KODE ETIK. I. Misi & Philosopy Kode Etik. Latar Belakang. Kepercayaan dan Kepatuhan. Alat Bantu pengawasan penerapan Kode Etik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KODE ETIK. I. Misi & Philosopy Kode Etik. Latar Belakang. Kepercayaan dan Kepatuhan. Alat Bantu pengawasan penerapan Kode Etik"

Transkripsi

1 KODE ETIK Merupakan Lampiran dari SE No. 18/AAJI/04 Tanggal 18 Februari 2004 Perihal Pelaksanaan Grandfathering Sertifikasi dan Lisensi Sementara Keagenan Asuransi Jiwa I. Misi & Philosopy Kode Etik Latar Belakang Kepercayaan dan Kepatuhan Alat Bantu pengawasan penerapan Kode Etik Garis Besar prinsip prinsip dalam Kode Etik Panduan penerapan Kode Etik II. Kode Etik Keagenan Prinsip Umum Penjelasan Polis Asuransi Penyingkapan informasi Penyerahan premi III. Pelanggaran Terhadap Kode Etik & Sangsi Sangsi kepada tenaga dan manager pemasaran Sangsi kepada perusahaan asuransi jiwa Deklarasi akan tunduk dan patuh kepada Kode Etik Keagenan dan Sangsi Halaman 1 dari 17

2 BAB I I. Latar Belakang 1. Bisnis Asuransi adalah bisnis yang berdasarkan pembagian resiko, sehingga penting sekali untuk memastikan bahwa keseluruhan kegiatan operationalnya dijalankan dengan standar etika yang tinggi. 2. Bisnis ini juga berlandaskan kepercayaan dan kejujuran, sehingga dibutuhkan tanggungjawab dan profesionalisme yang tinggi pada setiap pelaku bisnisnya. 3. Kerahasiaan dari para pemegang polis yang telah dipercayaka kepada para pelaku bisnis Asuransi harus dijaga ketat. 4. Para pelaku bisnis Asuransi secara berkala harus memastikan bahwa bisnisnya telah dijalankan dengan benar untuk menjaga keamanan keuangan para pemegang polis dan menjaga kredibilitas perusahaan. 5. Para pelaku bisnis Asuransi harus selalu menjaga efisiensi dalam kinerjanya dan dapat memberikan servis yang cepat kepada para pemegang polis serta dengan niat yang baik dapat memberikan solusi yang dibutuhkan oleh para pemegang polis. II. Kepercayaan dan Kepatuhan. Dalam bisnis Asuransi, aspek yang paling menonjol adalah kepercayaan, kepercayaan yang diberikan kepada para pemegang polis akan keamanan tabungan dan kerahasiaan informasi yang telah diberikan kepada perusahaan asuransi. Kepercayaan inilah yang memungkinkan pemegang polis untuk berkeyakinan bahwa perusahaan asuransi akan dapat menyediaakan informasi yang lengkap uang mereka butuhkan untuk mereka sendiri, keluarga dan usaha mereka. Cara terbaik untuk membangun kepercayaan adalah melalui tingkah laku yang etis dan kosisten. Jika kepercayaan merupakan cikal bakal dari tindakan yan etis dan konsisten, maka kepatuhan dapat dianggap sebagai induk atau panduan yang memastikan satu diantara beberapa hal, bahwa praktek penjualan adalah akurat, lengkap, berimbang dan memenuhi etika standard. III. Ruang Lingkup. Dalam rangka meningkatkan kualitas seluruh kegiatan operational dari perusahaan asuransi Jiwa di Indonesia maka Kode Etik ini disusun sebagai panduan standard minimum yang diwajibkan untuk diterapkan oleh seluruh karyawan dan agen di semua perusahaan Asuransi di Indonesia. Panduan ini ditujukan kepada para top management dari perusahaan Asuransi Jiwa dalam upayanya untuk menetapkan standard yang benar dalam kegiatan operasional di perusahaannnya dan tidak akan membatasi mereka untuk membuat aturan aturan yang lebih lengkap bila mereka menghendakinya. Halaman 2 dari 17

3 IV. Alat Bantu pengawasan. Untuk memastikan penerapan panduan kode etik ini, maka management perusahaan Asuransi Jiwa harus membuat alat Bantu pengawasan. Hal hal yang harus dilakukan adalah : a. Mewajibkan setiap karyawan menandatangani surat pernyataan bahwa mereka telah membaca dan memahami panduan kode etik yang berlaku di perusahaan (Bab I) b. Mewajibkan semua pemasar asuransi dalam perusahaannya untuk mendandatangani surat pernyataan bahwa mereka telah membaca dan memahami panduan kode etik yang berlaku (Bab II) c. Membentuk Departemen Kode Etik penjualan (Sales Compliance Department) atau Dewan Kode Etik yang beranggotakan beberapa Kepala Bagian yang berhubungan dengan Penjualan, langsung dibawah pengawasan salah satu Direktur, yang mana diwajibkan memberikan laporan secara bulanan kepada Penanggung jawab Dewan Kode Etik segala hal yang berkaitan kegiatan kode etik pemasar asuransi jiwa. d. Dewan Kode Etik ataupun Sales Compliance Department wajib melaporkan kepada AAJI pelanggaran Kode Etik yang dibarengi denga pencabutan lisensi pemasar Asuransi kepada AAJI. e. AAJI wajib menyebarkan segala informasi yang diperoleh dari anggota AAJI yang berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik pemasar Asuransi Jiwa. V. Garis Besar prinsip prinsip dalam Kode Etik (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Menghindari adanya konflik kepentingan pribadi Menghindari penyalah gunaan jabatan Menjaga penyalahan gunaan informasi Untuk memastikan kelengkapan dan ketepatan data yang diperlukan Untuk memastikan terjadinya transaksi dengan kerahasiaan yang tetap terjaga antara perusahaan Asuransi Jiwa dengan pemegang polis dan kliennya. Untuk memastikan adanya keadilan perlakuan yang sama pada seluruh pemegang polis dengan yang pihak lain yang menggantungkan atau memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan asuransi. Untuk menjalankan bisnis dengan niat baik dan integritas yang tinggi. VI. Panduan penerapan Kode Etik. Mengingat komitment kita terhadap seluruh pemegang polis, nasabah dan pemegang saham serta perusahaan merupakan hal yang sangat penting, maka pelaksanaan Kode Etik sangat diwajibkan kepada seluruh perusahaan Asuransi Jiwa. Secara relatif akan mudah untuk menentukan bagaimana penerapan Kode Etik dalam berbagai situasi,namun mungkin kita akan menjumpai situasi yang lebih kompleks. Pada kasus seperti itu maka anda diharapkan untuk dapat memberikan penilaian yang terbaik dan masuk akal, tanyakan pada diri sendiri pertanyaan- pertanyaan berikut yang akan membantu kita untuk menerapkan Kode Etik : Halaman 3 dari 17

4 o Apakah ini adil? o Apakah hal ini legal/tidak bertentangan dengan hukum? o Apakah saya yakin bahwa hal ini tidak akan mempermalukan perusahaan saya seandainya situasi ini diketahui masyarakat umum? o Apakah saya akan menyetujui tindakan ini seandainya saya adalah rekan kerja, pemegang polis atau pemegang saham? Anda harus menjawab YA pada setiap pertanyaan tersebut diatas. Selain dari itu tenaga atau manager pemasaran asuransi jiwa harus menjunjung tinggi penerapan Kode Etik ini dalam menjalankan bisnis dikarenakan bahwa tanggung jawab dari tenaga atau manager pemasaran tersebut kepada; 1. Pemegang Polis (Nasabah). Tenaga pemasaran harus mementingkan kepentingan nasabah diatas kepentingan pribadi. 2. Perusahaan Asuransi. Perusahaan asuransi harus melatih tenaga atau manager pemasaran yang akan diterjunkan ke masyarakat dengan pendidikan yang cukup, minimal sama dengan silabus yang sudah ditetapkan oleh AAJI dan lulus ujian dengan standar yang ditetapkan oleh AAJI. 3. Masyarakat. Karena objek dari pemasaran produk asuransi ini adalah masyarakat maka melalui perantara tenaga atau manager pemasaran inilah diharapkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya berasuransi menjadi meningkat. Oleh karena itu, kontrol atas penerapan Kode Etik ini di industri dilakukan oleh perusahaan asuransi dimana yang bersangkutan bekerja, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia dan juga dari masyarakat. Halaman 4 dari 17

5 BAB II KODE ETIK KEAGENAN Latar Belakang. (i). Istilah Asuransi Jiwa dalam hal ini adalah semua produk yang dijual oleh perusahaan Asuransi Jiwa, mulai dari produk Asuransi Jiwa tradisional, annuitas, unit link dan termasuk asuransi kesehatan. (ii) Yang dimaksudkan sebagai pemasar asuransi jiwa adalah para tenaga pemasaran asuransi jiwa dari perusahaan asuransi jiwa ataupun agen independent yang memasarkan produk produk asuransi jiwa dari satu perusahaan Asuransi Jiwa. (iii) Seluruh anggota AAJI wajib mematuhi dan menerapkan kode etik ini dan berusaha sebaik mungkin untuk memastikan seluruh tenaga pemasran dan karyawan mengikuti kode etik dalam proses penjualannya. Pasal 1. TANGGUNG JAWAB SEORANG AGEN Untuk mematuhi semua peraturan dan hukum, anda harus memiliki gambaran yang jelas mengenai kewajiban dan tanggung jawab anda sebagai wakil perusahaan. Tanggung jawab ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu: 1.1. Tanggung Jawab Terhadap Pemerintah Direktorat Asuransi, Departemen Keuangan yang bertugas mengatur industri asuransi di Indonesia telah menerapkan standar hukum minimal untuk agen, mendefinisikan hal-hal yang dapat mereka kerjakan dan tidak dapat mereka kerjakan. Peraturan ini dibuat untuk melindungi kepentingan calon klien dan klien yang ada. Sebagai wakil perusahaan, anda harus sepanjang waktu berpegang pada hukum/peraturan ini atau mengambil resiko yang akan membahayakan bukan hanya untuk diri anda, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah klien anda Tanggung Jawab Terhadap Perusahaan Dalam cakupan perjanjian keagenan anda dengan perusahaan, anda harus menunjukkan kejujuran, niat baik dan kesetiaan dalam semua bisnis anda. Anda diharapkan untuk membuka semua fakta penting yang berkaitan dengan hubungan agen dengan klien seperti keterangan mengenai kesehatan klien sesuai dengan ketentuan Underwriting, dengan menjual produk yang sesuai dalam situasi tertentu, dengan cara yang profesional dan pantas, yang ditunjukkan oleh standar etika tertinggi. Halaman 5 dari 17

6 1.3. Tanggung Jawab Terhadap Klien Yang Sudah Ada dan Calon Klien Sebagai wakil perusahaan, anda juga harus menerapkan standar profesional yang sama seperti yang diharapkan oleh perusahaan. Anda ditugaskan dengan tanggung jawab legal dan etis tentang kerahasiaan informasi, penyerahan aplikasi yang tepat waktu, saran yang tepat dan penyerahan polis yang cepat. Sebagai pemasar asuransi, anda mendatangi calon klien, untuk menawarkan produk atau jasa yang akan sangat menguntungkan orang tersebut. Penjualan yang berdasarkan kebutuhan menuntut anda untuk terus menerus mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan analisa dan membuat rekomendasi yang sesuai. Anda harus tahu jenis produk asuransi khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus. Menyesuaikan produk dengan kebutuhan klien akan membangun hubungan saling percaya. Pasal 2. AGEN SEBAGAI PIHAK YANG DIPERCAYA (FIDUSIA) Fidusia (pihak yang dapat dipercaya) adalah seseorang yang posisi dan tanggung jawabnya melibatkan kepercayaan dan keyakinan yang tinggi. Perusahaan menempatkan kepercayaan dan keyakinan yang sangat tinggi kepada agennya, tentunya, seorang agen harus bersikap adil dan dengan niat baik yang cukup tinggi dan bertindak demi kepentingan perusahaan. Dengan penunjukannya, seorang agen asuransi umumnya diberi wewenang dan mengungkapkan wewenangnya untuk bertindak atas perusahaan dengan /melalui: Pengisian aplikasi untuk menutup pertanggungan melalui suatu penjualan berdasarkan kebutuhan. Menjelaskan pertanggungan dan ketentuan-ketentuan polis kepada calon klien dan menjelaskan cara polis tersebut dapat dibeli. Menagih premi dan menyetor premi tersebut dengan segera. Memberikan pelayanan kepada calon klien dan pemegang polis asuransi. Mematuhi ketentuan-ketentuan Underwriting dan New Business, khususnya yang berkaitan dengan informasi diri klien. Memastikan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara tertanggung dengan pemilik polis Menjalankan fungsi Fidusia menuntut standar etika dan hasil kerja yang tinggi. Pada kenyataannya, mereka yang tergantung pada agen sebagai pihak yang dipercaya (fidusia) menuntut satu standar yang lebih tinggi dari yang diperlukan dibandingkan dengan tindakan yang biasa/umum. Seorang agen sebagai pihak yang dipercaya (fiducia) bertindak sesuai dengan standar etis, tidak hanya karena itu merupakan hal yang benar untuk dilakukan, tapi karena ia harus melakukan seperti itu. Itulah inti dari peran fidusia. Pasal 3. MENGHORMATI PRIVASI DAN KERAHASIAAN Perusahaan menghormati privasi dan kerahasiaan informasi pribadi yang terkumpul dalam pelaksanaan bisnis. Sebagai wakil dari perusahaan, anda diharapkan untuk berpegang pada kebijakan ini. Informasi rahasia klien adalah informasi yang berkaitan dengan klien tersebut dan memungkinkan orang tersebut diidentifikasi. Ini termasuk semua fakta yang berkaitan dengan klien, dan analisa ataupun pendapat yang berdasarkan pada fakta tersebut. Ini termasuk (tetapi tidak terbatas pada) nama, alamat, nomor telpon, Halaman 6 dari 17

7 pendapatan, aset, hutang, tujuan investasi dan rencana pembiayaan. Pada saat mengumpulkan informasi pribadi, silakan berpedoman pada hal-hal berikut ini: Kumpulkan semua informasi yang penting dan relevan yang diperlukan untuk melengkapi transaksi bisnis. Kumpulkan informasi melalui jalur yang legal Kumpulkan informasi langsung dari calon klien atau klien yang ada. Apabila diperlukan untuk memastikan ketepatan informasi atau klien tidak memiliki informasi, klien dapat memberikan wewenang pada orang ketiga untuk menginformasikannya. Dalam kasus ini, anda harus mencatat identitas orang ketiga tersebut dalam file. Beritahu orang tersebut siapa yang memberikan informasi : - mengapa anda membutuhkan informasi - bagaimana informasi akan digunakan - dimana informasi akan disimpan dan hak klien untuk mengakses dan memperbaiki. Membentuk dan melakukan langkah-langkah pengamanan untuk memastikan kerahasiaan informasi. Pastikan bahwa informasi yang anda peroleh adalah yang terbaru dan akurat pada saat dipakai untuk membuat keputusan berkenaan dengan orang tersebut. Pada saat tujuan dari pengumpulan informasi tersebut dicapai, anda tidak boleh menggunakan informasi tersebut untuk tujuan lain tanpa persetujuan tertulis dari yang bersangkutan. Persetujuan ini harus diberikan dengan bebas, dipahami dengan baik dan diberikan untuk tujuan khusus. Persetujuan tertulis dari klien, yang mengotorisasikan penyebaran informasi rahasia klien harus disimpan. Pastikan bahwa staf di kantor anda menggunakan informasi yang anda kumpulkan hanya untuk tujuan yang diperlukan. Pasal 4. PERILAKU KRIMINAL PADA SAAT MENJALANKAN BISNIS Walaupun kegiatan kriminal sangat luas cakupannya, namun berikut ini adalah hal-hal yang erat berkaitan dengan perilaku dalam bisnis jasa keuangan. Jika, bukti-bukti diperoleh untuk mendukung tuduhan dari kategori di bawah ini, agen yang bertanggung jawab atas perbuatan tersebut harus dilaporkan. 4.1 Penipuan Ayat ini mengacu pada penipuan yang disengaja atau mis-representasi (penjelasan yang salah) yang sudah diketahui oleh seseorang sebagai hal yang salah atau tidak diyakini sebagai hal yang benar. Hal ini dapat diketahui bahwa dapat membahayakan pihak lain dan dapat mengakibatkan keuntungan yang tidak sah bagi diri sendiri atau orang lain. 4.2 Penyalahgunaan dana klien Ayat ini berkaitan dengan mengambil uang atau harta benda lain yang diterima dari klien untuk tujuan khusus dan secara salah dialokasikan untuk Halaman 7 dari 17

8 tujuan/keperluan yang lain. Penundaan penyetoran premi yang diterima dari klien kepada perusahaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan termasuk dalam ayat ini. 4.3 Pemalsuan dapat dikategorikan sebagai dengan sengaja/secara sadar membuat dokumen palsu dengan maksud bahwa (a) dokumen tersebut harus digunakan atau seolah-olah digunakan sebagai dokumen yang asli, untuk atau (b) beberapa orang dibujuk dengan keyakinan bahwa hal/dokumen tersebut adalah asli/orisinal, untuk melakukan atau menahan diri tidak melakukan tindakan apapun. Pasal 5. PERILAKU TIDAK PANTAS DILAKUKAN DALAM BISNIS Pelanggaran terhadap Kode Etik Keagenan dan tindakan-tindakan yang tidak pantas adalah sebagai berikut: Menahan Informasi Prinsip yang mendasari hukum dan peraturan yang mengatur penjualan dan iklan dari polis asuransi jiwa adalah bahwa klien tidak boleh disesatkan. Prinsip ini semua diterapkan pada informasi produk dan juga sikap yang ditampilkan oleh anda. Seorang agen yang secara sengaja menyesatkan klien, melalui kartu bisnis, peralatan kantor atau iklan, berkaitan dengan kepercayaan atau jabatan atau kemampuan memberikan saran atau jasa harus dilaporkan, diinvestigasi dan harus diambil tindakan. Menempatkan kepentingan agen di atas kepentingan klien Kepentingan klien harus selalu mendapat prioritas di atas kepentingan agen. Klien harus selalu ditangani dengan niat baik dan kejujuran. Agen harus selalu terbuka terhadap calon klien atas semua benturan kepentingan atau potensi benturan kepentingan yang berkaitan dengan transaksi atau rekomendasi. Termasuk dalam ayat ini adalah agen yang membayarkan premi klien dengan menggunakan uangagen sendiri untuk tujuan memenangkan kontes, menjaga persistency untuk mendapatkan bonus atau untuk mempertahankan kotrak kerjanya. 5.3 Pemberian potongan/diskon Premi (Premium Rebating) Memberikan potongan/diskon dalam pembayaran premi terjadi pada saat seorang agen membuat kesepakatan tentang jumlah premi yang harus dibayar untuk satu polis lebih rendah dari jumlah premi yang tertera dalam polis sebagai alat untuk membujuk/mendorong untuk membeli satu polis dari agen. Disamping itu, seorang agen mungkin tidak memberikan (atau menawarkan untuk memberikan) potongan dari seluruh atau sebagian dari premi yang tertera dalam polis atau pertimbangan lain atau satu benda yang berharga yang dimaksudkan seperti memberikan potongan premi. Memberikan potongan dalam pembayaran premi dilarang dan setiap agen yang memberikan potongan premi akan dilaporkan, diinvestigasi, dan segera diambil tindakan yang sepantasnya. Tujuan dari peraturan anti pemberian diskon premi adalah untuk memastikan bahwa semua orang yang diasuransikan diperlakukan dengan baik (misalnya orang yang diasuransikan melalui klasifikasi penyeleksian yang sama harus diperlakukan dengan cara yang sama pula). Tujuan lainnya adalah untuk memelihara Halaman 8 dari 17

9 persaingan sehat di antara para agen. Pemberian diskon premi dapat menyebabkan sengketa di antara para agen. Misalnya, seorang agen mungkin melakukan pekerjaan ekstensif pada satu kasus besar dan agen kedua bergabung pada menit terakhir dan menawarkan pemberian diskon premi dan terjadi penjualan.walaupun tidak dengan cara penjualan yang profesional Pelayanan terhadap klien menjadi tidak baik karena agen yang memberi sebagian komisinya, tidak mampu menyediakan pelayanan yang sebenarnya. Akibatnya adalah tingginya angka keluar masuk seorang agen 5.4. Penggantian (Replacements) 5.4.(i) Penggantian yang tidak terbuka dan sistematis (Undisclosed/Systematic Replacements) Dari diri mereka sendiri, penggantian produk bukan merupakan perilaku yang tidak layak. Penggantian produk dapat ditolerir hanya jika mereka tidak terlalu merugikan klien. Tetapi, agen yang melakukan penggantian internal/eksternal sistimatis yang membahayakan klien harus dilaporkan, diinvestigasi dan tindakan seperlunya harus diambil. 5.4 (ii) Pemutarbalikan (Twisting) Pemutarbalikan adalah tindakan tidak etis dalam membujuk seorang pemegang polis untuk melepas/menebus polisnya dari perusahaan lain dengan tujuan menjual polis yang lain tanpa memperhatikan kerugian yang mungkin terjadi terhadap pemegang polis. Ini juga dapat melibatkan penggunaan nilai tunai polis, baik melalui peminjaman polis atau dividen dari polis untuk membeli polis yang lainnya. Setiap agen yang terbukti melakukan tindakan pemutarbalikan harus diinvestigasi dan dilaporkan. 5.4.(iii) Pencampuradukan (Churning) Pencampuradukan terjadi pada saat seorang agen, melakukan kontrol atas banyaknya dan seringnya penjualan, menyalahgunakan kepercayaan nasabah untuk tujuan pribadi melalui transaksi yang berlebihan dilihat dari karakter transaksi dan tujuan pribadi klien. Setiap agen yang terbukti melakukan tindakan pencampuradukan harus di investigasi dan dilaporkan Pernyataan tidak benar (Misrepresentation and Disclosure) 5.5.(i) Ilustrasi Diharapkan bahwa para agen menyediakan informasi mengenai satu produk secara tepat, jujur, lengkap dan dalam bahasa yang sederhana dengan mengacu pada ketentuan dari perusahaan melalui materi atau alat yang telah disediakan. Jika seorang agen membuat perubahan yang vital terhadap ilustrasi yang disediakan perusahaan atau jika seorang agen memanipulasi perangkat lunak diluar parameter untuk menciptakan satu harapan yang tidak masuk akal, agen harus diinvestigasi dan tindakan yang seperlunya harus diambil (ii) Pernyataan yang menyesatkan Agen harus berusaha meyakinkan bahwa mereka tidak membuat pernyataan yang menyesatkan dalam proses penjualan atau iklan mereka. Informasi yang penting sebagai dasar pengambilan keputusan harus secara penuh dan akurat diungkapkan sebelum penjualan dilakukan. Jika suatu Halaman 9 dari 17

10 pola pengungkapan informasi yang diberikan tidak akurat atau jika informasi penting tidak diungkapkan terjadi, maka agen harus diinvestigasi dan tindakan seperlunya harus di ambil. 5.5.(iii) Perbandingan yang tidak lengkap Agen yang memberikan perbandingan yang tidak lengkap dari setiap polis dari perusahaan asuransi lainnya dengan niat untuk meyakinkan klien untuk mengakhiri atau menebus polis, harus di investigasi dan tindakan seperlunya harus di ambil Kenali kebutuhan klien anda atau kecocokan produk dengan klien. Agen harus terus berusaha untuk memastikan bahwa mereka telah berorientasi bisnis dan tekun untuk menganalisa kebutuhan, tujuan dan masalah keuangan klien untuk menentukan ketepatan rekomendasi produk kepada klien. Jika satu penjualan ditutup tanpa memperhatikan kesesuaian produk terhadap kebutuhan klien, agen harus diinvestigasi dan tindakan sepantasnya harus diambil. 5.7 Pernyataan menyesatkan, penghapusan atau pernyataan tidak benar kepada perusahaan Informasi yang padat, lengkap dan tepat harus disediakan oleh agen kepada perusahaan asuransi. Pernyataan tidak benar, penghapusan atau penyataan menyesatkan yang sangat penting/berpengaruh, harus diinvestigasi dan tindakan sepantasnya harus diambil. 5.8 Pemaksaan dan pengaruh yang tidak baik Agen yang menggunakan kekuasaan, pengaruh, posisi, dan/atau moralnya terhadap calon klien untuk mempengaruhi pembelian atas asuransi jiwa harus diinvestigasi dan diambil tindakan sepantasnya. 5.9 Pembujukan Agen yang telah melakukan pembayaran atau memberi hadiah, atau menawarkan untuk membayar atau memberi hadiah secara langsung atau tidak langsung berupa uang atau barang-barang berharga sebagai bujukan untuk meyakinkan calon klien untuk membeli asuransi, agen tersebut harus diinvestigasi dan diambil tindakan sepantasnya Pernyataan kasar Pernyataan kasar terhadap pesaing untuk menutup penjualan merupakan pelanggaran terhadap Kode Etik Bisnis Industri Asuransi. Agen yang terbukti melakukan ini harus diinvestigasi dan harus diambil tindakan sepantasnya Penandatanganan Formulir Kosong Formulir perusahaan yang resmi yang digunakan dalam transaksi bisnis dengan klien menjadi file resmi dari klien dengan perusahaan. Klien harus mempunyai pengetahuan tentang isi dan tujuan dari setiap dokumen yang dia tanda tangani. Ini adalah Halaman 10 dari 17

11 kebijakan perusahaan bahwa dokumen yang ditandatangani oleh klien harus dijawab dengan lengkap sebelum agen meminta tanda tangan klien. Anda TIDAK BOLEH meminta klien anda menandatangani formulir kosong untuk menghemat waktu di kemudian hari. Merupakan praktek bisnis yang tidak etis meminta klien untuk menandatangani formulir kosong, tentang perubahan polis atau formulir lainnya, sepertinya anda membutuhkan tanda tangan tersebut di kemudian hari. Jika seorang klien ingin mengubah atau mengambil pinjaman atau apapun, bicarakan masalah ini dengan klien anda dan dapatkan tanda tangan yang semestinya pada saat transaksi akan dilaksanakan. Penandatanganan formulir kosong oleh klien adalah melanggar peraturan dan setiap agen yang melakukan ini harus diinvestigasi dan tindakan sepantasnya harus diambil. Pasal 6. PROSES PENJUALAN Perusahaan mengharuskan anda untuk mengutamakan kepentingan klien di atas kepentingan diri sendiri. Ini berarti anda harus: 6.1 Menjual berdasarkan kebutuhan klien Pada saat wawancara pertama dengan calon klien, anda perlu meluangkan cukup waktu untuk membicarakan konsep asuransi ataupun perencanaan keuangan dan melakukan analisa kebutuhan. Prinsip/aturan KENALI NASABAH ANDA menuntut anda untuk menilai tingkat ketertarikan klien anda terhadap informasi yang diberikan yang berhubungan dengan kebutuhan asuransi atau tabungan dari klien. Tanggung jawab anda adalah mengajukan pertanyaan yang tepat untuk menentukan jika satu produk cocok untuk klien anda. Penting untuk mendengarkan minat klien anda, tujuan dan kebutuhan yang diungkapkan untuk dapat menilai produk yang cocok untuk klien. Tanggung jawab agen untuk menyesuaikan produk yang tepat untuk memenuhi kebutuhan klien. Untuk menilai secara tepat apakah satu produk yang disarankan cocok untuk klien, informasi berikut dapat diperoleh: Apa pekerjaan, usaha dan posisi dari calon klien anda? Berapa usia calon klien? Dimana dia tinggal? Apakah lingkungan tempat tinggalnya di kalangan atas? Apa status pernikahannya? Apa hobby calon klien anda? Apakah hobby tersebut umum? Berapa penghasilan calon klien anda? Siapa dan berapa banyak jumlah tanggungannya? 6.2. Menjelaskan secara lengkap bagaimana produk berfungsi Pada saat menjelaskan produk Asuransi yang telah dipilih sesuai dengan kebutuhan klien, Agen harus menjelaskan secara terperinci dan jelas mengenai: Produk fitur Halaman 11 dari 17

12 Manfaat produk bagi klien Persyaratan persyaratan yang berkaitan dengan produk tersebut 6.3. Memelihara tingkat profesionalisme dengan selalu memiliki informasi terbaru Disarankan bahwa informasi ini diperbarui secara rutin (minimal pertahun). Informasi dapat diberi tanggal untuk membantu memonitor relevansi atas informasi tersebut. 6.4 Pengisian Formulir Aplikasi Asuransi Pada saat anda mengisi formulir aplikasi asuransi dengan klien, penting untuk melakukannya tepat di depan klien anda. Anda harus mengajukan setiap pertanyaan yang terdapat dalam aplikasi, memastikan bahwa klien memahami pertanyaan yang anda ajukan. Anda harus yakin bahwa informasi yang anda kumpulkan adalah akurat sebelum meminta tandatangan klien. Formulir aplikasi asuransi harus diisi/dilengkapi sebelum meminta tandatangan klien. Jika tidak, klien akan menyetujui bahwa hal itu adalah benar tanpa menyaksikan apa yang telah dicatat. Bagian formulir aplikasi yang masih kosong pada saat penandatanganan dapat menyebabkan keraguan mengenai bagian mana yang sebenarnya telah diisi sebelum penandatanganan. Ini sebenarnya mengurangi perlindungan yang anda dan perusahaan miliki sebagaimana tercantum dalam kontrak. Setelah menyelesaikan formulir aplikasi, anda harus menjelaskan mengenai keanekaragaman untuk yang kedua kalinya, memastikan bahwa klien memahami setiap bagian. Anda harus meminta klien untuk menandatangan di tempat yang tepat pada formulir aplikasi. Jelaskan secara penuh peraturan dari Tanda Terima/Kuitansi Sementara kepada klien sebelum memohon titipan premi pertama dari klien sebagai pembayaran titipan premi pertama atas diri calon tertanggung pada aplikasinya untuk asuransi. 6.5 Penyerahan Polis Setelah aplikasi disetujui oleh perusahaan dan diterbitkan polis maka adalah menjadi tanggung jawab agen untuk mengirim polis secepat mungkin kepada klien dan meminta bukti penerimaan polis. Penyerahan polis menyelesaikan proses penjualan dan memastikan keabsahan dari kontrak. Pada saat bertemu klien, akan sangat baik bila meluangkan waktu untuk memastikan bahwa klien anda memahami produk yang dibeli dan mengapa produk tersebut dibeli. Tinjau kembali polis dan ilustrasi penjualan dengan klien. Proses ini akan meyakinkan klien atas keputusannya. Sebagai langkah pengawasan, anda disarankan untuk melakukan dokumentasi/mencatat, bila memungkinkan, setiap alasan untuk penundaan dalam pengiriman kontrak. Halaman 12 dari 17

13 BAB III PELANGGARAN TERHADAP KODE ETIK DAN SANGSI Sangsi atas pelanggaran Kode Etik dibedakan dalam 2 hal yaitu; 1. Pelanggaran yang dilakukan oleh tenaga atau manager pemasaran perusahaan asuransi jiwa dalam mejalankan tugasnya sebagai advisor kepada nasabah, dan 2. Pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa. I. SANGSI KEPADA TENAGA DAN MANAGER PEMASARAN. Umumnya pelanggaran Kode Etik oleh tenaga dan manager pemasaran asuransi jiwa dapat dibedakan sbb; 1. Perilaku yang bersifat kriminal seperti: Penipuan, Penyalahgunaan dana nasabah dan Pemalsuan dokumen. 2. Perilaku yang bersifat menyesatkan seperti: Menahan informasi, mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan nasabah, Rabating, Replacement, Mispresentasi dll. Guna mengefektifkan pelaksanaan dari sangsi ini, maka setiap perusahaan asuransi harus membentuk satu departemen/unit kerja yang menangani implementasi dari Kode Etik ini, seperti Department Kepatuhan (CD) yang melapor langsung ke CEO serta harus berkoordinasi dengan AAJI. Sangsi atas pelanggaran Kode Etik oleh tenaga dan manager pemasaran asuransi jiwa adalah sbb; a. Pelanggaran yang bersifat Kriminal bersadarkan kontrak kerjasama yang berlaku diperusahaan dimana tenaga atau manager perusahaan tersebut bernaung yaitu dengan memutuskan kontrak kerja sama dan memprosesnya sesuai dengan UU Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN, pasal 21, ayat 1 s/d 5 dan perusahaan tempat tenaga atau manager pemasaran tersebut bekerja harus segera melaporkan ke AAJI (black list) untuk disirkulasikan kepada semua anggota. b. Pelanggaran yang bersifat Menyesatkan berdasarkan kontrak kerjasama yang berlaku diperusahaan asuransi jiwa dimana tenaga atau manager pemasaran tersebut bernaung, bobot kesalahannya ditentukan oleh Departemen Kepatuhan (CD) dari perusahaan tersebut dan tindakan yang diambil adalah sbb: SEBAGAI TENAGA PEMASARAN 1. Surat Peringatan 1 (cc ke AAJI), diancam dengan UU RI Nomor 2 Tahun 1992 dan tidak diberikan kesempatan masuk ke jalur management selama 2 tahun. 2. Surat Peringatan 2 (cc ke AAJI), diancam dengan UU RI Nomor 2 Tahun 1992 dan tidak diberikan kesempatan masuk jalur management selama 4 tahun dan 3. Surat Peringatan 3, diancam dengan UU RI Nomor 2 Tahun 1992kemudian dikeluarkan dari perusahaan, dilaporkan ke AAJI (black list) dan disirkulasikan kepada semua anggota asosiasi. Halaman 13 dari 17

14 SEBAGAI MANAGER 1. Surat Peringatan 1 (cc ke AAJI), diancam dengan UU RI Nomor 2 Tahun 1992 dan diturunkan levelnya 1 tingkat. 2. Surat Peringatan 2 (cc ke AAJI), diancam dengan UU RI Nomor 2 Tahun1992 dan diturunkan menjadi tenaga pemasaran, tidak boleh diberikan kesempatan masuk jalur management selama 4 tahun. 3. Surat Peringatan 3, diancam dengan UU RI Nomor 2 Tahun 1992, kemudian dikeluarkan dari perusahaan asuransi jiwa, dilaporkan ke AAJI (black list) dan disirkulasikan kepada semua anggota asosiasi. Catatan: *) Pelaksanaan tindakan diatas tergantung dari bobot kesalahan dan ini ditentukan oleh Depertement Kepatuhan (CD) dan sangat memungkinkan langsung diambil poin ke 3 tanpa proses melewati poin 1 atau 2. II. SANGSI KEPADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA Sangsi Atas Pelanggaran Kode Etik Asuransi Jiwa ini mengacu kepada Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 421/KMK.06/2003 yang mengatur tentang KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI DIREKSI DAN KOMISARIS PERUSAHAAN PERASURANSIAN dan Nomor 426/KMK.6/2003 yang mengatur tentang PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI yang sudah berlaku sejak September Sangsi ini tidak berlaku terhadap tenaga atau manager pemasaran perusahaan asuransi jiwa yang telah DIBERHENTIKAN oleh perusahaan asuransi jiwa dimana yang bersangkutan bekerja. Namun, bila pemberhentian tersebut inisiatifnya datang dari tenaga atau manager pemasaran yang bersangkutan, maka MASA TUNGGU 6 (ENAM) BULAN, sesuai dengan Pasal 38, ayat 2, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 HARUS diberlakukan sebelum diperkecualikan dari aturan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan asuransi jiwa harus memberikan laporan daftar nama tenaga atau manager pemasaran yang telah diberhentikan oleh perusahaan kepada AAJI maksimum 31 hari sejak tenaga atau manager pemasaran tersebut diberhentikan. Perusahaan asuransi harus menarik kembali Kartu Keanggotaan AAJI dari tenaga atau manager pemasaran yang telah diberhentikan tersebut dan mengembalikannya ke AAJI. Masa tunggu 6 bulan tersebut berawal sejak tanggal surat pengundurkan diri dari perusahaan asuransi jiwa lama sampai dengan tanggal penanda-tanganan kontrak asuransi jiwa dari perusahaan asuransi jiwa yang baru. Halaman 14 dari 17

15 ATURAN MEMPEKERJAKAN TENAGA DAN MANAGER PEMASARAN 1. a) Perusahaan asuransi jiwa dilarang menawarkan perjanjian kerja kepada calon tenaga atau manager pemasaran perusahaan asuransi jiwa lain yang manfaatnya diatas ketentuan regulator yang berlaku dan paket manfaat lainnya berdasarkan aturan yang berlaku di perusahaan asuransi jiwa guna mempengaruhi tenaga atau manager pemasaran perusahaan asuransi jiwa lainnya ATAU menawarkan manfaat tambahan termasuk tapi tidak terbatas pada pinjaman lunak, fasilitas kredit lainnya, pembagian laba dan lain-lain dalam bentuk apapun kepada tenaga atau manager pemasaran perusahaan asuransi lain. Bentuk pelanggaran apapun seperti yang diuraikan di atas akan dikenakan denda seperti yang diatur dalam item 4 dibawah ini. b) Perusahaan asuransi jiwa dilarang menunjuk/mengangkat tenaga atau manager pemasaran perusahaan asuransi jiwa lainnya dengan posisi/benefit yang lebih tinggi dari yang dijabat/didapat dari perusahaan asuransi jiwa sebelumnya, kecuali sudah menjalani posisi yang sama dengan perusahaan asuransi jiwa sebelumnya di perusahaan asuransi jiwa yang baru tersebut minimal selama 6 bulan. c) Pengecualian untuk dapat memperkerjakan tenaga pemasaran atau manager dari perusahaan asuransi lain, hanya dan hanya dimungkinkan bila; - Tenaga atau manager pemasaran tersebut telah menunjukan surat pengunduran diri dari perusahaan asuransi jiwa yang lama dan perusahaan asuransi jiwa yang lama mengeluarkan persetujuannya untuk pengunduran diri tersebut, - Jika perusahaan asuransi jiwa tempat tenaga dan manager pemasaran tersebut berada dalam kondisi akuisisi, merger atau diambil alih oleh perusahaan asuransi jiwa lain, yang mengakibatkan kontrak perjanjian yang sudah ditandatangani sebelumnya tidak berlaku sampai dengan tanggal tertentu dalam perjanjian pengambilalihan tersebut sehingga tenaga atau manager pemasaran tersebut mengundurkan diri dan perusahaan asuransi jiwa yang baru tersebut menyetujui pengunduran diri tersebut. Note: Perusahaan asuransi jiwa yang sudah menerima surat pengunduran diri dari tenaga atau manager pemasarannya harus memberikan respon atas surat pengunduran diri tersebut maksimum 31 hari sejak surat pengunduran diri tersebut diterima. Bila dalam waktu 31 hari belum memberikan persetujuan tertulisnya, maka akan dianggap telah disetujui. 2. Mengacu kepada poin 1 bagian b diatas, tanpa perlu dilakukan pembuktian sebelumnya, perusahaan asuransi jiwa akan dianggap melanggar Aturan Kode Etik Asuransi Jiwa dengan kondisi-kondisi di bawah ini; a. Sebuah perusahaan asuransi telah menunjuk/mempekerjakan lebih dari 2 manager pemasaran dari perusahaan asuransi jiwa lain, baik dari perusahaan yang sama maupun berbeda, dalam perioda waktu 6 bulan sejak penanda-tanganan kontrak dengan manager yang pertama, atau b. Perusahaan asuransi telah menunjuk/mempekerjakan lebih dari 4 supervisor/leader/tenaga pemasaran dari perusahaan asuransi lain, baik dari perusahaan yang sama maupun berbeda, dalam perioda waktu 6 bulan sejak penanda-tanganan kontrak dengan supervisor/leader/tenaga pemasaran yang pertama. Halaman 15 dari 17

16 (Catatan: Dalam klausul ini, tidak diperlukan pembuktian ada tidaknya bujukan atau bajakan pada saat sebuah perusahaan asuransi jiwa telah mengangkat lebih dari jumlah yang telah ditetapkan dari tenaga pamasaran atau manager dalam waktu 6 bulan dari perusahaan asuransi jiwa lain). 3. Chief Executive Officer (CFO)/President Direktur perusahaan asuransi jiwa yang terdaftar sebagai anggota Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) harus menandatangani sebuah deklarasi di hadapan Notaris yang ditunjuk bahwa dia, yang bertindak atas nama perusahaan dimana yang bersangkutan dipekerjakan, tidak diperkenankan melakukan aktivitas, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dianggap melanggar aturan dasar dan semangat dari pelaksanaan Sangsi Atas Pelanggaran Kode Etik Asuransi Jiwa ini. 4. Sangsi dan besarnya denda yang dibelakukan atas pelanggaran yang disebutkan diatas adalah sbb; a. Departemen Keuangan dalam hal ini Direktur Asuransi setelah berkoordinasi dengan AAJI akan mengevaluasi atau meninjau ulang atau membatalkan hasil penilaian Kepatutan dan Kepantasan (Fit and Proper Test) direksi perusahaan asuransi yang melakukan pelanggaran dengan mengacu kepada surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 421/KMK.06/2003 tentang PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI DIREKSI DAN KOMISARIS PERUSAHAAN PERASURANSIAN, Bab V, PROSEDUR PENILAIAN, Pasal 7, bagian (3), poin b, c dan d. b. Sejumlah denda yang dihitung dari rata-rata produksi FYAP dalam waktu 3 tahun (atau jumlah tahun seorang manager dipekerjakan di perusahaan asuransi lama, bila yang bersangkutan bekerja kurang dari 3 tahun) ATAU Rp , manapun yang lebih tinggi, yang harus dibayar oleh perusahaan asuransi yang mempekerjakannya untuk setiap manager yang diterima; c. Sejumlah denda yang dihitung dari rata-rata produksi FYAP dalam waktu 3 tahun (atau jumlah tahun seorang tenaga pemasaran dipekerjakan di perusahaan asuransi lama, bila yang bersangkutan bekerja kurang dari 3 tahun) ATAU Rp , manapun yang labih tinggi, yang harus dibayar oleh perusahaan asuransi yang mempekerjakannya untuk setiap tenaga pemasaran yang diterima. d. Pengulangan atas pelanggaran yang terjadi di poin b. dan c. diatas akan dikenakan denda dan Surat Peringatan kepada CEO/President Director perusahaan asuransi jiwa yang melakukan pelanggraran tersebut sbb; - Pelanggaran Pertama: Denda poin a. atau b. + Surat Peringatan 1 - Pelanggaran Kedua : Denda poin a. atau b. X 125 % + Surat Peringatan 2 - Pelanggaran Ketiga : Denda poin a. atau b. X 150 % + Pemberhentian CEO dan/atau Deportasi dan tindakan ini diambil oleh Dep Keu. Denda dari poin a, b dan c diatas dibayarkan kepada Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang kemudian disalurkan kepada AAJI yang untuk selanjutnya digunakan untuk Dana Pengembangan Agency Trainning (Agency Trainning Development Fund) dibawah naungan AAJI. 5. Dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan dari Kode Etik dan Sangsi dan guna menghindari ketidakmengertian tenaga atau manager pemasaran, maka perusahaan asuransi jiwa harus mengambil langkah-langkah dibawah ini; a) Perusahaan asuransi, khususnya Training Departement harus memastikan bahwa tenaga atau manager pemasarannya betul-betul mengerti dan memahami konteks dan makna dari Kode Etik dan Sangsi, baik untuk tenaga atau manager pemasaran Halaman 16 dari 17

17 yang sudah ada sejak aturan ini dikeluarkan maupun tenaga atau manager pemasaran yang baru direkrut. Hal ini harus dilakukan dengan penandatanganan Deklarasi Akan Tunduk dan Patuh Kepada Kode Etik Keagenan dan Sangsi pada poin III dibawah ini dan lembaran yang ditandatangani tersebut harus disimpan oleh perusahaan dimana tenaga atau manager pemasaran tersebut bekerja. Apabila terjadi pelanggaran Kode Etik oleh tenaga atau manager pemasaran dan dikenakan sangsi oleh perusahaan dan/atau AAJI, maka bukti otentik atas pemahaman dan tunduk kepada Kode Etik Keagenan dan Sangsi yang sudah disepakati oleh anggota AAJI merupakan persyaratan yang dipakai oleh perusahaan dan AAJI, namun penyelesaian permasalahan tersebut ada di perusahaan asuransi dimana tenaga atau manager pemasaran tersebut bekerja. b) Perusahaan asuransi sangat disarankan membuat Buku Panduan yang memuat panduan Kode Etik dan Sangsi ini dan didistribusikan kepada semua tenaga atau manager pemasaran yang ada. c) Perusahaan harus mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menjegah penggunaan wakil tenaga pemasaran untuk mengelak dari sangsi ini. d) Perusahaan asuransi jiwa harus memasukan sebuah pasal dalam kontrak perjanjian kerjanya, baik untuk tanaga maupun manager pemasaran yang menyatakan bahwa tenaga atau manager pemasaran yang terlibat dalam penggunaan wakil tenaga pemasaran harus diputuskan kontrak kerjanya sesegera mungkin. III. DEKLARASI AKAN TUNDUK DAN PATUH KEPADA KODE ETIK KEAGENAN DAN SANGSI. DEKLARASI TENAGA ATAU MANAGER PEMASARAN Nama Agen : No. Keagenan dari Perusahaan : Kode Perusahaan : Tanda Tangan Agen : Tanggal : Halaman 17 dari 17

STANDAR PRAKTIK DAN KODE ETIK TENAGA PEMASAR ASURANSI JIWA

STANDAR PRAKTIK DAN KODE ETIK TENAGA PEMASAR ASURANSI JIWA STANDAR PRAKTIK DAN KODE ETIK TENAGA PEMASAR ASURANSI JIWA BAB I KETENTUAN UMUM 1. DEFINISI Dalam Kode Etik Tenaga Pemasar ini, yang dimaksud dengan: a. AAJI adalah Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia. b.

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK DAN KODE ETIK PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

STANDAR PRAKTIK DAN KODE ETIK PERUSAHAAN ASURANSI JIWA STANDAR PRAKTIK DAN KODE ETIK PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LATAR BELAKANG AAJI berkomitmen penuh untuk selalu menjaga standar etika dan profesionalitas yang baik dan benar dari setiap Perusahaan Asuransi Jiwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pemasaran (social) : Definisi pemasaran (manajerial): Pemasaran digambarkan sebagai seni menjual produk

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pemasaran (social) : Definisi pemasaran (manajerial): Pemasaran digambarkan sebagai seni menjual produk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran dan Bauran Pemasaran 2.1.1. Definisi pemasaran Definisi pemasaran dapat dibedakan antara definisi sosial dan definisi manajerial. Definisi pemasaran (social) : Pemasaran

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Kode Etik. .1 "Yang Harus Dilakukan"

Kode Etik. .1 Yang Harus Dilakukan Kode Etik Kode Etik Dokumen ini berisi "Kode Etik" yang harus dipatuhi oleh para Direktur, Auditor, Manajer, karyawan Pirelli Group, serta secara umum siapa saja yang bekerja di Italia dan di luar negeri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Agustus 2016 PIAGAM AUDIT INTERNAL I. Visi & Misi Visi Misi Visi 2020 Menjadi Kebanggaan Bangsa Grup Astra diakui memiliki standar kelas dunia dalam hal tata kelola perusahaan,

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG (ANTI MONEY LAUNDERING / "AML") FXPRIMUS

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG (ANTI MONEY LAUNDERING / AML) FXPRIMUS KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG (ANTI MONEY LAUNDERING / "AML") FXPRIMUS PERNYATAAN KEBIJAKAN DAN PRINSIP Sesuai dengan Undang-Undang Intelijen Keuangan dan Anti Pencucian Uang 2002 (FIAMLA 2002), Undang-

Lebih terperinci

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Departemen Keuangan RI Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Panitia Antar Departemen Penyusunan Rancangan Undang-undang Akuntan Publik Gedung A Lantai 7 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon:

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis

Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Pedoman Perilaku dan Etika Bisnis Tanggal Mulai Berlaku: 2/28/08 Menggantikan: 10/26/04 Disetujui Oleh: Dewan Direksi TUJUAN PEDOMAN Memastikan bahwa praktik bisnis Perusahaan Mine Safety Appliances ("MSA")

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

FAQ (Frequently Asked Question)

FAQ (Frequently Asked Question) FAQ (Frequently Asked Question) POJK Nomor 67/POJK.05/2016 tentang Perizinan Usaha Dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.303, 2016 KEUANGAN OJK. Asuransi. Reasuransi. Penyelenggaraan Usaha. Kelembagaan. Perusahaan Pialang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII. KEBERLAKUAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

Kebijakan Seleksi Pemasok atau Vendor

Kebijakan Seleksi Pemasok atau Vendor Kebijakan Seleksi Pemasok atau Vendor PT Prodia Widyahusada Tbk Revisi: 00 November 2017 Kebijakan Seleksi & Peningkatan Kemampuan Pemasok/Vendor/Supplier PT Prodia Widyahusada Tbk ( Perseroan ) memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk Piagam Audit Internal PT Astra International Tbk Desember 2010 PIAGAM AUDIT INTERNAL 1. Visi dan Misi Visi Mempertahankan keunggulan PT Astra International Tbk dan perusahaanperusahaan utama afiliasinya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2016 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5896). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI

PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI Dalam mendukung Program Anti Korupsi, BCA mengimplementasikannya dalam beberapa kebijakan yaitu dalam: I. Surat Keputusan Direksi No. 219/SK/DIR/2003 tanggal 10 November

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERSYARATAN, TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DIREKTUR KEPATUHAN PIALANG BERJANGKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/ TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALANG REASURANSI, DAN PERUSAHAAN PENILAI KERUGIAN ASURANSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik

PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik 1 I. PENDAHULUAN Kode Etik ini merangkum dasar-dasar berperilaku yang sudah lama dianut PT Indosat Tbk. ( Perseroan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. I. Landasan Hukum Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 tanggal 23 Desember

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS PERNYATAAN DAN PRINSIP KEBIJAKAN Sesuai dengan Undang-undang Intelijen Keuangan dan Anti Pencucian Uang 2002 (FIAMLA 2002), Undang-undang Pencegahan Korupsi 2002

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS I. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.289, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Penilai. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6157) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 422/KMK.06/2003 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Dokumen Perjanjian Asuransi

Dokumen Perjanjian Asuransi 1 Dokumen Perjanjian Asuransi Pada prinsipnya setiap perbuatan hukum yang dilakukan para pihak dalam perjanjian asuransi perlu dilandasi dokumen perjanjian. Dari dokumen tersebut akan dapat diketahui berbagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

14. Kegiatan APPE orang perorangan berakhir apabila a. APPE Perseorangan tidak lagi melakukan kegiatannya sebagai APPE dalam jangka waktu tiga bulan

14. Kegiatan APPE orang perorangan berakhir apabila a. APPE Perseorangan tidak lagi melakukan kegiatannya sebagai APPE dalam jangka waktu tiga bulan Soal WPPE 1. Manakah yang merupakan Kriteria Resiko Menengah bagi naasabah Perantara Pedagang Efek a. Penyetoran dana < 10 jt dalam 1 hari b. Total dana dan/atau efek > 50 jt pada akhir bulan c. Akumulasi

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232);

2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232); BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1453, 2017 BAPPEPTI. Direktur Kepatuhan. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

Pesan CEO. Rekan kerja yang terhormat,

Pesan CEO. Rekan kerja yang terhormat, Pesan CEO Rekan kerja yang terhormat, Tradisi bisnis Zuellig Pharma di Asia, yang kita emban selama puluhan tahun dalam melayani para mitra dan para pemangku jabatan dalam bidang kesehatan, dibangun di

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL TAKEDA

KODE ETIK GLOBAL TAKEDA KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Pendahuluan Prinsip-prinsip Dasar dan Penerapannya Sudah merupakan komitmen kuat Takeda Pharmaceutical Company Limited dan semua perusahaan yang terafiliasi (secara bersama-sama,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)

RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi) Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: DEDY Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 35 Status Merokok: Tidak Merokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I BAGIAN : Perusahaan SUB BAGIAN : Code of Business Conduct & Ethics : Code of Business Conduct & Ethics - Mengapa Etika Penting - Tinjauan Umum

I BAGIAN : Perusahaan SUB BAGIAN : Code of Business Conduct & Ethics : Code of Business Conduct & Ethics - Mengapa Etika Penting - Tinjauan Umum I BAGIAN : Perusahaan SUB BAGIAN : Code of Business Conduct & Ethics TOPIK : Code of Business Conduct & Ethics - Mengapa Etika Penting - Tinjauan Umum Di Manulife Financial, kita menghargai nama baik kita

Lebih terperinci

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Kode etik bisnis ini berlaku pada semua bisnis dan karyawan Smiths Group di seluruh dunia. Kepatuhan kepada Kode ini membantu menjaga dan meningkatkan

Lebih terperinci

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk memandang pemeriksaan internal yang dilaksanakan oleh Unit Audit Internal sebagai fungsi penilai independen dalam memeriksa dan mengevaluasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL Latar Belakang Unit Audit Internal unit kerja dalam struktur organisasi Perseroan yang dibentuk untuk memberikan keyakinan yang memadai dan konsultasi yang bersifat independen dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI mencakup: A. Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi B. Masa Jabatan Direksi C. Rangkap Jabatan Direksi D. Kewajiban, Tugas, Tanggung Jawab

Lebih terperinci

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

TRINSEO S.A. KEBIJAKAN PERDAGANGAN ORANG DALAM

TRINSEO S.A. KEBIJAKAN PERDAGANGAN ORANG DALAM TRINSEO S.A. KEBIJAKAN PERDAGANGAN ORANG DALAM Dewan Direktur Trinseo S.A. (bersama dengan anak perusahaannya, Perusahaan atau Trinseo ) telah mengambil Kebijakan Perdagangan Orang Dalam ini ( Kebijakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa penilai mempunyai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH,

Lebih terperinci

01. KODE ETIK UNTUK KARYAWAN. (Revisi 2, sesuai dengan persetujuan dalam Rapat Dewan Direksi No 1/2014, 12 Januari 2014)

01. KODE ETIK UNTUK KARYAWAN. (Revisi 2, sesuai dengan persetujuan dalam Rapat Dewan Direksi No 1/2014, 12 Januari 2014) 01. KODE ETIK UNTUK KARYAWAN (Revisi 2, sesuai dengan persetujuan dalam Rapat Dewan Direksi No 1/2014, 12 Januari 2014) Kode Etik ini berlaku untuk semua Karyawan Indorama Ventures PCL dan anak perusahaan

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

BABI. Pasal 1 BAB II. Pasal2

BABI. Pasal 1 BAB II. Pasal2 PEMBUKAAN Perkembangan ekonomi dalam era Indonesia baru merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses reformasi dalam berbagai aspek kehidupan kenegaraan yang ada. Antara lain, ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2016 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL..

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL.. ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL.. 1. PENDAHULUAN 1.1. LSUP PT. ENHAII MANDIRI 186 mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor akreditasi LSUP-015-IDN; 1.2. LSUP PT. ENHAII

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) Kode Etik Insinyur ATAS DASAR PRINSIP Insinyur menegakkan dan memajukan integritas, kehormatan dan martabat profesi engineering

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peranan usaha perasuransian di Indonesia dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP

BAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP BAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP 1 Tujuan Tujuan dari kebijakan ini yaitu untuk memberikan kontrol dalam pemenuhan kepatuhan dengan semua peraturan korupsi dan anti suap yang dapat

Lebih terperinci