BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA"

Transkripsi

1 BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menjelaskan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif organisasi suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban secara tepat, jelas dan terukur. Pemerintah Kabupaten Bogor dalam memberikan pertanggungjawaban tersebut kepada yang memberikan amanah yaitu masyarakat dilaksanakan melalui media penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai visi, misi serta tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah secara berdaya guna dan berhasil guna. Implementasi SAKIP atau manajemen kinerja yang baik tidak terlepas dari fungsi pengendalian yang dilakukan melalui evaluasi kinerja dengan melakukan pengukuran kinerja untuk mengetahui capaian hasil sehingga dapat dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses pengukuran capaian kinerja dilanjutkan dengan evaluasi dan analisis pencapaian kinerja yang berguna untuk melakukan berbagai perbaikan-perbaikan yang diperlukan guna peningkatan akuntabilitas dan kinerja di masa yang akan datang. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2013 memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Sasaran strategis yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2013 berdasarkan dokumen Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun maupun yang tertuang dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2013 yang diukur melalui formulir Pengukuran 38

2 Kinerja sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 3.1 Kerangka Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan dan selanjutnya akan dilakukan evaluasi untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran srategis yang ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi instansi pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor tahun Pengukuran Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor didasarkan pada Penetapan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2013 sesuai dengan APBD Perubahan tahun 2013, yang meliputi indikator kinerja input (masukan), output (keluaran) dan outcome (hasil) dibandingkan dengan realisasinya. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran (output). Untuk tahun 2013, indikator input ini diprioritaskan pada penggunaan dana kegiatan dari APBD Kabupaten Bogor (termasuk didalamnya dana APBN dan APBD Provinsi Jawa Barat). Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau non fisik. Indikator output yang digunakan bervariasi mulai dari output jumlah orang, m 2, terselenggaranya kegiatan (jumlah kegiatan), jumlah laporan, dan jumlah barang/jasa lainnya dari hasil pelayanan ataupun pelaksanaan tugas lainnya. Indikator hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output kegiatan pada jangka menengah (efek langsung), indikator ini menggunakan angka mutlak dan relatif. Pengukuran kinerja dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja yang diperoleh melalui sistem pengumpulan data kinerja dari dua sumber yaitu: 39

3 1) Data internal, yang berasal dari sistem informasi yang ada, baik laporan kegiatan reguler yang ada seperti bulanan, triwulanan, semesteran, laporan akuntabilitas kinerja organisasi perangkat daerah dan laporan kegiatan lainnya; 2) Data eksternal digunakan sepanjang relevan dengan pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor seperti data-data hasil pengukuran indikator kinerja makro dari BPS, Kepolisian, dsb. Perhitungan persentase pencapaian target dalam Penetapan Kinerja Sasaran memperhatikan karakteristik komponen realisasi dalam kondisi: a. Semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik, maka digunakan rumus: Realisasi % = X 100 % Target b. Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja maka digunakan rumus: % = Target (Realisasi Target) Target X 100% Untuk mempermudah interpretasi atas pencapaian sasaran dan program/kegiatan serta indikator makro diberlakukan nilai disertai makna dari nilai tersebut yaitu: Tabel 3.1 Skala yang digunakan Bilamana Indikator Sasaran mempunyai makna progress positif Rentang Kategori >100 Sangat Baik 85 s.d. 100 Baik Sekali 70 s.d. <85 Baik 55 s.d. <70 Cukup < 55 Kurang 40

4 Tabel 3.2 Skala yang digunakan Bilamana Indikator Sasaran mempunyai makna progress negatif Rentang Kategori >100 Kurang 85 s.d. 100 Cukup 70 s.d. <85 Baik 55 s.d. <70 Baik Sekali < 55 Sangat Baik 3.2 Pencapaian Indikator Makro Dalam rangka mewujudkan Visi Kabupaten Bogor Tahun yakni Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang Bertaqwa, Berdaya dan Berbudaya menuju Sejahtera menjadi sesuatu yang konkrit dan dapat diukur, maka perlu adanya suatu indikator yang dapat digunakan sebagai acuan pencapaian visi dan misi secara makro. Indikator tersebut terdiri dari indikator ekonomi dan sosial makro yang bermuara pada indikator IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Untuk itu, indikator komposit dari IPM tersebut, senantiasa dijadikan alat ukur untuk menelaah, merencanakan dan menganalisis kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Bogor. Pemilihan indikator komposit IPM sebagai indikator kinerja makro pembangunan sekaligus untuk ukuran pencapaian Visi Kabupaten Bogor, karena didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, antara lain sebagai berikut: 1. Dalam indikator IPM, terdapat ukuran kesejahteraan yang berkenaan dengan kebutuhan dasar penduduk, yaitu manusia yang berpengetahuan (indeks pendidikan), berumur panjang (indeks kesehatan) dan kemakmuran (indeks daya beli). 2. Dengan ukuran indikator IPM, berarti semua program/kegiatan pembangunan harus dipusatkan dan diarahkan sepenuhnya untuk memperbaiki harkat dan martabat manusia. 3. Indikator IPM menempatkan manusia sebagai tujuan terakhirnya, sedangkan upaya pembangunan yang dilakukan harus dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut. 41

5 No INDIKATOR KINERJA Tabel 3.3 Pencapaian Indikator Makro Kabupaten Bogor 2008 s.d 2013 Realisasi *) 2013**) Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Komposit a Angka Harapan Hidup (AHH) b Angka Melek Huruf (AMH) c Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) Jumlah Penduduk (Jiwa) 4,505,679 4,643,186 4,771,932 4,857,612 4,989,939 5,111,769 3 Laju Pertumbuhan Penduduk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Rp) 58,389, ,083, ,800, ,032, ,905, ,670, Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Rp) 29,721, ,952, ,526, ,464, ,530, ,731, PDRB perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rp) 12,959, ,232, ,465, ,093, ,219, ,454, PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan (Rp) 6,596, ,666, ,816, ,095, ,320, ,576, Laju Pertumbuhan Ekonomi Inflasi NA Sumber: Bappeda Kab. Bogor Keterangan: *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara 42

6 Berikut ini rincian penjelasan dari indikator makro Kab. Bogor: 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM); Gambar 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Komposit Kabupaten Bogor Salah satu indikator yang mengukur kualitas SDM adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana yang menjadi parameternya adalah bidang kesehatan, yaitu Angka Harapan Hidup (AHH); bidang pendidikan, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) dan Angka Melek Huruf (AMH). Indeks IPM Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 73,45 poin. IPM Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,37 poin atau 0,51% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebesar 73,08 poin. Jika dilihat tren IPM Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 5 tahun (2008 s.d 2013), indikator IPM mengalami kenaikan dalam setiap tahunnya. Kriteria capaian IPM Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran masyarakat Kabupaten Bogor dapat dikelompokkan pada skala ordinal 66 IPM < 80 atau kategori menengah atas. IPM Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 2,79 poin atau 3,95% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 70,66 poin, selengkapnya disajikan pada gambar

7 a. Angka Harapan Hidup (AHH); Gambar 3.2 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bogor Salah satu indikator dalam bidang kesehatan yaitu Angka Harapan Hidup atau Life Expectancy Rate merupakan salah satu nilai komposit dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 70,00 tahun. AHH Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,3% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebesar 69,70 tahun. Peningkatan angka harapan hidup dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dapat menggambarkan keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya, yang dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. AHH Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 1,97% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 68,03 tahun, selengkapnya disajikan pada gambar

8 b. Angka Melek Huruf (AMH); Gambar 3.3 Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Bogor Salah satu kebutuhan dasar penduduk untuk berkomunikasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Secara matematis, Angka Melek Huruf (AMH) memperlihatkan rasio antara jumlah penduduk yang dapat membaca/menulis dengan jumlah penduduk berusia di atas 10 tahun. Angka Melek Huruf (AMH) yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 95,35%. AMH Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,08% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebesar 95,27%. Angka Melek Huruf (AMH) selama kurun waktu 5 (lima) tahun mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Indikator ini juga dapat menggambarkan mutu dari SDM yang ada pada suatu wilayah yang diukur dalam aspek pendidikan, karena semakin tinggi angka kecakapan baca tulis maka semakin tinggi pula mutu dan kualitas SDM. AMH Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 1,97% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 93,59%, selengkapnya disajikan pada gambar

9 c. Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS); Gambar 3.4 Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) Kabupaten Bogor Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) menunjukkan rata-rata lamanya penduduk berumur 15 (lima belas) tahun ke atas yang bersekolah. Indikator ini mempunyai kegunaan untuk melihat kualitas penduduk dalam hal mengenyam pendidikan formal. Tingginya angka Rata-rata Lama Sekolah (RRLS) menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka RRLS maka semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya. Rata-Rata Lama Sekolah (RRLS) yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 8,04 tahun. RRLS Kabupaten Bogor tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,50% apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 sebesar 8,00 tahun. Pencapaian RRLS Kabupaten Bogor dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya, ini berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan masyarakat Kabupaten Bogor dalam mengenyam pendidikan formal. RRLS Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 0,84% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 7,20 tahun. Selengkapnya disajikan pada gambar

10 2. Jumlah Penduduk (Jiwa); Gambar 3.5 Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Bogor Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebanyak 5,111,769 jiwa. Penduduk Kabupaten Bogor mengalami kenaikan sebesar 121,830 jiwa atau 2,44% apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2012 yang berjumlah 4,989,939 jiwa. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) jumlah penduduk Kabupaten Bogor mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 13,45% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 4,505,679 jiwa. Selengkapnya disajikan pada gambar Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP); Gambar 3.6 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Bogor

11 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebanyak 2,44%. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bogor tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,08% apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 2012 sebesar 2,52%. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) jumlah penduduk Kabupaten Bogor mengalami trend peningkatan maupun penurunan setiap tahunnya. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami penurunan sebesar 20,78% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 3,08%. Selengkapnya disajikan pada gambar Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK); Gambar 3.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Bogor TPAK mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labor supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 65,27%. TPAK Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,61% apabila dibandingkan dengan capaian pada 48

12 tahun 2012 sebesar 65,11%. Hal ini berarti pada tahun 2013 besaran dari pasokan tenaga kerja yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa meningkat dari tahun TPAK Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 4,30% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 63,01%. Selengkapnya disajikan pada gambar Jumlah Penduduk Miskin; Gambar 3.8 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Bogor Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor mengalami fluktuatif, dalam kurun waktu tersebut jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor paling banyak terjadi di tahun 2008 dan 2010, dimana jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada saat itu sebanyak ribu jiwa, dan ribu jiwa. Kenaikan jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor yang cukup tinggi, yaitu sebesar 3,15%. Fenomena ini menunjukan bahwa penambahan jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap kenaikan jumlah penduduk miskin. Sementara melihat kondisi akhir tahun 2013, Jumlah penduduk miskin Kabupaten Bogor tercatat sebanyak ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin Kabupaten Bogor mengalami penurunan sebesar 400 ratus jiwa, apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin tahun 2012 sebesar ribu jiwa. Dalam 49

13 kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) jumlah penduduk miskin Kabupaten Bogor mengalami trend peningkatan maupun penurunan yang beragam setiap tahunnya, hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi di setiap tahunnya, salah satunya kondisi ekonomi yang terjadi pada saat itu, akan berpengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan angka jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor. 6. Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB; Gambar 3.9 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) atas Harga Berlaku Kabupaten Bogor Gambar 3.10 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) atas Harga Konstan Kabupaten Bogor

14 Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2008 s.d 2013) Nilai PDRB atas harga berlaku mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya, hal ini berarti pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dalam 5 (lima) tahun terakhir. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 diprediksi mencapai Rp109,67 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 14,35 persen dari tahun sebelumnya. Berikut ini sektor-sektor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2011 dan 2013: Tabel 3.4 Nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor NO. LAPANGAN USAHA 2012*) 2013**) Distribusi Pertumbuh (1) (2) (3) (4) (5) (6) an I SEKTOR PRIMER 4,946, ,174, Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3,584, ,492, Pertambangan & Penggalian 1,362, ,682, II SEKTOR SEKUNDER 64,040, ,287, Industri Pengolahan 57,150, ,192, Listrik, Gas dan Air 2,804, ,123, Konstruksi 4,085, ,971, III SEKTOR TERSIER 26,918, ,209, Perdagangan, Hotel & Restoran 18,547, ,665, Pengangkutan & Komunikasi 4,001, ,672, Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 1,412, ,608, Jasa-jasa 2,956, ,263, PDRB KABUPATEN BOGOR 95,905, ,670, Sumber : Bappeda Kab. Bogor Keterangan : *)= Angka Perbaikan **) = Angka Sementara Dari Tabel diatas sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp63,17 trilyun atau memiliki andil sebesar 57,60 persen terhadap total PDRB. Berikutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp18,55 trilyun (19,34 persen). Sedangkan sektor yang memiliki peranan relatif kecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp1,58 trilyun (1,44 persen). Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, menunjukkan bahwa kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok 51

15 sektor sekunder pada tahun 2013 mencapai Rp71,26 trilyun, atau meningkat 11,28 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 19,74 persen yaitu dari Rp26,92 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp32,23 trilyun pada tahun Sedangkan kelompok primer meningkat sebesar 24,82 persen atau dari Rp4,95 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp6,17 trilyun pada tahun Tabel 3.5 Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah) NO. LAPANGAN USAHA 2012*) 2013**) Distribusi Pertumbuh an (1) (2) (3) (4) (5) (6) I SEKTOR PRIMER , ,45 5,63 9,10 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan , ,29 4,54 9,39 2 Pertambangan & Penggalian , ,15 1,09 7,91 II SEKTOR SEKUNDER , ,25 67,30 4,78 3 Industri Pengolahan , ,59 60,07 4,45 4 Listrik, Gas dan Air , ,92 3,56 3,99 5 Konstruksi , ,73 3,67 11,30 III SEKTOR TERSIER , ,17 27,07 8,60 6 Perdagangan, Hotel & Restoran , ,02 18,14 9,89 7 Pengangkutan & Komunikasi , ,71 3,20 8,60 8 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan , ,03 1,81 5,80 9 Jasa-jasa , ,41 3,92 4,23 PDRB KABUPATEN BOGOR Sumber: Bappeda Kab. Bogor Catatan: *) = Angka Perbaikan **) = Angka Sementara , ,87 100,00 6,03 Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB atas harga konstan tahun 2013 diprediksi mengalami peningkatan sebesar 6,03 persen, yaitu dari Rp36,53 triliun pada tahun 2012 naik menjadi Rp38,73 triliun pada tahun Kinerja kelompok sektor primer tahun 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 9,10 persen dari tahun sebelumnya, kelompok sektor sekunder meningkat 4,78 persen, dan kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 8,60 persen. Tabel 1.11 menunjukkan nilai PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Bogor beserta distribusi dan pertumbuhannya pada tahun 2012 dan

16 Tabel 3.5 menunjukkan bahwa kinerja perekonomian tertinggi dicapai oleh sektor konstruksi yang mendorong pertumbuhan sebesar 11,30 persen. Terlaksananya berbagai pembangunan infrastruktur serta kemudahan dan adanya subsidi bunga kepemilikian rumah meningkatkan kinerja perekonomian sektor konstruksi. Kinerja yang cukup tinggi juga ditunjukkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 9,89 persen. Kinerja sektor ini didukung oleh kinerja subsektor perdagangan yang mencapai 9,99 persen karena adanya peningkatan output berbagai barang dan jasa di Kabupaten Bogor. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan juga menunjukkan kinerja yang membaik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, sektor ini tumbuh sebesar 9,39 persen yang didorong oleh program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah mulai memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa nilai PDRB, baik berdasarkan harga konstan maupun berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi makro, kondisi ekonomi Kabupaten Bogor relatif meningkat, yang ditunjukkan oleh angka laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 berdasarkan harga konstan mencapai 6,03 persen. Sisi lainnya, indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro salah satunya adalah pendapatan per kapita per tahun. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. PDRB per kapita dapat dijadikan pendekatan untuk indikator pendapatan per kapita. Pada tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor (yang dihitung dari angka PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama). Gambar 3.11 dan Gambar 3.12 memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku naik menjadi Rp21,45 juta dari tahun sebelumnya Rp19,22 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 11,63 persen pada tahun

17 Gambar 3.11 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rp) Kabupaten Bogor Gambar 3.12 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (Rp) Kabupaten Bogor Peningkatan PDRB per kapita di atas, masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat di Kabupaten Bogor secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat secara riil dapat digunakan PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga 54

18 konstan. Bila dilihat atas dasar harga konstan, PDRB per kapita atas dasar harga konstan naik menjadi Rp7,58 juta dari tahun sebelumnya Rp7,32 juta perkapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 3,49 persen pada tahun Jika dibandingkan kenaikan PDRB atas harga berlaku dan konstan, maka kenaikan PDRB perkapita atas harga berlaku mencatatkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan harga konstan. Hal ini disebabkan pengaruh kenaikan harga-harga barang dan jasa. 7. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Indikator laju pertumbuhan ekonomi, dimana dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir (2009 s.d 2013) mengalami kenaikan, meskipun pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun LPE Kabupaten Bogor yang berhasil dicapai tahun 2013 sebesar 6,03%. LPE Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,04% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebesar 5,99%. LPE Kabupaten Bogor selama 5 Tahun mengalami peningkatan sebesar 8,06% apabila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 sebesar 5,58%. Selengkapnya disajikan pada gambar Gambar 3.13 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor

19 3.3 Evaluasi Pencapaian Sasaran dan Pengukuran Kinerja Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bogor maka untuk mewujudkan visi Kabupaten Bogor, yaitu Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang Bertaqwa, Berdaya dan Berbudaya menuju Sejahtera dicapai dengan 7 misi. Untuk mewujudkan 7 misi tersebut dicapai dengan 60 sasaran dan 514 indikator. Secara umum Pemerintah Kabupaten Bogor telah dapat melaksanakan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Dari 60 sasaran dan 514 indikator kinerja, pencapaian indikator kinerja sasaran adalah sebagai berikut: No Kategori Jumlah Indikator Kinerja 1 Misi 1 (29 Indikator Sasaran) Sangat Baik Baik Sekali Baik Cukup - - Kurang Misi 2 (168 Indikator Sasaran) Sangat Baik Baik Sekali Baik Cukup Kurang Misi 3 (86 Indikator Sasaran) Sangat Baik Baik Sekali Baik Cukup Kurang Misi 4 (59 Indikator Sasaran) Sangat Baik Baik Sekali Baik Cukup Kurang Misi 5 (56 Indikator Sasaran) Sangat Baik Baik Sekali Baik Cukup - - Kurang

20 No Kategori Jumlah Indikator Kinerja 6 Misi 6 (133 Indikator Sasaran) Sangat Baik Baik Sekali Baik Cukup Kurang Misi 7 (1 Indikator Sasaran) Sangat Baik Baik Sekali - - Baik - - Cukup - - Kurang - - Misi Pertama: Meningkatkan Kesolehan Sosial Masyarakat dalam Kehidupan Kemasyarakatan Misi Pertama Dicapai dengan 8 (delapan) sasaran, yaitu: 1. Meningkatnya pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya; 2. Meningkatnya kualitas SDM dan prasarana peribadatan serta lembaga pendidikan keagamaan; 3. Meningkatnya harmonisasi hubungan antar dan intra umat beragama; 4. Meningkatnya pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 5. Meningkatnya kemajuan seni budaya dan lingkung seni serta terpeliharanya dan terlindunginya situs maupun benda-benda kepurbakalan; 6. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan; 7. Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi dalam pembangunan; 8. Meningkatnya kesejahteraan fakir miskin, penyandang cacat dan penyandang masalah sosial lainnya. Rata-rata pencapaian sasaran Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2013 pada Misi pertama. sebesar 108,95%, pencapaian tersebut termasuk dalam kategori Sangat Baik. Adapun rincian per sasaran untuk mendukung pencapaian misi ini adalah sebagai berikut: 57

21 1. Sasaran pertama yaitu Meningkatnya pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya, rata-rata tercapai sebesar 98,55%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: No IndikatorSasaran Satuan 1 Rasio tempat ibadah per satuan penduduk Tabel 3.6 Evaluasi Pencapaian Sasaran 1 pada Misi 1 Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Bagi Umat Beragama dalam Melaksanakan Ibadahnya Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi % Rata - rata Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran pertama untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 1 (satu) indikator sasaran, yaitu Rasio tempat ibadah per satuan penduduk pada tahun 2013 dari target 3,45% terealisasi sebesar 3,40% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 98,55% kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 92,67% meningkat sebesar 5,88%. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor lebih pesat dibandingkan dengan penambahan sarana ibadah, Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 2,35% dari 1,05% menjadi 3,40%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Sekretariat Daerah, dengan 1 (satu) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau capaiannya sebesar 87,20%. Sasaran ini dicapai dengan 1 (satu) program, yaitu: 1. Program Fasilitasi Kerukunan Umat Beragama. dengan anggaran sebesar Rp ,00 2. Sasaran kedua yaitu Meningkatnya kualitas SDM dan prasarana peribadatan serta lembaga pendidikan keagamaan, rata-rata tercapai sebesar 98,55%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: 58

22 No IndikatorSasaran Satuan 1 Rasio tempat ibadah per satuan penduduk Tabel 3.7 Evaluasi Pencapaian Sasaran 2 pada Misi 1 Meningkatnya Kualitas SDM dan Prasarana Peribadatan Serta Lembaga Pendidikan Keagamaan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi % Rata - rata Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran kedua untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 1 (satu) indikator sasaran, yaitu Rasio tempat ibadah per satuan penduduk pada tahun 2013 dari target 3,45% terealisasi sebesar 3,40% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 98,55% kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 92,67% meningkat sebesar 5,88%. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor lebih pesat dibandingkan dengan penambahan sarana ibadah. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 2,35% dari 1,05% menjadi 3,40%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Sekretariat Daerah, dengan 1 (satu) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau capaiannya sebesar 87.20%. Sasaran ini dicapai dengan 1 (satu) program, yaitu: 1. Program Fasilitasi Kerukunan Umat Beragama. dengan anggaran sebesar Rp ,00 3. Sasaran ketiga yaitu Meningkatnya harmonisasi hubungan antar dan intra umat beragama, rata-rata tercapai sebesar 100,00%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: No IndikatorSasaran Satuan Tabel 3.8 Evaluasi Pencapaian Sasaran 3 pada Misi 1 Meningkatnya Kualitas SDM dan Prasarana Peribadatan Serta Lembaga Pendidikan Keagamaan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi 1 Kegiatan forum koordinasi kegiatan

23 No IndikatorSasaran Satuan antar umat beragama Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi Rata - rata Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran kedua untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 1 (satu) indikator sasaran, yaitu Kegiatan forum koordinasi antar umat beragama pada tahun 2013 dari target 6 kegiatan terealisasi sebesar 6 kegiatan sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 100,00%. Kondisi tersebut mengalami pencapaian yang sama apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, yaitu sebesar 100,00%. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 6,00% dari 0,00% menjadi 6,00%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya harmonisasi hubungan antar dan intra umat beragama dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik. dengan 1 (satu) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau capaiannya sebesar 92,75%. Sasaran ini dicapai dengan 1 (satu) program, yaitu: 1. Program Pendidikan Politik Masyarakat. dengan anggaran sebesar Rp ,00 4. Sasaran keempat yaitu Meningkatnya pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, rata-rata tercapai sebesar 94,00%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori baik sekali. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.9 Evaluasi Pencapaian Sasaran 4 pada Misi 1 Meningkatnya pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda dan peraturan perundang-undangan yang berlaku No IndikatorSasaran Satuan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi 1 Penegakan PERDA % Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman,keindahan) di %

24 No IndikatorSasaran Satuan Kabupaten Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi Cakupan patroli petugas Sat 3 Pol PP 4 Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan Rasio Jumlah Polisi Pamong 5 Praja per penduduk Angka kriminalitas yang 6 tertangani Hari 1,095 1, ,460 1, Rasio Angka Angka Angka Kriminalitas Angka Jumlah demo Demo Rata rata Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran keempat untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 8 (delapan) indikator sasaran, yaitu: 1) Penegakan PERDA pada tahun 2013 dari target 14,65% terealisasi sebesar 15,37% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 104,91%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,27% meningkat sebesar 4,64%. Hal ini terjadi karena salah satu kegiatan yang melebihi target dan menjadi fokus kegiatan tahun 2013 adalah penertiban bangunan tanpa ijin/vila di kawasan Puncak dari target jumlah bangunan yang ditertibkan 200 bangunan terrealisasi sejumlah 211 bangunan atau sebesar 105%. 2) Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman,keindahan) di Kabupaten pada tahun 2013 dari target 14,65% terealisasi sebesar 15,37% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 104,91%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,27% meningkat sebesar 4,64%. 3) Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan pada tahun 2013 dari target terealisasi sebesar sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 49,26%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,08% menurun sebesar 50,82%, Hal ini terjadi karena pada tahun 2012 Sat Pol PP belum melakukan pendataan sehingga data yang diambil adalah data sebelumnya dari pemegang fungsi linmas (sebelumnya Fungsi Linmas 61

25 terdapat di Kantor Kesbang) kemudian pada tahun 2013 Sat Pol PP melalui Unit Sat Pol PP yang ada di Kecamatan melakukan pendataan sehingga diperoleh angka 7984 poskamling aktif di 434 Desa/kelurahan. 4) Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10,000 penduduk pada tahun 2013 dari target 0.87 terealisasi sebesar 0.89 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 102,30%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 111,25% menurun sebesar 50,82%. Hal ini terjadi karena data jumlah linmas yang digunakan yaitu anggota linmas yang mendapatkan insentif yaitu 10 orang perdesa (4340 linmas) masih sama di tahun 2013 yang membedakan hanya jumlah penduduk yang ditahun 2013 yaitu mencapai 5,111,769. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,04 dari 0,85 menjadi 0,89, 5) Angka kriminalitas yang tertangani pada tahun 2013 dari target 9,22 terealisasi sebesar 3,7 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 40,13%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 46,50% menurun sebesar 6,37%. Hal ini terjadi karena data tersebut data jumlah kriminalitas yang tertangani dari POLRES Bogor, turunnya angka krimalitas yang tertangani diakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk menangani satu kasus berbeda, kemudian jumlah SDM di kepolisian pun terbatas tidak seimbang dengan jumlah tindak pidana yang dilaporkan ke Kepolisian. 6) Angka kriminalitas pada tahun 2013 dari target 9,22 terealisasi sebesar 8,02 sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 113,02%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 118,84% menurun sebesar 5,82%. Hal ini terjadi karena meningkatnya tindak pidana yang terjadi dan dilaporkan sedangkan faktor penyebabnya kondisi psikologis, sosial, ekonomi dan unsur moral serta keagamaan. 7) Jumlah demo pada tahun 2013 dari target 16 demo terealisasi sebesar 22 demo sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 137,50%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 133,31% meningkat sebesar 62

26 4,19%. Hal ini terjadi karena maraknya demo/unjukrasa Buruh di tahun 2013 yang menuntut dihapuskannya sistem kerja outsourcing dan kenaikan Upah minimum Kabupaten. Sedangkan indikator Cakupan patroli petugas Sat Pol PP pada tahun 2013 mengalami pencapaian kinerja yang sama dengan capaian kinerja tahun 2012, yaitu telah mencapai 100%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Satuan Polisi Pamong Praja, dengan 8 (delapan) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau capaiannya sebesar 93,04%. Sasaran ini dicapai dengan 3 (tiga) program, antara lain: 1. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan. dengan anggaran sebesar Rp ,00 2. Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat sebesar Rp ,00 3. Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan sebesar Rp ,00 5. Sasaran kelima yaitu Meningkatnya kemajuan seni budaya dan lingkung seni serta terpeliharanya dan terlindunginya situs maupun benda-benda kepurbakalan, rata-rata tercapai sebesar 544,00%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.10 Evaluasi Pencapaian Sasaran 5 pada Misi 1 Meningkatnya kemajuan seni budaya dan lingkung seni serta terpeliharanya dan terlindunginya situs maupun benda-benda kepurbakalaan No IndikatorSasaran Satuan Penyelenggaraan festival seni budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan Tampila n Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi Event % Jumlah grup kesenian Grup

27 No IndikatorSasaran Satuan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi 5 Jumlah gedung kesenian Buah Rata rata Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran kelima untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 5 (lima) indikator sasaran, antara lain: 1) Penyelenggaraan festival seni budaya pada tahun 2013 dari target 55 tampilan terealisasi sebanyak 77 tampilan sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 140,00%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 104,00% meningkat sebesar 36,00%. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 69 tampilan dari 8 tampilan menjadi 77 tampilan. 2) Jumlah Grup Kesenian pada tahun 2013 dari target 5 grup terealisasi sebesar 114 grup sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 2280,00%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% meningkat sebesar 2180,00%. Hal ini terjadi karena jumlah sanggar seni yang terdata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2013 sebanyak 223 sanggar, penambahan yang cukup besar ini disebabkan pada tahun 2013 terdapat kegiatan fasilitasi sarana dan prasarana sanggar seni dengan anggaran sebesar Rp ,00. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu peningkatan kualitas sarana dan prasarana sanggar seni. Dengan adanya kegiatan ini membuat banyak sanggar seni yang sebelumnya tidak aktif dikarenakan alatalat kesenian mereka sudah banyak yang rusak menjadi aktif kembali. Hal ini mengakibatkan pencapaian kinerja meningkat dari yang ditargetkan sebelumnya sebanyak 5 grup kesenian terealisasi sebanyak 114 grup seni. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 24 grup dari 90 grup menjadi 114 grup. Sedangkan indikator Sarana penyelenggaraan seni dan budaya, Benda situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan, indikator Jumlah gedung kesenian, dan 64

28 Indikator Jumlah grup kesenian pada tahun 2013 mengalami pencapaian kinerja yang sama dengan capaian kinerja tahun 2012, yaitu telah mencapai 100%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya kemajuan seni budaya dan lingkung seni serta terpeliharanya dan terlindunginya situs maupun benda-benda kepurbakalan dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Dinas Kebuadayaan dan Pariwisata, dengan 5 (lima) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau capaiannya sebesar 96,42%. Sasaran ini dicapai dengan 3 (tiga) program. antara lain: 1. Program Pengembangan Nilai Budaya, dengan anggaran sebesar Rp ,00 2. Program Pengelolaan Keragaman Budaya, dengan anggaran sebesar Rp ,00 3. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya sebesar Rp ,00 6. Sasaran keenam yaitu Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, rata-rata tercapai sebesar 95,32%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori baik sekali. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.11 Evaluasi Pencapaian Sasaran 6 pada Misi 1 Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan No IndikatorSasaran Satuan Peningkatan pemahaman masyarakat tentang perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak jumlah tenaga kerja di bawah umur Partisipasi angkatan kerja perempuan partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Partisipasi perempuan di lembaga swasta Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi Orang % % % % Rata rata Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran keenam untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 5 (lima) indikator sasaran, antara lain: 65

29 1) Peningkatan pemahaman masyarakat tentang perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak pada tahun 2013 dari target 600 orang terealisasi sebesar 500 orang sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 83,33%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 16,67%. Hal ini disebabkan masih rendahnya pemahaman masyarakat di Kabupaten Bogor untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 200 orang dari 300 orang menjadi 500 orang. 2) jumlah tenaga kerja di bawah umur pada tahun 2013 dari target 0,44% terealisasi sebesar 0,46% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 95,45%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 4,55%. 3) Partisipasi angkatan kerja perempuan pada tahun 2013 dari target 50,30% terealisasi sebesar 50,15% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 99,70%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 0,30%. Hal ini terjadi karena semakin terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya angkatan kerja perempuan yang mengalami PHK pada tahun Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 4,76% dari 45,39% menjadi 50,15%. 4) partisipasi perempuan di lembaga pemerintah pada tahun 2013 dari target 16,70% terealisasi sebesar 16,40% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 98,20%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 1,80%. Hal ini terjadi karena masih terbatasnya partisipasi perempuan aktif dan bekerja di lembaga pemerintah, Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,40% dari 16,00% menjadi 16,40%. 66

30 5) Partisipasi perempuan di lembaga swasta pada tahun 2013 dari target 44,60% terealisasi sebesar 44,55% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 99,89%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% menurun sebesar 0,11%. Hal ini terjadi karena banyaknya angkatan kerja perempuan yang mengalami PHK pada tahun Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 0,15% dari 44,40% menjadi 44,55%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dengan 5 (lima) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau capaiannya sebesar 96,06%. Sasaran ini dicapai dengan 3 (tiga) program, antara lain: 1. Program Keserasian Kebijakan Kualitas Anak dan Perempuan, dengan anggaran sebesar Rp ,00 2. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak, dengan anggaran sebesar Rp ,00 3. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan, dengan anggaran sebesar Rp ,00 7. Sasaran ketujuh yaitu Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi dalam pembangunan, rata-rata tercapai sebesar 135,43%, maka pencapaian sasaran tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun rincian indikator sasaran ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.12 Evaluasi Pencapaian Sasaran 7 pada Misi 1 Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi dalam pembangunan No IndikatorSasaran Satuan 1 Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi % Rasio KDRT %

31 No IndikatorSasaran Satuan 3 Terbentuknya kecamatan ramah anak Kec/de sa Target Tahun 2012 Tahun 2013 Realisasi Target Realisasi 1/2 ½ /2 1/ Rata rata Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sasaran ketujuh untuk mewujudkan misi pertama diperoleh melalui penjabaran indikator sasaran sebanyak 3 (tiga) indikator sasaran, yaitu: 1) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan pada tahun 2013 dari target 36,84% terealisasi sebesar 39,37% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 106,87%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 100,00% meningkat sebesar 6,87%. Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi awal kinerja tahun 2008, capaian kinerja mengalami peningkatan sebesar 15,84% dari 23,53% menjadi 39,37%. 2) Rasio KDRT pada tahun 2013 dari target 0,007% terealisasi sebesar 0,00004% sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 199,43%. Kondisi tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, dimana capaian pada tahun 2012 sebesar 199,49% menurun sebesar 0,06% menjadi 199,43% pada tahun Hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya tindak kekerasan terhadap perempuan, serta meningkatnya jumlah kasus pengaduan kekerasan perempuan yang telah diselesaikan. Sedangkan indikator Terbentuknya kecamatan ramah anak pada tahun 2013 mengalami pencapaian kinerja yang sama dengan capaian kinerja tahun 2012, yaitu telah mencapai 100%. Dalam mewujudkan sasaran Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari bentuk kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi dalam pembangunan dicapai oleh 1 (satu) OPD, yaitu Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, dengan 3 (tiga) indikator sasaran. Anggaran pada sasaran ini sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau capaiannya sebesar 96,09%. Sasaran ini dicapai dengan 2 (dua) program, antara lain: 68

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 ini merupakan rangkaian dan mekanisme dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor yang

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI PARIGI MOUTONG NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGII MOUTONG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai kean dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran

Lebih terperinci

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 ini merupakan rangkaian dan mekanisme dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : H.

Lebih terperinci

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Data capaian IPM Kabupaten Temanggung tahun 2013 belum dapat dihitung karena akan dihitung secara nasional dan akan diketahui pada Semester II tahun 2014. Sedangkan data lain pembentuk IPM diperoleh dari

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BOGOR

2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

1.1. Tabel Luas Wilayah Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tabel Tata Guna Lahan... 5

1.1. Tabel Luas Wilayah Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tabel Tata Guna Lahan... 5 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... viii Ikhtisar Eksekutif... x BAB I PENDAHULUAN... 1 I. Latar Belakang... 1 II. Maksud dan Tujuan... 2 III. Gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

B A B II EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2002, TAHUN 2003, DAN INDIKATOR PENCAPAIAN TAHUN 2004

B A B II EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2002, TAHUN 2003, DAN INDIKATOR PENCAPAIAN TAHUN 2004 II EVLUSI KINERJ PEMNGUNN THUN 2002, THUN 2003, DN INDIKTOR PENCPIN THUN 2004 2.1 Evaluasi Kinerja Pembangunan Tahun 2002 dan 2003 Indikator kinerja pembangunan terdiri dari indikator ekonomi dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO, KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013

GUBERNUR GORONTALO, KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013 GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 277 / 02/ VII / 2013 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012-2017 GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015 DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 30 / KPTS / I / 2015 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 30 / KPTS / I / 2015 TENTANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 30 / KPTS / I / 2015 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA TAHUN 2010 2015 BUPATI LINGGA Menimbang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a Jabatan :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BAB IV PENUTUP

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada hakekatnya adalah proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik berdasarkan prinsip prinsip tranparansi, akuntabilitas, partisipatif, adanya

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

PERENCANAAN KINERJA DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS PERENCANAAN KINERJA DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS Disampaikan oleh Drs. Ika Darmaiswara Kepala Bappeda Kabupaten Ciamis Pada Acara Penguatan SAKIP Ciamis, 20 Oktober

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah. Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Gowa ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor: 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN 102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kondisi makro ekonomi Kabupaten Kebumen Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 9 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Riau 2005-2025, maka Visi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang isi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tercantum dalam Perda Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Jawa Barat, yaitu Dengan Iman dan Taqwa Jawa

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci