ϕ (1.4) MODUL I KARAKTERISTIK BEBAN LISTRIK = (1.2) P S pf = cos (1.3) = (1.5) 1.1 Pendahuluan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ϕ (1.4) MODUL I KARAKTERISTIK BEBAN LISTRIK = (1.2) P S pf = cos (1.3) = (1.5) 1.1 Pendahuluan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 1"

Transkripsi

1

2 MODUL I KARAKTERISTIK BEBAN LISTRIK 1.1 Pendahuluan Terdapat tiga macam sifat-sifat beban listrik yaitu resistif, induktif dan kapasitif. Di dalam rangkaian listrik arus bolak balik, terdapat tiga buah daya listrik yang diserap oleh beban, yaitu daya nyata P, daya reaktif Q, dan daya semu S. Apabila terdapat arus yang mengalir pada beban listrik sebesar I (A) dan besarnya tegangan adalah V (Volt), maka besarnya daya semu S (VA) yang dibutuhkan oleh beban listrik tersebut adalah : S = VI (1.1) Sedangkan daya real P (Watt) yang digunakan, dirumuskan sebagai : Sehingga : P S cosϕ = VI cosϕ = (1.) ϕ = P pf = S cos (1.3) = cos P S 1 ϕ (1.4) Di mana cos ϕ adalah faktor daya (power factor, pf ). Untuk beban yang bersifat induktif, pf lagging di mana arusnya tertinggal dari tegangannya. Dan untuk beban yang bersifat kapasitif, pf leading di mana arusnya mendahului tegangannya. ϕ disebut sudut daya listrik, yang merupakan sudut antara daya aktif dan daya semu juga merupakan sudut antara tegangan dan arus listrik. Dan besarnya daya reaktif Q (KVAR) adalah : Q S sinϕ = VI sinϕ = (1.5) Hubungan daya beban listrik digambarkan sebagai segitiga daya sebagai berikut : S ϕ Q P Gambar 1.1 Segitiga Daya Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 1

3 1. Percobaan 1 Karakteristik Beban Resistif 1..1 Dasar Teori Beban listrik yang bersifat resistif sering dijumpai dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh penggunaan beban listrik yang bersifat resistif adalah lampu pijar (dop). Lampu pijar sebagai beban listrik, akan menyerap arus listrik dan mengubah semua energi listrik yang didapatkannya menjadi energi cahaya dan energi panas semuanya. Contoh lain penggunaan beban listrik ang bersifat resistif adalah pemanas (heater), seterika listrik, kompor listrik, di mana beban listrik tersebut akan mengubah semua energi listrik yang diterimanya menjadi energi panas. Energi cahaya dan energi panas yang dihasilkan oleh beban listrik yang bersifat resistif merupakan energi nyata (real), sehingga beban jenis ini hanya mempunyai daya nyata P. P = VI cosϕ (1.6) Karena hanya mempunyai daya real P, maka : Sehingga, Q = 0 (1.7) S = P (1.8) Karena nilai daya aktif P sama dengan daya semu S, maka faktor daya pf dari beban resistif mempunyai nilai 1, di mana : pf = P ϕ = = 1 S cos (1.9) Dan sudut daya ϕ mempunyai nilai nol, ϕ = 0 S = P Gambar 1. Segitiga Daya Beban Resistif 1... Tujuan Percobaan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik

4 1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban listrik yang bersifat resistif. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh beban resistif terhadap daya listrik 3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh beban resistif terhadap faktor daya listrik 4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami segitiga daya dari beban resistif Peralatan Yang Digunakan 1. Multimeter digital : 1 buah. Clamp Meter : 1 buah 3. Lampu pijar : 6 buah 4. Kotak hubung : secukupnya 5. Kabel penguhubung : secukupnya Gambar Rangkaian Percobaan Sumber Teg. AC Beban lampu pijar input output MULTIMETER DIGITAL Gambar 1.3 Rangkaian percobaan karakteristik beban resistif Langkah Kerja 1. Siapkan semua peralatan yang digunakan. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan 3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 0 V 4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel Tambahkan beban lampu pijar sesuai dengan petunjuk asisten praktikum 6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum Hasil Percobaan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 3

5 Tabel 1.1 Hasil percobaan karakteristik beban resistif V I P No Beban (Volt) (Ampere) (Watt) cos ϕ Perhitungan Daya kompleks S Daya reaktif Q cos ϕ Grafik Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya : P = f (I) ; S = f (I) ; Q = f (I) ; cosϕ = f ( I) Perubahan faktor daya terhadap daya listrik P = f (cosϕ) ; Q = f (cosϕ) ; S = f (cosϕ) Diagram segitiga daya 1.3. Percobaan Karakteristik Beban Induktif Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 4

6 1.3.1 Dasar Teori Beban listrik yang bersifat induktif antara lain adalah transformator, balas dari lampu TL, motor induksi satu fasa maupun tiga fasa yang biasa digunakan untuk menggerakkan kipas angin, pompa air, lift, eskalator, kompresor, konveyor dan lain-lain. Seperti beban listrik yang bersifat resistif yang menghasilkan panas sebagai wujud dari daya nyata (real), beban beban listrik yang bersifat induktif juga menyerap daya reaktif yang bersifat imajiner (tak tampak) yang digunakan untuk menghasilkan medan magnet. Karena selain energi panas yang dihasilkan oleh beban listrik yang bersifat induktif, maka daya kompleks S terdiri dari dua yaitu daya real (aktif) P dan daya reaktif Q, di mana : S = P + jq (1.10) P S cosϕ = VI cosϕ = (1.11) Q S sinϕ = VI sinϕ = (1.1) Beban listrik yang bersifat induktif mempunyai arus listrik yang tertingal dari tegangannya, karena sifat beban induktif yang menyimpan arus listrik, sehingga nilai faktor daya pf dari beban induktif adalah tertinggal atau disebut lagging (lag), di mana : pf = ϕ = P S cos (1.13) Dan sudut daya nya bernilai positif, di mana = cos P S 1 ϕ (1.14) S ϕ Q P Gambar 1.4 Segitiga Daya Beban Induktif Tujuan Percobaan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 5

7 1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban listrik yang bersifat induktif. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban induktif terhadap daya listrik 3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban induktif terhadap faktor daya 4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami segitiga daya untuk beban induktif Peralatan Yang Digunakan 1. Multimeter digital : 1 buah. Clamp meter : 1 buah 3. Lampu TL : 6 buah 4. Kotak hubung : secukupnya 5. Kabel penguhubung : secukupnya Gambar Rangkaian Percobaan Sumber Teg. AC Beban lampu TL input output MULTIMETER DIGITAL Gambar 1.5 Rangkaian percobaan karakteristik beban induktif Langkah Kerja 1. Siapkan semua peralatan yang digunakan. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan 3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 0 V 4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel Tambahkan beban lampu TL sesuai dengan petunjuk asisten praktikum 6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum Hasil Percobaan Tabel 1. Hasil percobaan karakteristik beban induktif Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 6

8 No Beban V (Volt) I (Ampere) P (Watt) cos ϕ Perhitungan Daya kompleks S Daya reaktif Q cos ϕ Grafik Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya : P = f (I) ; S = f (I) ; Q = f (I) ; cosϕ = f ( I) Perubahan faktor daya terhadap daya listrik P = f (cosϕ) ; Q = f (cosϕ) ; S = f (cosϕ) Diagram segitiga daya 1.4. Percobaan 3 Karakteristik Beban Kapasitif Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 7

9 1.4.1 Dasar Teori Beberapa contoh beban listrik yang bersifat kapasitif antara lainkapasitor dan motor sinkron. Fungsi dari kapasitor dan motor sinkron di dalam sistem tenaga listrik adalah sebagai reaktor, penyimpan tegangan, dan untuk perbaikan faktor daya. Seperti beban listrik yang bersifat induktif, beban beban listrik yang bersifat kapasitif juga menyerap daya aktif dan daya reaktif yang bersifat imajiner (tak tampak), di mana daya reaktif ini digunakan untuk menghasilkan medan listrik. Daya kompleks S untuk beban kapasitif terdiri dari dua yaitu daya real (aktif) P dan daya reaktif Q, di mana : S = P jq (1.15) P S cosϕ = VI cosϕ = (1.16) Q S sinϕ = VI sinϕ = (1.17) Beban listrik yang bersifat kapasitif mempunyai tegangan yang tertingal dari arus listrikya, karena sifat beban kapasitif yang menyimpan tegangan, sehingga nilai faktor daya pf dari beban kapasitif adalah mendahului atau disebut leading (lead), di mana : pf = ϕ = P S cos (1.18) Namun sudut daya nya bernilai negatif, di mana = cos P S 1 ϕ (1.19) ϕ P S Q Gambar 1.6 Segitiga Daya Beban Induktif Tujuan Percobaan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 8

10 1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik beban listrik yang bersifat kapasitif. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban kapasitif terhadap daya listrik 3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh beban kapasitif terhadap faktor daya 4. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami segitiga daya untuk beban kapasitif Peralatan Yang Digunakan 1. Multimeter digital : 1 buah. Clamp meter : 1 buah 3. Kapasitor : 6 buah 4. Lampu Pijar : 1 buah 5. Kotak hubung : secukupnya 6. Kabel penguhubung : secukupnya Gambar Rangkaian Percobaan Sumber Teg. AC Beban lampu pijar Beban Kapasitor input output MULTIMETER DIGITAL Gambar 1.7 Rangkaian percobaan karakteristik beban kapasitif Langkah Kerja 1. Siapkan semua peralatan yang digunakan. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan 3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 0 V 4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel Tambahkan beban kapasitor sesuai dengan petunjuk asisten praktikum 6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum Hasil Percobaan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 9

11 Tabel 1.3 Hasil percobaan karakteristik beban kapasitif V I P No Beban cos ϕ (Volt) (Ampere) (Watt) Perhitungan Daya kompleks S Daya reaktif Q cos ϕ Grafik Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya : P = f (I) ; S = f (I) ; Q = f (I) ; cosϕ = f ( I) Perubahan faktor daya terhadap daya listrik P = f (cosϕ) ; Q = f (cosϕ) ; S = f (cosϕ) Diagram segitiga daya 1.5. Percobaan 4 Perbaikan Faktor Daya Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 10

12 Dasar Teori Di dalam metode perbaikan faktor daya, daya nyata (real) atau daya aktif sebelum dan sesudah perbaikan faktor daya mempunyai nilai yang tetap, di mana : P P = P = 1 (1.0) Daya kompleks sebelum dan sesudah perbaikan faktor daya adalah : P P cosϕ cosϕ 1 S 1 = 1 = dan 1 P P cosϕ cosϕ S = = (1.1) Daya reaktif sebelum dan sesudah perbaikan faktor daya adalah : P Q L = S1 sinϕ 1 1 = sinϕ1 P tanϕ1 cosϕ1 = (1.) P Q L S sin = sin = P tan = (1.3) ϕ ϕ ϕ cosϕ Selisih nilai daya reaktif karena perbaikan faktor daya : Q = Q P ( tanϕ tan ) L1 QL = P tanϕ1 P tanϕ = 1 ϕ C (1.4) S 1 Q L1 Q C S Q L ϕ1 ϕ P Gambar 1.8 Perbaikan faktor daya Nilai reaktansi kapasitif XC dari kapasitor yang dipasang adalah : V XC = Q C = P V ( tanϕ tanϕ ) 1 (1.5) Nilai kapasitansi dari kapasitor yang dipasang adalah : C 1 πfxc P ( tanϕ tanϕ ) 1 = = (1.6) πfv Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat memahami cara untuk memperbaiki faktor daya Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 11

13 . Mahasiawa dapat menentukan besarnya nilai kapasitor untuk perbaikan faktor daya Peralatan Yang Digunakan 1. Multimeter digital : 1 buah. Clamp meter : 1 buah 3. Kapasitor : 6 buah 4. Lampu TL : secukupnya 5. Kotak hubung : secukupnya 6. Kabel penguhubung : secukupnya Gambar Rangkaian Percobaan Sumber Teg. AC Beban lampu TL Beban Kapasitor input output MULTIMETER DIGITAL Gambar 1.5 Rangkaian percobaan perbaikan faktor daya Langkah Kerja 1. Siapkan semua peralatan yang digunakan. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan 3. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan AC 0 V 4. Catatalah parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel Tambahkan beban kapasitor sesuai dengan petunjuk asisten praktikum 6. Catat kembali parameter yang ditunjukkan ke dalam tabel Ulangi langkah 5 dan 6 sesuai dengan petunjuk asisten praktikum Hasil Percobaan Tabel 1.4 Hasil percobaan perbaikan faktor daya Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 1

14 No Beban V (Volt) I (Ampere) P (Watt) cos ϕ Perhitungan Daya kompleks S setiap perubahan Daya reaktif Q L dan Q C setiap perubahan cos ϕ setiap perubahan Nilai kapasitansi setiap perubahan Grafik Perubahan arus terhadap daya dan faktor daya : P = f (I) ; S = f (I) ; Q = f (I) ; cosϕ = f ( I) Perubahan faktor daya terhadap daya listrik P = f (cosϕ) ; Q = f (cosϕ) ; S = f (cosϕ) Diagram segitiga daya MODUL II ILLUMINASI Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 13

15 .1. Pendahuluan Illuminasi atau penerangan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengenali suatu objek secara visual. Organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan, yaitu mata, syaraf dan pusat syaraf penglihatan di otak. Pada banyak industri, penerangan mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk. Kuat penerangan baik yang tinggi, rendah, maupun yang menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun ketegangan syaraf. Untuk memperoleh kualitas penerangan yang optimal IES (Illumination EngineeringSociety) menetapkan standar kuat penerangan untuk ruangan. Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu sumber cahaya memancarkan energi. Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang elektromanetik. Jadi cahaya merupakan suatu gejala getaran. Gejala-gejala geteran sejenis dengan cahaya adalah gelombang-gelombang panas, radio, televisi, radar dan sebagainya. Gelombang-gelombang tersebut hanya berbeda frekuensinya saja. Silau disebabkan cahaya berlebihan yang langsung dari sumber cahaya atau hasil pantulan ke arah mata pengamat. Silau berpengaruh terhadap mata, yaitu ketidakmampuan mata merespon cahaya dengan baik, atau menyebabkan perasaan tidak nyaman, karena manik mata harus memicing disebabkan kontras yang berlebihan. IES mendefinisikan cahaya sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata. Hubungan kecepatan cahaya ( v ) dalam km/dt, dengan panjang gelombang ( λ ) dalam m dan frekuensi dalam Hz adalah : v = f λ (.1 ) Kecepatan rambat v gelombang-gelombang elektromagentik di ruang bebas sama dengan km per detik. Untuk lebih memahami tentang teknik illuminasi (penerangan), diperlukan suatu pengertian dan pemahaman terlebih dahulu mengenai definisi-definisi yang relevan tentang sudut ruang (ω ), energi cahaya ( ~ Q ), arus cahaya ( Φ ), intensitas cahaya ( I ), intensitas (kuat) penerangan ( E ), luminansi ( L ), dan beberapa faktor penerangan lainnya. Besaran penerangan yang sering dikacaukan pemahamannya adalah illuminasi (kuat penerangan) dan luminansi. Walaupun satuannya sama yang membedakan keduanya adalah kuat penerangan sebagai besaran penerangan yang dihasilkan oleh sumber penerangan, sedangkan luminansi merupakan kuat penerangan yang sudah dipengaruhi oleh faktor lain... Percobaan 1 Arus Cahaya Pada Lampu Penerangan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 14

16 ..1. Dasar Teori Arus cahaya adalah aliran rata rata energi cahaya yang dipancarkan oleh sebuah lampu penerangan. Arus cahaya disebut juga fluks cahaya. Arus cahaya didefinisikan sebagai jumlah total cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya setiap detiknya. Besarnya arus cahaya dinyatakan dengan satuan lumen (lm), di mana : Q Φ = (.) t Dengan Φ : Arus cahaya (lumen,lm) Q : Energi cahaya (lm.detik) t : Detik Setiap lampu penerangan mempunyai nilai efikesi, yaitu besarnya arus cahaya yang dihasilkan oleh sebuah lampu penerangan dalam setiap watt nya, di mana : efikesi Φ P = (.3) Dengan efikesi : (lumen/watt) Φ : Arus cahaya (lm) P : watt Energi cahaya disebut juga kuantitas cahaya Q merupakan produk radiasi visual pada rentang waktu tertentu, dinyatakan dengan : Q = Φ. t. dt (.4)... Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh perubahan tegangan terhadap arus cahaya pada sebuah lampu penerangan. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh perubahan arus listrik terhadap arus cahaya pada sebuah lampu penerangan 3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengaruh daya listrik terhadap arus cahaya pada lampu penerangan..3. Peralatan Yang Digunakan 1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo). Lampu Pijar 3. Kabel Penguhubung 4. Multimeter Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 15

17 ..4. Gambar Rangkaian Percobaan Sumber Teg. AC Variabel Beban lampu pijar input output MULTIMETER DIGITAL Gambar.1 Rangkaian percobaan arus cahaya pada lampu penerangan..5. Hasil Percobaan Tabel.1 Hasil percobaan arus cahaya pada lampu penerangan No V (Volt) I (Ampere) P (Watt) 1 Ket. : Efikesi lampu = lm/watt Perhitungan Arus cahaya Φ..7. Grafik Φ = f (V ) ; Φ = f (I) ; Φ = f (P).3. Percobaan Intensitas Cahaya.3.1. Dasar Teori Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 16

18 Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya. Sebuah sumber cahaya akan memancarkan energi cahaya ke semua arah. Tetapi energi radiasinya tidak merata. Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu arah tertentu disebut Intensitas Cahaya. Intensitas cahaya diukur dalam satuan candela (cd). Istilah candela berasal dari kata candle yang berarti lilin, yang merupakan satuan tertua pada teknik penerangan, dan diukur berdasarkan intensitas cahaya standar. Foto meter standar primer merupakan black body radiasi yang intinya terbuat dari platina dan thorium osida, dan intensitas cahaya diukur pada temperatur platina (04 K). Apabila sebuah sumber cahaya ditempatkan di titik pusat dalam ruangan berbentuk bola yang mempunyai jari-jari 1 meter, maka sumber cahaya tersebut akan memancarkan 1 candela (cd) ke setiap arah. Sehingga permukaan bola akan mendapatkan penerangan yang merata. Intensitas cahaya didefinisikan sebagai fluks cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu, di mana : Dengan ~ Φ = ω I (.5) ~ I : Intensitas cahaya (cd) Φ : Fluks cahaya (lm) ω : sudut ruang (steradian,sr) Sumber cahaya berbentuk titik yang ditempatkan dalam bola, dilingkupi oleh 4π steradian, sehingga sumber tersebut memancarkan fluks cahaya sebesar : ~ ~ = ω I = 4π I Φ (.6).3.. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang intensitas cahaya pada sebuah lampu penerangan. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami hubungan antara intensitas cahaya dan arus cahaya pada lampu penerangan.3.3. Peralatan Yang Digunakan 1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo). Lampu Pijar 3. Kabel Penguhubung 4. Lux Meter 5. Multimeter Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 17

19 .3.4. Gambar Rangkaian Percobaan Sumber Teg. AC Variabel Beban lampu pijar Luxmeter h input output MULTIMETER DIGITAL Gambar. Rangkaian percobaan Intensitas cahaya pada lampu penerangan.3.5. Hasil Percobaan Tabel. Hasil percobaan Intensitas cahaya No 1 V (Volt) P (watt) ~ I (cd) Ket. : Jarak pengukuran = 1 m Efikesi lampu = lm/watt Perhitungan Arus cahaya Φ Hitung efikesi lampu sesungguhnya.3.7. Grafik ~ ~ I = ; I ~ ( ) I = f ( V ) ; f ( P) = f Φ.4. Percobaan 3 Intensitas Penerangan.4.1. Dasar Teori Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 18

20 Intensitas (kuat) penerangan atau illuminasi adalah pernyataan kuantitatif arus (fluks) cahaya yang jatuh pada permukaan suatu bidang. Intensitas penerangan dilambangkan dengan E, dan di ukur dengan satuan lux (lx), di mana : E Φ A Dengan E : Intensitas penerangan (lx) Φ : Fluks cahaya (lm) A : luas permukaan bidang (m ) = (.7) Apabila sumber cahaya berbentuk titik yang ditempatkan dalam ruangan berbentuk bola, maka luas permukaan bola adalah 4π r = ωr ( r = jari-jari bola). Karena penyebaran cahaya meruang seluas permukaan bola, maka persamaan.7. menjadi : E = (.8) Φ ω r Dengan memasukkan persamaan.6. ke dalam persamaan.8, maka intensitas penerangan menjadi : ~ ω I E = ω r = ~ I r (.9) Dengan menganggap sumber penerangan sebagai titik yang jaraknya h meter dari bidang penerangan, sehingga jarak h tegak lurus dengan titik penerangan, di mana h sama jari-jari r, maka : E ~ I h = (.10).4.. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang intensitas penerangan atau illuminasi. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang jarak penerangan terhadaap illuminasi.4.3. Peralatan Yang Digunakan 1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo). Lampu Pijar 3. Kabel Penguhubung 4. Lux Meter 5. Multimeter Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 19

21 .4.4. Gambar Rangkaian Percobaan Sumber Teg. AC Variabel Beban lampu pijar Luxmeter h input output MULTIMETER DIGITAL Gambar. Rangkaian percobaan Intensitas cahaya pada lampu penerangan.4.5. Hasil Percobaan Tabel.3 Hasil percobaan Intensitas cahaya No 1 h (m) E (lux) ~ I (cd) Ket. : Tegangan lampu = volt Efikesi lampu = lm/watt Perhitungan Intensitas cahaya Arus cahaya Φ ~ I.4.7. Grafik ~ I = ; ( h) E = f (h) ; f ( h) Φ = f.5. Percobaan 4 Sudut Penerangan.5.1. Dasar Teori Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 0

22 Apabila h adalah jarak tegak lurus sumber penerangan (titik X) dengan bidang penerangan di titik P, r adalah jarak antara sumber penerangan dengan titik Q, di mana keduanya membentuk sudut α, dan l adalah jarak antara P dan Q, seperti pada gambar berikut ini : h X α r Kuat penerangan di titik P adalah : E P ~ I h = (.11) Kuat penerangan di titik Q adalah : ~ I E Q = = r h + ~ I l (.1) P l Q Gambar.4. Sudut penerangan Bila h r = (.13) cosα Dapat di formulasikan kuat penerangan sepanjang bidang P Q adalah : ~ I E = cos α (.14) h.5.. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang perubahan sudut penerangan terhadap intensitas cahaya. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang perubahan sudut penerangan terhadap kuat penerangan.5.3. Peralatan Yang Digunakan 1. Sumber tegangan AC variabel (autotrafo). Lampu Pijar 3. Kabel Penguhubung 4. Lux Meter 5. Multimeter Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 1

23 .5.4. Gambar Rangkaian Percobaan Sumber Teg. AC Beban lampu pijar h α l Luxmeter input output MULTIMETER DIGITAL Gambar.5 Rangkaian percobaan Intensitas cahaya pada lampu penerangan.5.5. Hasil Percobaan Tabel.4 Hasil percobaan Intensitas cahaya No 1 l (m) r (m) α E (lux) ~ I (lm) Ket. : Tegangan lampu = volt Efikesi lampu = lm/watt Tinggi h = m Perhitungan Intensitas cahaya Arus cahaya Φ ~ I.4.7. Grafik E = f (α ) ; f ( α ) ~ I = ; Φ = f ( α ) MODUL III INSTALASI PENERANGAN 3.1. Pendahuluan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik

24 Untuk pemasangan suatu instalasi listrik, harus terlebih dahulu dibuat gambargambar perencanannya berdasarkan daerah bangunan, di mana instalasinya akan dipasang. Gambar-gambar rencana tersebut harus jelas, artinya dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Gambar-gambar rencana instalasi tersebut antara lain yaitu : 1. Gambar situasi, yaitu gambar untuk menyatakan letak bangunan, di mana instalasinya akan dipasang, serta rencana penyambungan dengan jaringan PLN.. Gambar instalasi, yaitu gambar yang menerangkan tentang penempatan semua peralatan yang akan dipasang dan sarana pelayanannya, rencana penyambungan antara peralatan listrik dengan sarana pelayanannya, dan data teknis yang penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang. 3. Diagram garis tunggal (single line diagram), adalah diagram yang menerangkan hubungan antara peralatan listrik dengan sarana pelayanannya yang digambarkan dengan satu garis. 4. Diagram garis banyak (multi line diagram), adalah diagram yang menerangkan hubungan antara peralatan listrik dengan sarana pelayanannya yang digambarkan dengan lebih dari satu garis. Selain itu, dalam pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan standarisasi dan peraturan-peraturan yang berlaku. Tujuan dari standarisasi adalah untuk mencapai keseragaman mengenai ukuran, bentuk mutu barang, cara menggambar dan cara kerja. Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya jumlah dan jenis barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi suatu keharusan. Beberapa organisasi standarisasi internatsional antara lain International Electrotechnical Commission (IEC), International Organization for Standardization (ISO), International Electrical Electronic Engineering (IEEE). Di Indonesia terdapat suatu standarisasi untuk produk industri yaitu Standar Industri Indonesia (SII). Untuk bidang teknik listrik arus kuat, terdapat peraturan dan standarisasi yang dibuat oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yaitu Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). Peralatan yang digunakan dalam instalasi listrik banyak sekali macamnya. Penggunaan peralatan instalasi tersebut tergantung dari kebutuhan dan pelayanan yang diminta dari seorang pelanggan, serta tergantung dari sifat ruangan dan keadaan lingkungan, di mana instalasinya akan dipasang. Beberapa jenis peralatan instalasi listrik yang digunakan antara lain : 1. Perlengkapan hubung bagi, adalah suatu perlengkapan untuk mengontrol dan membagi tenaga listrik dan melindungi rangkaian serta pemanfaatan rangkaian.. KWH meter, adalah peralatan listrik yang digunakan untuk mengukur energi listrik yang digunakan pada suatu instalasi listrik. 3. Saklar, adalah peralatan listrik yang digunakan untk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik. Saklar banyak sekali macamnya tergantung dari penggunaan dan kebutuhannya. 4. Kontak tusuk (stop kontak), adalah peralatan listrik yang digunakan untuk menghubungkan alat pemakai listrik yang dapat dipindah-pindahkan dengan saluran yang dipasang tetap atau tidak tetap. Kontak tusuk harus Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 3

25 dibuat dari bahan yang tidak terbakar dan tahan lembab, dan harus cukup kuat. 5. Kabel, adalah penghantar listrik yang digunakan untuk menghubungkan peralatan listrik yang satu dengan yang lain. Kabel listrik banyak macamnya sesuai dengan bahan penyusun isolasi dan bahan hantarannya. Untuk instalasi tiga fasa, terdapat standarisasi pewarnaan kabel yang digunakan : Fasa 1 ( R ) : merah Fasa ( S ) : kuning Fasa 3 ( T ) : hitam Netral : biru Pentanahan : hijau kuning 6. Lampu pijar, merupakan sumber penerangan yang di dalamnya berupa hampa udara ataupun gas 7. Lampu TL (neon), sumber penerangan di mana cahaya diperoleh karena ionisasi 8. Kotak hubung, adalah peralatan listrik yang digunakan sebagai terminal bantu untuk penyambungan rangkaian instalasi listrik. Di dalam instalasi listrik, penyambungan kabel hanya boleh dilakukan di dalam kotak hubung, di mana sambungannya harus baik dan kuat. 3.. Percobaan 1 Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tunggal, Lampu Pijar Dan Stop Kontak Tujuan Percobaan Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan satu lampu yang dilayani dengan satu saklar tunggal Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 4

26 3... Peralatan Yang Digunakan 5. Saklar Tunggal 6. Lampu Pijar 7. Stop Kontak 8. Kotak Hubung 9. Kabel Penguhubung 10. Multimeter Gambar Rangkaian Percobaan Suplai S 1 L 1 STK 1 Gambar 3.1 Single line diagram percobaan 3.1 L N Pe Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung S 1 L 1 STK 1 Gambar 3. Multi line diagram percobaan Hasil Percobaan Tabel 3.1 Hasil Percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tunggal, Lampu Pijar Dan Stop Kontak No Posisi Saklar Tegangan ( V ) Arus ( A ) Daya ( Watt ) S1 L1 STK1 L1 STK1 L1 STK1 Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 5

27 1 Off On 3..5 Perhitungan Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem 3.3. Percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Seri, Dua Buah Lampu Pijar Dan Stop Kontak Tujuan Percobaan Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan dua lampu yang dilayani dengan satu saklar seri Peralatan Yang Digunakan 1. Saklar Seri. Lampu Pijar Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 6

28 3. Stop Kontak 4. Kotak Hubung 5. Kabel Penguhubung 6. Multimeter Gambar Rangkaian Percobaan Suplai S 1 L 1 L STK 1 Gambar 3.3 Single line diagram percobaan 3. L N Pe Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung S 1 L 1 L STK 1 Gambar 3.4 Multi line diagram percobaan Hasil Percobaan Tabel 3. Hasil percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Seri, Dua Buah Lampu Pijar Dan Stop Kontak No Posisi Saklar Tegangan ( V ) Arus ( A ) Daya ( Watt ) S1-1 S1- L1 L STK1 L1 L STK1 L1 L STK1 1 Off Off Off On Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 7

29 3 On Off 4 On On Perhitungan Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem 3.4. Percobaan 3 Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tukar, Dan Lampu TL Tujuan Percobaan Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan dua lampu yang dilayani dengan dua saklar tukar Peralatan Yang Digunakan 1. Saklar Tukar. Lampu TL 3. Kotak Hubung 4. Kabel Penguhubung 5. Multimeter Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 8

30 Gambar Rangkaian Percobaan Suplai S 1 S L 1 L Gambar 3.5 Single line diagram percobaan 3.3 L N Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung S 1 S 1 L 1 L Gambar 3.6 Multi line diagram percobaan Hasil Percobaan Tabel 3.3 Hasil percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Menggunakan Saklar Tukar, Dan Lampu TL No Posisi Saklar Tegangan ( V ) Arus ( A ) Daya ( Watt ) S1 S L1 L L1 L L1 L 1 Off Off Off On 3 On Off 4 On On Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 9

31 Perhitungan Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem 3.5. Percobaan 4 Instalasi Penerangan Satu Fasa Sistem Seri - Paralel Tujuan Percobaan Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan menggunakan system seri - paralel Peralatan Yang Digunakan 1. Saklar Tunggal. Lampu Pijar 3. Kotak Hubung 4. Kabel Penguhubung 5. Multimeter Gambar Rangkaian Percobaan Suplai Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 30 S 1 S S 3 L 1 L L 3

32 Gambar 3.7 Single line diagram percobaan 3.4 L N Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung Kotak Hubung S 1 S S 3 L 1 L L 3 Gambar 3.8 Multi line diagram percobaan Hasil Percobaan Tabel 3.4 Hasil percobaan Instalasi Penerangan Satu Fasa Sistem Seri - Paralel No Posisi Saklar Tegangan ( V ) Arus ( A ) Daya ( Watt ) S1 S S3 L1 L L3 L1 L L3 L1 L L3 1 Off Off Off Off Off On 3 Off On Off 4 Off On On 5 On Off Off 6 On Off On Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 31

33 7 On On Off 8 On On On Perhitungan Daya S (VA) untuk setiap beban dan sistem, baik saat sistem seri maupun sistem paralel Cos ϕ untuk setiap beban dan sistem, baik saat sistem seri maupun sistem paralel 3.6. Percobaan 5 Instalasi Penerangan Satu Fasa Lengkap menggunakan Peralatan Hubung Bagi Dan KWH Meter Tujuan Percobaan Untuk memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi penerangan sederhana yang menggunakan peralatan hubung bagi dan kwh meter Peralatan Yang Digunakan 6. Saklar Tunggal 7. Lampu Pijar 8. Stop Kontak 9. Kotak Hubung 10. Kabel Penguhubung 11. Multimeter Gambar Rangkaian Percobaan Hubung bagi Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 3 S 1 Group 3 S 5 L 3 L 4 STK 3

34 Gambar 3.9 Single line diagram percobaan Hasil Perocobaan Tabel 3.5 Hasil percobaan 3.5 group 1 No Posisi Saklar Tegangan ( V ) Arus ( A ) 1 Off On Daya ( Watt ) S L1 STK1 L1 STK1 L1 STK1 Tabel 3.6 Hasil percobaan 3.5 group Tegangan No Posisi Saklar ( V ) Arus ( A ) Daya ( Watt ) S S3 L L L 1 Off Off Off On 3 On Off Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 33

35 4 On On Tabel 3.7 Hasil percobaan 3.5 group 3 Tegangan No Posisi Saklar ( V ) Arus ( A ) Daya ( Watt ) S4-1 S4- L3 L4 STK L L3 STK L3 L4 STK 1 Off Off Off On 3 On Off 4 On On Perhitungan Daya S (VA) untuk setiap beban, setiap group, dan sistem Cos ϕ untuk setiap beban, setiap group dan sistem MODUL IV INSTALASI TENAGA 4.1. Pendahuluan Dalam dunia industri, motor-motor listrik sering digunakan untuk membantu dan menjalankan proses produksi. Penggunaan motor listrik di dunia industri antara lain, untuk konveyor, sebagai penggerak pompa, kompressor, mixer, dan lain sebagainya. Motor listrik yang sering digunakan pada industri adalah motor induksi tiga fasa, dengan alasan karena harganya murah, perawatannya mudah, dan handal. Terdapat tiga macam cara pengasutan motor induksi tiga fasa secara konvensional, yaitu : 1. DOL (Direct On Line), adalah cara pengasutan yang menghubungkan secara langsung sumber tenaga dengan terminal belitan motor. Star-Delta, adalah cara pengasutan yang menggunakan hubungan bintang pada saatmotor start dan setelah motor berputar pada kecepatan nominalnya, hubungan belitan diubah menjadi delta 3. Autotransformator, adalah cara pengasutan di mana arus listrik yang masuk ke terminal stator diatur dengan autotransformator Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 34

36 Di dalam perencanaan instalasi tenaga motor motor listrik, terdapat beberapa gambar / diagram, yang digunakan untuk mengetahui hubungan komponenkomponennya, yaitu : 1. Diagram rangkaian tenaga (utama), adalah diagram yang menggambarkan hubungan rangkaian dari sumber listrik sampai ke terminal motor listrik. Diagram rangkaian kontrol, adalah diagram yang menggambarkan hubungan komponen-komponen yang mengatur cara kerja motor listrik tersebut Komponen-komponen yang dipergunakan di dalam instalasi tenaga motor listrik antara lain : 1. MCB, adalah pengaman yang digunakan untuk memutuskan rangkaian dan dilengkapi dengan pengaman termis untuk beban lebih dan rele untuk arus lebih atau hubung singkat. Pemilihan besarnya kapasitas MCB yang dipasang tergantung dari besarnya daya motor yang dilayani dan cara pengasutannya. Nilai nominal setelan tertinggi MCB sebagai pengaman rangkaian hubung singkat untuk pemutus tebaga adalah : Motor induksi dengan pengasutan star-delat, DOL, atau tahanan luar adalah,5xin Motor induksi dengan pengasutan autotrafo dan motor sinkron adalah xin Motor rotor lilit dan arus searah adalah 1,5xIn. TOLR, Thermal Over Load Relay adalah suatu peralatan pengaman yang berfungsi untuk mengamankan dan mendeteksi adanya arus lebih,mengisolir dan hanya memutuskan pada bagian yang berbeban saja. Jenis pengaman ini menggunakan prinsip bimetel, dimana panas yang terjadi akibat beban lebih pada bimetal diubah menjadi emergi mekanik. Kerja bimetal ini diatur sesuai dengan arus nominal pada beban 3. Tombol tekan, adalah peralatan listrik yang berfungsi sebagai saklar, tetapi alat ini bekerja hanya sesaat saja, yaitu pada saat ditekan. Dan apabila tobol tersebut dilepaskan, maka rangkaian akan kembali seperti semula. Tombol tekan ada dua jenis, yaitu : Tombol tekan NO, Normally Open adalah tombol tekan dalam keadaan normal terbuka Tombol tekan NC, Normally Close adalah tombol tekan dalam keadaan normal tertutup 4. Kontaktor, adalah suatu alat yang menghubungkan dan memutuskan rangkaian tenaga listrik. Alat ini bekerja berdasarkan gaya elektromagnetik yang dihasilkan oleh kumparan magnetic. Kontaktor magnet terdiri dari beberapa bagian, antara lain : Kontak utama, terdiri dari tiga buah kontak NO yang berfungsi sebagai saklar tenaga dan mempunyai kemampuan menghantarkan arus listrik yang lebih besar Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 35

37 Kontak Bantu, terdiri dari beberapa kontak NO dan NC yang berfungsi untuk mengatur kerja kontak utama, mengatur rangkaian lain atu sebagai pengunci Coil (kumparan), bekerja sebagai magnet apabila terdapat arus listrik yang mengalirinya. Gaya magnet akan menarik logam yang dihubungkan dengan tuas untuk menggerakkan kontak-kontaknya. 4.. PERCOBAAN 1 Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengasutan Direct On Line Hubung Bintang Tujuan Percobaan Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi motor induksi tiga fasa yang diasut secara DOL 4... Peralatan Yang Digunakan 11. MCB 1. Tombol tekan NO 13. Tombol tekan NC 14. Kontaktor magnetik 15. TOLR 16. Motor induksi tiga fasa 17. Kabel penghubung 18. Multimeter Gambar Rangkaian Percobaan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 36

38 L1 L L3 L1 F Q S1 K A1 4 6 A S K TOLR A1 K1 M 3 N A Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol Gambar 4.1 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.1 SUMBER LISTRIK L1 L L3 N R M C B S T N S S1 KONTAKTOR MAGNETIK A A T O L R U V W Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 37 M 3

39 Gambar 4. Diagram pengawatan percobaan Hasil Percobaan Tabel 4.1 Hasil percobaan Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengasutan Direct On Line Hubung Bintang Tegangan Motor Arus Motor No S1 S Keterangan V an V bn V cn I an I bn I cn 1 - On On PERCOBAAN Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengoperasian Dari Dua Tempat Tujuan Percobaan Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi motor induksi tiga fasa yang dioperasikan dari dua tempat Peralatan Yang Digunakan 1. MCB. Tombol tekan NO 3. Tombol tekan NC 4. Kontaktor magnetik 5. TOLR 6. Motor induksi tiga fasa 7. Kabel penghubung 8. Multimeter Gambar Rangkaian Percobaan L1 L L3 L1 Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 38 F Q

40 Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol Gambar 4.3 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4. SUMBER LISTRIK S3 S1 L1 L L3 N R M C B S T N S4 S KONTAKTOR MAGNETIK A A T O L R U V W M 3 Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 39

41 Gambar 4.4 Diagram pengawatan percobaan Hasil Percobaan Tabel 4. Hasil percobaan Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Pengoperasian Dari Dua Tempat No S1 S S3 S4 Tegangan Motor Arus Motor V an V bn V cn I an I bn I cn Keterangan on - on on 4 - On on On On 8 on PERCOBAAN 3 Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Membalik Arah Putaran Tujuan Percobaan : Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi motor induksi tiga fasa dengan membali arah putaran motor Peralatan Yang Digunakan : 1. MCB. Tombol tekan NO 3. Tombol tekan NC 4. Kontaktor magnetik 5. TOLR 6. Motor induksi tiga fasa 7. Kabel penghubung 8. Multimeter Gambar Rangkaian Percobaan : L1 L L3 L1 F Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 40 Q1 S

42 Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol Gambar 4.5 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.3 SUMBER LISTRIK L1 L L3 N S1 R M C B S T N S3 S KONTAKTOR MAGNETIK 1 KONTAKTOR MAGNETIK A A A A T O L R U V W M 3 Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 41

43 Gambar 4.4 Diagram pengawatan percobaan Hasil Percobaan Tabel 4.3 Hasil percobaan Instalasi Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Membalik Arah Putaran No S1 S S3 Tegangan Motor Arus Motor V an V bn V cn I an I bn I cn Keterangan 1 - on - on on 4 on on on 7 on PERCOBAAN 4 Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang Dioperasikan Secara Mandiri Tujuan Percobaan : Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi dua buah motor induksi tiga fasa yang dioperasikan secara mandiri Peralatan Yang Digunakan : 1. MCB. Tombol tekan NO 3. Tombol tekan NC 4. Kontaktor magnetik 5. TOLR 6. Motor induksi tiga fasa 7. Kabel penghubung 8. Multimeter Gambar Rangkaian Percobaan : L1 L L3 L1 F Q1 Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik S1 S3 4 K K S3 K S4 K 13 14

44 Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol Gambar 4.7 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.4 SUMBER LISTRIK L1 L L3 N S3 S4 R M C B S T N S1 S KONTAKTOR MAGNETIK 1 KONTAKTOR MAGNETIK A A A A T O L R T O L R U V W M1 3 U V W M 3 Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 43

45 Gambar 4.8 Diagram pengawatan percobaan Hasil Percobaan Tabel 4.4 Hasil percobaan Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang Dioperasikan Dari Satu Tempat Tegangan No S1 S S3 S4 M1 Arus M1 Tegangan M Arus M V an V bn V cn I an I bn I cn V an V bn V cn I an I bn I cn On - on On 4 - on On on On 8 on PERCOBAAN 5 Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang Dioperasikan Secara Berurutan Tujuan Percobaan Dapat membaca dan memahami diagram rangkaian kontrol dan tenaga Dapat memahami dan terampil melaksanakan pemasangan instalasi dua buah motor induksi tiga fasa yang dioperasikan secara berurutan Peralatan Yang Digunakan 1. MCB. Tombol tekan NO 3. Tombol tekan NC 4. Kontaktor magnetik 5. TOLR 6. Motor induksi tiga fasa 7. Kabel penghubung 8. Multimeter Gambar Rangkaian Percobaan L1 L L3 L1 F Q1 S1 K Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 44 K1 K S K1 S4 K

46 Rangkaian tenaga Rangkaian kontrol L1 L L3 N Gambar 4.9 Diagram Rangkaian tenaga & kontrol percobaan 4.5 SUMBER S3 S4 LISTRIK R M C B S T N S1 S KONTAKTOR MAGNETIK 1 KONTAKTOR MAGNETIK A A A A T O L R T O L R U V W U V W M1 3 M 3 Gambar 4.10 Diagram pengawatan percobaan 4.5 Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 45

47 Hasil Percobaan Tabel 4.5 Tabel percobaan 4.5 Instalasi Dua Buah Motor Induksi Tiga Fasa Yang Dioperasikan Secara Berurutan Tegangan No S1 S S3 S4 M1 Arus M1 Tegangan M Arus M V an V bn V cn I an I bn I cn V an V bn V cn I an I bn I cn On - on on 4 - on On on on 8 on MODUL V PENGUJIAN RESISTANSI PADA INSTALASI LISTRIK 5.1. Pendahuluan Bangunan gedung yang digunakan oleh manusia haruslah mempunyai fungsi keselamatan, kenyamanan, kesehatan dan dan kemudahan. Persyaratan keselamatan sebagaimana terkandung di dalam Peraturan Pemerintah no 36 tahun 005 tentang Bangunan Gedung pasal 3 meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. Pemasangan instalalasi petir harus dipasang pada gedung yang terletak secara geografis merupakan daerah sambaran petir. Sistem penangkal petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan gedung dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya. Secara teknis, tahanan suatu elektroda pentanahan yang dihubungkan dengan sistem penangkal petir, harus mempunyai nilai resistansi yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Karena, bila tahanan suatu grounding penangkal petir terlalu besar, dikhawatirkan tidak dapat dengan cepat menyalurkan arus listrik ke tanah, sehingga dapat membahayakan. Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 46

48 Selain instalasi penangkal petir, instalasi listrik sangat harus diperhatikan pada suatu bangunan gedung, hal ini terkandung pada pasal 36 PP 36 tahun 05. Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau yang lebih dikenal dengan nama Peraturan Umum Instalasi Listrik (PULI 000). Bahan dan peralatan yang dugunakan pada instalasi listrik suatu bangunan gedung, haruslah sesuai dengan standar minimal yang dipersyaratkan, selain itu pemasangan instalasi listrik itu sendiri juga harus sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku. Untuk mengetahui baik dan buruknya suatu sistem pengetanahan instalasi dan instalasi listrik suatu bangunan, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian tahanan resistansi pengetanahan dan isolasi instalasi listrik, yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. 5.. PERCOBAAN 1 Pengukuran Tahanan Pentanahan Instalasi Dasar Teori Pengukuran tahanan pentanahan dilakukan dengan menggunakan metode tiga titik, di mana titik pertama merupakan batang pentanahan yang akan diukur resistansinya, titik ke dua dan ketiga merupakan batang pengentanahan bantu. Metoda tiga titik diperlihatkan pada gambar berikut ini : A V 1 3 Gambar 5.1. Pengukuran tahanan pentanahan metode tiga titik Bila titik 1 adalah elektroda batang pengetanahan, titik adalah batang elektroda bantu yang merupakan elektroda potensial, sedangkan titik 3 adalah batang elektroda bantu yang merupakan elektroda arus, maka jika diberikan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 47

49 tegangan arus bolak-balik dengan nilai konstan antara titik 1 dan 3, sehingga mengalirkan arus I pada saluran tersbut. Dan jika terjadi perbedaan beda potensial antara titik 1 dan sebesar V, maka nilai tahanan pentanahan pada elektroda 1 adalah : V R x = ( 5.1.) I Jarak optimal yang paling baik untuk mendapatkan nilai resistansi adalah 5 sampai 10 meter untuk setiap elektroda, di mana jarak antara titik 1 dan 5 sampai 10 m, begitu juga jarak antara titik dan 3 adalah 5 sampai 10 meter. Resistansi pentanahan yang baik menurut standart adalah kurang dari 10 Ω, namun pada prakteknya sering digunakan maksimal Ω Tujuan Percobaan Dapat melakukan pengujian tahanan pentanahan suatu instalasi listrik Dapat melakukan pengujian tahanan pentanahan suatu instalasi petir Dapat menganalisa tentang permasalahan pada tahanan pentanahan Peralatan Yang Digunakan 19. Earth Resistance Tester 0. Kabel penghubung 1. Pasak pentanahan Gambar Rangkaian Percobaan kuning merah hijau x y E P C Gambar 5. Diagram Rangkaian Pengukuran Pentanahan Langkah Kerja 8. Siapkan semua peralatan yang digunakan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 48

50 9. Rangkailah semua peralatan sesuai dengan gambar percobaan di atas 10. Putarlah saklar pada pengukuran tegangan pentanahan, jika tegangan lebih dari 10 V, pengukuran dihentikan, karena terjadi kesalahan pada instalasi tersebut. 11. Lanjutkan pengukuran dengan nilai jarak x dan y yang bervariasi, antara 4 sampai 7 meter. 1. Catat nilai resistansi pada tabel Hasil Percobaan Tabel 5.1. Hasil pengukuran nilai tahanan pentanahan X Y R x Catatan : x dan y dalam satuan meter 5.3. PERCOBAAN Pengukuran Tahanan Isolasi Instalasi Listrik Dasar Teori Resistansi isolasi dari suatu isolasi didefinisikan sebagai resistansi (dalam megohm) yang ditimbulkan oleh isolasi karena diterapkan tegangan DC. Arus yang dihasilkan disebut arus isolasi dan terdiri dari dua komponen yang utama, yaitu arus yang mengalir di dalam isolasi, yang terdiri dari arus kapasitansi, arus dielektrik absorpsi, dan arus konduksi tetap. Komponen yang kedua adalah arus yang mengalir diatas permukaan isolasi, yang sering disebut sebagai arus bocor. Teori pengukuran resistansi isolasi dan absorpsi dielektrik yaitu ketika suatu tegangan dc dari suatu tegangan tinggi, instrumen test dc isolasi tibatiba diterapkan pada isolasi, arus isolasi akan mulai pada suatu nilai yang tinggi, secara berangsur - angsur berkurang, dan akhirnya mencapai level off kenilai yang stabil. Resistansi isolasi awal yang rendah disebabkan oleh arus kapasitansi charging awal yang tinggi. Arus kapasitansi ini dengan cepat berkurang ke suatu nilai yang dapat diabaikan ( pada umumnya 15 detik). Resistansi isolasi awal yang rendah sebagian disebabkan oleh arus absorpsi dielektrik awal yang tinggi. Arus ini juga berkurang berdasarkan waktu, tetapi lebih secara berangsur-angsur, membutuhkan dari 10 menit sampai beberapa Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 49

51 jam untuk mencapai nilai yang dapat diabaikan. Resistansi isolasi bervariasi seperti halnya ketebalan dan kebalikannya sebagai area isolasi yang diuji. Suatu kurva yang diplot antara arus isolasi dan waktu ( atau resistansi isolasi dan waktu ) dikenal sebagai kurva dielektrik absorsi. berikut : PUIL 000 mensyaratkan nilai resistansi isolaso minimum adalah sebagai No Tegangan Normal Rangkaian Tegangan Uji DC Resistansi Isolasi 1 Tegangan ekstra rendah 50 V 0, 5 Tegangan sampai 500 V 500 V 0, 5 3 Tegangan di atas 500 V 1000 V 0, Tujuan Percobaan Dapat melakukan pengujian tahanan isolasi suatu instalasi listrik Dapat menganalisa tentang permasalahan pada tahanan isolasi Peralatan Yang Digunakan 1. Insulasion Tester Digital. Kabel penghubung 3. Penunjuk waktu (jam) Gambar Rangkaian Percobaan Sistem Instalasi Listrik Sumber Listrik Gambar 5.3 Diagram Rangkaian Pengukuran tahanan isolasi Langkah Kerja 1. Siapkan semua peralatan yang digunakan. Matikan sumber listrik utama, dengan menurunkan tuas MCB 3. Lakukan pengukuran sesuai dengan gambar percobaan, untuk hubungan antara saluran fasa dengan netral Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 50

52 4. Lanjutkan pengukuran antara saluran fasa dengan saluran fasa yang lain 5. Catat nilai resistansi pada tabel Hasil Percobaan Tabel 5.. Hasil pengukuran nilai tahanan isolasi No Waktu Tahanan Fasa - Netral Tahanan Fasa Fasa R-N S-N T-N R-S S-T T-R 1 1 menit 10 menit 3 15 menit Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 51

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan I. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis Mahasiswa mampu membuat rangkaian kendali untuk 3 motor induksi 3 fasa II. DASAR

Lebih terperinci

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali 7a 1. 8 Tambahan (Suplemen) Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali Pada industri modern saat ini control atau pengendali suatu system sangatlah diperlukan untuk lancarnya proses produksi

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK

Lebih terperinci

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET http://erick-son1.blogspot.com/2009/10/mengoperasikan-motor-3-fasa-dengan.html JENIS DAN KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET Sistem pengontrolan motor listrik semi otomatis

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK CONTOH PANEL KENDALI MOTOR KONTAKTOR MAGNETIK DC (RELE) KONTAKTOR MAGNETIK AC TOMBOL TEKAN DAN RELE RANGKAIAN KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK UNTUK PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik 30%. 1 Alat penghemat daya listrik bekerja dengan cara memperbaiki faktor daya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik Alat penghemat daya listrik adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

MODUL I TRANSFORMATOR SATU FASA

MODUL I TRANSFORMATOR SATU FASA MESN LSTRK - Teknik Elektro Fakultas Teknologi ndustri - Unissula Semarang 50 ndonesia MODUL TRNSFORMTOR STU FS. Pendahuluan Transformator adalah suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini BAB III MEODE PENELIIAN III.. Peralatan yang Digunakan Dalam mengumpulkan data hasil pengukuran, maka dilakukan percobaan pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Frekuensi dan Tegangan Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri (421 13 019) Ryan Rezkyandi Saputra (421 13 018) Hardina Hasyim (421 13 017) Jusmawati (421 13 021) Aryo Arjasa

Lebih terperinci

UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA

UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui dan memahami prinsip kerja dari pengasutan bintang-delta, serta mengetahui

Lebih terperinci

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat memahami prinsip kerja dan penggunaan magnetic contactor untuk menjalankan motor induksi tiga fase

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL) Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) 1. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) Instalasi motor listrik membutuhkan pengaman beban lebih dengan tujuan menjaga dan melindungi motor listrik dari gangguan beban lebih

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mengubah suatu nilai arus maupun tegangan (energi listrik AC) pada satu rangkaian listrik atau lebih ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN SSN: 1693-6930 39 ANALSS UPAYA PENUUNAN BAYA PEMAKAAN ENEG LSTK PADA LAMPU PENEANGAN Slamet Suripto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Abstrak Keterbatasan sumber

Lebih terperinci

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi motor listrik menggunakan kontaktor sebagai pengunci. Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LITRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LITRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LITRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis 24 Diagram Satu Garis Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang, penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa dengan sebuah jalur netral sebagai

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR SMK NEGERI 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN Kelas XI DASAR KONTROL KONVENSIONAL Buku Pegangan Siswa REVISI 03 BUKU PEGANGAN SISWA (BPS) Disusun : TOTOK NUR ALIF,S.Pd.,ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR 2009/2010 http://www.totoktpfl.wordpress.com Page 1 of 39 Disusun : TOTOK NUR ALIF, S.Pd, ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I PENGUKURAN DAYA SATU FASA

Lebih terperinci

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris DTG1I1 Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB By Dwi Andi Nurmantris OUTLINE 1. KWH Meter 2. ACPDB TUGAS 1. Jelaskan tentang perangkat dan Instalasi Listrik di rumah-rumah!

Lebih terperinci

UNIT IV MENJALANKAN DAN MEMBALIK PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR DALAM HUBUNGAN-BINTANG

UNIT IV MENJALANKAN DAN MEMBALIK PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR DALAM HUBUNGAN-BINTANG UNIT IV MENJALANKAN DAN MEMBALIK PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR DALAM HUBUNGAN-BINTANG I. TUJUAN 1. Praktikan dapat melakukan pengasutan serta membalik putaran motor tiga fase

Lebih terperinci

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA Yogyakarta, 0 Nopember 2007 RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA Sofian Yahya, Toto Tohir Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) II.1 Umum Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi

Lebih terperinci

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK OLEH: DRS. SUKIR, M.T JURUSAN PT ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Dasar Sistem Pengendali Elektromagnetik. Materi dasar sistem pengendali elektromagnetik

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Induksi Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling banyak digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT BUILD DESIGN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT Tri Agus Budiyanto (091321063) Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

COS PHI (COS φ) METER

COS PHI (COS φ) METER COS PHI (COS φ) METER Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik Dosen Pengampu Achmad Hardito, B.Eng., M.Kom. Disusun Oleh kelompok 3 kelas LT 1D : 1. 2. 3.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN 3.1 FLOWCHART Mulai Lampu TL yang digunakan 10 watt, 20 watt dan 40 watt Perhitungan kapasitor daya untuk tiap-tiap lampu TL yang paling baik Pengujian Faktor Daya Kapasitor

Lebih terperinci

ANALISIS GENERATOR DAN MOTOR = V. SINKRON IÐf SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA REAKTIF SISTEM

ANALISIS GENERATOR DAN MOTOR = V. SINKRON IÐf SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA REAKTIF SISTEM Sugeng A Karim, Analisis Generator dan Motor Sinkron Sebagai Pembangkit Daya Reaktif Sistem ANALISIS GENERATOR DAN MOTOR = V. SINKRON IÐf (2) SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA REAKTIF SISTEM (Drs. Sugeng A. Karim,

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa ANALISA PERBANDINGAN METODE IMPEDANSI SINKRON, AMPER LILIT DAN SEGITIGA POTIER DALAM MENENTUKAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR SINKRON DENGAN PEMBEBANAN RESISTIF, INDUKTIF DAN KAPASITIF Hanri Adi Martua Hasibuan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR Oleh : Nisa Ridhayati NIM: 121331017 3A 2 Teknik Telekomunikasi Tanggal Percobaan : 14- Oktober- 2014 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

KOREKTOR FAKTOR DAYA OTOMATIS PADA INSTALASI LISTRIK RUMAH TANGGA

KOREKTOR FAKTOR DAYA OTOMATIS PADA INSTALASI LISTRIK RUMAH TANGGA KOREKTOR FAKTOR DAYA OTOMATIS PADA INSTALASI LISTRIK RUMAH TANGGA Yuniarto, Eko Ariyanto Program Studi Diploma III Teknik Elektro Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro ABSTRACT Yuniarto, Eko Ariyanto,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK. PENGAMAN BEBAN LEBIH (Thermal Over Load Relay / TOLR)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK. PENGAMAN BEBAN LEBIH (Thermal Over Load Relay / TOLR) LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK PENGAMAN BEBAN LEBIH (Thermal Over Load Relay / TOLR) Disusun oleh: Kelompok 2C2 1. Apriliya Afitasari NIM 3.31.13.2.04 2. Ardyanto Suryo D NIM 3.31.13.2.05 3. Arighi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE)

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE) HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE) Ullin Dwi Fajri A 1, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 2, Rini Nur Hasanah,

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Arus Bolak-balik RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolakbalik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai GGL : E E sinω t Persamaan di atas

Lebih terperinci

Gambar 1 Motor Induksi. 2 Karakteristik Arus Starting pada Motor Induksi

Gambar 1 Motor Induksi. 2 Karakteristik Arus Starting pada Motor Induksi 1 Motor Induksi 3 Fasa Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip antara medan stator dan medan

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi BAB II GENERATOR SINKRON 2.1. UMUM Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator) merupakan

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF BAB III PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF 3.1. Perancangan Perbaikan Faktor Daya ( Power Factor Correction ) Seperti diuraikan pada bab terdahulu, Faktor

Lebih terperinci

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat menginstalasi lampu pijar dengan hubungan seri-paralel (DIM). 2. Agar praktikan dapat menginstalasi penerangan satu

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI 1. Saklar magnet (Kontaktor) Kontaktor adalah sejenis saklar atau kontak yang bekerja dengan bantuan daya magnet listrik dan mampu melayani arus beban

Lebih terperinci

BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK. dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan oleh voltmeter dan I amper yang

BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK. dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan oleh voltmeter dan I amper yang BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK 3.1. Pengukuran Daya Dan Energi Listrik Daya dalam rangkaian arus searah dapat diukur dengan bantuan voltmeter dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Besaran Listrik Terdapat tiga buah besaran listrik dasar yang digunakan di dalam teknik elektro, yaitu beda potensial atau sering disebut sebagai tegangan listrik, arus

Lebih terperinci

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135 ISSN 0854 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135 Saud Maruli Tua, Tonny Siahaan, Suhardi, Wagiman ABSTRAK Penambahan Pengaman Motor Listrik

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK RANCANG BANGUN PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED FORWARD REVERSE MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20DR-A Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan menggunakan KWh-meter analog 3 fasa dan KWh-meter digital 3 fasa. Perbandingan yang dilihat

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 7 Aktuator

Mekatronika Modul 7 Aktuator Mekatronika Modul 7 Aktuator Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Aktuator Listrik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan penerapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

Prinsip Pengukuran Besaran Listrik

Prinsip Pengukuran Besaran Listrik Bab 3 Prinsip Pengukuran Besaran Listrik www.themegallery.com LOGO www.themegallery.com LOGO Materi Bab 3 1 Pengukuran Arus dan Tegangan 2 Pengukuran Daya dan Faktor Daya 3 Pengukuran Energi Listrik 4

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL Abdullah Iskandar 1), Agus Supriyadi 2) 1) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan 2) Program Studi Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk 6 BAB II DASAR TEORI 2.1. AUDIT ENERGI Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk penghematan. Tujuan suatu audit

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawaban

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Purwadarnita 1, energi adalah tenaga, atau gaya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R= ρ l A. Secara matematis :

PEMBAHASAN. R= ρ l A. Secara matematis : PEMBAHASAN 1. Rangkaian DC a.) Dasar-dasar Rangkaian Listrik Resistor (hambatan) Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan

Lebih terperinci

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK)

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK) LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK) ALTERNATOR DAN MOTOR SEREMPAK Disusun : Drs. Sunyoto, MPd PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile : GENERATOR DC HASBULLAH, MT, 2009 ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. ELECTRICAL POWER SYSTEM Email : hasbullahmsee@yahoo.com has_basri@telkom.net Mobile : 081383893175 Definisi Generator DC Sebuah perangkat mesin

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Motor Induksi 3 Phasa Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling banyak digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini

Lebih terperinci

PENGENALAN MOTOR INDUKSI 1-FASA

PENGENALAN MOTOR INDUKSI 1-FASA BAB IV PENGENALAN MOTOR INDUKSI 1-FASA Motor induksi 1-fasa biasanya tersedia dengan daya kurang dari 1 HP dan banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan aplikasi yang sederhana, seperti kipas

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci