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi obat potensial terjadi pada 99 (90%) pasien rawat inap dan 126 (99,26%) pasien rawat jalan. Pada pasien rawat inap ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 20 jenis (50%), interaksi farmakodinamik sebanyak 6 jenis (15%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 14 jenis (35%). Pada pasien rawat jalan ditemukan 17

4 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari 2008: interaksi farmakokinetika sebanyak 25 jenis (36%), interaksi farmakodinamik sebanyak 11 jenis (32%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 8 jenis (32%). Jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi pada pasien rawat inap secara berurutan adalah furosemid dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 84 pasien (76,36%), furosemid dengan asetosal pada 66 pasien (60%), dan ACE inhibitor dengan asetosal pada 57 pasien (51,82%) (tabel 2). Jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi pada pasien rawat jalan secara berurutan adalah asetosal dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 90 pasien (70,87%), furosemid dengan ACE inhibitor pada 85 pasien (66,93%), dan ACE inhibitor dengan suplemen kalium pada 85 pasien (66,93%) (tabel 3). Interaksi antara Penghambat ACE dan asetosal maupun suplemen kalium menempati level signifikansi 4 yang kemungkinan belum terjadi dan belum perlu manajemen terapi. Mekanisme interaksi antara penghambat ACE dan asetosal adalah penghambatan sintesis prostaglandin (PG) yang berfungsi untuk penurunan tekanan darah oleh asetosal [5; 6]. Penghambat ACE akan menurunan sekresi aldosteron sehingga terjadi retensi kalium yang menimbulkan hiperkalemia. Termasuk interaksi dengan onset lambat [5]. Hiperkalemia ini menyebabkan bradikardi, lemah otot, aritmia, mati rasa atau lumpuh [7]. Tindakan yang perlu dilakukan dari kedua jenis interaksi tersebut adalah dengan monitoring tekanan darah dan kadar kalium darah [5]. Interaksi antara penghambat ACE dan furosemid menempati level 3 yang kemungkinan terjadi tetapi efek yang ditimbulkan minor. Diuretik merangsang sekresi renin dan mengaktifkan sistem Renin Angiotensin-Aldosteron (RAA) sehingga memberikan efek sinergistik dengan penghambat ACE. Efeknya berupa peningkatan ekskresi natrium, klorida, kalium, air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstraseluler. Penelitian yang dilakukan pada pasien yang menerima terapi penghambat ACE dan furosemid selama 2 bulan, pasien mengalami penurunan serum kalium dari 4,9 menjadi 3,4 mmol/l. [6]. Tindakan yang perlu dilakukan dari interaksi tersebut adalah dengan monitoring penurunan tekanan darah dan status cairan dan berat badan pasien [5]. Penghambat ACE, digoksin dan furosemid merupakan obat utama yang diberikan kepada pasien gagal jantung kongestif sehingga interaksi antara ketiga obat tersebut ataupun dengan obat lain yang diterima pasien perlu mendapatkan perhatian. Interaksi yang terjadi diantara ketiga obat utama gagal jantung kongestif berdasarkan level signifikansinya adalah digoksinfurosemid (level signifikansi 1) sebanyak 34 kasus pada pasien rawat inap dan 24 kasus pada pasien rawat jalan, furosemid-ace inhibitor (level signifikansi 3) sebanyak 84 kasus pada pasien rawat inap dan 85 kasus pada pasien rawat jalan, dan digoksin-ace inhibitor (level signifikansi 4) sebanyak 29 kasus pada pasien rawat inap dan 45 kasus pada pasien rawat jalan, Pada penelitian ini interaksi dengan signifikansi 1, 2, dan 3 memiliki insidensi kejadian yang tinggi sehingga pemberian terapi dengan kombinasi obat yang mengakibatkan terjadinya interaksi ini memerlukan monitoring. 18

5 Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSUP Dr. Sardjito (Nanang M.Yasin, Herlina T.Widyastuti, dan Endah K. Dewi) Tabel 2 Interaksi Obat Berdasarkan Level Signifikansi Pada Pasien Rawat Inap RSUP DR. Sardjito tahun 2005 Level Signifikansi Obat A Obat B Mekanisme interaksi Jumlah kasus 1 Furosemid Digoksin Farmakodinamik 34 ACE Inhibitor Spironolakton Tidak diketahui 13 Digoksin Amiodaron Tidak diketahui 5 Asetosal Warfarin Farmakodinamik 2 Furosemid Gentamisin, Amikasin Tidak diketahui 2 Asetosal Ketorolak Farmakokinetik 1 Warfarin Azitromisin Farmakokinetik 1 2 Digoksin Spironolakton Farmakokinetik 8 Asetosal Glimepirid Farmakokinetik 3 Asetosal Kortikosteroid Farmakokinetik 3 Ampisilin Amikasin Tidak diketahui 1 3 Furosemid Kaptopril, Lisinopril, Farmakodinamik 84 Enalapril, Ramipiril Asetosal Spironolakton Farmakokinetik 7 Furosemid Indapamid, HCT Farmakodinamik 2 Seftriakson Gentamisin Tidak diketahui 1 Warfarin Seftriakson Tidak diketahui 1 4 ACE Inhibitor Asetosal Farmakokinetik 57 ACE Inhibitor Digoksin Farmakokinetik 29 Kaptopril Allopurinol Tidak diketahui 14 Furosemid Warfarin Farmakokinetik 8 Digoksin Nifedipin Farmakokinetik 4 Digoksin Benzodiazepin Tidak diketahui 3 Digoksin Sukralfat Tidak diketahui 2 Heparin Nitrogliserin Tidak diketahui 2 Asetosal Bisoprolol, Propranolol Farmakokinetik 2 Diltiazem Ranitidin Farmakokinetik 1 Diltiazem Amiodaron Tidak diketahui 1 Digoksin Omeprazol Tidak diketahui 1 Heparin Seftriakson Farmakokinetik 1 Ramipirid Prometazin Farmakokinetik 1 5 Furosemid Asetosal Tidak diketahui 66 Asetosal Nitrogliserin Farmakokinetik 4 Furosemid Ciprofloxacin Farmakokinetik 4 Warfarin Sukralfat Farmakokinetik 2 Ketoprofen Ranitidin Tidak diketahui 2 Asetosal Etodolak, Ketoprofen, Farmakokinetik 2 Na diklofenak Diazepam Antasida Tidak diketahui 1 Furosemid Propranolol Farmakokinetik 1 Kaptopril Antasida Farmakodinamik 1 Warfarin Spironolakton Farmakodinamik 1 19

6 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari 2008: Tabel 3 Interaksi obat berdasarkan level signifikansi pada pasien rawat jalan RSUP DR. Sardjito tahun 2005 Level Signifikansi Obat A Obat B Mekanisme interaksi Jumlah kasus 1 Kaptopril Spironolakton Tidak diketahui 26 Furosemid Digoksin Farmakodinamik 24 Spironolakton Kalium Kloroida Farmakodinamik 12 Hidroklorotiazid Digoksin Farmakodinamik 8 Terbutalin Furosemid Farmakodinamik 2 Klonidin Amitriptilin Farmakodinamik 1 2 Hidroklorotiazid Furosemid Farmakodinamik 11 Spironolakton Digoksid Farmakokinetik 6 Nifedipin Ranitidin Farmakokinetik 3 Salbutamol Teofilin Farmakodinamik 2 Asetosal Insulin Farmakodinamik 2 Digoksin Akarbose Farmakokinetik 1 Ciprofloksasin Teofilin Farmakokinetik 1 Diltiazem Simvastatin Farmakokinetik 1 3 Penghambat ACE Furosemid Farmakodinamik 85 Spironolakton Asetosal Farmakokinetik 21 Diltiazem Nifoditin Farmakokinetik 2 Alprazolam Teofilin Farmakodinamik 1 Asetosal Antasida Farmakokinetik 1 4 Penghambat ACE Asetosal Farmakokinetik 90 Penghambat ACE Kalium klorida Farmakokinetik 85 Penghambat ACE Digoksin Farmakokinetik 45 Bisoprolol Asetosal Farmakokinetik 19 Kaptopril Allopurinol Tidak diketahui 5 Furosemid Warfarin Farmakokinetik 3 Digoksin Benzodiazepin Tidak diketahui 2 Ranitidin Diltiazem Farmakokinetik 2 Bisoprolol Nifedipin Farmakodinamik 2 Suklarfat Digoksin Farmakokinetik 2 Warfarin Omeprazol Farmakokinetik 1 Glibenklamid Ranitidin Farmakokinetik 1 5 Furosemid Asetosal Tidak diketahui 30 Asetosal NSAID Farmakokinetik 29 NSAID Ranitidin Tidak diketahui 22 Ranitidin Diazepam Farmakokinetik 6 Furosemid Teofilin Tidak diketahui 2 Metformin Akarbose Farmakokinetik 1 Glibenklamid Kaptopril Tidak diketahui 1 Amitriptilia Haloperidol Farmakokinetik 1 Antasida Ranitidin Farmakokinetik 1 Nifedipin Omeprazol Tidak diketahui 1 Kaptopril Antasida Farmakokinetik 1 Suklarfat Warfarin Farmakokinetik 1 Furosemid Ciprofloksasin Farmakokinetik 1 20

7 Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di RSUP Dr. Sardjito (Nanang M.Yasin, Herlina T.Widyastuti, dan Endah K. Dewi) Furosemid Digoksin (level signifikansi 1) Diuretik menginduksi gangguan elektrolit sehingga mengakibatkan terjadinya aritmia yang diinduksi oleh digoksin. Perlu dilakukan pengukuran kadar kalium darah ketika menggunakan kombinasi obat ini. Disamping itu juga dapat dilakukan pemberian suplemen pada pasien dengan kadar kalium yang rendah. Pencegahan kehilangan kalium dengan diit pembatasan natrium atau penambahan diuretik hemat kalium juga bermanfaat [5]. Furosemid-ACE inhibitor (Captopril, Enalapril, Lisinopril, Ramipril) (level signifikansi 3) Furosemid dapat meningkatkan efek ACE inhibitors. Hal ini kemungkinan karena adanya penghambatan produksi Angiotensin II oleh ACE inhibitor. Diuretik merangsang sekresi renin dan mengaktifkan sistem Renin Angiotensin Aldosteron sehingga memberi efek sinergistik dengan penghambat ACE. Oleh karena itu pada pasien yang menggunakan kombinasi obat ini harus dimonitoring status cairan dan berat badan secara hati-hati [6]. Penghambat ACE (kaptopril, lisinopril) dan Digoksin (level signifikansi 4) Mekanisme interaksi antara penghambat ACE dengan digoksin belum diketahui secara pasti tetapi diduga terjadi perubahan klirens digoksin sehingga level digoksin dapat turun atau naik. Termasuk interaksi dengan onset lambat (5;6]. Umumnya perlu monitoring serum digoksin dan penyesuaian dosis digoksin. ACE inhibitor-spironolakton (level signifikansi 1) Kombinasi ini menyebabkan kadar kalium tinggi pada pasien dengan high-risk (contoh : gangguan renal). Namun, mekanisme terjadinya interaksi ini belum diketahui. Perlu harus dimonitor secara teratur terhadap fungsi ginjal dan kadar kalium serum. Perlu dipertimbangkan adanya penyesuaian dosis [5]. Digoksin-Spironolakton (level signifikansi 1) Spironolakton dapat memperlemah efek inotropik positif digoksin. Spironolakton berefek inotropik negatif sehingga melawan efek inotropik positif dari digoksin. Dosis dari digoksin harus disesuaikan jika digunakan bersama dengan spironolakton [5]. Dengan mengetahui mekanisme interaksi obat dan level signifikansinya, farmasisnya dapat berperan aktif dalam mencegah terjadinya interaksi obat pada pasien gagal jantung kongestif. Farmasis dapat berdiskusi dengan dokter/klinisi untuk mencegah terjadinya interaksi obat dan dapat menentukan pengatasannya apabila telah terjadi pada pasien. Beberapa alternatif penatalaksanaan interaksi obat adalah menghindari kombinasi obat dengan memilih obat pengganti yang tidak berinteraksi, penyesuaian dosis obat, pemantauan pasien atau meneruskan pengobatan seperti sebelumnya jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang optimal atau bila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis [8]. Melalui pemberian informasi obat kepada pasien, dan tenaga kesehatan lain seperti dokter dan perawat, farmasis diharapkan mampu memegang peranan penting 21

8 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari 2008: dalam mencegah terjadinya interaksi obat. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi obat potensial terjadi pada 99 (90%) pasien rawat inap dan 126 (99,26%) pasien rawat jalan. Pada pasien rawat inap ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 20 jenis (50%), interaksi farmakodinamik sebanyak 6 jenis (15%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 14 jenis (35%). Jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah furosemid dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 84 pasien (76,36%), furosemid dengan asetosal pada 66 pasien (60%), dan ACE inhibitor dengan asetosal pada 57 pasien (51,82%). Pada pasien rawat jalan ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 25 jenis (36%), interaksi farmakodinamik sebanyak 11 jenis (32%), dan interaksi dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 8 jenis (32%). Jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah asetosal ACE inhibitor yang terjadi pada 90 pasien (70,87%), furosemid dengan ACE inhibitor pada 85 pasien (66,93%), dan ACE inhibitor dengan suplemen kalium pada 85 pasien (66,93%). DAFTAR PUSTAKA 1. Mycek, M.J., Harvey, R.A., Pamela, C.C., dan Fisher, B.D., Farmakologi Ulasan Bergambar, diterjemahkan oleh Agoes, A.H., Edisi II, Widya Medika, Jakarta, 2001, Jessup, M., dan Brozena, S., Heart Failure, Dipiro, J.T., Wells, G.T., Schwinghammer, dan T.L., Hamilton, C.W., Pharmacotherapy Handbook, Second Edition, Appleton and Lange, Stamford, Connecticut, 2000, Ganiswarna, S., Farmakologi dan Terapi, edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1995, dan Tatro, D., Drug Interaction Facts, 6th Ed, Facts & Comparison A Wolters Kluwer Company, 2001, Stockley, I.H., Drug Interactions, University of Nottingham Medical School, Nottingham, Harkness, R., Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung1989, 31-32, , Fradgley, S., Interaksi obat, dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy) Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien (Aslam M, Tan CK, Prayitno A, Ed), PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, 2003,

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2008

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2008 KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2008 Yulias Ninik Windriyati 1), Erwin Tukuru 1), Ibrahim Arifin 1) 1) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan tubuh yang dapat disebabkan oleh gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara deskriptif analitik dengan tujuan untuk mencari hubungan antara jumlah obat dengan potensi

Lebih terperinci

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 Yetti O. K, Sri Handayani INTISARI Hipertensi merupakan masalah utama dalam kesehatan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI ANALISIS POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETIK ORAL PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN ASKES RUMAH SAKIT DOKTER SOEDARSO PONTIANAK PERIODE JANUARI- MARET 2013 OLEH MEGA GUSTIANI

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Kajian Interaksi Obat Antihipertensi pada Resep Pasien Rawat Jalan di Satu Puskesmas Kabupaten Bandung Barat Study of Antihypertension Drug Interactions in Outpatient

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016

KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016 KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD LUWUK PERIODE JANUARI MARET 2016 Yesia Stevani Mahamudu 1), Gayatri Citraningtyas 1), Henki Rotinsulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Obat 1. Definisi Interaksi obat merupakan efek suatu obat yang disebabkan bila dua obat atau lebih berinteraksi dan dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan.

Lebih terperinci

KAJIAN INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS DI BANGSAL RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2010

KAJIAN INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS DI BANGSAL RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2010 Kajian Obat Antihipertensi... (Siti Rahmiati, dkk) 97 KAJIAN INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS DI BANGSAL RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2010 THE ANTIHYPERTENSIVE

Lebih terperinci

1.1 Pendahuluan 1.2 Farmakokinetik

1.1 Pendahuluan 1.2 Farmakokinetik 1.1 Pendahuluan ACE inhibitor atau Angiotensin Converting Enzym Inhibitor adalah obat yang menghambat enzim yang mengubah angiotensin, yang nantinya akan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir

BAB I PENDAHULUAN. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir bersamaan berpotensi menyebabkan interaksi yang dapat mengubah efek yang diinginkan. Interaksi bisa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PKU Muhammadiyah Gamping pada periode Januari-Juni 2015.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PKU Muhammadiyah Gamping pada periode Januari-Juni 2015. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah semua pasien CHF dengan atau tanpa penyakit penyerta yang menjalani rawat inap di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs, I. PENDAHULUAN Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular masih menduduki peringkat yang tinggi. Menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung

Lebih terperinci

TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007

TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007 1 TINJAUAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh : YEKTI ADI PRASETYANINGSIH K 100 050

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. lembar resep yang memenuhi kriteria inklusi dari total populasi lembar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. lembar resep yang memenuhi kriteria inklusi dari total populasi lembar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengkaji interaksi obat yang terjadi pada pasien rawat jalan yang terdiagnosa DM tipe 2 dengan atau tanpa penyakit penyerta di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat

Lebih terperinci

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia saat ini adalah penyakit gagal jantung (Goodman and Gilman, 2011). Menurut data WHO 2013 pada tahun 2008,

Lebih terperinci

TINJAUAN INTERAKSI OBAT ANTIDIABETIK ORAL & ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DM TIPE 2 KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA

TINJAUAN INTERAKSI OBAT ANTIDIABETIK ORAL & ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DM TIPE 2 KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA TINJAUAN INTERAKSI OBAT ANTIDIABETIK ORAL & ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DM TIPE 2 KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA Asri Radjak, Widysusanti Abdulkadir, Madania*) Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk PENDAHULUAN Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme, dengan kata lain diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Farida Rahmawati, Anita Agustina INTISARI Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan suatu organ yang memompa darah ke seluruh organ tubuh. Jantung secara normal menerima darah dengan tekanan pengisian yang rendah selama diastol dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan

Lebih terperinci

POTENSIAL INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Oleh: PUTI TRI SULISTIATI K

POTENSIAL INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Oleh: PUTI TRI SULISTIATI K POTENSIAL INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Oleh: PUTI TRI SULISTIATI K 100 060 119 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Kajian Probabilitas Interaksi Obat Antidiabetes Golongan Sulfonilurea di Satu Rumah Sakit Umum Swasta Kota Bandung Probability Study of Antidiabetic Drug Interactions

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : HAPSARI MIFTAKHUR ROHMAH K 100 050 252 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol OBAT KARDIOVASKULER Kardio Jantung Vaskuler Pembuluh darah Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung Jenis Obat 1. Obat gagal jantung 2. Obat anti aritmia 3. Obat anti hipertensi 4. Obat anti angina

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA 2443006137 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GERIATRI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GERIATRI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GERIATRI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Fangky Sandy Maindoka 1), Deby Mpila 1), Gayatri Citraningtyas 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado,

Lebih terperinci

Dian Oktianti, Etika Sulistyaningrum, Nita Prasetiyowati, Dara Dwipa Tuwuh Safitri. ABSTRACT

Dian Oktianti, Etika Sulistyaningrum, Nita Prasetiyowati, Dara Dwipa Tuwuh Safitri. ABSTRACT The Identification Of Drug Related Problems (Drp's) In Accurate Category In Selecting Drugs, Accurate Dose, And Drug Interactions In Geriatric Hypertensive Patients In Outpatient Installation Of Raa Soewondo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut data statistik WHO (World Health Organization) penyakit kardiovaskular mengalami pertumbuhan, diprediksi pada tahun 2020 penyakit kronis akan mencapai

Lebih terperinci

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD UNDATA PERIODE MARET-JUNI TAHUN 2014

KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD UNDATA PERIODE MARET-JUNI TAHUN 2014 GALENIKA Journal of Pharmacy Nurlaelah et Vol. al./galenika 1 (1) : 35 - Journal 1 of Pharmacy ISSN : 22-87 March 2015 KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PENGOBATAN DIABETES MELITUS (DM) DENGAN HIPERTENSI DI INSTALASI

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan mencatat data-data yang diperlukan

Lebih terperinci

KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Oleh : RICHO KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengkaji analisis biaya pada pasien rawat inap yang terdiagnosa kegagalan jantung dengan atau tanpa penyakit penyerta di RS Yogyakarta tahun 2015. Sampel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat terutama pada usia dewasa dan lansia. Hipertensi dapat terjadi tanpa adanya sebab-sebab khusus (hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien penyakit dalam biasanya mendapat kombinasi dua obat atau lebih yang berpotensi terjadi interaksi obat. Pasien yang menderita penyakit dalam biasanya tidak hanya

Lebih terperinci

INTERAKSI OBAT ANTIKOAGULAN. Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt.

INTERAKSI OBAT ANTIKOAGULAN. Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. INTERAKSI OBAT ANTIKOAGULAN Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. Latin. Coagulare = membeku ANTIKOAGULAN Antikoagulan adalah zat-zat yang dapat mencegah pembekuan darah dan digunakan pada keadaan dimana terdapat

Lebih terperinci

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh MONITORING EFEKTIVITAS TERAPI DAN EFEK-EFEK TIDAK DIINGINKAN DARI PENGGUNAAN DIURETIK DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh YUANITA

Lebih terperinci

Crosstabs Usia Potensi Interaksi Obat

Crosstabs Usia Potensi Interaksi Obat Lampiran 1. Hasil analisis hubungan beberapa varbel bebas terhadap potensi obat antidbetes dengan menggunakan analisis Chi Square pada program IBM SPSS 20 Crosstabs Us Potensi Interaksi Obat Case Processing

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2015

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2015 IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2015 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta

Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta Majalah Fita Rahmawati Farmasi Indonesia, 17(4), 177 183, 2006 Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta A retrospective study on drug interactions in Dr. Sardjito

Lebih terperinci

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN PEDIATRI STUDI RETROSPEKTIF DI 3 APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2014 SKRIPSI

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN PEDIATRI STUDI RETROSPEKTIF DI 3 APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2014 SKRIPSI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN PEDIATRI STUDI RETROSPEKTIF DI 3 APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2014 SKRIPSI Oleh : FITRI NURSANTI K100120044 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ ekskresi utama di samping hati. Fungsi yang paling penting adalah untuk membuang racun, membuang kelebihan garam dan air dalam bentuk urine (Stein,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

KAJIAN INTERAKSI OBAT MELALUI OPTIMALISASI MEDICATION RECONCILIATION

KAJIAN INTERAKSI OBAT MELALUI OPTIMALISASI MEDICATION RECONCILIATION KAJIAN INTERAKSI OBAT MELALUI OPTIMALISASI MEDICATION RECONCILIATION PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI POLIKLINIK JANTUNG RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II DRUG INTERACTION STUDIES THROUGH MEDICATION

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2015.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2015. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta yang menjalani perawatan di Instalasi

Lebih terperinci

PREVALENSI KEJADIAN BERPOTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2012

PREVALENSI KEJADIAN BERPOTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2012 28, Vol 1, No. 1, Februari 2014, hal: 28-34 ISSN : 2355 5386 PREVALENSI KEJADIAN BERPOTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2012 Azhar Arnata, Noor Cahaya,

Lebih terperinci

Pengaruh visitasi farmasis terhadap potensi interaksi obat pada pasien lanjut usia rawat inap di Bangsal Dahlia RSUD. Prof. Dr.

Pengaruh visitasi farmasis terhadap potensi interaksi obat pada pasien lanjut usia rawat inap di Bangsal Dahlia RSUD. Prof. Dr. Majalah Heny Ekowati Farmasi Indonesia, 17(4), 199 203, 2006 Pengaruh visitasi farmasis terhadap potensi interaksi obat pada pasien lanjut usia rawat inap di Bangsal Dahlia RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari penelitian ini

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian ini mengidentifikasi penggunaan obat off-label dosis pada pasien dewasa rawat inap di Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

Lebih terperinci

USIA * INTERKSIOBAT. Universitas Sumatera Utara

USIA * INTERKSIOBAT. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Hasil analisis bivariat beberapa variabel bebas terhadap kejadian potensi obat Mmenggunakan uji Chi square pada program SPSS Advanced 20.0 Crosstab USIA * INTERKSIOBAT Case Processing Summary

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN Salah satu penyakit degeneratif terbesar adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Meliitus yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD ABSTRAK IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Alfisah Fatrianoor

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT MATA PADANG EYE CENTER (RSMPEC) Ramah, Empati, Siaga, Proaktif, Exsclusive, dan Competence PANDUAN TENTANG PANDUAN TELAAH INTERAKSI OBAT

RUMAH SAKIT MATA PADANG EYE CENTER (RSMPEC) Ramah, Empati, Siaga, Proaktif, Exsclusive, dan Competence PANDUAN TENTANG PANDUAN TELAAH INTERAKSI OBAT PANDUAN TENTANG PANDUAN TELAAH INTERAKSI OBAT RS MATA PADANG EYE CENTER BAB I DEFINISI A. Pengertian Interaksi obat adalah suatu perubahan atau efek yang terjadi pada suatu obat ketika obat tersebut digabungkan

Lebih terperinci

ANALISA DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN DISLIPIDEMIA DI BANGSAL RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG ABSTRACT

ANALISA DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN DISLIPIDEMIA DI BANGSAL RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG ABSTRACT Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 16, No.2, 2011, halaman 197-202 ISSN : 1410-0177 ANALISA DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN DISLIPIDEMIA DI BANGSAL RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN PENYAKIT DALAM RSUP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rekapitulasi data pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September November 2015

Lampiran 1. Rekapitulasi data pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September November 2015 Lampiran 1. Rekapitulasi data pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang interna wanita RSUP H. Adam Malik Medan Periode September November 2015 NOMOR PASIEN DIAGNOSIS KETERANGAN MASUK RUMAH UMUR HEMODIALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan

BAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : DWI RETNO MURDIYANTI K 100 050 127 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH STUDY ON OPTIMIZATION OF DRUG INTERACTIONS MEDICATION RECONCILIATION IN PATIENTS DIABETES MELLITUS TYPE 2 PHARMACY IN HOSPITAL PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 2 Muhammad Hafidh Ari Ardhani, Nurul Maziyyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa Congestive

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa Congestive 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa Congestive Heart Failure dengan atau tanpa penyakit penyerta yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG. PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh : Rahmi Feni Putri No. BP 04 931 019 FAKULTAS

Lebih terperinci

INTERAKSI OBAT, OVER DOSIS DAN DOSIS SUBTERAPI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUP UNIVERSITAS HASANUDDIN

INTERAKSI OBAT, OVER DOSIS DAN DOSIS SUBTERAPI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUP UNIVERSITAS HASANUDDIN PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302-2493 KAJIAN DRUG RELATION PROBLEM (DRPs) KATEGORI INTERAKSI OBAT, OVER DOSIS DAN DOSIS SUBTERAPI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu kondisi dimana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai antikoagulan oral untuk terapi tromboembolisme vena dan untuk mencegah emboli sistemik

Lebih terperinci

pasien. Kombinasi yang digunakan adalah kombinasi antara obat antihipertensi golongan ACEI, ARBs, CCBs, dan diuretik loop serta kombinasi antara

pasien. Kombinasi yang digunakan adalah kombinasi antara obat antihipertensi golongan ACEI, ARBs, CCBs, dan diuretik loop serta kombinasi antara BAB 6 SIMPULAN 6.1. Simpulan Dari hasil penelitian terhadap pola regimentasi obat antihipertensi pada pasien penyakit ginjal di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada periode Juni 2008 sampai Desember 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab seorang farmasis diantaranya adalah memberikan layanan kefarmasian kepada pasien. Dalam memberikan terapi obat kepada pasien, hendaknya seorang

Lebih terperinci

Surya Dharma*, Sri Oktavia* dan Akmal, M. Hanif ** *Fakultas Farmasi Universitas Andalas ** Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang ABSTRAK

Surya Dharma*, Sri Oktavia* dan Akmal, M. Hanif ** *Fakultas Farmasi Universitas Andalas ** Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang ABSTRAK EVALUASI PENGGUNAAN KOMBINASI ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITOR DENGAN FUROSEMID TERHADAP FUNGSI GINJAL PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG Surya Dharma*, Sri Oktavia* dan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPARAHAN INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN RAWAN JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA

ANALISIS TINGKAT KEPARAHAN INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN RAWAN JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA ANALISIS TINGKAT KEPARAHAN INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN RAWAN JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA Fitriana Yuliastuti(1) 1. Program Studi D3 Farmasi, FIKES, Univerrsitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. 1 Dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H. INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2013 Nidayanti 1 ; Aditya Maulana.P.P

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi (JMPF) Journal of Management and Pharmacy Practice

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi (JMPF) Journal of Management and Pharmacy Practice Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi (JMPF) Journal of Management and Pharmacy Practice DAFTAR ISI Pengantar dari Penyunting Formulir untuk Berlangganan Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi ii iii

Lebih terperinci

OBAT ANTI HIPERTENSI

OBAT ANTI HIPERTENSI OBAT ANTI HIPERTENSI Obat antihipertensi Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang terbanyak 24% penduduk AS memiliki hipertensi Hipertensi yang berlanjut akan merusak pembuluh darah di ginjal, jantung

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Alfi Yasmina Obat Jantung Antiangina Antiaritmia Antihipertensi Hipolipidemik Obat Gagal Jantung (Glikosida jantung) Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambaran Penggunaan Obat DM Tipe 2. Nama obat Dosis (mg) pagi Vit. C 50 2 x 1

Lampiran 1. Gambaran Penggunaan Obat DM Tipe 2. Nama obat Dosis (mg) pagi Vit. C 50 2 x 1 67 Lampiran 1. Gambaran Penggunaan Obat DM Tipe 2 Kode JK Umur Obat rutin/ obat lama ( tahun ) Nama obat Dosis () Aturan pakai R001 P 52 Metformin 500 3 x 1 Glimepirid 2 1 1 x ½ 1 10 R002 P 60 Metformin

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia 23 BAB 4 HASIL 4.1 Karakteristik Umum Sampel penelitian yang didapat dari studi ADHERE pada bulan Desember 25 26 adalah 188. Dari 188 sampel tersebut, sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebesar

Lebih terperinci

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG Heni Lutfiyati*, Fitriana Yuliastuti, Arrum Khotimah Prodi DIII Farmasi, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR Oleh: Nanang Munif Yasin, M.Pharm, Apt Dra. Fita Rahmawati, Sp.FRS, Apt Dr. Djoko Wahyono, SU, APT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT DALAM DI RS X TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT DALAM DI RS X TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT DALAM DI RS X TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: RISTIA WIDYANINGRUM K100120004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan sebagai kejadian atau permasalahan yang ada dalam terapi obat atau mengganggu secara potensial hasil keluaran klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar 500.000 orang di Amerika Serikat setiap tahunnya terkena penyakit tukak peptik, dan 70% terjadi pada usia 25 sampai 64 tahun. Biaya yang dikeluarkan

Lebih terperinci

EVALUASI KEJADIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP GERIATRI PENDERITA GAGAL JANTUNG

EVALUASI KEJADIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP GERIATRI PENDERITA GAGAL JANTUNG EVALUASI KEJADIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP GERIATRI PENDERITA GAGAL JANTUNG Siti Mariam Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor Email : siti.mariam21@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan yang sesuai dengan managemen hipertensi (James, et al., 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan yang sesuai dengan managemen hipertensi (James, et al., 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi Hipertensi adalah kondisi paling umum yang dapat menyebabkan infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak segera diobati atau ditangani. Pasien juga

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: DEVI AMBARRINI WAHYUNINGTIYAS K100110011 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan seperti sesak nafas saat istirahat atau aktifitas, kelelahan, edema tungkai,takikardia,

Lebih terperinci

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Komponen dalam pendekatan berorientasi problem Daftar problem Catatan SOAP Problem? A problem is defined as a patient concern, a

Lebih terperinci