MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA EKOR GEMUK DI UPTD ANEKA USAHA TERNAK SAMBIREJO, SRAGEN TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA EKOR GEMUK DI UPTD ANEKA USAHA TERNAK SAMBIREJO, SRAGEN TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA EKOR GEMUK DI UPTD ANEKA USAHA TERNAK SAMBIREJO, SRAGEN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Peternakan Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Program Studi Diploma III Agribisnis Peternakan Oleh : Dimas Kurniawan H PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA EKOR GEMUK DI UPTD ANEKA USAHA TERNAK SAMBIREJO, SRAGEN TUGAS AKHIR Disusun oleh : DIMAS KURNIAWAN H Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal : Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan tim penguji : Penguji I Penguji II Drh. Sunarto, M.Si NIP Ir. Lutojo, MP NIP Surakarta, Agustus 2010 Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Manajemen Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk Di UPTD Aneka Usaha Ternak Sambirejo, Sragen, untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Ahli Madya di Program Studi Agribisnis Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, kami sampaikan banyak terimakasih kepada : 1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Program D III Agribisnis Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Minat Program Studi Diploma III Agribisnis Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drh. Sunarto, M.Si selaku Dosen Pembimbing Magang yang telah memberikan pengarahan dari awal sampai akhir pelaksanaan magang. 5. Bapak Ir. Lutojo, MP selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 6. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan dan doa. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata semoga tulisan ini dapat membantu dan berguna. Kritik dan saran penulis harapkan demi sempurnanya Tugas Akhir ini. Surakarta, Agustus 2010 iii

4 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Pelaksanaan Magang Tuj uan Umum Tujuan Khusus... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Kandang... 4 B. Bibit Domba... 6 C. Pakan... 7 D. Sistem Reproduksi... 8 E. Kesehatan Ternak BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan B. Materi dan Metode C. Cara Pengambilan Data D. Sumber Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Perusahaan iv

5 1....Sej arah Perusahaan Lo kasi Peternakan Pop ulasi Ternak Org anisasi Kepegawaian B. Sistem Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk Kandang )...Fun gsi Kandang )...Let ak Kandang )...Ko nstruksi Kandang )...Uk uran Kandang )...Per alatan Kandang Bib it Domba Pak an )...Ba han Pakan Domba )...Tek nik Pemberian Pakan Sist em Reproduksi v

6 1)...Sist em Perkawinan )...Ke buntingan )...Kel ahiran )...Pen anganan Cempe Kes ehatan Ternak BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A....Kes impulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

7 DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman 1. Jumlah populasi domba ekor gemuk di UPTD Aneka Usaha Ternak 16 vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman S truktur Organisasi UPTD Aneka Usaha Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen (2010) viii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Judul Halaman 1. Nama dan Jabatan Pengurus UPTD Aneka Usaha Ternak Denah Lay Out Kandang Denah Lokasi Peternakan UPTD-AUT Sragen Ternak Domba Ekor Gemuk di UPTD-AUT Kandang Domba di UPTD-AUT Tempat Pakan di Kandang Domba Tempat Minum di Kandang Domba Pembersihan Lantai Kandang Lahan Rumput di UPTD-AUT Konsentrat di UPTD-AUT ix

10 MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA EKOR GEMUK SAMBIREJO, SRAGEN Dimas Kurniawan 1 H Drh. Sunarto, M.Si 2 dan Ir. Lutojo, MP 3 ABSTRAK Kegiatan pratikum magang ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh ketrampilan dalam menjalankan manajemen pemeliharaan domba ekor gemuk. Kegiatan Magang ini dilaksanakan pada tanggal 15 Februari sampai dengan tanggal 15 Maret 2010, dengan lokasi magang di UPTD Aneka Usaha Ternak Sambirejo, Sragen. Kegiatan magang ini dilaksanakan dengan menggunakan empat metode yaitu Praktek Lapang, Observasi, Wawancara dan Sumber Data (Data Primer dan Data Sekunder). Sedangkan pengambilan lokasi praktek magang adalah disesuaikan dengan kajian yakni manajemen pemeliharaan domba ekor gemuk. Peternakan domba ekor gemuk merupakan salah satu bahan peternakan rakyat yang dijumpai hampir di setiap petani di Pulau Jawa. Tahapan yang digunakan untuk beternak domba adalah perkandangan, pembibitan, pakan,sistem reproduksi serta kesehatan ternak. Tahap perkawinan meliputi melakukan pengamatan terhadap ternak domba mulai dari deteksi birahi hingga perkawinan. Memberi pakan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, sedangkan air minum diberikan satu kali sehari pada pagi hari. Melakukan pemeliharaan terhadap ternak domba yang ada meliputi pembersihan kandang di pagi hari, pembersihan tempat pakan dan minum, pemberian pakan dan minum. Kata Kunci: domba ekor gemuk Keterangan : 1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Agribisnis Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Nama Dimas Kurniawan H Dosen Pembimbing / Penguji. 3. Penguji II. x

11 MANAGEMENT CONSERVANCY OF FAT TAIL SHEEP UPTD ANEKA USAHA TERNAK SAMBIREJO, SRAGEN Dimas Kurniawan 1 H Drh. Sunarto, M.Si 2 dan Ir. Lutojo, MP 3 ABSTRACT Activity of pratikum this apprentice aim to know and obtain;get is skilled in implementing fat conservancy of tail sheep management. This apprentice activity executed on 15 Februari up to the date of 15 March 2010, with apprentice location in UPTD Aneka Usaha Ternak, Sambirejo, Sragen. This apprentice activity executed by using four method that is Spacious Practice, observation, data source and interview ( Primary data and Data Secundery). While intake of location of practice of apprentice is be adapted by study namely management of conservancy of fat tail sheep Breeding of fat tail sheep is one of material of breeding of met by people is approximant in every farmer in Java island. Step which applied for breeding sheep is cage, nursery bed, feed, reproduction system and also health of livestock. Marriage phase cover to do observation to sheep livestock start from lechery detection [so/till] marriage. Give is feed twice one day at evening and morning, while drinking water is given once one day at morning. Do conservancy to the sheep livestock covering sweeping of cage in morning, sweeping of feed place and drinked, feed [gift/ giving] and drinked.. Keywords: Breeding of fat tail sheep Description: 1. Student Programs / Agribusiness Studies Program Faculty of Animal Husbandry University of Agriculture in Eleven March Surakarta with Name Dimas Kurniawan H Lecturer / Examiner. 3. Examiners II. xi

12 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan penduduk yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi maka kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani turut meningkat. Masyarakat yang semakin maju, kini telah menyadari arti dari peningkatan nilai gizi dalam makanan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan daging maka peluang usaha banyak diminati pengusaha untuk membuka usaha dalam bidang peternakan. Peternakan domba dan kambing di Indonesia merupakan peternakan rakyat, serupa halnya dengan peternakan ayam kampung. Kedua jenis ternak ini dijumpai hampir di setiap petani di Pulau Jawa. Cara memelihara domba dan kambing yang dipergunakan oleh para peternak sudah dapat dikategorikan beternak untuk menghasilkan keuntungan. Sehingga diperlukan peningkatan dan perluasan dari produk yang diproduksi dari peternakan domba. Seiring dengan permintaan masyarakat akan produk peternakan ini yang semakin meningkat, maka diperlukan teknologi yang tinggi. Umumnya para peternak di Indonesia di dalam usahanya masih menggunakan cara tradisional. Mereka banyak menyerahkan kepada alam. Pengadaan bibit, pemberian makanan, pemeliharaan, atau lain sebagainya belum menggunakan teknologi modern. Pemeliharaan domba yang mereka lakukan hanyalah sebagai usaha sampingan saja. Dalam usaha pemeliharaan tersebut umumnya tanpa dilandasi ilmu pengetahuan. Mereka kurang mengenal apa yang disebut breeding, feeding dan management. Padahal untuk melakukan perbaikan dan peningkatan produksi memang tidak mudah karena menyangkut banyak faktor yaitu: pemilihan bibit atau bakalan (breeding), makanan yang baik (feeding), pengelolaan yang efisien (management), penanganan terhadap penyakit dan juga hal-hal yang berkaitan dengan masalah pemasaran produksi. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat xii

13 dipisahkan dan harus mutlak diusahakan sebagai pendukung untuk mencapai produksi yang maksimal. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Aneka Usaha Ternak merupakan salah satu unit usaha milik Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen yang bergerak dalam bidang pembibitan domba. UPTD Aneka Usaha Ternak berlokasi di Dusun Kliro, Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. UPTD Aneka Usaha Ternak sampai dengan tanggal 15 Maret 2010 memiliki ternak domba sebanyak 37 ekor yang meliputi 25 induk dan 12 cempe. Kegiatan magang ini dilakukan untuk lebih mendalami usaha pemeliharaan domba ekor gemuk pada UPTD Aneka Usaha Ternak. Dalam kegiatan magang ini, diharapkan menjadi sarana belajar mahasiswa tentang semua hal yang belum dipelajari diperkuliahan. Karena dalam kegiatan magang mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja di lingkungan yang baru dan bagaimana berinteraksi dan beradaptasi dengan masyarakat perusahaan. Sehingga dapat menambah keterampilan sebagai lulusan dari perguruan tinggi yang akan berkompetisi di dunia kerja. B. Tujuan Pelaksanaan Magang 1. Tujuan Umum: a. Memperoleh pengalaman yang memadai dengan cara mengenali kegiatan-kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang peternakan. b. Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan penerapannya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat menjadi bekal ilmu yang lebih luas dalam terjun ke masyarakat. c. Memperoleh keterampilan kerja dan pengalaman kerja yang praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan serta memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan di bidang peternakan. xiii

14 d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi terkait dan masyarakat. 2. Tujuan Khusus: a. Memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja dalam bidang peternakan domba yang dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen. b. Memperoleh pengalaman dan keterampilan secara langsung dalam bidang Manajemen Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk. xiv

15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kandang Di habitat aslinya, domba hidup di alam secara bebas. Aktivitas makan, minum, dan istirahat dilakukan tanpa kontrol manusia. Dalam hal ini, kandang memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Melindungi domba dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan pengganggu. 2. Sebagai tindakan perventif agar domba tidak merusak tanaman dan fasilitas lain di lokasi peternakan, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kehidupan kambing. 3. Tempat berteduh dari panas matahari dan hujan, serta sebagai tempat untuk beristirahat pada siang hari dan tidur pada malam hari. 4. Mempermudah peternak melakukan kontrol atau pengawasan terhadap kesehatan domba. 5. Tempat makan, minum, dan melakukan aktivitas lain bagi domba. 6. Kotoran domba lebih mudah dikumpulkan untuk pengolahan atau pemakaian lebih lanjut. 7. Domba-domba tidak mudah hilang atau terpisah dari kawanannya. 8. Membatasi gerak domba yang banyak menyita energi, seperti aktivitas berlari. 9. Memberikan kondisi iklim mikro yang sesuai dengan kebutuhan domba, sehingga mampu mencapai tingkat produksi optimal (Sodiq dan Abidin, 2002). Kandang domba/kambing untuk digembalakan maupun kandang penggemukan dibedakan menjadi kandang yang langsung ketanah dan kandang yang memiliki tangga atau disebut kandang panggung. Pada kandang yang langsung ketanah dindingnya dibuat dari bambu atau dari kayu. Ukuran kandang untuk 2 (dua) ekor domba dewasa yaitu 1 m 2. Dinding dibuat dari bambu yang dibelah, atau bambu bulat utuh yang barjarak xv

16 cm. Tergantung pada jenis kambing, misalnya pada kambing kacang jarak antara bambu yang satu dengan yang lainnya 10 cm. Atau dapat juga dibuat dari kayu sebagai pengganti bambu. Tetapi untuk domba ekor gemuk/kambing Etawa dapat berjarak 15 cm. Apabila menggunakan kandang panggung maka diperlukan tangga untuk masuk kedalam kandang. Goat behavior (kebiasaan kambing) adalah memiliki sifat untuk pergi ke tempat yang lebih tinggi dari tanah. Sehingga kandang panggung adalah yang sesuai untuk kehidupan kambing (Sitepoe, 2008). Konstruksi harus diusahakan yang kuat, terutama tiang-tiangnya meskipun menggunakan bahan bangunan sederhana: a. Atap diusahakan dari bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil. Untuk lokasi kandang di daerah panas dapat menggunakan atap rumbia atau ilalang, sedangkan di daerah dingin dapat menggunakan atap seng. b. Dinding harus diusahakan dari bahan bangunan seperti bambu yang dianyam dan ventilasinya harus diperhitungkan supaya pertukaran/sirkulasi udara berlangsung dengan baik tanpa mengganggu kenyamanan dan kesehatan ternak. Sesuai dengan fungsinya kandang harus menjamin ternak domba agar nyaman serta hidup sehat. Kandang juga harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu lingkungan, terutama masyarakat sekitar, oleh karena itu kandang domba harus direncanakan dapat memenuhi syarat, seperti : a. Kandang dibuat di daerah yang relatif lebih tinggi dari daerah sekitarnya, tidak lembab, lebih jauh dari kebisingan. b. Aliran/sirkulasi udara segar, terhindar dari aliran udara yang kencang; c. Sinar matahari pagi bebas masuk kandang, tetapi pada siang hari tidak sampai masuk ke dalam kandang. d. Agak jauh dari lokasi pemukiman, serta masyarakat tidak merasa terganggu (utamanya untuk yang sudah masuk kategori perusahaan), tergantung kesepakatan dengan lingkungan masyarakat. xvi

17 e. Lokasi dianjurkan jauh dari sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat sekitar, sehingga kotoran domba tidak mencemari, baik secara langsung maupun lewat rembesan. f. Usahakan lokasi kandang jauh dari tempat keramaian seperti : jalan raya, pasar, pabrik agar ketenangan ternak domba terjaga (Efendi, 2009). B. Bibit Domba Peternak yang telah maju pasti akan selalu memilih tipe ataupun bangsa domba yang akan diternakkan. Di berbagai negara yang telah maju ternak domba diusahakan secara besar-besaran dan para peternak dengan mudah dapat memilih tipe-tipe domba yang diinginkan. Secara umum ternak domba dikelompokan menjadi domba tipe potong, wol dan dual purpose, yakni sebagai penghasil daging dan sekaligus penghasil wol. 1. Domba tipe potong Kelompok domba tipe potong atau pedaging memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Bentuk badan padat, dada lebar dan dalam, leher pendek, garis punggung dan pinggang lurus. b. Kaki pendek, seluruh tubuh berurat daging yang padat. Termasuk domba tipe pedaging antara lain southdown, hampshire, dan oxford. 2. Domba tipe wol Kelompok domba tipe wol memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Bertubuh ringan, kaki halus dan ringan, berdaging tipis, serta berperilaku lincah dan aktif. b. Antara permukaan daging dan kulit agak longgar dan berlipat-lipat. xvii

18 Termasuk domba tipe wol antara lain merino, romboullet, dorset, dan suffolk. Domba asli Indonesia belum dapat dikelompokan dalam salah satu tipe yang ideal dari kedua tipe tersebut. Namun demikian, domba-domba di Indonesia umumnya mengarah ke tipe potong atau pedaging. Hal itu disebabkan domba tipe wol sampai saat ini belum dinikmati oleh peternak di Indonesia. Disamping itu pemasaran wol di Indonesia belum ramai kerena iklim Indonesia kurang sesuai untuk pemakaian wol, dan teknologi prosesing wol yang belum mendapat prioritas dari para pengusaha. Konsumen domba di Indonesia lebih mengarah ke arah konsumsi daging (Sudarmono dan Sugeng, 2003). Ciri khusus domba ekor gemuk adalah mulai pangkal ekor sampai ujung tulang ekor dipenuhi lemak. Bahkan dibeberapa daerah akibat beratnya ekor maka ekor tersebut dipasang putaran roda pada supaya jangan terseret tanah. Beratnya ekor sangat bervariasi sekali. Warna bulu domba ekor gemuk yang banyak dijumpai berwarna putih abu-abu dan kadang-kadang bersilang dengan domba lokal, berganti warna bulu. Domba ekor gemuk ternyata bukan asli dijumpai di Indonesia, tetapi berasal dari Arab, yang dibawa oleh para pedagang (Sitepoe, 2008). C. Pakan Rumen adalah alat pencernaan yang khas, terdiri atas 4 segmen, yakni rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Keempat segmen ini memilik aktivitas yang berbeda-beda, tetapi bekerja dalam satu kesatuan yang utuh dan saling menunjang. Berbeda dengan ternak monogastrik (yang memiliki perut tunggal), ruminansia tidak tergantung pada kadar zat-zat gizi pakan yang dikonsumsinya, karena proses-proses di dalam rumen mampu menghasilkan zat-zat gizi yang mudah diserap tubuh. Ada kalanya pemberian pakan berkadar protein tinggi tidak efisien, karena protein tersebut mudah terurai dan terfermentasi oleh mikroba di dalam rumen (Sodiq dan Abidin, 2002). Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, xviii

19 mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut: 1. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam. 2. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal, daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro. 3. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun beringin. 4. Golongan Makanan Penguat (konsentrat), seperti dedak, jagung kering, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas (Departemen Pertanian, 2001). Hijauan segar yang dicari oleh pemilik atau pemelihara ternak berupa : daun lamtoro, daun nangka, daun turi, daun pisang, rumput liar atau rumput ditanam secara penanaman organik. Misal: rumput gajah, rumput kolonjono, dan lain-lain. Dari sisa hasil pertanian. Misal : jagung, terutama jagung baby corn atau sweet corn masih berumur muda, padi di sawah paska panen yang sudah tumbuh, sisa tanaman sayuran di daerah dingin, daun kentang, daun ubi rambat, daun ubi kayu (harus dilayukan dahulu banyak mengandung cianiada), daun tebu (pucuk tebu), daun kacang tanah, daun kacang kedelai, daun enceng gondok, daun pepaya, daun semangka, dan berbagai jenis daun lainnya (Sitepoe, 2008). D. Sistem Reproduksi Sistem perkawinan pada domba/kambing sering dilakukan secara alami. Domba/kambing jantan akan dapat mengetahui yang mana domba/kambing betina yang sedang dalam masa birahi untuk dikawini. Pada domba/kambing dalam satu kelompok satu ekor jantan untuk ekor betina. Apabila si jantan diikat dan betina juga diikat maka saat paling tepat untuk dikawinkan xix

20 adalah jam sesudah ada tanda-tanda birahi untuk domba dan 7-12 jam untuk kambing. Tetapi untuk kawin alam dalam satu kelompok tanpa diikat jantan maupun betina, maka si jantan akan mengetahui betina pada saat yang subur untuk dikawini. Baik pada jantan maupun betina sebelum kawin hendaknya diberi pakan berkualitas dua bulan sebelum masa kawin (Sitepoe, 2008). Tanda-tanda awal terjadinya kebuntingan pada ternak domba sulit diketahui karena memang tak dapat diketahui secara visual. Ciri-ciri secara visual dapat diketahui dari perubahan perilaku sebagai berikut. a. Berahi berikutnya tidak timbul lagi. b. Perilakunya lebih tenang, tidak ingin mendekati ataupun didekati pejantan. c. Nafsu makan meningkat, bobot badan semakin bertambah, dan menjadi gemuk. d. Pada pertengahan kebuntingan perut sebelah kanan tampak semakin membesar atau menonjol. e. Bagi domba yang baru pertama kali bunting, pertumbuhan ambingnya tampak nyata. f. Pertumbuhan anak di dalam kandungan untuk 100 hari yang pertama barlangsung lambat, kemudian tumbuh cepat selama 6-8 minggu terakhir. Oleh karena itu, untuk menjamin kesehatan induk dan anak dalam kandungan, pakan yang diberikan harus cukup dan bermutu (Sudarmono dan Sugeng, 2003). Lama kebuntingan bagi domba ± 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut: xx

21 1. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur. 2. Ambing membesar dan puting susu terisi penuh. 3. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab. 4. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang. 5. Sering kencing. Proses kelahiran berlangsung menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih (Departemen Pertanian, 2001). E. Kesehatan Ternak Kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan usaha ternak domba. Lemahnya kesehatan domba juga menyebabkan akan timbulnya penyakit. Untuk itu, menjaga kesehatan domba lebih penting dilakukan daripada harus mengobati. Namun demikian, pemahaman tentang penyakit yang menyerang domba, meliputi gejala, penyebab, dan cara mengatasinya, harus dikuasai peternak. Hal ini tidak lain untuk mempermudah peternak mengobati domba yang sakit (Sudarmono dan Sugeng, 2003). Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan: 1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang. 2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin. 3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangan (Mn). xxi

22 4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya. Pakan yang berupa hijauan sebaiknya setelah dipotong, dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan. 5. Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum diberikan sebaiknya dicuci dulu. 6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu. 7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik. 8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit (Departemen Pertanian, 2001). Pemeliharaan domba dapat berupa sebagai berikut : 1. Sanitasi dan Tindakan Preventif Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. Kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali. 2. Pengontrolan Penyakit Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat. 3. Perawatan Ternak Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. xxii

23 Pakan yang berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari (Departemen Pertanian, 2001). xxiii

24 III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan Kegiatan Magang Perusahaan ini dilaksanakan dari tanggal 15 Februari sampai dengan 15 Maret 2010 di UPTD Aneka Usaha Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen yang beralamatkan di Dusun Kliro, Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah. B. Materi dan Metode 1. Materi a. Alat : kandang, tempat pakan dan minum, sapu, ember, sekop dan selang. b. Bahan : Domba Ekor Gemuk berupa jantan, indukan, dan cempe. 2. Metode a. Pemeliharaan ternak domba Melakukan pemeliharaan terhadap ternak domba yang ada meliputi pembersihan kandang di pagi hari, pembersihan tempat pakan dan minum, pemberian pakan dan minum. b. Perkawinan Melakukan pengamatan terhadap ternak domba dalam melakukan pengamatan mulai dari deteksi birahi hingga perkawinan. c. Pemberian pakan dan minum xxiv

25 Memberi pakan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, sedangkan air minum diberikan satu kali sehari pada pagi hari. d. Kesehatan dan Penyakit Ternak Melaksanakan pembersihan kandang setiap hari sekali yang dilakukan pada pagi hari. Melakukan pengobatan terhadap domba yang menderita luka luar. C. Cara Pengambilan Data Cara pengambilan data yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan adalah: 1. Pengamatan (observasi) Mahasiswa melakukan pengamatan langsung di perusahaan agar mendapatkan data dan informasi dari perusahaan tersebut. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan Magang Perusahaan ini adalah kepala, penanggungjawab divisi domba, staf, dan anak kandang UPTD Aneka Usaha ternak. 3. Studi pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan data pustaka yang tersedia misalnya buku, jurnal dan majalah ilmiah atau data perusahaan tersebut. xxv

26 D. Sumber Data Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada dua jenis data yaitu: 1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Dalam pelaksanaan kegiatan Magang Perusahaan ini data primer didapat dari wawancara dengan kepala, staf, penanggungjawab divisi domba, dan anak kandang UPTD Aneka Usaha ternak. 2. Dalam kegiatan Magang Perusahaan ini yang menjadi data sekunder adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama berada di perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan Magang Perusahaan. xxvi

27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan UPTD Aneka Usaha Ternak merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen. Dengan perkembangan peternakan yang semakin pesat maka diharapkan dapat berperan dalam membantu masyarakat di bidang peternakan dan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah dalam hal Pendapatan Asli Daerah. UPTD Aneka Usaha Ternak didirikan pada tanggal 12 Februari 1998 oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen sebagai pembibitan dan percontohan sapi Brangus di Kabupaten Sragen. Pada awal pendiriannya kandang menjadi satu komplek dengan kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen dengan jumlah sapi Brangus pada awalnya adalah 50 ekor. Sapi tersebut diimpor langsung dari Australia. Kebanyakan sapi tersebut mengalami kemandulan sehingga dijual untuk dibelikan sapi Brangus lokal. Pada tahun 2003 UPTD Aneka Usaha Ternak dipindahkan ke desa Dayu. Pemindahan dilakukan karena lokasi peternakan di tengah kota sehingga mengganggu aktifitas penduduk. Tanggal 27 April 2004 Pemerintah Daerah Sragen membangun lokasi peternakan yang baru di desa Dawung yang bertujuan agar tidak mencemari lingkungan dan tidak mengganggu kegiatan masyarakat. Pemindahan lokasi tersebut mendapat sambutan baik oleh warga desa Dawung. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya komplek peternakan tersebut penduduk secara tidak langsung mendapatkan keuntungan, xxvii

28 diantaranya dengan mendapatkan perbaikan jalan dan masyarakat dapat memperoleh kesempatan kerja. Perkembangan perusahaan setelah pemindahan lokasi ke desa Dawung meningkat. Hal ini dapat dilihat dari populasi ternak yang dulu hanya 50 ekor menjadi ± 150 ekor, jenis ternaknya pun bertambah, tidak hanya sapi melainkan juga terdapat ayam broiler, domba, cacing, kelinci dan kuda. Selain dari ternak, perusahaan ini juga sudah dapat memproduksi sendiri konsentrat yang diberi nama Matery Feed yang telah diperjualbelikan. Dengan perkembangan perusahaan yang meningkat maka dapat memberikan lebih banyak kesempatan kerja. Tujuan dari didirikannya UPTD Aneka Usaha Ternak adalah 1) Mewujudkan peningkatan produksi, produktivitas hasil, pendapatan peternak dengan dukungan sarana produksi dan penyuluhan serta penerapan teknologi tepat guna. 2) Mewujudkan peningkatan dan pemenuhan sarana dan prasarana peternakan. 3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia peternak dan petugas kelembagaan agribisnis serta pendapatan petani. 4) Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 2. Lokasi Peternakan Lokasi UPTD Aneka Usaha Ternak terletak di Dukuh Kliro, Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah. UPTD Aneka Usaha Ternak terletak pada ketinggian 320 dpl dengan suhu berkisar C. Batas sebelah utara dengan desa Nangsri, sebelah timur dengan desa Sambi, sebelah selatan dengan desa Jatiarum, dan sebelah barat dengan desa Blimbing. Lokasi berjarak ± 15 km dari ibukota kabupaten dan menempati lahan seluas 5,7 ha. Walaupun lokasi xxviii

29 ini dapat dibilang jauh dari kota, namun dalam pemasaran produkproduknya tidak mendapat banyak kendala. Fasilitas yang terdapat di UPTD Aneka Usaha Ternak yaitu kandang sapi, kandang isolasi, kandang ayam, kandang domba, kandang kuda, gudang jerami, pabrik pakan mini, kantor dan poliklinik. Disamping itu juga terdapat fasilitas lain seperti mess segala perlengkapannya 3. Populasi Ternak Jenis domba yang dipelihara di UPTD Aneka Usaha Ternak adalah domba ekor gemuk. Hampir keseluruhan yang diusahakan berupa domba indukan karena bidang usaha yang dilaksanakan adalah bidang usaha pembibitan domba. Jadi pemeliharaan induk yang dilakukan bertujuan untuk menghasilkan bibit/bakalan yang nantinya menjadi produk utama disamping produk sampingan yang berupa pupuk. Domba tersebut dikelompokkan dari cempe, dara, dan domba dewasa. Cempe yang dihasilkan adalah hasil dari perkawinan secara alami. Tabel 1. Jumlah populasi domba ekor gemuk di UPTD Aneka Usaha Ternak Jantan Betina Dewasa 1 14 Dara - 10 Anak 4 8 Sumber: Data sekunder UPTD-AUT Jumlah domba yang terdapat di UPTD Aneka Usaha Ternak sampai tanggal 15 Maret 2010 seluruhnya adalah 37 ekor dengan jantan dewasa 1, indukan sejumlah 14 ekor, dara sejumlah 10 ekor dan sisanya 12 ekor berupa cempe. Jumlah cempe jantan sebanyak 4 ekor sedangkan betina 8 xxix

30 ekor. Jumlah ternak tidak selalu sama karena jumlahnya selalu berubah tiap tahunnya. Kematian cempe lebih banyak disebabkan karena diinjak oleh induknya atau domba-domba lain dan kasus tersebut banyak terdapat di malam hari sehingga tidak diketahui oleh anak kandang. Perubahan jumlah domba tergantung pada jumlah kelahiran, jumlah kematian dan pergantian antara domba dara dan domba afkir. 4. Organisasi Kepegawaian Jumlah tenaga kerja di UPTD Aneka Usaha Ternak yaitu 23 orang. Adapun struktur organisasinya dapat dilihat pada gambar berikut : KEPALA DINAS Ir. Sri Hardiarti KABID KEPALA UPTD KABAG TU Ir. Agus Purwanto drh. Shintawati Widjaja Drs. Tjipto Wahyudi SUB BAG TATA USAHA Sri Iswahyuni, S.Pt DIVISI SAPI Suprabowo DIVISI PAKAN TERNAK Yunanto, S.Pt DIVISI KAMBING & DOMBA Yoyok Wardoyo DIVISI JANGKRIK Nur Hidayanto, S.Sos DIVISI CACING Nur HIdayanto, S.Sos DIVISI PUPUK Sukardi DIVISI AYAM BROILER Sulistyorini,S.Pt Gambar 1. Struktur Organisasi UPTD Aneka Usaha Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen (2010) xxx

31 Struktur organisasi UPTD Aneka Usaha Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen terdiri dari 7 Divisi yaitu Divisi Sapi, Pakan Ternak, Kambing Domba, Jangkrik, Cacing, Pupuk Cair dan Padat dan Ayam Broiler. Ketujuh Divisi tersebut terletak pada satu lokasi peternakan sehingga memudahkan dalam sistem pengontrolan. Lokasi peternakan tersebut terletak di Dukuh Kliro, Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. UPTD Aneka Usaha Ternak dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat langsung dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen. Masa jabatan kepala tidak pasti dan dipengaruhi langsung oleh kebijakan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen. Kepala UPTD ini dibantu oleh 7 penanggung jawab divisi yaitu divisi sapi, divisi kambing dan domba, divisi pakan ternak, divisi jangkrik, divisi cacing, divisi pupuk cair dan padat dan divisi ayam. Masing-masing divisi memiliki bawahan yang membantu penanggung jawab divisi, kecuali divisi cacing. Masing-masing bawahan tersebut bertanggungjawab kepada penanggungjawab divisinya. Penanggungjawab divisi bertanggungjawab kepada kepala. Sub bagian tata usaha membawahi bagian keamanan dan bertanggungjawab kepada kepala. Kepala UPTD Aneka Usaha Ternak bertanggungjawab langsung kepada kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen. B. Sistem Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk 1. Kandang Usaha ternak domba akan berhasil jika tersedia bangunan kandang yang baik. Kandang yang baik akan sangat berpengaruh besar terhadap peningkatan konversi pakan, laju pertumbuhan dan kesehatan. 1) Fungsi Kandang xxxi

32 Berikut ini beberapa fungsi kandang bagi domba yang menghuninya maupun bagi peternaknya. a. Menghindari terhadap lingkungan yang merugikan, misalnya terik matahari, hujan, angin kencang (langsung), serta gangguan binatang buas dan pencuri. b. Menghemat tempat karena pada tempat yang relatif sempit dapat menampung jumlah domba yag relatif banyak. c. Menghindarkan domba membuang kotoran sembarang tempat. Kotoran domba yang tinggal di dalam kandang dapat terkumpul dan tertampung di bawah kolong sehingga mudah dibersihkan. Kotoran tersebut dapat dipergunakan sebagai pupuk. d. Mempermudah pengelolaan dan pengawasan karena semua domba bisa diberikan makan dan minum secara bersamaan, pengawasan terhadap gejala penyakit menjadi mudah dilakukan. e. Menjaga kehangatan domba di dalam kandang di waktu malam atau suasana dingin. 2) Letak Kandang Agar dapat diperoleh suatu bangunan kandang dengan lingkungan yang bersih dan menjamin ketentraman ternak maka lokasi kandang harus dipilih dengan kriteria sebagai berikut. a. Tempat lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitar dan tanah sekitarnya mudah meresap air. b. Tempat yang mudah dibuat saluran air sehingga di musim hujan, air hujan mudah kering dan tidak menggenang di lingkungan perkandangan. c. Tempatnya terbuka, tetapi bukan di bawah pepohonan yang besar dan rindang. Adanya pepohonan yang rindang akan menghalangi masuknya sinar pagi kedalam kandang sehingga kandang menjadi lembab dan kurang sehat. xxxii

33 d. Berdekatan dengan rumah peternak dan penjaga. Hal ini demi keamanan ternak dan penanganan langsung lebih mudah dilakukan bila terjadi sesuatu yang kurang diinginkan. 3) Konstruksi Kandang Konstruksi kandang yang perlu diperhatikan, terutama mengenai pengaturan ventilasi, arah kandang, pintu kandang, lantai kandang, dinding dan atap. a. Ventilasi Bangunan kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna. Ventilasi yang sempurna dapat dibuat dengan pengaturan dinding yang sebagian terbuka. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi domba sebab ventilasi berguna untuk mengeluarkan udara kotor seperti karbondioksida (CO 2 ) dari dalam kandang dan menggantikan udara segar berupa oksigen (O 2 ) dari luar. Dengan kondisi ini, udara segar di dalam kandang bisa dipertahankan. Kelembaban dalam kandang pun berkurang, dan rasa pengap pun dapat dihindarkan sehingga kondisi yang nyaman tercipta. b. Arah kandang Sedapat mungkin kandang dibangun menghadap ke timur sehingga sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang. Sinar pagi ini amat penting bagi kesehatan domba karena membantu proses pembentukan vitamin D dan sebagai desinfektan, serta mempercepat pengeringan kandang yang basah dan lembab. c. Pintu kandang Pembuatan kandang domba juga harus mempertimbangkan segi kepraktisan dalam melakukan tata laksana. Salah satunya adalah mempertimbangkan letak dan ukuran pintu. Pintu kandang dibuat disisi belakang atau samping kandang dengan xxxiii

34 ukuran yang cukup lebar. Dengan demikian saat anak kandang akan membersihkan kandang atau akan mengeluarkan domba dari kandang dengan mudah dapat dilakukan, dan tanpa kesulitan apapun. Pintu kandang pada UPTD-AUT dibuat dengan ukuran 90 cm x 200 cm sehingga memudahkan untuk membersihkan kandang atau akan mengeluarkan domba. d. Lantai kandang Fungsi lantai ialah tempat untuk berdirinya ternak dan pelepas lelah untuk berbaring. Untuk itu lantai kandang harus dibuat dengan perencanaan yang baik. Persyaratan lantai kandang, antara lain harus rata, tidak licin, tak terlalu keras atau tajam, tidak tertembus air, tahan lama dan murah. Kandang di UPTD Aneka Usaha Ternak berbentuk kandang panggung sehingga mempunyai kolong. Lantai agak tinggi dan jarak dari tanah adalah 100 cm. Lantai kandang dibuat dari bahan kayu. Lubang atau celah lantai dibuat dengan jarak 2 cm sehingga kotoran dan air kencing mudah jatuh. e. Dinding Dinding kandang berguna untuk menjaga domba agar tidak lepas keluar, menahan angin langsung masuk ke dalam kandang di waktu malam. Kandang di UPTD Aneka Usaha Ternak dindingnya tertutup sebagian. Dinding diberi sejumlah kayu dengan jarak masing-masing 5 cm dan bagian bawahnya diberi jarak 30 cm sehingga kepala domba dapat keluar untuk makan rumput yang disediakan di dalam tempat makan, sedangkan untuk bagian yang tertutup ditutup oleh seng yang berguna untuk menahan angin masuk langsung ke kandang. xxxiv

35 f. Atap kandang Atap berguna untuk menghindari panas dan hujan serta menjaga kehangatan di waktu malam. Bahan pembuat atap kandang di UPTD Aneka Usaha Ternak dipilih berupa genteng, karena murah dan memenuhi syarat. Genteng bersifat tahan lama dan sirkulasi udara di waktu panas dapat berlangsung melalui sela-sela genteng. 4) Ukuran Kandang Jika dalam unit kandang dipelihara sejumlah domba dengan status fisiologis yang berbeda-beda seperti anak domba lepas sapih, domba muda, domba dewasa, pejantan, betina bunting, dan induk menyusui sebaiknya domba-domba itu tidak ditempatkan menjadi satu ruangan. Akan tetapi masing-masing kelompok harus ditempatkan sesuai dengan status fisiologisnya. Keuntungan penyekatan kandang di antaranya sebagai berikut. Memudahkan peternak dalam menyajikan pakan sesuai status fisiologisnya. Mempermudah dalam pengaturan perkawinan dan mencegah dalam terjadinya perkawinan muda. Induk yang menyusui tidak terganggu oleh domba-domba lain. Masing-masing domba akan mendapatkan jaminan makan sesuai kebutuhan, terlebih bagi domba yang masih kecil. Ukuran kandang pada UPTD Aneka Usaha Ternak adalah 6 x 6 m2. Seluruh domba dicampur menjadi satu ruangan. Domba tidak dipisahkan sesuai status fisiologisnya. 5) Peralatan Kandang Peralatan kandang domba yang penting ialah tempat pakan dan tempat minum. a. Tempat pakan xxxv

36 Tempat pakan pada UPTD Aneka Usaha Ternak dibuat menempel pada dinding. Bahan tempat pakan dibuat dari beton, bagian bawah dibuat rata. Dengan demikian, makanan tak akan banyak yang tercecer atau boros. Penempatan tempat pakan harus terhindar dari panas matahari ataupun air hujan. b. Tempat air minum Walaupun ternak domba termasuk salah satu hewan ternak yang tahan tidak minum, namun alangkah baiknya kalau air minum pun disediakan sepanjang hari. Pada UPTD Aneka Usaha Ternak tempat air minum dibuat dari beton dan ditempatkan di dinding kandang. Sehingga apabila domba hendak minum, dengan mudah mengeluarkan kepala mereka dari dalam kandang. c. Tangga Alat perlengkapan yang diperlukan ialah tangga. Karena di UPTD Aneka Usaha Ternak berupa kandang kolong maka tangga diperlukan agar para petugas ataupun domba yang keluar masuk tidak mengalami kesulitan.membangun kandang untuk pemeliharaan domba membutuhkan keterampilan dan keseriusan. Tujuannya untuk menciptakan desain kandang yang membuat ternak tersebut nyaman. 2. Bibit Domba Seleksi berarti memilih ternak domba, baik jantan maupun betina yang memiliki kualitas dan penampilan yang bagus sebagai bibit. Semua peternak yang telah maju pasti mencari bibit yang bagus dengan cara seleksi guna menggantikan ternaknya yang sudah tua untuk diremajakan. Domba yang baik harus memiliki organ tubuh yang lengkap (tidak cacat), pertumbuhannya cepat, dan sehat. Seleksi ternak domba di Indonesia pada umumnya diarahkan pada dua tujuan, yakni domba potong dan bibit. Sebagai pendekatan hasil seleksi untuk mendapatkan bibit yang baik, oleh peternak digunakan xxxvi

37 berbagai cara berdasarkan penilaian individual, penampilan, uji produksi dan silsilah. Pemilihan bibit sebagai calon induk dan pejantan dimaksudkan untuk memperoleh keturunan yang memiliki sifat-sifat yang baik, seperti kesuburan dan persentase kelahiran yang tinggi, kecepatan tumbuh yang baik dan produksi susu yang cukup. Untuk memilih ternak domba yang baik, banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh peternak di antaranya sebagai berikut. a. Kesehatan Kesehatan merupakan modal dasar dalam mengusahakan ternak domba yang menguntungkan. Kesehatan ternak domba ditunjukan pada penampilan dan perilaku domba bersangkutan, di antaranya sebagai berikut: - Selalu aktif dan lincah. - Kepala tegap dan pandangan mata cerah. - Warna bulu bersih dan mengilat. - Kulit tidak keriput. b. Ukuran tubuh besar Induk betina dan pejantan yang memiliki ukuran tubuh besar dengan bobot yang tinggi, kerangka, dan tulang-tulangnya besar dan kuat akan menghasilkan anak yang besar dan berbobot tubuh tinggi pula dan tumbuh cepat. c. Temperamen Sifat keindukan seekor domba merupakan petunjuk bahwa induk tersebut akan merawat anaknya dengan baik. Keadaan ini ditunjukkan pada penampilan induk yang jinak serta sorot matanya yang bersifat ramah. Selain itu, induk selalu menjaga anaknya dari gangguan hewan lain. Induk yang temperamennya jelek akan membiarkan dan meninggalkan anaknya, tanpa menghiraukan xxxvii

38 anaknya mendekati untuk menyusui. Akibatnya, anak-anaknya tidak mendapatkan jaminan air susu induk. d. Kemampuan menghasilkan susu Untuk mengukur seekor induk mampu menghasilkan air susu dengan baik adalah bila produksi air susu 0,5-1,5 liter dan berlangsung minimum 8-10 minggu. e. Bobot lahir dan bobot sapih Anak domba yang memiliki bobot lahir tinggi akan lebih cepat tumbuh bila dibandingkan dengan anak domba yang lahir kecil. Dengan mengawinkan induk dan pejantan dari domba berbobot sapih yang tinggi diharapkan rataan bobot sapih pada keturunan berikutnya menjadi lebih tinggi. Faktor yang mempengaruhi bobot sapih domba di antaranya sebagai berikut: - Umur induk Pada umumnya induk muda akan melahirkan anak berbobot ringan dibandingkan anak yang berasal dari induk yang tua. - Kondisi induk Induk yang bertubuh gemuk cenderung melahirkan anak yang berbobot ringan. - Mutu pakan - Jenis kelamin dan bangsa domba f. Kemampuan merumput Domba termasuk hewan yang suka merumput. Untuk mengimbangi sifat domba tersebut harus didukung oleh keadaan gigi dan rahang yang normal serta struktur kaki yang baik dan kuat. g. Silsilah Silsilah adalah catatan tertulis mengenai data-data potensial yang dimiliki seekor hewan, seperti berat sapihnya tinggi, kesuburan yang baik, dan kualitas karkas sehingga nantinya diharapkan dapat xxxviii

39 membantu peternak untuk menentukan induk yang dikawinkan periode berikutnya. Untuk memilih pejantan atau pemacek yang baik, peternak harus memperhatikan sifat-sifat yang baik pada seekor pejantan. Oleh karena itu, pejantan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: - Berbadan normal, kondisi sehat, tingkah lakunya aktif, dan selalu siap untuk mengawini. - Buah pelir normal, berukuran besar, menggantung panjang dan simetris. - Tubuh berurat daging pada waktu berjalan selalu mengangkat kepalanya tinggi. Pemilihan dan perawatan bibit unggul merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha ternak domba. Bila kedua hal ini diabaikan walaupun sarana dan prasarana baik, tetap saja usahanya akan menemui kegagalan. Domba bisa saja tidak berproduksi dengan baik dari segi kualitas dan kuantitas. Penentuan, penyeleksian, dan pemilihan bibit domba dalam memulai usaha sangat penting adanya. UPTD Aneka Usaha Ternak dalam memilih domba hanya menilai pada penampilan fisik luarnya saja karena banyaknya jumlah domba yang berada di pasar. Tidak mungkin penilaian dilakukan berdasarkan silsilah domba masing-masing. Hal tersebut mengandalkan pengalaman di lapangan dari petugas UPTD Aneka Usaha Ternak dalam memilih dombadomba yang akan dibeli. 3. Pakan Usaha ternak domba yang efisien dan ekonomis untuk akan menjadi kenyataan bila tuntunan hidup domba terpenuhi dengan biaya yang murah. Salah satu tuntunan hidup domba yang utama adalah pemenuhan akan kebutuhan dan jumlah pakan yang memadai. Agar peternak dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan menyajikan pakan sesuai dengan kebutuhan domba, peternak perlu mempelajari peran penting pakan. xxxix

40 Usaha ternak domba yang efisien dan ekonomis untuk tujuan pembibitan, pertumbuhan, penggemukan, produksi, dan untuk meningkatkan persentase kelahiran, kesemuanya berpangkal pada persentase pemberian pakan yang memadai. Pemberian jumlah dan mutu pakan yang baik dapat menumbuhkan karkas sesuai sifat genetik yang dimiliki. Oleh karena itu, apabila bibit unggul mendapatkan jumlah dan mutu pakan yang baik maka keunggulan yang dimiliki sesuai sifat genetik akan tampak. Dengan alasan tersebut maka peran pakan bagi hewan tidak dapat diabaikan. Nutrisi (zat gizi) yang terkandung dalam pakan dan masuk ke tubuh domba dapat digunakan untuk menunjang berfungsinya organ fisiologis dalam rangkaian proses pertumbahan/perkembangan, reproduksi, dan aktivitas biologis lainnya. Nutrisi tersebut ialah energi, protein, vitamin-vitamin, mineral dan air. Unsur-unsur ini merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan ternak yang keberadaannya harus diperhatikan peternak dan disajikan dalam bentuk ransum. Ransum yang diberikan nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan di dalam tubuh di antaranya kebutuhan pokok dan berproduksi. Kebutuhan pokok hidup yaitu kebutuhan sejumlah nutrisi untuk menjamin keseimbangan dan kondisi tubuh yang normal sehingga tubuh mampu beraktivitas seperti bernapas, mencerna pakan, mengatur suhu badan atau melakukan proses metabolisme. Jika nutrisi untuk kebutuhan pokok hidup telah terpenuhi maka kelebihan nutrisi ini akan digunakan untuk pertumbuhan dan bereproduksi atau disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak badan. Sebaliknya, jika ternak domba kekurangan nutrisi yang dibutuhkan dan hal ini berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama maka cadangan yang ada dalam bentuk lemak badan akan dimobilisasikan untuk dibakar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup. 1) Bahan Pakan Domba xl

41 Domba merupakan hewan yang memerlukan bahan pakan berupa hijauan dalam jumlah besar, yaitu sekitar 90%. Pakan konsentrat atau pakan penguat hanya sebagai pakan tambahan saja. Oleh karena itu, bahan baku pakan domba yang dapat diberikan terdiri dari dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat.. a. Hijauan Hijauan umumnya terdiri dari berbagai jenis rumput liar, limbah dan hasil ikutan pertanian, rumput jenis unggul yang dibudidayakan, dan barbagai jenis leguminosa. Hijauan tersebut merupakan bahan yang kandungan serat kandangnya relatif tinggi. Pada UPTD Aneka Usaha Ternak hijauan yang diberikan yaitu berupa rumput gajah yang dibudidayakan oleh UPTD Aneka Usaha Ternak itu sendiri. b. Konsentrat Konsentrat atau pakan penguat terdiri dari biji-bijian yang digiling halus, seperti jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak dan katul. Bahan pakan tersebut umumnya kandungan serat kasarnya rendah sehingga mudah dicerna. UPTD Aneka Usaha Ternak menggunakan konsentrat produksi sendiri yang diberi nama Matery Feed. Matery Feed terdiri dari katul, onggok, jagung, ampas kecap, dan kacang. 2) Teknik Pemberian Pakan Pada umumnya, teknik pemberian pakan domba ada dua macam. 1. Pemberian pakan dengan cara digembalakan Pada cara ini domba dilepas untuk mencari pakan sendiri di lapangan pengembalan. Pada UPTD Aneka Usaha Ternak pengembalaan domba dilakukan pada sore hari, setelah jam Domba digembalakan di sekitar areal lahan UPTD Aneka Usaha Ternak, setelah jam domba digiring kembali masuk ke kadang. xli

42 2. Pemberian pakan dengan cara disediakan Pakan yang disediakan untuk ternak domba yang dipelihara di dalam kandang terus menerus pada umunya berupa hijauan, pakan penguat dan garam mineral. a. Hijauan Pemberian pakan yang disajikan sekaligus untuk jatah sehari dalam jumlah banyak akan merangsang domba makan terus menerus sehingga jumlah hijauan yang dimakan menjadi banyak. Jumlah pakan hijauan yang diberikan pada domba dewasa rata-rata 10% dari berat badan atu 4,5-5 kg/ekor/hari. Untuk domba bunting dan menyusui diberikan 6-8 kg/ekor/hari. Domba di UPTD Aneka Usaha Ternak disediakan rumput di kandang pada sore hari setelah domba digembalakan. Pemotongan rumput dilakukan pada pagi hari kemudian esoknya baru diberikan pada ternak. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan pencernaan pada ternak seperti kembung dan diare. b. Pakan penguat Domba-domba yang membutuhkan pakan penguat ialah induk bunting, induk menyusui, pejantan, anak domba, serta domba-domba yang digemukkan. Jumlah pemberian pakan penguat berbeda-beda sesuai dengan kondisi dalam pertumbuhan atau tingkat produktivitas. Domba yang sedang tumbuh diberi pakan penguat g/hari, domba dewasa g/hari, dan domba bunting atau menyusui sebesar g/hari. Pakan penguat yang diberikan pada UPTD Aneka Usaha Ternak berupa campuran dari berbagai bahan pakan. Pakan tersebut diberikan pada pagi hari sekitar pukul Jumlah pakan yang diberikan sekitar 10 kg untuk jumlah 37 domba yang ada di dalam kandang. xlii

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN PERKANDANGAN KANDANG TERNAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN KANDANG - KONTRUKSI KANDANG SESUAI - MANAJEMEN KESEHATAN BAIK - KONTRUKSI KANDANG TIDAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08 Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN MAGANG MANAJEMEN BREEDING SAPI POTONG DI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

LAPORAN KEGIATAN MAGANG MANAJEMEN BREEDING SAPI POTONG DI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR LAPORAN KEGIATAN MAGANG MANAJEMEN BREEDING SAPI POTONG DI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya Peternakan Di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 USAHA PEMBIBITAN TERNAK BABI MAULAFA Tri Anggarini Y. Foenay, Theresia Nur Indah Koni Jurusan Peternakan - Politani Negeri Kupang Email: anggarini.foenay@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari kegiatan IbM adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Tata Cara Beternak Kambing Disusun Oleh: Indra Suhendar Jatmiko Ade Putra 10.11.4427 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 KARYA ILMIAH TATA CARA BETERNAK KAMBING I. PENDAHULUAN Kambing

Lebih terperinci

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) 3.1 Landasan Teori PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) Berbagai ragam bahan makanan ternak telah dikenal dan dipergunakan sebagai bahan penyusun Pakan untuk memenuhi kebutuhan ternak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

Manajemen Perkandangan

Manajemen Perkandangan Manajemen Perkandangan Suhardi, S.Pt.,MP Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Sistem Perkandangan RU Replacement Unit Rearing Unit Finishing Unit FU VE RrU Veal Unit

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

PENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun

PENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun . I. Syarat lokasi kandang PENGGEMUKAN SAPI Oleh : Arif fachul anam BP3K Binangun Sumber air tercukupi 1. Minum 2. Mandi 3. Sanitasi atau Kebersihan Terpisah dari rumah hunian atau padat penduduk Perijinan

Lebih terperinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. HP: 0815-7810-5111 E-mail: Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani dengan

Lebih terperinci

3. Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan gizi ternak. 4. Prakiraan bobot awal dan akhir penggemukan sebaiknya diketahui untuk memudahkan penent

3. Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan gizi ternak. 4. Prakiraan bobot awal dan akhir penggemukan sebaiknya diketahui untuk memudahkan penent PROFIL USAHA PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA BAMBANG KUSHARTONO, MAULANA SYARIF HIDAYAT DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Usaha penggemukan domba dewasa ini cenderung meningkat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46 Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Jawabannya tentu tidak. Ada beberapa teknologi pengawetan hijauan pakan ternak seperti silase, hay, amoniasi, fermentasi. Namun masing-masing teknologi tersebut mempnuyai kekurangan dan kelebihan. Salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PELAKSANAAN

TATA LAKSANA PELAKSANAAN digilib.uns.ac.id 9 III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN Kegiatan magang perusahaan ini dilaksanakan selama 1 bulan yakni dari tanggal 18 Pebruari sampai dengan 18 Maret 2013 yang bertempat di perusahaan peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro USAHA PETERNAKAN Usaha peternakan merupakan suatu lapangan hidup, tempat seseorang dapat menanamkan modal untuk keperluan hidup keluarganya atau sekelompok masyarakat Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung Gambar 3. Foto Udara PT.Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung (Sumber: arsip PT.Widodo Makmur Perkasa) PT. Widodo Makmur

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif

Lebih terperinci

KAMBING. Oleh : Tatok Hidayatul Rohman. Linnaeus, 1758

KAMBING. Oleh : Tatok Hidayatul Rohman. Linnaeus, 1758 KAMBING Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Filum: Kelas: Ordo: Familia: Subfamili: Genus: Spesies: Subspesies: Animalia Chordata Mammalia Artiodactyla Bovidae Caprinae Capra C.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tatap muka ke 6 POKOK BAHASAN : PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program penggemukan dan cara penggemukan sapi potong di Indonesia. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indikus (zebu : berpunuk), Bos Taurus dan Bos Sondaikus (Sugeng, 2001). Dijelaskan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm CV. Anugrah Farm terletak di Simpang Curug RT.02/04 Kampung Baru, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan penyuplai kebutuhan daging terbesar bagi kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi Bali asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus sampai

Lebih terperinci

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah: Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Stevent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci