FAQ Tentang Fasilitas Daur Ulang Bahan Bakar, Limbah Radioaktif dan Aplikasi Radiasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAQ Tentang Fasilitas Daur Ulang Bahan Bakar, Limbah Radioaktif dan Aplikasi Radiasi"

Transkripsi

1 FAQ Tentang Fasilitas Daur Ulang Bahan Bakar, Limbah Radioaktif dan Aplikasi Radiasi PERTANYAAN : JELASKAN TENTANG JUMLAH CADANGAN URANIUM ALAM DAN PROSPEK MASA DEPAN JAWABAN RINGKAS Jumlah cadangan prospektif uranium alam di dunia dapat digunakan untuk 50 tahun secara terus menerus dengan tingkat konsumsi seperti sekarang. Kalau melihat wilayah dunia, jumlah cadangan terindikasi paling banyak antara lain Amerika Utara, Afrika, Australia. Jepang yang miskin sumber uranium memperoleh cukup jaminan uranium alam sekitar 240 ribu ton melalui perjanjian jangka panjang dan pengembangan bersama untuk pemurnian bijih dengan Australia, Kanada, dan lain-lain. Untuk mengantisipasi akumulasi kebutuhan uranium alam pada tahun 2000-an kira-kira 210 ribu ton, maka pada akhir pertengahan tahun 1990 dibutuhkan suplai baru. JAWABAN RINCI 1. Jumlah sumber uranium dunia Jumlah cadangan terindikasi uranium dunia pada akhir tahun 1994 menurut REDBOOK 97 (OECD/NEA) adalah kira-kira ton (Gambar 1). Kalau melihat distribusi cadangan di dunia, Rusia dan negaranegara timur sebesar 31%, Afrika dan Amerika tengah/selatan sebesar 23,3%, Amerika Utara 17,4%, OECD wilayah pasifik sebesar 19,8% (Gambar 2). Dengan mengecualikan kebutuhan jumlah sumber terindikasi periode tahun 1997, tahun penggunaan diperkirakan menjadi 72 tahun (Tabel 1 dan Gambar 3). 2. Prospek kebutuhan uranium di Jepang Kelistrikan Jepang mempunyai jaminan stok total 288 ribu ton uranium alam yang terdiri dari 52 ribu ton merupakan impor dari Australia dan Nigeria, 236 ribu ton merupakan perjanjian jangka menengah dan panjang dengan Kanada, Inggris, Australia dan lain-lain (Tabel 2). Menurut perkiraan departemen ilmu pengetahuan dan teknologi Jepang, jika diasumsikan kebutuhan pembangkitan listrik MW tahun 1997, MW tahun 2000, MW tahun 2010, maka jumlah kebutuhan tahunan dan akumulasi kebutuhan uranium masing-masing 9000 ton dan ton pada tahun 1997, ton dan ton pada tahun 2000, ton dan ton pada tahun 2010 (Tabel 3). Pada kondisi ini, jumlah kebutuhan uranium Jepang dapat dikatakan terjamin, tetapi untuk mengantisipasi kebutuhan yang mendesak karena jumlah hasil perjanjian sebesar 240 ribu ton dan jumlah akumulasi kebutuhan sebesar 210 ribu ton pada tahun 2000, maka dibutuhkan suplai baru. Kebutuhan uranium alam Jepang semua berasal dari luar negeri dan konsumsi Jepang sebesar 14,4% dari konsumsi uranium dunia (Gambar 4). Sebagai negara besar yang menggunakan tenaga nuklir, Jepang tidak hanya mengharapkan jaminan suplai sumber uranium yang stabil, tetapi penting juga melakukan kontribusi pada kestabilan pasar uranium dengan meningkatkan jumlah sumber uranium dunia. Untuk menjamin kebutuhan uranium alam di masa depan perlu memperhitungkan jaminan uranium alam dengan melakukan perjanjian pembelian jangka panjang dan diversifikasi sumber suplai, juga perlu secara aktif mencari sumber minyak sendiri. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 1/11

