II. KOORDINASI INTERNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. KOORDINASI INTERNAL"

Transkripsi

1 II. KOORDINASI INTERNAL 2.1. Tinjauan Umum Tubuh hewan bertulang belakang terdiri dari banyak sel yang berkelompok sesuai dengan kekhususannya, masing-masing kelompok dengan fungsinya sendiri sehingga tidak mungkin menghasilkan tanggapan seragam dan semua sel jika setiap set mendapat stimulus. Setiap set akan bekerja menurut polanya sendiri, tanpa ada keterkaitan satu sama lain. Namun hal ini tidak terjadi karena adanya komunikasi antar set, jaringan, dan alat. Dengan adanya komunikasi maka dapat terjadi integrasi, yang selanjutnya mendasari koordinasi antar set, jaringan, dan alat. Pada vertebrata telah berkembang tiga sistem yang tumpang tindih untuk menjalin komunikasi dan tersedia fasilitas untuk mewujutkan integrasi dan ko ordinasi. Dengan demikian berbagai kesetimbangan dapat terkendali dan kelang sung-hidupan organisme terpelihara. Ketiga sistem itu ialah sistem komunikasi neural, hormonal, dan neuroendokrin. Organisme hidup berada dalam lingkungan yang setiap saat dapat berubah. Organisme hidup bersifat dinamis berarti di dalam tubuhnya setatu terjadi perubahan. Sedangkan kelangsung-hidupan organisme dapat terpelihara jika organisme berada datam kesetimbangan. Kedua ragam perubahan itu akan mengganggu kesetimbangan itu. Oleh karenanya perlu ada pemantauan dan penyampaian informasi perubahan tersebut untuk menentukan kiat penyelarasannya kembali. Hal inilah yang ditangani oteh ketiga sistem itu. Perubahan-perubahan itu adatah perubahan energi yang beragam bentuk dan lamanya bertangsung. Perubahan yang ber langsung cepat (akut), sebagian besar terjadi di luar tubuh organisme, ditangani oleh sistem komunikasi neural. Perubahan yang bertangsung tama (kronis), terjadi di datam tubuh organisme dalam kaitannya dengan metabolisme, ditangani oleh sistem komunikasi hormonal. Sedang sistem neuroendokrin menjembatani sistem neural dengan sistem hormonal. Jadi sesungguhnya segala bentuk perubahan itu adalah stimulus bagi ketiga sistem tsb. Pengoperasian ketiga sistem itu untuk mencetuskan tanggapantanggapan terhadap stimulus-stimulus internal dan eksternal sehingga diperoleh efek utama: pemeliharaan keseragaman dan keajekan lingkungan yang berhubungan dengan sel, cairan luar sel, dan integrasi tanggapan-tanggapan khas untuk setiap organ. Dengan

2 demikian, komposisi cairan luar sel dipelihara dalam batas-batas yang cocok untuk kelangsung-hidupan sel-sel. Sistem komunikasi neural diorganisasikan dalam sistem saraf yang terdiri dan sistem saraf somatis (terutama mengendalikan otot sadar) dan sistem saraf otonom (mengendalikan fungsi -fungsi tidak sadar). Sistem komunikasi hormonal diorganisasikan dalam sistem endokrin yang terdiri dan kelenjar-kelenjar sekresi internal dan sel-sel endokrin khusus yang tersebar rata dalam jaringan-jaringan non-endokrin. Sistem ini mengendalikan nutrien, pertumbuhan, reproduksi, dan homeostasis internal. Sistem menerima masukan dan perubahhan-perubahan cairan luar sel. Penyampaian informasi kepada sel sasaran dilaksanakan oleh kurir berupa hormon. Sistem neuroendokrin memiliki sifat-sifat yang ada pada kedua sistem. terdahulu. Keistimewaan sistem mi yaitu mampu mengubah signal-signal neural (listrik) menjadi signal-signal kimiawi (humoral). Kurir (hormon) disintesis dalam sel saraf khusus; selanjutnya pembebasannya ke dalam darah melalui stimulus listrik dan beroperasi di tempat yang jauh asalnya. Gambar 1: a: Sel Neurosekretori; b: Set Saraf; c: Sel Endokrin

3 Sel-sel neuroendokrin membentuk dua populasi besar: 1. Neuron-neuron dengan perikaryon besar nukleus supraoptikus dan nucleus paraventrikularis, keduanya berada dalam hipotalamus; ujungujung aksonnya berada dalam bagian belakang hipofisis (neurohipofisis), di situ hormon (neurosekresi) dibebaskan. 2. Neuron-neuron dengan perikaryon kecil juga di dalam hipotalamus, membentuk nukleus ventromedial is, n. dorsomedialis, n. infundibularis; di situ disintisis hormon-hormon pembebas dan penghambat; yang mengatur sekresi hormon oleh sel-sel dalam hipofisis bagian depan (adenohipofisis). Endokrin pelengkap tambahan terdapat pada bagian sumsum glandula adrenalis Komunikasi Neural Neuron merupakan unit fungsional saraf, serangkaian neuron berperang untuk menghubungkan suatu reseptor dengan suatu efektor. Struktur neuron. Pada suatu neuron dapat dibedakan atas prikaryon, dendrit dan neurit (akson). Perikaryon ialah bagian neuron yang mengandung nukleus atau karyon. Dendri t dan neurit adalah lanjutan perikaryon. Berdasarkan jumlah lanjutan itu, neuron dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Neuronum bipolare, memiliki dua macam lanjutan, satu dendrit dan satu neurit [Gambar 2c]. 2. Neuronum pseudounipolare, pangkal kedua lanjutan sangat berdekatan [Gambar 2a]; 3. Neuronum multipolare, mempunyai satu neurit dan Iebih dan satu dendrite [Gambar 2b].

4 Kebanyakan dendrit bercabang-cabang sebagai pohon. Neurit (akson) ujungnya juga bercabang-cabang seperti itu dan disebut telodendron. Ujung setiap cabang telodendron membesar membentuk semacam bongkol yang disebut bulbus terminalis. Sitoplasma neuron disebut neuroplasma dan di dalamnya terdapat: retikulo endoplasma, mitokondrion, neurofilamen, aparatus golgi, lisosom, ribosom, dan pigmen melanin. Mitokondrion terdapat banyak dalam perikaryon, bulbus terminalis, dan pada lanjutan perikaryon pada tempat-tempat yang ada nodus neurofibrae. Gambar 3: Neuron Membran neuron atau neurolema dan membran pada kedua lanjutan perikaryon strukturnya serupa dengan struktur membran sel. hewan pada umumnya. Sebagian neuron memiliki selubung pada aksonnya yang disebut selubung melin. Selubung ini tidak penuh menyelubungi neurit tetapi pada tempat-tempat tertentu terdapat celah tanpa mielin yang disebut nodus neurofibrae atau nodus Ranvier. Mielin dibuat dan lemak yang dihasilkan oleh sel khusus yaitu neurolemosit atau sel Schwann. Kedudukan sel-sel itu pada sepanjang neurit tidak rapat maka terbentuklah celah-celah yang disebut nodus neurofibrae Potensial Istirahat Jika suatu serabut saraf dipotong dan pada tempat pemotongan itu diletakkan satu elektrode dan suatu alat ukur listrik dan elektrode lainnya diletakkan pada membran akson di sebelah luar, ternyata timbul aliran listrik yang melalui alat ukur listrik tsb. Aliran listrik Itu datang dan elektrode yang ada pada dataran luar membran akson dan pergi ke tempat akson yang terpotong. Dengan demikian pada dataran luar membran akson ada muatan positif dan di sisi dalam membran ada muatan negatif.

5 Di sebelah luar dan di sebelah dalam membran akson ada ion-ion Nat, K,dan CI. Banyaknya ion Na+ di sebelah luar membran akson lox jumlah ion Na disebelah dalam membran akson, sedang ion C1 di sebelah luar membran kira-kira 13X nya di sebelah dalam mambran. Banyaknya ion K di sebelah dalam membran 40X lebih banyak daripada disebelah luar membran. Perbedaan komposisi elektrolit, kualitas dan kuantitas, antara sisi dalam dan sisi luar membran menimbulkan perbedaan potensial sebesar -75 mv. Perbedaan potensial mi disebut potensial istirahat. Pada keadaan istirahat [Gambar 4], permeabilitas membran akson terhadap ion Na+ rendah, sehingga gradien konsentrasi Na tidak dapat dituruni dengan difusi pasif. Sedang permeabilitas membran akson terhadap ion K relatif besar. Hal mi berkaitan dengan banyak sedikitnya kanal-kanal ion bersangkutan yang terbuka. Kebanyakan anion di dalam sel ialah protein bermuatan negatif dan fosfat (H2P04 HP024). Permeabilitas membran akson terhadap keduanya luar biasa rendahnya.kondisi seperti ml memungkinkan status kelistnkan kedua sisi membran dipertahamkan dengan bantuan transpor aktif dalam pompa Na-K. Secara terus menerus pompa mi mengeluarkan Na+ dan memasukkan kembali ion K. Dalam hal mi melibatkan Na-K-ATPase untuk membebaskan energi dan ATP. Semua sel hidup memiliki potensial istirahat. namun pada sel-sel yang. dapat dirangsang (sel saraf, sel otot) memiliki kelebihan bahwa membran plasma dapat

6 berubah status permeabilitasnya terhadap ion tertentu sehingga ada peluang potensialnya berubah Potensial Aksi dan Tanggapan Lokal Jika stimulus dikenakan pada akson. membran akson menjadi lebih permeabel terhadap jon-ion Nat, K dan C[. Jika demikian halnya maka ionion Na masuk ke dalam akson mengikuti gradien konsentrasi. Sehingga di sebelah luar membran muatan positif berkurang dan disebelah dalam membran muatan negatif berkurang. Akibatnya perbedaan potensial berkurang. Peristiwa mi disebut depolarisasi. Peristiwa transpor ion-jon itu berlangsung terus sampai tidak ada perbedaan potensial lagi [Gambar 5 dan 6]. Kemudian justru di sebelah luar membran akson timbul muatan negatif dan di sebelah dalam timbul muatan positif sehingga terjadi lagi perbedaan potensial sebesar +40 mv.

7

8 Status ini tidak bertahan lama karena pompa ion K-Na akan segera bekerja mengeluarkan kembali ion Na dan memasukkan kembali ion K. Bersamaan dengan menurunnya [Na] pada sisi dalam membran akson menurun pula muatan listrik sisi dalam membran akson kembali pada status istirahat. Peristiwa mi disebut repolarisasi. Oleh karena terlalu banyak ion K yang keluar sehingga perbedaan potensial mencapai sebesar -90 mv. Peristiwa ini disebut hiperpolarisasi. Fenomena mi tidak terjadi pada semua neuron. Selanjutnya kelebihan ion IC kembali masuk. sehingga perbedaan potensial kembali menjadi -75 mv. Status istirahat tercapai kembali dengan cara mengeluarkan. ion Na + dan memasukkan kembali ion IC ke dalam set atau akson. Hal ini dapat tercapai hanya dengan bantuan pompa ion Na-K yang menggunakan ATP oleh karena harus melawan gradien konsentrasi. Tentu saja lintasan ion-ion ini melalui kanal kanal khusus. Perubahan fisikokimia tersebut yang disebabkan oleh suatu stimulus disebut impuls atau pusa, dan segi kelistrikannya disebut potensial aksi. Dan rekamannya dengan osiloskop, menunjukkan amplitudo sebesar 115 mv, yang merupakan besar total potensial aksi. Pada sisi dalam membran terjadi lonjakan muatan, dalam rekaman ml menunjukkan lonjakan sebesar +40 mv yang disebut overshoot. Jika stimulus tidak cukup kuat untuk menimbulkan depolarisasi yaitu mengubah potensial membran istirahat mencapai ambang maka tidak timbul poten sial aksi. Jika nilai ambang dicapai maka serta merta terjadi potensial aksi sepenuhnya. Berdasarkan hal inilah dikatakan bahwa terjadinya potensial aksi tunduk pada hukum all-or-none (semua atau tidak sama sekali). Pada awal repolarisasi sel tidak tanggap terhadap stimulus berapapun kuatnya, periode ini disebut periode refrakter mutlak. Pada saat repolarisasi berikutnya sel dapat dirangsang dengan stimulus yang lebih kuat daripada normal, periode ini disebut periode refrakter nisbi. Pola itu menjadi lain jika ada kekhususan pada neuron yaitu terbentuknya potensial susulan sebelum repolarisasi berakhir. Pertama ialah potensial susulan negatif yang mendorong terjadinya depolarisasi. Selama kejadian ini membran sedikit lebih mudah terangsang daripada normal. Sesudah itu dapat terjadi potensial susulan yang kedua, disebut positif, karena mendorong terja dinya hiperpolarisasi. Selama kejadian mi membran kurang peka terhadap rangsang dibandingkan dengan normal. Keduanya berlangsung sangat singkat. Arus setempat. Bagian yang aktif pada permukaan membran neuron atau akson di situ ada potensial aksi sehingga statusnya negatif terhadap bagian di

9 sekitarnya yang berstatus positif. Oleh karena itu ada arus listrik dan ba gian yang nonaktif ke bagian aktif. Pada saat yang sama, pada sisi dalam bagian membran yang aktif menjadi lebih positif daripada bagian nonaktif, oleh karena itu terjadi arus listrik dan bagian aktif ke bagian nonaktif. Keduanya menyatu merupakan arus setempat Stimulus Listrik Suatu stimulus ialah perubahan apa saja yang dapat mengubah status energi jaringan hingga cukup untuk menimbulkan depolarisasi membran dan memicu satu potensial aksi. Suatu sel saraf dapat dirangsang dengan menjepitnya (mekanis), pemanasan (termal), memberi lingkungan sedikit garam dapur (kimia-osmotis), atau dengan stimulasi listrik. Stimulus-stimulus yang beragam itu diubah atau ditransduksi oleh saraf menjadi denominator dasarnya, suatu perubahan aras energi yang menimbulkan tanggapan listrik, yaitu satu potensial aksi. Jenis stimulasi yang paling mudah dikendalikan dan kurang merusak untuk digunakan dalam eksperimen adalah energi listrik. Oleh karena itulah jenis stimulasi mi yang paling sering digunakan untuk pengamatan tanggapan-tanggapan saraf dan otot. Keterangsangan (excitability) neuron ialah kemampuan neuron menanggapi suatu stimulus dengan satu potensial aksi. Keterangsangan suatu jaringan terukur jika orang mengetahui kondisi-kondisi yang memenuhi persyaratan suatu stimulus agar dapat mencetuskan satu tanggapan. Perubahan energi memerlukan keterlibatan parameter-parameter sbb.: 1. Kekuatan stimulus; 2. Jangka waktu stimulus; 3. Laju peningkatan stimulus. Patokan kekuatan yang cukup untuk menghasilkan satu tanggapan adalah ambang perangsangan (threshold of excitation). Tetapi kekuatan yang diperlukan akan beragam dengan dua parameter Iainnya. Hubungan antara kekuatan dan lamanya stimulus yang diberikan adalah satu hal yang penting. Hal ini ditunjukkan dalam suatu kurve, di dalamnya dipaparkan bahwa stimulus yang paling kuat sekalipun untuk menimbulkan satu tanggapan memerlukan waktu yaitu waktu yang digunakan. Stimulus paling lemah yang masih dapat menimbulkan satu tanggapan memerlukan waktu untuk mencapainya, yang disebut rheobase. Lamanya waktu yang digunakan

10 untuk menimbulkan tanggapan oleh stimulus berkekuatan satara dengan 2 X rheobase disebut kronaksi ,. Reseptor, Hubungan Stimulus Pusa Reseptor di sini ialah reseptor sensor yang khas dalam struktur dan faalnya untuk menanggapi hanya satu jenis energi stimulus atau stimulus ade kuat. Dengan kata lain suatu reseptor sangat peka terhadap stimulus adekuat. Suatu reseptor akan mencetuskan potensial reseptor jika mendapat stimu lus adekuat. Potensial ini timbulnya tidak tunduk pada hukum all-or-none. Selanjutnya potensial reseptor memacu terbentuknya potensial aksi atau pusa. Pada reseptor yang berupa sel nonneural, potensial reseptor Iebih dahulu dipindahkan ke saraf sensor atau aferen sebagai potensial generator. Baru kemudian potensial mi memicu terbentuknya potensial aksi atau pusa. Reseptor-reseptor sensor dikategorikan dalam berbagai cara. Misalnya berdasarkan jenis stimulusnya yaitu: 1. Mekanoreseptor, dengan stimulus adekuat berupa energi mekanis; 2. Fotoreseptor, dengan stimulus adekuat berupa energi cahaya; 3. Fonoreseptor, dengan stimulus adekuat berupa energi getaran bunyi; 4. Termoreseptor, dengan stimulus adekuat berupa energi pana; 5. Kemoreseptor, dengan stimulus adekuat berupa energi kimia; 6. Elektroreseptor, dengan stimulus adekuat berupa energi listrik 7. Statoreseptor, dengan stimulus adekuat percepatan sudut, percepatan linier, dan gravitasi Penghantaran Pusa (Impuls) Suatu titik pada membran akson dirangsang dengan stimulus lisstrik Sehingga di situ timbul potensial aksi. Selanjutnya selama berlangsung potensial aksi timbul arus setempat yang akan merangsang titik-titik terdekat disebelahnya yang nonaktif. Rangsangan mi menimbulkan potensial aksi pada titik-titik itu dan seterusnya akan terulang pembentukan arus setempat dan seterusnya. Dengan demikian potensial aksi mi berpindah tempat melalui titik demi titik sepanjang akson menuju akhiran akson dan perikaryon. Tetapi dalam kenyataannya potensial aksi yang merambat menuju perikaryon tidak dapat bertahan. Kecepatan merambat potensial aksi mi tergantung dan diameter akson. Untuk mendapatkan kecepatan lebih tinggi memerlukan penambahan diameter akson. Hal mi menimbulkan dilema. Kenyatannya terdapat pemecahan dalam masalah peningkatan

11 kecepatan merambat potensial aksi atau pusa. Sabagian akson ada yang dilengkapi dengan selubung konsentris dan bahan lemak yaitu mielin, selubung itu tidak menutup sepenuhnya, melainkan pada tempat-tempat tertentu terdapat semacam celah tanpa mielin. Bagian mi disebut nodus neurofibrae merupakan bagian yang dapat mencetuskan potensial aksi. Jadi ketika suatu potensial aksi muncul pada salah satu ncdus itu, selanjutnya titik yang terdekat tentu saja nodus yang berikutnya berarti potensial aksi meloncat sejauh jarak antara dua nodus yang berdekatan. Dengan demikian terjadilah perambatan pusa yang meloncat-loncat dan satu nodus ke nodus berikutnya. lnilah yang disebut penghantaran saltatoris yang kecepannya berlipat-lipat dibandingkan dengan kecepatan pada akson yang tidak bermielin. OIeh karena itu penambahan kecepatan penghantaran tidak perlu menambah diameter akson PEMINDAHAN PUSA Pemindahan pusa terjadi satu neuron ke neuron lain, atau dan satu neuron ke efektor seperti otot. Pemindahan atau transmisi pusa antar neuron melalui suatu struktur yang disebut sinapsis. Pemindahan pusa antara neuron dan otot melalui suatu struktur yang disebut lempeng akhir motor (motor end plate) yang pada hakikatnya mekanisme yang berlaku di situ serupa dengan sinapsis Struktur sinapsis. Dua neuron berhubungan pada sinapsis, bulbus terminalis neuron pertama melekat pada neuron kedua pada berbagai tempat. Berdasarkan tempat per lekatan neuron pertama pada neuron kedua maka sinapsis diberi namanama sbb.: 1. Sinapsis aksodendritik, akson neuron pertama melekat pada dendrit; 2. Sinapsis aksosomatik, akson neuron pertama melekat pada perikaryon; 3. Sinapsis aksoaksonik, akson neuron pertama melekat pada akson neuron kedua. Perlekatan yang sesungguhnya itu tidak ada, antara kedua bagian neuron yang melekat terdapat celah sempit yang disebut celah sinapsis. Celah mi di batasi oleh dua membran dan kedua neuron maka perlu dibedakan menjadi membran presinapsis dan neuron pertama dan membran pascasinapsis (membran postsinapsis) dan neuron kedua. Di dalam bulbus terminalis terdapat sejumlah mitokondrion dan vesikula. Mekanisme pemindahan pusa. Urutan penistiwa-peristiwa yang mendukung pemindahan pusa adalah sbb.: Potensial aksi datang pada bulbus terminalis (BT) merangsang pembukaan kanal ion Ca Ion-ion Ca masuk ke dalam BT ion Ca melepaskan ikatan vesikula dan protein pengikat; vesikula berisi zat kimia

12 neurotransmiter vesikula meluncur menuju membran prasinapsis membran vesikula fusi dengan membran prasinapsis hasil fusi kedua membran lebur neurotransmiter tercurah ke celah sinapsis neurotransmiter menuju membran pascasinapsis dan mencapai reseptornya terbentuk kompleks neurotransmiterreseptor kompleks mi mengaktifkan enzim adenilil sikiase enzim adenilil sikiase aktif mengubah ATP menjadi sikioamp sikioamp membuka kanal ion Na+ ion Na+ masuk ke dalam neuron kedua menimbulkan depolarisasi pada membran pascasinapsis terjadi potensial membran pasca sinapsis yang bertahap pada puncaknya merangsang terbentuknya potensial aksi pada titik nonaktif di luar membran pascasinapsis Dengan demikian potensial aksi teiah berhasil pindah dan neuron pertama ke neuron kedua. Oieh karena potensial membran pascasinapsis menginisiasi potensial aksi maka sebutannya ditambah menjadi potensial membran pascasinapsis eksitatoris [Gambar 7]. Neurotransmiter yang umum tersebar luas dalam tubuh hewan iaiah asetilkolin. Asetikolin pada reseptornya serta merta mengalami penguraian oieh enzim asetilkolin esterase menjadi asam asetat dan kolin. Asam asetat dibiarkan berlalu sedang kolin diambil kembali dengan transpor aktif oieh BT. Selanjutnya kolin di dalam bulbus terminal is didaur ulang dengan mereaksikannya kepada asetil KoA dan mitokondrion. Suatu potensial aksi dan neuron pertama pada sinapsis tertentu mengalami hambatan tidak diteruskan. Hal ml terjadi apabila reseptor neurotransmiter berkaitan dengan kanal ion C1 atau kanal ion W mungkin dengan neurotransmiter asetilkolin

13 atau lainnya yang khusus untuk fenomena hambatan. Dalam hal hambatan ini yang terjadi pada membran pascasinapsis ialah hiperpolarisasi. Potensial membran yang muncul disebut potensial membran pascasinapsis inhibitoris. Neurotransmiter yang khas untuk ini misalnya glisin. Dengan mekanisme penghambatan seperti ini dapat dilakukan pengendalian terhadap pusa yang masuk ke dalam pusat susunan saraf. Neurotransmiter penghambat terdapat banyak dalam pusat susunan saraf selain glisin dikenal pula GABA (gama amino butyric acid) PRINSIP HUBUNGAN ANTAR NEURON Neuron-neuron dalam tubuh hewan tidak bekerja sendiri-sendiri melainkan bekerja dalam koordinasi membentuk sistem saraf. Fungsi dasar sistem saraf ialah mengendalikan keluaran tanggapan yang tepat. Ciri penting sistem saraf ialah adanya koordinasi. proses-proses yang menggabungkan seluruh aktivitas menjadi saling hubungan yang selaras. Wujud koordinasi tidak lepas dan Giri lain yaitu integrasi masukan-masukan yang terpisah-pisah disatukan untuk mendapatkan satu keluaran yang menyeluruh jadi keluaran tidak terkait hanya pada satu-satu masukan ini yang disebut hubungan konvergensi. Keadaan sebaliknya ialah hubungan divergensi. Hal ini terlaksana antara lain tergantung pada kenyataan bahwa neuron itu selain dapat memicu aktivitas neuron lain juga dapat menghambatnya; Aktivitas integrasi berlangsung pada sinapsis-sinapsis di luar pusat saraf maupun di dalam otak dan medula spinalis. Gambaran sederhana mengenai koordinasi dan integrasi ini terdapat pada lengkung refleks, meskipun pengetahuan ini adalah hasil abstraksi dan hasil penelitian yang terpisah-pisah. Lengkung refleks menggambarkan sistem arus informasi yang umum dijumpai sekurang-kurangnya terdiri dan satu neuron aferen satu neuron eferen. keduanya berhubungan misalnya dalam medula spinalis melalui interneuron. sehingga ada dua sinapsis [Gambar 8].

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu pengorganisasian biologis sel yang

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp tanggal upload : 23 April 2009 FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp, M.Biomed PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh

Lebih terperinci

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF Sistem syaraf bertanggung jawab dalam mempertahankan homeostasis tubuh (kesetimbangan tubuh, lingkungan internal tubuh stabil) Fungsi utamanya adalah untuk:

Lebih terperinci

Sel fungsional yang bekerja pada sistem saraf

Sel fungsional yang bekerja pada sistem saraf FISIOLOGI VETERINER Sistem Saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan berkesinambungan, yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang).

Lebih terperinci

SISTEM SARAF. Sel Saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf SISTEM SARAF Sel Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai

Lebih terperinci

Sistem Saraf pada Manusia

Sistem Saraf pada Manusia Sistem Saraf pada Manusia Apa yang dimaksud dengn sistem saraf? Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh

Lebih terperinci

NEURON & HORMON. Unita Werdi Rahajeng Psikologi-FISIP UB

NEURON & HORMON. Unita Werdi Rahajeng Psikologi-FISIP UB NEURON & HORMON Unita Werdi Rahajeng Psikologi-FISIP UB unita@ub.ac.id www.unita.lecture.ub.ac.id SISTEM SARAF Sistem saraf tersusun oleh 2 tipe sel : 1. Neuron 2. Glia NEURON Neuron adalah sel khusus

Lebih terperinci

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Merupakan fungsi integratif Lengkung reflex (reflex arc) adalah jalur

Lebih terperinci

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di

Lebih terperinci

Jaringan syaraf. Jaringan syaraf = Jaringan komunikasi. Mengubah rangsang menjadi impuls. Memberikan jawaban terhadap rangsang

Jaringan syaraf. Jaringan syaraf = Jaringan komunikasi. Mengubah rangsang menjadi impuls. Memberikan jawaban terhadap rangsang Jaringan syaraf Jaringan syaraf = Jaringan komunikasi Menerima rangsang Mengubah rangsang menjadi impuls Meneruskan impuls ke saraf pusat Memberikan jawaban terhadap rangsang Sel syaraf punya tonjolan

Lebih terperinci

FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018

FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018 FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018 Sistem Saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan berkesinambungan, yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil normal alkohol Saraf 3.50 menit 2.30 menit Otot 3.40 menit 1.20 menit B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati kontraksi otot gastrocnemius pada

Lebih terperinci

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF 2.1 Ganglia basalis dan subthalamik nukleus Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain dalam menghasilkan gerakan motorik terutama

Lebih terperinci

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Pendahuluan Dasarnya : neurofarmakologi studi ttg obat yang berpengaruh terhadap jaringan saraf Ruang lingkup obat-obat SSP: analgetik, sedatif, antikonvulsan, antidepresan,

Lebih terperinci

Gambaran Umum Sistem Saraf Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang-tindih, yaitu input sensoris, integrasi, dan output

Gambaran Umum Sistem Saraf Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang-tindih, yaitu input sensoris, integrasi, dan output SISTEM SARAF Gambar SEM kesepadanan antara sebuah sel saraf (neuron) dan mikroprossesor (chip) - 1 cm kubik otak > 50 juta sel saraf - sistem saraf dan sistem endokrin bekerjasama dan berinteraksi dalam

Lebih terperinci

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Pendahuluan Dasarnya : neurofarmakologi studi ttg obat yang berpengaruh terhadap jaringan saraf Ruang lingkup obat-obat SSP: analgetik, sedatif, antikonvulsan, antidepresan,

Lebih terperinci

BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS Paul S. Poli/Biofisika/2006 1

BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS Paul S. Poli/Biofisika/2006 1 BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS 2006 Paul S. Poli/Biofisika/2006 1 Selamat pagi!!! Paul S. Poli/Biofisika/2006 2 SEL PEKA RANGSANGAN Sel-sel yg dapat dirangsang utk membentuk aliran

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1 1. Perhatikan gambar berikut! Sel yang ditunjukkan gambar diatas adalah... neuron nefron neurit nucleus Kunci Jawaban : A

Lebih terperinci

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Saraf Manusia ; neuron Sistem saraf PENGATUR fungsi tubuh

Lebih terperinci

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 Neuromuskulator Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 STRUKTUR SARAF 3/12/2015 2 SIFAT DASAR SARAF 1. Iritabilitas/eksisitaas : kemampuan memberikan respon bila mendapat rangsangan. Umumnya berkembang

Lebih terperinci

VIII. PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN INFORMASI

VIII. PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN INFORMASI VIII. PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN INFORMASI 8.1. KLASIFIKASI RESEPTOR. Fungsi reseptor ialah mengubah energi stimulus menjadi energi listrik dan menghantarkan informasi yang setara dengan stimulus ke susunan

Lebih terperinci

III. KOMUNIKASI HORMONAL 3.1 TINJAUAN UMUM

III. KOMUNIKASI HORMONAL 3.1 TINJAUAN UMUM III. KOMUNIKASI HORMONAL 3.1 TINJAUAN UMUM Komunikasi hormonal menggunakan dua macam zat yang berlainan pembuatnya. Pada umumya keduanya disebut hormon. tetapi ada yang membedakan menjadi hormon dan neurohormon

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan

Lebih terperinci

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON) Bio Psikologi Modul ke: PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON) 1. Penemuan Transmisi Kimiawi pada Sinapsis 2. Urutan Peristiwa Kimiawi pada Sinaps 3. Hormon Fakultas Psikologi Firman Alamsyah, MA Program Studi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.1 1. Perhatikan gambar struktur sel hewan berikut! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.1 Organel sel X berfungsi untuk.... metabolisme pembelahan sel sintesis protein

Lebih terperinci

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah 1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah A. Selaput mielin B. Sel schwann C. Nodus ranvier D. Inti sel Schwann E. Tidak ada jawaban yang benar Jawaban : A Selaput

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan Sistem Saraf Sistem Saraf Pusat Sistem Saraf Tepi Otak Sumsum Sistem Saraf Aferen Sistem Saraf Eferen Lobus Frontalis Lobus Temporalis Otak Besar Lobus Oksipitalis Lobus Parietalis Otak Kecil Sumsum Lanjutan

Lebih terperinci

SYARAF. Gamaliel Septian Airlanda

SYARAF. Gamaliel Septian Airlanda SYARAF Gamaliel Septian Airlanda Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui bentuk fisik dan mekanisme molekuler yang terjadi dalam neuron beserta fungsinya dalam menghantarkan informasi Struktur dan Fungsi Neuron

Lebih terperinci

ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA

ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA Dr. LITA FERIYAWATI NIP. 132295736 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENDAHULUAN Sistim saraf manusia adalah suatu

Lebih terperinci

SISTEM SARAF MANUSIA

SISTEM SARAF MANUSIA SISTEM SARAF MANUSIA skema sistem saraf manusia m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti SEL SARAF Struktur sel saraf neuron: Badan sel, Dendrit Akson Struktur

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM

SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM SISTEM KOORDINASI 1. SISTEM SARAF 2. SISTEM ENDOKRIN 3. SISTEM INDERA 4. SISTEM KOORDINASI PADA HEWAN SISTEM SARAF PADA MANUSIA Sistem saraf tersusun

Lebih terperinci

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF.

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. Tujuan Praktikum 1. Mempelajari cara mematikan katak dan membuat sediaan otot saraf. 2. Mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang. 3. Mengenal

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK

FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK Lela Juwita Sari (3415080205), Riski Sulistyani (3415080207), Eka Puspita Sari (3415080209) dan Lia Indrianita (3415083256) 1 ABSTRAK Sistem saraf adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

Pengertian Mitokondria

Pengertian Mitokondria Home» Pelajaran» Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria Mitokondria adalah salah satu organel sel dan berfungsi

Lebih terperinci

Jaringan Otot dan Saraf Sebuah Karya Presentasi Kelompok 4

Jaringan Otot dan Saraf Sebuah Karya Presentasi Kelompok 4 Jaringan Otot dan Saraf Sebuah Karya Presentasi Kelompok 4 DOSEN Pengampu : Eva Tyas Utami,S.Si,M.Si Disusun Oleh : Laili Nur Azizah Lutfi (131810401004) Novita Nur Kumala (161810401003) Desy Lutfianasari

Lebih terperinci

Sistem Koordinasi Neuron dan Impuls

Sistem Koordinasi Neuron dan Impuls Sistem Koordinasi Neuron dan Impuls Sebelum mempelajari tentang neuron secara tersendiri mari kita amati secara garis besar aliran informasi pada tubuh hewan. Di sini akan digunakan contoh pada gurita

Lebih terperinci

Alat Pengukur Waktu Reaksi

Alat Pengukur Waktu Reaksi TUGAS MATA KULIAH SEL DAN SISTEM FISIOLOGI Alat Pengukur Waktu Reaksi Dosen Pengampu : dr. V.Sutarmo Setiadji, Ph.D Osmalina Nur Rahma NPM 1306501892 TEKNOLOGI BIOMEDIS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM PENGENDALI TUBUH

SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM PENGENDALI TUBUH SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM PENGENDALI TUBUH dr. Sawitono Amin Singgih, PFK Departemen Ilmu Faal FKUI Pendahuluan Tubuh manusia dapat dilihat sebagai suatu sistem yang dapat berubah-ubah kinerjanya bergantung

Lebih terperinci

Komunikasi di Sepanjang dan Antar Neuron. Gamaliel Septian Airlanda

Komunikasi di Sepanjang dan Antar Neuron. Gamaliel Septian Airlanda Komunikasi di Sepanjang dan Antar Neuron Gamaliel Septian Airlanda Prinsip Dasar Jalannya Rangsang a) Resting Membrane Potensial b) Potensial Membrane c) Potensial aksi d) Sifat elektrik pasif membrane

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama :

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama : LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM

Lebih terperinci

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF 17 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 17 SISTEM SARAF Segala aktivitas tubuh manusia dikoordinasi oleh sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bekerja atas

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA 1-2 ( SEBELAS IPA 1-2 )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA 1-2 ( SEBELAS IPA 1-2 ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA 1-2 ( SEBELAS IPA 1-2 ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum. Fisiologi Hewan. Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf

Laporan Praktikum. Fisiologi Hewan. Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf Laporan ini disusun guna memenuhi nilai praktikum mata kuliah yang dibimbing oleh Dra.Moerfiah, M.Si dan Rouland Ibnu Darda,

Lebih terperinci

BERBAGAI RANGSANGAN PADA SEDIAAN OTOT SARAF ABSTRAK

BERBAGAI RANGSANGAN PADA SEDIAAN OTOT SARAF ABSTRAK BERBAGAI RANGSANGAN PADA SEDIAAN OTOT SARAF Lia Suryani, Syarah Diyah Ayu Budiyono, Opy Dwi Astari, Septia Rahmah W, Apriyani. Laboratorium Farmasi, Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu

Lebih terperinci

Intro. - alifis.wordpress.com

Intro. - alifis.wordpress.com Intro. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberadaan listrik dengan inderanya, baik untuk muatan maupun untuk medan listriknya. Baru pada akhir abad 18 hal-hal mengenai listrik

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA Bio Psikologi Modul ke: Konduksi Neural / Sinapsis: 1. Konsep sinapsis 2. Peristiwa kimiawi pada sinapsis 3. Obat-obatan dan sinapsis Fakultas Psikologi Firman Alamsyah, MA Program Studi Psikologi Konsep

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL Berbagai organel yang terdapat di dalam sitoplasma memiliki membran yang strukturnya sama dengan membran plasma. Walaupun tebal membran plasma hanya ± 0,1 μm, membran

Lebih terperinci

KUNCI JAWABAN BIOLOGI SOAL BIOLOGI KELAS : XI IPA

KUNCI JAWABAN BIOLOGI SOAL BIOLOGI KELAS : XI IPA KUNCI JAWABAN BIOLOGI SOAL BIOLOGI KELAS : XI IPA SOAL BIOLOGI KELAS : XI IPA 1. Perhatikan bagian-bagian sel berikut: 1) Plastida 2) Lisosom 3) Vakuola 4) Sentrosom 5) Dinding sel 6) Mitokondria Yang

Lebih terperinci

THE TOUR CYTOL CYT OGY OGY T : he Study of Cells V sualisasi sualisasi sel sel : :mikroskop meningkatkan n resolusi (jarak (jarak an tar obyek

THE TOUR CYTOL CYT OGY OGY T : he Study of Cells V sualisasi sualisasi sel sel : :mikroskop meningkatkan n resolusi (jarak (jarak an tar obyek THE TOUR Pendahuluan Tubuh manusia 100 trilyun sel 70% berat sel = air 2/3 dari seluruh air tubuh terdapat dalam sel 1/3 di rongga antar sel 67% berat tubuh = air manusia = air yang hidup CYTOLOGY : The

Lebih terperinci

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 PENGERTIAN SISTEM SARAF Merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh Merupan

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

PEMODELAN ALIRAN LISTRIK PADA SEL SARAF MANUSIA

PEMODELAN ALIRAN LISTRIK PADA SEL SARAF MANUSIA Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 95 100. PEMODELAN ALIRAN LISTRIK PADA SEL SARAF MANUSIA Sunindri, Nilamsari Kusumastuti, Mariatul Kiftiah INTISARI Seluruh

Lebih terperinci

PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN

PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN Tingkat-tingkat tingkat Organisasi Struktural Pada jaringan hewan, fungsi berkorelasi dengan struktur Sistem-sistem organ hewan saling bergantung satu sama lain Pengantar

Lebih terperinci

SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK

SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK DEFINISI Sel adalah unit kehidupan struktural dan fungsional terkecil dari tubuh. Sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung dalam sel. Sel

Lebih terperinci

BAB VII RESPON DAN KOORDINASI

BAB VII RESPON DAN KOORDINASI BAB VII RESPON DAN KOORDINASI A. STANDAR KOMPETENSI Sesudah membahas bab ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami respond dan koordinasi pada makhluk hidup. B. KOMPETENSI DASAR Setelah menyelesaikan perkuliahan

Lebih terperinci

Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72)

Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72) Gb. 5.12. STRUKTUR FOSPOLIPID (Campbell, 1999:72) Rumus Umum Asam Amino (Campbell, 1999: 73) H H O N C C H R OH GUGUS AMINO GUGUS KARBOKSIL Tabel 5.1 Gambaran Umum Fungsi Protein (Campbell, 1999: 74) JENIS

Lebih terperinci

Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik. Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf

Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik. Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik Sistem Syaraf Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup

POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup biokimia, sejarah perkembangan ilmu biokimia, bidangbidang

Lebih terperinci

Sistem Koordinasi dan Indra pada Manusia

Sistem Koordinasi dan Indra pada Manusia Sistem Koordinasi dan Indra pada Manusia Sistem Koordinasi Tubuh kita terdiri dari banyak organ yang kesemuanya bekerja tanpa saling mengganggu antara organ satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat terjadi

Lebih terperinci

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran yang menonjol ke luar sel Melalui permukaan sel ini,

Lebih terperinci

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit: Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pengertian cairan tubuh total (total body water / TBW) Pembagian ruangan cairan tubuh dan volume dalam masing-masing ruangan Perbedaan komposisi elektrolit di intraseluler

Lebih terperinci

KULIAH V TRANSPOR LARUTAN

KULIAH V TRANSPOR LARUTAN KULIAH V TRANSPOR LARUTAN Perhatian Sesudah perkuliahan diharapkan mahasiswa membaca bahan ajar yang sudah dipersiapkan Mahasiswa mengerjakan tugas yang sudah dibuat di dalam bahan ajar, dikerjakan secara

Lebih terperinci

TRANSPORTASI TRANSMEMBRAN MEMBRAN SEL

TRANSPORTASI TRANSMEMBRAN MEMBRAN SEL 1. Dalam keseharian, seluruh aktifitas biologis, terjadi hubungan antara individu dengan lingkungan 2. Hubungan terjadi dalam bentuk pertukaran zat (cair, padat, gas) 3. Pertukaran zat dari tubuh ke lingkungan,

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.1 1. Perhatikan nama-nama bagian sel berikut ini! dinding sel inti sel kloroplas Lisosom sentriol Bagian sel yang tidak dimiliki oleh sel hewan adalah... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan

Lebih terperinci

A

A SARAF A ridwan@sith.itb.ac.id Apa ciri makhluk hidup yang berhubungan dengan sistem saraf? Peran dan fisiologi saraf Sistem saraf (+ sistem hormon) berperan dalam koordinasi dan regulasi aktivitas dalam

Lebih terperinci

1. Informasi disampaikan oleh potensial aksi (imfuls) 2. Media sel syaraf itu sendiri 3. Bekerja cepat 4. Reseptor hanya pada membran sel

1. Informasi disampaikan oleh potensial aksi (imfuls) 2. Media sel syaraf itu sendiri 3. Bekerja cepat 4. Reseptor hanya pada membran sel EXIT SISTEM KOORDINASI Kompetensi Memahami peran sistem syaraf dan hormon dalam koordinasi serta memahami mekanisme kerja syaraf dan hormon dalam mengantarkan informasi Sistem Syaraf Sistem Endokrin 1.

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINASI 1 : SISTEM SARAF. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

SISTEM KOORDINASI 1 : SISTEM SARAF. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta SISTEM KOORDINASI 1 : SISTEM SARAF by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta ea/sistem saraf/sma/2013 1 Sistem Koordinasi 1. Sistem saraf 2. Sistem hormon 3. Sistem indera ea/sistem saraf/sma/2013

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot Tinjauan Umum Jaringan Otot Tipe Otot Otot rangka menempel pada kerangka, lurik, dapat dikontrol secara sadar Otot jantung menyusun jantung, lurik, dikontrol secara tidak sadar Otot polos, berada terutama

Lebih terperinci

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3)

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3) Riswanto, S. Pd, M. Si SMA Negeri 3 Rantau Utara 3 Gerakan zat melintasi membran sel 3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3) A Bagaimana struktur dari membran sel? (Book 1A, p. 3-3) Struktur membran sel dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari satu miliar orang di dunia menderita disabilitas. Disabilitas atau kecacatan dapat terjadi akibat kondisi kesehatan, kondisi lingkungan, dan faktor lain

Lebih terperinci

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT Kanal ion Peran penting kanal ion dalam sel adalah : 1. transport ion 2. pengaturan potensi listrik di membrane sel 3. signaling sel (kanal

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

BIOLOGI SEL. Chapter IV Sifat Membran Plasma (Transportasi pada Membran)

BIOLOGI SEL. Chapter IV Sifat Membran Plasma (Transportasi pada Membran) BIOLOGI SEL Chapter IV Sifat Membran Plasma (Transportasi pada Membran) Membran Molekul Besar Molekul Kecil Gas ION Ingat Fungsi Protein Transmembran?? Manakah Fungsi Transmembran pada Kasus Ini?? Sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas

Lebih terperinci

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP S E L Suhardi, S.Pt.,MP Foreword Struktur sel, jaringan, organ, tubuh Bagian terkecil dan terbesar didalam sel Aktivitas metabolisme sel Perbedaan sel hewan dan tumbuhan Metabolisme sel Fisiologi Ternak.

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan 42 BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat pengaruh perbedaan suhu dan tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan coba post mortem. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Rendemen Ekstrak akar Acalypha indica Linn. dari tiga sediaan menunjukkan hasil rendemen yaitu, 1,85 %, 2,4 %, dan 1,9 %. 4.2. Uji Fitokimia Hasil uji fitokimia ekstrak

Lebih terperinci

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT KELOMPOK/GELOMBANG : II/I KELAS : II C ANGGOTA : CIPTO SURIANTIKA (1204015080) FAJAR ADE KURNIAWAN (1204015163) KUDRAT RAHARDITAMA (1204015223)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

HORMON. OLEH dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

HORMON. OLEH dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO HORMON OLEH dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO Hormon Pembawa pesan kimiawi. Bersama saraf memadukan berbagai sistem organ (sistem koordinasi). Zat - zat dengan aktivitas hormonal (protein, asam amino, asam

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar Endokrin Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat

Lebih terperinci

SISTEM SARAF PADA MANUSIA

SISTEM SARAF PADA MANUSIA TUGAS ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SISTEM SARAF PADA MANUSIA Disusun oleh: Iis Nur Aisyah 24101020 Santi Nursamsiyah 24101048 SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG 2013 1. Sistem saraf Sistem saraf merupakan salah

Lebih terperinci

SEL. SMA Regina Pacis Jakarta. Ms. Evy Anggraeny

SEL. SMA Regina Pacis Jakarta. Ms. Evy Anggraeny SEL SMA Regina Pacis Jakarta Ms. Evy Anggraeny 1 Sejarah Sel Anthonie van Leeuwenhoek (1665) : Penemu mikroskop dan menyebutkan sel sebagai satuan kehidupan Robert Hooke (1665) : Menemukan istilah Cellula

Lebih terperinci

listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Sinar - X Hukum Coloumb Induksi Tabung Katoda Tabung Televisi Isolator dan konduktor Sistem Syaraf

listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Sinar - X Hukum Coloumb Induksi Tabung Katoda Tabung Televisi Isolator dan konduktor Sistem Syaraf listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Hukum Coloumb Sinar - X Induksi Tabung Katoda Isolator dan konduktor Tabung Televisi Mesin penginduksi Sistem Syaraf Medan Listrik Potensial listrik Ikan Listrik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar dan melihat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar dan melihat 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar dan melihat retensi siswa dengan menggunakan strategi peta konsep. Data penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kegiatan belajar, mengingat dan mengenal sesuatu. Belajar merupakan proses mendapatkan informasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II KEGIATAN PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF

BAB II KEGIATAN PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF 7 BAB II KEGIATAN PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF A. Keterampilan Proses Pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan pendekatan

Lebih terperinci

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo Jaringan Hewan Compiled by Hari Prasetyo Tingkatan Organisasi Kehidupan SEL JARINGAN ORGAN SISTEM ORGAN ORGANISME Definisi Jaringan Kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk

Lebih terperinci

Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecapprimer, berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutanb)

Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecapprimer, berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutanb) I.tujuan percobaan Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecapprimer, berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutanb) Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap

Lebih terperinci