Kementerian Perdagangan RI Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kementerian Perdagangan RI Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010"

Transkripsi

1 Kementerian Perdagangan RI Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010 Jl. M. I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat Telp: (021) Fax: (021)

2 Diterbitkan Oleh: BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI TAHUN 2011

3 KEMENTERIAN PERDAGANGAN Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat Telp : (021) Fax : (021) http: //

4 KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2010 Laporan Akuntabilitas Kinerja

5 KATA PENGANTAR Jajaran Kementerian Perdagangan RI bertekad mengerahkan segenap upaya dan sumber daya untuk melaksanakan amanat pembangunan di bidang perdagangan. Amanat tersebut diterjemahkan dalam Rencana Strategis dan dilaksanakan dengan tujuan utama mencapai visi Kementerian Perdagangan yaitu Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan. Renstra memiliki sejumlah IKU (Indikator Kinerja Utama) yang relatif lebih komprehensif dan tajam dibandingkan Renstra Akuntabilitas menunjukkan bahwa kinerja perdagangan menunjukkan peningkatan yang menggembirakan pada tahun 2010 ini. Sasaran pembangunan perdagangan tahun 2010 sebagaimana tercantum pada Renstra Kementerian Perdagangan hampir seluruhnya menunjukkan capaian kinerja optimal. Empat belas kelompok sasaran sebagaimana tercantum pada Renstra , dan telah disempurnakan menjadi 15 kelompok sasaran dalam Kontrak Kinerja(penambahan butir sasaran menyangkut urgensi perlindungan konsumen untuk masyarakat luas), telah dapat dicapai target-targetnya hingga akhir tahun Kinerja ekspor Indonesia tumbuh baik disertai membaiknya daya saing produk Indonesia. Posisi Indonesia dalam kancah perdagangan global dan ekonomi dunia juga menunjukkan kinerja yang positif. Saat ini, Indonesia dianggap memegang peranan penting dalam percaturan perdagangan internasional. Sementara di dalam negeri inflasi nasional 2010 relatif berhasil dapat ditekan walaupun sempat bergejolak akibat fluktuasi harga-harga internasional. Tingkat produksi dan harga pasokan bahan pokok relatif stabil, dan program sektor perdagangan umumnya dapat berjalan sesuai arahan rencana strategis. Berbagai pencapaian pembangunan perdagangan pada tahun 2010 perlu dipertahankan dan beberapa capaian kinerja yang belum mencapai target optimal diharapkan dapat diperbaiki di tahun berikutnya. Misalnya dominasi komoditi primer pada ekspor nonmigas perlu dirubah dengan ekspor produk olahan yang memiliki nilai tambah besar. Tentunya dengan kerja keras pemasaran Indonesia Incorporated, dari tingkat lokal hingga ke luar negeri, dari eksportir UKM hingga Atase Perdagangan dan ITPC (Indonesia Trade Promotion Centre). Di dalam negeri, pembenahan masih perlu dilanjutkan terus menerus untuk menekan ekonomi biaya tinggi, untuk mewujudkan sarana dan prasarana distribusi, sistem logistik, menurunkan disparitas harga antar provinsi, serta pemberdayaan pasar tradisional dan pedagang UKM. Akhir kata, diharapkan laporan akuntabilitas kinerja membawa manfaat dalam implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perdagangan, dan pada gilirannya akan mendorong pelaksanaan kebijakan pembangunan perdagangan nasional yang tepat dan berkelanjutan, memantapkan sektor perdagangan sebagai penggerak utama perekonomian demi kesejahteraan masyarakat. Jakarta, Maret a.n. MENTERI PERDAGANGAN R.I. SEKRETARIS JENDERAL ARDIANSYAH PARMAN

6 RINGKASAN EKSEKUTIF Peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun daya saing yang bernilai tambah dan berkelanjutan di pasar lokal dan global. Penilaian capaian kinerja Kementerian Perdagangan tahun 2010 dapat dilihat dari kontribusi sektor perdagangan terhadap ekonomi nasional. Kontribusi tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional. Walaupun pertumbuhan ekonomi global cenderung mengalami penurunan dan berpotensi menciptakan instabilitas perekonomian nasional, namun kinerja sektor perdagangan terhadap perekonomian nasional relatif tetap stabil, bahkan di beberapa domain mengalami perkembangan positif. INDIKATOR Indikator Makro Sektor Perdagangan REALISASI *) PDB Nilai PDB (triliun, harga konstan 2000) 1.750, , , , , ,7 Perdagangan, Hotel, Restoran (triliun, harga konstan 2000) 293,9 311,9 340,4 363,8 367,9 400,6 Peranan Perdagangan, Hotel, Restoran (%) 15,4 14,9 15,0 14,0 13,3 13,7 Peranan Ekspor Barang dan Jasa (%) 33,6 31,0 29,4 29,8 24,2 24,6 Peranan Impor Barang dan Jasa (%) 29,3 25,6 25,4 28,7 21,4 23,0 Pertumbuhan PDB (%) 5,6 5,5 6,3 6,1 4,5 6,1 Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran (%) 8,6 6,1 8,5 7,2 1,1 8,7 Pertumbuhan Ekspor Barang dan Jasa (%) 8,6 9,2 8,0 9,5 (9,7) 14,9 Pertumbuhan Impor Barang dan Jasa (%) 12,4 7,6 8,9 10,0 (15,0) 17,3 Kontribusi Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran (%) n.a 1,0 1,4 1,2 0,2 1,5 PDB per kapita (IDR jt) (harga berlaku) 12,7 15,0 17,5 21,4 23,9 27,0 PDB per kapita (USD) (harga berlaku) 1.320, , , , , ,9 INFLASI Umum 17,1 6,6 6,7 11,1 2,78 6,96 Bahan Makanan 13,9 12,9 11,3 16,4 3,88 15,64 PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR BARANG Pertumbuhan ekspor (%) 19,66 17,67 13,20 20,09 (14,98) 35,38 Pertumbuhan ekspor non migas (%) 18,75 19,81 15,61 17,26 (9,66) 33,02 Pertumbuhan impor (%) 24,02 5,83 21,96 73,48 (25,03) 40,05 Pertumbuhan impor non migas (%) 15,67 4,62 24,79 87,75 (21,06) 39,04 Ekspor (juta USD) Ekspor migas (juta USD) Ekspor nonmigas (juta USD) Impor (juta USD) Impor migas (juta USD) Impor nonmigas (juta USD) Neraca Perdagangan (juta USD) Pertumbuhan neraca perdagangan (%) 11,57 42,11 (0,27) (80,26) 151% 13% CADANGAN DEVISA Cadangan Devisa (USD juta) POPULASI Tenaga Kerja Sektor Perdagangan (juta jiwa) 16,7 17,4 14,7 15,3 15,9 16,4 Pertumbuhan TK Perdagangan n.a 4,19-15,52 4,08 3,92 3,14 Populasi nasional (juta Jiwa) INVESTASI PMDN Perdagangan (Rp Miliar) 85,7 345, ,8 29,2 111,2 PMDN Hotel dan Restoran (Rp Miliar) 28,4 180,2 127,7 238,6 1,7 306,9 PMDN Total (Rp Milliar) , , , , , ,8 PMA Perdagangan (USD juta) 383,6 434,3 482,9 582,2 111,5 461 PMA Hotel dan Restoran (USD juta) 180,3 111,2 136,4 156,9 42, ,7 PMA Total (USD juta) 8.911, , , , , ,5 *) Sumber: BPS, BI, PidPres , Renstra TK Sektor Perdagangan (perkiraan 2010), Data Perkembangan Pananaman Modal (Jan-Sep 2010) Ringkasan pencapaian IKU pembangunan perdagangan tahun 2010 sebagaimana tercantum pada Renstra dan Kontrak Kinerja Kemendag 2010 disampaikan di bawah ini. Adapun uraian pencapaian sasaran (15 sasaran) pembangunan perdagangan dielaborasi lebih jauh pada Bab III. iv RINGKASAN EKSEKUTIF

7 Pencapaian Pembangunan Perdagangan 2010 Sesuai Sasaran No Indikator Sasaran Capaian Target Realisasi Meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas Persentase pertumbuhan ekspor non migas nasional -9,64% 7% 33,02% Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) 48% Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin baik Persentase kontribusi ekspor di luar 10 produk utama 49% Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar negeri Jumlah perizinan online Jumlah hari waktu pelayanan Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global Jumlah komoditi dengan RCA > 1 Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global Skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index (NBI) Meningkatnya kualitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum perdagangan internasional Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional (Agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report) Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan dalam negeri Jumlah perizinan online perdagangan dalam negeri Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian perdagangan dalam negeri 26 ijin 8 hari 47% 47% 53% 52,4% 40 jenis 4 hari 53 jenis 4 hari 589 komoditi 590 komoditi 887 komoditi hari Skor 44 Skor 47,7 140 perundingan 12 jenis 6 hari 140 perundingan 12 jenis 6 hari Meningkatnya output sektor perdagangan Persentase pertumbuhan PDB sektor perdagangan - 3,4% 8,7% Meningkatnya kontribusi PDB Industri Kreatif terhadap PDB nasional Persentase konstribusi industri kreatif pada PDB - 2% 7,3 % Akumulasi jumlah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Jumlah BPSK yang berfungsi 45 BPSK 50 BPSK 50 BPSK Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Jumlah produk ber SNI wajib yang diawasi - 14 produk 22 produk Peningkatan kinerja logistik Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI) dari tahun ,76 0,5 poin 0,49 Stabilitas sejumlah harga bahan pokok yang terkendali Persentase rata-rata penurunan koefisien variasi harga komoditi Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan 2,8% 5% 4,5% luar negeri 1,21 < 1 0,22 Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi Penurunan disparitas harga antar provinsi & nasional 2,9 1,5 1,8 Perdagangan Luar Negeri Perbaikan kinerja perdagangan luar negeri itu menghasilkan neraca perdagangan Indonesia yang surplus terus menerus. Ekspor tumbuh cepat melampaui target, bahkan menorehkan sejarah baru dengan capaian sebesar US$ 15,3 miliar pada bulan Nopember 2010, yang merupakan nilai ekspor bulanan tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia. Rata-rata pertumbuhan ekspor non migas Januari-Desember 2010 sebesar 33,8%, jauh melampaui target Renstra sebesar 7-8,5%. v RINGKASAN EKSEKUTIF

8 Pencapaian ekspor yang relatif membaik juga dicerminkan dengan perbaikan pada kualitas ekspor, diversifikasi produk dan diversifikasi pasar. Daya saing produk-produk di luar 10 produk utama semakin meningkat. Diversifikasi produk di luar 10 utama kembali terjadi di banyak pasar. Pada periode Januari Desember 2010, kinerja impor didominasi kelompok bahan baku dan penolong, diikuti barang modal dan barang konsumsi. Hal ini menggambarkan peningkatan investasi dan produksi nasional yang tinggi. Kinerja Diplomasi Perdagangan Dalam rangka meningkatkan akses pasar produk ekspor Indonesia dilakukan multitrack strategy di forum multilateral, regional, dan bilateral. Indonesia adalah anggota G-20 yang saat ini menjadi salah satu negara dengan kondisi ekonomi yang semakin diperhitungkan dunia pasca krisis finansial. Posisi Indonesia juga semakin mantap di dalam kelompok CIVITS (China, India, Vietnam, Indonesia, Turkey, South Africa). Pada tahun 2010 telah dihasilkan 140 dokumen hasil perundingan yang terdiri dari 123 hasil perundingan di Luar Negeri dan 17 hasil perundingan berupa agreement, kesepakatan kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, dan lainnya dalam memperjuangkan akses pasar. Secara bilateral, kesepakatan penting adalah MoU on Combating Illegal Logging and Associated Trade yaitu perjanjian penanganan pemberantasan illegal logging antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Promosi Perdagangan Dua puluh lima pameran internasional terkemuka telah diikuti oleh Kementerian Perdagangan dengan membawa produk-produk baru. Pameran Internasional yang terbanyak diikuti adalah pameran di kawasan Afrika dan Timur Tengah. Misi dagang 2010 dilakukan ke negara Belgia, Rusia dan Belarus, Kanada, dan India. Kegiatan instore promotion dilaksanakan di Harrods Department Store, London, Inggris selama sebulan penuh dengan tema kegiatan Remarkable Indonesia. Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2010 berhasil mencapai transaksi US$ 369,3 juta. Harga Pangan dan Pengawasan Barang Beredar Target stabilisasi harga pada tahun 2010 adalah rata-rata koefisien variasi harga di dalam negeri berada pada kisaran 5 9%. Koefisien variasi daging ayam merupakan yang tertinggi diantara komoditi yang dilakukan kalkulasi, dengan koefisien variasi 13,2%. Hal tersebut menunjukkan adanya sebaran harga tidak merata selama periode Januari hingga September 2010 dan melampaui target rata-rata koefisien variasi. Dari pantauan Kementerian Perdagangan terhadap sejumlah komoditi pangan pokok hingga September 2010, stabilitas harga komoditi seperti susu kental manis, kedelai dan tepung terigu tetap terjaga. Namun, fluktuasi harga musiman terjadi pada komoditi beras dan daging terutama pada puncak hari raya lebaran. Di akhir September 2010, harga beras dan daging sapi kembali mengalami penurunan. Selanjutnya dalam rangka kelancaran arus barang dan mengurangi disparitas harga, Kementerian Perdagangan secara lintas sektoral mengembangkan sistem logistik nasional, menggabungkan sistem transportasi dan pembangunan daerah yang terintegrasi menjadi sebuah konektivitas nasional dalam jalur distribusi intra pulau, antar pulau, dan jalur perdagangan internasional. Target penurunan disparitas harga antar provinsi yang ingin dicapai adalah penurunan rata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi dibandingkan koefisien variasi harga nasional sejumlah komoditi, pada kisaran 1,5 2,5 di tahun vi RINGKASAN EKSEKUTIF

9 Dari 10 komoditas yang dipantau, komoditas yang disparitas harganya di bawah target minimal (1,5%) ada 4 komoditi yakni: Gula (1,4%), Minyak Goreng (1,3%), Telur Ayam Ras (1,4%) & Daging Ayam Ras (1,3%). Sedangkan komoditas yang disparitas harganya di atas target maksimal (2,5%) ada 2 komoditi yaitu: Tepung Terigu (2,6%) dan Susu Bubuk (3,7%). Sisanya, 4 komoditi disparitas harganya masih berada pada rentang target yakni: Beras (1,6%, Kedelai (1,9%), Jagung Pipilan (1,8%) dan Daging Sapi (1,5%). Kementerian Perdagangan juga bekerjasama dengan pemda telah melakukan revitalisasi terhadap 128 pasar tradisional, baik fisik maupun manajemen. Pada tahun 2010 ini juga, telah membangun gudang sebanyak 11 buah di 11 kabupaten sentra produksi pangan.kementerian Perdagangan juga melaksanakan penguatan kelembagaan perlindungan konsumen dengan membentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat serta peningkatan pengawasan terhadap alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya. Untuk mengamankan pasar produk dalam negeri (trade defense), Kementerian Perdagangan telah mengenakan tindakan anti dumping terhadap 7 produk impor yang melakukan unfair trade pada. Produk yang telah dikenai Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) adalah aluminium mealdish, polyester staple fiber dan H & I section, sedangkan yang masih menunggu Keputusan Menteri Keuangan adalah wheat flour, hot rolled coil dan uncoated writing paper. Selanjutnya pengawasan terhadap barang beredar dan jasa dilakukan terhadap 15 komoditi SNI Wajib dan 5 produk jasa di 15 daerah, distribusi 3 komoditi, yaitu Gula, Bahan Berbahaya (B2) dan Minuman Beralkohol, serta melakukan proses penarikan terhadap komoditi selang gas, lampu hemat energi, dan semen. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif Upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif dilakukan melalui penyederhanaan perijinan impor, peningkatan pelayanan perijinan perdagangan dengan pembentukan Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) dan percepatan waktu penerbitan ijin. Pada tahun 2010 telah dilakukan penyederhanaan jenis perijinan impor dari 78 menjadi 53 jenis sehingga total perijinan perdagangan luar negeri turun dari 108 jenis menjadi 89 jenis.jumlah perijinan perdagangan luar negeri yang dapat diakses melalui UPP (Inatrade) sebanyak 89 perijinan dengan seluruh 53 perijinan impor diantaranya telah online dan rata-rata waktu pelayanan 4 hari, sedangkan perijinan perdagangan dalam negeri telah online sebanyak 12 perijinan dari 21 perijinan dengan rata-rata waktu pelayanan 6 hari. Pengembangan Citra dan Ekonomi Kreatif Pengembangan Citra Indonesia secara luas ditujukan untuk meningkatkan rasa cinta dan bangga sebagai Masyarakat dan Bangsa Indonesia diantara bangsa-bangsa lain di dunia. Citra suatu negara di dunia internasional diukur menurut Nation Branding Index (NBI) yang disusun oleh Anholt. Ranking persepsi estimated Indonesia pada tahun 2010 adalah posisi 38 dimana tercapai perbaikan dari tahun 2009 yang berada di posisi 43, dengan skor 47,7. Dengan skor tersebut maka realisasinya sebesar 108,4 dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan, antara lain: 1. Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI), Wahana Indonesia Is Creative, platform komunikasi digital Ekonomi Kreatif Indonesia. 2. Aktivasi Aku Cinta Indonesia melalui kampanye di berbagai media massa cetak dan elektronika. 3. Partisipasi Indonesia dalam World Expo Shanghai China 2010, sebagai ajang komunikasi produk, budaya dan tujuan wisata Indonesia sekaligus pembangunan nation branding. Paviliun Indonesia juga meraih penghargaan perunggu untuk displai kreatif kategori-a dan menu nasi goreng Indonesia meraih penghargaan kuliner favorit keempat dari 192 negara. vii RINGKASAN EKSEKUTIF

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i RINGKASAN EKSEKUTIF... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan...2 B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan... 5 C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA...11 A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan B. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN A. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan Tahun B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun MISI I: PENINGKATAN KINERJA EKSPOR NONMIGAS BERKUALITAS...26 Sasaran 1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas...27 Sasaran 2 Diversifikasi Pasar Ekspor...44 Sasaran 3 Diversifikasi Produk Ekspor...49 Sasaran 4 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Luar Negeri...54 Sasaran 5 Keunggulan Komparatif Produk Ekspor...66 Sasaran 6 Pencitraan Indonesia (Anholt-Export)...71 Sasaran 7 Peran Indonesia Di Forum Internasional...76 MISI II: PENGUATAN PASAR DALAM NEGERI Sasaran 8 Penyerdehanaan Perizinan Perdagangan Dalam Negeri Sasaran 9 Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan Sasaran 10 Kontribusi Ekonomi Kreatif Sasaran 11 Akumulasi Jumlah BPSK Yang Dibentuk Sasaran 12 Pengawasan Barang Beredar dan Jasa viii DAFTAR ISI

11 MISI III: PENYEDIAAN BAHAN POKOK DAN PENGUATAN JARINGAN DISTRIBUSI NASIONAL Sasaran 13 Peningkatan Kinerja Logistik Sasaran 14 Gejolak Harga Bahan Pokok Dalam Negeri Sasaran 15 Disparitas Harga Antar Provinsi C. Akuntabilitas Keuangan Tahun BAB IV PENUTUP LAMPIRAN Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Baru) Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Lama) Lembar Kontrak Kinerja Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) Daftar Peraturan di Bidang Perdagangan Luar Negeri Waktu Pelayanan Perizinan Online Berdasarkan Permendag Nomor : 40/M-DAG/PER/10/ Rekapitulasi Nilai Penerbitan SKA Tahun ix DAFTAR ISI

12 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1 KETERKAITAN MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN PERDAGANGAN...15 GAMBAR 2 EKSPOR NON MIGAS DARI JAN DESEMBER GAMBAR 3 PERAN TERHADAP TOTAL EKSPOR (PANGSA EKSPOR MIGAS DAN NON MIGAS) TAHUN GAMBAR 4 POSISI EKSPOR INDONESIA DI ASIA ( )...32 GAMBAR 5 KECENDERUNGAN PERTUMBUHAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA TAHUN GAMBAR 6 EKSPORTIR TERDAFTAR (ET) BERDASARKAN JENIS DAN PENGAJUAN...36 GAMBAR 7 KOMPOSISI SURAT PERSETUJUAN EKSPOR BERDASARKAN JENIS KOMODITI...37 GAMBAR 8 PERKEMBANGAN HARGA KARET GAMBAR 9 IMPOR MENURUT PENGGUNAAN BARANG...43 GAMBAR 10 EKSPOR INDONESIA PADA LIMA NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN GAMBAR 11 TREN PASAR EKSPOR BARU INDONESIA...46 GAMBAR 12 NILAI KONTRAK DAGANG ITPC TAHUN (JUTA USD)...48 GAMBAR 13 PERTUMBUHAN EKSPOR NON MIGAS PRODUK UTAMA TAHUN GAMBAR 14 NILAI EKSPOR 10 PRODUK POTENSIAL (US$ JUTA)...52 GAMBAR 15 KOMPOSISI EKSPOR PRODUK UTAMA DAN PRODUK LAINNYA TAHUN GAMBAR 16 TRADE BALANCE GAMBAR 17 KASUS TUDUHAN DUMPING, SUBSIDI DAN SAFEGUARD TERHADAP INDONESIA S.D. DESEMBER GAMBAR 18 JUMLAH IJIN BIDANG PEMBINAAN PASAR DAN DISTRIBUSI S.D. DES GAMBAR 19 JUMLAH IJIN BIDANG PEMBINAAN USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN S.D. DES GAMBAR 20 JUMLAH IJIN BIDANG KEMETROLOGIAN S.D.DES GAMBAR 21 PERKEMBANGAN PENILAIAN KEMUDAHAN DOING BUSINESS DI INDONESIA SELAMA TAHUN GAMBAR 22 KONTRIBUSI SEKTOR PERDAGANGAN TERHADAP PDB GAMBAR 23 SUB SEKTOR DALAM EKONOMI KREATIF GAMBAR 24 TRIPLE HELIX EKONOMI KREATIF GAMBAR 25 PENYELESAIAN KASUS YANG DITANGANI BPSK TAHUN (SEPTEMBER) GAMBAR 26 ILUSTRASI SISTEM RANTAI PASOK KOMODITAS MINYAK GORENG GAMBAR 27 PERKEMBANGAN HARGA KOMODITI TERTENTU JAN-SEPT GAMBAR 28 PERKEMBANGAN HARGA BERAS UMUM DAN TERMURAH GAMBAR 29 PERBANDINGAN HARGA BERAS UMUM DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR ECERAN GAMBAR 30 PERBANDINGAN HARGA GULA DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR TAHUN GAMBAR 31 PERBANDINGAN HARGA MINYAK GORENG KEMASAN DAN CURAH TAHUN GAMBAR 32 PERKEMBANGAN HARGA CPO DAN RBD OLEIN INTERNASIONAL S.D. DESEMBER GAMBAR 33 PERKEMBANGAN HARGA TERIGU DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR TAHUN GAMBAR 34 PERKEMBANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TAHUN x DAFTAR GAMBAR

13 DAFTAR TABEL TABEL 1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN TABEL 2 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 3 KINERJA EKSPOR INDONESIA ( )...29 TABEL 4 PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA MENURUT SEKTOR TAHUN TABEL 5 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 6 PERUBAHAN PASAR TUJUAN EKSPOR...46 TABEL 7 NEGARA TUJUAN EKSPOR BARU TAHUN TABEL 8 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 9 PERTUMBUHAN GDP ASIA...50 TABEL 10 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 11 REALISASI PERIJINAN IMPOR YANG DITERBITKAN MELALUI UPP/INATRADE TAHUN TABEL 12 JUMLAH PERIJINAN DAN WAKTU PENYELESAIAN...59 TABEL 13 TOTAL DATA CEPT FORM D TERKIRIM KE PORTAL NSW MELALUI INATRADE...62 TABEL 14 PERIJINAN YANG DITERBITKAN MELALUI UPP/INATRADE TAHUN TABEL 15 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 16 PERKEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI TABEL 17 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 18 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 19 JUMLAH HASIL KESEPAKATAN KERJASAMA TAHUN TABEL 20 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA HASIL-HASIL PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL TAHUN TABEL 21 PERKEMBANGAN HASIL KESEPAKATAN KERJASAMA TAHUN TABEL 22 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PARTISIPASI PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL TAHUN TABEL 23 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 24 PERKEMBANGAN PELAYANAN/PERIJINAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI TAHUN TABEL 25 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 26 PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA ASEAN (%) TABEL 27 PDB PERDAGANGAN TABEL 28 PERKEMBANGAN PENERBITAN RESI GUDANG DARI TAHUN TABEL 29 PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN RESI GUDANG TAHUN TABEL 30 PEMBIAYAAN SUBSIDI SISTEM RESI GUDANG (S-SRG) TABEL 31 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 32 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN xi DAFTAR TABEL

14 TABEL PRODUK SNI WAJIB YANG DIAWASI TAHUN TABEL 34 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 35 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN INDONESIA TABEL 36 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 37 LOGISTIC PERFORMANCE INDEX INDONESIA TABEL 38 LOGISTIC PERFORMANCE INDEX TABEL 39 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 40 KOEFISIEN VARIASI HARGA BAHAN POKOK DALAM NEGERI (%) TABEL 41 PERKEMBANGAN REALISASI REVITALISASI PASAR TAHUN TABEL 42 RASIO KOEFISIEN VARIASI HARGA KOMODITI DI DALAM DAN LUAR NEGERI JAN-DES TAHUN TABEL 43 ANDIL BEBERAPA KOMODITI TERHADAP INFLASI/DEFLASI NASIONAL TAHUN 2010 (INFLASI JANUARI - DESEMBER 6,96%) TABEL 44 PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA PANGAN POKOK TAHUN TABEL 45 PERKEMBANGAN TREND HARGA PANGAN POKOK TAHUN TABEL 46 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN TABEL 47 TARGET DAN REALISASI KOEFISIEN VARIASI PROVINSI DAN NASIONAL TAHUN TABEL 48 REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENURUT UNIT ORGANISASI ESELON I TAHUN TABEL 49 REALISASI ANGGARAN MENURUT MISI DAN SASARAN STRATEGIS TABEL 50 REALISASI ANGGARAN MENURUT PROGRAM TAHUN xii DAFTAR TABEL

15

16 xiv DAFTAR TABEL LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan

18 A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Kementerian Perdagangan menyelenggarakan urusan pemerintahan negara di bidang perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu Kedua periode yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 84/P Tahun 2009, semakin menegaskan peran Kementerian Perdagangan sebagai salah satu organisasi yang berperan penting dalam pencapaian target-target nasional. Langkah kemajuan yang dicapai sektor perdagangan dalam periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sekaligus mengukuhkan Kementerian Perdagangan sebagai ujung tombak perekonomian nasional, dan sangat mempengaruhi dinamika perekonomian nasional. Kementerian Perdagangan tetap menjalankan fungsinya secara khusus (terpisah dengan sektor industri) mengingat sektor perdagangan memiliki tingkat kompleksitas permasalahan dan tantangan yang tinggi sehingga memang perlu untuk dikelola oleh menteri yang khusus menangani perdagangan. Sektor perdagangan senantiasa dihadapkan pada tantangan perdagangan global dan dalam negeri, dengan tetap memperhatikan tantangan untuk dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Sejalan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 31/M.DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, maka tugas Kementerian Perdagangan adalah membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan negara di bidang perdagangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Perdagangan secara umum menyelenggarakan fungsi menetapkan kebijakan nasional di bidang perdagangan, melaksanakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan, mengawasi pelaksanaannya, melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di daerah, serta mewakili pemerintah dalam berbagai bentuk kerjasama dengan negara dan lembaga internasional. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, maka susunan organisasi Kementerian Perdagangan terdiri atas unsur: 1. Pemimpin, yaitu Menteri; 2. Pembantu Pemimpin, yaitu Sekretariat Jenderal; 3. Pelaksana, yaitu Direktorat Jenderal; 4. Pengawas, yaitu Inspektorat Jenderal; dan 5. Pendukung, yaitu Badan dan/atau Pusat. 2 BAB I PENDAHULUAN

19 Postur strategis perdagangan: Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera Sejalan dengan tugas pokok dan fungsinya, peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun daya saing yang berkelanjutan di pasar lokal dan global. Membangun daya saing yang berkelanjutan diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki serta kemampuan memanfaatkan peluang yang ada. Esensi daya saing yang berkelanjutan terletak pada bagaimana menggerakkan dan mengelola seluruh potensi sumber daya yang dimiliki. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peran serta Kementerian Perdagangan, dalam rangka membangun daya saing tersebut, perlu adanya suatu sistem manajemen yang efektif dan efisien yang berbasis kinerja harus sejalan dan sinergi dengan perkembangan dinamika pembangunan perdagangan. Selanjutnya, sebagaimana tertuang dalam UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional , bahwa tugas utama Kementerian Perdagangan adalah terkait dengan misi mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 1 Dalam UU tersebut, termuat postur strategis Perdagangan nasional yang diharapkan terbangun pada tahun 2025, yaitu: Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Tiga fokus prioritas Peningkatan Ekspor Tugas strategis Kementerian Perdagangan merujuk pada postur strategis perdagangan nasional dalam RPJPN dan telah dijabarkan dalam RPJMN , yaitu meningkatkan ekspor non-migas dan berperan dalam peningkatan daya beli masyarakat. 2 RPJMN menetapkan misi pembangunan nasional yang terkait langsung dengan sektor perdagangan yaitu mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara konsisten akan mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN Arah ini merupakan pedoman dalam menyusun langkahlangkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Mengacu pada tugas strategis tersebut, ada tiga fokus prioritas dalam RPJM dalam upaya peningkatan ekspor, yaitu (i) Fokus Prioritas Peningkatan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor, (ii) Fokus Prioritas Peningkatan Kualitas dan Keberagaman Produk Ekspor, dan (iii) Fokus Prioritas Peningkatan Fasilitasi Ekspor. Tiga fokus prioritas Peningkatan Daya Beli Masyarakat Dalam rangka peningkatan daya beli masyarakat dan terkait dengan bidang perdagangan dalam negeri, ada tiga fokus prioritas, yaitu: (i) Fokus Prioritas Peningkatan Jaringan Distribusi Untuk Menunjang Pengembangan Logistik Nasional, (ii) Fokus Prioritas Penguatan Pasar Domestik dan Efisiensi Pasar Komoditi, dan (iii) Fokus Prioritas Peningkatan Efektivitas Pengawasan dan Iklim Usaha Perdagangan. 1 Lihat UU No. 17 tahun 2007, delapan misi pembangunan nasional. 2 Lihat Lampiran Perpres No. 5 tahun 2010, Buku II Bab 3. 3 BAB I PENDAHULUAN

20 Empat program yang mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi teknis yang diemban Kementerian Perdagangan Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan fungsi teknis pembangunan perdagangan dalam dan luar negeri, Kementerian Perdagangan memiliki program-program penunjang. Program-program ini didesain khusus untuk memperbaiki dan meningkatkan kapasitas kerja seluruh SDM dan elemen organisasi sehingga dapat mendukung pelaksanaan kegiatankegiatan teknis. Program-program tersebut adalah: (1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan, (2) Program peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan; (3) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan, dan (4) Program Penelitian dan Pengembangan. Program-program ini bertujuan untuk menciptakan tata kelola yang baik dan didalam organisasi Kementerian Perdagangan. Selain itu yang sangat berkaitan dengan penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menciptakan arah kebijakan perdagangan dalam dan luar negeri yang inovatif melalui penyediaan hasil kajian penelitian yang mampu menjawab tantangan masa depan. Program pertama dan kedua yang disebutkan di atas dilaksanakan oleh unit organisasi Sekretariat Jenderal. Unit ini bertanggung jawab terhadap seperti penyusunan dan kepatuhan standard operating procedure (SOP) yang prima, redefinisi visi dan misi serta restrukturisasi berkelanjutan terhadap organisasi Kementerian Perdagangan. Lebih lanjut, pelaksanaan rekrutmen pegawai yang transparan, penegakan disiplin dan regulasi, dan penyusunan laporan yang baik juga menjadi bagian tanggung jawab unit ini. Tahun 2010 ini, Sekretariat Jenderal telah menyelesaikan sebanyak SOP dari pekerjaan yang telah dilakukan unit, penyusunan rencana strategi Kementerian Perdagangan , proses rekrumen pegawai CPNS tahun 2010 yang transparan, dan salah satu produk disiplin hukum dan regulasi melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1028/M-DAG/KEP/8/2010 tentang pembentukan organisasi koordinasi, monitoring dan evaluasi percepatan Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Kementerian Perdagangan dalam rangka pengawasan internal. Program ketiga, yakni yang berkaitan dengan pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur pada prinsipnya dikoordinasikan oleh unit Inspektorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Jenderal melakukan investigasi dan evaluasi terhadap anggaran dan kinerja yang dilaksanakan seluruh unit yang berada dalam internal Kementerian Perdagangan. Tahun 2010 ini, nilai strategis yang telah dicapai Inspektorat Jenderal adalah mengantarkan Kementerian Perdagangan memperoleh opini BPK dengan hasil WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dan penilaian oleh Kementerian PAN dan RB terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2009 yang mendapatkan hasil CC. Selaku unit pengawas, untuk tahun 2011, harapannya dapat mempertahankan prestasi yang ada melalui pengawalan dalam penyusunan laporan keuangan dan akuntabilitas dengan melakukan reviu bersama unit-unit secara teratur. 4 BAB I PENDAHULUAN

21 Program keempat berkaitan dengan penelitian dan pengembangan dilaksanakan oleh unit Badan Penelitian dan Pengkajian Kebijakan Perdagangan (BP2KP). Dalam kinerja tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan sangat intensif mengkaji perlindungan konsumen, ekonomi kreatif, dan logistik nasional sebagai bagian pembangunan perdagangan dalam negeri dan pengembangan iklim investasi perdagangan. Di lain sisi, unit ini juga aktif untuk mengkaji pengelolaan impor, kerjasama bilateral, regional, maupun multilateral. Hasil kajian-kajian ini memberikan rekomendasi terhadap Kementerian Perdagangan untuk mengeluarkan kebijakan yang berorientasi pada visi-misi B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan Tujuh pilar Reformasi Birokrasi untuk good governance and clean government Langkah Reformasi Birokrasi secara internal telah dilakukan Kementerian Perdagangan melalui penataan struktur organisasi untuk meningkatkan kinerja Kementerian mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat. Kebijakan ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M.DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja. Reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan, dilakukan melalui perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) serta sistem manajemen pemerintahan sebagai upaya perwujudan tata pemerintahan yang baik dan bersih, terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme/KKN (good governance and clean government). Langkah tersebut dilakukan melalui tujuh pilar untuk meningkatkan kinerja Kementerian Perdagangan, yaitu (i) kepemimpinan, (ii) perencanaan, (iii) organisasi, (iv) manajemen SDM, (v) penganggaran berbasis kinerja, (vi) proses bisnis, dan (vii) pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Unit organisasi baru: 1. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, 2. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, 3. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Kementerian Perdagangan telah melakukan redefinisi visi dan misi (Renstra Perdagangan ) serta penyempurnaan struktur organisasi melalui Penajaman struktur organisasi dan tupoksi dalam rangka mendukung visi dan misi yang baru dengan menyusun organisasi sesuai dengan fungsi yang diemban masing-masing unit. Perubahan struktur organisasi tersebut dilatarbelakangi dengan tanggung jawab Kementerian Perdagangan yang semakin kompleks, baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan ditetapkannya Permendag Nomor 31/M.DAG/PER/7/2010, sebagai langkah Restrukturisasi organisasi yang dilakukan dengan regrouping berdasarkan fungsi yang dijalankan Kementerian Perdagangan sehingga terdesain 1 unit eselon I baru yaitu Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, kemudian disempurnakannya Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) menjadi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, serta penyempurnaan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan menjadi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. 5 BAB I PENDAHULUAN

22 Pembentukan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen merupakan komitmen Kementerian untuk menguatkan peran pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada konsumen sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perubahan nomenklatur BPEN menjadi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional mengintegrasikan setiap jenis pelayanan kedalam satu unit, sehingga memiliki keunggulan dalam spesialisasi pelayanan dan akumulasi keahlian. Perubahan nomenklatur Badan Pengembangan dan Penelitian Perdagangan menjadi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan dalam rangka mewujudkan suatu lembaga analisa kebijakan perdagangan yang lebih fokus dan profesional sehingga memberikan rekomendasi kebijakan yang artikulatif, antisipatif, komprehensif dan tepat waktu serta mampu mendukung perumusan kebijakan perdagangan yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. Harapan penajaman fungsi birokrasi melalui struktur organisasi baru Desain atau struktur organisasi baru Kementerian Perdagangan hasil penajaman fungsi birokrasi sebagaimana dipaparkan di atas, menjadi sebagai berikut: 1. Menteri Perdagangan; 2. Sekretariat Jenderal; 3. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; 4. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen; 5. Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri; 6. Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional; 7. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional; 8. Inspektorat Jenderal; 9. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi; dan 10. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Bagan struktur organisasi Kementerian Perdagangan pasca penataan organisasi, dapat dilihat pada Lampiran 1 C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun 2010 Sektor perdagangan sebagai mesin perekonomian global Dinamika perekonomian dunia dan domestik telah mewarnai perjalanan pembangunan perdagangan nasional sepanjang Kenaikan harga minyak mentah, krisis keuangan global, sampai kepada bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia merubah pola suplai dan harga, serta turut mempengaruhi sektor perdagangan nasional. Isu tersebut bahkan sudah dimulai sejak akhir tahun BAB I PENDAHULUAN

23 Dalam tahun berjalan, ekonomi global kembali pulih yang ditandai dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian dunia, meskipun aktifitas perdagangan dunia masih bergerak perlahan. Pemulihan ekonomi global lebih baik dari perkiraan semula, dimana di banyak negara, the strength of the rebound berlangsung moderat dengan akselerasi pemulihannya berbeda-beda. Growth Domestic Product (GDP) dunia tumbuh positif di tahun 2010, dimana tren kinerja negara berkembang sangat berpengaruh positip. Sektor perdagangan dunia yang menjadi mesin perekonomian global dengan pertumbuhan melebihi pertumbuhan output sempat mengalami penurunan global demand. Negara-negara yang postur ekonominya didominasi oleh kekuatan ekspor terpukul karena pasar di negara-negara tujuan ekspor mengalami kontraksi, penurunan tingkat output, defisit neraca perdagangan, dan transaksi berjalan dan meningkatnya pengangguran. Hal ini berimbas pada lemahnya permintaan. Selain penurunan permintaan ini, negara-negara tujuan ekspor juga memiliki tendensi proteksionis melalui penutupan akses pasar atau pendistorsian kompetisi, sehingga mempersulit akses ke pasar-pasar tujuan ekspor. Pada masa yang akan datang perkembangan ekspor Indonesia harus berbasis pada peningkatan keragaman produk Sementara itu, melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia yang berakibat pada melemahnya permintaan dunia dan aktivitas produksi global memaksa tingkat persaingan produk ekspor di pasar global semakin ketat dan harga komoditas berfluktuasi. Tantangan lain adalah adanya kemungkinan serbuan produk impor dari negara lain, akibat dari menurunnya permintaan produk di beberapa pasar utama ekspor dunia, yang kemudian dialihkan ke pasar Indonesia. Dengan melemahnya permintaan dunia, harga komoditas di pasar internasional pada 2010 tercatat moderat kecuali minyak bumi dan pangan. Pada masa yang akan datang perkembangan ekspor Indonesia harus berbasis pada upaya peningkatan keragaman produk dan penciptaan nilai tambah termasuk peningkatan volume. Namun demikian, secara keseluruhan perekonomian dunia di tahun 2010 tetap lebih baik dari tahun Pada awalnya pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya sebesar 1,9 persen, namun di akhir 2010 tercatat sebesar 3,1 persen. Kinerja perekonomian emerging markets Asia menguat dan terus menguat sehingga menjadi jangkar stabilisasi sekaligus dorongan pemulihan ekonomi bagi negara-negara lain. WTO mencatat pertumbuhan ekspor global 2010 sebesar 1,1 persen, sedangkan IMF secara mengejutkan mencatat angka pertumbuhan ekspor global sebesar 2,47 persen. Peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas Peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, pentingnya peran sektor perdagangan terlihat dari peningkatan kontribusi PDB sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kualitas jasa perdagangan untuk mendukung 7 BAB I PENDAHULUAN

24 sektor industri, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, iklim usaha, infrastruktur terkait ekspor impor seperti Jakarta International Container Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 juta peti kemas twenty-foot equivalent unit per tahun, pembangunan sekaligus revitalisasi dan harmonisasi pasar tradisional-pasar modern, penyediaan kebutuhan pokok, stabilisasi harga, sinergi pengembangan UKM dan petani di bidang perdagangan, dan pengembangan inovasi dagang melalui entrepreneurship kreatif. Tantangan-tantangan baru pembangunan infrastruktur perdagangan Infrastruktur perdagangan masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan (advancement). Namun hal ini tidak hanya terlepas dari peran Kementerian Perdagangan semata. Dukungan dari instansi terkait perlu diakselerasi, diharmonisasi, termasuk, kebijakan di pusat dan di daerah, lintas regional, lintas geografis, terutama di daerah-daerah tertinggal, perbatasan, pulau-pulau terluar, daerah terpencil (remote area). Lambatnya pembangunan infrastruktur perdagangan hampir dapat dipastikan berujung pada rendahnya pelayanan suplai barang dan jasa, menambah cost, dan mencederai kepercayaan publik terhadap pemerintah. Sementara itu, lingkungan eksternal yang berkembang secara cepat dapat berdampak positif dengan terciptanya berbagai peluang pasar, tetapi dapat juga berdampak negatif dengan munculnya berbagai tantangan atau ancaman. Kecenderungan bisnis global menunjukkan beberapa hal seperti keterbukaan perdagangan (trade openness), keterkaitan secara global, kecenderungan proteksionistik, liberalisasi perdagangan melalui blok-blok perdagangan; proses transnasionalisasi (multi national corporations-mncs), perkembangan teknologi informasi yang super cepat diikuti terciptanya gap-gap informasi perdagangan, serta mengedepannya isu lingkungan dan nonperdagangan lainnya. Tetap mewaspadai proteksionisme melalui instrumen non-tariff barrier (NTB) Keterkaitan secara global baik dalam aspek produksi, keuangan, pemasaran, dan aspek lainnya dalam berbisnis secara global saat ini memberikan peluang sekaligus ancaman bagi kelangsungan bisnis dalam negeri. Munculnya proteksionisme melalui instrumen non-tariff barrier (NTB), terutama yang dilakukan oleh negara-negara maju namun diikuti oleh sementara Negara berkembang seperti India dan China, menjadi ancaman bagi Indonesia dalam hal akses pasar produk ekspor ke negaranegara tersebut. Sedangkan liberalisasi perdagangan melalui pembentukan blok perdagangan yang terus berlangsung saat ini akan menciptakan peluang dan sekaligus ancaman riil bagi Indonesia dalam upaya peningkatan perdagangan luar negeri. Di satu sisi liberalisasi perdagangan di dunia meningkatkan peluang pasar ekspor Indonesia, namun di sisi lain juga meningkatkan akses pasar produk impor ke pasaran dalam negeri karena Indonesia membutuhkan barang atau bahan 8 BAB I PENDAHULUAN

25 baku yang tidak diproduksi di dalam negeri. Hal ini harus diamati secara proporsional sehingga tidak merugikan kepentingan Indonesia. Munculnya raksasa ekonomi baru seperti China, di satu sisi merupakan peluang bagi Indonesia untuk memperluas serta menganekaragamkan tujuan ekspor, namun di sisi lain membuka kran impor dalam volume dan pertumbuhan yang sangat berbeda dengan masa lalu sehingga menciptakan defisit. Begitu pula munculnya negara-negara dengan perekonomian yang bertumpu pada ekspor yang berkembang pesat seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand merupakan tekanan terhadap produk domestik, baik di pasar internasional maupun di pasar domestik. Kecenderungan negara-negara dagang meningkatkan hambatan nontarif menuntut aspek kualitas dan standar produk Indonesia, umumnya produk pertanian dan perikanan memperhatikan penjagaan lingkungan dan kesehatan. Sebagai bagian upaya penetrasi ekspor terutama pada pasar nontradisional, peluang masih terbuka peluang pemanfaatan berbagai skema perdagangan seperti imbal dagang atau alternatif perdagangan lainnya, yang perlu lebih dioptimalkan. Sektor penunjang perdagangan seperti perbankan dan asuransi Indonesia diharapkan menyediakan pelayanannya di pasar-pasar berkembang. Efektifitas sistem logistik, sarana prasarana perdagangan, serta kelancaran arus distribusi Di sisi perdagangan dalam negeri, isu terbesar yang dihadapi adalah terkait dengan efektifitas sistem logistik, sarana prasarana perdagangan, serta kelancaran arus distribusi antar wilayah di Indonesia. Disamping itu, penguatan kelembagaan perdagangan dalam negeri untuk upaya perlindungan konsumen, kemetrologian, dan persaingan usaha yang sehat masih perlu optimalisasi. Peran sektor perdagangan bertambah penting dengan ditandai munculnya keunggulan Ekonomi Kreatif sebagai pemicu inovasi perdagangan tanpa batas, kontribusi subsektor perdagangan eceran yang semakin signifikan dalam pembentukan PDB dan penciptaan lapangan kerja secara luas. Koridor-koridor ekonomi di bagian timur pulau Sumatera, bagian utara pulau Jawa, poros Jawa-Bali- Nusa Tenggara, wilayah kepala burung Papua, Sulawesi Utara, dan poros Kalimantan-Sulawesi pada umumnya merupakan tantangan strategis pembangunan perdagangan. Dalam konteks penciptaan lapangan kerja guna mengurangi pengangguran, diharapkan semua sektor atau lapangan usaha termasuk sektor perdagangan mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja, sehingga sasaran yang telah ditetapkan pemerintah untuk menekan angka pengangguran sampai pada kisaran 5-6 persen pada akhir tahun 2014 dapat tercapai (sasaran RPJMN ). Kendala sektor perdagangan dan tangan pelayanan publik Secara umum sektor perdagangan masih menghadapi berbagai kendala, yaitu: tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung oleh dunia usaha yang akhirnya mempengaruhi daya saing produk ekspor, lemahnya sistem 9 BAB I PENDAHULUAN

26 jaringan koneksi dan distribusi nasional yang kurang mendukung peningkatan daya saing ekpor, meningkatnya nilai tukar rupiah riil efektif, penurunan investasi, keterbatasan dan penurunan kualitas infrastruktur serta masih belum memadainya perangkat hukum di sektor perdagangan. Berbagai masalah di atas jelas relatif mempengaruhi kinerja sektor perdagangan. Oleh sebab itu berbagai kendala harus dipecahkan sehingga kinerja sektor perdagangan dapat meningkat. Dari sisi internal kementerian, perbaikan kinerja manajemen Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 mengalami akselerasi melalui reformasi birokrasi. Otomasi perizinan dan optimalisasi pelayanan terhadap dunia usaha menjadi tantangan besar yang harus diwujudkan secara berkelanjutan. Hal ini terkait dengan strategi nasional ke arah efektifitas dan efisiensi bisnis yang diharapkan mampu mengangkat performa perdagangan dan investasi nasional, serta membuka kemakmuran masyarakat. 10 BAB I PENDAHULUAN

27 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan B. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan

28 A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan VISI Perencanaan strategis Kementerian Perdagangan telah menghasilkan renstra yang menjadi pedoman pencapaian kinerja optimal Kementerian Perdagangan selama 5 (lima) tahun ke depan. Perencanaan strategis mencakup Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Strategi, dan Program Utama Kementerian Perdagangan, dengan uraian sebagai berikut: Visi Kementerian Perdagangan adalah: Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan MISI Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut di atas, maka Kementerian Perdagangan menetapkan 3 (tiga) Misi organisasi, yaitu: 1. Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas. 2. Menguatkan pasar dalam negeri. 3. Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional TUJUAN Sebagai penjabaran Visi dan Misi Kementerian Perdagangan, maka tujuan pembangunan perdagangan periode yang ingin dicapai yaitu: 1. Peningkatan akses pasar ekspor dan fasilitasi perdagangan luar negeri untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke negara-negara tertentu dan meningkatkan kelancaran arus barang ekspor dan impor. 2. Perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri yang berorientasi pada pelayanan publik yang optimal. 3. Peningkatan daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk ekspor dan peningkatan citra produk ekspor Indonesia di pasar global. 4. Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia dalam forum multilateral, regional, bilateral yang penuh tantangan dan kompleksitas. 5. Perbaikan iklim usaha perdagangan dalam negeri dengan melakukan reformasi birokrasi dan harmonisasi kebijakan perdagangan dalam negeri di pusat dan di daerah. 6. Peningkatan kinerja sektor perdagangan dan ekonomi kreatif melalui fasilitasi promosi dan penciptaan kebijakan perdagangan. 7. Peningkatan perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam negeri sehingga masyarakat terhindar dari produk-produk yang menyebabkan kerugian, membahayakan kesehatan, keamanan dan keselamatan konsumen serta produsen dalam negeri terhindar 12 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA

PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN dalam ribu rupiah INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA OUTPUT NO PROGRAM SASARAN

PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN dalam ribu rupiah INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA OUTPUT NO PROGRAM SASARAN PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2010 dalam ribu rupiah NO PROGRAM SASARAN 1 Peningkatan Meningkatnya pertumbuhan - Jumlah rekomendasi 1 % pertumbuhan 7% 816.285 Perdagangan Luar Negeri

Lebih terperinci

Kata Pengantar LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN ACCOUNTABILITY. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Kata Pengantar LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN ACCOUNTABILITY. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia LAPORAN Kata Pengantar AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2013 ACCOUNTABILITY PENCAPAIAN PEMBANGUNAN PERDAGANGAN TAHUN 2013 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Kata Pengantar Kata Pengantar

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2014 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2014 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A214 Halaman : 1 9 9.1 9.1.1 372 373 374 375 376 377 378 379 371 3711 3712 3713 3714 3973 5112 9.1.2 3718 9.2 9.2.9 3716 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 383.245.165 216.729.74 1.191.665.246

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Kinerja Perdagangan Luar Negeri 2010

Kinerja Perdagangan Luar Negeri 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 0213860371/Fax: 0213508711 www.kemendag.go.id Briefing Awal Tahun Menteri Perdagangan RI: Menjaga

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2013 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2013 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1 Halaman : 1 090 090.01 090.01.01 3702 3703 3704 3705 3706 3707 3708 3709 3710 3711 3712 3713 3714 3973 090.01.02 3718 090.02 090.02.09 3716 3719 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 251.685.124 226.258.680 1.725.984.194

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015 2014 LAPORAN KINERJA. KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015 Tahun 2014 merupakan tahun penting bagi seluruh instansi pemerintah di Indonesia, tak terkecuali Kementerian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2015 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2015 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A215 Halaman : 1 9 9.1 9.1.1 372 373 374 375 376 377 378 379 371 3711 3712 3713 3714 3725 3973 5112 9.1.2 3718 9.2 9.2.9 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 439.728.89 276.43.977 1.127.398.698

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2016 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2016 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A216 Halaman : 1 9 9.1 9.1.1 372 373 374 375 376 377 378 379 371 3711 3712 3713 3714 3725 3973 5112 9.1.2 3718 9.2 9.2.9 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 474.268.93 28.188.643 1.549.93.158

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), disusun berdasarkan Instruksi Presiden R.I. Nomor 7 Tahun 1999, disajikan dengan menggunakan standar penyusunan laporan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. optimal akan dapat diperbaiki di tahun berikutnya.

KATA PENGANTAR. optimal akan dapat diperbaiki di tahun berikutnya. KATA PENGANTAR Jajaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi bertekat mengerahkan segenap upaya dan sumber daya untuk melaksanakan amanat pembangunan di bidang perindustrian dan perdagangan.

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

terealisasi sebesar Rp atau 97,36%. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut :

terealisasi sebesar Rp atau 97,36%. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : 7. URUSAN PERDAGANGAN Urusan perdagangan merupakan salah satu pembangunan ekonomi yang mempunyai peran strategis, terutama dalam mendukung kelancaran penyaluran arus barang dan jasa, memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki setiap negara dan keterbukaan untuk melakukan hubungan internasional

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

7. URUSAN PERDAGANGAN

7. URUSAN PERDAGANGAN 7. URUSAN PERDAGANGAN Perdagangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi daerah, utamanya dalam mendukung kelancaran penyaluran arus barang dan jasa, memenuhi kebutuhan pokok rakyat, serta

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010 Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010 Teori Thomas Robert Malthus yang terkenal adalah tentang teori kependudukan dimana dikatakan bahwa penduduk cenderung meningkat secara deret

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 Policy Dialogue Series (PDS) OUTLOOK PERDAGANGAN INDONESIA 2016 CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016 BP2KP Kementerian Perdagangan, Kamis INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS AND FINANCE

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA 131 132 STABILISASI HARGA DAN PASOKAN PANGAN POKOK Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Pelayanan Kondisi lingkungan kerja yang diharapkan tentunya dapat memberikan dukungan optimal

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan

Lebih terperinci