BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak, mencuci, dan sebagainya harus diperhatikan. Air yang akan digunakan untuk kehidupan sehari-hari harus memenuhi syarat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Dimana kita ketahui Kabupaten bengkalis adalah salah satu daerah yang sulit mendapatkan air bersih baik untuk mencuci, memasak, serta untuk kebutuhan lainnya, penyebab salah satunya yaitu kondisi tanah yang kurang baik selain itu juga dekat dengan laut sehingga apabila air pasang kemungkinan besar akan menyerap dipermukaaan tanah. Sulitnya mendapatkan air bersih terutama di Desa Sungai Alam Kabupaten Bengkalis, ditemukan banyak sekali warga yang mengeluh tentang sumber air mereka, apa lagi yang banyak digunakan warga yaitu adalah air tanah ( Sumur ). Sebagian besar air sumur di Desa Sungai Alam keruh, oleh karena itu kita harus mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi kondisi air. Maka dari itu penulis berharap pengujian ini nantinya akan menujukkan hasil yang lebih baik, oleh sebab itu penulis mencoba mengangkat permasalahan tersebut sebagai penelitian Tugas Akhir dengan judul: Analisa Alat Penyaringan Air Dengan Sistem Pipa Bersusun Untuk Penyaringan Air Sumur Galian Desa Sungai Alam. 1.2 Perumusan Masalah a. Bagaimana membuat alat penyaringan air dengan menggunakan sistem pipa bersusun b. Bagaimana susunan bahan penyaringan yang menghasilkan penjernihan terbaik c. Berapa besar biaya yang diperlukan untuk membuat satu unit alat penyaringan

2 2 d. Berapa kapasitas alat penyaringan yang dibuat e. Bagaimana pengaruh penyaringan terhadap kejernihan air yang disaring 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dihasilkan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui proses pembuatan alat penyaringan air dengan menggunakan sistem pipa bersusun b. Untuk mengetahui susunan bahan penyaringan yang menghasilkan penjernihan terbaik c. Untuk mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk membuat satu unit alat penyaringan d. Untuk mengetahui kapasitas alat saringan yang dibuat e. Untuk mengetahui pengaruh penyaringan terhadap kejernihan air yang disaring 1.4 Batasan Masalah a. Bahan-bahan yang digunakan adalah kerikil, pasir, batu koral, serabut kelapa atau ijuk, kayu arang, air sumur, Batu kali, Spoon atau busa b. Sistem Pipa bersusun yang dimaksud adalah sistem yang digunakan oleh Arerin Fifa yang dipublikasikan melewatis situs c. Tidak meninjau kandungan kimiawi air yang disaring e. Sistem pengaliran menggunakan aliran gravitasi 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari pengujian yang dilakukan untuk tugas akhir ini adalah: a. Sebagai acuan bagi masyarakat Sungai Alam khususnya untuk mengetahui penyaringan yang baik untuk air bersih b. Dapat mengetahui proses pengolahan penyaringan air sumur menjadi air yang lebih baik lagi dan layak untuk digunakan dalam kehidupan seharihari

3 3 c. Dapat mengetahui kapasitas alat yang dibuat d. Dapat mengetahui demensi Pipa yang digunakan dalam penyaringan 1.6 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian berasal dari sumber: 1. Hartanto, S, 2007, Kualitas dan Kuantitas Kelayakan Air Sumur dengan Media karbon aktif sebagai air bersih. Hasil analisa pengujian menerangkan bahwa air tanah tidak semuanya layak pakai dimana masih banyak zat yang terkandung didalam tanah berupa asam-basa, dimana disini kita belum tahu tingkat keasaman didalam air, dari hasil pengujian ini digunakan Media Karbon Aktif untuk membantu agar air bisa digunakan dan layak pakai. 2. Fafa, A, 2011, Penyaringan Air Secara Sederhana. hasil analisa pengujian menerangkan bahwa tingkat kekeruhan air tanah bervariasi sesuai dengan struktur atau kandungan mineral dalam tanah dan pada masing-masing lokasi, maka dari itu pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil air yang baik yakni dengan menggunakan sistem Pipa bersusun, dimana susunan bahannya diantaranya kerikil, Ijuk, arang batok Kelapa dan Spoon/Busa, sehingga bisa menghasilkan air yang baik dan layak pakai.

4 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air dan Penjernihan Air Air adalah zat atau unsur yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini dibumi, air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau. Tingkat kekeruhan air sangat bervariasi sesuai dengan struktur atau kandungan mineral dalam tanah dan pada masing-masing lokasi. Pada daerah yang memiliki sumber mata air permukaan tanah, tanah sangat menentukan sekali jenis air terutama pada tanah liat. mayoritas air keruh dan kekuning-kuningan. Penanggulangan secara cepat dapat dilakukan dengan cara melakukan penyaringan air dengan menggunakan beberapa teknik penyaringan air bersih secara alami atau buatan maupun modern/tradisional untuk mendapatkan hasil air yang layak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. 2.2 Gambaran Alat dan Bahan Penjernih Air yang pernah dilakukan Oleh Arerin Fafa, UPI Kampus Tasikmalaya 2012 Penelitian yang dilakukan oleh Arerin Fafa untuk menghasilkan air layak pakai untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan mengunakan sistem Pipa bersusun. dengan mengalirkan air kedalam Pipa secara gravitasi dengan susunan alat dan bahan yang telah ditentukan, sehingga air yang dihasilkan lebih baik dari air yang belum disaring. Untuk penyaringan bahan-bahan yang digunakan diantaranya yaitu batok kelapa. bahan ini berguna untuk menyerap bau dan rasa pada air yang disaring, sedangkan ijuk berfungsi sebagai menyaring kotoran-kotoran yang terkandung didalam air, dan kerikil berguna untuk mengikat kotoran yang berada pada air, terakhir spon/busa berfungsi sebagai untuk menyaring kotoran yang kecil yang jatuh pada penyaringan terakhir.

5 5 2.3 Material Penyaringan Dibawah ini ada beberapa landasan Tiori yang berkaitan dengan material penyaringan air yang digunakan diantaranya: 1. Air merupakan pelarut universal sehingga air yang ada di sekitar kita bukanlah air murni, melainkan mengandung zat-zat terlarut, seperti tingkat keasaman pada air ( ph ) dimana air layak digunakan untuk dikonsumsi, nilai ph dapat digunakan sebagai parameter kualitas air. Telah kita ketahui bahwa ph air murni adalah 7, namun demikian air alam jarang mempunyai ph tepat 7. Air hujan misalnya cenderung mempunyai ph kurang dari 7. Hal itu terjadi karna karbon dioksida yang terdapat diudara dapat larut dalam air hujan membentuk asam karbonat. Air hujan dinyatakan sebagai hujan asam jika ph nya kurang dari 5,6. Secara umum, ph minimum dan maksimum air bersih adalah 6,5 dan 8,5. Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. 2. Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Hanya beberapa tanaman yang dapat tumbuh diatas pasir, karena rongga-rongganya yang besar. Pasir memiliki warna sesuai dengan asal pembentukanya. Saringan Pasir Lambat (SPL), Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil.

6 6 Saringan Pasir Cepat (SPC), Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas ( up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir. 3. Kerikil (gravel) adalah bebatuan kecil biasanya batu granit yang dipecahkan. Ukuran kerikil yang selalu digunakan ialah antara 2 mm dan 75 mm. untuk penyaringan air krikil berfungsi sebagai menyaring sesuatu partikel yang akan tertahan pada krikil dan celah agar air dapat mengalir melalui lubah bawah 4. Ijuk adalah media penahan pasir halus agar tidak lolos ke lapisan bawahnya dan berfungsi sebagai penyerap bau yang ada pada air dan menyaring kotoran-kotoran halus. 5. Arang Tempurung Kelapa/Kayu Arang adalah Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan arang aktif. 6. Spoon/Busa adalah Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari teknik sebelumnya. penyaringan dengan spoon/busa juga dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh.

7 7 2.4 Penentuan Debit Aliran Air Didalam pengujian faktor penting dalam studi hidrolika adalah kecepatan V atau debit aliran Q. Dalam perhitungan praktis, rumus yang banyak digunakan adalah persamaaan kontinuitas yaitu: Q = A.V pers (2.1) Dimana: Q : Debit aliran (m 3 / detik) A : Luas penampang (m 2 ) V : Kecepatan (m / detik) Apabila kecepatan dan tampang air aliran diketahui, maka debit aliran dapat diperhitungkan. Demikian juga kecepatan dan debit aliran diketahui dapat dihitung luas tampang aliran yang diperlukan untuk melewati debit tersebut, dengan kata dimensi pipa dan saluran dapat ditetapkan. Biasanya aliran ditentukan oleh kebutuhan air yang diperlukan atau debit air sudah ditentukan. 2.5 Kehilangan Tenaga Melalui Pipa sebagai akibat adanya gesekan air terhadap dinding pipa maka timbul tekanan terhadap aliran, yang biasa disebut kerugian gesek. Kerugian gesek dapat digunakan dalam rumus Darcy Weisbach sebagai berikut. a. Kehilangan tenaga: H f = f L V pers (2.2) D 2g Dimana : Hf : kerugian gesek pipa lurus (m) L : Panjang pipa lurus (m) D : Diameter pipa (m)

8 8 V : Kecepatan rata-rata aliran air (m/detik) g : percepatan gravitasi (m/detik 2 ) f : Koefisien gesekan pipa b. Belokan pipa Kehilangan tenaga yang terjadi pada belokan tergantung pada sudut belokan pipa, rumus kehilangan tenaga yaitu: Hb = Kb V pers (2.3) 2g Dimana : hb : Kehilangan tenaga (m) Kb : Koefisien kehilangan tenaga V : Kecepatan (m/detik 2 ) g : Percepatan gravitasi (m/detik 2 ) Koefisien kehilangan tenaga pada belokan berdasrkan sudut a yang dilihat dengan menggunakan tabel berikut: tabel 2.1 Koefisien Kb sebagai fungsi sudut belokan a A Kb 0,05 0,14 0 0,36 0,714 0,98 Sumber : Hidraulika II, Triatmodjo 2.6 Teori Tingkat Keasaman Air (ph) Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa dan netral. Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai zat yang golongan sebagai asam dan basa. Sifat asam dan basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur ph, ph adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam mempunyai ph lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai ph lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai ph= 7. ph larutan dapat ditentukan dengan menggunakan indikator ph (indikator universal).

9 9 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian penjernihan ini akan dilakukan di kabupaten Bengkalis tepatnya pada wilayah Desa Sungai Alam, yang terletak di JL. Bathin Alam, dikampus Politeknik Negeri Bengkalis, dibengkel kerja Pipa. Pelaksanaan penelitian sebagaimana diagram alir berikut: Mulai Studi Pustaka Pengujian Agregat Gambar Rancangan Alat Uji Coba Susunan Penyaringan Tidak Hasil Penyaringan Air Kontrol Kejernihan Indikator Universal PH= 7 Ya Perhitungan Debit Analisa Kehilangan Energi Biaya Kesimpulan Selesai Gambar 3.1: Bagan Alir Penelitian Tugas Akhir

10 Obyek Penelitian Obyek yang diambil pada Penelitian Tugas Akhir ini adalah Air sumur galian yang berasal dari Desa Sungai Alam Kabupaten Bengkalis yang terlebih beberapa meter dari laut, dan peta Desa Sungai Alam dapat dilihat pada lampiran 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian pada Tugas Akhir ini adalah di Bengkel Kerja Pipa Politeknik Negeri Bengkalis 3.3 Studi Literatur Digunakan untuk mendapatkan kejelasan konsep di dalam penelitian yaitu dengan mendapatkan referensi dari buku-buku yang berisikan tentang dasar-dasar teori yang dapat mendukung penulisan Tugas Akhir ini 3.4 Pengujian Gradasi/Saringan Agregat (SNI ) Pemeriksaan Gradasi/ Saringan Agregat Halus Tahapan-tahanpannya sebagai berikut: 1. Peralatan Adapun peralatan yang dipakai adalah a. Saringan no. 4, no. 8, no. 30, no. 50, no. 100, dan pan b. Ember sebagai tempat untuk mencuci agregat c. Wadah sebagai tempat mengeringkat agregat d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan 0.01 gram e. Oven yang suhunya dapat diatur sampai ( ) 0 C 2. Bahan atau benda uji Benda uji yang digunakan adalah agregat halus yang berasal dari rupat yang sudah kering oven. 3. Langkah kerja Langkah - langkah kerja untuk pemeriksaan gradasi agregat ini adalah: a. Agregat diambil secara acak 2000 gram

11 11 b. Lalu dimasukkan kedalam saringan yang sudah tersusun mulai dari pan sampai saringan no. 4 c. Kemudian saringan tersebut diletak pada alat pengetar dan digetarkan selama + 10 menit d. Setelah dilakukan pengetaran maka dilakukan penimbangan tiap tiap saringan Berat saringan = (w1) Berat saringan + benda uji = (w2) Berat tertinggal agregat (w) (w2) (w1) % tertahan = berat tertahan masing-masing ayakan Berat tertahan agregat halus % lolos = 100% X % tertahan kumulatif tiap-tiap saringan Modulus halus butir ( MHB ) = % tertahan komulatif 100% Pemeriksaan Gradasi/Saringan Agregat kasar ( SNI ) Tahapan-tahapannya sebagai berikut: 1. Peralatan Adapun peralatan yang dipakai adalah a. Saringan no. 1 1 /2, no. ¾, no. 3/8, no. 4, no. 8, no. 30, no. 50, no. 100, dan pan b. Ember sebagai tempat untuk mencuci agregat c. Wadah sebagai tempat mengeringkat agregat d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan 0.01 gram e. Oven yang suhunya dapat diatur sampai ( ) 0 C 2. Bahan atau benda uji Benda uji yang digunakan adalah agregat kasar dari Banjung Balai Karimun yang sudah kering oven. 3. Langkah kerja Langkah - langkah kerja untuk pemeriksaan gradasi agregat ini adalah: a. Agregat diambil secara acak 2000 gram

12 12 b. Lalu dimasukkan kedalam saringan yang sudah tersusun mulai dari pan sampai saringan no. 1 1 /2 c. Kemudian saringan tersebut diletak pada alat pengetar dan digetarkan selama + 10 menit d. Setelah dilakukan pengetaran maka dilakukan penimbangan tiap tiap saringan Berat saringan = (w1) Berat saringan + benda uji = (w2) Berat tertinggal agregat (w) (w2) (w1) % tertahan = berat tertahan masing-masing ayakan Berat tertahan agregat halus % lolos = 100% X % tertahan kumulatif tiap-tiap saringan Modulus halus butir ( MHB) = % tertahan komulatif 100% 3.5 Pemeriksaan Kadar Lumpur (Metode Pencucian yang Lolos Ayakan No.200) Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus (SNI ) Tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Peralatan a. Saringan No b. Wadah untuk mencuci agregat mempunyai kapasitas yang dapat menampung benda uji sehingga pada waktu pengadukan (pelaksanaan pencuci, benda uji sehingga pada waktu (pengadukan pencucian) benda uji dan air pencuci tidak mudah tumpah. c. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1 % dari benda uji. d. Oven oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai ( ) 0 C. 2. Bahan atau benda uji Benda uji yang digunakan adalah agregat Pasir halus yang berasal dari rupat.

13 13 3. Langkah kerja Langkah-langkah kerja untuk pemeriksaan kadar lumpur agregat ini adalah : a. Agregat halus yang telah dioven diambil secara acak 1000 gram. b. Lalu dicuci dengan air dan jangan sampai ada agregat yang hilang, pencucian dilakukan didalam saringan no. 200 sampai air yang lolos dari saringan kelihatan sama dengan air yang masuk ke saringan no c. Agregat yang telah dicuci, kemudian agregat tersebut dimasukkan ke dalam talam lalu dioven selama 24 jam. d. Agregat yang sudah dioven lalu ditimbag Kadar Lumpur = (A - B) X 100% A Dimana A = Berat pasir sebelum dicuci B = Berat Pasir setelah dicuci Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar (SNI ) Tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Peralatan a. Saringan No b. Wadah untuk mencuci agregat mempunyai kapasitas yang dapat menampung benda uji sehingga pada waktu pengadukan (pelaksanaan pencuci, benda uji sehingga pada waktu (pengadukan pencucian) benda uji dan air pencuci tidak mudah tumpah. c. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1 % dari benda uji. d. Oven oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai ( ) 0 C. 2. Bahan atau benda uji Benda uji yang digunakan adalah agregat kasar. 3. Langkah kerja Langkah-langkah kerja untuk pemeriksaan kadar lumpur agregat ini adalah : a. Agregat halus yang telah dioven diambil secara acak 2000 gram.

14 14 b. Lalu dicuci dengan air dan jangan sampai ada agregat yang hilang, pencucian dilakukan didalam saringan no. 200 sampai air yang lolos dari saringan kelihatan sama dengan air yang masuk ke saringan no c. Agregat yang telah dicuci, kemudian agregat tersebut dimasukkan ke dalam talam lalu dioven selama 24 jam. d. Agregat yang sudah dioven lalu ditimbag Kadar Lumpur = (A - B) X 100% A Dimana A = Berat pasir sebelum dicuci B = Berat Pasir setelah dicuci 3.6 Alat dan Bahan 1. Drum 9. Socket Reducer 2. Lem Pipa 10. Elbow 3. Ember 11. Palu 4. Gergaji besi 12. Meteran 5. Pipa 1, 2, socket Niple (m) 6. Bor 7. Siki-siku 8. Seal tape 3.7 fungsi alat dan bahan 1. Kayu Arang dan batok kelapa bahan ini berguna untuk menyerap bau dan rasa pada air yang disaring 2. Ijuk bahan ini lebih berguna untuk menyaring kotoran-kotoran yang terkandug didalam air 3. Spoon/Busa bahan ini berguna untuk menyaring kotoran halus pada air yang jatuh saat penyaringan terakhir 4. Air sumur adalah bahan utama dalam penelitian ini 5. Pipa media utama untuk menyalurkan air dan juga media untuk melakukan bahan penyaringan sesuai susunan yang dirancanakan

15 15 6. Drum alat ini digunakan untuk penampungan air sumur sebelum dialirkan kepipa penyaringan 7. Lem Pipa alat ini digunakan untuk mengelem saat penyambungan pipa 8. Ember berfungsi sebagai menampung air setelah penyaringan 9. Gergaji berfungsi sebagai alat pemotong 10. Socket Reduler berfungsi sebagai alat penyambungan pipa 11. Elbo berfungsi sebagai cengkokakan pada penyambungan pipa 12. Palu berfungsi sebagai alat pembantu dalam pembuatan tempat penyaringan air 13. Skafolding berfungsi sebagai penyangga drum diatas dengan ketinggian 3 m. 3.8 Teknik Pembuatan Alat dan Bahan Penyaringan Air yaitu menggunakan Pipa Bersusun Teknik pembuatan alat dan bahan penyaringan air bersih yaitu menggunakan Pipa bersusun dimana rancangannya kami buat di Bengkel Kerja Pipa Politeknik Negeri Bengkalis, dimana disini teknik pembuatan alatnya antara lain 1. Pipa 3 dipotong dengan ukuran 60 cm dibuat 3 buah 2. Pipa 2 dipotong dengan ukuran 7 cm dibuat 6 buah 3. Pipa 1 dipotong dengan ukuran 7 cm dibuat 8 buah 4. Menyambungkan Pipa 3 ke pipa 2 Sockert Reducer 3-2 di kedua bagian, juga 2 pipa lainnya. 5. Menyambungkan kembali dari pipa 2 ke pipa 1 dengan Sockert 2-1 di kedua bagian, juga 2 pipa lainnya. 6. Sambungkan ketiga sambungan pipa tersebut dengan Elbow (bengkokan) 1 dan pipa ukuran 1 dengan panjang 7 cm tadi sehingga terbentuk alat seperti gambar di bawah ini:

16 16 Gambar 3.2: susunan Pipa insalasi penyaringan Sumber: Arerin Fafa 3.9 Teknik Susunan Bahan-Bahan Penyaringan Air didalam Pipa Bersusun Didalam pengujian penyaringan air ini digunakan menggunakan empat alternatif susunan bahan-bahan penyaringan 1. Percobaan Pertama Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan susunan bahan-bahan hasil dari penelitian Ariren Fafa, dimana pada Pipa pertama sepanjang (60 cm) dimasukan ijuk dengan ukuran penuh. Kemudian pada pipa kedua diawali dengan ijuk (5 cm) lalu lapisan kerikil (10 cm) selanjutnya arang (30) kemudian masukan kerikil (1 0 cm) dan diakhiri ijuk (5 cm), pada Pipa ketiga masukkan spon/busa dengan ukuran (10 cm) dan diakhiri ijuk (50 cm ). bisa terlihat pada gambar dibawah ini:

17 17 Gambar 3.3: susunan bahan penyaringan air percobaan pertama Sumber: Arerin Fafa 2. Percobaan Kedua: Pecobaan kedua dilakukan dengan menempatkan pasir pada sepanjang pipa 1 (60 cm), pertama masukan spon busa (10 cm) selanjutnya masukan pasir dengan ukuran (5 0 cm), kemudian pada pipa 2 diawali dengan lapisan kerikil (15 cm) selanjutnya arang (30 cm ) kemudian kerikil (15 cm), dan diakhiri pada pipa 3 yaitu masukkan spon/busa (1 0 cm) dan terakhir masukan ijuk (5 0 cm). bisa terlihat pada gambar dibawah ini: Arang Pasir Kerikil 15cm 15cm Ijuk 30cm spon/busa 50cm 10cm Gambar 3.4: susunan bahan saringan percobaan kedua 3. Percobaan Ketiga: Percabaan ketiga dilakukan dengan menepatkan ijuk pada sepanjang pipa 1 (60 cm) kemudian pada pipa kedua dimasukan pasir dengan ukuran (60 cm),

18 18 sedangkan pada pipa ketiga diamasukan spon/busa (10 cm) selanjutnya diakhiri kerikil (50 cm). bisa terlihat pada gambar dibawah ini: Ijuk Pasir 60cm 60cm Kerikil spoon/busa 50cm 10cm Gambar 3.5: susunan penyaringan percobaan ketiga 4. Percobaan Keempat: Pecobaan keempat dilakukan dengan menempatkan ijuk (30 cm) dan kerikil (30 cm) pada sepanjang pipa 1 (60 cm), selanjutnya pada pipa kedua masukan ijuk kembali(30 cm) dan pasir (30 cm) kemudian pada pip a 3 diawali dengan lapisan spon/busa (50 cm), dan diakhiri arang (5 0 cm). bisa terlihat pada gambar dibawah ini: Ijuk - Krikil Pasir-Ijuk 30cm 30cm 30cm 30cm Spoon/ busa Arang 50cm 10cm Gambar 3.6: susunan saringan percobaan keempat

19 19 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pemeriksaan Gradasi/ Saringan Agregat Halus Agregat Halus Hasil pemeriksaan gradasi/ analisa saringan pada agregat halus dengan berat sample awal 2000 gram dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.1 pemeriksaan gradasi/analisa saringan No No Diameter saringan (mm) (Inc) Berat Saringan (gram) Berat T+Sampel (gram) Berat Tertaha n (gram) Berat Lolos (gram) % Tertahan % Tertahan Kumulatif % Lolos Kumulatif 1 4 4, , , , , , Pan Berat Sample Total Sumber: Hasil pengujian analisa saringan/ pemeriksaan gradasi 120 %Lolos ayakan , , , , , , , Ukuran Mata Ayakan (mm) Batas Min Batas Maks Hasil Pengujian Gambar 4.1: Grafik gradasi/ Saringan agregat Pada grafik pengujian gradasi/ analisa saringan ini dapat dijelaskan bahwa disini memakai agregat halus dengan no ayakan no 4 sampai 200/ pan yang mana disini disesuaikan dengan standar (SNI ) yang diambil adalah % lolos saringan no. 50 sampai 200

20 Agregat Kasar Hasil pemeriksaan gradasi/ analisa saringan pada agregat kasar dengan berat sample awal 2000 gram dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.2 pemeriksaan gradasi/analisa saringan No No Diameter saringan (mm) (Inc) Berat Saringan (gram) Berat T+Sampel (gram) Berat Tertaha n (gram) Berat Lolos (gram) % Tertahan % Tertahan Kumulatif % Lolos Kumulatif 1 1 1/ ¾ ⅜ 9, , , pan ,00 Jumlah Sumber: Hasil pengujian analisa saringan/ pemeriksaan gradasi Gambar 4.2: Grafik gradasi/ Saringan agregat Pada grafik pengujian gradasi/ analisa saringan ini dapat dijelaskan bahwa disini memakai agregat kasar dengan no ayakan no. 1 1 /2 sampai 200/pan yang mana disini disesuaikan standar (SNI ) yang diambil adalah % lolos saringan no. 1 1 /2 sampai 3/8.

21 Hasil Kadar Lumpur Agregat Halus dan Kasar Hasil Agregat Halus Sebelum Pengujian Diketahui: Berat pasir sebelum dicuci = 1000 gram Berat Pasir seteah dicuci = 869 gram Kadar Lumpur = (A - B) X 100% A = X 100% 1000 = 13.1 % Hasil Agregat Halus Sesudah Pengujian Diketahui: Berat pasir sebelum dioven = 1000 gram Berat Pasir setelah dioven = 924 gram Kadar Lumpur = (A - B) X 100% A = X 100% 1000 = 7.6 % Hasil Agregat Kasar Sebelum Pengujian Diketahui: Berat pasir sebelum dioven = 2000 gram Berat Pasir setelah dioven = 1881 gram Kadar Lumpur = (A - B) X 100% A = X 100% 1000 = 11.9 %

22 Hasil Agregar Kasar Sesudah Pengujian Diketahui: Berat pasir sebelum dioven = 2000 gram Berat Pasir setelah dioven = 1943 gram Kadar Lumpur = (A - B) X 100% A = X 100% 1000 = 5.7 % Tabel 4.3: Hasil pengujian kadar lumpur Jenis Agregat Sebelum Sesudah Selisih Agregat kasar 11.9 % 5.7 % 6.2 % Agregat Halus 13.1 % 7.6 % 5.5 % Dari pengujian kadar lumpur didapatkan hasil agregat kasar sebelum penyaringan air 11.9 %, setelah dilakukan penyaringan air dengan menggunakan sistem Pipa bersusun kadar lumpur berubah menjadi 5.7 %. Sedangkan pada agregat halus kadar lumpur sebelum penyaringan adalah 13.1, dan setelah dilakukan penyaringan hasil kadar lumpurnya menjadi 7.6 %. Sehingga dapat simpulkan bahwa kadar lumpur sebelum penyaringan lebih besar dibandingkan kadar lumpur sesudah penyaringan. 4.3 Hasil dari Pengujian Penyaringan Air bersih dengan menggunakan Pipa Bersusun Hasil Percobaan Pertama Dapat dilihat disini pada sebelah kiri pada gambar adalah air pertama sebelum diuji, sedangkan sebelah kanan air yang telah diuji dimana dapat kita lihat perbedaannya air, dimana setelah diuji air kelihatan lebih bersih ketimbang air pertama sebelum diuji dan kadar keasaman (ph) pada air pun sudah berkurang dari asam menjadi netral, dimana ph air sebelum diuji yaitu 6 (Asam), dan setelah diuji air berubah menjadi ph nya 7 (Netral).

23 23 Hasil yang diperoleh dari percobaan pertama dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Sebelum Sesudah Gambar 4.3: Hasil penyaringan air percobaan pertama Sumber: Dekomentasi dilapangan Hasil Percobaan Kedua Pada percobaan kedua ini tidak jauh perbedaannya dengan percobaan pertama dimana airnya juga kelihatan lebih jernih pada air pertama, dimana disini air pertama sebelah kiri, sedangkan air setelah diuji sebelah kanan. Pada pengujian kedua ini kadar tingkat kesaman nya juga sama dari asam berubah menjadi netral dimana air pertama phnya 6 (Asam), sedangkan air setelah diuji phnya 7 (Netral) Hasil yang diperoleh dari percobaan kedua dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Sebelum Sesudah Gambar 4.4: Hasil penyaringan air percobaan kedua Sumber: Dekomentasi dilapangan

24 Hasil Percobaan Ketiga Pada percobaan ketiga ini dapat dilihat disini pada sebelah kiri pada gambar adalah air pertama sebelum diuji, sedangkan sebelah kanan air yang telah diuji dimana dapat kita lihat perbedaan air, dimana percobaan ketiga ini juga tidak jauh beda dari pengujian pertama dan ketiga, setelah diuji air kelihatan lebih bersih ketimbang air pertama sebelum diuji dan kadar keasaman (ph) pada air pun sudah berkurang dari asam menjadi netral, dimana ph air sebelum diuji yaitu 6 (Asam), dan setelah diuji air berubah menjadi ph nya 7 (Netral). Hasil yang diperoleh dari percobaan ketiga dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Sesudah Sebelum Gambar 4.5: Hasil penyaringan air percobaan ketiga Sumber: Dkomentasi dilapangan Hasil Percobaan Keempat Pada percobaan keempat ini dapat dilihat disini pada sebelah kiri pada gambar adalah air pertama sebelum diuji, sedangkan sebelah kiri air yang telah diuji dimana dapat kita lihat perbedaan air, dimana percobaan keempat ini lebih jernih diantara ketiga percobaan yang dilakukan, setelah diuji air kelihatan lebih bersih ketimbang air pertama, tetapi untuk kadar keasaman masih sama dengan ketiga percobaan yang dilakukan, sebelum diuji dan kadar keasaman (ph) pada air pun sudah berkurang dari asam menjadi netral, dimana ph air sebelum diuji yaitu 6 (Asam), dan setelah diuji air berubah menjadi ph nya 7 (Netral).

25 25 Hasil yang diperoleh dari percobaan keempat dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Sesudah Sebelum Gambar 4.6: Hasil penyaringan air percobaan keempat Sumber: Dekomentasi dilapangan Dari keempat percobaan penyaringan air dengan menggunakan sistem Pipa bersusun. dapat kita lihat hasil yang terbaik dari keempat percobaan penyaringan air yaitu percobaan keempat, dimana airnya lebih bersih dibandingkan percobaan pertama, kedua dan ketiga. Percobaan keempat menggunakan susunan bahan saringannya diantaranya ijuk (30 cm) dan kerikil (30 cm) pada Pipa pertama, untuk Pipa kedua pasir (30 cm) dan ijuk (30 cm), sedangkan Pipa ketiga arang (50 cm) dan Spoon/ busa (10 cm), sehingga hasil yang didapatkan berubah dari awal phnya 6 (asam) menjadi 7 (netral) setelah penyaringan. 4.4 Mengukur Tingat Keasaman (ph) Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, atau bersifat netral. Sifat asam dan basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur ph nya. ph adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. larutan mempunyai ph lebih kecil dari 7. Larutan basa mempunyai ph lebih besar dari 7. Sedangkan larutan netral mempunyai ph = 7.

26 26 Disini pengujian dilakukan mengunakan alat dan bahan seperti kertas lakmus merah, lakmus biru dan indikator universal, dimana untuk air yang belum diuji kertas lakmus merah dan biru dicelupkan kedalam air dan kertas tersebut berubah menjadi merah pudar dan biru pudar yang mana airnya masih asam atau phnya masih dibawah 6, sedangkan untuk percobaan 1,2,3,4 kertas lakmus tidak berubah dan bisa dilihat ph air sudah berubah dari asam menjadi netral dimana phnya 7. Berikut adalah hasil ph air penyaringan yang diuji di SMA Negeri 2 Bengkalis dengan menggunakan indikator kertas lakmus merah (LM) dan lakmus biru (LB). Tabel 4.4: Mengukur Tingkat Keasaman (ph) pada air Larutan Lakmus Merah Lakmus Sifat ph yang diuji Biru Larutan Air sebelum Merah pudar Biru pudar Asam 6 diuji Percobaan Merah Biru Netral 7 pertama Percobaan Merah Biru Netral 7 kedua Percobaan Merah Biru Netral 7 ketiga Percobaan kempat Merah Biru Netral 7 Sumber: hasil percobaan 4.5 Perhitungan Debit Aliran Air Dari percobaan pertama penyaringan air didapatkan hasil debit aliran air sebagai berikut: Percobaan pertama: Dik: D = 22 liter t = 22:51 Q =...? Q = V t dimana: Debit = 22 liter, Volume= m 3 Waktu = 1371 second

27 27 Penyelesaian: Q = Volume Waktu = m second = m 3 / detik Pada pengujian yang dilakukan dilapangan menggunakan empat percobaan penyaringan air, dimana untuk mencari debit aliran keempat percobaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini: Tabel 4.5: Hasil debit aliran air Hasil percobaan Volume Air hasil penyaringan (Liter) Waktu menit Q ( Debit) M 3 / detik Percobaan pertama 22 22: Percobaan kedua 22 26: Percobaan ketiga 22 24: Percobaan keempat 22 23: Sumber: hasil percobaan 4.6 Perhitungan Tekanan Dik: H = 226 cm = 2.26 m = 200 liter = 200 kg/m 3 dengan masa jenis = 0.20 gr/cm 3 g = 9.81 m/s 2 dimana: p = Tekanan g H = Masa jenis = Gravitasi = Tinggi Pipa penyelesaian: p =. g. h = 200 kg/m 3. 9,81 m/s m

28 28 = 4.98 kg/s Kehilangan Tenaga Melalui Pipa Perhitungan Kehilangan Tenaga dapat dihitung berdasarkan panjang pipa pvc 2.26 m Dimana telah diketahui: f = D = m V = m/s g = 9.81 m/s 2 L = 2.26 m Hf = f x. = x...., = 3.94 x m 4.8 Biaya

29 29 Adapun biaya yang diperlukan untuk membuat satu alat penyaringan air dengan menggunakan sistem Pipa bersusun dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.6: Biaya pembuatan alat penyaringan air dengan menggunakan Pipa bersusun No Keperluan Jumlah Satuan Harga Total (Rp) (Rp) 1 Pipa 1 3 M Pipa 2 1 M Pipa 3 1 M Ijuk 1 Gulung Kayu Arang 5 Kg Socket reducer 3/2 6 Buah Socket reducer 2/1 6 Buah Pasir 1/4 Kubik Lem Pipa 2 Buah Socket niple (m) 10 Buah Drum 200 liter 1 Buah Elbow 6 Buah Kerikil 1/4 Kubik Spon/ busa 1 Buah - - Total Rp 594,000,- Terbilang: Lima ratus sembilan puluh empat ribu rupiah BAB V

30 30 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapat penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini adalah: 1. Untuk membuat alat penyaringan air dengan menggunakan sistem Pipa bersusun memerlukan alat diantaranya Pipa 3, 2, 1 dan untuk penyambungan diperlukan socet reducer dan elbow, dimana pada masingmasing pipa disambung dengan socket reducer dengan ukuran yang sama dengan menghasilkan Pipa bersusun secara vertikal 2. Untuk mendapatkan hasil penyaringan yang terbaik didapatkan dengan susunan saringan dengan ukuran bahan ijuk (30 cm) dan kerikil (30 cm) pada Pipa pertama, untuk Pipa kedua pasir (30 cm) dan ijuk (30 cm), sedangkan Pipa ketiga arang (50 cm) dan spon/ busa (10 cm), sehingga hasil yang didapatkan berubah dari awalnya phnya 6 (asam) menjadi 7 (netral) setelah penyaringan. 3. Biaya yang diperlukan untuk membuat satu unit alat penyaringan air dengan sistem Pipa bersusun sebesar Rp ,- (Lima ratus sembilan puluh empat ribu rupiah 4. Alat penyaringan air dengan sistem Pipa besusun ini memiliki kapasitas 59 liter/ jam. 5.2 Saran Selama menyelesaikan tugas akhir ini penulis menyarankan: 1. Untuk mengetahui hasil penyaringan yang terbaik kita harus mengetahui susunan alat yang benar terlebih dahulu 2. Selain itu kami juga mengetahui beberapa keuntungan dan kerugian sehingga sebaiknya kita melaksanakan praktik dengan benar, dan sesuai peraturan sehingga hasil yang kita dapat akan lebih maksimal.

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm) HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) ( menit ) 42 15 32 28 45 24 6 21 Hasil Uji Vicat untuk Pasta Semen

Lebih terperinci

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air LEMBAR KERJA SISWA 1 Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air Apakah air yang kamu gunakan dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi Lampiran 2 Sungai Progo Diperiksa 20-Apr-17 satuan D1 D5 D6 Berat cawan kosong gram 288 288 297 Berat benda uji gram 1441 1435 1469 Ukuran Tabel 1. Hasil pemeriksaan gradasi butiran agregat halus Ukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN Suhu Awal : 25 C Semen : 64 gram Piknometer I A. Berat semen : 64 gram B. Volume I zat cair : 1 ml C. Volume II zat cair : 18,5 ml D. Berat isi air : 1 gr/cm 3 A Berat jenis

Lebih terperinci

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT MODUL: PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT I. DESKRIPSI SINGKAT A ir dan sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu jika kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

Berat Tertahan (gram)

Berat Tertahan (gram) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

PENJERNIHAN AIR DENGAN CARA PENYARINGAN I

PENJERNIHAN AIR DENGAN CARA PENYARINGAN I PENJERNIHAN AIR DENGAN CARA PENYARINGAN I 1. PENDAHULUAN Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak, mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

PRAKARYA. by F. Denie Wahana PRAKARYA by F. Denie Wahana Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,

Lebih terperinci

Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya:

Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya: Tujuan: mendapatkan campuran agregat halus dan kasar yang optimal, sehingga menghasilkan beton yang murah dan workable Syaratnya: Tahu gradasi masing-masing agregat (kasar dan halus) Tahu spesifikasi gradasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Adapun diagram alir metodologi penelitian adalah sebagai berikut : MULAI PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS MIX DESIGN BETON NORMAL BETON CAMPURAN KACA 8%

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum Dalam bab ini menjelaskan cara penelitian yang dilakukan untuk menaikkan kualitas air hujan dengan batu kapur, baru kapur yang dipanaskan 400 C, karbon aktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

MIX DESIGN Agregat Halus

MIX DESIGN Agregat Halus MIX DESIGN Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari dengan data : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami) 2. Agregat halus yang dipakai : pasir 3. Diameter agregat

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus dalam penelitian ini meliputi pengujian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi Lampiran I Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta 55183

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai kuat tekan awal beton ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi Lampiran A.1 : Pasir : Kali Progo A. AGREGAT HALUS (PASIR) Jenis Pengujian : Pemeriksaan gradasi besar butiran agregat halus (pasir) Diperiksa : 25 Februari 2016 a. Berat cawan kosong = 213,02 gram b.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pemilihan Metode Desain Campuran Ada beberapa metode desain pencampuran beton sebagai dasar untuk mendapatkan beton yang sesuai dengan rencana dan mempunyai sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret

Lebih terperinci

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian Lampiran 1 Foto Selama Penelitian Gambar L.1 Uji Kuat Tekan Silinder Gambar L.2 Benda Uji Normal 7 hari Gambar L.3 Benda Uji Normal 14 hari Gambar L.4 Benda Uji Normal 28 hari Gambar L.5 Benda Uji Sukrosa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk mengetahui karateristik material yang akan digunakan pada saat penelitian.

Lebih terperinci

BAB III UJI MATERIAL

BAB III UJI MATERIAL BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan 5. ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari Cisauk, Malingping, Banten, dan untuk Agregat kasar (kerikil) diambil dari

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan pembuatan beton yang digunakan pada penelitian ini adalah : A. Agregat kasar (split) berupa batu pecah yang berasal dari Clereng,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama : M. Hafiz Nim : 08 0404 081 Material : Pasir Tanggal : 11 Januari 2014 Diameter Ayakan. () (No.) Berat Fraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST

HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST LAMPIRAN 1 HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST ) LAMPIRAN 1 Hasil Penelitian Awal (Vicat Test) Semen Normal (tanpa bahan tambah) Waktu ( menit ) Penurunan (mm) 15 40 30 32 45 26 60 19 Sukrosa 0,03% dari

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI FERDINAND FASSA, S.T., M.T. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA 2016 1 I. PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR A. Pendahuluan Pasir adalah butiran butiran mineral yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Saringan Rumah Tangga ( SARUT )

Saringan Rumah Tangga ( SARUT ) Modul Diseminasi Hasil Litbang Bidang Permukiman Saringan Rumah Tangga ( SARUT ) Tim Penyusun : Ir.Ida Yudiarti,M.Si Moh.Tohir,ST,MT Medawati,ST,MT Tim Penyunting : Ir.Rahim Siahaan,CES Lia Yulia Iriani,SH,MSi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama Nim Material Tanggal : Rumanto : 8 44 153 : Pasir : 12 Maret 214 9.5 (3/8 - in) 4.75 (No.4) 2.36 (No.8) 1.18

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,merupakan suatu pencarian data yang mengacu pada

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset dan Teknologi

TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset dan Teknologi TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset dan Teknologi TTG - PENGELOLAAN AIR DAN SANITASI PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN ARANG SEKAM PADI I. PENDAHULUAN Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Lampiran 1 PENGUJIAN PENELITIAN TUGAS AKHIR A. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Halus ( Pasir ) Bahan : Pasir Merapi Asal : Merapi, Yogyakarta Jenis Pengujian : Gradasi Butiran Agregat Halus (Pasir)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada jam 08.00 sampai dengan 12.00

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) Asri Mulyadi 1), Fachrul Rozi 2) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

BAB IV PEMERIKSAAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO.200

BAB IV PEMERIKSAAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO.200 BAB IV PEMERIKSAAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO.200 PB -0208 76 (0,075 MM)/SNI 03-4142-1996 4.1 TEORI RINGKAS PENGUJIAN Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam AgregatYang Lolos Saringan Nomor 200 (0,075 mm) adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 29 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Beton Pemeriksaan bahan susun beton yang dilakukan di laboratorium telah mendapatkan hasil sebagai berikut : 1. Hasil Pemeriksaan Agregat

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT YANG LOLOS SARINGAN NO. 200 (0,075 MM)

METODE PENGUJIAN JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT YANG LOLOS SARINGAN NO. 200 (0,075 MM) METODE PENGUJIAN JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT YANG LOLOS SARINGAN NO. 200 (0,075 MM) SNI 03-4142-1996 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang Lolos Saringan Nomor

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Material Kegiatan yang dilakukan sebelum perencanaan campuran beton (mix design) adalah pengujian material agregat halus, agregat kasar, air, EPS dan semen. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan melakukan pembuatan benda uji di laboratorium dengan berbagai variasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE ANALISIS

BAB IV METODE ANALISIS BAB IV METODE ANALISIS 4.1 PEMERIKSAAN AGREGAT Tujuan Percobaan Menentukan berat isi agregat sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya. 4.1.1 Analisis Agregat Halus Peralatan a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai analisis kualitas air dengan alat uji model filtrasi buatan diantaranya; Eka Wahyu Andriyanto, (2010) Uji

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif Lampiran I Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Berat Berat Berat Berat Lolos Ukuran Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif (gram) (%) Komulatif (%) (%) No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100 No.8 (2,4 mm) 0 0 0

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode pengujian dilakukan dengan menguji material beton yaitu agregat kasar dan agregat halus yang akan menjadi bahan pembentuk beton yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan terutama bagi makhluk hidup, makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa air, terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

BAB 1 PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR BAB 1 PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan. 1.1.2 Tujuan

Lebih terperinci

Rekayasa. Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga. Prakarya

Rekayasa. Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga. Prakarya Rekayasa Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga Prakarya 55 Peta Materi III Alat Penjernih Air Membuat Alat Penjernihan Air dengan Bahan Alami Membuat Alat Penjernihan Air dengan Bahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5..Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Agregat Kertas 5..2.Berat Jenis Agregat Kertas Data berat jenis agregat yang berasal dari kertas didapatkan dari pengujian sebelum

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah : 1). Semen Portland jenis I merk Semen Gersik 2). Agregat kasar berupa krikil, berasal dari Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun cara ilmiah yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang BAB 3 METODOLOGI 3.1 Langkah Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan referensi tentang penelitian terhadap beton ringan yang menggunakan sebagai bahan campuran. Referensi yang didapat lebih banyak

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian disusun untuk mengarahkan langkah-langkah penelitian agar tujuan penelitian dapat dicapai dengan benar. Garis besar dari metode penelitian adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam penelitian ini yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas meliputi prosentase Silica fume dalam campuran beton (5%) dan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat

BAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat BAB 3 METODOLOGI 3.1 Bagan Alir Penelitian Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat penelitan ini. Dimulai dari mengidentifikasi masalah yang ada sehingga dapat diangkat

Lebih terperinci

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Lampiran Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Uraian Sampel Sampel Pasir jenuh kering muka ( ) 500 gr 500 gr Pasir setelah keluar oven ( ) 489,3

Lebih terperinci

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. 1. Tanah Tulakan Dari hasil anilisis kimia yang dilakukan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), didapatkan hasil : Tabel IV.1. Kandungan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON Oleh : Soeparno dan Didiek Purwadi *) Abstrak : Dalam pembangunan fisik infrastruktur

Lebih terperinci

PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS

PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT IPALS (Instalasi Pengolahahan Air Laut Sederhana): Transformasi Air Laut Menjadi Air Tawar dengan Pemisahan Elektron Cl - Menggunakan Variasi Batu Zeolit sebagai Upaya Penyediaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

SIFAT - SIFAT MORTAR DARI PASIR MERAUKE DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA. Daud Andang Pasalli, ST., M.Eng

SIFAT - SIFAT MORTAR DARI PASIR MERAUKE DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA. Daud Andang Pasalli, ST., M.Eng SIFAT - SIFAT MORTAR DARI PASIR MERAUKE DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA Daud Andang Pasalli, ST., M.Eng Email : daudpasalli@yahoo.com ABSTRAK Dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Penyusun Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan

Lebih terperinci

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a a Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas Jalan Raya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pengujian Agregat Hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil yang telah diperoleh sesuai dengan tinjauan peneliti akan disajikan pada bab ini. Sedangkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK Berbagai penelitian dan percobaan dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk meningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air bersih masih menjadi salah satu persoalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam sebuah penelitian, sehingga dalam pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian pelaksanaan pembuatan beton dilakukan dari bulan Februari- April 2016 di laboratorium dimulai dari jam 08.00 sampai dengan 13.00

Lebih terperinci

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2. BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mortar dengan bahan tambahan abu merang dilakukan di Laboratorium Struktur dan Teknologi Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Berat Tertahan (gram)

Berat Tertahan (gram) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Bahan Penyusun Beton Sebelum membuat mix design untuk sebagai acuan dalam membuat benda uji beton silinder, tentunya hal yang dilakukan yaitu pengujian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi sungai Progo Hilir, porositas sedimen dasar sungai Progo Hilir pasca erupsi Gunung Merapi 2010, dan mengetahui

Lebih terperinci

PENJERNIHAN AIR DENGAN MEDIA TUMBUHAN

PENJERNIHAN AIR DENGAN MEDIA TUMBUHAN MODUL: PENJERNIHAN AIR DENGAN MEDIA TUMBUHAN I. DESKRIPSI SINGKAT A ir dan sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu jika kebutuhan tersebut belum tercukupi maka

Lebih terperinci