ANALISIS EFISIENSI AGROINDUSTRI KACANG KEDELAI DI DESA DAYUN KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI AGROINDUSTRI KACANG KEDELAI DI DESA DAYUN KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI AGROINDUSTRI KACANG KEDELAI DI DESA DAYUN KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK Roza Yulida dan Yeni Kusumawaty Jurusan Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau yenik1974@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dimaksudkan untuk: 1) menganalisis pendapatan dan nilai tambah serta efisiensi agroindustri tahu dan tempe, 2) mengidentifikasi permasalahan agroindustri. Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap 4 unit usaha kedelai yang tersisa. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif teknologi produksi, analisis efisiensi usaha, dan analisis nilai tambah dengan tabel Hayami. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian disimpilkan : 1) keempat agroindustri tahu layak dikembangkan dan RCR tertinggi sebesar 1,19, 2) hanya satu agroindustri tempe yang layak dikembangkan dengan RCR 1,01, 3) nilai tambah yang diperoleh oleh agroindustri tahu untuk setiap kilogram kedelai adalah Rp dan untuk produk tempe sebesar Rp , dan 4) masalah yang dihadapi adalah terbatasnya modal untuk pengembangan usaha, air bersih yang sulit didapat dan harga bahan baku yang melonjak mendadak, serta tidak memiliki pembukuan akurat sehingga sulit mengetahui berapa untung dan rugi. Keywords:: agroindustri, efisiensi, kedelai, tahu, tempe, Siak LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2001). Kacang kedelai (Glicine max L Merril) merupakan salah satu tanaman hortikultura bernilai ekonomis tinggi yang memberikan andil cukup besar bagi pembangunan. Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, namun Indonesia tetap harus mengimpor kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Cina. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. yang dapat dibuat menjadi tahu (tofu), bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap), tempe, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai dan tauco (Anonim, 2009a). Hasil olahan kedelai seperti tahu dan tempe merupakan makanan menyehatkan dan mengandung zat gizi seperti protein tinggi, karbohidrat, lemak, mineral serta vitamin (Soehardjo, 1991). Hasil pertanian kedelai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, seperti yang terjadi di Kabupaten Siak Provinsi Riau. Untuk memenuhi kebutuhan dalam kabupaten, kedelai didatangkan dari Provinsi Lampung dan diimpor yang umumnya dari Malaysia. Harga kedelai impor berkisar antara Rp sampai Rp per kilogram pada tahun 2009 dan untuk kedelai lokal berkisar antara Rp sampai Rp per kilogram (Disperindag Provinsi Riau, 2009). Salah satu bentuk industri kecil yang bergerak dalam pengolahan hasil pertanian adalah agroindustri tahu dan tempe, dengan menggunakan bahan baku kedelai dimana tahu dan tempe sudah dikenal lama dan sangat disukai 438

2 Analisis Efisiensi Agroindustri Kacang Kedelai (Roza Yulida dan Yeni Kusumawaty) masyarakat. Beberapa masalah yang dihadapi pengusaha tahu dan tempe di Desa Dayun antara lain : (1) harga bahan baku kedelai yang tidak stabil, naik secara mendadak (2) kurang tersedianya modal untuk mengembangkan usaha, (3) kurang tersedia sumber air bersih untuk proses produksi sehingga pengusaha terpaksa membeli air bersih dari tempat lain yang langsung mempengaruhi biaya produksi. Masalah utama bagi para pengusaha tahu dan tempe adalah harga bahan baku atau kedelai yang naik dengan cepat dari Rp per kilogram pada awal januari 2007 menjadi per kilogram pada awal Januari 2009, yaitu naik sekitar 230% (Disperindag Propinsi Riau, 2009). Kenaikan ini mengakibatkan banyak agroindustri tahu dan tempe gulung tikar, dimana untuk Desa Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak, dari 11 agroindustri yang pernah ada hanya tersisa empat agroindustri tahu dan tempe pada saat ini. Agroindustri tahu dan tempe yang tersisa ini berupaya bertahan dengan mencari alternatif dengan memperkecil ukuran potongan tahu. Dari biasanya 5 kg kacang kedelai setelah diolah menjadi tahu dapat menghasilkan sebanyak 320 potong tahu ukuran 4 cm x 4 cm, sekarang 5 kg kacang kedelai dijadikan 450 potong tahu berukuran lebih kecil (3 cm x 3 cm). Terkait ketersediaan bahan baku kedelai, Kabupaten Siak memiliki 8 hektar lahan kedelai, tetapi belum mencukupi kebutuhan dalam Kabupaten. Maka untuk menutupi kekurangan pasokan, kedelai didatangkan dari Kabupaten bahkan provinsi lain seperti Lampung (BPS, 2007). Para pengusaha tahu mendapat pasokan bahan baku dari para tengkulak yang mampu memasok sekitar 1 ton per bulan atau sekitar 30 sampai 35 kg per hari yang dibayar setiap sore setelah tahu selesai dipasarkan. Dalam menjalankan usaha agroindustri tahu dan tempe, banyak hal yang perlu diperhatikan antara lain pertimbangan ekonomis. Hal ini perlu diperhatikan sehingga kegiatan agroindustri dapat memberikan keuntungan berkesinambungan. Banyaknya masalah yang dihadapi para pengusaha di Desa Dayun tersebut menimbulkan pertanyaan apakah agroindustri tahu dan tempe ini masih efisien atau tidak, dan seberapa efisienkah usaha tersebut. Maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis pendapatan dan nilai tambah serta efisiensi agroindustri tahu dan tempe di Desa Dayun Kecamatan Dayun, 2) Mengidentifikasi permasalahan agroindustri tahu dan tempe, dan 3) Merekomendasikan alternatif pemecahan masalah. 439 METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak Provinsi Riau. Pemilihan lokasi didasarkan pada kondisi berkembangnya agroindustri kedelai (tahu dan tempe) walaupun mayoritas penduduk desa berusaha di bidang kebun sawit, terjadi kekurangan air bersih dan tidak memiliki lahan kedelai yang cukup. Penelitian dilaksanakan mulai Juli 2009 sampai September Penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan dengan mewawancarai sampel, sedangkan pengambilan sampel secara sensus dimana sampel merupakan semua populasi pengerajin tahu dan tempe yang ada di Desa Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak. Populasi terdiri dari 4 unit usaha yang akan menjadi responden dalam penelitian ini. Analisis Data 1. Pendapatan Bersih Pendapatan bersih merupakan hasil dari total penerimaan dikurangi total biaya dari suatu proses produksi, dengan rumus JI =TR - TC (Soekartawi, 1995):

3 JI = Y. Py (X1.P 1 + X 2.P Xn.P n + D) dimana: JI = Pendapatan bersih usaha pembuatan tahu (Rp/produksi) TR = Total Revenue atau total pendapatan (Rp/proses produksi) TC = Total biaya produksi (Rp/proses produksi) Y = Total produksi (tahu/proses produksi) Py = Price atau harga tahu (Rp/tahu) Xi...Xn = Jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan (tenaga kerja, peralatan, bahan baku, bahan penunjang, transportasi, reparasi) PI... Xn = Harga dari masing-masing faktor produksi (Rp/satuan) D = Nilai penyusutan (Rp) 2. Penyusutan Peralatan Untuk menghitung nilai penyusutan peralatan yang digunakan pada usaha agroindustri tahu ini digunakan rumus (Prawirokusumo, 1990): HA w HA k D = Wp Dimana : D = Depresiasi/Penyusutan (Rp) HA k = Harga awal barang (Rp) HA w = Harga awal barang (Rp) Wp = Waktu pakai (Bulan) 3. Nilai Tambah Perhitungan nilai tambah dilakukan dengan tabel bantu Hayami (1987) dalam Sudiyono (2002) 4. Efisiensi Usaha (RCR) Untuk mengetahui efisien usaha digunakan analisis Return Cost Ratio (RCR) dengan membandingkan besarnya nilai penerimaan dengan besarnya nilai biaya menggunakan rumus (Hernanato, 1996): TR RCR = TC dimana: RCR = Return cost ratio TR = Total pendapatan kotor (Rp/proses produksi) TC = Total biaya produksi (Rp/proses produksi) RCR > 1 = maka usaha dinyatakan efisien dan dapat dikembangkan. RCR =1 = maka usaha yang dijalankan dinyatakan balik modal atau impas. RCR < 1 = maka usaha yang dilakukan dinyatakan tidak efisien maka tidak layak untuk dikembangkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi Produksi Teknologi pengolahan kedelai menjadi tahu dan tempe menggunakan teknologi sederhana, dimana alat-alat yang dibutuhkan diantaranya mesin penggiling kedelai, drum plastik, dan cetakan tahu. Agroindustri kacang kedelai di Desa Dayun hanya memproduksi tahu dan tempe. Walaupun banyak jenis produk turunan kedelai lainya seperti susu kedelai 440

4 Analisis Efisiensi Agroindustri Kacang Kedelai (Roza Yulida dan Yeni Kusumawaty) (air tahu dalam istilah lokal), namun mereka tidak memproduksinya karena tidak ada pasar yang cukup menjanjikan, namun sesekali pengrajin memproduksi susu kedelai untuk kebutuhan sendiri. Tahapan proses pembuatan tahu yang dilakukan agroindustri tahu di Desa Dayun adalah: 1) Kedelai dibersihkan dari kotoran dan pasir, kemudian dicuci dan biji kedelai yang mengambang dipermukaan air dibuang, 2) Kedelai direbus sampai kulit arinya mudah mengelupas, 3) kedelai rebus digiling dengan mesin penggiling, 4) Bubur kedelai disaring dengan kain kasa, sehingga sari kedelai akan terpisah dengan ampasnya, 5) Sari kedelai dimasak selama 5 menit guna mematangkan air kedelai, 6) Air kedelai matang, disaring dan diberi obat tahu yang berupa campuran cuka dan air masak, dan untuk pembuatan tahu berikutnya dapat menggunakan air sisa pembekuan tahu, 7) Air tahu yang telah diberi obat didiamkan 10 menit, 8) Setelah menjadi gumpalan-gumpalan lembut, dimasukkan dalam cetakan, dan di press dengan beban agar air yang terkandung mudah keluar dan 9) dipotongpotong sesuai dengan permintaan pasar. Proses pembuatan tahu di Desa Dayun, bila dibandingkan dengan pembuatan tahu menurut Kastyanto (1990) tidak jauh berbeda. Namun ada beberapa pengrajin lain pada proses awal tidak melalui perendaman, hasilnya sama namun perebusan atau penggilingan memakan waktu lebih lama. Beberapa perbedaan dalam pembuatan tahu adalah pemberian zat penggumpal sari kedelai (istilah pengrajin obat tahu ) berupa cuka masak dicampur air atau asam jawa ditambah gula merah dan asam cuka yang sebelumnya dimasak dan disaring. Perbedaan kedua zat penggumpal ini adalah pada zat pengawet memakai asam jawa tahu yang dihasilkan bertekstur lebih padat dan rasa asam lebih kuat. Proses pembuatan tempe oleh responden agroindustri tempe di Desa Dayun sebagai berikut: 1) Kedelai dibersihkan dari kotoran dan pasir, kemudian dicuci hingga bersih dan biji kedelai yang mengambang dipermukaan air dibuang, 2) Kedelai direbus sampai mendidih lalu ditiriskan, 3) Kedelai rebus direndam air dingin, 4) dicuci kembali hingga bersih, 5) dipecah dengan mesin penggiling dan ditiriskan, 6) dipindahkan ke drum plastik untuk dianginkan dan ditaburi ragi, 7) dikemas, 8) difermentasi di rak. Tahapan pembuatan tempe yang dilakukan responden agroindustri tempe di Desa Dayun sedikit berbeda menurut Sarwono (1989) responden agroindustri tempe setelah proses perebusan memecah kacang kedelai agar mudah menyerap ragi dan proses fermentasi tidak terlalu lama, namun menurut Sarwono (1989) setelah proses perebusan kedelai di anginkan setelah itu di taburkan ragi dan proses fermentasi dimulai tanpa melalui proses pemecahan. Analisis Pendapatan Usaha 1 Pendapatan Bersih Biaya adalah semua ongkos yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu proses produksi. Seluruh biaya baik tunai maupun tidak tunai yang dikeluarkan pengusaha diperhitungkan sebagai biaya produksi. Biaya produksi merupakan penjumlahan dari berbagai jenis biaya seperti biaya bahan baku utama, bahan penunjang, transportasi, tenaga kerja dan penyusutan alat. Analisis pendapatan agroindustri tahu dapat dilihat pada Tabel 1. Total pendapatan kotor agroindustri tahu dan tempe diperoleh dari perkalian jumlah produk yang dihasilkan dengan harga masing-masing produk. Harga produk tahu Rp. 150,- untuk tahu ukuran kecil karena mereka memang hanya memproduksi tahu kecil dan Rp ,- untuk tempe ukuran panjang. 441

5 Tabel 1 Analisis Pendapatan Agroindustri Tahu per September 2009 No Uraian Total Rerata 1 Bahan Baku Rp ,00 Rp ,00 2 Bahan Penunjang Rp Rp ,25 3 TKDK Rp ,58 Rp ,15 4 Penyusutan Peralatan Rp ,87 Rp ,72 5 Transportasi Rp ,00 Rp ,50 6 Biaya a. Biaya Tunai Rp ,00 Rp ,75 b. Biaya Tidak Tunai Rp Rp ,41 Total Biaya Rp ,64 Rp ,16 7 Produksi a. Jumlah Produk (Potong) b. Harga Produk (Rp/Potong) Rp 60000,00 Rp 150,00 8 Pendapatan a. Pendapatan Kotor Rp ,00 Rp ,00 b. Pendapatan Bersih Rp ,36 Rp ,84 9 PKK Rp ,94 Rp ,99 10 RCR 4,63 1,16 Sumber: Data Primer, Diolah (2009) Jumlah produk yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Pada bulan September rerata penghasilan kotor agroindustri tahu Rp ,- dan rerata pendapatan bersih Rp ,84,- untuk penghasilan bersih terbesar ada pada responden 4 yaitu sebesar Rp ,38,- Sedangkan pada tabel 2 terlihat bahwa pendapatan bersih responden agroindustri tempe adalah Rp ,56,- dengan rerata Rp ,78,- Tabel 2 Analisis Pendapatan Agroindustri Tempe per September 2009 No Uraian Total Rerata 1 Bahan Baku Rp ,00 Rp ,00 2 Bahan Penunjang Rp 892,982,00 Rp ,00 3 TKDK Rp ,00 Rp ,00 4 Penyusutan Peralatan Rp ,44 Rp 8.816,22 5 Transportasi Rp ,00 Rp ,00 6 Biaya a. Biaya Tunai Rp ,00 Rp ,00 b. Biaya Tidak Tunai Rp ,44 Rp ,22 Total Biaya Rp ,44 Rp ,22 7 Produksi a. Jumlah Produk (Potong) b. Harga Produk (Rp/Potong) Rp ,00 Rp ,00 8 Pendapatan a. Pendapatn Kotor Rp ,00 Rp ,00 b. Pendapatan Bersih Rp ,56 Rp ,78 9 PKK Rp ,64 Rp ,32 10 RCR 2,11 1,06 Sumber: Data Primer, Diolah (2009) 442

6 Analisis Efisiensi Agroindustri Kacang Kedelai (Roza Yulida dan Yeni Kusumawaty) 2. Nilai Tambah Salah satu tujuan dilakukanya usaha agroindustri adalah untuk memberikan nilai tambah dari produk pertanian yang akan diolah yaitu dari bahn baku kacang kedelai menjadi tahu dan tempe. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 Analisis Nilai Tambah Agroindustri Tahu per September No Variabel Formula Perhitungan 1 Hasil Produksi (Kg/Bln) a Bahan Baku(Kg/Bln) b Tenaga Kerja (Hok/Bln) c Faktor Konversi ½ a/b =M Koefisien TK (3/2) c/b =N Harga Produk (Rp/Kg) d Upah Rerata (Rp/Hok) e Pendapatan 8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) f Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) g Nilai Produk 4x6 (Rp/Kg) m x d =K a. Nilai Tambah (Rp) k - f - g =L b. Rasio Nilai Tambah (l/k)% =H% a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp) n x e =P b. Bagian Tenaga Kerja (p/l)% =Q% a. Keuntungan (Rp) l - p =R b. Tingkat Keuntungan r/l% Balas Jasa Untuk Faktor Produksi 14 Margin k - f =S * Pendapatan TK Langsung p/s% 0.44 * Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) g/s% * Keuntungan Pengolah r/s% Sumber: Hayami et.al, 1987 *Dikonversikan : 16 Potong Tahu = 1 Kg, Potong Tahu = 6.468,75 Kg Pada Tabel 3 terlihat bahwa nilai tambah (pendapatan) rata-rata selama bulan September 2009 untuk tahu adalah Rp ,40,- bahan baku kacang kedelai artinya setiap satu kilogram bahan baku kacang kedelai memberikan nilai tambah sebesar Rp ,40,-. Untuk nilai tambah tempe adalah sebesar Rp ,18,- artinya setiap satu kilogram bahan baku kacang kedelai yang diguna kan untuk memproduksi tempe memberikan nilai tambah sebesar Rp ,40. Distribusi nilai tambah untuk tahu terhadap tenaga kerja rata-rata 0,72 % dan rata-rata 99,28 % untuk tingkat keuntungan. Sedangkan untuk tempe rata-rata 2,18 % distribusi nilai tambah untuk tenaga kerja dan 97,82 % rata-rata untuk distribusi tingkat keuntungan. Besar kecilnya proporsi bagian tenaga kerja ini tidak mencerminkan besar kecilnya perolehan pekerja. Angka ini hanya memberikan gambaran perimbangan antara besarnya bagian pendapatan tenaga kerja (labour income) dengan bagian pendapatan responden. Imbalan tenaga kerja tidak termasuk kedalam nilai tambah. Tahu memberikan margin rata-rata sebesar Rp ,-/Kg bahan baku yang didistribusikan untuk tenaga kerja sebesar 0,44 % sumbangn input lain 38,26 % dan keuntungan perusahaan 61,29 %. Sedangkan tempe memberikan margin rata-rata 443

7 sebesar Rp ,-/Kg bahan baku yang didistribusikan untuk tenaga kerja sebesar 1,48 % sumbangn input lain 31,69 % dan keuntungan perusahaan 66,81 %. Tabel 4 Analisis Nilai Tambah Agroindustri Tempe per September No Variabel Formula Perhitungan 1 Hasil Produksi (Ptg/Bln) a Bahan Baku(Kg/Bln) b Tenaga Kerja (Hok/Bln) c Faktor Konversi 1/2 a/b =M Koefisien TK (3/2) c/b =N Harga Produk (Rp/Ptg) d 12,000 7 Upah Rerata (Rp/Hok) e Pendapatan 8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) f 7,600 9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) g 1, Nilai Produk 4x6 (Rp/Kg) m x d =K 13, a. Nilai Tambah (Rp) k - f - g =L 3, b. Rasio Nilai Tambah (l/k)% =H% a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp) n x e =P b. Bagian Tenaga Kerja (p/l)% =Q% a. Keuntungan (Rp) l-p =R 3,742 b. Tingkat Keuntungan r/l% Balas Jasa Untuk Faktor Produksi 14 Margin k - f =S 5,600 * Pendapatan TK Langsung p/s% * Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) g/s% * Keuntungan Pengolah r/s% Sumber: Hayami et.al, 1987 *.1 Potong Tahu Ukuran Panjang = 1 Kg = Rp ,- 3. Rasio Nilai Tambah a. Rasio Nilai Tambah per Tenaga Kerja Rasio ini mencerminkan jumlah kekayaan perkilogram bahan baku yang dapat diciptakan oleh responden dengan menggunakan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Nilai rasio untuk tahu adalah Rp.7.284,8,- artinya setiap penggunaan 1 orang tenaga kerja akan memberikan nilai tambah sebesar Rp ,8,- sedangkan tempe adalah Rp ,51,- artinya setiap penggunaan 1 orang tenaga kerja akan memberikan nilai tambah sebesar Rp ,-. b. Rasio Nilai Tambah per nilai output Rasio ini menggambarkan besarnya nilai tambah yang diperoleh dari setiap nilai produk tahu dan tempe yang dihasilkan. Nilai rasio untuk tahu adalah 26,98 % artinya dari setiap Rp. 100,-nilai output akan memberikan nilai tambah sebesar Rp. 26,98,- sedangkan rasio output untuk tempe adalah 28,98 % artinya dari setiap Rp. 100,- nilai output akan memberikan nilai tambah sebesar Rp. 28,98,-. c. Rasio Nilai Tambah per Upah Tenaga Kerja Rasio ini menunjukkan besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari setiap rupian yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja. Nilai tambah per upah tenaga kerja untuk tahu Rp. 26,09,- artinya setiap Rp. 1,- upah tenaga kerja yang dikeluarkan hanya dapat menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 26,09,-. Nilai rasio untuk tempe adalah Rp. 83,33,- artinya setiap Rp. 1,- upah tenaga kerja yang dikeluarkan dapat menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 83,33,-. 444

8 Analisis Efisiensi Agroindustri Kacang Kedelai (Roza Yulida dan Yeni Kusumawaty) d. Rasio Nilai Tambah per Nilai tambah Rasio ini menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh sebagai bagian dari nilai tambah. Rasio keuntungan pernilai tambah untuk tahu 61,29 % artinya dari Rp. 100,- nilai tambah yang dihasilkan 61,29 % adalah keuntungan sedangkan untuk tempe 66,81 % artinya dari Rp. 100,- nilai tambah yang dihasilkan 66,81 % adalah keuntungan. Sumbangan input lain merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan diluar biaya bahan baku utama yang mendukung kelancaran proses produksi. Dalam proses produksi tahu dan tempe, sumbangan input lainnya yang diperhitungkan adalah biaya bahan baku penunjang, biaya penyusutan dan biaya pemasaran. Besarnya sumbangan input lain dipengaruhi oleh banyaknya jenis bahan penunjang. 4. Analisis Efisiensi Usaha Jumlah produk yang dihasilkan akan menentukan jumlah pendapatan yang akan diterima oleh responden. Biaya diperlukan untuk memproduksi suatu barang dalam suatu tujuan usaha. Biaya adalah semua ongkos yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu proses produksi. Seluruh biaya baik tunai maupun tidak tunai yang dikeluarkan responden diperhitungkan sebagai biaya produksi. Biaya produksi merupakan penjumlahan dari beberapa jenis biaya seperti biaya bahan baku, bahan baku penunjang tenaga kerja dan penyusutan peralatan. Keuntungan yang diterima dapat dijadikan indikator untuk melanjutkan atau menghentikan kegiatan produksi. Jika tidak ada keuntungan yang diperoleh atau biaya yang dikelurkan sama (impas) atau lebih besar dari jumlah penerimaan maka kegiatan usaha tersebut tidak menguntungkan dan tidak layak diteruskan. Layak atau tidaknya suatu kegiatan produksi agroindustri, selain dari pendapatan bersih juga dapat diukur dari tingkat efisiensi usaha dengan melihat berapa besar nilai RCR. Nilai RCR tersebut diperoleh dari pembagian antara total pendapatan kotor dengan total biaya produksi. Nilai RCR paling tinggi diantara responden tahu yaitu responden ke 4 yaitu sebesar 1,24 artinya setiap Rp. 1.00,- biaya yang dikeluarkan persatuan unit untuk mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp. 1,24,- dan pandapatan bersih Rp. 0,24,- dan rerata RCR untuk responden tahu sebesar 1,15 artinya setiap Rp. 1.00,- biaya yang dikeluarkan persatuan unit untuk mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp. 1,15,- dan pandapatan bersih Rp. 0,15,- RCR responden tempe paling tinggi yaitu responden 1 sebesar 1,1 artinya setiap Rp. 1.00,- biaya yang dikeluarkan persatuan unit untuk mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp. 1,10,- dan pandapatan bersih Rp. 0,10,- sedangakan responden 2 sebesar 1,02,- artinya setiap Rp. 1.00,- biaya yang dikeluarkan persatuan unit untuk mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp. 1,10,- dan pendapatan bersih Rp. 0,10,- Dengan demikian usaha agroindustri tahu tersebut layak untuk dikembangkan meskipun dalam proses pengadaan bahan baku para responden masih terhutang, tapi itu merupakan bagian dari perjanjian antara agroindustri dengan distributor artinya bukan karena agroindustri tidak mampu melunasi langsung ketika bahan baku dampai dilokasi pabrik, sementara itu agroindustri tempe belum dapat dikatakan efisien. Dari hasil penelitian ditemukan permasalahan responden antara lain yaitu modal, air bersih dan responden yang tidak memiliki pembukuan yang akurat sehingga mereka tidak menyadari agroindustri tempe yang mereka jalankan hampir dapat dikatakan hanya balik modal. Modal yang tidak cukup menjadi alasan utama mereka tidak mengembangkan usaha dan kondisi lokasi pabrik yang jauh dari air bersih juag menjadi permasalahan yang sangat besar dimana dapat dilihat dalam 445

9 analisis untuk kebutuhan air saja responden mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Dari masalah tersebut, maka sangat diperlukan bantuan modal dengan persyaratan pinjaman modal bagi hasil agar tidak terlalu merumitkan responden. guna mengembangkan usaha mereka atau untuk pindah lokasi pabrik agar responden tidak perlu lagi mengeluarkan dana yang sanagt tinggi hanya untuk memenuhi kebutuhan air guna kelangsungan proses produksi, akan lebih baik lagi jka responden memiliki pembukuan yang akurat sehingga dapat di pantau maju mundurnya agroindustri yang mereka kelola. KESIMPULAN 1. Rata-rata produk tahu yang dihasilkan selama bulan September sebanyak potong ukuran kecil dengan harga per potong Rp. 150 dan 330 potong tempe ukuran panjang dengan harga perpotongnya Rp Rerata produk tempe yang dihasilkan selama bulan September sebanyak 330 potong tempe ukuran panjang dengan harga perpotongnya Rp RCR paling tinggi untuk agroindustri tahu terdapat pada responden ke 4 yaitu 1,19 dan keempat agroindustri tahu layak untuk dikembangkan 4. RCR paling tinggi untuk agroindustri tempe terdapat pada responden 1 yaitu 1,01 dan hanya agroindustri tempe yang dijalankan oleh responden 1 ini yang layak untuk dikembangkan 5. Nilai tambah yang diperoleh oleh agroindustri tahu untuk setiap kilogram bahan baku kedelai adalah sebesar Rp ,6,- dan untuk produk tempe sebesar Rp ,1,- 6. Masalah yang dihadapi responden berupa terbatasnya modal untuk pengembangan usaha, air bersih yang sulit didapat dan harga bahan baku yang melonjak mendadak, serta tidak memiliki pembukuan akurat sehingga sulit mengetahui berapa untung dan rugi. DAFTAR PUSTAKA Anonim Susu Kedelai. diakses 5 Juli 2009 Badan Pusat Statistik Riau Dalam Angka. 2007, Pekanbaru Departemen Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Riau Daftar Harga Harian Sembilan bahan Pokok. Pekanbaru Hernanto, F Ilmu Usaha Tani, Jakarta Kastyanto, F.L. Widie Membuat Tahu. Penebar Swadaya. Jakarta. Prawirokusumo, Ilmu Usaha Tani Edisi I. BPFE, Yokyakarta Sarwono, B Peranan Agroindistri Dalam Mempertahankan Pendapatan dan Menciptakan Lapangan Kerja di Pedesaan. Makalah dalam Simposium Indistrialisasi pendidikan Soehardjo, Pangan Gizi dan Pertanian. UI Press, Jakarta Soekartawi, Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 446

ANALISIS KOMPARASI NILAI TAMBAH DALAM BERBAGAI PRODUK OLAHAN KEDELAI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

ANALISIS KOMPARASI NILAI TAMBAH DALAM BERBAGAI PRODUK OLAHAN KEDELAI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN ANALISIS KOMPARASI NILAI TAMBAH DALAM BERBAGAI PRODUK OLAHAN KEDELAI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN Sitri Sorga *), HM. Mozart B. Darus **) dan Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga berjarak 6 Km dari ibu kota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG (PROFITABILITY ANALISYS OF SOYBEANS PROSSESING IN HOUSEHOLD INDUSTRY OF TASIK GARUT IN LEBONG DISTRICT) Reswita

Lebih terperinci

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU ANALYSIS OF AGROINDUSTRY CRISPY CHIPS TEMPE BU SITI IN BULUH RAMPAI VILLAGE SEBERIDA DISTRICT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Arif Budiman, Jum atri Yusri, Ermi Tety Agriculture faculty of Universitas Riau arifbudiman_agb08@yahoo.com (085278306914) ABSTRACT

Lebih terperinci

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RENTABILITAS AGROINDUSTRI TAHU BULAT (Studi Kasus Pada Perusahaan Tahu Bulat Asian di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito

Lebih terperinci

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU Tian Septian 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi tian_zoe@ymail.com Hj.Tenten Tedjaningsih 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi

Lebih terperinci

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu J. Agroland 22 (2) : 169-174, April 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Fanky Soehyono 1), Dini Rochdiani 2), Muhamad Nurdin Yusuf 3) 1) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN Shofia Nur Awami*, Masyhuri**, Lestari Rahayu Waluyati** * Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine II. KERANGKA PENDEKATAN TERORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kedelai Kedelai merupakan tanaman palawija yang telah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN Mohammad Wahyu Agang Fakultas Pertanian, Universitas Borneo Tarakan Email: wahyoe_89@ymail.com ABSTRAK Agroindustri minyak kayu

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Ani Sulistiani 1,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS Wiji Santoso, Pujiati Utami, dan Dumasari Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang

Lebih terperinci

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

V. PROFIL INDUSTRI TEMPE. responden yang diambil adalah 31 pengrajin yang semuanya termasuk dalam

V. PROFIL INDUSTRI TEMPE. responden yang diambil adalah 31 pengrajin yang semuanya termasuk dalam V. PROFIL INDUSTRI TEMPE A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin diperlukan untuk mengetahui latar belakang dari kondisi sosial ekonomi sosial pengrajin. Dalam penelitian ini keseluruhan jumlah responden

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA 11.02.8080 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang

Lebih terperinci

SOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN

SOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN ANALISIS TITIK IMPAS DAN NILAI TAMBAH KEDELAI DALAM USAHA PEMBUATAN TEMPE DI KELURAHAN TALANG JAWA KELURAHAN TALANG JAWA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Rosnaliza Testiana r.testiana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU 1 ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU ANALYSIS OF INCOME AND VALUE ADDED OF CASSAVA TAPAI AGROINDUSTRY IN PEKANBARU CITY Ari Nurhayati Praptiwi 1, Ermi Tety

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (Kasus : Desa Bajaronggi, Kec. Dolok Masihul dan Kec. Sei Rampah) Henni Febri

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Akhmad Sarifudin, Djaimi Bakce, Evy Maharani Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085271968335; Email: akhmad_agb08@yahoo.com ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh : 1 Desi Sulistianengsih, 2 Dini Rochdiani, 3 Mochammad Ramdan 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara) ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara) Haifa Victoria Silitonga *), Salmiah **), Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa bahan lain yang diproses melalui fermentasi yang secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Lewat

Lebih terperinci

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI) PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI) Income and Value Added of Robusta Ground Coffee in North Lebong Subdistrict Lebong

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA TAHU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA WAJIANTO DI DESA OGURANDU KECAMATAN BOLANO LAMBUNU KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA TAHU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA WAJIANTO DI DESA OGURANDU KECAMATAN BOLANO LAMBUNU KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 3 (3) : 421-426, Juni 2015 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA TAHU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA WAJIANTO DI DESA OGURANDU KECAMATAN BOLANO LAMBUNU KABUPATEN PARIGI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau gejala-gejala

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 2, Nomor 1, Juli 2011 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH KEBERADAAN PABRIK CRUMB RUBBER PT. ANDALAS AGROLESTARI LOGAS TERHADAP PENDAPATAN PETANI KARET DI

Lebih terperinci

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan

Lebih terperinci

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE Setiap kegiatan produksi tidak terlepas dari biaya, begitu pula kegiatan produksi tempe. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tempe meliputi biaya pembelian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU Khairizal dan Sisca Vaulina Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii RINGKASAN... iv LEMBARAN PENGESAHAN... vii RIWAYAT HIDUP... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv

Lebih terperinci

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta Oleh : Tri Rahayu Setyowati H0305040 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Pala Menjadi Sirup Pala Dalam Sebulan (3x produksi) di Kabupaten Bireuen

Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Pala Menjadi Sirup Pala Dalam Sebulan (3x produksi) di Kabupaten Bireuen 58 Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Pala Menjadi Sirup Pala Dalam Sebulan (3x produksi) di Kabupaten Bireuen No Biaya Item 1. Biaya Tetap - Ongkos transportasi PP (Bireuen-Medan) - Biaya akomodasi Harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan. Indonesia merupakan negara yang sedang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Idin Hadwa, 2 Soetoro, 3 Zulfikar Noormansyah

Lebih terperinci

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI Definisi : * Bahan makanan olahan yang harus diolah kembali sebelum dikonsumsi manusia * Mengalami satu atau lebih proses pengolahan Keuntungan: * Masa simpan lebih panjang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : 10 11 4210 1 INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE 1). Pengertian Tempe Tempe adalah makanan yang dibuat dari

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI TAHU (Studi Kasus di Kelurahan Indihiang Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI TAHU (Studi Kasus di Kelurahan Indihiang Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya) ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI TAHU (Studi Kasus di Kelurahan Indihiang Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya) Oleh : 1 Cep Hari Purnama, 2 Dini Rochdiani, 3 Sudradjat 1 Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis) ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis) Oleh: Yuri Tiara 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS 99 Buana Sains Vol 12 No 1: 99-103, 2012 PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS Muhsina, S. Masduki dan A A. Sa diyah PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PEMBUATAN TEMPE (Studi Kasus pada Usaha Pembuatan Tempe Bapak Joko Sarwono ) DI KELURAHAN BINUANG KECAMATAN BINUANG KABUPATEN TAPIN

ANALISIS USAHA PEMBUATAN TEMPE (Studi Kasus pada Usaha Pembuatan Tempe Bapak Joko Sarwono ) DI KELURAHAN BINUANG KECAMATAN BINUANG KABUPATEN TAPIN Al Ulum Sains dan Teknologi Vol.2 No.1 Nopember 2016 44 ANALISIS USAHA PEMBUATAN TEMPE (Studi Kasus pada Usaha Pembuatan Tempe Bapak Joko Sarwono ) DI KELURAHAN BINUANG KECAMATAN BINUANG KABUPATEN TAPIN

Lebih terperinci

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA 25 Buana Sains Vol 9 No 1: 25-30, 2009 PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA Asnah 1) dan Virgilius Natal 2) 1) PS Agribisnis Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA MANISAN BUAH DI DESA TEUPIN PUNTI KECAMATAN SYAMTALIRA ARON KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA MANISAN BUAH DI DESA TEUPIN PUNTI KECAMATAN SYAMTALIRA ARON KABUPATEN ACEH UTARA Jurnal S. Pertanian 1 (1) : 70 76 (2017) ANALISIS KELAYAKAN USAHA MANISAN BUAH DI DESA TEUPIN PUNTI KECAMATAN SYAMTALIRA ARON KABUPATEN ACEH UTARA Eka Fitriya 1, Elfiana 2, Martina 2 1 Mahasiswa Agribisnis

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN Aminah Nur *), Liliy Fauzia **) dan Siti Khadijah **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP 1 DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1) ; Awiyanto (2) ; Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcencis. Tanaman ini masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcencis. Tanaman ini masih 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komoditas Tanaman Carica Tanaman carica atau biasa disebut papaya dieng atau gandul dieng memiliki nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcencis. Tanaman ini masih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data 29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN TAHU SKALA RUMAH TANGGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara BPP Jambi

TEKNOLOGI PEMBUATAN TAHU SKALA RUMAH TANGGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara BPP Jambi TEKNOLOGI PEMBUATAN TAHU SKALA RUMAH TANGGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara BPP Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu bukan asli dari Indonesia, tetapi masyarakat Indonesia sudah sejak zaman

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, EFISIENSI DAN KEUNTUNGAN PADA INDUSTRI TEMPE DAN KRIPEK TEMPE KEDELE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, EFISIENSI DAN KEUNTUNGAN PADA INDUSTRI TEMPE DAN KRIPEK TEMPE KEDELE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, EFISIENSI DAN KEUNTUNGAN PADA INDUSTRI TEMPE DAN KRIPEK TEMPE KEDELE Di Daerah Sanan, Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing, Kodya Malang Jawa Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN KEUNTUNGAN AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN

Lebih terperinci

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang) ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang) Ulil Mar atissholikhah* Darsono** Eka Dewi Nurjayanti*** *Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di Desa Wajak dan Desa Blayu. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia, sektor industri berkaitan erat dengan sektor pertanian terutama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau 32 II. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga)

ANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga) ANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga) Kasmin R. Lasena 1), Dr Amir Halid. SE, M.Si 2), Amelia Murtisari SP. M.Sc 3) JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG 1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi mirand17@yahoo.com Eri Cahrial, Ir.,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. commit to user digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas,

Lebih terperinci

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru

V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin merupakan gambaran umum tentang keadaan dan latar belakang pengrajin yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNOLOGI MESIN PENGOLAH DAN NILAI TAMBAH KERIPIK SALAK PONDOH PADA KELOMPOK SRIKANDI KELURAHAN SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

ANALISIS TEKNOLOGI MESIN PENGOLAH DAN NILAI TAMBAH KERIPIK SALAK PONDOH PADA KELOMPOK SRIKANDI KELURAHAN SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU 1 Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 2 : 1-8, 2017 ANALISIS TEKNOLOGI MESIN PENGOLAH DAN NILAI TAMBAH KERIPIK SALAK PONDOH PADA KELOMPOK SRIKANDI KELURAHAN SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendiskripsikan, dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA 36 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Sukiman 1), Dumasari 2), dan Sulistyani Budiningsih 2) 1) Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK KULIT SAPI DI KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK KULIT SAPI DI KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK KULIT SAPI DI KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU (Studi Kasus pada Usaha Agroindustri Kerupuk Kulit Sapi Mamak Kito ) BUSINESS ANALYSIS OF AGROINDUSTRY

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 2. Analisis Biaya Produksi Nipah Menjadi Agar-agar dalam Satu Kali Produks i di Kawasan Paluh Merbau, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. No Biaya Item Harga Satuan (Rp)

Lebih terperinci

T E M P E 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN T E M P E 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Susu Kedelai, Bisnis Sari Kedelai yang Menggiurkan

Peluang Bisnis Susu Kedelai, Bisnis Sari Kedelai yang Menggiurkan TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Susu Kedelai, Bisnis Sari Kedelai yang Menggiurkan DISUSUN OLEH ELSA ENDRASARI SUBROTO 10.11.4242 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Nenengirma11@yahoo.com Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi enoksumarsih@yahoo.com Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Alek Hermawan 1, Dini Rochdiani 2, Tito Hardiyanto 3 1)

Lebih terperinci