Jumlah Perusahaan Subsektor Komputer, Barang Elektronik dan Optik (Dalam Unit)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jumlah Perusahaan Subsektor Komputer, Barang Elektronik dan Optik (Dalam Unit)"

Transkripsi

1 BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kehidupan sehari-hari masyarakat saat ini tidak dapat terlepas dari pemakaian alat-alat elektronik di sekitarnya. Alat-alat elektronik ini digunakan untuk mempermudah segala macam aktivitas manusia di berbagai bidang misalnya, komunikasi, pendidikan, transportasi, rumah tangga dan sebagainya. Jenis-jenis alat elektronik yang ada saat ini di masyarakat jumlahnya sangat banyak dan beragam seiring dengan perkembangan teknologi yang ada. Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mencatat pasar produk-produk elektronik di Indonesia mengalami peningkatan nilai tambah (harga pasar) setiap tahunnya. Pada tahun 2013, total nilai tambah subsektor komputer, barang elektronik dan optik Rp 29,6 triliun, naik 4,02% dibanding tahun Merujuk pada data BPS tahun 2014, pertumbuhan jumlah perusahaan subsektor komputer, barang elektronik dan optik cenderung mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari grafik berikut ini Jumlah Perusahaan Subsektor Komputer, Barang Elektronik dan Optik (Dalam Unit) Jumlah Perusahaan Subsektor Komputer, Barang Elektronik dan Optik (Dalam Unit) Gambar I-1 Grafik Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Subsektor Komputer, Barang Elektronik dan Optik (Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014) 1

2 Berdasarkan gambar I.1 jumlah perusahaan pada subsektor komputer, barang elektronik dan optik cenderung mengalami bertambah jumlahnya setiap tahunnya sejak tahun 2011 hingga tahun Produsen alat-alat elektronik menghadapi persaing yang ketat agar produknya tetap bertahan di pasar. Persaingan yang ketat ini memacu produsen peralatan elektronik untuk meningkatkan kinerja produksinya dari segi kualitas produk, jumlah produksi dan pengiriman tepat waktu agar dapat selalu memenuhi permintaan konsumen. PT. Topjaya Antariksa Elektronik (TAE) merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang peralatan elektronik yang berlokasi di daerah Jakarta Timur. PT Topjaya Toshiba adalah satu-satunya perusahaan yang ditunjuk Toshiba Co. untuk memproduksi peralatan elektronik rumah tangga yang difokuskan pada produk lemari pendingin atau kulkas. PT. Topjaya Toshiba memiliki visi untuk menjadi leader di regional dalam industri elektronik konsumen. Untuk mencapai visi tersebut, PT. Topjaya Toshiba akan selalu mengedepankan kualitas tinggai produk elektroniknya dan pelayanan purna jual (after sales service) yang cepat dan diandalkan. PT. Topjaya Toshiba memiliki keyakinan untuk melakukan bisnis dengan jujur dan integritas, menghasilkan secara terus-menerus kualitas produk yang baik, memperhatikan nilai dan budaya dalam organisasi, operasional yang efektif dengan biaya rendah dan selalu meyakini tidak ada batasan dalam hal berkembangan serta selalu melangkah menghadapi setiap tantangan dan persaingan. PT. Topjaya Toshiba memproduksi berbagai macam jenis kulkas, mulai dari kulkas jenis satu pintu (single door), dua pintu (twin door), home freezer dan showcase. Setiap jenis kulkas yang diproduksi memiliki part yang umumnya berbeda-beda antara satu jenis kulkas dengan yang lainnya. Gambar I.1 menunjukan jumlah produksi jenis kulkas single door, twin door, home freezer dan showcase pada periode bulan Januari 2013 hingga Desember

3 JUMLAH PRODUKSI (Unit Jumlah Produksi Aktual PT. Topjaya Toshiba Periode Januari 2013-Desember 2013 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des BULAN Single Door Twin Door Home Freezer Show Case Gambar I-2 Total Produksi Kulkas PT. Topjaya Toshiba Periode Bulan Januari 2013 hingga Desember 2013 (Sumber : Dokumen Internal PT. Topjaya Toshiba) Berdasarkan gambar I.2 dapat dilihat bahwa kulkas jenis single door merupakan produk kulkas dengan total produksi tertinggi diantara jenis kulkas lainnya. Total produksi aktual kulkas jenis single door selama s tahun 2013 mencapai unit atau sekitar 76% dari total produksi keseluruhan. Ini menunjukan bahwa kulkas jenis single door merupakan produk utama dari PT. Topjaya Toshiba karena memiliki jumlah permintaan tertinggi diantara jenis kulkas lainnya. Oleh karena itu, kulkas jenis single door dipilih sebagai objek penelitian PT. Topjaya Toshiba memiliki 11 divisi di lantai produksi, yaitu Divisi Press Shop, New CRF, Pipe, V/F, Silk Screen, Pre Assy, Sub assy, P/U Cab, P/U Door dan Final Assembly. Berdasarkan hasil diskusi dengan Pak Buseri selaku Manajer Produksi PT. Topjaya, penelitian ini hanya difokuskan pada satu divisi yaitu divisi sub assy, yaitu divisi di lantai produksi yang sebagian besar proses perakitan yang dilakukan masih manual oleh operator. Divisi sub assy (S/A) memproduksi part yang bernama control panel, yaitu yang part terletak di dalam kulkas jenis single door yang memiliki fungsi untuk mengatur suhu kulkas dan menerangi kabin dalam kulkas. Pada divisi 3

4 sub assy ini juga dilakukan proses persiapan perakitan kabel (wiring) yang nantinya akan digunakan oleh control panel sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini adalah skema alur proses produksi part control panel pada divisi sub assy lantai produksi PT. Topjaya Toshiba Wire Preparations Control Panel Assembling Gudang Cutting Slip Assembling Crimping Control Panel Thermo Assembling Final Work Stations Gambar I-3 Skema Alur Proses Produksi Divisi Sub assy (Sumber: Dokumen Internal PT Topjaya Toshiba, 2014) Pada gambar I.3 dapat dilihat skema alur proses produksi pembuatan control panel melewati beberapa tahapan proses, dimulai dengan material request (MR) ke gudang untuk memesan bahan baku yang diperlukan di sub assy. Setelah bahan baku dari gudang tiba, proses selanjutnya adalah menyiapkan kabel-kabel sesuai jenis material, kulkas dan warna untuk nantinya dilakukan pemotongan, crimping dan dipasangkan slip pada kabel. Di dalam proses wire cutting, kabel-kabel dipotong menggunakan mesin cutting sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan setiap part.. Setelah itu, kabelkabel yang selesai dipotong akan di-crimping menggunakan mesin crimping dan dipasang slip sesuai dengan spesifikasi dan jenis kulkas yang akan diproduksi. Setelah itu dilanjutkan pada proses perakitan control panel di WS control panel thermo assembly, yaitu assembly dari part-part kabel, thermostat, control box, lampu, pengatur suhu dan part lainnya menjadi control panel. Di dalam proses produksi control panel masih ditemukan beberapa aktivitas yang disinyalir termasuk aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah (non value-added activity / waste) yang mempengaruhi kualitas proses. Tabel 1.1 menunjukan hasil identifikasi waste menggunakan waste checklist, yang 4

5 didapat dari hasil pengamatan awal di PT. Topjaya Toshiba. Dalam mengidentifikasi waste, pengamatan dilakukan sebanyak tiga hari kerja mulai pukul , pada hari yang berbeda dan tidak berurutan. Dari survey pengamatan awal yang dilakukan, didapatkan data sebagai berikut Tabel I.1 Identifikasi Waste Pada PT. Topjaya Toshiba Waste Total Magnitude Waste Persentase Waste Ranking Defect 16,5 29,17% 1 Motion 10,5 18,56 2 Excess Process 9,5 16,79% 3 Waiting 7,4 13,08% 4 Not Utilizing Employee 6 10,61% 5 Transportation 3,6 6,48% 6 Inventory 2,5 4,42% 7 EHS 0,5 0,88% 8 Overproduction 0 0% 9 (Sumber: Data Pengolahan Hasil Pengamatan Waste PT. Topjaya, 2014) Berdasarkan tabel I.1, didapatkan bahwa dari identifikasi waste yang dilakukan di PT. Topjaya Toshiba, persentase waste tertinggi di Sub assy adalah defect sebesar 29,17%. Total magnitude waste dan persentase waste pada tabel 1.1 dilakukan dengan melakukan pembobotan dari hasil checklist yang dapat dilihat di lampiran A. Oleh karena itu, waste yang akan diteliti adalah waste defect karena memiliki persentase tertinggi yang mempengaruhi kualitas produk dan output rata-rata produksi. Waste defect merupakan pemborosan yang terjadi akibat produk gagal memenuhi standar spesifikasi yang ditetapkan perusahaan sehingga memerlukan perbaikan atau pengerjaan ulang (Gasperz, 2007). Berdasarkan tabel I.2 dapat dilihat bahwa waste defect yang terjadi pada divisi sub assy 5

6 mempunyai nilai terbesar yaitu 29%. Berikut ini adalah data defect part kulkas single door di divisi sub assy pada periode Januari-Desember 2013 Tabel I.2 Data Defect Part Kulkas Single Door di divisi sub assy periode Januari-Desember 2013 Tahun Bulan Toleransi Defect (%) Jumlah Produksi (m) Jumlah Defect (m) Defect rate (%) Januari ,65 Februari ,41 Maret ,20 April ,26 Mei , Juni ,30 0,2 Juli ,25 Agustus ,32 September ,29 Oktober ,27 November ,34 Desember ,30 Rata-rata 0,33 (Sumber: Data PT. Topjaya Toshiba, 2014) Berdasarkan Tabel I.2, defect rate part kulkas single door di divisi sub assy memiliki rata-rata 0,33%. Angka ini masih melampaui persentase toleransi defect PT. Topjaya Toshiba yang diperbolehkan yakni sebesar 0,20% per bulannya di divisi sub assy. Selama periode ini, PT. Topjaya telah melakukan beberapa usaha perbaikan untuk mengurangi jumlah defect di divisi sub assy. Waste defect yang terjadi pada divisi sub assy diduga karena beberapa penyebab, antara lain faktor 6

7 manusia, mesin dan supplier. Usaha dan tindakan yang dilakukan PT.Topjaya Toshiba masih belum bisa memperbaiki performasi untuk mencapai batas toleransi target defect yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena perusahaan masih belum melaksanakan usaha perbaikan dengan maksimal atau tidak tepat dalam menghadapi akar permasalahan yang ada Tabel I.3 Tabel Penyebab Defect dan Usaha Perbaikan Yang Dilakukan PT. Topjaya Toshiba No Penyebab Defect 1 Faktor Operator/ Manusia (Man Power) 2 Faktor Mesin (Machine) Faktor Penyebab Operator mengatur mesin cutting dengan kecepatan tinggi Operator tidak hatihati dalam menggunakan mesin crimping Operator tidak hatihati dalam memasang control box, lampu dan kabel Mesin Cutting sering macet karena kabel sering kusut Usaha yang dilakukan perusahaan Memberikan pengarahan agar tidak perlu tergesa-gesa dalam menyelesaikan pekerjaan Melakukan training khusus untuk operator dalam menggunakan mesin crimping dan proses merakit control panel Melakukan perawatan mesin secara berkala dalam satu periode (Sumber: Data PT. Topjaya Toshiba, 2014) 7

8 Tabel I.3 Tabel Penyebab Defect dan Usaha Perbaikan Yang Dilakukan PT. Topjaya Toshiba (lanjutan) No Penyebab Defect 3 Faktor Supplier Faktor Penyebab Terdapat bahan baku yang defect Kualitas packing bahan baku yang berbeda-beda Usaha yang dilakukan perusahaan Menetapkan standar kualitas bahan baku (Sumber: Data PT. Topjaya Toshiba, 2014) Pada tabel I.3 diuraikan tindakan perbaikan yang dilakukan PT. Topjaya Toshiba untuk mengatasi waste defect di divisi sub assy. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan terlihat masih belum mencapai batas target toleransi defect. Berdasarkan tabel I.2, dapat dilihat defect rate rata-rata masih sebesar 0,33, hanya pada bulan Maret 2013 defect rate mencapai target toleransi defect perusahaan yaitu 0,20%. Tetapi, jika melihat jumlah produksi bulan Maret 2013 yang menurun drastis dibandingkan bulan Januari-Februari, penurunan ini lebih dikarenakan jumlah produksi yang lebih rendah dari biasanya sehingga operator lebih teliti dan hati-hati terhadap pekerjaannya. Setelah produksi meningkat di bulan-bulan berikutnya, persentase defect rate kembali melewati batas toleransi target defect rate yang ditetapkan perusahaan dan gagal dipenuhi hingga bulan Desember Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini akan mengembangkan suatu usulan rancangan strategi perbaikan pada divisi sub assy dengan tujuan menurunkan defect rate dengan menimasi waste defect. Fokus perhatian akan ditujukan pada jalur produksi yang lebih fleksibel sehingga mengurangi aktivitas pemborosan, memperlancar aliran material, memisahkan antara aktivitas non value-added dan value-added, membuat value-added mengalir lancar sepanjang value stream process dan proses yang ada dapat diselesaikan sesuai target yang telah ditentukan perusahaan 8

9 I.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah yang menjadi fokus utama pada penelitian ini adalah 1. Apa yang menjadi faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya waste defect selama proses produksi control panel berlangsung? 2. Apa usulan yang dapat diberikan kepada perusahaan agar dapat mengeliminasi penyebab pemborosan yang terjadi pada proses produksi part control panel pada divisi sub assy? I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang terjadi, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui jenis defect dominan yang mempengaruhi terjadinya waste defect selama proses produksi control panel berlangsung 2. Memberikan usulan yang dapat diberikan kepada perusahaan agar dapat mengeliminasi penyebab waste defect yang terjadi pada proses produksi part control panel pada divisi sub assy I.4 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, diperlukan batasan-batasan untuk menganalisa dan pemecahan masalah agar tidak menyimpang dari tujuan dan terarah, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan hanya perancangan pada peta aliran nilai (value stream map) untuk future state dan memberikan beberapa usulan dan tidak sampai tahap implementation. 2. Data histori yang digunakan adalah data bulan Januari Desember Hanya membahas waste defect 4. Tidak memperhatikan faktor biaya dan modal perusahaan I.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Perusahaan dapat mengetahui faktor dominan penyebab waste defect yang terjadi pada value stream dalam prses produksi control panel sehingga dapat menjadi masukan perusahaan untuk melakukan continues improvement. 9

10 2. Membantu perusahaan dalam memberikan alternatif solusi untuk mengoptimalkan proses produksi terutama pada proses produksi control panel divisi sub assy I.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Pada bab pendahuluan ini menjelaskan latar belakang permasalahan pendekatan Lean six sigma yang dibahas dalam penelitian ini. Permasalahan yang ada dinyatakan mulai dari area masalah yang umum hingga sampai pertanyaan yang diajukan pada penelitian. Di bab ini juga terdapat perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan asumsi masalah, serta sistematika dalam penelitian BAB II Landasan Teori Dalam bab ini, teori-teori yang menjadi dasar berkaitan dengan penelitian Lean six sigma akan dibahas. Tujuan dari bab ini adalah membentuk kerangka berpikir dan landasan teori yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan usulan rancangan perbaikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Metode pemecahan masalah disusun dengan mengamati langsung kondisi nyata pada perusahaan dan sesuai dengan metode-metode dasar Lean six sigma. BAB III Metodologi Penelitian Pada bab metodologi penelitian dijelaskan langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian sesuai tujuan dari permasalahan yang dibahas dan berfungsi sebagai kerangka utama untuk tetap menjaga penelitian mencapai tujuan yang ditetapkan. Metode pemecahan masalah disusun dengan melihat kondisi nyata di lapangan dan sesuai dengan metode-metode dasar Lean six sigma. 10

11 BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini ditampilkan data umum perusahaan dan data-data lainnya yang dikumpulkan melalui berbagai proses seperti observasi, wawancara, kuesioner dan data perusahaan. Kemudian pengolahan data dilakukan sesuai dengan metodologi pada bab III BAB V Analisis Usulan Perbaikan Dalam bab ini dijelaskan mengenai strategi perbaikan yang dapat dilakukan dan membandingkannya dengan literatur. Hasil perbaikan dan solusi yang didapatkan berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data dengan metode Lean six sigma yang telah diolah di bab sebelumnya BAB VI Penutup Pada bab ini diberikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran bagi perusahaan dan penelitian berikutnya sebagai usulan ataupun masukan perbaikan di masa yang akan datang 11

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

: Lean Six Sigma, DMAIC, waste defect, fishbone chart, five whys, visual control

: Lean Six Sigma, DMAIC, waste defect, fishbone chart, five whys, visual control USULAN PERBAIKAN UNTUK MEMINIMASI WASTE DEFECT PADA LANTAI PRODUKSI DIVISI SUB ASSY PART CONTROL PANEL DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELEKTRONIK TOSHIBA DENGAN METODE LEAN SIX SIGMA IMPROVED PROPOSAL TO MINIMIZE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan zaman merubah cara pandang konsumen dalam memilih sebuah produk yang diinginkan. Kualitas menjadi sangat penting dalam memilih produk di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

a b c d Gambar I.1 Produk PT. ABC (Sumber: Departemen Engineering PT. ABC)

a b c d Gambar I.1 Produk PT. ABC (Sumber: Departemen Engineering PT. ABC) BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dari sekian banyak faktor penting yang dipertimbangkan oleh pelanggan dalam suatu produk atau jasa, salah satunya ialah kualitas. Kualitas merupakan kebijakan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dalam industri manufakatur kini semakin meningkat, membuat persaingan indsutri manufaktur pun semakin ketat. Di Indonesia sendiri harus bersiap mengahadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri percetakan adalah salah satu industri yang selalu berhubungan dengan gambar dan tulisan untuk dijadikan sebuah hardcopy. Semakin berkembangnya zaman, industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan industri manufaktur sebagai produsen berbagai macam produk semakin tinggi. Ini ditandai dengan munculnya berbagai macam produk dengan jenis merek

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat, secara tidak langsung, menuntut para pelaku usaha untuk selalu menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini industri di Indonesia sedang dihadapkan dengan persaingan global, yaitu dimana adanya kebijakan tentang masyarakat ekonomi ASEAN atau yang disebut dengan MEA.

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik, dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut segala aspek kehidupan seluruh masyarakat untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Salah satu mekanisme yang menjadi ciri globalisasi dewasa

Lebih terperinci

: Firmansyah NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT.

: Firmansyah NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT. Nama : Firmansyah NPM : 35409094 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH Bagaimana proses produksi lemari pendingin di PT. Topjaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri sandal, berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat. CV. ASJ memproduksi sandal pria dari

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tahun ke tahun, perkembangan dunia bisnis mengalami peningkatan yang mengakibatkan perusahaan terus bersaing untuk menawarkan produk berkualitas sesuai keinginan konsumen.

Lebih terperinci

Pada Proyek Single Aisle lebih memfokuskan pada pembuatan komponen pesawat A320. Komponen pesawat A320 terbagi menjadi 3 komponen yaitu Leading Edge

Pada Proyek Single Aisle lebih memfokuskan pada pembuatan komponen pesawat A320. Komponen pesawat A320 terbagi menjadi 3 komponen yaitu Leading Edge BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dunia industri manufaktur khususnya industri pesawat terbang memiliki prospek bisnis yang semakin maju dan berkembang pesat. Data kebutuhan pesawat terbang yang dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Tabel I. 1 Target dan Realisasi Produksi pada Masing-masing Komponen Pesawat A320 Periode Januari-September 2015

BAB I Pendahuluan. Tabel I. 1 Target dan Realisasi Produksi pada Masing-masing Komponen Pesawat A320 Periode Januari-September 2015 BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki perusahaan manufaktur dibidang industri pesawat terbang, yaitu PT Dirgantara Indonesia. PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace Inc) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Pindad (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dibidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) dan produk komersial. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri manufaktur pesawat terbang semakin berkembang, baik pesawat untuk penumpang maupun barang. Hal ini mendasari pelanggan mengharapkan produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat yaitu berupa perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, dan sistematika

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI Oleh : BOBBY ALEXANDER NPM 0732010020 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Jumlah Permintaan AAC Block Tipe 600x200x75 mm dan 600x200x100 mm Periode Juni - Desember 2013

Jumlah Permintaan AAC Block Tipe 600x200x75 mm dan 600x200x100 mm Periode Juni - Desember 2013 (Pcs) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latarbelakang Perkembangan teknologi industri yang pesat menjadi salah satu hal yang memacu perusahaan manufaktur terus menerus meningkatkan hasil produksinya. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang memiliki potensi perkembangan yang tinggi. Menurut Kementerian Perdagangan dan Perindustrian

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT Pindad merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi alat pertahanan dan beberapa produk komersial. Kelompok usaha PT Pindad dibagi menjadi empat pokok

Lebih terperinci

Tabel I.1 Jumlah Permintaan Produk PT. Nikkatsu Electric Works Tahun (Sumber : Data PT. Nikkatsu Electric Works)

Tabel I.1 Jumlah Permintaan Produk PT. Nikkatsu Electric Works Tahun (Sumber : Data PT. Nikkatsu Electric Works) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan yang menjadikan kualitas sebagai strategi bersaing akan mempunyai keunggulan terhadap pesaingnya dalam menguasai pasar karena tidak semua perusahaan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan yang terjadi di dunia industri manufaktur dalam merebut pasar pada era globalisasi ini semakin tajam. Hal tersebut mendorong harapan pelanggan akan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan tahap-tahap yang dilalui penulis dalam menyusun penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah tahap awal penelitian, tahap pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri otomotif merupakan salah satu industri yang ada di Indonesia yang perkembangannya cukup besar mempengaruhi perekonomian Indonesia. Menurut penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1990, Lean Production System yang lahir dari Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. Dimana tujuan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tingkat persaingan di dunia usaha yang semakin tinggi menuntut setiap perusahaan berperan sebagai penghasil nilai (value creator), dengan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMIZE WASTE PADA PROSES PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN METODE VSM

PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMIZE WASTE PADA PROSES PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN METODE VSM PENERAPAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMIZE WASTE PADA PROSES PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN METODE VSM Roberth M Ratlalan 1, Ishardita Pambudi Tama 2, Sugiono 3 Program Magister Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) merupakan perusahaan manufaktur industri pengolahan yang memproduksi berbagai jenis produk karet teknik untuk keperluan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI DISUSUN OLEH : WAHYU EKO NURCAHYO 0632010198 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi sepatu. Sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan produk kelas dunia, maka kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi saat ini menimbulkan dampak persaingan yang sangat ketat antar perusahaan. Banyak perusahaan berlombalomba untuk mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

MINIMASI WASTE DEFECT DI PT EKSONINDO MULTI PRODUCT INDUSTRY DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA

MINIMASI WASTE DEFECT DI PT EKSONINDO MULTI PRODUCT INDUSTRY DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA MINIMASI WASTE DEFECT DI PT EKSONINDO MULTI PRODUCT INDUSTRY DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA 1 Benny Yanuarsih, 2 Sri Widaningrum, 3 Muhammad Iqbal 123 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Persaingan dunia industri yang semakin ketat khususnya di industri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Persaingan dunia industri yang semakin ketat khususnya di industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan dunia industri yang semakin ketat khususnya di industri elektronik membuat para pabrikan menjadi semakin kreatif dan inovatif. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas, setiap perusahaan dituntut untuk dapat selalu meningkatkan daya saingnya agar bisa tangguh menghadapi persaingan. Dalam kaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN MUTU REFRIGERATOR PADA SHOP FINAL ASSY UNTUK TIPE SINGLE DOOR DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELECTRONICS

MEMPELAJARI PENGENDALIAN MUTU REFRIGERATOR PADA SHOP FINAL ASSY UNTUK TIPE SINGLE DOOR DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELECTRONICS MEMPELAJARI PEENDALIAN MUTU REFRIGERATOR PADA SHOP FINAL ASSY UNTUK TIPE SILE DOOR DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELECTRONICS Nama : Andi Irnawan NPM : 30412763 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang ketat antar industri manufaktur di bidang elektronik dan permintaan konsumen yang terus menigkat setiap tahunnya, membuat para pelaku industri

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai tambah (value added), tidak memberi nilai tambah (non value added) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai tambah (value added), tidak memberi nilai tambah (non value added) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri demikian pesat menyebabkan persaingan antar industri semakin ketat terutam industri kecil menengah yang bergerak pada bidang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x ABSTRAK... xi BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waktu siklus Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap elemen maupun

Lebih terperinci

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University RANCANGAN PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG MENGGUNAKAN 5-S SYSTEM DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION (STUDI KASUS: DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kedirgantaraan terutama dalam proses perancangan dan pembuatan komponen pesawat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. LG Electronics Indonesia adalah perusahaan elektronik asal Korea Selatan yang menjadi salah satu bagian dari LG Group yang didirikan di Korea pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi menyebabkan tingkat persaingan di dunia usaha semakin tinggi. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan yang

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN LEMARI PENDINGIN SATU PINTU PADA FINAL LINE A UNTUK TIPE PRODUK GR-N195C DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELECTRONICS

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN LEMARI PENDINGIN SATU PINTU PADA FINAL LINE A UNTUK TIPE PRODUK GR-N195C DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELECTRONICS MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN LEMARI PENDINGIN SATU PINTU PADA FINAL LINE A UNTUK TIPE PRODUK GR-N195C DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELECTRONICS FINZA SWASTIKO R. 31409542 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur dengan jenis industri barang dari kayu saat ini semakin pesat sehingga membuat persaingan setiap pelaku industri manufaktur dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pembobotan yang dilakukan terhadap pemborosan (waste)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki objek yang dapat diukur dengan angka-angka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia

Lebih terperinci

Tabel I. 1 Data Pengiriman CV.ASJ kepada PT.A. Tanggal Keterlambatan Pengiriman

Tabel I. 1 Data Pengiriman CV.ASJ kepada PT.A. Tanggal Keterlambatan Pengiriman BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan perusahaan yang bergerak dibindang industri sandal khusus laki-laki yang terletak di daerah Bandung, Indonesia yang dapat memproduksi berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan yang sangat pesat di sektor industri pada saat ini menuntut setiap perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing untuk meningkatkan strategi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik Gres Tenan milik Bp. Sardjono Atmomardoyo yang ada di Kampung Batik Laweyan turut andil dalam persaingan dalam hal industri fashion. Mulai dari bakal kain, tas

Lebih terperinci

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 %

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 % OVER PRODUCTION Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 % No Tipe Pemborosan TL 1 TL 2 TL 3 TL 4 RATA-RATA RANKING 1 Produk Cacat (Defect) 3 3 2 2 2.5 1 2 Waktu Tunggu (Waiting) 1 1 1 0 0.75 6 3 Persediaan

Lebih terperinci

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan Petunjuk Sitasi: Eddy, & Aswin, E. (2017). Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C27-32). Malang: Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persediaan merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan manufaktur. Tanpa tersedianya persediaan, maka perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pertumbuhan industri di era globalisasi ini mengharuskan perusahaan menerapkan go green untuk menghemat energi serta harus mampu meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menyelesaikan produk sesuai due date merupakan hal yang penting untuk dipenuhi dalam suatu industri. Hal tersebut berpengaruh terhadap kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada lantai pabrik, kondisi dari mesin/peralatan yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk sangatlah menentukan. Oleh karena itu, untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri saat ini mengalami peningkatan yang tinggi. Peningkatan yang tinggi ini disebabkan oleh semakin besarnya permintaan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X*

USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING DI CV.X* Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.2 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 205 USULAN MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING

Lebih terperinci

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN BAB 3 METODELOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Metode penelitian adalah suatu prosedur atau kerangka yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan. Pendekatan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi industri telah memberikan pengaruh terhadap budaya lingkungan pekerjanya. Banyak perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika telah mengadopsi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Pengendalian..., Dina, Fakultas Teknik 2016

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Pengendalian..., Dina, Fakultas Teknik 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan industri saat ini semakin kompetitif setelah dibukanya pasar bebas, untuk memenangkan kompetisi dengan industri sejenis perusahaan harus memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri manufaktur. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul IMPLEMENTASI KONSEP LEAN THINKING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses produksi merupakan kegiatan utama dalam perusahaan industri manufaktur. Tingkat efektifitas dan efisiensi berproduksi dituntut memiliki nilai yang tinggi.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ii HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR.. iii TANDA LULUS MEMPERTAHANKAN TUGAS AKHIR iv PENGESAHAN PENELITIAN v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR. vii DAFTAR ISI x

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan peta kendali p sebelumnya maka diperoleh hasil dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE DMAIC UNTUK MENURUNKAN JUMLAH DEFECT GORES PADA PRODUK PU DOOR SD 195 STUDI KASUS DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELECTRONICS

SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE DMAIC UNTUK MENURUNKAN JUMLAH DEFECT GORES PADA PRODUK PU DOOR SD 195 STUDI KASUS DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELECTRONICS SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE DMAIC UNTUK MENURUNKAN JUMLAH DEFECT GORES PADA PRODUK PU DOOR SD 195 STUDI KASUS DI PT. TOPJAYA ANTARIKSA ELECTRONICS Disusun Oleh : EDY FITRIYANTO 2012.10.215.075 PROGRAM

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Pandega Marta, Ring Road utara, Kentungan, Sleman, Kafe Zarazara didirikan pada tanggal 7 Juni tahun 2014, oleh

BAB IV PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Pandega Marta, Ring Road utara, Kentungan, Sleman, Kafe Zarazara didirikan pada tanggal 7 Juni tahun 2014, oleh BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Usaha 1. Sejarah Singkat Perusahaan Kafe Zarazara adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kuliner dengan fokus produk es krim dan merupakan pelopor dari produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prospek industri plastik cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Potensi pengembangan industri plastik ini terlihat dari konsumsi atau penggunaan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci