IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ORGANISASI YANG DOMINAN DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT TNI-AU TINGKAT-II : STUDI KASUS RS Dr. M.
|
|
- Ridwan Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ORGANISASI YANG DOMINAN DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT TNI-AU TINGKAT-II : STUDI KASUS RS Dr. M. SALAMUN BANDUNG Evo S. Hariandja 1 ABSTRACT Indonesian Air Force Hospital Level II Dr. M. Salamun, Bandung as medical services also serve the members and families of Indonesia Forces and community. This research aims to identify the dominant characteristics of organization through perception survey to personnel of that hospital by using the rules in that hospital. Data process using factor analysis that describe dominant characteristics that have unit of data observation, analyze some manifest variables, and combine into few latent variables but have significant information that needed. Keywords: factor analysis, alpha cronbach coefficient, Indonesia Forces Hospital ABSTRAK Rumah Sakit TNI-AU Tingkat II Dr. M. Salamun, Bandung sebagai Rumah Sakit ABRI juga memiliki fungsi melayani kesehatan para anggota dan keluarga ABRI serta masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik organisasi yang dominan dengan menggali pendapat personil rumah sakit melalui beberapa variabel manifes penelitian dengan memanfaatkan unsur penelitian yang terdapat di RS TNI-AU Tingkat II Dr.M.Salamun, Bandung. Pengolahan data menggunakan analisis faktor yang dapat mengungkapkan karakteristik dominan yang dimiliki unit data observasi, manganalisis sejumlah variabel manifes, dan menggabungkan sekumpulan variabel manifes yang sudah diteliti menjadi variabel laten yang jumlahnya lebih sedikit tapi tetap memiliki nilai informasi yang dibutuhkan. Kata kunci: analisis faktor, koefisien alpha cronbach, RS ABRI 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UBiNus, Jakarta Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja) 175
2 PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan dengan mengembangkan suatu sistem kesehatan nasional. Dalam rangka lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat, akan dilanjutkan dan ditingkatkan pembangunan serta kemampuan pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit (GBHN, 1988). Dalam sistem pelayanan kesehatan, rumah sakit merupakan unsur pokok yang memiliki organisasi, staf dan fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan di bidang kuratif, rehabilitasi medik dan terbatas terhadap penderita yang memerlukan rawat inap maupun rawat jalan. Sebagai fungsi sosial rumah sakit, pemerintah menetapkan aturan bahwa, 25% penggunaan tempat tidur rumah sakit diperuntukkan bagi orang yang tidak mampu. Akan tetapi pada kenyataannya saat ini, alokasi ruangan tersebut sangat sulit untuk dipenuhi oleh rumah sakit, karena orientasi yang sudah berubah. Dari segi pemilikannya rumah sakit dibagi atas: RS Pemerintah Pusat, RS Pemda Tingkat I, RS Pemda Tingkat II, RS ABRI, dan RS Swasta. Berkaitan dengan rumah sakit sebagai fungsi sosial, penelitian ini difokuskan pada rumah sakit di lingkungan ABRI Tingkat II Dr.M. Salamun Bandung yang memiliki fungsi sesuai dengan dwi fungsi ABRI dengan kemampuan: memberikan layanan pengobatan dan perawatan sampai dengan tingkat spesialisasi, memberi bimbingan atau bantuan teknis medik dalam rangka rujukan, melakukan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan. Dalam SKEP/745/VI/1982, Menhankam/Pangab menetapkan suatu standardisasi jenis dan tingkat instalasi perawatan dan pengobatan kesehatan ABRI. Rumah sakit di lingkungan ABRI dibagi menjadi dua jenis yaitu: RS Wilayah dan RS Lapangan. Umumnya yang disebut RS di lingkungan ABRI adalah RS Wilayah dengan ciri umumnya yang bersifat menetap. RS Dr. M. Salamun termasuk satuan pelaksana di lingkungan TNI-AU yang berkedudukan langsung di bawah komandan pangkalan dengan tugas pokok: menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan oleh setiap operasi TNI-AU meliputi higiene, layanan gawat darurat, layanan perawatan dan perawatan umum, spesialisasi serta dukungan kegiatan rumah sakit. Aktivitas yang dilakukan rumah sakit tidak semata-mata diperuntukkan kepada ABRI dan anggota keluarganya saja tetapi berusaha melayani kesehatan masyarakat sesuai dengan dwi fungsi ABRI sebagai kekuatan hankam dan sebagai kekuatan sosial tanpa mengabaikan tugas pokoknya, tidak merugikan dinas dan tidak semata-mata mencari keuntungan. Sisi penelitian layanan kesehatan kepada ABRI dan masyarakat ditujukan untuk melihat bagaimana karakteristik organisasi RS TNI-AU Tingkat II Dr. M. Salamun sebagai suatu rumah sakit ABRI. Dalam penelitian ini setiap pendapat personil RS merupakan bahan kajian yang digunakan untuk menganalisis karakteristik organisasi yang dominan dari RS tersebut. 176 INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005:
3 Tujuan penelitian adalah menjelaskan permasalahan RS TNI-AU Tingkat II Dr.M.Salamun sebagai suatu organisasi RS ABRI berdasarkan karakteristik organisasinya dan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan perubahan manajemen di masa yang akan datang. Batasan analisis penelitian ini adalah sampel penelitian yang merupakan personil RS ABRI Dr. M.Salamun Bandung, data diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada anggota organisasi. Hasil penelitian ini merupakan studi kasus di mana analisis dan kesimpulannya hanya terbatas pada organisasi RS ABRI Dr. M. Salamun Bandung saja dan perlu diuji terlebih dahulu untuk organisasi RS ABRI lainnya. Landasan teori dalam penelitian ini menggunakan teori organisasi dengan menitikberatkan pada dimensi struktural dan prosedural yang menjadi ciri khas organisasi pemerintah dan militer dengan berfokus pada kedelapan faktor tersebut di atas. Dimensi organisasi berguna untuk mencerminkan karakteristik organisasi. Analisis suatu masalah dapat dirumuskan setelah diketahui bagaimana karakteristik obyek yang akan diteliti. Dimensi struktural menggambarkan hierarki otoritas yang jelas dan tegas, biasanya dinyatakan dalam struktur organisasi. Sedangkan dimensi prosedural menggambarkan prosedur kerja yang mengatur hubungan anggota organisasi, biasanya dinyatakan dalam prosedur kerja yang terperinci. Di antara dimensi struktural dan dimensi prosedural perlu ada keterpaduan. Jika kedua dimensi tersebut tidak saling mendukung, maka pelaksanaan manajemen organisasi menjadi saling tumpang tindih. Kerlinger (1964) menyatakan bahwa suatu struktur organisasi tertentu akan mempunyai dimensi organisasi tertentu yang dominan. Sentralisasi menunjukkan pembagian kekuasaan menurut tingkatan atau hirarki dalam organisasi. Formalisasi menunjukkan tingkat penggunaan dokumen tertulis dalam organisasi. Fleksibilitas menunjukkan tingkat penyesuaian organisasi terhadap tuntutan lingkungan organisasi. Spesialisasi menunjukkan tingkat pembagian kerja dalam organisasi. Koordinasi menunjukkan proses mengaitkan yang digunakan untuk mengintegrasi peranan dalam proses yang berbeda dalam suatu unit kerja untuk melaksanakan sekumpulan tugas bersama. Sifat Tugas yang terdapat dalam suatu organisasi memungkinkan adanya pelaksanaan yang sesuai dengan harapan organisasi, yang dibebankan oleh masyarakat. Kepemimpinan merupakan proses dinamik yang terjadi di dalam organisasi karena menyangkut tercapainya tujuan organisasi. Standardisasi menunjukkan tingkat kesamaan atau kebakuan dalam pelaksanaan pekerjaan melalui tata cara yang ditetapkan untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul secara teratur. Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja) 177
4 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini: Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian Studi Pustaka Observasi Lapangan Penentuan Variabel Penelitian Penyusunan Penentuan Sampel Penelitian Cara Pengumpulan Data Penentuan Alat Ukur Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan Data Dengan Analisis Faktor Analisis Hasil Pengolahan Data Analisis Keseluruhan Mengenai Karakteristik Organisasi RS TNI-AU Kesimpulan Gambar 1 Tahapan Penelitian Penentuan variabel penelitian dikaji dengan mempertimbangkan faktor: Sentralisasi, Formalisasi, Fleksibilitas, Spesialisasi, Koordinasi, Sifat Tugas, Kepemimpinan, dan Standardisasi dengan berpedoman pada: SKEP/745/VI/1982 Menhankam/Pangab tentang jenis dan tingkat instansi perawatan ABRI, SKEP/B/560/V/1974 Menhankam/Pangab tentang pemakaian bersama RS ABRI, 178 INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005:
5 Instruksi Kepala RS Dr. M. Salamun No. Ins/001/VI/1985 mengenai reorganisasi RS Tingkat II Dr.M.Salamun, Pokok-pokok organisasi dan prosedur RS ABRI Tingkat II, dan Prosedur Tetap tiap bagian di RS ABRI Tingkat II Dr. M. Salamun. Melalui SKEP Menhankam/Pangab tentang standardisasi jenis dan tingkat instalasi perawatan dan pengobatan kesehatan ABRI diukur a. Standardisasi jenis dan tingkat layanan RS b. Orientasi pelaksanaan sistem manajemen RS ABRI c. Tanggung jawab dalam litbang kedokteran di RS Melalui SKEP Menhankam/Pangab tentang pemakaian bersama RS ABRI diukur a. Kerjasama dengan instansi kesehatan yang berkaitan dengan RS b. Pemanfaatan RS sebagai prasarana dengan instansi lain c. Kebutuhan integrasi sistem layanan pendidikan dan latihan Melalui Instruksi Kepala RS diukur - Aturan reorganisasi personil dan proses yang dibebankan kepada tiap personil Melalui Pokok Organisasi dan Prosedur RS diukur a. Tanggung jawab dan wewenang meliputi kegiatan pelaksanaan operasional, peningkatan sarana, program dan sumber daya b. Peran pimpinan RS dan Kelompok Ahli c. Tanggung jawab pelaksanaan rencana dan kendali tahap kegiatan medik d. Manajemen Dana Kesehatan ABRI dan ketergantungan terhadap subsidi. Melalui Prosedur Tetap RS diukur: a. Kebutuhan personil dengan kualifikasi tertentu. b. Aturan pengembangan SDM. c. Sifat tugas. Sesuai dengan pedoman yang digunakan dalam penyusunan variabel penelitian, maka dapat ditetapkan variabel yang dijadikan indikator adalah sebagai berikut. X1 : Peran Komandan Pangkalan sebagai penanggung jawab RS. X2 : Pelaksanaan manajemen sendiri berorientasi pada program/sumber daya. X3 : Pengelolaan RS dengan skala prioritas. X4 : Kebebasan pengambilan keputusan mengenai peningkatan sarana RS. X5 : Wewenang dan tanggung jawab riset dan pengembangan ilmu kedokteran. X6 : Wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan operasional. X7 : Kepatuhan pelaksanaan program rutin RS. X8 : Wewenang dan tanggung jawab pengelolaan dana kesehatan ABRI. X9 : Perkembangan karir yang sesuai dari TNI-AU. X10: Beban moril dalam layanan kesehatan. X11: Pemanfaatan RS sebagai prasarana instansi lain. Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja) 179
6 X12: Kebutuhan integrasi layanan dalam pendidikan dan latihan. X13: Pelaksanaan rencana dan pengendalian tahapan kegiatan medik. X14: Ketergantungan subsidi layanan kesehatan dari ABRI. X15: Peran pimpinan sebagai penentu perkembangan manajemen RS. X16: Pengelolaan RS berorientasi ABRI dan masyarakat. X17: Pergantian personil RS sesuai dengan aturan TNI-AU. X18: Kebebasan penentuan kebijakan, program rutin, dan aturan dalam RS. X19: Kebutuhan personil dengan kualifikasi yang tinggi. X20: Peran Kelompok Ahli sebagai koordinator dan penjalin kerjasama dengan instansi lain X21: Kedisiplinan tugas pelayanan kesehatan. X22: Kerjasama dengan RS umum pemerintah dan instansi kesehatan yang lengkap. Jenis pertanyaan yang diajukan yang terdapat dalam kuesioner merupakan pertanyaan tertutup di mana kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban yang lain. Alat ukur dibuat menurut skala Likert (1961) 1 sampai dengan 5 sesuai dengan keterangan berikut. 1 untuk Tidak Setuju. 2 untuk Kurang Setuju. 3 untuk Netral (Rata-rata). 4 untuk Setuju. 5 untuk Sangat Setuju. Data yang memenuhi syarat untuk diolah adalah jika kuesioner diisi dengan lengkap dan hanya satu jawaban untuk tiap pertanyaan. Kecukupan data diperoleh dengan mengacu pada aturan analisis faktor di mana jumlah sampel adalah 5 sampai 6 kali dari jumlah variabel penelitian (Hair, 1998). Data yang kurang dari jumlah aturan tersebut masih bisa diolah dengan pertimbangan penyesuaian yang dilakukan oleh peneliti dan melihat kondisi observasi. Proses pengolahan analisis faktor adalah: a. Menyusun matriks data mentah (m x n) di mana m adalah jumlah responden dan n adalah jumlah variabel b. Menyusun matriks korelasi c. Menghitung eigen value d. Menentukan jumlah variabel e. Penentuan bobot faktor, f) melakukan rotasi faktor dengan metode rotasi varimax. Setelah ditentukan variabel manifes mana yang masuk variabel laten (faktor) selanjutnya dilakukan uji keandalan alat ukur menggunakan metode Cronbach dengan rumus: Alpha ( ) = k.r / [1 + (k-1). r] 180 INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005:
7 di mana r adalah rata-rata korelasi antar variabel manifes dan k adalah jumlah variabel manifes yang membentuk variabel laten. Prinsip kerja analisis faktor dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. X8 X1 X2 X3 X4 X7 X6 X5 X9 (a) 9 variabel yang berkorelasi X1 X4 X2 X5 X6 X3 X7 X8 X9 (b) (c) (d) Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 X1 X3 X4 X6 X2 X7 X5 X8 X9 Solusi 3 faktor Gambar 2 (a), (b), (c), dan (d) Prinsip Kerja Analisis Faktor Analisis hasil penelitian dan keseluruhan dicoba dikaitkan dengan karakteristik organisasi yang dominan untuk dapat menjelaskan permasalahan yang sebenarnya terdapat dalam manajemen RS TNI-AU Dr. M. Salamun Bandung dan juga untuk memberikan saran perubahan yang mungkin perlu. Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja) 181
8 PEMBAHASAN Responden penelitian berjumlah 187 orang mulai dari pimpinan, eselon staf pembantu pimpinan, eselon staf pelaksana, eselon pelaksana teknis, staf edukatif serta personil RS ABRI Tingkat II Dr.M.Salamun Bandung yang tersebar ke dalam 11 klinik spesialis dan klinik penunjang yang lain. Distribusi kuesioner adalah sebagai berikut. Tabel 1 Jumlah dan Asal Responden Nama Bagian Jumlah Responden Pimpinan RS 8 Klinik Bedah 26 Klinik Radiologi 10 Klinik Bedah Gigi dan Mulut 9 Laboratorium Patologi Klinik 13 Klinik Spesialis Akupuntur Medik 5 Klinik Spesialis Jantung 6 Klinik Spesialis Mata 9 Klinik Spesialis Syaraf 12 Klinik Spesialis THT 17 Klinik Spesialis Jiwa 3 Klinik Spesialis Dalam (Internis) 14 Klinik Spesialis Kulit 7 Klinik Spesialis Kebidanan & Kandungan 22 Klinik Spesialis Anak 15 Klinik Spesialis Anestesi 11 Total = 187 Sumber: RS TNI-AU Dr.M.Salamun, Bandung Dari 187 kuesioner yang dibagikan, kuesioner yang diterima kembali berjumlah 152 dan terdapat kuesioner yang tidak sah sebanyak 44. Kuesioner yang tidak sah bila jawaban yang diberikan untuk satu pernyataan atau pertanyaan lebih dari dua atau tidak lengkap dalam pengisiannya. Jumlah kuesioner sah yang dapat diolah adalah 108 kuesioner. Data kuesioner terdiri dari data yang bersifat umum dan data spesifik yang memuat ke 22 variabel penelitian. Data spesifik menggunakan skala Likert 1 sampai dengan 5 dengan keterangan: 1 untuk Tidak Setuju, 2 untuk Kurang Setuju, 3 untuk Ratarata, 4 untuk Setuju, dan 5 untuk Sangat Setuju. Konversi skala untuk nilai 1 s/d 1,80 untuk skala 1, nilai 1,81 s/d 2,60 untuk skala 2, nilai 2,61 s/d 3,40 untuk skala 3, nilai 3,41 s/d 4,2 untuk skala 4, dan nilai 4,21 s/d 5 untuk skala 5. Pengolahan data menggunakan metode analisis faktor dengan menggunakan software SPSS dan uji keandalan alat ukur untuk mengukur konsistensi internal dari jawaban responden menggunakan koefisien Alpha Cronbach. 182 INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005:
9 Dari hasil pengolahan data diperoleh pengelompokkan variabel laten sebanyak 8 buah sesuai dengan urutan nilai eigen valuenya sebagai berikut: Variabel Laten I = 4,51476, Variabel Laten II = 2,73296, Variabel Laten III = 1,82327, Variabel Laten IV = 1,51635, Variabel Laten V = 1,42371, Variabel Laten VI = 1,19118, Variabel Laten VII = 1,09537, dan Variabel Laten VIII = 1, Dengan demikian dapat dikatakan pengaruh Variabel Laten I > Variabel Laten II > Variabel Laten III > Variabel Laten IV > Variabel Laten V > Variabel Laten VI > Variabel Laten VII > Variabel Laten VIII. Tingkat kumulatif persentase kedelapan variabel laten tersebut adalah 69,6%, artinya fenomena dalam penelitian sudah dapat direpresentasikan sebesar 69,6% melalui delapan buah variabel laten tersebut. Dan sisanya 30,4% belum terukur melalui delapan variabel laten tersebut atau disebabkan faktor kesalahan. Pengelompokan variabel manifes membentuk variabel laten, urutan nilai eigen value variabel laten, dan interpretasi faktor organisasi, nilai koefisien keandalan alpha Cronbach, dan nilai faktor disajikan dalam Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4 berikut ini. Variabel Manifes Tabel 2 Pengelompokan Variabel Manifes Membentuk Variabel Laten dan Bobot Faktor Bobot Faktor Variabel Manifes Variabel Laten X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Sumber: penulis Kriteria pemilihan variabel manifes dominan yang membentuk variabel laten adalah variabel yang memiliki bobot pada matriks faktor 0,5. Kriteria ini dipilih berdasarkan batas minimum bobot variabel yang masih berpengaruh membentuk variabel tertentu. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS, variabel manifes X18 dan X1 dapat Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja) 183
10 direduksi karena memiliki bobot lebih kecil daripada 0,5. Oleh karena itu variabel tersebut tidak memenuhi syarat untuk dipilih membentuk salah satu variabel laten. Tabel 3 Urutan Eigen Value Variabel Laten Variabel Laten Eigen Value 1 4, , , , , , , ,00771 Sumber: penulis Tabel 4 Koefisien Keandalan dan Nilai Faktor Organisasi Faktor Organisasi Alpha Nilai Interpretasi Sentralisasi: X4, X6, X5 Formalisasi: X16, X17, X9, X14, X8, X13 Fleksibilitas: X22, X11, X19 Spesialisasi: X3, X12 Koordinasi: X20 Sifat Tugas: X10, X7, X21 Kepemimpinan: X15 Standardisasi: X2 Sumber: Penulis 0, ,06 Responden menganggap netral atau rata-rata adanya sistem pengambilan keputusan yang sentralistik mengenai peningkatan dan pengembangan RS 0, ,97 Setuju adanya aturan yang ketat terhadap orientasi layanan kesehatan RS yang mengarah kepada ABRI dan masyarakat 0, ,65 Setuju semakin ditingkatkannya kerjasama dengan instansi kesehatan yang lengkap dalam rangka introduksi tenaga medik dengan kualifikasi yang tinggi 0, ,61 Setuju adanya pengelolaan RS dengan skala prioritas Tidak ada 3,89 Setuju bahwa peran Kelompok Ahli sebagai alat untuk memudahkan integrasi dengan lingkungan eksternal RS dapat ditingkatkan 0, ,92 Setuju bahwa kepatuhan dan kedisiplinan dalam melakukan tugas berperan penting dalam proses meningkatkan layanan kesehatan kepada pengguna jasa RS Tidak ada 2,75 Responden menganggap netral atau rata-rata bahwa peran pimpinan RS tidak saja sebagai penentu perkembangan manajemen saja tetapi perlu dilakukannya peran yang mampu menjembatani proses organisasi RS terhadap lingkungan eksternalnya Tidak ada 3,02 Responden menganggap netral atau rata-rata dilakukannya pelaksanaan program/sumber daya yang baku dengan ciri khas ABRI 184 INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005:
11 Dari hasil interpretasi analisis faktor, maka dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: Faktor Sentralisasi menunjukkan netral adanya keinginan dalam proses pengambilan keputusan yang sentralistik mengenai arah, pola, dan kebijakan peningkatan dan pengembangan RS. Keputusan-keputusan yang menyangkut peningkatan dan pengembangan RS merupakan keputusan strategis yang akan menentukan keberhasilan layanan RS. Faktor Formalisasi menunjukkan keinginan untuk setuju adanya pemberlakuan aturan-aturan yang ketat terhadap orientasi layanan RS yang berorientasi pada ABRI dan masyarakat. Faktor Fleksibilitas menunjukkan persetujuan responden semakin ditingkatkannya kerjasama yang erat dengan instansi kesehatan lain yang memiliki peralatan lengkap dalam rangka introduksi tenaga medik yang memiliki kualifikasi tinggi. Faktor Spesialisasi menunjukkan adanya keinginan pengelolaan RS dengan skala prioritas di mana program layanan yang tersusun dan saling mendukung satu sama lain. Faktor Koordinasi menunjukkan keinginan responden bahwa peran Kelompok Ahli semakin ditingkatkan sebagai alat untuk memudahkan integrasi dengan lingkungan eksternal RS. Faktor Sifat Tugas menunjukkan responden setuju bahwa kepatuhan dan disiplin memegang peran yang sangat penting untuk meningkatkan layanan kesehatan, tetapi juga perlu disertai sistem pengakuan dan penghargaan yang wajar atas prestasi. Hal ini akan memberi ruang gerak untuk kreativitas dan pengembangan tanggung jawab setiap personil. Faktor Kepemimpinan menunjukkan pendapat responden yang netral bahwa pimpinan RS sebaiknya mampu menjembatani proses organisasi yang menyangkut pengguna jasa, lingkungan eksternal, dan sumberdaya manusia di dalam organisasi. Faktor Standardisasi menunjukkan pendapat responden yang netral dalam pelaksanaan program/sumberdaya dengan ciri khas ABRI yang bersifat baku. Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja) 185
12 PENUTUP Adapun kesimpulan penelitian yang telah dilakukan di RS TNI-AU Tingkat II Dr.M.Salamun Bandung adalah sebagai berikut: 1. Metode analisis faktor yang digunakan memungkinkannya reduksi dan pengelompokkan sejumlah variabel manifes dari 22 variabel menjadi 8 variabel laten atau faktor yang memiliki pengaruh dominan pada suatu unit observasi. 2. Variabel laten atau faktor yang dihasilkan adalah: Sentralisasi, Formalisasi, Fleksibilitas, Spesialisasi, Koordinasi, Sifat Tugas, Kepemimpinan, dan Standardisasi, merepresentasikan 69,6% fenomena penelitian yang didasarkan atas nilai eigen value (persentase kumulatif tingkat komunalitas) variabel manifes. Saran-saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor kepemimpinan sebaiknya semakin ditingkatkan dan dapat menjadi pendorong timbulnya inovasi. Kepemimpinan yang konsisten akan memberikan ruang gerak yang lebih luas dalam proses inovasi dalam organisasi. 2. Dalam melakukan reorganisasi sebaiknya RS semakin adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap memperhatikan unsur layanan kepada ABRI dan masyarakat umum. 3. Penelitian lanjutan hendaknya dapat berfokus pada keseimbangan relatif antara posisi para dokter ABRI dan para dokter sipil yang spesialis dalam menduduki jabatan yang bersemangatkan kerjasama dan perlunya mempertimbangkan faktor budaya, komunikasi, komitmen pemimpin, proses inovasi, intensitas tugas, dan otoritas dengan menggunakan analisis hubungan struktural linier (LISREL = Linier Structural Relations). Dengan mempertimbangkan dimensi kultural yang berhubungan dengan proses integrasi internal organisasi, dimensi kontekstual yang berhubungan dengan ukuran organisasi, teknologi organisasi, dan lingkungan organisasi, dan dimensidimensi lain yang saling berkaitan erat, diharapkan cakupan permasalahan menjadi lebih luas dan lebih baik lagi. 186 INASEA, Vol. 6 No. 2, Oktober 2005:
13 DAFTAR PUSTAKA Albrecht, Karl (1983), Organization Development, Prentice Hall Inc., New Jersey Alexander, Marcus (2002), Designing Effective Organization, John Wiley, London Barnard, Chester I (1956), Organization and Management, Harvard University Press, Cambridge Dillon, William R. & Matthew Goldstein (1984), Multivariate Analysis: Methods and Application, John Wiley, New York Greiner, Larry E. (1998), Evolution and revolution as organizations grow, Harvard Business Review Vol.76 No.3 (May-June): Hair et. al. (1998), Multivariate Data Analysis, John Wiley, New York Jones, Gareth (2001), Organization, John Wiley, New York Mary Ann Von Glinow (2005), Organizational Behavior, Prentice Hall, New Jersey Identifikasi Karakteristik Organisasi... (Evo S. Hariandja) 187
Perbedaan jenis pelayanan pada:
APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 103 TAHUN 2013 103 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan globalisasi ekonomi di dunia menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi memperebutkan sumber daya
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG
1- LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 12 Tahun 2012 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA TANGERANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat (1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan
Penyusunan Kebutuhan Jumlah Pegawai Landasan Hukum UndangUndang Nomor 5 Tahun 04 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat () Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALINAU
PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MALINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,
Lebih terperinciBUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN ALAIDIN SYAH PEUREULAK ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015
EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 I. Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang optimal dari rumah sakit cenderung terus meningkat. Fenomena ini menuntut pihak rumah sakit
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENSTRA RSUD KOTA TANGERANG PERIODE 2014-2018 Latar belakang, maksud dan tujuan Sebagai salah satu SKPD Pemerintah Kota Tangerang, RSUD Kota Tangerang mepunyai kewajiban menyusun Renstra ( Rencana
Lebih terperinci2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU
2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU A. DESAIN STRUKTUR ORGANISIASI Struktur organisasi RSUD Indrasari Rengat adalah Organisasi Staf B. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI 1) Direktur Sebagai
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien
Lebih terperincig.pemantauan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pelayanan medik, keperawatan dan keteknisan medik
Contoh Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Struktur Organisasi ( lampiran 1) Rumah sakit umum pusat nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo/RSCM) merupakan Unit
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30. p TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK
PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: Definisi lain tentang rumah sakit, seperti dalam Undang-Undang Nomor
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Lebih terperinciBUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311
1 BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 2000:11). Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian deskriptif komparatif. Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mengetahui nilai variabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menentukan rumah sakit mana yang akan mereka pilih. Persaingan antar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KHUSUS BERSALIN SAYANG IBU KELAS B
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KHUSUS BERSALIN SAYANG IBU KELAS B DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang :
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH
PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam rangka menghadapi tantangan persaingan yang semakin tinggi dan meningkat, setiap perusahaan berusaha untuk tetap bertahan dengan cara meningkatkan produktivitas
Lebih terperinci2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1484,2014 KEMENHAN. Rumah Sakit. Dr. Sutoyo. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penting yang berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undangundang Nomor 25
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 54 2001 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM dr. SLAMET KABUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR RANCANGAN PERATURAN DAERAH INDRAGIRI HILIR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURI HUSADA TEMBILAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci-1- PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG
-1- PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN ALAIDDIN SAID MAULANA ABDUL AZIZ
Lebih terperinciTantangan Dasar Desain Organisasi
Modul ke: Tantangan Dasar Desain Organisasi Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2015 merupakan. dokumen rencana pembangunan RSUD Kota Bandung periode tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2015 merupakan dokumen rencana pembangunan RSUD Kota Bandung periode tahun 2015 yang penyusunannya masih berpedoman pada
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH A.
SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH A.W.SYAHRANI SAMARINDA, KANUDJOSO BALIKPAPAN, TARAKAN DAN RUMAH SAKIT
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Secara umum telah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelaksana pembangunan di Kabupaten Lamongan dan secara proporsional telah berjalan dengan baik, hal
Lebih terperinciBAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan
Lebih terperinci- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 77 TAHUN 2016
- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 A TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN DENGAN
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 39 TAHUN 2017
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PAKUHAJI
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Instansi 4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi (RSUD) Kabupaten Bogor pada awalnya merupakan Puskesmas dengan tempat perawatan
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI PADA
Lebih terperinciBUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BATU BARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciURAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP
URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP 1. Nama Jabatan Kepala Instalasi Rawat Inap 2. Ruang Lingkup Meliputi Pelayanan Rawat Inap 3. Bertanggung Jawab Kepada : Kepala Bidang Keperawatan 4. Persyaratan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RSUD AJI BATARA AGUNG DEWA SAKTI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA BUPATI KUTAI KARTANEGARA,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN ORGANISASI DAN KELEMBAGAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B MAJALAYA KABUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SAMARINDA
PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) I. A. MOEIS KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1045/MENKES/PER/XI/2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Rumah sakit adalah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMO 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya
Lebih terperinciBAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN
BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN 1.1 Kesimpulan Pada bab sebelumnya telah diuraikan pembahan mengenai Rumah Sakit Korban Lakalantas Kendal, sehingga dapat disimpulkan berbagai masalah, dan potensi
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS DAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR ORGANISASI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG
-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN ABDUL AZIZ SYAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan medis semakin meningkat, sehingga masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah sakit. Perubahan
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 25 TAHUN 2017
1 BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN
Lebih terperinciMISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI
MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT 1. Mewujudkan kualitas pelayanan paripurna yang prima dengan mengutamakan keselamatan pasien dan berfokus pada kepuasan pelanggan. 2.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki oleh setiap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki oleh setiap manusia. Dimana kebutuhan tersebut sangat mutlak untuk dipenuhi. Apabila tidak dipenuhi,
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi masyarakat serta makin tingginya kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan membuat setiap
Lebih terperinciHUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012
HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciPEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK
PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK RSUD KOTA DEPOK 1 BAB I PENDAHULUAN Meningkatkan derajat kesehatan bagi semua lapisan masyarakat Kota Depok melalui pelayanan
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi jasa berlomba untuk merebut pasar, dengan meningkatkan layanan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya organisasi yang bergerak di bidang jasa pada masa sekarang membuat organisasi jasa berlomba untuk merebut pasar, dengan meningkatkan layanan yang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Rumah Sakit Umum. Tata Kerja. Organisasi. Pencabutan.
No.1583, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Rumah Sakit Umum. Tata Kerja. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-30 /A/JA/ 10 /2014 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan reformasi administrasi publik makin nyata di berbagai negara termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting Government yang didasarkan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG
BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 16 SERI D PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2007 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 1 TAHUN 1989 SERI : D 1
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 1 TAHUN 1989 SERI : D 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 1988 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek adalah setiap usaha yang direncanakan sebelumnya yang memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum RSUD Pasaman Barat merupakan Rumah sakit Kelas C yang berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2005 pada tanggal 1 April 2005 dalam bentuk Lembaga Teknis Daerah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemenkes RI menyatakan mutu pelayanan kesehatan merupakan segala hal yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi. dan ketegangan, antara lain komunikasi yang bersifat menghibur hubungan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Jadi, komunikasi menyangkut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT
GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SAKIT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS
PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 05 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN RUMAH SAKIT DAERAH KOTA AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 2 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LEUWILIANG KELAS C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk masyarakat, dimana pasien dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang diinginkan, yang meliputi pelayanan
Lebih terperinci