TEORI LEGITIMASI KEKUASAAN. Pamungkas Satya Putra

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEORI LEGITIMASI KEKUASAAN. Pamungkas Satya Putra"

Transkripsi

1 1 TEORI LEGITIMASI KEKUASAAN

2 2 Legitimasi Legitimize (Bahasa Inggris). Anglo Saxon: kualitas hukum dalam menerima putusan pengadilan. Eropa Kontinental: penerimaan dan pengakuan masyarakat tentang kewenangan, keputusan (beleid), atau kebijakan (policy top-bottom) pemimpin atau pemegang kekuasaan. Legislatif (Badan Perwakilan/ Legislator); Eksekutif (Badan Pelaksana/ Eksekutor); Yudikatif (Badan Peradilan/ Yudikator). Penerimaan masyarakat? Menerima atau menolak. Hubungan antara pemegang kekuasaan dan masyarakat.

3 3 Terdapat tiga (3) persoalan berkaitan dengan legitimasi: 1. Sumber Kekuasaan; 2. Pemegang kekuasaan (kekuasaan tertinggi/ kedaulatan); 3. Pengesahan kekuasaan.

4 4 SUMBER KEKUASAAN Dari manakah sumber/ asal kekuasaan: 1.Teori Teokrasi Sumber kekuasaan adalah Tuhan. 2.Teori Hukum Alam Kekuasaan berasal dari rakyat, yang berasal dari alam kodrat. Dari rakyat kemudian diserahkan pada Raja. (Ingat teori perjanjian langsung dan perjanjian bertingkat). 3.Teori Hukum Positif (George Jellinek dan Hans Kelsen) Kekuasaan berasal dari hukum yang ditetapkan dan disahkan oleh lembaga perwakilan rakyat. Segala sesuatunya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

5 5 PEMEGANG KEKUASAAN Siapakah yang menjadi sumber, pemilik dan pemegang kekuasaan? Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Jean Bodin: kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu negara. Kekuasaan: kemampuan dari seseorang/ sekelompok orang untuk mengubah berbagai tabiat/ sikap dalam suatu kebiasaan, menurut keinginannya, dan untuk mencegah perubahan tabiat/ sikap yang tidak menjadi keinginannya menjadi kebiasaannya.

6 6 PEMEGANG KEKUASAAN 1. TEORI KEDAULATAN TUHAN; 2. TEORI KEDAULATAN NEGARA; 3. TEORI KEDAULATAN RAKYAT; 4. TEORI KEDAULATAN HUKUM.

7 7 TEORI KEDAULATAN TUHAN Kekuasaan tertinggi/ kedaulatan adalah TUHAN. Siapakah wakil Tuhan di dunia, Raja/ Paus? AUGUSTINUS: yang mewakili Tuhan di dunia adalah PAUS. Kedudukan gereja yang dipimpin Paus lebih tinggi dari kedudukan negara yang diperintah RAJA. THOMAS AQUINAS: Kekuasaan RAJA dan PAUS sama, hanya tugasnya berlainan. RAJA dalam lapangan keduniawian, PAUS dalam lapangan keagamaan. MARSILLIUS: Negara lebih tinggi kedudukannya dari gereja. Negara adanya lebih dulu dari gereja.

8 8 TEORI KEDAULATAN NEGARA Kedaulatan itu tidak ada pada Tuhan, tapi ada pada NEGARA. Kemudian yang menciptakan hukum adalah NEGARA. Segala sesuatu tunduk pada NEGARA. JEAN BODIN: Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap warga negara dan rakyatnya, tanpa ada suatu pembatasan apapun dari undang-undang.

9 9 Jean Bodin Kekuasaan tertinggi ini adalah kekuasaan untuk membuat hukum di dalam suatu negara, yang sifatnya: 1.Tunggal: hanya negaralah yang memiliki kekuasaan; 2.Asli: kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain; 3.Abadi: bahwa yang mempunyai kedaulatan adalah negara yang adanya abadi. 4.Tidak dapat dibagi-bagi: kedaulatan tidak dapat diserahkan kepada pihak lain, baik sebagian atau seluruh.

10 10 GEORGE JELLINEK Hukum merupakan penjelmaan kehendak/ kemauan negara. Jadi negaralah yang menciptakan hukum, maka negara dianggap satu-satunya sumber hukum, dan negaralah yang memiliki kekuasaan tertinggi/ kedaulatan.

11 11 TEORI KEDAULATAN RAKYAT Kekuasaan tertinggi adalah rakyat. Jadi yang berdaulat adalah RAKYAT. Raja hanya merupakan pelaksana dari apa yang telah diputuskan atau dikehendaki oleh rakyat.

12 12 TEORI KEDAULATAN HUKUM Kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara adalah HUKUM; KRABBE: hukum itu tidaklah timbul dari kehendak negara dan hukum itu berlaku terlepas dari kehendak negara. Hukum merupakan penjelmaan dari salah satu bagian perasaan manusia, yaitu rasa hukum yang kemudian berkembang jadi kesadaran hukum.

13 13 LEGITIMASI KEKUASAAN L. DARI SEGI OBJEK L. DARI SEGI KRITERIA L. MATERI WEWENANG L.SUBJEK WEWENANG L. SOSIOLOGIS LEGALITAS L. ETIS

14 14 Legitimasi wewenang: mempertanyakan wewenang dari segi fungsinya. Legitimasi subjek wewenang: mempertanyakan dasar wewenang seseorang untuk membuat undang-undang/ peraturan. Legalitas: kesesuaian dengan hukum yang berlaku. Legalitas merupakan salah satu kemungkinan kriteria bagi keabsahan wewenang. Legalitas menuntut agar wewenang dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku. Legitimasi etis: mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dari segi norma moral.

15 15 KLASIFIKASI NEGARA

16 16 Yang dibahas adalah masalah kemungkinankemungkinan bentuk-bentuk negara. Bukan membicarakan bentuk negara yang telah ada. Dari kemungkinan kemudian diklasifikasikan. Jadi yang dibahas adalah ajaran mengenai kemungkinan bentuk-bentuk negara.

17 17 Menurut SOEHINO, belum ada kesatuan pendapat tentang kemungkinan bentuk negara. Mengapa? 1. Negara setiap waktu dapat mengalami perubahan; 2. Dalam perkembangan pemikiran negara dan hukum, peristilahan dalam ilmu kenegaraan sering mengalami perubahan pengertian; 3. Dalam mengadakan klasifikasi bentuk negara, para sarjana mempergunakan kriteria atau dasar yang berbeda-beda; 4. Para pemikir tentang negara dan hukum memberikan pengertian yang berbeda tentang negara; 5. Suatu istilah kadang-kadang mempunyai pengertian yang bermacam-macam.

18 18 Klasifikasi negara klasik-tradisional Monarki, Aristokrasi, Demokrasi Kriteria yang digunakan: 1. Susunan Pemerintahan: Jumlah orang yang memegang pemerintahan satu (1) orang, beberapa orang, atau rakyat; 2. Sifat Pemerintahannya: untuk kepentingan umum ini yang baik, untuk kepentingan penguasa ini yang jelek.

19 JUMLAH MEMERINTAH SIFAT PEMERINTAHAN BAIK JELEK 1 ORANG (TUNGGAL) MONARKI TYRANI BEBERAPA ORANG ARISTOKRASI OLIGARKI PADA PRINSIPNYA SELURUH RAKYAT POLITY DEMOKRASI 19

20 20 Bentuk yang jelek sering disebut bentuk kemerosotan dari bentuk yang baik. HOBBES tidak mengenal bentuk-bentuk kemerosotan. Baginya bentuk tirani, oligarki dan anarki hanya sebutan yang dipergunakan oleh mereka yang tidak puas dengan bentuk monarki, aristokrasi dan demokrasi. Apa yang dimaksud dengan ANARKI oleh Hobbes adalah sama dengan apa yang dimaksud dengan DEMOKRASI oleh Aristoteles. Apa yang dimaksud POLITY oleh Aristoteles adalah apa yang dimaksud dengan DEMOKRASI yang dikenal sampai sekarang.

21 21 KLASIFIKASI NEGARA DALAM BENTUK MONARKI & REPUBLIK Kriteria yang digunakan: CARA TERBENTUKNYA KEMAUAN NEGARA Karena negara dianggap sebagai suatu kesatuan yang mempunyai dasar-dasar hidup, sehingga negara mempunyai kehendak/ kemauan. Kemauan negara sifatnya abstrak, dan dalam bentuk yang konkrit menjelma sebagai hukum/ undang-undang.

22 22 CARA TERBENTUKNYA KEMAUAN NEGARA: 1. Terbentuk di dalam jiwa seseorang yang mempunyai wujud fisik, hanya ditentukan oleh satu orang tunggal. Negara yang mempunyai kemauan fisik disebut MONARKI. 2. Terbentuk di dalam suatu DEWAN. Dewan sifatnya abstrak dan berbentuk yuridis, karena pengertian dewan hanya di dalam hukum. Dewan yang beranggotakan sekelompok orang, ada karena ditetapkan oleh peraturan hukum, dewan ini dalam konstruksi hukum. Disebut KEMAUAN YURIDIS. Negara yang mempunyai kemauan yuridis disebut REPUBLIK.

23 23 LEON DUGUIT: Kriteria yang digunakan adalah CARA PENUNJUKKAN/ PENGANGKATAN KEPALA NEGARA: 1. Berdasarkan sistem/cara pewarisan: MONARKI 2. Tidak berdasarkan sistem pewarisan: REPUBLIK

24 24 KLASIFIKASI NEGARA MENURUT R.KRANENBURG Mengklasifikasikan kelompok manusia jadi 4 dengan kriteria yang digunakan: 1. Sifat kesetempatan, kelompok itu punya sifat setempat atau tidak setempat; 2. Sifat keteraturan, kelompok itu sifatnya teratur atau tidak teratur.

25 25 kelompok manusia itu adalah: 1. kelompok manusia yang sifatnya setempat tapi tidak teratur; 2. kelompok manusia yang sifatnya setempat dan teratur; 3. kelompok manusia yang sifatnya tidak setempat dan tidak teratur; 4. kelompok manusia yang sifatnya tidak setempat dan teratur;

26 26 Dalam kelompok subyektif ini diperlukan adanya pengaturan karena orang ingin memperoleh kepastian tentang sikap, tingkah laku dan perbuatannya. Maka perlu ada pembuat peraturan atau badan legislatif. Perlu ada badan yang melaksanakan peraturan atau badan eksekutif. Perlu ada badan yang mengawasi pelaksanaan peraturan atau badan yudikatif.

27 27 Baik tidaknya suatu negara tergantung pada: 1. Hubungan fungsi dengan organnya; 2. Hubungan antara organ-organ itu satu sama lain. Itulah sebabnya maka dalam mengklasifikasikan negara R. KRANENBURG menggunakan kriteria: 1. Sifat hubungan antara fungsi-fungsi dengan organ-organ yang ada dalam negara itu; 2. Sifat dari organ itu sendiri.

28 28 KLASIFIKASI NEGARA Menurut R.KRANENBURG: 1. Negara di mana semua fungsi/kekuasaan negara dipusatkan pada satu (1) organ. Negara ini melaksanakan sistem absolut. Jika sistem absolut dikombinasikan dengan sifat organ akan menghasilkan; a. Monarki absolut; b. Aristokrasi/ Oligarki absolut; c. Demokrasi absolut.

29 29 KLASIFIKASI NEGARA Menurut R.KRANENBURG: 2. Negara di mana fungsi/kekuasaan negara dipisah-pisahkan, kemudian diserahkan pada beberapa orang. a. Negara dengan sistem pemerintahan presidensiil. Jika negara melaksanakan sistem pemisahan kekuasaan secara tegas/sempurna. b. Negara dengan sistem pemerintahan parlementer. Jika negara melaksanakan sistem pemisahan kekuasaan, tetapi organ-organ tersebut (terutama legislatif & eksekutif) dapat saling mempengaruhi. c. Negara dengan sistem referendum. Jika negara melaksanakan sistem pemisahan kekuasaan tetapi pada prinsipnya badan eksekutif hanya bersifat sebagai badan pekerja dari badan legislatif, dan disertai kontrol langsung dari rakyat melalui referendum.

30 30 KLASIFIKASI NEGARA MENURUT HANS KELSEN Kriteria yang digunakan: 1. Sifat mengikatnya peraturan hukum yang dibuat oleh penguasa yang berwenang; a. Negara Heteronom; b. Negara Autonom. 2. Sifat keleluasaan penguasa/pemerintah dalam mengatur perikehidupan warganegaranya. a. Negara Totaliter/ Etatistis; b. Negara Liberal.

31 31 Negara HETERONOM: 1. Negara di mana pada asasnya peraturan hukum yang dikeluarkan penguasa hanya mengikat Warga Negara. 2. Penguasa cenderung membuat peraturan sebanyak mungkin. 3. Derajat pembatasan kebebasan pribadi Warga Negara bersifat maksimal. 4. Kebebasan pribadi Warga Negara bersifat minimum Negara AUTONOM: 1. Negara di mana pada asasnya peraturan yang dikeluarkan penguasa, kecuali mengikat Warga Negara juga mengikat si pembuat peraturan itu sendiri. 2. Penguasa cenderung membuat peraturan sesedikit mungkin. 3. Derajat pembatasan kebebasan pribadi Warga Negara bersifat minimum. 4. Kebebasan pribadi Warga Negara bersifat maksimum

32 32 NEGARA TOTALITER: 1. Negara di mana pada asasnya penguasa /negara mempunyai keleluasaan untuk mengatur segala segi kehidupan Warga Negaranya. 2. Penguasa cenderung mengeluarkan peraturan sebanyak mungkin. 3. Derajat kebebasan pribadi Warga Negaranya bersifat maksimum. 4. Kebebasan pribadi Warga Negaranya bersifat minimum NEGARA LIBERAL: 1. Negara di mana pada asasnya penguasa hanya dapat mengatur Warga Negaranya yang pokokpokok saja. 2. Derajat kebebasan pribadi Warga Negaranya bersifat minimum. 3. Kebebasan pribadi Warga Negaranya bersifat maksimum.

33 33 KESIMPULAN: Negara-negara yang memakai SISTEM AUTONOMI ada kecenderungan untuk merubah sistemnya ke arah SISTEM LIBERALISME. Negara-negara yang memakai SISTEM HETERONOM ada kecenderungan untuk merubah sistemnya ke arah SISTEM TOTALITER.

34 34 KLASIFIKASI NEGARA MENURUT MAC IVER Hanya ada 2 kemungkinan bentuk pemerintahan, yaitu: 1. OLIGARKI, (apabila dalam suatu negara, golongan kecil tidak bertanggung jawab terhadap rakyat). 2. DEMOKRASI, (apabila dalam suatu negara, golongan kecil yang memerintah itu bertanggung jawab terhadap rakyat). Jumlah orang yang banyak atau seluruh rakyat dalam kenyataannya tidak pernah memerintah. Pemerintahan senantiasa berada dalam tangan golongan kecil.

35 35 Karena bentuk-bentuk pemerintahan itu belum sempurna menerangkan bentuk-bentuk pemerintahan yang ada, maka Mac Iver mengadakan konspectus bentuk pemerintahan berdasarkan 4 kriteria

36 Dasar konstitusionil Dasar ekonomis Dasar persekutuan Struktur kedaulatan I. Oligarki Kerajaan 1. Ek Rkyt Pem Primitif 1. Pem Kesukuan 1. Pem Kesatuan 2. Kediktatoran 2. Pem Feodal 2. Pem Polis 2. Imperium Jajahan Depedency 3. Ketuhanan 3. Pem Kapitalis 3. Pem Negeri 3. Pem Federal 4. Kepemimpinan Jamak 4. Pem Sosialis 4. Pem Nasional II. Demokrasi Kerajaan - 5. Pem Multi Nas - 2. Republik - 6. Pem Dunia - 36

37 37 Catatan: Kalau kita akan menentukan suatu negara masuk golongan yang mana, maka dengan dasar kriteria tersebut dapat digunakan. Misalnya Indonesia: Dengan dasar konstitusional adalah republik Dengandasar ekonominya adalahsosialis Dengan dasar persekutuannya adalah negara nasional Dengan dasar kedaulatan adalah negara kesatuan

38 38 SUSUNAN NEGARA

39 39 Membicarakan bentuk-bentuk negara ditinjau dari segi susunannya: 1. Negara Kesatuan, negara yang bersusun tunggal 2. Negara Federasi, negara yang bersusun jamak

40 40 NEGARA KESATUAN/UNITARIS Hanya ada satu negara, tidak ada negara di dalam negara. Jadi hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam lapangan pemerintahan. Menurut C.F STRONG ada 2 ciri mutlak dari negara kesatuan: 1. Adanya supremasi dari parlemen pusat; 2. Tidak adanya badan-badan lain yang berdaulat. Dalam negara kesatuan, penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah pusat didaerahnya dilakukan dengan 2 asas: dekonsentrasi dan desentralisasi

41 41 Dekonsentrasi: pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabat-pejabatnya di daerah. Pelaksanaan asas dekonsentrasi menghasilkan Pemerintah Daerah Administratif/ Pemerintah Wilayah Administratif. Pemerintah ini merupakan wakil dari pusat dan tugasnya menyelenggarakan pemerintahan di daerah atas petunjuk Pemerintah Pusat. Desentralisasi: penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah (sekarang daerah kabupaten).

42 42 NEGARA FEDERAL Menurut C.F Strong diperlukan 2 syarat utk mewujudkan suatu federasi: 1. Harus ada semacam perasaan nasional (sense of nationality) di antara anggota kesatuan politik yang hendak berfederasi 2. Harus ada keinginan dari anggota-anggota kesatuan politik itu akan persatuan dan bukan kesatuan, karena apabila anggota-anggota itu menginginkan kesatuan maka bukan federasi yang terbentuk melainkan negara kesatuan

43 43 Negara Federal ditandai adanya 3 ciri: 1. Adanya supremasi konstitusi dalam mana federal itu terwujud; 2. Adanya pembagian kekuasaan antara negara federal dengannegara bagian; 3. Adanya lembaga yang diberi wewenang untuk menyelesaikan suatu perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.

44 44 BEDA NEGARA FEDERAL DENGAN NEGARA KESATUAN MENURUT KRANENBURG NEGARA KESATUAN: Organisasi bagian negara dalam garis besar oleh pembentuk UU Pusat. Wewenang pembentuk UU Pusat ditetapkan dalam rumusan yang umum dan wewenang pembentuk UU lokal tergantung pada badan pembentuk UU Pusat. NEGARA FEDERAL: Bagian suatu federasi memiliki pouvoir constituant dan wewenang mengatur organisasi sendiri dalam rangka konstitusi federal Wewenang pembentuk UU pusat untuk mengatur hal-hal tentang telah diperinci satu persatu dalam konstitusi federal

45 45 PERSERIKATAN NEGARA/KONFEDERASI Adalah suatu ikatan dari dua atau lebih negara yang berdaulat. Pembentukan suatu konfederasi tidak membentuk negara baru berdaulat. Komponen-komponen konfederasi itulah yang berdaulat, dan tetap dinamakan negara. Keanggotaan suatu konfederasi tidak menghilangkan kedaulatan negara-negara anggotanya. Karena itu konfederasi bukan merupakan negara. Konfederasi dibentuk untuk maksud-maksud tertentu, terutama maksud dalam bidang politik luar negeri dan pertahanan.

46 46 PERBEDAAN NEGARA FEDERAL DENGAN KONFEDERASI GEORG JELLINEK Ada pada siapakah kedaulatan itu, pada negara federalnya atau pada negara bagian. Apabila kedaulatan itu ada pada negara federalnya, maka negara itu disebut NEGARA FEDERAL. Apabila kedaulatan ada pada negara-negara bagian, maka negara itu disebut KONFEDERASI/ PERSERIKATAN NEGARA.

47 47 PERBEDAAN NEGARA FEDERAL DENGAN KONFEDERASI KRANENBURG Perbedaan itu terletak pada persoalan dapat atau tidaknya pemerintah federal/ gabungan membuat peraturan hukum yang langsung mengikat/ berlaku terhadap Warga Negara dari negara bagiannya. Apabila dapat membuat peraturan hukum yang langsung mengikat/ berlaku terhadap Warga Negara dari negara bagiannya disebut NEGARA FEDERAL. Apabila tidak dapat membuat peraturan hukum yang langsung mengikat/ berlaku terhadap Warga Negara dari negara bagiannya, dan masih memerlukan tindakan lain dari pemerintah negara bagiannya, disebut KONFEDERASI.

48 48 PERBEDAAN NEGARA FEDERASI DENGAN KONFEDERASI FEDERASI Dilengkapi jawatan pemerintahan sipil dan militer yang berada di bawah pengawasan eksklusif badan-badan pusat. Memiliki angkatan perang. Negara bagian suatu federasi tidak mudah melepaskan diri dari federasi. KONFEDERASI Tidak memiliki jawatan-jawatan tersebut. Hanya memiliki jawatan yang melakukan pekerjaanpekerjaan, penyelidikan & pelayanan. Bila dilengkapi angkatan perang maka hanya kontingen negaranegara anggota yang dalam kenyataannya tunduk pada perintah negara yang mengirimnya. Kerjasama dalam suatu konfederasi bergantung pada kemauan sukarela negara anggota. Anggota mudah melepaskan dari konfederasi.

49 49 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) Cara mencegah perang atau mempertahankan perdamaian. Menurut DANTE ALLEGHIERI mencita-citakan pembentukan negara dunia yang akan menghimpun umat manusia secara rukun dan damai. PBB dibentuk 26 Juni 1945 di San Fransisco, Amerika Serikat.

50 50 Tujuan PBB: 1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional; 2. Mengadakan hubungan persahabatan antara bangsabangsa; 3. Mengadakan kerjasama internasional dalam menyelesaikan masalah-masalah ekonomi, sosial, kultural atau humaniter dalam menjalankan dan memajukan HAM dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia tanpa perbedaan berdasarkan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama

51 51 Asas-asas PBB: 1. PBB didirikan atas dasar kedaulatan yang sederajat dari semua anggotanya; 2. Semua anggota harus melaksanakan dengan itikad baik semua kewajiban-kewajiban yang telah disetujui sesuai dengan ketentuan Piagam; 3. Sengketa-sengketa internasional akan diselesaikan dengan cara damai demikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak dibahayakan; 4. Semua anggota tidak akan mengancam atau menggunakan kekerasan terhadap keutuhan teritorial atau kemerdekaan setiap negara, atau dengan tiap cara lainnya yang tidak sesuai dengan Piagam PBB

52 52 5. Semua anggota harus membantu PBB dalam tindakannya yang diambil berdasarkan ketentuan-ketentuan Piagam dan tidak akan membantu negara mana terhadap siapa dilakukan tindakan-tindakan itu; 6. PBB harus menjamin agar negara-negara yang bukan anggota PBB bertindak sesuai dengan asas-asas yang ditetapkan oleh PBB; 7. PBB tidak akan mengadakan campur tangan dalam masalahmasalah dalam negeri dari setiap negara atau mengharuskan penyelesaian-penyelesaian masalah itu menurut ketentuanketentuan Piagam.

53 53 Badan-badan PBB Majelis Umum; Dewan Keamanan; Dewan Ekonomi dan Sosial; Dewan Perwalian; Mahkamah Internasional; Sekretaris Jenderal.

Kewarganegaraan. Negara dan Sistem Pemerintahan. Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

Kewarganegaraan. Negara dan Sistem Pemerintahan. Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen Modul ke: Kewarganegaraan Negara dan Sistem Pemerintahan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengertian Bentuk Negara (staats-vorm)

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: BENTUK NEGARA & SISTEM PEMERINTAHAN Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin PENGERTIAN Bentuk Negara (staats-vorm) berbicara mengenai organ negara atau

Lebih terperinci

Teori Kedaulatan. Makna Kedaulatan MACAM MACAM TEORI KEDAULATAN. Secara Sempit. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi suatu Negara.

Teori Kedaulatan. Makna Kedaulatan MACAM MACAM TEORI KEDAULATAN. Secara Sempit. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi suatu Negara. Teori Kedaulatan Makna Kedaulatan Secara Sempit Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi suatu Negara Secara Luas Kedaulatan adalah hak khusus untuk menajalankan kewenangan tertingi atas suatu wilayah atau

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO Modul ke: Kewarganegaraan Bab Negara dan Sistem Pemerintahan Fakultas FAKULTAS TEKNIK Yustiarti, M.Ikom Program Studi ELEKTRO www.mercubuana.ac.id Bab Negara dan Sistem Pemerintahan Pengertian Negara Berdasarkan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri

KLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri KLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri PEMBAGIAN SISTEM KETATANEGARAAN Bentuk Negara Bentuk Pemerintahan Sistem Pemerintahan Sistem Politik 1. Negara Kesatuan

Lebih terperinci

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN. Modul ke: 02TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN. Modul ke: 02TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Fakultas 02TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan

Lebih terperinci

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SUYATO

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SUYATO SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SUYATO LATAR BELAKANG Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki sistem pemerintahan presidenssil. Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN. Modul ke: 03Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN. Modul ke: 03Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: 03Fakultas Nurohma, FASILKOM NEGARA DAN PEMERINTAHAN S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika Pendahuluan DESKRIPSI Menjelaskan pengertian dan alasan terbentuknya negara, teori-teori

Lebih terperinci

NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN F I R M A N, S. S O S., M A

NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN F I R M A N, S. S O S., M A NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN F I R M A N, S. S O S., M A Organisasi yang mengatur hubungan orang-orang dalam sebuah kota atau polis (negara) Socrates Aristoteles: Negara adalah perpaduan beberapa keluarga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e f bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

Kewarganegaraan. Negara dan Sistem Pemerintahan MODUL PERKULIAHAN II. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Kewarganegaraan. Negara dan Sistem Pemerintahan MODUL PERKULIAHAN II. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN II Kewarganegaraan Negara dan Sistem Pemerintahan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MKCU MKCU 02 90003 Drs Sugeng Baskoro, M.M Abstract Bab ini menguraikan tentang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Negara dan Sistem Pemerintahan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi Pengertian Negara Menurut Para Ahli

Lebih terperinci

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN KEWARGANERAAN Modul ke: Fakultas 02FEB NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SYAMSUNASIR, S.SOS., M. M. Program Studi Management LATAR BELAKANG PERLUNYA NEGARA Menurut ahli tata negara Sokrates, Aristoteles dan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

D. Semua jawaban salah 7. Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya A. Terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah B. Tidak bertanggung

D. Semua jawaban salah 7. Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya A. Terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah B. Tidak bertanggung TATA NEGARA 1. Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas A. Kekuasaan belaka B. Lembaga negara C. Kedaulatan rakyat D. Majelis Permusyawaratan Rakyat 2. Pemerintah berdasar

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN.

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN. KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id 1. Latar Belakang Perlunya Negara Setiap manusia mempunyai negara, Mengapa?

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pandeglang, November Penulis

KATA PENGANTAR. Pandeglang, November Penulis KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami tentang Teori Kekuasaan Negara. Semoga bisa menjadi acuan dalam

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1994 Tata Negara

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1994 Tata Negara Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1994 Tata Negara EBTANAS-SMA-94-01 Bagian hukum tata negara yang mengatur tentang tata pelaksanaan undang-undang atau mengenai aktivitas kekuasaan eksekutif

Lebih terperinci

Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah - Perintah adalah perkataan yang bermakna

Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah - Perintah adalah perkataan yang bermakna Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah - Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau. - Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: 03Fakultas Gunawan PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Negara dan Sistem Pemerintahan Wibisono SH MSi Program Studi Negara dan Sistem Pemerintahan TUJUAN PERKULIAHAN: 1. Menjelaskan pengertian dan alasan

Lebih terperinci

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS. Modul ke: Kewarganegaraan Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan Fakultas Teknik Uly Amrina ST, MM Program Studi Teknik Industri Kode : 90003 Semester 1 2 SKS Negara Latar

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : PPKn Kelas / Sem : VIII / 1

Mata Pelajaran : PPKn Kelas / Sem : VIII / 1 LEMBAR KERJA Mata Pelajaran : PPKn Kelas / Sem : VIII / 1 Kompetensi Dasar : Menghargai semangat kebangsaan dan kebernegaraan seperti yang ditunjukkan oleh para pendiri negara dalam menetapkan UUD 1945

Lebih terperinci

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Modul ke: NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Mengetahui definisi negara serta unsur, elemen kekuatan negara dan bentuk-bentuk pemerintahan di Indonesia dari zaman perjuangan hingga saat ini Fakultas FAKULTAS

Lebih terperinci

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Modul ke: 02 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Latar Belakang Perlunya Negara B. Pengertian dan Definisi Negara C. Unsur-Unsur Negara D. Klasifikasi Negara E. Sifat Organisasi

Lebih terperinci

Negara Federasi dan Negara Kesatuan

Negara Federasi dan Negara Kesatuan Negara Federasi dan Negara Kesatuan Federasi berasal dari kata Latin foedus yang berarti perjanjian atau persetujuan. Dalam federasi atau negara serikat (bondstaat, Bundesstaat), dua atau lebih kesatuan

Lebih terperinci

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA A. SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER Sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada

Lebih terperinci

NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI

NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI I. Negara Hukum Aristoteles merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 3Fakultas Dr. EKONOMI Pendidikan Kewarganegaraan NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen Pengertian dan Defisi Negara Negara berasal dari kata State (Inggris),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

Macam-macam konstitusi

Macam-macam konstitusi Macam-macam konstitusi C.F Strong, K.C. Wheare juga membuat penggolongan terhadap konstitusi. Menurutnya konstitusi digolongkan ke dalam lima macam, yaitu sebagai berikut: 1. 1. 1. konstitusi tertulis

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF Oleh Kelompok 3 : Tondy Nugroho 153112350750001 Umayah Arindah 153112350750002 Mario Risdantino M. 153112350750005 Ketua Kelompok Tri Nadyagatari 153112350750006

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA A. TEORI ASAL MULA NEGARA Perihal asal mula negara secara substansial sesungguhnya membahas teori-teori mengenai bagaimana timbulnya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA

NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA Angga Setiawan P.U Ari Widido Bayu Gilang Purnomo Arsyadani Hasan Binabar Sungging L Dini Putri P K2510009 K2510011 K2510019 K2111007 K2511011 K2511017 N E G A R

Lebih terperinci

SOAL CPNS TATA NEGARA

SOAL CPNS TATA NEGARA Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat! SOAL CPNS TATA NEGARA 1. Suatu organisasi kekuasaan yang memiliki kedaulatan disebut. a. Pemerintah b. Kerajaan c. Negara d. Kekuasaan e. Politik 2. Teori

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

N E G A R A DAN K O N S T I T U S I

N E G A R A DAN K O N S T I T U S I N E G A R A DAN K O N S T I T U S I Penjelan Istilah : 1. George Gelinek : Negara adalah organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang telah berkediaman dalam wilayah tertentu. : 2. Kranenburg : negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 12 1 Hal. 1-86 Tabanan Maret 2015 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 KEWENANGAN PRESIDEN

Lebih terperinci

HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI

HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI Makna dan Hakikat Demokrasi Macam-macam pengertian demokrasi: 1. Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari Yunani yaitu demos yang berarti rakyat

Lebih terperinci

Oleh : Saddam Febrian

Oleh : Saddam Febrian Oleh : Saddam Febrian 1410831006 Bentuk Negara Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang terpenting ialah: negara kesatuan(unitarianisme) dan negara serikat (Federasi) 1. Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dampak akan pesatnya teknologi yang berakibat pada luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek perkawian campuran. Di Indonesia

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA Kapan timbulnya ilmu negara (pemikiran tentang negara dan hukum)?. Teori-teori pemahaman tentang negara atau ilmu-ilmu yang

Lebih terperinci

DEMOKRASI. Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, Kratos berarti pemerintahan.

DEMOKRASI. Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, Kratos berarti pemerintahan. PERTEMUAN KE 4 DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, Kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi, artinya pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan yang rakyatnya

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK

NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK IDENTIFIKASI MANUSIA HIDUP : 1. CONFORMITAS KERJASAMA 2. ANTAGONISTIS PERTENTANGAN Negara organisasi dalam suatu wilayah dapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright (C) 2000 BPHN UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN

Lebih terperinci

Kewarganegaraan UMB. Bab Negara dan Sistem Pemerintahan. Bambang Sukiyono, ST. MT. Modul ke: Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Elektro

Kewarganegaraan UMB. Bab Negara dan Sistem Pemerintahan. Bambang Sukiyono, ST. MT. Modul ke: Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Elektro Kewarganegaraan UMB Modul ke: Bab Negara dan Sistem Pemerintahan Fakultas Teknik Bambang Sukiyono, ST. MT. Program Studi Teknik Elektro www.mercubuana.ac.id 1. Pendahuluan Istilah dan Pengertian Negara:

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru.

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu : 1. Teori Demokrasi Klasik Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan

Lebih terperinci

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA 1 K 29 - Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

Bentuk dan Sistem Pemerintahan

Bentuk dan Sistem Pemerintahan Bentuk dan Sistem Pemerintahan 5 Bentuk Negara (pemerintahan) menurut Plato ARISTOKRASI TIMOKRASI OLIGARKI Demokrasi Tirani Pemerintahan dipegang oleh para cerdik pandai (ahli filsafat) yang budiman yang

Lebih terperinci

Kewarganegaraan. Mengetahui Unsur, Fungsi Negara dan Pemerintahan yang berjalan. Yustiarti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK

Kewarganegaraan. Mengetahui Unsur, Fungsi Negara dan Pemerintahan yang berjalan. Yustiarti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK Modul ke: Kewarganegaraan Mengetahui Unsur, Fungsi Negara dan Pemerintahan yang berjalan Fakultas FAKULTAS TEKNIK Yustiarti, M.Ikom Program Studi ELEKTRO www.mercubuana.ac.id Kontrak Perkuliahan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016 SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016 Mata Pelajaran Kelas Nama Guru : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan : SMK X : Nur Shollah, SH.I Pilihan Ganda : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

A. Beberapa pemimpin yang bertindak diktator terhadap rakyatnya : 1. Adolf Hilter

A. Beberapa pemimpin yang bertindak diktator terhadap rakyatnya : 1. Adolf Hilter A. Beberapa pemimpin yang bertindak diktator terhadap rakyatnya : 1. Adolf Hilter 2. Napoleon Bonaparte 3. Benito Mussolini 4. Jendral TNI Soeharto 5. Saddam Husein B.Alasan pemimpin atau pemerintah diktator

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

I. Pilihlah jawaban yang benar

I. Pilihlah jawaban yang benar I. Pilihlah jawaban yang benar 1. Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos, demos artinya a. rakyat b. pemerintah c. berkuasa d. kekuasaan rakyat 2. Kratos artinya a. Rakyat b. Negara c. Kekuasaan

Lebih terperinci

Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara

Lebih terperinci

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Universitas Indo Global Mandiri Palembang NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Pengertian Hukum yaitu : Seperangkat asas dan akidah yang mengatur kehidupan manusia dalam

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri Latar Historis dan Filosofis (1) Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1998 Tata Negara

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1998 Tata Negara Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1998 Tata Negara EBTANAS-SMA-98-01 Negara adalah organisasi kekuasaan yang bertujuan untuk mengatur masyarakat dengaa kekuasaannya itu. Pernyataan ini sesuai

Lebih terperinci

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. DEMOKRASI PANCASILA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. PENGERTIAN, PAHAM ASAS DAN SISTEM DEMOKRASI Yunani: Demos

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH BAGI POLITIK HUKUM. Negara perlu disatu sisi karena Negara merupakan institusi pelembagaan kepentingan umum dan di lain

Lebih terperinci

Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Demokrasi di Indonesia Pend. Kewarganegaraan g Edy Prihantoro Universitas Gunadarma Pemahaman Tentang Demokrasi 1. Konsep Demokrasi Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari, oleh, dan untuk

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

I. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR

I. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR I. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR I. Pilihlah jawaban yang benar 1. Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos, demos artinya a. rakyat b. pemerintah c. berkuasa d. kekuasaan rakyat 2. Kratos artinya a.

Lebih terperinci

Kedudukan Konstitusi. a. Cara Pembentukan

Kedudukan Konstitusi. a. Cara Pembentukan Kedudukan Konstitusi Kedudukan Konstitusi (Undang-Undang Dasar) Meskipun Undang-Undang Dasar bukanlah merupakan salah satu syarat untuk berdirinya suatu negara beserta dengan penyelenggarannya yang baik,

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern

Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern 1 Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern Disusun oleh: Pamungkas Satya Putra Pamungkas Satya Putra Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang Karawang 2014 2 Perkuliahan Tema Pamungkas

Lebih terperinci

ASAS HUKUM TATA NEGARA. Riana Susmayanti, SH.MH

ASAS HUKUM TATA NEGARA. Riana Susmayanti, SH.MH ASAS HUKUM TATA NEGARA Riana Susmayanti, SH.MH SUMBER HTN Sumber hukum materiil, yaitu Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan falsafah negara. Sumber hukum formil, (menurut Pasal7 UU No.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI A. PENGANTAR Istilah Negara Hukum baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara Hukum telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan. Dimulai dari jaman Plato

Lebih terperinci

Konsep Hukum dan Demokrasi dilahirkan untuk membendung adanya kesewenang wenangan dari kekuasaan yang mempraktekkan sistem yang absolut dan

Konsep Hukum dan Demokrasi dilahirkan untuk membendung adanya kesewenang wenangan dari kekuasaan yang mempraktekkan sistem yang absolut dan Di Susun Oleh : 1. Lukman Hakim (08230064) 2. Bagus Pamuji Rahardjo (08230067) 3. Ar y Indra Djatmika (08230082) 4. Rahmad Hanafi (08230070) Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang 2011 Konsep

Lebih terperinci

Ujian Akhir Sekolah Tahun 2004 Tata Negara

Ujian Akhir Sekolah Tahun 2004 Tata Negara Ujian Akhir Sekolah Tahun 2004 Tata Negara UAS-SMA-04-01 Rumusan negara bila ditinjau dari organisasi kekuasaan A. kumpulan perintah yang tertuang dalam perundang-undangan B. organisasi masyarakat yang

Lebih terperinci

KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING

KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA 1958 Konvensi mengenai Pengakuan

Lebih terperinci

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX By Malahayati, SH, LLM 1 TOPIK PRINSIP UMUM JENIS SENGKETA BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA PENYELESAIAN POLITIK PENYELESAIAN

Lebih terperinci

Warganegara dan Negara

Warganegara dan Negara Warganegara dan Negara 5 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat mengetahui dan menghargai kedudukan dan peranan setip warganegara dalam negara hukum indonesia Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

AMANDEMEN UUD 1945 IZA RUMESTEN RS

AMANDEMEN UUD 1945 IZA RUMESTEN RS AMANDEMEN UUD 1945 IZA RUMESTEN RS AMANDEMEN UUD 1945 AMANDEMEN 1 1999 AMANDEMEN 2 2000 AMANDEMEN 3 2001 AMANDEMEN 4 2002 Prinsip Dasar Kesepakatan MPR Dalam Perubahan UUD 1945 1. Tidak mengubah Pembukaan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Kewarganegaraan

Mata Kuliah Kewarganegaraan Mata Kuliah Kewarganegaraan Modul ke: 02 Fakultas Design Komunikasi dan Visual Program Studi Pokok Bahasan NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN PPT Kewarganegaraan [TM1] Dosen : Cuntoko, SE., MM. Informatika

Lebih terperinci

Pembagian Kekuasaan. Horisontal: Vertikal: Negara kesatuan (Unitary) Negara federal (Federal) Negara konfederasi (Confederation)

Pembagian Kekuasaan. Horisontal: Vertikal: Negara kesatuan (Unitary) Negara federal (Federal) Negara konfederasi (Confederation) MATERI KULIAH 1. PEMBAGIAN KEKUASAAN (8 Feb), 2. KEKUASAAN EKSEKUTIF (15 Feb), 3. KEKUASAAN LEGISLATIF (22 Feb), 4. KEKUASAAN YUDIKATIF (1 Mar), 5. LEMBAGA NEGARA & ALAT NEGARA (8 Mar), 6. STATE AUXILIARY,LPND,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 87 MENGENAI KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI (Lembaran Negara No. 98 tahun 1998)

Lebih terperinci

Nitaria Angkasa, SH, S.Pd

Nitaria Angkasa, SH, S.Pd Nitaria Angkasa, SH, S.Pd Menumbuhkan semangat patriotisme Menumbuhkan rasa cinta tanah air Menumbuhkan rasa cinta bangsa & negara Menumbuhkan kesetiakawanan sosial Menumbuhkan rasa cinta pada sejarah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 50 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Legislasi Dewan Perwakilan Daerah Definisi tentang peran bisa diperoleh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1051) yang mengartikannya sebagai perangkat tingkah

Lebih terperinci

Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan. Pamungkas Satya Putra

Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan. Pamungkas Satya Putra 1 Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan 2 Bentuk negara staatsvormen. Dalam pendekatan historis dapat ditemui bahwa terdapat beberapa bentuk negara yaitu kerajaan (monarki), republik, kehalifahan (Osmani)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN. Tahajudin S, Drs. : Novia Ningsih NIM : Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN. Tahajudin S, Drs. : Novia Ningsih NIM : Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN Tahajudin S, Drs DI SUSUN OLEH : Nama : Novia Ningsih NIM : 11.11.4958 Kelompok : D Jurusan : Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011-2012 1 ABSTRAK

Lebih terperinci

Negara dan Pemerintahan

Negara dan Pemerintahan Modul ke: Fakultas Teknik Program Studi Teknik Elektro DLL http://www.mercubuana.ac.id Negara dan Pemerintahan Negara merupakan Organisasi Kekuasaan didalamnya meliputi Pemerintahan, Rakyat, wilayah dan

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN

PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN DALY ERNI http://dalyerni.multiply.com daly972001@yahoo.com daly97@ui.edu daly.erni@ui.edu Kontribusi Bahan dari: Dian Puji Simatupang,

Lebih terperinci