2 PERTANYAAN : ADAKAH BAHAN BAKAR REAKTOR NUKLIR SELAIN URANIUM DAN PLUTONIUM? JAWABAN RINGKAS Pada bahan bakar reaktor nuklir dihasilkan energi dari proses pembelahan inti atom, biasanya bahan bakar yang digunakan adalah uranium dan plutonium, tetapi dapat juga digunakan torium. Cadangan torium di bumi lebih banyak daripada uranium. Torium alam mengandung 100% torium-233, torium ini bukan merupakan inti dapat belah. Inti torium-233 menjadi uranium-233, setelah menyerap neutron. Uranium-233 ini merupakan inti dapat belah. Pada awalnya, torium dicampur pada bahan bakar uranium dan plutonium, kemudian diperoleh uranium- 233 setelah pembakaran di dalam reaktor nuklir. Bahan bakar bekas diolah ulang untuk diambil uranium-233, setelah itu uranium-233 dicampur dengan torium alam untuk dijadikan bahan bakar reaktor. Selain itu sedang dikembangkan penelitian penggunaan unsur aktinida hasil olah ulang seperti amerisium, neptunium dan lain-lain, sebagai bahan bakar reaktor pembiak cepat (FBR). JAWABAN RINCI Torium (Th) merupakan sumber bahan bakar nuklir yang terkandung di alam bersama dengan uranium, dan cadangannya di bumi lebih banyak dari uranium. Menurut laporan NEA/IAEA pada tahun 1986, selain India jumlah sumber terindikasi di dunia sebesar ton Th, dan berharga di bawah 80US$ per kg. Jumlah sumber tambahan diperkirakan adalah ton Th untuk jenis 1 dan ton Th untuk jenis 2. Selain itu, pasir laut India mengandung sumber torium sebesar ton (Januari 1985). Torium digunakan untuk campuran logam ringan tahan panas. Torium belum digunakan sebagai bahan bakar nuklir, sehingga penelitian tentang batuan torium masih sedikit. Torium alam mengandung 100% torium-232. Umur paro unsur radioaktif ini sekitar 14x10 9 tahun. Torium-232 tersebut tidak dapat membelah, tetapi dapat menjadi torium-233 setelah menyerap neutron. Torium-233 menjadi protoaktinium-233 (Pa-233) setelah meluruhkan beta (b). Pa-233 mempunyai waktu paro 27 hari, menjadi U-233 setelah melepaskan beta. U-233 adalah unsur dapat belah dan dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hal ini sama dengan pembuatan Pu-239 yang dapat belah dari U-238 di dalam reaktor nuklir. Torium-232 merupakan bahan fertil sama dengan U-238. Untuk menggunakan torium sebagai bahan bakar reaktor nuklir, pertama-tama reaktor nuklir dioperasikan menggunakan bahan bakar plutonium dan uranium dicampur dengan torium. Dari proses olah ulang bahan bakar bekas diperoleh U-233, selanjutnya U-233 ini dicampur dengan torium alam digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, jumlah neutron (h) yang dihasilkan untuk setiap pembelahan satu inti U-233 pada kisaran neutron termal lebih besar dibandingkan U-235 dan Pu-239. Hal ini berarti tidak hanya diperoleh rasio konversi yang tinggi untuk neutron termal, tetapi juga merupakan keuntungan reaktor pembiak neutron termal yang menghasilkan U-233 melebihi jumlah bahan bakar (U-233 awal) yang dikonsumsi. U-233 melepaskan sinar alpha (a) dan gamma (g), dan juga merupakan inti dapat belah. U-233 yang dihasilkan di reaktor nuklir mengandung U-232 radioaktif dalam jumlah kecil dan melepaskan sinar gamma energi tinggi pada saat peluruhan. Oleh karena itu dibutuhkan peralatan seperti tembok perisai sinar gamma dan sinar alpha. Tetapi, di balik kesulitan penggunaan bahan bakar ini, terdapat juga manfaatnya. Berikut ini keunggulan penggunaan bahan bakar torium. 1. Sumber torium sangat banyak, dan sebagai sumber energi akan meningkat melebihi penggunaan uranium. Gambar 1 dan Gambar 2 masing-masing menunjukkan sumber torium dunia dan Amerika. 2. Nilai h pada kisaran energi neutron termal untuk U-233 lebih besar daripada U-235 dan Pu-239, sehingga memungkinkan sebagai reaktor pembiak neutron termal selain sebagai reaktor konversi tinggi. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 2/11

3 3. Bahan bakar torium dapat digunakan dengan tidak merubah dimensi reaktor saat ini. 4. Meskipun harga uranium meningkat, pengaruhnya pada daur bahan bakar nuklir kecil. 5. U-232 yang terkandung dalam jumlah kecil dalam U-233 melepaskan sinar gamma energi tinggi, sehingga meskipun penanganannya sulit, tetapi efektif mencegah penyebaran persenjataan nuklir. Sampai saat ini, sudah ada pengalaman penggunaan bahan bakar torium di dalam reaktor neutron termal, yaitu reaktor gas suhu tinggi dan reaktor natrium cair. Keunggulan ini telah terbukti setelah dilakukan pengujian di reaktor Shipping Port (tipe air bertekanan), Amerika dari tahun 1977 sampai tahun Selanjutnya, unsur aktinida seperti amerisium (Am), neptunium (Np) juga diproses olah ulang sebagai bahan bakar selain plutonium dan uranium. Penelitian dan pengembangan penggunaan unsur tersebut sebagai bahan bakar FBR makin maju. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 3/11

4 Apa perbedaan antara LRA aktivitas tinggi dan rendah? Jawaban Ringkas: Antara HLW dan LLW terdapat perbedaan level radioaktivitas sampai 3 kali lebih tinggi, tetapi sebagian besar LRA yang dihasilkan dari PLTN dan fasilitas nuklir lainnya termasuk LLW. HLW dengan komposisi utamanya adalah hasil belah yang dipisahkan secara olah ulang dari bahan bakar bekas membutuhkan perisai biologi, kontrol jarak jauh (remote control) dan pengukuran panas pembangkitan. Jawaban Rinci: Limbah radioaktif yang keluar dari PLTN dan fasilitas nuklir lainnya adalah LLW, sedangkan HLW yang komposisi utamanya adalah hasil belah yang dipisahkan dari bahan bakar bekas di fasilitas olah ulang (Gambar 1). Sebagian besar LRA dari fasilitas nuklir termasuk PLTN (kecuali yang berasal dari fasilitas olah ulang) bila dibandingkan dengan limbah cair hasil pemisahan plutonium dari hasil olah ulang bahan bakar bekas dan blok gelas mempunyai konsentrasi radioaktivitas yang sangat rendah. LLW dapat ditangani secara sederhana, sedangkan HLW selalu memerlukan perisai biologi dan kontrol jauh serta pertimbangan terhadap panas pembangkitannya. LLW dapat ditangani secara sederhana, sedangkan HLW selalu memerlukan perisai biologi dan kontrol jauh serta pertimbangan terhadap panas pembangkitannya. Gas yang juga merupakan LLW diluruhkan terlebih dahulu radioaktivitasnya didalam fasilitas penyimpanan sementara di PLTN, kemudian dilewatkan filter sebelum dilepas ke lingkungan. Pelepasan kelingkungan selalu dikontrol dosis paparannya yang harus selalu dibawah nilai batas yang diijinkan. Limbah cair diolah secara evaporasi dengan memisahkan antara air dan lumpurnya (sludge). Airnya dapat dipakai kembali sedangkan lumpurnya dipadatkan dengan semen, aspal atau plastik. Utk limbah kain/pakaian, kertas dan peralatan dilakukan pengolahan secara insinerasi dan kompaksi (Gambar 2). Limbah padat yang dihasilkan dari PLTN mempunyai tingkat radioaktivitas yang rendah seperti pakaian, kertas, plastik, peralatan. Resin penukar ion bekas dan lumpur hasil filtrasi pada proses pemurnian air reaktor air ringan bila dibandingkan dengan limbah padat HLW seperti solven organik dan konsentrat limbah yang berasal dari fasilitas olah ulang dimana sebagian mengandung elemen transuranium (limbah TRU) juga sangatlah rendah radioaktivitasnya. HLW (sebagian besar berupa cairan) dimana bahan bakar bekas dipisahkan secara ekstraksi larutan. Limbah ini mengandung hasil belah dan TRU akibat terjadinya pembelahan inti uranium pada teras reaktor, walau begitu jumlah HLW sangatlah kecil bila dibandingkan dngan LLW. Pada HLW juga dihasilkan hull saat olah ulang. Pengelolaan HLW dilakukan dengan cara disimpan dalam tangki selama 5 tahunan untuk pendinginan (untuk meluruhkan tingkat radioaktivitasnya), kemudian dipadatkan menjadi blok gelas. Blok gelas ini dimasukkan kedalam tabung SS (Gambar 3), disimpan untuk pendinginan selama tahun kemudian disimpan secara lestari pada fasilitas penyimpanan tanah dalam (Gambar 5). Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 4/11

5 Bagaimana mengelola LLW yang berasal dari PLTN? Jawaban Ringkas: Limbah gas dan cair diluruhkan, disaring dan dikontrol emisinya sehingga dosis paparan di lingkungan sekitarnya tetap dibawah nilai target yang telah ditetapkan oleh komisi keselamatan nuklir. Asap hasil pembakaran pakaian kerja dan lainnya sebelum dilepas keluar telah dicuci terlebih dahulu, sehingga secara keseluruhan sistem gas dan cairan sebelum dilepas ke lingkungan akan diproses terlebih dahulu. Libah padat LLW setelah dilakukan reduksi volum, disimpan secara tertutup. Jawaban Rinci: LLW yang dihasilkan dari fasilitas nuklir termasuk PLTN berupa limbah gas, cair dan padat, dimana limbah-limbah akan diolah dengan proses yang sesuai agar tidak mempengaruhi lingkungan (Gambar 1). Gas mulia seperti xenon dan kripton diluruhkan dalam tangki luruh yang dilengkapi dengan karbon aktif jenis penangkap gas. Salah satu LRA yang dihasilkan dari PLTN adalah konsentrat evaporasi dan sebagian dari air distilatnya dapat dipakai kembali. Konsentrat cairnya kemudan dipadatkan dengan menggunakan semen, aspal atau plastik sebelum dimasukkan kedalam drum utk disimpan sebagai limbah padat. Sedangkan sebagian cairan limbah yang berkonsentrasi sangat kecil dapat dilepas ke laut bersama dengan air pendingin. Lepasan ini selalu dikontrol untuk selalu lebih rendah dari pada nilai batas yang telah ditetapkan. Lumpur filter yang keluar saat penyaringan udara dan gas setelah diluruhkan dalam tangki peluruhan kemudian dipadatkan dan dimasukkan kedalam drum utk diasumsikan sebagai hasil olah limbah padat. Pekerja yang melakukan tugas didaerah radiasi dilengkapi pakaian kerja, sarung tangan dan sepatu, bila barangbarang tersebut terkontaminasi ringan dan masih dapat dicuci dapat dipakai kembali. Cairan pencuci dikumpulkan dalam sistem pmroses cairan sebelum diproses lanjut. Limbah padat dapat terbakar seperti kertas dan kain diolah secara insinerasi, sedangkan yang sulit dan tak terbakar dilakukan kompaksi. Demikian cara mengolah limbah padat yang dapat, sulit dan tak terbakar. Asap hasil insinerasi sebelum dilepas kelingkungan harus dilewatkan sistem pemrosesan gas dan diambil radioaktivitasnya. Drum yang berisi limbah disimpan difasilitas penyimpanan sementara pada masing-masing PLTN. Limbah dari PLTN yang mempunyai aktivitas rendah selanjutnya disimpan pada fasilitas penyimpanan tanah dangkal. Sehingga proses reduksi volum merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengolahan limbah radioaktif. Konfirmasi tingkat radioaktivitas dilakukan sebelum drum limbah dikirim ke fasilitas penyimpanan. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 5/11

6 Mengenai LRA yang dihasilkan dari PLTN: 1. beberapa banyak limbah yang disebut sebagai HLW? 2. beberapa jauh bahaya yang dimiliki serta bagaimana tentang hal keselamatannya? 3. Seberapa besar biaya penyimpanan LRA? Jawaban Ringkas: 1. Limbah bahan bakar bekas dihasilkan dari operasi PLTN. Setelah uranium dan plutoniumnya diambil di fasilitas olah ulang maka dihasilkanlah HLW. Limbah radioaktif yang mempunyai aktivitas tinggi dicampur dengan gelas pada suhu tinggi, kemudian dilelehkan kedalam kanister 150 liter, setelah dingin limbah tersebut menjadi blok gelas. Dari bahan bakar bekas untuk PLTN klas 1000 MW setahunnya dihasilkan sekitar 30 buah blok gelas. 2. Dari 1 buah blok gelas terkandung radioaktivitas sekitar 400 kci, setelah 1000 tahun penyimpanan aktivitasnya berkurang menjadi 1/1000-nya. Untuk nuklida yang mempunyai waktu paro panjang akan tetap eksis pada waktu penyimpanan yang panjang, hal ini menjadi penting untuk mengisolasikannya dari manusia. Setelah didinginkan selama tahun, blok gelas dimasukkan kedalam kontainer SS (overpack), kemudian kontainer ini ditaruh pada fasilitas penyimpanan sistem tanah dangkal. Untuk menghindari adanya kontak antara air tanah dan kontainer maka disekelilingnya diberi clay sebagai bahan penyangga. Cara penyimpanan seperti ini dilakukan pada kedalaman beberapa ratus meter atau lebih. 3. Biaya penympanan sekitar blok gelas sekitar 2900 M yen, dimana biaya tersebut diambil dari biaya konsumsi listrik dan donasi dari perusahaan PLTN. Jawaban Rinci: 1. Jumlah HLW yang dihasilkan dari PLTN Pada pengoperasian PLTN klas 1000 MW setahunnya dihasilkan sekitar 30 ton bahan bakar bekas. Setelah diambil uranium dan plutoniumnya secara olah ulang akan dihasilkan HLW. Pada proses vitrifikasi dihasilkan sekitar liter blok gelas untuk setiap 3 meter kubik. Spesifikasi limbah vitrifikasi Prancis, bila dimasukkan kedalam kanister SS 170 liter akan menjadi sekitar 30 buah (Gambar 1). 2. Radioaktivitas HLW dan perencanaan keselamatan Dalam sebuah blok gelas yang mengandung radioaktivitas 400 kci dihasilkan panas keluaran sekitar 1,5 kw. Kanister blok gelas terbuat dari bahan tahan korosi dan kuat. Setelah 1000 tahun penyimpanan radioaktivitas blok gelas menjadi 1/1000-nya. Selain itu utk nuklida berumur paro panjang akan eksis dalam waktu yang lama sehingga perlu diisolasi dari lingkungan secara aman dalam waktu yang panjang. Blok gelas didinginkan selama tahun di fasilitas penyimpanan sementara (Gambar 2). Blok gelas kemudian dimasukkan keoverpack dgn ketebalan 20 cm lalu dibungkus dgn kontainer karbon steel. Setelah itu diselimuti dgn clay yang mempunyai permeabilitas rendah didalam sistem penghalang berlapis dan diletakkan pada kedalaman beberapa ratus meter pada tanah yang stabil (Gambar 3). Tujuan pemadatan dgn blok gelas adalah mengubah dari bentuk cair menjadi padat agar limbah menjadi bentuk yang stabil. Blok gelas mempunyai sifat yang tahan radiasi, tahan panas, mempunyai kekuatan mekanis dan stabil secara kimia. Ketahanan overpack diperkirakan lebih dari 1000 tahun penyimpanan sampai radioativitasnya yang tinggi menjadi meluruh. Bahan penyangga (buffer material) akan mengontrol laju alir air tanah dan utk menyerap radionuklida serta mengontrol migrasi radionuklida. Penahan buatan yang terdiri dari blok gelas, overpack dan bahan penyangga serta penghalang alami dimaksudkan utk menghalangi adanya lepasan radionuklida ke lingkungan (Gambar 4) dan selanjutnya radioaktivitasnya akan diluruhkan dgn waktu (Gambar 5). Sistem penyimpanan tanah dalam terus dikembangkan, Tabel 2 menunjukkan Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 6/11

7 rencana penyimpanan HLW diberbagai negara. Teknologi blok gelas (vitrifikasi) ini sejak 1970 terus dikembangkan oleh Amerika, Inggris dan Prancis sehingga sampai skala penuh fabrikasinya, dan diantara berbagai jenis gelas, gelas borosilikat yg paling menjanjikan untuk digunakan. 3. Biaya untuk penyimpanan limbah Kebutuhan biaya utk penyimpanan limbah secara lestari pada lokasi penyimpanan yg sesuai diperkirakan sekitar 2900 M yen untuk menyimpan buah blok gelas (Tabel 1). Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 7/11

8 Penyimpanan lestari LLW akan dikontrol selama 300 tahun waktu penyimpanannya, bagaimana cara mengelolanya? Jawaban Ringkas: Pengelolaan LLW dilakukan dgn 3 tahap sampai radioaktivitasnya mencapai nilai yang rendah. Tahap I dilakukan sampai tahun sejak pertama kali disimpan, pemeriksaan dilakukan dgn mengamati adanya lepasan radionuklida dari penghalang buatan ke arah luar/lingkungan. Tahap II dilakukan setelah tahap I selesai dgn melihat keandalan penghalang buatan serta penghalang alami pada 30 tahun setelah tahap I. Kontrol migrasi radionuklida dimonitor. Tahap III adalah melakukan kontrol migrasi radionukida selama waktu penyimpanan yang 300 tahun lamanya. Jawaban Rinci: 1. Dasar penyimpanan LLW Penyimpanan LLW sampai tingkat radioaktivitasnya cukup rendah dilakukan dalam 3 tahap (Gambar 1). Tahap I mulai daritahap penyimpanan sampai sekitar tahun pertama, dilakukan pengamatan ada tidaknya lepasan radionuklida dari penghalang buatan. Tahap II dilakukan sampai masa 30 tahun setelah tahap I, dalam tahap ini dilakukan kontrol terhadap penghalang buatan dan alami terutama terhadap adanya migrasi radionuklida. Tahap III dilakukan selama 300 tahun masa penyimpanan setelah tahap I selesai, dilakukan kontrol tehadap adanya migrasi radionuklida. 2. Cara pengelolaan LLW LLW yg berasal dari PLTN akan dipadatkan dgn menggunakan semen, plastik dll dalam drum limbah (Gambar 2). Drum limbah kemudian dibawa ke fasilitas penyimpanan system tanah dangkal (Gambar 3). Drum limbah ditaruh pada suatu concrete pit pada lokasi penyimpanan yg mempunyai permeabilitas rendah. Pit dan drum limbah diberi semen mortar dan diberi pelapis utk mencegah adanya intrusi air tanah. Seandainyapun air tanah memasuki fasilitas penyimpanan, air tanah akan disalurkan ke tangki penampungan tanpa menyentuh drum limbah yg ada di faslitas penyimpanan. Semua perlengkapan yg dibuat agar berfungsi utk menyimpan LRA disebut sebagai penghalang buatan, sedangkan tanah lokasi disebut juga sebagai penghalang alami. Pit yg diletakkan dalam tanah tersebut juga akan mencegah pelapukan dan pengkerutan sehingga menambah ketahanan drum limbah. Disebabkan fasilitas ini diletakkan ditanah maka pengaruh gempa juga akan dirasakan. Utk mengurangi intrusi air tanah, fasilitas penyimpanan diurug tanah setebal 6 m dengan penutup bentonit setebal 2 m. Bentonit dicampur dgn 15% pasir dan tanah. Disebabkan bahwa zat radioaktif akan meluruh dgn waktu menjadi zat yg stabil, maka tingkat radioaktivitas limbahpun akan meluruh berdassarkan waktu. Utk mengontrol fasilitas penyimpanan, kandungan limbah akan berubah tergantung dgn berkurangnya radioaktivitas. Periode tahun setelah disimpan akan dikontrol kondisi air keluaran (drainage) yg ada di bak kontrol. Demikian pula pada 30 tahun berikutnya, monitoring terus dilanjutkan. Sampai periode penyimpanan selesai dalam masa 300 th, bila situasi di lokasi dianggap aman maka lokasi dapat dialih fungsikan setelah mendapat ijin dari institusi yg berwenang. Setelah melalui kontrol pada selang waktu penyimpanan, masyarakat umum yg berdekatan dgn lokasi penyimpanan akan menerima radiasi yg sama dgn radiasi alam, sekitar 0,027 msv/th. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 8/11

9 Bagaimana cara mengelola HLW? Jawaban Ringkas: HLW yg dihasilkan dari fasilitas olah ulang setelah distabilkan dalam bentuk blok gelas didinginkan selama tahun pada fasilitas penyimpanan sementara sebelum disimpan secara lestari pada fasilitas penyimpanan tanah dalam (beberapa ratus meter dari permukaan tanah). Jawaban Rinci: 1. Asal HLW dan pengelolaannya. HLW berasal dari HLW cair setelah Pu dan U-nya dipisahkan dari bahan bakar bekas di fasilitas olah ulang. HLW cair yg dihasilkan di stabilkan dalam bentuk blok gelas. Salah satu fasilitas olah ulang yg ada seperti misalnya BNFL (Inggris) dan COGEMA (Prancis). HLW cair distabilkan menjadi bentuk blok gelas (Gambar 1), didinginkan selama th pada fasilitas penyimpanan sementara (Gambar 2) dan disimpan secara lestari pada beberapa ratus meter dibawah permukaan tanah pada fasilitas penyimpanan sistem tanah dalam (Gambar 3). 2. Kebijakan pengelolaan HLW Tanggungjawab Pemerintah bertanggungjawab utk menjamin keamanan dan keselamatan penyimpanan HLW, sehingga perlu dibentuk suatu institusi yg akan melakukan litbang serta badan yg mempromosikan hasil litbang tsb. Operator penghasil limbah juga ikut bertanggung jawab atas pengelolaan HLW dan bersama pemerintah melakukan tahapan litbang utk menguji dan membuat strategi penyimpanan limbah. Seleksi Lokasi Setelah dilakukan penyelidikan awal pada beberapa tempat, kemudian dilakukan seleksi calon lokasi yg mendalam berdasarkan berbagai aspek dan pemerintah kemudian membuat konfirmasi hasil seleksi utk dibuatkan rencananya. Dari rencana ini kemudian dibuat jadwal pembuatan fasilitas penyimpanan. Hal-hal yg berkaitan dgn masalah penyimpanan ini dimintakan persetujuannya ke masyarakat agar diperoleh pemahaman yg cukup oleh masyarakat. Berdasarkan hal-hal yg disetujui berkaitan dgn penyimpanan limbah, pemerintah melakukan review keselamatan dan membuat beberapa peraturan yg diperlukan. Pembangunan fasilitas penyimpanan dan rencana operasi mempertimbangkan kondisi keseluruhan dari penggunaan hasil pengembangan tenaga nuklir dikemudian hari. Pencatatan yg teliti sepanjang prosedur ini menjadi hal yg penting dikemudian hari. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 9/11

10 JELASKAN PERBEDAAN RADIASI DAN RADIOAKTIVITAS JAWABAN RINGKAS Radiasi adalah emisi dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel. Sedangkan radioaktivitas adalah peluruhan spontan isotop tak stabil menjadi isotop lain disertai pemancaran radiasi. Radioaktivitas seringkali dicampur-adukkan dengan istilah bahan radioaktif. Bahan radioaktif adalah unsur pemancar radioaktivitas. JAWABAN RINCI Radiasi adalah emisi dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel. Contoh radiasi adalah sinar-xx (Roentgen), sinar-a, sinar-b dan sinar-gg dan lain-lain (Gambar 1). Radiasi, selain dapat dihasilkan dengan menggunakan peralatan seperti mesin penghasil sinar radiasi dan lainlain, dapat juga dipancarkan saat atom yang terdapat di dalam materi radioaktif membelah. Kemampuan bahan radioaktif untuk memancarkan sinar radiasi disebut radioaktivitas, dan pada kata radioaktivitas terdapat arti yang menunjukkan besar kecilnya radioaktivitas tersebut. Jika diumpamakan bola lampu, maka bola lampu adalah zat radioaktif, cahaya yang keluar dari bola lampu adalah radiasi, dan kemampuan untuk mengeluarkan cahaya adalah radioaktivitas (Gambar 2). Istilah radioaktivitas, radiasi, dan zat radioaktif sering digunakan secara rancu. Jika terdapat kalimat Pada radium terdapat radioaktivitas maka artinya Pada radium terdapat kemampuan untuk memancarkan radiasi. Kalau diganti menjadi pernyataan lain, kalimat di atas menjadi Radium mempunyai sifat radioaktif, atau Radium adalah zat radioaktif. Berdasarkan penjelasan tersebut radioaktivitas berarti kemampuan untuk memancarkan radiasi. Nilai 3,7 x becquerel dalam kalimat Radioaktivitas radium adalah 3,7 x becquerel digunakan sebagai besaran untuk menyatakan kemampuan zat radioaktif memancarkan radiasi. Kata radioaktivitas seperti yang dijelaskan pada beberapa contoh di atas, semuanya dapat digunakan. Tetapi, pada saat ini kata radioaktivitas digunakan untuk menyatakan zat radioaktif. Misalnya, pernyataan seperti bocoran radioaktivitas dari tangki penyimpan limbah cair pada instalasi tenaga atom banyak digunakan pada tulisan koran. Dalam berita di koran tersebut, kata radioaktivitas digunakan sebagai pengganti kata zat radioaktif. Tetapi, penggunaan kata radioaktivitas sebagai pengganti kata zat radioaktif, sebenarnya bukan penggunaan kata yang benar. Kata radioaktivitas dan zat radioaktif sering kali digunakan tanpa pembedaan. Banyak ahli yang menggunakan kata radioaktivitas sebagai pengganti kata zat radioaktif. Perlu sedikit perhatian untuk membedakan apakah kata radioaktivitas digunakan untuk menunjuk arti yang sesungguhnya atau menunjuk pada arti zat radioaktif. Radiasi pertama kali ditemukan oleh Roentgen pada tahun Pada saat itu dia menemukan sinar-x, oleh karena itu hingga saat ini, sinar-x sering disebut juga sinar Roentgen. Sejak ditemukan, sinar-x digunakan secara luas untuk diagnosis dan terapi berbagai macam penyakit, uji tak rusak, dan lain-lain. Radioaktivitas uranium ditemukan oleh Becquerel pada tahun Dan pada tahun 1898, radium dan polonium, yang merupakan unsur radioaktif, ditemukan oleh pasangan suami istri Curie. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 10/11

11 PERTANYAAN : APAKAH KITA TIDAK PERLU KHAWATIR DENGAN LEPASAN TRITIUM? JAWABAN RINGKAS Tritium yang ada di dalam bahan bakar bekas akan bercampur dengan air buangan instalasi olah ulang dan selanjutnya dibuang ke laut. Berdasarkan dokumen survei keselamatan instalasi olah-ulang di Tokai (Jepang), diketahui bahwa tritium yang dilepaskan dari pipa buangan air instalasi olah-ulang terdispersi ke dalam air laut. Tritium ini bisa masuk ke dalam hasil laut seperti ikan yang diambil di sekitar titik pembuangan. Orang yang memakan hasil laut itu akan mendapatkan radiasi internal, tetapi ada juga orang yang mendapatkan radiasi eksternal karena mandi di laut atau melakukan aktivitas perikanan. Masyarakat umum diperkirakan menerima dosis efektif tahunan sebesar 0,007 msv. Oleh sebab itu kita tidak perlu khawatir mengenai efek radiasi pada tubuh manusia dari tritium yang dilepaskan oleh instalasi olah-ulang. JAWABAN RINCI Tritium adalah isotop hidrogen dan jumlahnya sedikit di alam. Radionuklida ini memiliki waktu paro 12,4 tahun dan terbentuk terutama karena interaksi antara radiasi kosmik dengan nitrogen atau argon. Tritium ini diperkirakan berjumlah 0,56 1,1 x Bq dalam air di seluruh bumi. Konsentrasi tritium dalam air terukur sebesar 0,0037 0,37 Bq/liter. Dalam 1 ton bahan bakar bekas dengan panas bakar MWd/ton dan masa pendinginan 180 hari terdapat sekitar 26 x Bq tritium yang terjadi akibat pembelahan inti atau reaksi inti. Di dalam proses olah-ulang bahan bakar bekas (dalam instalasi olah-ulang), sekitar 60% dari tritium terikat pada kelongsong bahan bakar (zirkonium) dan disimpan sebagai limbah padat aktivitas tinggi. Selain itu ada yang bercampur dengan gas buang lain, dan jumlahnya kurang dari 1%, 40% sisanya terbuang dalam bentuk air bercampur dengan buangan cair lainnya (Gambar 1). Konsentrasi tritium di dalam air buangan hampir mencapai 1 ppb (sekitar 10 MBq/liter). Secara teknis sulit untuk memisahkan tritium dalam jumlah yang sangat kecil ini dari limbah cair yang jumlahnya banyak. Karena itu di dalam operasi sehari-hari, tritium dilepaskan ke laut atau air sungai dari instalasi olah-ulang. Dalam hal instalasi olah-ulang Tokai (Jepang) yang memiliki kemampuan mengolah bahan bakar bekas dengan panas bakar MWd/ton dan masa pendinginan 180 hari sebesar 0,7 ton/hari, jumlah tritium yang keluar bersama air buangan lain dari pipa pada jarak 1,8 km dari pantai sekitar 1,9 x Bq/tahun. Tritium yang terlepas ada dalam bentuk air dan tidak akan terkonsentrasi dalam makhluk hidup. Karena makhluk hidup itu meminum air, maka akan mendapat paparan radiasi internal. Dosis efektif tahunan yang diterima dari tritium baik secara internal maupun eksternal adalah 0,007 mbq/tahun. Nilai ini kurang dari 1/300 dosis tahunan yang diterima dari alam yang besarnya 2,4 mbq/tahun (Gambar 2). Oleh karena itu pengaruh lepasan tritium terhadap manusia tidak perlu dikhawatirkan. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 11/11

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI RINGKASAN Limbah radioaktif aktivitas tinggi yang dihasilkan dari proses olah ulang bahan bakar bekas dipadatkan (solidifikasi) dalam bentuk blok

Lebih terperinci

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan

Lebih terperinci

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF RINGKASAN Jenis dan tingkat radioaktivitas limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian fasilitas nuklir bervariasi, oleh karena itu diperlukan proses penyimpanan

Lebih terperinci

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto

Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif Djarot S. Wisnubroto Definisi Limbah Radioaktif Definisi IAEA: Definisi UU. No. 10 thn 1997 Limbah radiaoktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016) Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016) No Jenis Karakteristik Pewadahan Keterangan 1. cair aktivitas total radionuklida pemancar gamma: 10-6 Ci/m 3 2.10-2 Ci/m 3 (3,7.10 4 Bq/m 3 7,14.10 8 Bq/m 3

Lebih terperinci

No Penghasil Limbah Radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang mempunyai kewajiban mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah sebelum diser

No Penghasil Limbah Radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang mempunyai kewajiban mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah sebelum diser TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5445 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Radioaktif- Tenaga Nuklir. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 152) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Limbah Radioaktif

Lebih terperinci

SOAL. Za-salsabiila Page 1

SOAL. Za-salsabiila Page 1 SOAL 1. Mengapa transisi dalam terpisah dalam tabel periodic? 2. Apa penghambat sifat atau kegunaan unsur transisi dalam banyak tidak ditemukan? 3. Apa kegunaan dari lampu mantel jinjing JAWAB 1. Lantanoid

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Limbah Radioaktif yang

Lebih terperinci

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar (ditunjukkan dalam skema di Gambar A.1) proses pengelolaan

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi DEFINISI Penghalang (barrier). Suatu penghalang fisik yang mencegah atau menunda pergerakan (misalnya migrasi) radionuklida atau bahan lain diantara komponenkomponen dalam sistem. Penghalang, ganda (barrier,

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id PELURUHAN RADIOAKTIF NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id 081556431053 Istilah dalam radioaktivitas Perubahan dari inti atom tak stabil menjadi inti atom yg stabil: disintegrasi/peluruhan

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen

Lebih terperinci

LINGKUP KESELAMATAN NUKLIR DI SUATU NEGARA YANG MEMILIKI FASILITAS NUKLIR

LINGKUP KESELAMATAN NUKLIR DI SUATU NEGARA YANG MEMILIKI FASILITAS NUKLIR LINGKUP KESELAMATAN NUKLIR DI SUATU NEGARA YANG MEMILIKI FASILITAS NUKLIR RINGKASAN Inspeksi keselamatan pada fasilitas nuklir termasuk regulasi yang dilakukan oleh Komisi Keselamatan Tenaga Nuklir adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN TUGAS Mengenai : PLTN Di Susun Oleh: ADRIAN Kelas : 3 IPA MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAT GALANG TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undangundang

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang No.185, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Keselamatan. Keamanan. Zat Radio Aktif. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5728). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 TENTANG PEMAKAIAN ISOTOP RADIOAKTIF DAN RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 TENTANG PEMAKAIAN ISOTOP RADIOAKTIF DAN RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 TENTANG PEMAKAIAN ISOTOP RADIOAKTIF DAN RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pada saat ini pembuatan isotop radioaktif telah

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 27/2002, PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF *39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR...TAHUN... TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

llmu Pengetohuon don Teknologi Nuklir

llmu Pengetohuon don Teknologi Nuklir w NOM Medio Informosi llmu Pengetohuon don Teknologi Nuklir 'rs PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Sebagaimana terjadi pada industri lainnya PLTN juga menghasilkan limbah. Penting untuk diketahui bahwa PLTN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam. BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Lebih terperinci

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya RINGKASAN Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis : Pande Made Udiyani; Judul : Identifikasi Radionuklida Air di Luar Kawasan PUSPIPTEK

Lebih terperinci

PP 16/2001, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PP 16/2001, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Copyright (C) 2000 BPHN PP 16/2001, TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL *38741 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 16 TAHUN 2001

Lebih terperinci

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR I. UMUM Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia meliputi berbagai

Lebih terperinci

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir Rida SNM rida@uny.ac.id Outline Sesi 1 Radioaktivitas Sesi 2 Peluruhan Inti 1 Radioaktivitas Tujuan Perkuliahan: Partikel pembentuk atom dan inti atom Bagaimana inti terikat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4202) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007 S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN ABSTRAK PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK

Lebih terperinci

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar daripada massa proton -ukuran inti atom berkisar

Lebih terperinci

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM 3.1. Siklus Bahan Bakar Nuklir Siklus bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 5 08/07/2009 19:47 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 33, 2001 Keuangan.Tarif. Bukan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6 KIMIA INTI 1. Setelah disimpan selama 40 hari, suatu unsur radioaktif masih bersisa sebanyak 0,25 % dari jumlah semula. Waktu paruh unsur tersebut adalah... 20 hari 8 hari 16 hari 5 hari 10 hari SMU/Ebtanas/Kimia/Tahun

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM Sunardi ABSTRAK PENGELOLAAN LlMBAH RAOIOAKTIF DAN B3 01 IRM. Telah dilakukan pengelolaan Limbah radioaktif dan B3 di Instalasi Radiometalurgi (IRM). Limbah radioaktif

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR ARTIKEL STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Gangsar Santoso Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER

Lebih terperinci

Radioaktivitas Henry Becquerel Piere Curie Marie Curie

Radioaktivitas Henry Becquerel Piere Curie Marie Curie Radioaktivitas Inti atom yang memiliki nomor massa besar memilikienergi ikat inti yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan nomor massa menengah. Kecenderungan inti atom yang memiliki nomor massa besar

Lebih terperinci

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin bertambah dari tahun ke tahun, sementara sumber yang ada masih berbanding terbalik dengan kebutuhan. Walaupun energi radiasi matahari (energi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin RADIOKALORIMETRI Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, Telp/fax (021) 7563141 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id APA ITU KIMIA INTI? Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF Oleh: Suryantoro PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2006 Persyaratan Pengangkutan Limbah Radioaktif BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UNTUK KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd Inti atom Radioaktivitas Purwanti Widhy H, M.Pd bagian terkecil suatu unsur yg mrpkn suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama. Bagian Atom : Elektron Proton Netron Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi nuklir yang semakin berkembang dewasa ini telah banyak digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit energi, industri, pertanian,

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

Kebijakan Pengawasan Ketenaganukliran

Kebijakan Pengawasan Ketenaganukliran Kebijakan Pengawasan Ketenaganukliran Jazi Eko Istiyanto Kepala BAPETEN Jakarta, 12 Agustus 2015 Definisi Ketenaganukliran adalah hal yang berkaitan dengan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : 131 803 987 Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 1 KEBIJAKSANAAN ENERGI 1. Menjamin penyediaan di dalam negeri secara terus-menerus

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat

Lebih terperinci

BAB IV Alat Ukur Radiasi

BAB IV Alat Ukur Radiasi BAB IV Alat Ukur Radiasi Alat ukur radiasi mutlak diperlukan dalam masalah proteksi radiasi maupun aplikasinya. Hal ini disebabkan karena radiasi, apapun jenisnya dan berapapun kekuatan intensitasnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan tanpa kesehatan yang baik segala yang dilakukan tidak akan maksimal.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Instansi Nuklir. Bahan Nuklir. Perizinan. Pemanfaatan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi inti yang terjadi pada proses peluruhan radio

Lebih terperinci

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DAN JENIS-JENIS REAKTOR PLTN (Yopiter L.A.Titi, NRP:1114201016, PascaSarjana Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 1. Pendahuluan Nuklir

Lebih terperinci

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012 B.58 ASPEK KESELAMATAN OPERASI KANAL HUBUNG INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS Prof.Ir.Zainus Salimin, M.Si ; Drs.Gunandjar, MSc ; Ir.Herlan Martono, M.Sc ; Joner Sitompul, ST ; Endang

Lebih terperinci

MODEL REAKTOR PEMBIAK CEPAT

MODEL REAKTOR PEMBIAK CEPAT MODEL REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Terdapat dua model reaktor pembiak cepat, yakni model untai (loop) dan model tangki. Pada model untai, teras reaktor dikungkung oleh bejana reaktor, sedangkan pompa

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti

RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci