BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH"

Transkripsi

1 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Penetapan kebijakan ekonomi daerah selalu memperhatikan kebijakan tingkat nasional dan regional, dengan tetap bertumpu pada visi dan misi daerah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), serta memperhatikan kondisi dan potensi serta permasalahan-permasalahan yang berkembang di daerah. Pemerintah menetapkan arah kebijakan ekonomi nasional sebagai keberlanjutan kebijakan tahun lalu dan menindaklanjuti kondisi dan permasalahan perekonomian yang dihadapi. Sebagaimana yang dihadapi pada tahun 2010, pemerintah menghadapi tantangan untuk memelihara dan memantapkan stabilitas ekonomi makro. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi harus didorong dengan lebih bertumpu pada peran investasi dan ekspor nonmigas. Selanjutnya Pemerintah menekankan 10 (sepuluh) arahan untuk mendorong pembangunan ekonomi nasional hingga lima tahun mendatang ( ), sehingga Indonesia dapat menjadi salah satu negara yang memiliki fondasi ekonomi yang kuat. Diharapkan lima tahun ke depan, perekonomian Indonesia lebih baik, yaitu pertumbuhan ekonomi tinggi dengan pemerataan (Growth with Equity) Adapun sepuluh arahan untuk mendorong pembangunan ekonomi nasional yang harus diperhatikan, adalah sebagai berikut : 1. pertumbuhan ekonomi 2. penurunan pengangguran dengan meningkatkan lapangan kerja 3. penurunan angka kemiskinan 4. peningkatan pendapatan perkapita hingga dolar AS perorang pada terjaganya stabilitas ekonomi 6. pembiayaan dalam negeri yang semakin kuat 7. ketahanan pangan dan air yang semakin meningkat 8. ketahanan energi 9. daya saing ekonomi nasional dan memperkuat upaya pembangunan dengan pendekatan green economy 10. kaitannya dengan investasi, tantangan yang dihadapi oleh para pelaku bisnis dan calon investor di Indonesia adalah bagaimana pemerintah pusat, pemerintah daerah Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 1

2 dan masyarakat dapat memberikan iklim yang kondusif untuk terselenggaranya investasi. Pada tingkatan pemerintah pusat, masalah yang dihadapi adalah masih belum jelasnya strategi pengembangan industrialisasi. Strategi ini diperlukan sehingga birokrasi pada pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten, dapat menyatupadukan dan melakukan koordinasi atas rancangan-rancangan pengembangan investasinya di daerah untuk dapat mendukung tercapainya target-target dari strategi industrialisasi nasional tersebut. Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan kepastian berusaha dari proses penanaman modal di daerah. Kemajuan dan peningkatan volume produksi dari kegiatan-kegiatan investasi yang diunggulkan akan memberikan efek pengganda pada perekonomian lokal dan pendapatan rumah tangga masyarakat disekitarnya. Kondisi perekonomian di Indonesia berangsur baik dalam beberapa tahun terakhir masih perlu didorong lebih lanjut dengan memacu kehadiran dan tambahan investasi yang berasal dari masyarakat, investasi PMDN maupun investasi PMA. Dalam Masterplan Perecepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3I) sebagaimana tertuang dalam RKP 2012, bahwa Kabupaten Semarang masuk dalam koridor Jawa-Bali. Berdasarkan arahan pengembangan wilayah Jawa-Bali, tujuan pembangunan wilayah Jawa-Bali dalam tahun 2012 adalah untuk : 1. mempertahankan kinerja pembangunan ekonomi wilayah Jawa-Bali sebagai lokomotif pembangunan ekonomi nasional; 2. mempertahankan wilayah Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional; 3. meningkatkan kapasitas wilayah Jawa-Bali dalam lingkup kerja sama internasional; 4. meningkatnya standar hidup masyarakat Jawa-Bali; 5. mengendalikan pertumbuhan pusat permukiman perkotaan dan perdesaan yang berpotensi mengganggu kawasan yang rawan bencana serta mengancam keberadaan kawasan lindung dan kawasan produksi pangan melalui pengendalian aspek kependudukan dan kegiatan sosial-ekonominya; 6. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung yang semakin terdesak oleh kegiatan budi daya, khususnya di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian tengah; 7. mempertahankan sumber-sumber air dan merehabilitasi daerah resapan air untuk menjaga ketersediaan air sepanjang tahun; Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 2

3 8. meningkatkan kapasitas penyediaan air baku untuk mengurangi tekanan krisis air di Pulau Jawa dan Bali, serta meningkatkan keandalan layanan jaringan irigasi untuk mendukung peningkatan produksi pangan nasional. 9. mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah desa-kota dan wilayah utara Jawa bagian utara dan bagian selatan; 10. meningkatkan stabilitas pertahanan dan keamanan melalui pencegahan aksi-aksi terorisme; 11. meningkatkan upaya pemberantasan korupsi. Arah kebijakan ekonomi pemerintah Pusat tersebut selanjutnya menjadi dasar dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi di tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Semarang. Sehubungan dengan hal tersebut, saat ini Provinsi Jawa Tengah telah memasuki tahapan ketiga pembangunan Jawa Tengah ( ) yang merupakan tahap perwujudan Masyarakat Jawa Tengah yang Semakin Sejahtera, Mandiri, Berkemampuan dan Berdaya Saing Tinggi. Tahap ini merupakan perwujudan Visi yang telah ditetapkan, yaitu mewujudkan Masyarakat Jawa Tengah yang semakin Sejahtera, dengan fokus pembangunan perekonomian yang diarahkan pada peningkatan dan pengembangan UMKM, peningkatan dan pengembangan perekonomian daerah, pengembangan potensi dan produk unggulan daerah, peningkatan dan pengembangan produk dan produktivitas pertanian dalam arti luas, peningkatan kualitas dan diversifikasi produk, serta peningkatan ketahanan pangan, pengembangan potensi ekonomi lokal serta didukung dengan peningkatan kualitas dan kapasitas infrastruktur wilayah. Peningkatan kesejahteraan ini ditandai dengan tercapainya indikator-indikator agregatif pembangunan daerah, yaitu meningkatnya IPM, semakin kecilnya kesenjangan antar kelompok masyarakat, semakin rendahnya kesenjangan antar wilayah, semakin tinggi nilai tukar petani, semakin tinggi kesetaraan gender, semakin tinggi keberdayaan perempuan, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi daerah, semakin kecil disparitas desakota, semakin kecil angka inflasi, semakin berkurangnya penduduk miskin, semakin sedikitnya penganggur dan semakin tingginya partisipasi masyarakat. Mengacu pada arah kebijakan pembangunan perekonomian Nasional dan Jawa Tengah sebagaimana tersebut diatas, serta untuk mendukung pencapaian peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh RPJMD , Pembangunan perekonomian Kabupaten Semarang 2012 dititik-beratkan pada upaya : 1. Membangun dan mengembangkan jaringan bisnis ekonomi lokal melalui Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang diarahkan pada pengelolaan usaha oleh pelaku usaha secara mandiri. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 3

4 2. Mewujudkan masyarakat yang berkemampuan (empowered) dan berdaya saing (competitive) yang mengarah kepada kemandirian, melalui peran aktif pemerintah, swasta dan masyarakat. Guna mendukung tercapainya tujuan tersebut disusun kebijakan ekonomi daerah tahun 2012 yang diarahkan pada : 1. Membangun dan mengembangkan jaringan bisnis untuk memaksimalkan potensi ekonomi lokal. 2. Peningkatan dan pengembangan investasi melalui penciptaan iklim kondusif serta penyederhanaan perijinan. 3. Memperluas kesempatan dan lapangan kerja melalui pendidikan dan pelatihan kerja. Dengan tersusunnya arah kebijakan ekonomi yang sinergi antara pusat, regional dan daerah, diharapkan akan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di daerah. Yang berarti semakin sejahteranya tingkat kehidupan masyarakat yang menjadi tujuan pembangunan. a. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2010 dan Perkiraan Tahun 2011 Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang berpengaruh satu dengan yang lainnya. Perubahan perekonomian nasional akan berdampak pada perubahan perekonomian regional dan daerah atau sebaliknya. Kondisi perekonomian nasional pada tahun 2010, secara makro cenderung tumbuh berkembang secara positif sebesar 6,1% lebih tinggi dari tahun 2009 sebesar 4,6%. Sedangkan laju inflasi yang dapat ditekan menjadi sebesar 7,0%. Kondisi ini memperkuat pertumbuhan sektor perdagangan dan industri karena didukung oleh kemampuan daya beli masyarakat yang juga cukup kuat. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp ,9 triliun, sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan sebesar Rp ,7 triliun. PDB perkapita atas dasar berlaku mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp. 23,9 juta pada tahun 2009 menjadi Rp. 27 juta pada tahun Selama tahun 2010 pada semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan, tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 13,5%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,7%, sektor konstruksi sebesar 7% dan sektor jasa-jasa sebesar 6%. Pada tahun 2010, Nilai tukar petani (NTP) nasional juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 101,20 menjadi 102,75. Inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada tahun 2010 mencapai Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 4

5 6,96, sebagai dampak dari kenaikan harga pangan yang terjadi pada akhir tahun, yang merupakan fenomena global dan menimbulkan inflasi diberbagai Negara. Sedangkan berdasarkan asumsi makro perekonominan nasional pada tahun 2011 peluang pertumbuhan perekonomian diperkirakan akan semakin tinggi dan akan tumbuh sebesar 6,4%. Prospek pertumbuhan ini ditopang oleh kinerja eksternal yang solid. Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp ,9 triliun, sementara itu laju inflasi tahun kalender sampai dengan Maret 2011 sebesar 6,65%. Penguatan kegiatan ekonomi diperkirakan akan disertai peningkatan tekanan inflasi, terutama yang berasal dari kenaikan harga bahan pangan dan kemungkinan penyesuaian harga pangan serta penyesuaian harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Nilai kurs rupiah terhadap dollar akan berada pada kisaran Rp ,-. Posisi ekspor akan semakin terdiversifikasi dan tumbuh tinggi, sementara impor tumbuh pesat seiring dengan kuatnya kegiatan investasi dan konsumsi. Bank Indonesia memiliki target untuk mengarahkan suku bunga (BI rate) guna mencapai target inflasi jangka menengah, menuju kisaran 3,5%, sedangkan SBI 3 bulan diasumsikan 6,5%. Kondisi perekonomian regional Jawa Tengah pada tahun 2010 menunjukkan perkembangan yang posistif dan meningkat cukup tinggi (5,8%) dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 4,7%. Kekuatan perekonomian masih terletak pada tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Selain itu hotel dan restoran (PHR) masih tumbuh cukup kuat dalam menopang ekonomi Jawa Tengah. Pada tahun 2011 perekonomian Jawa Tengah diharapkan masih menunjukkan prospek yang positif, diperkirakan tumbuh sebesar 5,75% - 6,25% meningkat dibanding tahun Dominasi 3 (tiga) sektor utama yaitu pertanian, industri pengolahan, perdagagangan, hotel dan restoran diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan tahun Sedangkan laju inflasi pada tahun 2011 diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu berkisar antara 5-6%. Dengan gambaran tersebut tantangan yang dihadapi antara lain terkait upaya untuk mendorong investasi terutama infrastruktur dan meningkatkan penyaluran kredit dalam mendukung pertumbuhan ekonomi serta pengendalian inflasi terkait gangguan pasokan dan distribusi. Pada kondisi sampai dengan bulan Maret 2011 angka inflasi relatif masih tinggi yaitu 6,65%, yang disebabkan oleh distribusi bahan pangan yang sering terlambat, karena buruknya infrastruktur, seperti jalan rusak dan banjir. Dibandingkan dengan perekonomian nasional maupun regional, Perekonomian Daerah Kabupaten Semarang dapat digambarkan sebagai berikut : Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 5

6 1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kabupaten Semarang tahun 2010 mencapai Rp ,95 juta, lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar Rp ,50 juta, atau meningkat sebesar 11,34%. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar Rp ,50 juta dari tahun 2009 sebesar Rp ,40 juta atau tumbuh sebesar 4,38%. Kontribusi setiap sektor terhadap PDRB Kabupaten Semarang tahun 2010 masih didominasi oleh 3 sektor unggulan daerah, yakni industri pengolahan, pariwisata dan pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa INTANPARI masih berperan sebagai kontributor utama dalam menopang struktur ekonomi daerah. Adapun kontribusi masing-masing sektor tersebut berturut-turut adalah industri pengolahan sebesar 46,32%, pariwisata (gabungan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi) sebesar 21,49% dan pertanian sebesar 13,12%. Secara lengkap besaran nilai dan kontribusi tiap sektor dalam PDRB sebagaimana Tabel berikut : Tabel 3.1 Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Semarang Tahun 2010 *) NO SEKTOR ADH Berlaku ADH Konstan (Juta Rp. ) % (Juta Rp. ) % 1 Pertanian ,9 15, ,7 13,1 2 Pertambangan dan Penggalian ,74 0, ,0 0,1 3 Industri Pengolahan ,3 42, ,1 46,3 4 Listrik, Gas dan Air Minum ,4 1, ,7 8,8 5 Konstruksi/Bangunan ,5 3, ,1 3,5 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran ,5 20, ,4 21,5 7 Pengangkutan dan Komunikasi ,4 2, ,5 2,1 8 Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa , ,0 3,6 Perusahaan 9 Jasa jasa ,7 9, ,1 8,7 TOTAL PDRB , ,5 Sumber : BPS Kabupaten Semarang, *) Angka Sementara Berdasarkan anga tersebut, maka INTANPARI masih menjadi sektor yang dominan dalam memacu pembangunan Kabupaten Semarang. 2) Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan akumulasi dari pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. Pertumbuhan tiap-tiap sektor ekonomi dalam PDRB tahun 2010 dapat dilihat sebagaimana dalam tabel berikut : Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 6

7 Tabel 3.2 Pertumbuhan PDRB per Sektor Kabupaten Semarang Tahun 2010 *) NO SEKTOR PERTUMBUHAN (%) ADHB ADHK 1 Pertanian 14,33 4,60 2 Pertambangan dan Penggalian 10,80 3,15 3 Industri Pengolahan 10,00 3,86 4 Listrik, Gas dan Air Minum 10,33 5,73 5 Konstruksi/Bangunan 12,12 2,33 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,11 4,02 7 Pengangkutan dan Komunikasi 11,94 4,72 8 Lemb Keu, Persewaan dan Jasa Persh. 14,79 7,24 9 Jasa jasa 13,73 7,23 Sumber : BPS Kabupaten Semarang, diolah RATA-RATA 11,34 4,38 Dari tabel tersebut diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang pada tahun 2010 mencapai 4,38%, terjadi sedikit peningkatan bila dibanding tahun 2009 yaitu tumbuh sebesar 4,37%. Terjadi peningkatan pertumbuhan pada tahun 2010 dibanding tahun 2009, dengan 3 (tiga) besar tingkat pertumbuhan tertinggi secara berturut-turut ditunjukkan sektor Lembaga Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 7,24%, sektor Jasa jasa 7,23 % dan sektor Listrik, Gas dan Air Minum 5,73%. Mendasarkan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dan tahun 2010, maka pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi sebesar 4,5-5,5%. Perkiraan ini didasarkan pada terjadinya pertumbuhan ekonomi pada berbagai sektor pembangunan, terutama pada sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran dan pertanian yang masih akan memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Semarang. 3) Inflasi Inflasi Kabupaten Semarang pada tahun 2010 mencapai 6,29% lebih tinggi dari inflasi tahun 2009 yaitu sebesar 3,17%. Tingginya angka inflasi tersebut disebabkan karena pengaruh ekonomi nasional dan regional Jawa Tengah yang relatif sama. Apabila kondisi tersebut dapat dipertahankan, angka inflasi daerah tahun 2011 diperkirakan mengalami penurunan dan mencapai 5-6%. 4) Investasi Investasi merupakan salah satu indikator perekonomian daerah, berdasarkan data dari Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Semarang, dibanding Tahun 2009 dari investasi 10 proyek PMA/PMDN dan 478 Investasi Non Fasilitas dengan nilai total sebesar Rp. 379,056 milyar dan pada Tahun 2010 di Kabupaten Semarang mengalami penurunan, yaitu Investasi 4 proyek PMA/PMDN Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 7

8 dan 585 investasi non fasilitas dengan nilai sebesar Rp. 355,796 milyar. Penurunan jumlah investasi disebabkan karena masih kurang optimalnya promosi informasi investasi di tingkat nasional maupun regional. b. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun Perekonomian suatu daerah tidak bisa terlepas dari kondisi perekonomian sekitar, baik regional maupun nasional. Pada skala nasional diperkirakan berbagai persoalan dan tantangan dalam mentransformasikan ekonomi Indonesia menjadi ekonomi yang berdayasaing dan tumbuh secara berkesinambungan. Dalam skala regional kedepan perlu diarahkan pada peluang yang cukup potensial dan menarik bagi perkembangan UMKM sebagai motor penggerak perekonomian. Pada tahun 2012 kondisi perekonomian regional Jawa Tengah diharapkan akan mengalami peningkatan sejalan dengan perekonomian Nasional, yang didukung dengan gerakan Bali Ndeso Mbangun Deso yang berorientasi pada perdesaan dan diarahkan pada kegiatan yang langsung menyentuh pada masyarakat, bersifat padat karya dan merupakan upaya kongkrit dalam rangka mendorong perkembangan sektor riil yang menitik-beratkan pada pengembangan dan penguatan keberadaan Koperasi dan UMKM. Pertumbuhan ekonomi Nasional pada tahun 2012 diprediksi pada kisaran 6,1 6,6% sedangkan Jawa Tengah menargetkan pada kisaran 6,25 6,75%. Sementara laju inflasi di Jawa Tengah diperkirakan akan berada dibawah 2 digit berkisar antara 4 6% dengan ICOR sebesar 3,5. Kabupaten Semarang sebagai daerah yang berbatasan dengan Kota Semarang yang mempunyai basis perekonomian dibidang industri pertanian dan pariwisata menjadi penyangga daerah tersebut. Kondisi perekonomian Kabupaten Semarang tahun 2012 diprediksikan akan sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang pada tahun 2009 dan 2010 yang masih relatif rendah belum sebanding dengan angka inflasi, sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat belum banyak mengalami perubahan. Melihat kondisi perekonomian tahun 2011 dan 2012, masih cukup berat tantangan dibidang ekonomi yang harus dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Semarang. Kondisi perekonomian tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain : masih rendahnya kualitas SDM sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja sehingga daya saingnya rendah, sering muncul tuntutan kenaikan upah ketenagakerjaan, rendahnya daya beli masyarakat yang belum mengalami peningkatan serta belum terciptanya iklim yang kondusif bagi Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 8

9 investor. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah dengan dampak terjadinya ekonomi global khususnya pada pasar bebas nampaknya masyarakat Kabupaten Semarang begitu siap terhadap persaingan antara produk lokal dan eksport, disamping juga terjadinya fluktuasi perekonomian Negara-negara maju dan perubahan harga minyak dunia yang belum stabil. Dengan terjadi perubahan iklim yang tidak menentu berpengaruh terhadap tingkat produktivitas tanaman pangan dan kesejahteraan petani. Kondisi ini akan berdampak pada upaya pengentasan kemiskinan dan pengangguran mengingat penduduk Kabupaten Semarang sebagian besar hidup dari sektor pertanian. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan upaya-upaya riil dan kecermatan dari pemerintah daerah dan masyarakat untuk menggali potensi daerah secara optimal. Disamping itu juga perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM dan menciptakan iklim investasi yang kondusif, untuk mengatasi makin intensifnya pasar bebas/globalisasi ekonomi menuntut peningkatan kualitas produk barang dan jasa agar memiliki daya saing. Dengan beroperasinya Jalan Tol Semarang - Ungaran diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi terutama di Kawasan Industri wilayah Bawen dan Pringapus yang berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan penggalakan sektor pariwisata pada kawasan Banyubiru, Ambarawa dan Gedong Songo serta Bandungan yang didukung oleh sektor pertanian dan perdagangan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan sektor pariwisata dalam jangka pendek akan berpengaruh terutama pada sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi. Pembangunan perekonomian 2012 terus diarahkan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan mengarah pada pemerataan terutama diwilayah selatan dan menjaga laju inflasi agar senantiasa berada pada level yang rendah (di bawah 2 digit), serta memacu pendapatan perkapita, mengurangi pengangguran, pertumbuhan masing-masing sektor dalam PDRB sehingga dapat meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan ekonomi daerah diupayakan pada peningkatan sektor riil terutama sektor partanian, industri kecil dan UMKM serta pariwisata yang berbasis masyarakat. Peningkatan pertumbuhan sektor ini walaupun tidak terlalu besar namun mempunyai dampak yang cukup signifikan terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Guna mendorong kemandirian dan daya saing produk lokal terutama sektor tersebut baik dipasar regional maupun ekspor diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas sesuai dengan standar kualitas yang dibutuhkan pasar. Dibidang infrastruktur difokuskan pada peningkatan kualitas dan kapasitas Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 9

10 infrastruktur, prasarana jalan, pengelolaan sumberdaya air dan perhubungan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pelayanan dasar merupakan prioritas pada tahun 2012 diantaranya pendidikan dan kesehatan, iklim investasi yang kondusif diharapkan dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya yang dapat menjadi pendukung dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyararakat. Guna memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi pembangunan baik dari pemerintah maupun swasta. Investasi non pemerintah dari sektor swasta dibutuhkan pendanaan yang bersumber dari investasi fasilitas maupun non fasilitas, sedangkan kebutuhan investasi non pemerintah dari sektor masyarakat dapat dipenuhi dari tabungan masyarakat. Beberapa investasi di bidang infrastruktur dengan nilai cukup signifikan pada tahun 2012 diantaranya adalah masih berlangsungnya pembangunan Jalan Tol Semarang - Bawen. Investasi fasilitas yang dilakukan oleh swasta baik melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) sangat tergantung pada seberapa menarik Kabupaten Semarang sebagai tempat investasi yang menguntungkan. Disamping upaya mempermudah perijinan, untuk menarik investasi swasta masuk ke Kabupaten Semarang diperlukan strategi, menciptakan iklim investasi yang mendukung seperti menciptakan good governance, peraturan yang konsisten, penegakan hukum yang tegas, dan keamanan. Disamping itu perlu usaha-usaha gigih memperkenalkan Kabupaten Semarang melalui berbagai forum baik regional, nasional maupun internasional, serta usaha-usaha lain misalnya dengan pengembangan Kawasan Industri atau Kawasan Ekonomi Khusus. Kebutuhan investasi dari dana masyarakat selain langsung diinvestasikan sendiri juga disalurkan antara lain melalui perbankan, pasar modal, atau lembaga keuangan lainnya seperti asuransi dan dana pensiun. Dengan pelaksanaan berbagai langkah terobosan, berbagai sumber dana daerah diharapkan dapat ditingkatkan dan menjadi sumber dana investasi. Optimalisasi investasi pemerintah daerah antara lain melalui peningkatan penerimaan pajak dan bukan pajak serta sumber dana lainnya baik dari APBN dan APBD Provinsi, sedangkan investasi masyarakat dapat dilakukan dengan optimalisasi sumber daya alam serta optimalisasi dana terkait keagamaan seperti dana wakaf, zakat, dan sebagainya. Dari tantangan yang dihadapi dan asumsi-asumsi tersebut serta dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan sektor riil pada tahun-tahun sebelumnya maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang ditargetkan pada angka 5,0-6,0 %. Sedangkan laju inflasi di perkirakan berkisar antara 4,5 5,5 % dengan ICOR 3,5, maka pada tahun 2012 PDRB ADHB diperkirakan mencapai Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 10

11 Rp ,57 juta, sedang PDRB ADHK sebesar Rp ,64 juta, dengan tingkat pertumbuhan 5,5 %. Secara umum proyeksi indikator makro ekonomi daerah tahun 2011 dan 2012 dapat digambarkan sebagaimana Tabel berikut : No Indikator Makro Ekonomi 1. PDRB Harga Berlaku (jutaan Rp.) PDRB Harga Konstan (jutaan Rp.) 2. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (%) Tabel 3.3 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Semarang Realisasi Proyeksi *) , , , , , , , ,64 4,37 4,38 4,5-5,5 5,0-6,0 3. Tingkat Inflasi (%) 3,17 6,29 5,0-6,0 4,5 5,5 4. Jumlah penduduk (jiwa) 5. Laju pertumbuhan penduduk %) 6. Tingkat Kesejahteraan Keluarga/ Keluarga Pra KS (%) 7. PDRB/kapita hrg berlaku (Rp) 8. PDRB/kapita hrg konstan (Rp) Sumber : analisis tim penyusun ,52 1,74 0,86 0,89 32,21 27, , , , ,72 B. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan perundangundangan (money follow function). Struktur APBD Kabupaten Semarang terdiri dari : (1) Pendapatan Daerah, (2) Belanja Daerah, (3) Pembiayaan Daerah. Pada struktur pendapatan daerah meliputi : (1) Pendapatan Asli Daerah meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, (2) Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus, (3) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang sah meliputi Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 11

12 Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya, Dana penyesuaian dan otonomi khusus, dan Bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya. Selanjutnya pada komponen Belanja Daerah terdiri dari : (1) Belanja Tidak Langsung meliputi belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, belanja tidak terduga, (2) Belanja Langsung terdiri atas belanja pegawai, belanja barang jasa dan belanja modal. Pada struktur Pembiayaan Daerah Kabupaten Semarang terdiri dari : (1) Pembiayaan penerimaan meliputi Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA), Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, (2) Pembiayaan pengeluaran meliputi Penyertaan modal (investasi) daerah, pembentukan dana cadangan, dan Pembayaran pokok utang. 1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Salah satu sumber utama penerimaan daerah adalah pendapatan daerah. Guna mendukung pembangunan daerah, Pendapatan daerah harus dioptimalkan sehingga menghasilkan kapasitas keuangan daerah yang semakin tinggi. Realisasi pendapatan daerah pada masa sebelum tahun perencanaan serta target pada APBD tahun berjalan, akan memberikan gambaran peta kemampuan penerimaan daerah, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun proyeksi pada tahun perencanaan. Pada tabel 3.4 berikut ini disajikan data realisasi pendapatan daerah tahun 2009, 2010, target pendapatan pada APBD tahun 2011, serta proyeksi pendapatan tahun No Tabel 3. 4 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan, Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 Kabupaten Semarang Uraian Realisasi Tahun 2010 Tahun Berjalan 2011 Jumlah Proyeksi /Target pada Tahun 2012 Proyeksi /Target pada Tahun 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.1 Pendapatan asli daerah 98,831,140, ,484,580, ,361,126, ,267,807, Pajak daerah 26,228,584,340 40,441,363,000 40,877,435,480 41,013,088, Retribusi daerah 59,029,289,724 70,252,645,000 70,172,981,130 65,278,962, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 4,510,450,025 3,624,830,000 4,335,086,000 4,995,049,064 9,062,816,271 20,165,742,000 7,975,624,200 9,980,707, Dana perimbangan 611,256,406, ,534,416, ,282,063, ,897,123, Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 51,031,087,778 40,381,865,000 41,142,012,645 41,051,541, Dana alokasi umum 508,915,019, ,138,051, ,138,051, ,845,581,582 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 12

13 No Uraian Realisasi Tahun 2010 Tahun Berjalan 2011 Jumlah Proyeksi /Target pada Tahun 2012 Proyeksi /Target pada Tahun 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Dana alokasi khusus 51,310,300,000 69,014,500,000 69,002,000, Lain-lain pendapatan daerah yang sah Hibah Dana darurat Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah daerah lainnya Dana PDF dan PPD serta Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur 133,322,726, ,839,316, ,165,631, ,839,573,000 37,413,360,665 35,620,401,000 33,946,716,377 62,334,075,600 62,881,050,000 62,881,050, ,748,607,800 35,337,865,000 35,337,865,000 35,337,865,000 7,826,682,211 A JUMLAH PENDAPATAN 843,410,273, ,858,312, ,808,821, ,004,504,272 Sumber : DPPKD Kabupaten Semarang 2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, agar dana pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat digunakan efektif dan efisien maka diperlukan kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah. Arah kebijakan berisi uraian tentang kebijakan yang akan dipedomani oleh Pemerintah Daerah dalam mengelola pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Tujuan utama kebijakan keuangan daerah adalah bagaimana meningkatkan kapasitas (riil) keuangan daerah dan mengefisiensikan penggunaannya. a. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Berdasarkan realisasi pendapatan daerah pada 2 (dua) tahun terakhir, target pada APBD tahun berjalan, dan proyeksi tahun rencana serta pertimbangan kemungkinan kebutuhan pendanaan dimasa mendatang, selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung dengan pos-pos pendapatan daerah dalam APBD Kabupaten Semarang. Adapun arah kebijakan pendapatan daerah adalah optimalisasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah, sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 13

14 a) Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak melalui peningkatan sistem dan prosedur, sosialisasi dan pelayanan informasi mengenai peraturan maupun mekanisme pajak daerah. b) Menegakkan disiplin pengelolaan pajak dengan penagihan aktif oleh petugas pajak, serta penindakan atas pelanggaran peraturan peraturan daerah. c) Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat untuk sadar membayar pajak daerah. d) Mengoptimalkan pendataan, analisis serta perhitungan penerimaan pajak dan retribusi. e) Melaksanakan kajian potensi pajak dan retribusi daerah, menerapkan Peraturan Daerah baru mengenai retribusi daerah serta menyiapkan Peraturan Daerah dalam rangka implementasi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. f) Mengupayakan pencarian sumber-sumber pendapatan asli daerah baru. g) Upaya untuk meningkatkan perolehan dana perimbangan adalah dengan mengupayakan perbaikan data kebutuhan fiskal dan data dasar perhitungan Dana Alokasi Umum. h) Pemberian insentif kepada petugas yang terkait dengan pemugutan pajak dan retribusi daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah. b. Arah Kebijakan Belanja Daerah Belanja daerah adalah salah satu komponen pengeluaran pemerintah daerah, yang digunakan untuk mendanai penyelenggaraan urusan pemerintah daerah, baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Belanja daerah diklasifikasikan berdasarkan organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja yang penganggarannya didasarkan kepada kemampuan keuangan daerah. Belanja daerah yang direncanakan tersebut dikelompokkan menjadi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kebijakan belanja tidak langsung tahun anggaran tahun 2012 dipergunakan untuk : 1) Belanja pegawai antara lain untuk Gaji dan tunjangan pegawai, Tunjangan beras, Belanja pimpinan dan anggota DPRD, Tambahan penghasilan pegawai, Belanja penerimaan lainnya untuk KDH dan WKDH, Biaya pemungutan pajak dan retribusi. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 14

15 2) Belanja hibah, dialokasikan untuk mendukung fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah yag dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, pemerintas desa, serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan; 3) Belanja bantuan social, pada APBD tahun anggaran 2012 dialokasikan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat; 4) Belanja bagi hasil pajak dan retribusi disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5) Belanja bantuan keuangan kepada Pemerintahan Desa. 6) Bantuan tidak terduga dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh Pemerintah Daerah serta tidak biasa/tanggapa darurat, yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada tahun Sedangkan kebijakan Belanja Langsung yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan dalam pelaksanaan pelayanan umum, pemerintahan dan pembangunan diarahkan untuk : a. Belanja pegawai antara lain untuk honorarium PNS, Honorarium non PNS, uang lembur, pendidikan penjenjangan dan teknis funsional bagi PNS, pra jabatan, kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS; b. Belanja barang dan jasa antara lain untuk barang pakai habis, bahan material, belanja barang untuk dihibahkan, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak dan pengandaan, sewa kendaraan bermotor, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian kerja, belanja pemeliharaan, belanja pemeliharaan, perjalanan dinas; c. Belanja Modal antara lain untuk pengadaan tanah, alat-alat angkutan darat bermotor, alat-alat tidak bermotor, alat-alat bengkel, alat-alat pengolahan peternakan dan perikanan, peralatan kantor, perlengkapan kantor, computer, meubelair,, alat komunikasi, alat-alat kedokteran, alat-alat ukur, alat-alat laboratorium, konstruksi jalan, kontruksi jembatan, kontruksi jaringan air, penerangan jalan, taman dan hutan kota, instalasi listrik dan telepon, buku/kepustakaan, hewan/ternak dana tanaman/bibit. Sebagai gambaran penerimaan dan kebutuhan pengeluaran daerah Kabupaten Semarang, Tabel 3.5 di bawah ini menampilkan realisasi belanja daerah tahun 2009, tahun 2010, dan rencana belanja pada APBD tahun 2011, serta proyeksi pada tahun 2012 dan tahun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 15

16 NO Uraian Tabel 3. 5 Realisasi dan Proyeksi Belanja Tahun Kabupaten Semarang Jumlah Realisasi Tahun 2010 Tahun Berjalan 2011 Proyeksi /Target pada Tahun 2012 Proyeksi /Target pada Tahun 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2.1 Belanja Tidak Langsung 599,870,315, ,009,928, ,672,679, ,678,777, Belanja pegawai 519,896,532, ,634,238, ,810,604, ,795,484, Belanja bunga 11,823,631 10,804,000 10,804,000 5,363, Belanja subsidi 100,880, ,000, ,000, ,000, Belanja hibah 33,720,121,375 19,156,940,000 3,480,000,000 3,480,000, Belanja bantuan sosial 8,529,457,995 12,748,822,000 11,590,000,000 8,397,988, Belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa* Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintahan Desa* 172,225, ,225, ,225, ,024,639 36,619,062,000 34,825,224,000 37,492,046,000 37,706,916, Belanja tidak terduga 820,213,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 B JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 599,870,315, ,665,253, ,672,679, ,678,777, Belanja Langsung 245,634,887, ,210,849, ,099,926, Belanja pegawai 33,555,267,820 36,918,100, Belanja barang dan jasa 136,040,931, ,306,157, Belanja modal 76,038,688, ,986,592,000 C JUMLAH BELANJA LANGSUNG 245,634,887, ,210,849, D TOTAL JUMLAH BELANJA 808,713,916, ,876,102, ,808,821, ,099,926,294 Surplus/(Defisit) (2,094,929,865) 2,982,210, Sumber : DPPKD Kabupaten Semarang Pada tabel di atas, proyeksi pada tahun 2013 didasarkan pada proyeksi pada RPJMD tahun , dengan diolah pada prediksi belanja pegawai, yaitu didasarkan pada kondisi realisasi pembayaran gaji PNS sampai dengan bulan Mei tahun Pada proyeksi pendapatan maupun belanja mengecualikan sumber pendanaan yang berasal dari Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau, Bantuan Keuangan Provinsi, sehingga dalam alokasi pagu indikatif terhadap program dan kegiatan sumber dana tersebut akan diperhitungkan tersendiri, yang diharapkan dapat menambah rencana alokasi pada belanja langsung tahun Pada proses penyusunan perencanaan tahun 2013, maka proyeksi pendapatan, belanja maupun pembiayaan tahun 2013 yang disajikan pada RKPD tahun 2012 ini, akan ditinjau kembali sesuai dengan kondisi satu tahun sebelum tahun perencanaan. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 16

17 c. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), hasil divestasi (dana bergulir) atau pinjaman daerah. Sementara pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo. NO Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Tabel 3.6 Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2009 s.d Tahun 2013 Kabupaten Semarang Realisasi Tahun 2010 Tahun Berjalan 2011 Jumlah Proyeksi /Target pada Tahun 2012 Proyeksi /Target pada 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 3.1 Penerimaan pembiayaan 56,339,288,837 7,035,057,000 1,774,199,963 1,774,199, Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) Pencairan Dana Cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 53,658,435,737 4,035,057,000 1,774,199,963 1,774,199, ,930, Penerimaan pinjaman daerah 1,250,000,000 1,500,000, Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang daerah JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 1,250,000,000 1,500,000,000 56,339,288,837 7,035,057, Pengeluaran pembiayaan 2,517,266,728 10,017,267,000 10,517,267,000 3,518,434, Pembentukan dana cadangan Penyertaan modal (Investasi) daerah 2,000,000,000 3,500,000,000 3,500,000,000 5,000,000,000 7,000,000, Pembayaran pokok utang 17,266,728 17,267,000 17,267,000 18,434, Pemberian pinjaman daerah 2,500,000,000 3,000,000,000 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 2,517,266,728 10,017,267,000 10,517,267,000 3,518,434,197 JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 53,822,022,109 (2,982,210,000) (10,517,267,000) (1,744,234,234) Sumber : DPPKD Kabupaten Semarang *) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa komponen Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya cenderung semakin menurun, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 17

18 seiring dengan terus dilakukannya upaya untuk menyusun perencanaan daerah serta penggunaan sumber dana secara efektif dan efisien, maka diproyeksikan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya, pada tahun 2012 dan tahun 2013 juga akan semakin menurun. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2012 III - 18

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Arah kebijakan ekonomi daerah selalu memperhatikan kebijakan tingkat nasional dan regional, dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kondisi makro ekonomi Kabupaten Kebumen Tahun

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Hal mendasar dalam perencanaan pembangunan tahunan adalah kemampuannya dalam memproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah secara

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2011 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2012-2013 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kerangka ekonomi makro dan kebijakan keuangan daerah yang dimuat dalam rencana kerja Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi makro yang baik, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat

Lebih terperinci

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1.KINERJA KEUANGAN MASA LALU Kinerja keuangan daerah masa lalu merupakan informasi yang penting untuk membuat perencanaan daerah

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2017 BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III 1 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2017 3.1.KINERJA KEUANGAN MASA LALU No Kinerja keuangan daerah masa lalu merupakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2008-2013 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN (RPJMD) Tahun 20162021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Kabupaten Pandeglang dikelola berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku diantaranya UndangUndang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2015 dan 2014

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2015 dan 2014 PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 205 dan 204 Dalam Rupiah Anggaran 205 204 4. 4.. 4... 4...0. 4...03. 4...05.

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

Memantapkan Perekonomian Nasional untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan dengan sasaran utama yang harus dicapai pada akhir

Memantapkan Perekonomian Nasional untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan dengan sasaran utama yang harus dicapai pada akhir BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Penetapan kebijakan ekonomi daerah selalu memperhatikan kebijakan tingkat nasional dan regional,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH Berdasarkan RPJMD Kota Jambi, tahun 2016 merupakan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I.1 1.2 Tujuan... I.4 1.3 Dasar Hukum... I.4 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Kondisi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 merupakan masa transisi pemerintahan dengan prioritas

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3. 1. Arah Kebijakan Ekonomi 3.1.1. Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Peningkatan dan perbaikan kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

Lebih terperinci

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016 BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber

Lebih terperinci

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Perubahan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Milyar BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat dari Pendapatan Daerah, Belanja

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Arah Dan Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi Kondisi ekonomi makro Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Kabupaten Jembrana dalam hal pengelolaan keuangan daerah telah menerapkan pola pengelolaan keuangan berbasis

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan tahun 2005-2009 diselenggarakan sesuai dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 34 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011 SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN - 61 - BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Dasar yuridis pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya mengacu pada batasan pengelolaan keuangan daerah yang tercantum

Lebih terperinci

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI ( APBD 2013 ) PERHATIAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI ( APBD 2013 ) PERHATIAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI ( APBD 2013 ) PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan keuangan daerah tahuntahun sebelumnya (20102015), serta kerangka pendanaan. Gambaran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Tahun 2008 2012 Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014

LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 PEMERINTAH KOTA DENPASAR SKPD BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL KOTA DENPASAR LAPORAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 1 DESEMBER 2014 (Dalam Rupiah) 4. PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar yang dilakukan pada berbagai program sebagaimana diungkapkan pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Pemerintah Kabupaten gresik dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pengelolaan keuangan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan dalam kerangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah PAPARAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BEKASI TAHUN 2014 Bekasi, 18 Maret 2013 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BEKASI PENDAHULUAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI NOMOR : 075/5690/B.Pem NOMOR NOMOR : 910/2819/DPRD TANGGAL : 8 Oktober 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Pendahuluan Kebijakan anggaran mendasarkan pada pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran kinerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Kerangka Ekonomi Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah merupakan kerangka implementatif atas pelaksanaan RKPD Kabupaten Sijunjung Tahun

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Purworejo. Adapun yang menjadi fokus adalah kinerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015)

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 (KUA APBD PERUBAHAN T.A. 2015) KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan

Lebih terperinci