Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
|
|
- Hamdani Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kadar COHb pada Pasien Penyakit Paru di BKPM Wilayah Ambarawa Septaviani Astika Sari *), Auly Tarmali **), Puji Pranowowati **) *) Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo **) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ABSTRACT The habit of smoking is a major factor that accelerates the increase in COHb levels due to carbon monoxide (CO) generated from cigarette smoke can cause >50% of CO binds to hemoglobin (Hb) becomes carboksihemoglobin (COHb) so that inhibits the function of hemoglobin (Hb) to bind Oxygen. While, the normal level of carboksihemoglobin (COHb) is <1%.The purpose of this research is to know the correlation the correlation between smoking habit with carboksihemoglobin (cohb) levels in lung disease patients at BKPM region Ambarawa. The research of design used analytic with cross sectional approach. The population in this research were all patients of pulmonary diseases in BKPM Ambarawa as many as 355 respondents with the sample as many as 78 respondents who were taken by accidental sampling. Instrument of data collection used questionnaires and Micro CO or the Analyze of Smoke Check, it was analyzed univariately and bivariately with Fisher Exact test (α =0,05). The results of research show that most of patients have smoking habit as many as 69,2 % and almost of them have abnormal levels of COHb as many as 84,6%. The results of research with Fisher Exact test show that there is a correlation between smoking habits (p =0,0001) with COHb levels. Patients with abnormal levels of COHb is expected to reduce cigarette consumption because it is a high contribution against COHb levels in lung disease patients. Keywords : Smoking Habit, COHb levels ABSTRAK Kebiasaan merokok adalah faktor utama yang mempercepat peningkatan kadar COHb karena karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan dari asap rokok dapat menyebabkan >50% berikatan dengan hemoglobin (Hb) darah menjadi carboksihemoglobin (COHb) sehingga menghambat fungsi dari hemoglobin (Hb) untuk mengikat oksigen. Sedangkan untuk kadar normal carboksihemoglobin (COHb) sebesar <1%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kadar COHb pada pasien penyakit paru. PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 1
2 Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini semua pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa sebanyak 355 responden demean sampel sebanyak 78 responden yang diambil secara purposive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan Micro CO atau Smoke Check Analyze, dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Fisher Exact (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien mempunyai kebiasaan merokok sebesar 69,2 % dan hampir seluruh dari responden kadar COHbnya tidak normal yaitu 84,6%. Hasil uji Fisher Exact test menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok (p=0,0001) dengan kadar COHb pada pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa. Pasien dengan kadar COHb tidak normal diharapkan dapat mengurangi konsumsi rokok karena kebiasaan merokok merupakan kontribusi tinggi terhadap kadar COHb padapasien, terutama pasien penyakit paru. Kata Kunci : Kebiasaan Merokok, Kadar COHb PENDAHULUAN Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini.rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Indonesia menempati urutan ke 5 negara pengkonsumsi rokok terbanyak dan urutan ke 3 negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Departemen Kesehatan Indonesia menyatakan sebanyak 10 % atau sekitar jiwa dari total kematian di Indonesia disebabkan oleh rokok. Hal ini penting karena lebih dari 85% perokok di Indonesia mengkonsumsi rokok bersama anggota keluarganya di dalam rumah. Lebih dari 97 juta penduduk Indonesia terpajan asap rokok setiap harinya dan 43 juta diantaranya adalah anak-anak. 2 Menurut data Departemen Kesehatan RI (2010) melaporkan adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit sistem pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Risiko berbagai penyakit tersebut disebabkan pada setiap batang rokok yang mengandung lebih dari bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker. 3 Pajanan rokok yang terus menerus menyebabkan perubahan pada mukosa jalan napas pada pasien penyakit paru yang merupakan akibat langsung zat zat yang terkandung dalam asap rokok tersebut. Perubahan pada jalan napas tersebut juga mengakibatkan perubahan secara mikroskopik yang lebih rumit karena melibatkan banyak sekali zat ataupun molekul. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 2
3 perubahan tersebut yaitu dapat mendeteksi karbon monoksida yang telah terhisap ke dalam tubuh. Kadar konsentrasi karbon monoksida yang bisa terhisap ke dalam tubuh yaitu rata-rata sebesar 100 ppm (Parts Per Million). Rokok menghasilan karbon monoksida yang kemudian dihisap oleh perokok paling rendah konsentrasi terendah 667 ppm dapat menyebabkan >50% karbon monoksida berikatan dengan hemoglobin (Hb) darah menjadi COHb sehingga menghambat fungsi dari Hb untuk mengikat oksigen (O 2 ) dan dapat meningkatkan kadar COHb sebesar 2-6%. 1 COHb cukup stabil namun perubahan ini bisa reversibel atau dapat kembali ke keadaan awal.cohb tidaklah efektif dalam menghantarkan O 2 di dalam sistem sirkulasi atau transportasi darah.karena itu beberapa bagian tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Akibatnya paparan pada tingkat ini dapat membahayakan jiwa Sedangkan untuk kadar normal COHb sebesar <1%. 4 COHb dengan konsentrasi tinggi yang disebabkan adanya CO dalam asap rokok yang tinggi pula menyebabkan mukosa saluran pernapasannya akan memproduksi mukus dalam jumlah yang besar. Fungsi saluran pernafasan yang terganggu akibat adanya bahan kimia asap rokok sehingga silia kurang efektif dalam membersihkan mukosa saluran pernapasan dan akibatnya terjadi peningkatan sensitifitas saluran pernapasan pada perokok dapat muncul sebagai batuk, spasme laring, dan turunnya saturasi O 2 dimana terjadi penurunan prosentase O 2 yang mampu dibawa oleh hemoglobin karena ikatan CO lebih kuat terhadap hemoglobin daripada O 2. 5 Jika hal demikian terus-menerus terjadi dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan kerusakan kapiler darah (karena sudah terjadi obstruktif pada saluran napas) sehingga plasma darah keluar dan masuk ke paru-paru melalui kapiler yang rusak tersebut sehingga menyebabkan penurunan fungsi paru, pernapasan tertekan, hipoksia dan dispnea. COHb dalam darah dapat diukur dalam tes nafas karbon monoksida, umumnya dengan menggunakan monitor napas karbonmonoksida (CO napas monitor), atau istilah lainnya Micro CO atau Smoke Check.Micro CO atausmoke Check adalah alat diagnostik yang kuat untuk mengukur karbon monoksida alveolar dalam konsentrasi ppm dan presentase COHb. Alat ini berfungsi sebagai indikator terutama pada perokok, alat bantu klinis dalam menilai keracunan karbon monoksida dan juga sebagai motivasi dan pendidikan atau indikasi rujukan konsultasi untuk berhenti merokok. Jika terjadi keracunan karbon monoksida pada pasien, tindakan yang bisa dilakukan adalah memberikan O 2 sebanyak 95% dan CO 2 sebanyak 5%. 6 Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarikuntuk menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan kadarcarboksihemoglobin (COHb) pada pasien penyakit paru di BKPM wilayah Ambarawa. Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wacana dan informasi ilmiah PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 3
4 pembaca mengenai hubungan kebiasaan merokok dengan kadar COHb pada pasien. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional.populasi Terjangkau dalam penelitian ini adalah rata-rata jumlah pasien per bulan pada bulan Januari-Meitahun 2014yang memeriksakan dirinya ke BKPM Wilayah Ambarawa yang didiagnosa mempunyai penyakit paru oleh dokter yaitu sebanyak355 pasien. Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem purposive yaitu pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu oleh peneliti sendiri.kriteria penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa oleh dokter menderita penyakit TBC dan pasien yang pernah menderita TBC dan dilaksanakan di BKPM Wilayah Ambarawa pada minggu ketiga sampai minggu keempatbulan Juni Dalam penelitian ini menggunakanalat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner(berisi tentang kebiasaan merokok) dan kadar COHb serta pengukuran kadar COHb menggunakan Micro CO atau Smoke Check Analyze dengan cara pasien meniup pipa corong yang ada pada alat tersebut kemudian nilai kadar COHb akan terlihat pada alat tersebut. Data dianalisis menggunakan uji statistic Fisher Exact Test dengan nilai p 0,0001. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebiasaan Merokok Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok pada Pasien Penyakit Paru di BKPM Wilayah Ambarawa KebiasaanMerokok Frekuensi Persentase (%) Ya 54 69,2 Tidak 24 30,8 Total ,0 Berdasarkan tabel 1 dapat di ketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai kebiasaan merokok (69,2%). Tingginya kebiasaan merokok pada pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa dapat dipengaruhi oleh adalah usia dan jenis kelamin. Dilihat dari variabel jenis kelamin menunjukkan bahwa hampir seluruh respondenberjenis kelamin laki-laki (85,9%). Hal ini menunjukan bahwa dimasyarakat orang laki-laki yang tidak merokok dianggap kurang jantan atau kurang berani ambil resiko, ada juga anggapan bahwa seorang anak gadis atau perempuan tidak pantas untuk merokok. Adanya anggapan-anggapan tersebut dimasyarakat akan mempermudah kesempatan merokok pada laki-laki. Faktor yang mempermudah seseorang untuk menjadi perokok adalah seseorang berjenis kelamin laki-laki. Meskipun dalam data yang diperoleh ada juga responden dengan jenis kelamin perempuan yang mempunyai kebiasaan merokok. PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 4
5 Kadar COHb pada Pasien Penyakit Paru Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kadar COHb pada Pasien Penyakit Paru Kadar COHb Pasien Penyakit Frekuensi Persentase Paru (%) Tidak normal 66 84,6 Normal 12 15,4 Total ,0 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden dengan kadar COHb tidak normal (84,6%). Responden dengan kadar COHb tidak normal frekuensinya masih tinggi di daerah penelitian ini dapat dipengaruhi adanya beberapa faktor antara lain kadar CO ambient yang dipengaruhi oleh polusi udara. Polusi udara bukan hanya dari pencemaran udara dari dalam atau luar rumah, namun polusi udara di tempat kerja seperti misalnya pekerjaan yang berkaitan dengan zat-zat kimia, yang zat tersebut akan terhirup dan akan menyebabkan kadar COHb tinggi atau tidak normal. Pekerjaan juga mempengaruhi tingginya kadar COHb, karena sebagian besar responden bekerja di bagian laminating yang terdapat banyak bahan kimia, bahan kimia yang mengandung banyak CO sehingga CO tersebut terhisap oleh pekerja sehingga CO dalam jumlah banyak bisa berikatan dengan Hb dalam darah. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kadar Karboksihemoglobin (COHb) pada Pasien Penyakit Paru di BKPM Wilayah Ambarawa Tabel 3.Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kadar Karboksihemoglobin (COHb) pada Pasien Penyakit Paru di BKPM Wilayah Ambarawa KebiasaanMerokok Kategori Kadar COHb Tidak Normal Normal Total P- f % f % f % value Ya 52 96,3 2 3, ,0 0,0001 Tidak 14 58, , ,0 Total 66 84, , ,0 Berdasarkantabel 3. dapat diketahui bahwa kadar COHb tidak normal pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih besar yaitu sebanyak 52 responden (96,3%) daripada responden yang tidak mempunyai responden (58,3%). Sedangkan kadar COHb normal pada responden yang tidak mempunyai kebiasaan merokok lebih besar yaitu sebanyak 10 responden (41,7%) daripada responden yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu kebiasaan merokok yaitu sebanyak 14 sebanyak 2 responden (3,7%). PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 5
6 Hasil analisis data dengan menggunakan uji fisher s exact test didapatkan nilai P-value= 0,0001. Oleh karena p-value = 0,0001< α (0,05) maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kadar COHb pada pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa. Kebiasaan merokok dapat berhubungan dengan kadar COHb dalam darah yang tidak normal. Pada umumnya orang dengan kebiasaan merokok, akan menghisap bahan kimia sebanyak 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun antara lain karbon monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok memiliki dampak buruk terhadap kesehatan karena CO dapat menggeser oksigen yang terikat pada hemoglobin dan mengikat Hb menjadi karboksihemoglobin. Adanya COHb dalam darah akan menghambat disosiaso Oxi-Hb. Dengan demikian jaringan akan mengalami hipoksia. Reaksi CO dengan sitokrom a3 yang merupakan link yang penting dalam sistem enzim pernafasan sel dan mengakibatkan hipoksia jaringan.cohb dengan konsentrasi tinggi yang disebabkan adanya CO dalam asap rokok yang tinggi pula menyebabkan mukosa saluran pernapasannya akan memproduksi mukus dalam jumlah yang besar. Karena fungsinya yang terganggu akibat adanya bahan kimia asap rokok sehingga silia kurang efektif dalam membersihkan mukosa saluran pernapasan dan akibatnya terjadi peningkatan sensitifitas saluran pernapasan pada perokok dapat muncul sebagai batuk, spasme laring, dan turunnya saturasi O 2 (oksigen) dimana terjadi penurunan prosentase O 2 (oksigen) yang mampu dibawa oleh hemoglobin karena ikatan CO lebih kuat terhadap hemoglobin daripada O 2 (oksigen). 5 Berikatan pula dengan jenis kelamin, dapat diketahui dari data yang menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan kadar COHb pada pasien penyakit paru. Kadar COHb tidak normal pada responden berjenis kelamin laki-laki lebih besar yaitu sebanyak 62 responden (92,5%) daripada responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 4 responden (36,4%). Sedangkan kadar COHb normal pada responden yang berjenis kelamin perempuan lebih besar yaitu sebanyak 7 responden (63,6%) daripada responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 5 responden (7,5%). Hal tersebut dapat terjadi karena kemampuan menghembusan nafas pada pasien laki-laki lebih kuat daripada pada pasien perempuan sehingga kadar COHb yang terukur lebih tinggi. Diperkuat pula dengan penelitian Cahaya A., C. Rumput, Pursley D., Krause J tahun 2007 memperoleh hasil rata-rata kadar COHb dari 33 responden yang mempunyai kebiasaan merokok adalah 5,04 %, sedangkan nilai rata-rata kadar COHb untuk 27 responden yang tidak mempunyai kebiasaan merokok di lingkungan merokok adalah sebesar 2,49 %, itu artinya bahwa CO dalam asap rokok telah terhisap ke dalam darah si perokok aktif maupun perokok pasif. 8 PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 6
7 Dari data yang di peroleh untuk jenis rokok berdasarkan bahan baku, jenis rokok berdasarkan penggunaan filter, jumlah rokok yang dihisap, lama merokok dan cara menghisap rokok tidak berhubungan dengan kadar COHb pada pasien penyakit paru. Hal tersebut terjadi karena dampak rokok akan terasa setelah tahun pasca digunakan. Selain itu dampak rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga perokok pasif. 7 Pada perokok aktif yang mengkonsumsi rokok dengan jenis rokok putih dan rokok kretek perbedaannya hanya ada di dalam kandungan bahan (cengkeh) yang digunakan, sehingga kandungan cengkeh tidak menggambarkan kandungan CO dalam asap rokok. Kandungan kadar karbon monoksida pun di dalam rokok kretek lebih rendah daripada di dalam rokok putih, padahal dari data menunjukkan banyak responden yang mengkonsumsi rokok putih daripada rokok kretek. Begitu juga dengan rokok yang dikonsumsi oleh perokok aktif berdasarkan jenis rokok filter dan non filter, untuk jenis rokok filter walaupun rokok tersebut terdapat filter (gabus) yang ada di batang rokok, filter (gabus) tersebut tidak seluruhnya menyerap CO yang dihasilkan asap rokok namun hanya sedikit menyerap CO dalam asap rokok yang kemudian diubah menjadi sejenis cairan berwarna kecokelatan yang dapat menyebabkan lidah perokok berwarna kecokelatan pula. Walaupun diberi filter, efek karsinogenik pada paru-paru tidak berguna jika ketika merokok dihirup dalam-dalam, menghisapnya berkali-kali dan jumlah rokok yang dipergunakan bertambah banyak. Namun dari data yang didapat jumlah rokok, lama merokok dan cara menghisap rokok tidak sepenuhnya mempengaruhi kadar COHb, hal tersebut dapat terjadi karena sebagian pasien ada juga yang merokok sebelum melakukan pemeriksaan di saat menunggu antrian panggilan periksa. Sehingga kadar COHb saat di ukur menjadi sangat tinggi. Karena CO dapat bertahan dalam darah sekitar 3-4 jam. SIMPULAN 1. Pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa yang mempunyai kebiasaan merokok sebesar 69,2 % dan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok sebesar 30,8%. 2. Kadar COHb tidak normal pada pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa sebesar 84,6% dan kadar COHb normal pada pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa sebesar 15,4%. 3. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai p = 0,0001 (p<0,05) atau dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistic antara kebiasaan merokok dengan kadar COHb pada pasien penyakit paru di BKPM Wilayah Ambarawa. PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 7
8 SARAN Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menambah sampel penelitian dan variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui faktor lain yang berhubungan dengan kadar COHb pada pasien penyakit paru. DAFTAR PUSTAKA 1. Rogayah Asap Rokok sebagai Bahan Pencemar dalam Ruangan. Jakarta : Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan 2. Hediyani, Novie DR, Berhenti Merokok.Tersedia: 3. Depkes RI Data& Fakta Konsumsi Rokok Di Indonesia. Tersedia : data-fakta-konsumsi-rokok-diindonesia/depkesri 4. Sitepoe, M Kekhususan Rokok Di Indonesia. Cetakan I. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia 5. Allman, Keith dan Wilson Oxford Handbook of Anaesthesia.Oxford University Press. Tersedia : ford_handbook_of_anaesthesia.html?id= ktq7nqeacaaj&redir_esc=y. 6. Harington, J.M dan F.S. Gill Buku Saku Kerja Edisi 3 diterjemahkan dari Pocket Consultant Occupational Health, 3/E 1992.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 7. Sitepoe, M Usaha Mencegah Bahaya Merokok.Cetakan I.Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia 8. Light A., Grass C., Pursley D., Krause J Respir Care. 52(11): 1576 PARU DI BKPM WILAYAH AMBARAWA 8
BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menimbulkan berbagai masalah, baik di bidang kesehatan maupun sosio-ekonomi. Rokok menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan respirasi, gangguan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012 ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan dan sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian mengenai hubungannya dengan berbagai macam penyakit seperti kanker
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO)
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014
PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014 THE COMPARISON BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR TO SMOKING OF PRIVATE SENIOR HIGH
Lebih terperinciPENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU
PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh : DIMAS SONDANG IRAWAN J 110050028
Lebih terperinciArtikel Penelitian Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang
Artikel Penelitian Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang Runingsih*), Auly Tarmali**), Puji Pranowowati***) *) alumnus Program
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO Marsel V. Anto 1, Jootje.M.L. Umboh 2, Woodford Baren S. Joseph 3, Budi Ratag
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA, PENGETAHUAN PENGGUNAAN APD, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENURUNAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA LEILEM KECAMATAN SONDER KABUPATEN MINAHASA Jennifer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Pada keadaan normal, sebagian besar udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter
Lebih terperinciHUBUNGAN PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEDAGANG KULINER DI DAERAH GLADAG SURAKARTA
HUBUNGAN PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEDAGANG KULINER DI DAERAH GLADAG SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Nafilatul
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK
ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK Arko Jatmiko Wicaksono 1, Titiek Hidayati 2, Sadar Santoso
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DIKALANGAN MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DIKALANGAN MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh: MURSHIDAH 070100212 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciAHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA WARGA DENGAN JENIS KELAMIN LAKI-LAKI BERUSIA 18-40 TAHUN YANG TINGGAL DI BANDAR PUTRA BERTAM, KEPALA BATAS, PULAU PINANG, MALAYSIA. Oleh: AHMAD ASYRAF
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN Militia K. Wala*, Angela F. C. Kalesaran*, Nova H. Kapantow* *Fakultas
Lebih terperinciANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.
ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : IRMAYANTI NIM. 081000069 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Rokok membunuh lebih dari 5 juta orang setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah
Lebih terperinciOleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam
Lebih terperinciSTUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS DALAM DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DESA GENUK KECAMATAN UNGARAN BARAT TAHUN 2015 JURNAL SKRIPSI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA Prastiwi Putri Basuki 1, Heni Febriani 2. tiwibasuki19@gmail.com
Lebih terperinciABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA
ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA Siti A. Sarah M, 2011. Pembimbing I : dr.jahja Teguh Widjaja,Sp.P.,FCCP Pembimbing II: dr.sijani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah yang mempunyai tugas utama untuk menghantarkan oksigen ke paru-paru. Hemoglobin dapat meningkat ataupun
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang
BAB V PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini semua berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot merupakan penentu
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK
PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK 1 Melkior T. Makawekes 2 Sonny J. R. Kalangi 2 Taufiq F. Pasiak 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan
Lebih terperinciANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Aan Sunani, Ratifah Academy Of Midwifery YLPP Purwokerto Program Study of D3 Nursing Poltekkes
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN I. Karakteristik Responden No responden : TAHUN 2012 Nama : Kelas : Umur : Uang saku : Tanggal
Lebih terperinciANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)
ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di negara dengan pendapatan tinggi sampai rendah. 1 Menurut World Health Organization
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DIHUBUNGKAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA, BANDUNG, 2006 Natalia Desiani, 2006. Pembimbing : Felix Kasim, dr., M.Kes.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu
Lebih terperinciSUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees
SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri
Lebih terperinciSUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012
SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 NURHAYATI WADJAH 811408078 ABSTRAK Di Indonesia TBC merupakan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan bahaya merokok. Merokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi
Lebih terperincikelompok rawan gizi kategori WUS,karena pada fase remaja terjadi berbagai macam perubahanperubahan
Hubungan Antara Kebiasaan Makan Dan Status Ekonomi Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun Di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Nur Afika*)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak sehat, selain berbahaya bagi diri sendiri terlebih lagi pada orang lain yang memiliki hak untuk menghirup udara yang bersih
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015 A. Kuisioner Data Demografi Hari/tanggal : No. Respoden : Umur :
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) UDARA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN PETUGAS PARKIR DI BERBAGAI JENIS TEMPAT PARKIR
ABSTRAK HUBUNGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) UDARA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN PETUGAS PARKIR DI BERBAGAI JENIS TEMPAT PARKIR Elisa Gunawan, 2009. Pembimbing I Pembimbing II : dr. Hanna Ratnawati, MKes
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah
Lebih terperinciSri Wulandari : Pengetahuan Siswa Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMP Negeri 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu 2017
Pengetahuan Siswa Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMP Negeri 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu Knowledge Students Teenagers About Danger Of Smoking In Junior High Schools 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KARYAWAN DI YAYASAN NGUDI WALUYO UNGARAN ARTIKEL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KARYAWAN DI YAYASAN NGUDI WALUYO UNGARAN ARTIKEL p OLEH RISKHA SEPTIANINGRUM 030214B026 PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku adalah aktifitas nyata dan bisa dilihat dari setiap orang. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya. Rokok pada dasarnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rokok merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah kesehatan yang banyak dialami oleh masyarakat. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa kebiasaan merokok dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014
ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014 Maria Justitia Parantika, 2014 Pembimbing I : Dr. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok dan Merokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. (Kamus
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA 19-24 TAHUN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran INES APRILIA
Lebih terperinciEfek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012
i Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : Lamhot SF 090100192 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciHUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH
HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH NURLAILA RAMADHAN 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abtract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah rokok merupakan pembicaraan yang selalu berkembang di dunia. Dari tahun ke tahun prevalensi perokok di dunia semakin meningkat. Jumlah perokok saat ini mencapai
Lebih terperinciHUBUNGAN MEROKOK DENGAN INDEKS PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN. ABSTRAK Nur Wulan Agustina*
HUBUNGAN MEROKOK DENGAN INDEKS PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN ABSTRAK Nur Wulan Agustina* Latar Belakang : Remaja memiliki sifat coba-coba dan rasa ingin tahu yang besar akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang
Lebih terperinciABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS
51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG Pencemaran udara saat ini telah mencapai tingkat yang meresahkan. Pencemaran udara diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSENTRASI COHb DALAM DARAH PADA PETUGAS PARKIR MALL DI KOTA SEMARANG
FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSENTRASI COHb DALAM DARAH PADA PETUGAS PARKIR MALL DI KOTA SEMARANG Kanthi Hidayahsti, Mursid Rahardjo, Onny Setiani Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini jumlah perokok terus bertambah, khususnya di negaranegara berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH MENINGKAT KARYAWAN LAKI-LAKI DI NASMOCO SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH MENINGKAT KARYAWAN LAKI-LAKI DI NASMOCO SEMARANG Angela Novalia Tisa K. Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik UNDIP THE RELATION BETWEEN
Lebih terperinciHubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun 2014
1 Hubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun 2014 Oleh: LIA OKTAVIA SARI 110100120 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciSKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA PASIEN DENGAN KEPATUHAN PENGENDALIAN GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS RAKIT 2 BANJARNEGARA TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
Lebih terperinciKata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. tersebut sering terpapar gas karbon monoksida (CO) yang berasal dari gas
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini adalah pedagang kuliner di area kuliner daerah Gladag dimana area kuliner tersebut terletak di sisi jalan Mayor Sunaryo yang ramai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Menurut laporan status global WHO (2016), perilaku merokok telah membunuh sekitar
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo Oleh : SUNANDAR NIM : 13631371 PROGRAM STUDI S I KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
Lebih terperinci* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
Hubungan Antara Lama Paparan dengan Kapasitas Paru Tenaga Kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung Donald J.W.M Kumendong*, Joy A.M Rattu*, Paul A.T Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat polusi udara yang semakin meningkat terutama di kota kota besar sangat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Salah satu penyumbang polusi udara
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Kebiasaan Merokok, Kejadian Penyakit Jantung Koroner Kepustakaan : 38 ( )
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Dwi Puji Handayani*) Auly Tarmali**) Sigit
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, KEBIASAAN MEROKOK, PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS (Studi Di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya) Oleh : UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih terperinciRimba Putra Bintara Kandung E2A307058
Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan (Masker) Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Wanita Bagian Pengampelasan Di Industri Mebel X Wonogiri Rimba Putra Bintara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA STATUS MEROKOK, KEBIASAAN MENGKONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL, DAN RIWAYAT KONTAK KELUARGA DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO Franki M. Kowombon*, Dina V.
Lebih terperinciKuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 A. KARAKTERISTIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MEROKOK 1. Pengertian Merokok adalah suatu bahaya untuk jantung kita. Asap rokok mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam sel darah merah. Merokok dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian
Lebih terperinciHubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
The Relationship Between the Counseling of Smoking Dangers and the Adolescent Knowledge and Attitude Towards the Smoking Dangers in SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014
Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Enderia Sari Prodi D III KebidananSTIKesMuhammadiyah Palembang Email : Enderia_sari@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinci