Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A"

Transkripsi

1

2

3

4 Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

5 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Suriansyah, Ahmad Profesi Kependidikan: Perspektif Guru Profesional /Ahmad Suriansyah, Aslamiah Ahmad, dan Sulistiyana Ed. 1 Cet. 1. Jakarta: Rajawali Pers, viii, 212 hlm., 24 cm Bibliografi: hlm. 203 ISBN Guru. I. Judul. II. Aslamiah Ahmad, Hajjah. III. Sulistiyana Hak cipta 2015, pada Penulis Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit RAJ Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. Dr. Hj. Aslamiah Ahmad, M.Pd., Ph.D Sulistiyana, S.Pd., M.Pd. Profesi Kependidikan: Perspektif Guru Profesional Cetakan ke-1, Desember 2015 Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Desain cover oleh octiviena@gmail.com Dicetak di Kharisma Putra Utama Offset PT RajaGrafindo PersadA Kantor Pusat: Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok Tel/Fax : (021) (021) rajapers@rajagrafindo.co.id http: // Perwakilan: Jakarta Jl. Pelepah Asri I Blok QJ 2 No. 4, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara, Telp. (021) Bandung Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi Telp. (022) Yogyakarta-Pondok Soragan Indah Blok A-1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan Bantul, Telp. (0274) Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok. A No. 9, Telp. (031) Palembang-30137, Jl. Kumbang III No. 10/4459 Rt. 78, Kel. Demang Lebar Daun Telp. (0711) Pekanbaru-28294, Perum. De Diandra Land Blok. C1/01 Jl. Kartama, Marpoyan Damai, Telp. (0761) Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3 A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. (061) Makassar-90221, Jl. ST. Alauddin Blok A 14/3, Komp. Perum Bumi Permata Hijau, Telp. (0411) Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt. 17/05, Telp. (0511) Bali, Jl. Imam Bonjol g. 100/V No. 5B, Denpasar, Bali, Telp. (0361)

6 KATA PENGANTAR Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui proses pendidikan merupakan prioritas kebijakan dalam dunia pendidikan. Kebijakan ini diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan pendidikan, salah satunya adalah peningkatan kualitas guru. Guru merupakan unsur penting dalam dunia pendidikan sebab, pendidikan bermutu salah satunya ditentukan oleh profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh sebab itu, apabila kita menghendaki pendidikan yang bermutu, maka mau tidak mau kita wajib meningkatkan profesionalisme guru. Pemerintah telah berusaha dengan berbagai program untuk meningkatkan profesionalisme guru, bahkan sampai dengan pemberian tunjangan profesi guru dengan besaran satu kali gaji pokok. Tetapi realitanya masih banyak keluhan bahwa pendidikan masih belum mampu mencapai kualitas yang diinginkan. Guru yang profesional tidak akan dapat dicapai hanya melalui pemberian tunjangan profesi tanpa dipersiapkan secara matang sebelum mereka menjadi guru dan dilanjutkan dengan pembinaan yang optimal pada saat mereka bertugas sebagai guru secara terus-menerus. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah selayaknya bagi calon guru dan guru untuk mengkaji dan mendalami apa yang dipaparkan dalam buku ini Profesi Kependidikan/Keguruan v

7 sebagai refleksi bagi guru-guru dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai guru menuju guru yang profesional. Menyikapi adanya kesenjangan antara harapan pemerintah terhadap profesionalisme dengan memberikan berbagai penghargaan dengan kenyataan bahwa profesionalisme guru masih jauh dari harapan yang diinginkan, maka buku ini mencoba untuk mengungkap berbagai kajian tentang apa dan bagaimana guru yang profesional dilihat dari berbagai perspektif. Di samping itu juga kajian tentang guru dalam administrasi sekolah, bimbingan konseling, supervisi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah. Oleh sebab itu, buku ini dapat menjadi bahan kajian bagi calon guru yang sedang memperdalam ilmu di lingkungan Perguruan Tinggi Kependidikan (LPTK) maupun bagi guru-guru dan kepala sekolah yang sedang bertugas, karena buku ini tidak hanya memberikan penjelasan dan kajian yang bersifat teoretik semata tetapi juga membuat kajian-kajian yang aplikatif dan dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, baik oleh guru maupun kepala sekolah. Di samping itu, buku ini juga dapat dimanfaatkan bagi kalangan pengawas sekolah sebagai bahan referensi dalam rangka melakukan pembinaan kepada sekolah-sekolah tentang profesionalisme guru dan pembinaannya. Meskipun demikian penulis masih memerlukan penyempurnaan buku ini secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbasiskan hasil-hasil penelitian mutakhir. Untuk semua itu, penulis sangat berterima kasih dan berbangga hati apabila ada masukanmasukan perbaikan dari semua pembaca. Semoga bahan bacaan ini dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan secara umum. Penulis vi Profesi Kependidikan

8 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB 1 HAKIKAT Profesi Guru 1 A. Profesi Guru dan Syarat Menjadi Guru 1 B. Apakah Jabatan Guru Dapat Dikatakan Sebagai Profesi 11 C. Syarat Apa yang Harus Dipenuhi Sebagai Seorang Guru 14 D. Tugas dan Fungsi Guru Serta Indikator Guru yang Profesional 20 E. Organisasi Guru dan Kode Etik Guru Indonesia 41 v vii BAB 2 Bimbingan dan Konseling 53 A. Pengertian Bimbingan dan Konseling 54 B. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah 59 C. Prinsip Bimbingan dan Konseling 71 D. Asas Bimbingan Konseling 76 E. Landasan Bimbingan dan Konseling 79 Profesi Kependidikan/Keguruan vii

9 F. Bidang Bimbingan Belajar, Sosial, Pribadi dan Karier 86 G. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah 88 H. Orientasi Bimbingan dan Konseling 92 I. Ruang Lingkup Pelayanan Bimbingan dan Konseling 95 J. Kode Etik Bimbingan Konseling 98 K. Peranan Guru dalam Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah 99 BAB 3 Administrasi Sekolah 107 A. Pengertian Administrasi Pendidikan di Sekolah 108 B. Fungsi Administrasi 114 C. Kegiatan-kegiatan Administrasi Guru di Sekolah 124 BAB 4 Supervisi Pendidikan 145 A. Perlunya Pembinaan Guru 145 B. Pengertian dan Fungsi Pokok Supervisi 149 C. Tanggung Jawab Pembinaan Profesionlisme Guru 153 D. Pendekatan Supervisi Pendidikan 159 BAB 5 Manajemen Berbasis Sekolah 179 A. Latar Belakang 179 B. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Manajeman Berbasis Sekolah 182 C. Prinsip Dasar Manajeman Berbasis Sekolah 185 D. Konsep Dasar Manajeman Berbasis Sekolah dalam Perspektif Teoretik 186 E. Kondisi yang Mendukung Implementasi di Sekolah 194 DAFTAR PUSTAKA 203 TENTANG PENULIS 211 viii Profesi Kependidikan

10 A. Profesi Guru dan Syarat Menjadi Guru 1. Guru Hakikat PROFESI GURU BAB 1 Setiap hari kita selalu mendengar sebuah kata yang sangat sering baik di lingkungan keluarga, masyarakat apalagi dalam lingkungan pendidikan khususnya sekolah yaitu kata GURU. Siapa sebenarnya yang disebut guru itu? Jawaban yang kita temukan selalu menyatakan guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan di sekolah maupun di luar sekolah. Sehingga di masyarakat ada seseorang yang tugasnya mengajarkan membaca Al-Qur an disebut guru ngaji dan sebagainya. Sementara guru dalam pemahaman umum adalah mereka yang mengajarkan ilmu pengetahuan di sekolah. Sering pula kita dengan istilah guru dikaitkan dengan istilah seseorang yang dapat digugu (GU) dan ditiru (RU). Istilah digugu dan ditiru ini mengindikasikan guru adalah seorang yang memiliki kesempurnaan dalam aspek moral. Sehingga seorang guru haruslah seorang yang sikap dan perilakunya dapat ditiru dan digugu oleh siswa bahkan oleh masyarakat. Dua penjelasan tersebut menggambarkan guru dalam dua perspektif, yaitu pertama perspektif melihat guru sebagai seorang ilmuwan yang berkewajiban memberikan ilmu pengetahuan kepada siswanya. Bab 1 Hakikat Profesi Guru 1

11 Sedangkan perspektif kedua melihat guru sebagai seorang yang memiliki kesempurnaan moral. Apakah itu yang dimaksudkan dengan istilah guru? Guru atau tenaga pendidik menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang Tenaga Kependidikan dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dari dua undang-undang tersebut sangat jelas bahwa guru memegang peranan yang sangat sentral dan strategis dalam proses pembelajaran di sekolah. Mengingat peran pentingnya tersebut sehingga peran guru sebagai pendidik tak akan pernah tergantikan oleh peran apa pun. Guru yang awalnya dikenal dengan istilah pendidik dalam sejarahnya sampai sekarang tidak pernah dapat tergantikan oleh apa pun termasuk oleh teknologi seperti sekarang yang sedang tumbuh dan berkembang pesat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Setinggi dan secepat apa pun perkembangan teknologi peranan guru tidak akan pernah bisa tergantikan oleh kemajuan teknologi, karena guru bukan hanya sebagai pengajar yang tugasnya mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik, tetapi yang terpenting justru tugasnya sebagai pendidik. Tugas sebagai pendidik adalah mendidik anak menjadi manusia dewasa dalam pengertian yang sebenarnya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa guru memainkan peranan yang strategis dalam peningkatan mutu hasil belajar siswa. Karena itu dapat dikatakan guru memainkan peranan dalam pendidikan masa kini dan masa depan anggota masyarakat melalui sekolahnya masing-masing, atau dengan kata lain masa kini dan masa depan masyarakat khususnya generasi muda sangat tergantung pada kualitas guru (pemahaman guru dalam hal ini adalah mulai dari PAUD/TK sampai Perguruan Tinggi) dalam melaksanakan pembelajaran. Ini berarti bahwa masa depan bangsa sangat tergantung pada sampai sejauhmana peranan guru dapat melaksanakan proses pembelajaran. Dalam kaitan ini sesuai dengan kebutuhan masa depan bangsa Indonesia, maka peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berkualitas dan berkarakter menjadi harapan semua orang. Sebab, dari generasi yang cerdas dan berkarakterlah bangsa ini dapat mencapai tujuannya mensejahterakan kehidupan masyarakat. Banyak kasus yang kita hadapi sekarang dengan sejumlah orang cerdas, namun masih 2 Profesi Kependidikan

12 belum mampu membawa masyarakat Indonesai ke arah kesejahteraan, malah sebaliknya kita masih dihadapkan pada problem besarnya angka kemiskinan bahkan bayi lahir dengan kondisi gizi buruk. Mengingat pentingnya peran guru tersebut dalam perubahan dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju dan sejahtera, khususnya menuju efektivitas pembelajaran yang berkualitas, Fullan seperti di kutip oleh Rizali, Sidi dan Dharma (2009) menyatakan bahwa: efektivitas pembelajaran baru akan tercapai apabila kita: a. Merekrut orang-orang yang terbaik untuk menjadi guru. b. Lingkungan kerja dibuat nyaman dan kondusif untuk bekerja dan mendorong guru berkarya agar mereka tidak mencari pekerjaan lain. Merekrut orang terbaik menjadi guru, harus dimulai dari rekrutmen calon guru oleh lembaga penghasil guru, yaitu LPTK (FKIP dan FIP). Ini memerlukan komitmen LPTK untuk melakukan rekrutmen mahasiswa secara profesional. Sementara lingkungan kerja yang kondusif dan mendorong tumbuhnya karya inovatif memerlukan kepemimpinan di berbagai jenjang institusi yang berwenang dalam pembinaan guru seperti dinas pendidikan, pengawas dan kepala sekolah. Hal itu sangat beralasan, sebab bagaimanapun baiknya kurikulum dengan segala perubahan yang dilakukan ujungnya untuk implementasi kurikulum yang baik tersebut memerlukan guru yang baik, atau dengan kata lain guru yang profesional. Apakah pekerjaan sebagai guru sudah menjadi profesi atau masih pekerjaan sampingan, serta apa dan bagaimana guru profesional akan dibahas secara khusus pada bagian lain dalam buku ini. Sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya diharapkan mampu mengelola kelasnya menjadi suatu lingkungan pendidikan yang sarat (penuh) nilai. Dengan demikian guru akan dapat mempersiapkan peserta didiknya bukan hanya sebagai individual yang mandiri, tetapi juga menolong peserta didiknya mencapai tingkat kemanusiaannya secara sempurna (manusia unggul), yaitu manusia yang dapat eksis secara fungsional di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negaranya, dan bahkan masyarakat dunia. Hal tersebut hanya dapat diwujudkan melalui dampak pengajaran dan keteladanan dalam lingkungan pendidikan yang sarat nilai dan ilmu pengetahuan/science serta teknologi dengan berlandaskan kepribadian yang relegius. Adanya tuntutan terhadap mutu pendidikan yang tinggi itu pada gilirannya memerlukan guru yang bermutu dan profesional dalam bidangnya. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mempersyaratkan pendidikan minimal bagi seorang guru mulai dari TK sampai dengan SMTA adalah Strata 1 serta Peraturan Bab 1 Hakikat Profesi Guru 3

13 Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara tegas menyatakan seorang guru yang layak mengajar adalah mereka yang memiliki kompetensi pedagogis, profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Hal ini menuntut setiap orang yang merasa sebagai guru atau tenaga pendidik untuk selalu berupaya menyesuaikan tuntutan kualifikasi dan kualitas kompetensi guru dengan peraturan perundang-undangan tersebut di atas. 2. Apakah Kriteria Profesi Itu Kata profesi, merupakan kata yang sangat akrab bagi kita bahkan bagi masyarakat umum. Kita sering bertanya pada seseorang kawan apa profesi anda, atau kita juga sering mendengar seseorang menyatakan bahwa profesinya sekarang sebagai dokter, sebagai penasihat hukum, atau sebagai pemain bola dan sebagai petinju profesional. Pernyataan tersebut sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Coba kita membayangkan, apa yang dilakukan oleh orang-orang yang kita temui tersebut dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing - masing. Sebagai dokter misalnya apa yang harus dan telah dipersiapkannya sebelum dia dilantik menjadi dokter, penasihat hukum, pemain bola dan sebagainya. Apa yang dikerjakannya setelah menjadi dokter, kepada siapa dia bertanggung jawab, siapa yang membela atau menghukum dia kalau terjadi kesalahan dalam melaksanakan tugasnya bahkan bagaimana dampaknya terhadap penghasilannya. 4 Profesi Kependidikan

14 Seorang dokter dan penasihat hukum sebelum menjalani profesinya harus melalui proses pendidikan khusus kedokteran yang diteruskan dengan pendidikan profesi dokter dengan cara bertugas di rumah sakit tiga sampai empat semester. Pada proses pendidikan dengan mempelajari bidang ilmu yang mendasari teknik dan prosedur kerja yang terkadang memakan waktu lama (5 sampai 7 tahun). Seorang petinju harus melakukan latihan yang panjang sebelum sampai menjadi petinju profesional. Demikian pula dengan pemain bola bahkan sekarang ada sekolah sepak bola. Karena itu, pekerjaan sebagai dokter, sebagai penasihat hukum, sebagai petinju atau bahkan sebagai pemain bola tidak dapat dilakukan secara baik oleh semua orang terkecuali mereka yang telah melalui pendidikan khusus (dipersiapkan khusus untuk itu). Seorang dokter harus melalui pendidikan kedokteran yang setelah lulus ditambah dengan pendidikan profesi dokter, seorang notaris setelah dididik menjadi sarjana hukum melanjutkan pendidikan kenotariatan dan seterusnya juga berlaku dengan profesi lainnya. Apa yang dapat kita simpulkan dari pengamatan kita terhadap berbagai kenyataan tersebut di atas...? Ternyata sebelum seseorang memegang jabatan tersebut seseorang harus melalui proses pendidikan khusus dan/atau latihan serta ujian khusus. Jadi, syarat pertama untuk dapat dikatakan suatu pekerjaan/jabatan sebagai suatu profesi adalah adanya bidang ilmu yang mendasari teknik, prosedur kerja dan lain-lain yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus yang dipersiapkan untuk itu. Yang sering menjadi pertanyaan adalah, apakah seorang profesional dapat melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya..? Bagaimana kalau seorang dokter melakukan kesalahan dalam praktik pengobatan terhadap pasien (mal praktik)..?, bagaimana perilaku dia dalam menghadapi pasien yang berbeda strata sosial ekonomi, ras, suku dan sebagainya...? Ternyata sikap, tindakan, perilaku mereka telah diatur dan diarahkan oleh aturan- aturan yang menjadi panduan dalam setiap tindakannya. Bahkan mereka punya standar nilai dan standar perilaku yang harus dilakukan dalam melayani pasiennya. Demikian pula halnya dengan penasihat hukum, petinju dan pemain sepak bola. Misalnya seorang petinju tidak boleh sembarang bertinju. Aturan-aturan ini sudah mereka sepakati bersama. Inilah yang disebut dan dikenal dengan istilah Kode Etik Jabatan/Kode Etik Profesi. Kalau begitu mana yang dapat kita simpulkan sebagai kriteria kedua dari jabatan profesi. Ternyata jabatan profesi harus memiliki kode etik profesi yang harus dipatuhi dan ditaati oleh semua anggotanya. Jadi, syarat kedua untuk dapat dikatakan suatau pekerjaan/jabatan sebagai suatu profesi adalah adanya kode etik jabatan/kode etik profesi yang disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku, sikap dan cara kerja pemangku profesi itu. Bab 1 Hakikat Profesi Guru 5

15 Dengan persyaratan pendidikan khusus dan latihan khusus serta aturan etika yang berlaku, menurut Anda dapatkan pekerjaan dokter diganti oleh orang lain yang bukan ahlinya...? apa yang akan terjadi kalau suatu pekerjaan dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya dan tidak bekerja sesuai dengan aturan nilai etika. Masyarakat tentu akan menilai bahaya yang akan dihadapinya, dan mereka tidak akan berobat/diobati oleh yang bukan ahlinya tersebut, bahkan orang sering ditangkap sebagai dokter palsu. Demikian pula halnya dengan seorang yang bukan ahli hukum menjadi penasihat hukum, tentunya masyarakat tidak akan pernah mau meminta bantuan hukum kepadanya. Seorang yang tidak pernah latihan atau dilatih sepak bola, ingin menjadi pemain bola profesional, tentu masyarakat tidak mau mengakuinya. Kalau begitu apa yang dapat kita simpulkan, ternyata jabatan dapat menjadi profesi kalau dia mendapat pengakuan dari masyarakat. Dalam pengertian pengakuan masyarakat dapat pula berasal dari pengakuan melalui formal legalistik oleh pemerintah melalui surat keputusan, undang-undang dan aturan lainnya. Dengan demikian syarat ketiga untuk dapat dikatakan suatu pekerjaan/jabatan sebagai suatu profesi adalah adanya layanan unik yang memperoleh pengakuan dari masyarakat atau pemerintah. Cukupkah ketiga syarat di atas sebagai kriteria/ciri suatu jabatan dapat dikatakan sebagai profesi...? Kalau kita mengamati kenyataan yang ada di tengah-tangah masyarakat yang berkaitan dengan pekerjaan seorang profesional, kita akan menyaksikan banyak hal termasuk di antaranya mereka sering membuat kelompok tertentu sesama profesi. Dokter berkumpul dalam organisasi sesama dokter, penasihat hukum berkumpul sesama penasihat hukum dan seterusnya. Pengamatan fenomena yang ada di lapangan ternyata profesi dokter memiliki organisasi sendiri yang disebut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Advokat memiliki Ikatan Advokat Indo nesia (IAI) demikian pula dengan profesi lain termasuk profesi petinju dengan KTI-nya. Kita sering melihat organisasi ini melakukan berbagai kegiatan baik untuk peningkatan kualitas anggotanya, kesejahteraan maupun sosial kemasyarakatan. Pernahkah Anda melihat seminar yang dilaksanakan oleh IDI, sunatan massal dan sebagainya, atau bantuan hukum gratis oleh LKBH. Ternyata organisasi ini sangat berperan dalam meningkatkan kualitas anggotanya bahkan kesejahteraan, keamanan dalam melaksanakan tugas profesi bagi anggotanya. Di samping itu, organisasi ini berfungsi pula untuk melindungi masyarakat pengguna jasa profesi dari layanan yang tidak semestinya. Banyak kita saksikan organisasi profesi membentuk dewan kehormatan profesi yang akan menilai anggota organisasi profesi apabila 6 Profesi Kependidikan

16 melanggar ketentuan profesi atau mal praktik. Hal inilah yang memberikan jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu dari profesi. Ini berarti keberadaan organisasi profesi menjadi salah satu syarat bagi jabatan profesi. Dengan demikian syarat keempat untuk dapat dikatakan suatu pekerjaan/ jabatan sebagai suatu profesi adalah adanya organisasi profesi yang mengayomi anggotanya, mampu memberikan rasa aman anggotanya dalam bekerja, mampu meningkatkan kualitas anggota organisasi agar layanan yang diberikan lebih bermutu dan mampu meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga bisa fokus dalam memberikan layanan berkualitas. Di samping itu organisasi profesi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat agar mereka mendapatkan layanan yang berkualitas dan terhindar dari layanan yang tidak semestinya mereka terima dan dapat merugikan masyakarat. Sebelum kita sampai pada kesimpulan apa sebenarnya kriteria suatu pekerjaan sehingga dapat dikatakan sebagai suatu profesi, coba isi tabel berikut ini berdasarkan uraian yang telah dibahas secara rinci pada uraian di atas. Coba berikan tanda cek pada kolom samping kanan apabila organisasi profesi yang tercantum di sebelah kirinya telah memenuhi syarat atau memiliki apa yang ada dalam tabel kolom 3 sampai dengan kolom 6. Jenis profesi dapat Anda tambahkan dengan pekerjaan lainnya yang ada di masyarakat. No. Jenis Profesi Pendidikan/ Latihan Khusus Pengakuan Masyarakat Pemerintah Kode Etik Profesi Organisasi Profesi 1. Dokter 2. Penasihat Hukum 3. Guru 4. Pembimbing/konselor 5. Psikolog 6. Arsitektur 7. Sosiolog 6. Dsb/dll Berdasarkan uraian dan daftar cek yang Anda buat seperti tabel di atas, kita dapat membuat kesimpulan bahwa suatu jabatan/pekerjaan dapat disebut sebagai suatu profesi apabila memenuhi 4 (empat) kriteria yaitu: a. Dipersiapkan melalui pendidikan khusus untuk menguasai bidang ilmu yang mendasari pendekatan, strategi, teknik dan prosedur kerja. b. Adanya layanan unik dan pengakuan masyarakat. Bab 1 Hakikat Profesi Guru 7

17 c. Memiliki kode etik profesi. d. Memiliki organisasi profesi. Untuk memperkuat hasil diskusi kita di atas, kita bandingkan beberapa pendapat ahli tentang kriteria suatu jabatan/pekerjaan untuk dapat dikatakan sebagai suatu profesi. Menurut Webtby-Gibson (1965) seperti dikutip oleh Suriansyah (2010) ciri-ciri keprofesian adalah sebagai berikut: 1) diakui oleh masyarakat, 2) dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik serta prosedur kerja. (profesi kedokteran misalnya ada sejumlah ilmu yang mendasarinya seperti anatomi, bakteriologi, biokimia, patologi, farmakologi dan sebagainya, bagaimana dengan profesi guru...?), 3) mempersyaratkan pendidikan pra-jabatan yang sistematis yang berlangsung lama, 4) dimilikinya mekanisme untuk melakukan penyaringan secara efektif, sehingga hanya mereka yang dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja memberikan layanan ahli tersebut. Dalam bidang ini merupakan kelemahan pokok bagi profesi keguruan di negara kita, 5) dimilikinya organisasi profesi yang melindungi kepentingan anggotanya dari saingan yang berasal dari luar kelompok serta berfungsi pula untuk meyakinkan agar anggotanya menyelenggarakan layanan terbaik yang dapat diberikan demi kepuasan para pemakai layanan profesi tersebut. Pendapat lain tentang ciri profesi dikemukakan oleh Ohles seperti dikutip oleh Suriansyah (2008) yang menyebutkan beberapa kriteria umum yang menentukan apakah suatu pekerjaan disebut profesi atau tidak, yaitu: a. pekerjaan itu melakukan pelayanan umum dan vital, b. pekerjaan itu memiliki pendidikan khusus, c. anggotanya harus mengontrol pemasukannya ke dalam kelompok terpilih, d. mereka harus setia mematuhi kode etik yang pelaksanaannya diamati oleh semua anggota kelompok profesi. Secara formal, surat Keputusan Mendikbud Tanggal 22 Juni 1983 Nomor 0319/ U/1983 mengatur tentang profesi guru di Indonesia. Dalam hal ini ditegaskan bahwa profesi guru bukan sekadar pekerjaan khusus, tetapi pekerjaan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Expertise (Keahlian) Seorang akan mempunyai keahlian dalam suatu bidang ilmu tertentu kalau dia dipersiapkan secara khusus melalui pendidikan yang dilakukan secara matang dan dalam kurun waktu yang relatif lama. Oleh sebab itu, suatu 8 Profesi Kependidikan

18 profesi harus dipersiapkan dalam suatu pendidikan pra jabatan dengan standar tertentu baik pada proses pendidikan maupun standar kompetensinya bagi penyelenggaraan penyaringan. Dengan demikian, dapat dipersiapkan tenaga yang profesional dalam melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya, guru sebagai suatu profesi harus dilandasi oleh filosofis akademik dan prosedur kerja ilmiah, jujur, kritis, kreatif, terbuka dan sederhana. Sikap ini menghendaki seorang guru untuk senantiasa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan selalu berusaha berinovasi dalam melaksanakan tugas keguruan yang diembannya. b. Responsibility (Tanggung Jawab) Tanggung jawab tenaga kependidikan sebenarnya mencakup rentang waktu masa kini dan masa yang akan datang, dalam arti masa kini guru wajib bertanggung jawab membantu anak-anak bangsa mengembangkan diri sesuai dengan potensinya sehingga dia mampu mandiri dalam kondisi lingkungannya. Sementara dalam perspektif masa depan tanggung jawab tenaga guru (pendidik) sangat menentukan masa depan bangsa. Karena hasil dari pendidikan berkualitaslah yang mampu membangun masa depan bangsa yang hebat. Oleh sebab itu, apa dan bagaimana masa depan bangsa sangat ditentukan oleh generasi yang sekarang sedang dididik atau sedang menempuh pendidikan di berbagai lembaga pendidikan dan berbagai jenjang pendidikan. Di sini mereka dididik dan disiapkan oleh tenaga guru. Modal pokok dari tenaga pendidik dan kependidikan untuk dapat bertanggung jawab dalam mempersiapkan generasi muda yang mampu membangun dirinya dan bangsanya di masa depan adalah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kasih sayang kepada anak didik, serta mengutamakan kemaslahatannya. 2) Kepribadian terbuka, jujur, tidak berpura-pura dengan didasari oleh integritas yang tinggi, adanya keseimbangan antara kompetensi intelektual, emosional dan keterampilan psikomotorik. 3) Suka memelihara, menyimpan, dan bahkan mancipta alat-alat pendidikan untuk kepentingan tugas profesinya. Atau dengan kata lain memiliki jiwa inovatif dan kreatif, tidak berpuas diri dengan apa yang dicapai sekarang. 4) Senantiasa mawas diri. 5) Memandang kedudukan bukan sebagai hak istimewa dan menganggap imbalan materi sebagai sarana meningkatkan kualitas karier. Bab 1 Hakikat Profesi Guru 9

19 Di samping hal tersebut dalam rangka bertanggung jawab ini diperlukan penyikapan tugas dengan berdasarkan sikap-sikap pribadi sebagai seorang profesional sebagai berikut: 1) Kehati-hatian. Penuh pertimbangan dan perhitungan dalam mengambil keputusan untuk kepentingan perkembangan perserta didik. Tidak ada keputusan yang diambil hanya dengan mempertimbangkan keuntungan pribadi. 2) Kesabaran. Hal ini sangat penting mengingat karakteristik kepribadian setiap peserta didik selalu ada perbedaan, yang menyebabkan tugas guru menjadi tugas yang syarat dengan masalah, baik itu masalah yang ditimbulkan oleh perserta didik maupun masalah yang terkait langsung dengan kegiatan pembelajaran. Semua masalah ini hanya mungkin dapat diatasi apabila guru memiliki kesabaran dalam bertindak, dengan pertimbangan yang matang dan rasional. 3) Disiplin. Merupakan modal utama yang harus dimiliki seorang profesional. Tanpa adanya kedisiplinan, maka seorang profesional akan sulit melaksanakan tugasnya dengan hasil maksimal. Disiplin di sini bukan berarti disiplin mati yang tidak memberikan kesempatan kepada seorang profesional untuk berkreasi. 4) Kreativitas. Hal ini merupakan salah satu tuntutan yang harus dimiliki oleh seorang yang menanamkan dirinya sebagai seorang profesional. Ini berarti guru sebagai suatu profesi dituntut untuk selalu kreatif menumbuhkan gagasan-gagasan baru dalam melaksanakan tugasnya. 5) Kerendahan hati. Rendah hati di sini bukan berarti rendah diri, tetapi suatu sikap yang tidak mau menyombongkan diri di hadapan peserta didik dan teman sejawat. c. Corporation (Kesejawatan) Tenaga kependidikan yang profesional tidak dapat menutup diri dari teman sejawat sesama profesi, tetapi dituntut untuk selalu berkomunikasi dan berkerja sama untuk saling mengisi dan tukar informasi guna menyempurnakan pelaksanaan tugas profesinya. Berdasarkan ciri-ciri profesi seperti diuraikan di atas, coba Anda renungkan pada diri Anda sendiri apakah Anda telah melaksanakan kriteria tanggung jawab di atas. Kemudian diskusikan bersama-sama dengan teman Anda apakah pekerjaan guru di Indonesia sudah merupakan suatu profesi? Banyak ragam tanggapan orang tentang guru, ada yang beranggapan guru merupakan jabatan profesi dengan sejumlah alasan yang dikemukakannya. 10 Profesi Kependidikan

20 Tetapi banyak pula yang menyatakan guru belum dapat dikatakan sepenuhnya sebagai jabatan profesi, yang juga didasarkan pada rasional yang tidak kalah kuatnya. Untuk dapat menjawab hal tersebut diperlukan mencermati pemahaman tentang profesi dan mendalami apa dan bagaimana guru dalam melaksanakan pekerjaannya. B. Apakah Jabatan Guru Dapat Dikatakan Sebagai Profesi Setelah kita memperoleh kejelasan tentang kriteria jabatan untuk dapat dikatakan sebagai suatu profesi, mari kita kaji lebih lanjut tentang diri kita, apakah jabatan kita sebagai guru dapat dikategorikan sebagai suatu profesi...? Dalam kenyataan sehari-hari, kita sering mendengar bahwa jabatan guru adalah profesi, benarkah demikian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita merenungkan apakah setiap kriteria di atas sudah dimiliki oleh guru. 1. Pendidikan Khusus Mari kita amati dan renungkan kembali apakah guru dipersiapkan melalui pendidikan khusus guru, sudahkah mereka yang menjadi guru semua lulusan pendidikan guru...? Apakah ada teman Anda sebagai guru SD hanya lulusan SMU, atau kalaupun lulusan S1 sebagaimana yang dipersyaratkan UUGD Nomor 14 Tahun 2005? Secara jujur terhadap semua pertanyaan tersebut kita masih dihadapkan pada suatu masalah, yaitu tidak semua guru berpendidikan guru, atau berlatar belakang pendidikan S1 pendidikan dan/atau Akta IV pendidikan, lebih-lebih di daerah terpencil. Dengan demikian, apakah jabatan guru belum dapat dikatakan profesi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39, ayat 2 tentang tenaga kependidikan dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal tersebut akan semakin kuat apabila kita amati setiap penerimaan guru baru selalu dipersyaratkan adanya latar belakang pendidikan guru dan sertifikat akta mengajar yang berasal dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK-FKIP, STKIP, dan IKIP dahulu). Dengan penjelasan tersebut apa yang dapat Anda simpulkan, sudahkan guru memenuhi syarat pertama dari kriteria profesi yaitu pendidikan khusus. Dari gambaran tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa secara yuridis formal, guru memang merupakan jabatan profesi karena guru dilihat dan sisi pendidikan, maka seorang guru atau calon guru harus melalui Bab 1 Hakikat Profesi Guru 11

21 pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) seperti FKIP, STKIP atau universitas yang mendapat perluasan mandat untuk menghasilkan tenaga pendidik dan non tenaga pendidik seperti di Universitas Negeri Malang (UM Malang), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Negeri Medan (UNIMED) dan lain-lainnya. 2. Pengakuan Masyarakat Bagaimana pengakuan masyarakat terhadap guru-guru kita, apakah mereka sudah memberikan pengakuan bahwa guru adalah pekerjaan yang memerlukan kekhususan dalam berbagai hal terkait kemampuan, dan apakah mereka sudah memberikan pengakuan bahwa guru-guru kita sudah melaksanakan tugas yang dapat memberikan kepuasan kepada mereka yang menitipkan putra-putrinya di sekolah...? Mari kita amati dalam kenyataan yang ada di lapangan atau di tengahtengah masyarakat, apakah pengakuan masyarakat terhadap layanan unik yang diberikan oleh jabatan guru sebagai profesi sudah kuat dan sudahkah masyarakat menghargai bahwa guru merupakan tugas yang tidak dapat digantikan oleh orang lain selain mereka yang berpendidikan guru. Memang kita tidak melihat dampak yang sangat berbahaya dalam waktu singkat, kalau tugas guru di sekolah dilaksanakan oleh orang yang bukan berpendidikan guru. Tetapi takutkah masyarakat kalau anak-anaknya dididik oleh orang yang bukan berpendidikan guru, kita juga masih belum dapat melihat sikap sebagian masyarakat yang marasa khawatir akan hal itu. Sejumlah pertanyaan tersebut tampaknya sulit kita jawab dengan pasti. Pada sebagian masyarakat, pengakuan terhadap pentingnya guru dijabat oleh yang berasal dari pendidikan guru sudah terasa, namun sebagian lainnya masih semu. Tetapi secara yuridis, pengakuan bahwa jabatan guru sebagai jabatan profesi sudah tampak dari berbagai aturan yang mensyaratkan sertifikasi pendidik dan lain-lain seperti disebutkan di atas, yang pada intinya menyebut profesi guru. Dengan penjelasan tersebut apa yang dapat Anda simpulkan, sudahkan guru memenuhi syarat kedua dari kriteria profesi, yaitu pengakuan masyarakat dan pemerintah. Tampaknya dari berbagai aturan yang ada seperti yang kita sebutkan tersebut di atas, secara eksplisit dan implisit pemerintah mengakui bahwa guru adalah suatu profesi. Artinya, secara legalistik/yuridis jabatan guru merupakan jabatan yang dapat dikategorikan sebagai profesi. 12 Profesi Kependidikan

22 Meskipun demikian secara de facto masyarakat belum sepenuhnya mengakui hal tersebut. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab belum kuatnya pengakuan msyarakat akan profesi guru yaitu: a. Masyarakat belum mampu melihat dampak dari layanan unik sebagai hasil kerja guru dalam waktu singkat, misalnya kalau dokter salah melakukan pengobatan, maka pasien akan meninggal, seorang pemain sepak bola salah dalam menjaga daerahnya akan kebobolan dan kalah dalam permainan. Tetapi proses pendidikan memerlukan waktu yang lama untuk melihat dampaknya. Kesalahan dalam proses pendidikan akan terlihat dalam kurun waktu 20 sampai 25 tahun kemudian. Oleh sebab itu, sebenarnya bahaya yang ditimbulkan oleh kesalahan guru dalam proses pendidikan akan lebih besar dari bahaya kesalahan seorang dokter. Dokter salah hanya membuat meninggal 1 orang pasien, tetapi guru salah akan membuat 40 bahkan ratusan orang yang gagal, tidak berkualitas dan menjadi beban sosial bagi masyarakat dikemudian hari. Bahkan masalah akan sampai pada bangsa dan negara. b. Di kalangan guru sendiri belum mampu menunjukkan komitmen dan dedikasi sebagai guru yang menghayati dan mengimplementasikan tuntutan profesi secara optimal. Akibatnya, setiap orang yang merasa tahu sesuatu, mengaku mampu menjadi guru. Dalam hal ini terjadi pengkerdilan pengertian hakikat guru yang dianggap hanya sekadar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Padahal guru juga sebagai pendidik, pembimbing bahkan pelatih. Di sisi lain masih banyak guru yang belum menunjukkan sikap dan kepribadian sebagai guru, sehingga guru belum mampu menjadi contoh teladan bagi semua orang. Kondisi ini turut memperburuk mengapa jabatan guru belum diakui sepenuhnya oleh masyarakat sebagai suatu profesi yang kuat, kokoh dan agung. c. Rendahnya syarat yang dipenuhi oleh calon guru menyebabkan kualitas guru masih rendah, hal ini merupakan salah satu faktor yang turut memengaruhi belum mantapnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru itu sendiri. 3. Pengakuan Pemerintah Pemerintah secara khusus menyatakan profesi guru sebagai pekerjaan profesional yang dituangkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 ayat 1 dinyatakan guru adalah pendidik profesional..selanjutnya pada Pasal 6 disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan Bab 1 Hakikat Profesi Guru 13

23 yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Hal tersebut di perkuat lagi dengan Pasal 7 bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip.yang dilanjutkan dengan Pasal 2 dinyatakan bawa pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi. Dari beberapa kutipan pasal-pasal dalam UUGD tersebut jelas bahwa dari perspektif pengakuan pemerintah yang tertuang dalam sejumlah peraturan turunan dari UUGD tersebut guru merupakan pekerjaan profesi yang mempersyaratkan profesionalisme. 4. Kode Etik Profesi Pernahkah Anda membaca kode etik profesi guru di Indonesia...? Kalau sudah, apakah Anda sudah menghayati makna kode etik profesi dalam implementasinya sebagai guru di sekolah? Kenyataan yang kita temui seharihari, kode etik guru belum terlalu akrab dengan kehidupan guru itu sendiri. Akibatnya, banyak guru yang belum kenal dengan kode etik guru. Kalau begitu sudahkan guru memiliki kode etik...? Kita dapat menjawab dengan pasti bahwa guru telah memiliki kode etik profesi guru. Yang dimaksud dengan kode etik jabatan ialah ketentuan- ketentuan yang mengatur tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan profesinya seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan negara. Seperti diuraikan di atas, bahwa jabatan guru adalah jabatan profesi yang memiliki kode etik jabatan yang menjadi pedoman dan ditaati oleh segenap anggota profesi tersebut. Pembahasan lebih lanjut tentang apa yang diatur dalam kode etik guru akan kita pelajari pada kegiatan belajar III. C. Syarat Apa yang Harus Dipenuhi Sebagai Seorang Guru Apa sebenarnya syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi seorang guru? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, mari kita membayangkan pada saat kita menjadi siswa, bagaimana sosok seorang guru yang kita harapkan, tampan/cantik, pintar, supel/luwes dalam pergaulan, jujur, adil, sopan, rapi dan sebagainya. Pada saat sekarang, kita sebagai guru sudahkah harapan tersebut dapat diwujudkan dari sosok seorang guru. Untuk itu coba lengkapi daftar di bawah ini dengan apa yang seharusnya ada pada seorang guru dilihat dari aspek fisik, non fisik, kepribadian, kemampuan akademik. 14 Profesi Kependidikan

24 No. Fisik Guru Mental/Psikis Kepribadian Kemampuan Akademis 1. Tidak cacat Adil, penyayang, suka pada anak Sopan dan rapi, jujur. dan lain-lain 2..?.?.?.? 3..?.?.?.? 4..?.?.?.? 5..?.?.?.? 6..?.?.?.? Meguasai bahan ajar Menguasai pendekatan, model & strategi pembelajaran Lengkapi daftar tersebut, semakin banyak akan semakin bagus untuk memperdalam penguasaan Anda tentang profesi guru. Dengan demikian, akan dapat dipersiapkan diri kita masing-masing apa dan bagaimana harusnya seorang guru dalam menggeluti profesinya. Pada kenyataannya ada guru yang hampir memenuhi harapan kita, namun tidak sedikit pula mereka yang hanya memenuhi sebagian dari apa yang kita harapkan ada pada sosok seorang guru. Secara ideal syarat seorang yang dapat menjadi guru tersebut dapat kita klasifikasikan sebagai berikut: 1. Syarat pribadi Dilihat dari syarat pribadi seseorang dapat menjadi guru apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu: a. Fisik, harus memiliki kesehatan fisik yang baik, dalam arti tidak memiliki cacat yang dapat mengganggunya pada saat melaksanakan tugas sebagai guru. Dapatkan Anda membayangkan apa yang akan terjadi baik terhadap guru maupun terhadap siswa yang dididiknya apabila kondisi fisiknya tidak sempurna atau mengalami cacat yang mengganggunya dalam melaksanakan tugasnya. Bagaimana kewibawaannya di depan kelas...?. Bagaimana reaksi siswanya...? apakah ini dapat mengganggu konsentrasi belajar siswanya? Coba Anda diskusikan bersama dengan teman sejawat anda. b. Psikis, yaitu kesehatan rohani yang optimal dari seorang calon guru. Keseimbangan dan kematangan emosional dan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas, karena guru lebiih banyak berinteraksi dengan siswa yang memiliki keberagaman sikap dan perilaku. Oleh sebab itu, seorang ahli psikologi menyatakan bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan IQ saja, tetapi juga ditentukan oleh kematangan emosi (EQ) dan SQ. Oleh sebab itu, idealnya seorang guru harus memiliki kemampuan yang baik dalam tiga hal tersebut, yaitu IQ, EQ dan SQ (IQ dan ESQ). Pernahkan Anda melihat Bab 1 Hakikat Profesi Guru 15

25 guru yang cerdas, bijaksana, dan memiliki ketakwaan yang tinggi, kalau Anda pernah bagaimana reaksi Anda dengan guru tersebut, senang...? Bagaimana motivasi belajar Anda dengan guru tersebut? Jawaban Anda akan memperkuat pendapat bahwa ketiga hal tersebut mutlak harus dimiliki oleh seorang yang ingin menjadi guru. c. Watak, yaitu sikap yang baik terhadap profesi, berdedikasi dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Kita sering melihat guru yang datang ke sekolah hanya kalau ada jam mengajar, atau datang ke sekolah setelah jam 9.00 dan pulang sebelum jam atau pulang sebelum jam pelajaran berakhir sudah keluar kelas. Bagaimana reaksi Anda melihat hal yang demikian, dapatkan dia membelajarkan siswa secara baik.? Tentunya kita sepakat bahwa hal yang demikian bukanlah tipe guru yang baik atau dengan kata lain belum memenuhi syarat sebagai guru. Mengingat besarnya peranan dan tanggung jawab guru dalam proses pendidikan anak dan penyiapan masa depan bangsa, maka tugas guru harus dilandasi oleh sikap motivasi yang besar dan diwujudkan dalam bentuk penyikapan terhadap tugas secara profesional. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana refleksi perilaku tugas yang menggambarkan sikap profesional dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai guru. 2. Syarat akademis, Syarat akademis seorang guru merupakan sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mengajar dan mendidik. Secara singkat tugas mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) aspek yaitu: a. Merencanakan pembelajaran, mencakup kemampuan akademis yang berkaitan dengan: 1) Merumuskan tujuan pembelajaran 2) Merumuskan alat evaluasi 3) Menentukan materi bahan ajar yang mendukung pencapaian tujuan 4) Merumuskan strategi pembelajaran dan menentukan kegiatan belajar mengajar, media dan sumber belajar 5) Melaksanakan evaluasi formatif dan sumatif 6) Melakukan tindakan umpan balik 16 Profesi Kependidikan

26 b. Melaksanakan pembelajaran, mencakup pengetahuan dan keterampilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, yang mencakup: 1) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 2) Memilih dan mengorganisasikan bahan ajar 3) Keterampilan memilih dan menggunakan pendekatan, model dan strategi pembelajaran dengan metode, media dan sumber belajar yang tepat. 4) Keterampilan melaksanakan pengelolaan kelas dan pendekatan terhadap siswa. 5) dan seterusnya. c. Melakukan dan memberikan bimbingan kepada siswa yang menghadapi masalah dalam belajar. Tugas ini merupakan bagian dari tugas guru sebagai pembimbing sebagaimana juga diamanatkan oleh UUGD, dalam istilah lain disebut teacher as counselor. d. Melakukan evaluasi pembelajaran, yang mencakup pengetahuan dan keterampilan dalam: 1) Memilih prosedur dan teknik evaluasi 2) Membuat instrumen evaluasi yang baik 3) Melakukan evaluasi dan analisis hasilnya 4) Melakukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi berupa pembelajaran remedial atau pengayaan/pendalaman. Ada sejumlah pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang calon sebelum menjadi guru, hal tersebut dapat dilakukan melalui belajar baik formal maupun mandiri. Untuk memperdalam dan memperluas pemahaman Anda tentang kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru, mari kita simak beberapa pendapat para ahli berikut ini: Menurut Tilaar (1999), profil guru dalam era global pada abad ke-21 ini harus memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: 1. Kepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing personality), sebab guru harus membimbing peserta didik ke arah kedewasaan melalui interaksi yang harmonis dengan siswanya. lnteraksi yang efektif hanya akan terjadi apabila guru memiliki kepribadian yang matang dan selalu berkembang. Bab 1 Hakikat Profesi Guru 17

27 2. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (IPTEKS) yang kuat, karena guru akan membawa siswanya ke alam ilmu pengetahuan yang perkembangannya sangat cepat dan pesat. 3. Kemampuan mengembangkan minat dan motivasi siswanya melalui penguasaan keterampilan dan penguasaan metodologis pembelajaran. Oleh sebab itu, penguasaan terhadap psikologis anak didik (psikologi perkembangan, psikologi belajar dan psikologi mengajar, serta psikologi yang mendasari teknik motivasi), penguasaan pengetahuan metode dan pendekatan pembelajaran serta evaluasi menjadi sangat penting bagi seorang guru. 4. Pengembangan profesi yang berkesinambungan. Tanpa kemauan dan kemampuan untuk berkembang secara berkesinambungan, maka seorang guru akan sulit mengikuti perkembangan IPTEKS yang cepat. Apabila hal ini terjadi maka siswa akan menjadi selalu tertinggal dari perkembangan zaman dan tidak dapat bersaing dalam era global. Untuk dapat berkembang secara berkesinambungan, maka seorang guru dituntut kemauan dan kemampuan untuk selalu belajar (membaca), mencari, mengolah dan memanfaatkan segala informasi dan pengetahuan untuk kepentingan proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2002), merumuskan standar kompetensi (kemampuan) yang harus dimiliki oleh seorang guru SD-MI mencakup 4 (empat) aspek yaitu: 1. Penguasaan bidang studi. Dalam hal ini mencakup 2 (dua) aspek pokok penguasaan yaitu: a. Penguasaan substansi disiplin ilmu yang berkaitan dengan substansi dan metodologis dasar keilmuan bidang studi di SD. Artinya guru harus menguasai sosok utuh ilmu yang menjadi sumber bidang studi yang diajarkan di SD-Ml. b. Penguasaan kurikulum yang berhubungan dengan pemilihan, penataan, pengemasan dan representasi materi bidang studi. 2. Pemahaman tentang peserta didik, baik tahap perkembangannya sekarang maupun arah dan tujuan perkembangannya selanjutnya. Hal ini sangat penting mengingat layanan pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa yang tepat, efektif dan berkualitas hanya akan dapat dilakukan apabila guru mampu menyesuaikan proses pembelajaran dengan karakteristik peserta didik. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang peserta didik seperti perkembangan peserta didik, psikologi pembelajaran, teori belajar, minat dan perhatian harus dikuasai secara mantap oleh seorang guru. 18 Profesi Kependidikan

28 3. Penguasaan pembelajaran yang mendidik. Pembelajaran yang mendidik ini adalah pembelajaran yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai TIK yang ditetapkan, tetapi juga bertujuan mencapai yang lebih umum melalui dampak pengiring dari hasil proses pembelajaran (nurturant effect). Hal ini tercermin dari perilaku merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta memanfaatkan hasil evaluasi untuk pengembangan peserta didik. 4. Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Hal ini tercermin dari sikap dan kemauan guru untuk selalu memutakhirkan kompetensi profesi dan penguasaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sesuai dengan perkembangan terakhir. Secara operasional, Tim Pengembang SPTK-21 merumuskan beberapa profil guru yang menggambarkan kualitas yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu: 1. Memiliki kepribadian yang baik, matang. Takwa, berakhlak, jujur, sabar dan arif, disiplin inovatif dan kreatif, gemar membaca, demokratis, terbuka, kasih sayang dan sebagainya). 2. Memiliki pengetahuan dan pemahaman profesi kependidikan, khususnya tentang: peserta didik, teori pembelajaran, kurikulum dan perencanaan pengajaran, budaya masyarakat sekitar, filsafat pendidikan, evaluasi, teknik dasar dalam mengembangkan pembelajaran, teknologi dan pemanfaatannya dalam pendidikan, penelitian dan moral, etika dan kaidah profesi. 3. Pengetahuan dan pemahaman tentang bidang spesialisasi yang mencakup: cara berpikir disiplin ilmu spesialisasinya, cara mengembangkan bahan ajar dan penelitian dalam disiplin ilmu. Bagi guru SD, masih bersifat guru kelas maka semua bidang ilmu yang diajarkan di SD menjadi kewajibannya untuk dikuasai, sedangkan penelitian disiplin ilmu bagi guru SD diharapkan menguasai penelitian tindakan kelas. 4. Kemampuan dan keterampilan profesi yang mencakup: mengembangkan pembelajaran, menggunakan metode, teknik, teori dan prinsip pembelajaran, mengelola kelas, memotivasi, menilai dan tindak lanjut penilaian, membantu siswa dalam belajar (bimbingan), memanfaatkan media dan teknologi pembelajaran, melaksanakan administrasi sekolah. Secara yuridis UUSPN tahun 2003 dan UUGD tahun 2005 telah secara tegas menyebutkan beberapa kompetensi akademik dan sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial. Bab 1 Hakikat Profesi Guru 19

29 Dari berbagai uraian dan pendapat para ahli dan undang-undang tersebut di atas, kita menarik kesimpulan bahwa: ternyata semua pendapat ahli tersebut tidak memliki perbedaan yang prinsip, karena semuanya sepakat bahwa kemampuan yang harus dimiliki seorang guru mencakup: penguasaan peserta didik dan mendidik, penguasaan bidang studi/materi bahan ajar yang menjadi tanggung jawabnya, penguasaan metodologis pembelajaran, penguasaan psikologi yang mendasari perilaku siswa dalam belajar, penguasaan IPTEKS dan kemauan untuk selalu berkembang dalam profesinya sebagai guru. Kemampuan tersebut sangat diperlukan oleh seorang guru untuk dapat berperan sebagai seorang guru yang profesional. D. Tugas dan Fungsi Guru Serta Indikator Guru yang Profesional Kalau kita amati kondisi sekarang ini, masyarakat banyak berharap bahkan kadang terkesan berlebih harapan kepada guru dalam mendidik putraputrinya. Semua aspek perkembangan anak seakan dibebankan pada guru di sekolah. Akibatnya guru sering dijustifikasi sebagai pendidik yang gagal oleh masyarakat/orangtua apabila putra-putri mereka tidak berhasil di sekolah sesuai harapan mereka. Apakah memang semua hal terkait keberhasilan dan kegagalan peserta didik di sekolah menjadi tanggung jawab guru saja? Apa sebenarnya tugas guru di sekolah, dan apa yang dapat dijadikan ukuran (indikator) untuk melihat guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya di sekolah. Sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu guru memegang peranan yang sangat sentral dalam proses pendidikan dan bahkan perannya tidak dapat tergantikan oleh kemajuan peralatan elektronika apa pun. Mengapa guru tidak dapat tergantikan oleh peralatan teknologi modern sekalipun, karena guru berhadapan dengan manusia yang belum dewasa yang memiliki perbedaan individu dalam berbagai aspek dan memerlukan pendekatan, pembimbingan dan pembinaan secara khusus pula sesuai dengan keunekannya masing-masing. Keunekan kepribadian peserta didik inilah yang menyebabkan mengapa profesi guru memerlukan pendidikan khusus dan persiapan khusus sebelum dapat memangku pekerjaannya sebagai guru dan pendidik. 1. Tugas dan Fungsi Guru Sebelum kita mendiskusikan lebih lanjut tentang tugas dan fungsi guru, coba renungkan apakah pengalaman kita selama ini pada saat kita bersekolah di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas apa saja tugas-tugas guru 20 Profesi Kependidikan

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Sanusi, Ahmad; Sohari Ushul Fiqh/Ahmad Sanusi, Sohari Ed. 1 Cet. 1. Jakarta: Rajawali

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kadir, Abd & Hanun Asrohah PEMBELAJARAN TEMATIK / Abd. Kadir & Hanun Asrohah Ed. 1

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik STANDAR KOMPETENSI GURU PAUD/TK/RA No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik Menguasai karakteristik peserta 1. Memahami karakteristik peserta didik usia didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PROFESIONALISME PROFESI GURU DAN MENJADI GURU PROFESIONAL Oleh : Andriane Jamrah,S,Pd,M.Pd Staf Pada Pemerintah Kabupaten Tanah Datar I. PENDAHULUAN Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI Disajikan pada kegiatan PPM Di UPTD BALEENDAH KAB BANDUNG Oleh BABANG ROBANDI JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Makna Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP 19780710 200801 1 012 CAKUPAN KAJIAN Pengertian dan cakupan kompetensi guru Kebijakan pemerintah tentang kompetensi guru Analisis berbagai

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Buku Kode Etik dan Tata tertib dosen Universitas

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) STANDAR KOMPETENSI (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK* KOMPETENSI INTI Kompetensi Pedagodik 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK MELALUI KEBIJAKAN SERTIFIKASI Oleh: Louisa Nicolina Kandoli Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas TeknikUNIMA ABSTRAK Guru adalah suatu jabatan professional

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan suatu sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penguasaan, pemanfaatan,

Lebih terperinci

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III Drs. M. Jani Ladi Drs. Emma Rahmawiati, M.Si Drs. Wahyu Hadi KSH, MM Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2006 Hak Cipta Pada : Lembaga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd.

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd. GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS 2045 Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd. Staff pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan (FITK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, hal ini karena tanpa pendidikan

Lebih terperinci

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera i KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 TENTANG KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya dasar

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Aah Ahmad Syahid, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Email: syahid@upi.edu ABSTRAK Analisis kebutuhan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN 1 PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN 2005 Abstraks Oleh Sukanti, Sumarsih, Siswanto, Ani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal. 70-81 PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera i KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 TENTANG KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN DOSEN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID KEPUTUSAN KETUA STT NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO NOMOR : NJ-T06/0204/A.1.1/08-2011 TENTANG PEDOMAN ETIKA DOSEN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL

Lebih terperinci

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan 1 KONSEP PENDIDIKAN Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. KODE ETIK GURU INDONESIA Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan 1 KONSEP PENDIDIKAN Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Karyawan adalah setiap pegawai IKIP Veteran Semarang baik sebagai tenaga administrasi maupun tenaga penunjang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI Oleh: Udin S. Sa ud, Ph.D UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENGERTIAN PROFESI Suatu pekerjaan tertentu (a particular business) yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan

Lebih terperinci

KODE ETIK PNS TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS SK REKTOR NOMOR : 24 TAHUN 2012)

KODE ETIK PNS TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS SK REKTOR NOMOR : 24 TAHUN 2012) KODE ETIK PNS TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS SK REKTOR NOMOR : 24 TAHUN 2012) UNIVERSITAS ANDALAS PADANG OKTOBER, 2012 PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 24 TAHUN 20I2 TENTANG KODE ETIK

Lebih terperinci

Seorang pelaku profesi harus mempunyai sifat : 1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya 2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi keterampilan 3.

Seorang pelaku profesi harus mempunyai sifat : 1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya 2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi keterampilan 3. Pertemuan 2 Pengertian Profesi Bekerja merupakan kegiatan pisik dan pikir yang terintegrasi. Pekerjaan dapat dibedakan menurut kemampuan (fisik dan intelektual), kelangsungan (sementara dan terus menerus),

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007 tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Rektor Universitas Dian Nuswantoro Menimbang : bahwa untuk menjamin penyelenggaraan

Lebih terperinci

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang Oleh : Sutarjo, Drs., M.Pd A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan negara, sebagaimana tertuang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR MAKALAH PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR OLEH: MUHAMMAD NURSA BAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 13-17 OKTOBER, 2011 Makalah disampaikan dalam Bimbingan Teknis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dibutuhkan sistem pendidikan nasional yang mampu menjamin

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DOSEN

BUKU KODE ETIK DOSEN Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KED-AAYKPN Buku Kode Etik 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN Dosen BUKU KODE ETIK DOSEN AKADEMI AKUNTANSI YKPN YOGYAKARTA Disusun Oleh

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 Tentang KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. bahwa Universitas Baiturrahmah

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 5 PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru? Ada dua macam pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu: a. melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan,

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini. MUKADIMAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA didirikan untuk ikut berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, teknologi, dan kewirausahaan, yang akhirnya bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU Oleh : Lailatussaadah Dosen Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Email: lailamnur27@gmail.com ABSTRAK Kinerja guru merupakan hasil, kemajuan dan prestasi kerja guru

Lebih terperinci

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5 PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Nasional merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 2/1989.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Nasional merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 2/1989. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan nasional yang hendak dicapai bangsa Indonesia tersurat dengan sangat jelas dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu 1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Guru Profesional a. Pengertian Guru Definisi guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1) bahwa Guru adalah pendidik profesional

Lebih terperinci

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN NOMOR 34/PP/2012 TENTANG KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

C. Tujuan. D. Profil Lulusan

C. Tujuan. D. Profil Lulusan A. Latar Belakang Upaya perbaikan di bidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk selalu dilaksanakan agar masyarakat dapat maju dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU 4 SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Saiful Bahri, M,Pd Pembantu Ketua Bidang Akademik STKIP Bina Bangsa Meulaboh ABSTRAK Profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar dalam pola hidup manusia serta penentu kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar dalam pola hidup manusia serta penentu kinerja suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Karena disadari atau tidak, pendidikan mampu menjadi pembawa perubahan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG A. Analisis Kompenetensi Guru PAI di SD Negeri 03 Mojo Guru merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Lampiran : SURAT KEPUTUSAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YASA ANGGANA GARUT Nomor : 001.A / STIE-YA.K/I/2007 Tentang Kode Etik Dosen STIE Yasa Anggana Garut KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH STIE Yasa Anggana Garut

Lebih terperinci