Estimasi Lokasi Gangguan Hubung Singkat pada Saluran Transmisi Tenaga Listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Estimasi Lokasi Gangguan Hubung Singkat pada Saluran Transmisi Tenaga Listrik"

Transkripsi

1 106 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 17, No., , Nov 014 Estmas Loas Gangguan Hubung Sngat pada Saluran Transms Tenaga Lstr (Short Crcut Fault Locaton Estmaton on Power Transmsson Lnes RAMADONI SYAHPUTRA ABSTRACT In ths paper, a method for short crcut fault locaton estmaton whch uses data from both ends of overhead transmsson lne and whch does not requre the data to be synchronzed s descrbed. The method fully utlzes the advantages of dgtal technology and numercal relayng whch are avalable today and can easly be appled for off-lne analyss. The descrbed scheme does not requre real-tme communcatons, only off-lne post-fault analyss. The method allows for accurate estmaton of fault locaton rrespectve of fault types, fault resstance, load currents, and source mpedances. The smulaton for sngle lne to ground fault and symmetrcal three phase fault wth the varaton of fault resstance of 0 ohm, 10 ohms, 30 ohms, 50 ohms, 70 ohms, and 100 ohms, respectvely. The smulaton has been done by usng Matlab software. The smulaton results of estmaton error are 0.96% for sngle lne to ground fault and 0.11% for symmetrcal three phase fault, respectvely. The results have shown that the method can accurately estmate the locaton of short crcut fault on power transmsson lnes. Keywords: Two termnal fault locaton algorthm, transmsson lne, unsynchronzed samplng, fault analyss. PENDAHULUAN Gangguan hubung sngat serng terjad pada saluran transms udara. Ja gangguan terjad, maa harus dusahaan memulhan daya secepat mungn. Pemulhan pelayanan yang cepat aan mengurang eluhan pelanggan, watu berhent sstem (outage tme, erugan pendapatan, dan ongos perbaan. Fator-fator tu seman pentng bag perusahaan penyeda energ lstr menghadap tantangan pasar saat n. Guna membantu dalam pemulhan pelayanan secara cepat dan efsen, perlu dembangan algortma memberan estmas loas gangguan secara aurat. Penentuan loas gangguan hubung sngat pada saluran transms tenaga lstr umumnya berdasaran metode yang menggunaan hasl penguuran arus dan tegangan freuens sstem pada termnal yang terhubung dengan saluran transms yang mengalam gangguan. Algortma loas gangguan telah dembangan pada bermacam prnsp nformas yang dgunaan dalam gardu ndu. Algortma yang memanfaatan data loal tu telah dmplementasan dalam prant tersendr, dan tergabung dalam rele numer. Beberapa algortma penentuan loas gangguan pada saluran transms telah dpublasan menggunaan bermacam metode (Izyows et al., 007. Metodemetode tersebut dapat dbedaan atas dua jens, yatu metode Loas Gangguan Satu Termnal (OTFLA dan metode Loas Gangguan Dua Termnal (TTFLA. Walaupun algortma satu-termnal bermanfaat memberan hasl yang aurat, beberapa esalahan (errors tetap ada dsebaban asums yang dbutuhan dalam algortma tu. Nla mpedans sumber dbutuhan ja esalahan yang dbuat oleh resstans gangguan menjad sepenuhnya dompensas (Ersson et al, 1985; Sachdev dan Agarwal, Untu menghndar pengaruh nla mpedans sumber, beberapa asums perlu dgunaan, yang membawa epada solus aprosmas. Kecual bla asums tu benar sstem tertentu, algortma tu mungn mempunya esalahan yang besar dalam perhtungan loas gangguan (Grgs et al., 199.

2 R. Syahputra / Semesta Tena, Vol. 17, No., , Nov Sebuah pendeatan mempertmbangan penggunaan data dar edua ujung saluran transms dan beberapa ten loas gangguan dua-termnal telah dusulan oleh penelt terdahulu (Kezunovc et al., 1994; Novosel et al., 1996; Syahputra, 010; Syahputra, 013. Sebuah maalah telah dsajan menggunaan estmas fasor pra-gangguan algortma loas gangguan dua-termnal (Djurc et al., Fasor pra-gangguan dbandngan menentuan esalahan snronsas edua ujung. Dengan menggunaan esalahan snronsas, loas gangguan dhtung secara langsung. Pendeatan n memerluan pengguna secara manual menentuan data pra-gangguan, menghtung esalahan snronsas, dan emudan menghtung loas gangguan. Pendeatan n juga tda dapat dpaa gangguan tanpa beban pragangguan, msalnya penutupan embal e dalam gangguan. Pendeatan lan memanfaatan fasor pasca-gangguan dalam penyelesaan loas gangguan (Brahma, 005. Persamaan jatuh tegangan dselesaan menggunaan oordnat artesan, menghaslan persamaan uadrat esalahan snronsas yang tda detahu. Setelah menggunaan persamaan uadrat menyelesaan esalahan snronsas, loas gangguan dapat destmas. Aan tetap, tpe gangguan dbutuhan menghtung loas gangguan. Hal n dapat mengabatan esalahan dalam lasfas tpe gangguan dsebaban berembangnya gangguan. Penggunaan fasor yang dsnronan dan yang tda dsnronan telah demuaan dalam acuan (Novosel et al., Algortma tu memodelan saluran menggunaan matrs mpedans tga fasa dan juga esalahan snronsas. Loas gangguan yang tda detahu dan esalahan snronsas dperoleh dalam bentu matrs, dan persamaan dselesaan menggunaan ten aar terecl (aar terecl non-lnear ja esalahan snronsas dmasuan. Sebuah ten yang menggunaan fasor dsnronan dsajan dalam acuan (Syahputra, 010. Dalam acuan tu penguuran yang dsnronan menyelesaan loas gangguan menggunaan ten awasan watu. Algortma n tda tergantung pada tpe gangguan, tetap penulsnya menyataan metode n dpengaruh oleh nterval pencuplan dan metode numer yang dplh. Dalam perembangannya, metode estmas loas gangguan hubung sngat pada saluran transms juga mengadops metode berbass ecerdasan buatan, sepert yang dlauan oleh Syahputra (013. Aplas algortma berbass ecerdasan buatan telah banya membantu dalam bdang sstem tenaga lstr (Syahputra, 01; Syahputra et al., 01; Syahputra et al., 014a; Syahputra et al., 014b Dalam metode yang dusulan pada peneltan n, tda dbutuhan omunas secara realtme. Keta dbutuhan data yang dtunjuan dengan aurat, seluruh analss dapat derjaan secara off-lne. FUNDAMENTAL Algortma Hubung Sngat Analss hubung sngat dapat dselesaan dengan metode mpedans bus melalu nvers matrs admtans bus. Parameter yang dgunaan dantaranya mpedans saluran transms, apastans shunt saluran, mpedans sumber, resstans gangguan, dan beban yang danggap sebaga mpedans onstan (Saadat, Algortma Loas Gangguan Algortma loas gangguan yang dsajan menggunaan pendeatan dua termnal sstem yang dtunjuan dalam Gambar 1. Kapastans shunt aan dabaan awal dsus. V s E Z s V s BUS S I s mz I f V f I r (1-mZ V r BUS R GAMBAR 1. Saluran transms yang mengalam gangguan hubung sngat Metode n memperraan loas gangguan m pada saluran transms. Fasor tegangan dan arus dar dua termnal saluran yang dprotes dbutuhan dalam metode n, tetap tda dsnronan. Tegangan pada loas gangguan V f dapat dtentuan melalu rumusan sebaga berut: V f = Vs mz x Is (1 V f = Vr (1-mZ x Ir ( dengan Z adalah mpedans saluran, V s dan Is masng-masng adalah tegangan dan arus pada Z r V r E

3 108 R. Syahputra / Semesta Tena, Vol. 17, No., , Nov 014 ss pengrm, V r dan I r masng-masng adalah tegangan dan arus pada ss penerma. Dengan menguraan persamaan (1 dan ( dan dsusun embal persamaan, maa: Vs Vr + Z x Ir = m x Z x (Is + Ir (3 Penguuran pada bus S dan R tda dsnronan dan snronsas sudut antar fasor yang berhubungan adalah. Sebaga contoh, tegangan pada S dan R yang aan memenuh persamaan (3 dapat dtuls sebaga berut: Vs = Vs < m + >; Vr = Vr< m> (4 dengan m dan m adalah sudut teruur. Maa, adalah sudut yang dperluan menynronan fasor pada bus S terhadap fasor pada bus R. Persamaan yang sama dapat dtuls arus. Maa persamaan (3 menjad: Vs x ej Vr + Z x Ir = mz (Is x ej + Ir (5 Komponen yang tda detahu pada persamaan (5 adalah loas gangguan m dan nla omples = ej. Persamaan (5 dapat dpsahan menjad bagan rl dan majner membentu dua persamaan. Pada mulanya mpedans saluran dnyataan sebaga Z = R+jX. Tetap ja sudut tda detahu, dnyataan dalam bentu polar: = cos + j sn. Komponen rl dan majner dar persamaan tu dapat dnyataan sebaga berut: Re(Vssn + Im(Vscos - Im(Vr + C4 = m(c1 sn + C cos + C4 (6 Re(Vscos - Im(Vssn - Re(Vr + C3 = m(c1 cos - C sn + C3 (7 Koefsen C1, C, C3, dan C4 pada persamaan (6 dan (7 ddefnsan sebaga: C1 = R x Re(Is X x Im(Is (8 C = R x Im(Is + X x Re(Is (9 C3 = R x Re(Ir X x Im(Ir (10 C4 = R x Im(Ir + X x Re(Ir (11 Langah berutnya membag persamaan (6 dengan persamaan (7 membentu persamaan dengan sudut yang tda detahu. Setelah dsusun embal persamaan n dan membatalan beberapa bagannya, maa dhaslan persamaan: a sn + b cos + c = 0 (1 dengan, a= C3Re(Vs C4Im(Vs-C1Re(Vr CIm(Vr+C1C3+CC4 (13 b= C4Re(Vs C3Im(Vs CRe(Vr +C1Im(Vr+CC3 C1C4 (14 c= CRe(Vs-C1Im(Vs-C4Re(Vr +C3Im(Vr (15 Persamaan (1 mempunya sudut yang tda detahu (sudut snronsas dan dapat dselesaan dengan metode Newton Raphson teratf. Persamaan perhtungan teratf dar sudut (radan adalah: F( δ δ +1 = δ (16 F' ( δ F( δ = bcosδ + asn δ c (17 + F' ( δ = acosδ bsn δ (18 Prosedur teratf berhent pada saat perbedaan antara perhtungan terahr lebh ecl dar batas yang dtetapan sebelumnya, msalnya 4 δ + 1 δ < 10. Metode n mempunya onvergens uadrat dan dperluan tasran awal, tetap hal n tda dpertmbangan dalam masalah prats. Ja sudut tegangan dar edua ujung dtetapan nol, sudut menjad sudut semu antar tegangan dan tda tergantung epada esalahan snronsas. Dalam pratenya, sudut n berada dalam sebuah eangan terbatas setar nol. Jad dengan membuat sudut awal sama dengan nol, sudut snronsas dapat dtemuan dengan cepat. Setelah sudut snronsas detahu, loas gangguan dapat dhtung dar persamaan (6 atau (7. Berdasaran persamaan (6: Re( V sn δ + Im( V cosδ Im( V + C m = C sn δ + C cosδ + C 1 s s r 4 (19 Ja persamaan (7 dgunaan, m dapat dhtung melalu persamaan: Re( V cosδ Im( V sn δ Re( V + C m = C cosδ C sn δ + C s s r 3 (0 1 Persamaan d atas dapat dgunaan seluruh tpe gangguan shunt dan dapat 4 3

4 R. Syahputra / Semesta Tena, Vol. 17, No., , Nov dterapan asus mult-fasa. Jumlah fasa yang bersesuaan dapat dgunaan. Sebaga contoh dalam asus gangguan fasa A e tanah, tegangan dan arus fasa A pada edua termnal dapat dgunaan dalam persamaan tu. Aan tetap arus gangguan perlu dompensas dengan arus urutan nol, yang aan memunculan pengaruh urutan nol yang tda dngnan (mpedans urutan nol tda detahu dengan aurat dan oplng bersama dar saluran paralel aan mempengaruh eauratan. Selanjutnya dbutuhan seles tpe gangguan. Jad, pendeatan n tda danjuran. Dengan menggunaan tegangan urutan postf, negatf, atau nol, persamaan (8 sampa (11 dan (13 sampa (15 dapat dtulsan sebaga: (C1 = R x Re(Is X x Im(Is (1 (C = R x Im(Is + X x Re(Is ( (C3 = R x Re(Ir X x Im(Ir (3 (C4 = R x Im(Ir + X x Re(Ir (4 a= (C3I Re(Vs-(C4Im(Vs-(C1Re(Vr (CIm(Vr+(C1(C3+(C(C4 (5 b= (C4Re(Vs-(C3Im(Vs-(CRe(Vr +(C1Im(Vr+(C(C3-(C1(C4 (6 c= (CRe(Vs-(C1Im(Vs- (C4Re(Vr+(C3Im(Vr (7 Loas gangguan m dapat dtentuan melalu: Re( Vs sn δ + Im( Vs cosδ Im( Vr + ( C m = ( C sn δ + ( C cosδ + ( C (8 dengan = 0,1,. Guna menghndaran pengaruh urutan nol dan etdapastan dalam parameter urutan nol, perhtungan urutan nol tda dsaranan. Ja tegangan dan arus urutan postf dgunaan, seles tpe gangguan tda dbutuhan. Tegangan dan arus urutan negatf dapat dgunaan seluruh gangguan tda sembang. Untu gangguan tga fasa sembang hanya nla urutan postf yang dapat dgunaan. Masalah senstftas lebh ecl besaran urutan negatf (beban urutan negatf serngal dabaan saluran transms dan penggunaan besaran tu dngnan seluruh gangguan ta sembang. Tetap pendeatan n membutuhan detes tpe gangguan tga fasa. Kesmpulannya, menghndaran detes tpe gangguan, mplementas besaran urutan postf (dapat dpaa seluruh tpe gangguan mungn plhan yang lebh dsua. Pengaruh Kapastans Shunt Saluran Ja algortma loas gangguan tda mengompensas admtans shunt, esalahan dapat muncul saluran yang lebh panjang pada tngat tegangan yang lebh tngg. Kompensas dlauan dengan cara menggant arus teruur pada termnal S dan R yatu Is dan Ir dengan arus Is dan Ir sepert dtunjuan dalam Gambar. Kapastans shunt yang paralel dengan resstans gangguan dompensas oleh algortma dan tda mempengaruh eauratan (Sachdev et al., Untu aplas saluran panjang, model saluran terdstrbus dapat juga dgunaan. Model saluran p mungn sesua model ABCD terdstrbus melalu persamaan berut mpedans ser (9 dan admtans shunt (30, snh( v l m Z = Z (9 ld l v l m v l m tanh Y d Y = v l m (30 dengan, v = zy adalah onstanta propagas; l = x/m adalah panjang saluran; z adalah mpedans ser dalam ohm per ml; dan y adalah admtans shunt dalam mho per m. Persamaan (9 dan (30 dapat dgunaan model p pada edua ss dar gangguan sepert dalam Gambar agar model parameter terdstrbusnya benar. V s E Z s BUS S V s I s my/ I s ' mz my/ R f (1-mZ (1-mY/ BUS R V r (1-mY/ GAMBAR. Dagram satu gars sstem yang terganggu dengan apastans shunt Koefsen C1, C, C3, dan C4 dhtung sebagamana sebelumnya, emudan estmas baru loas gangguan m dperoleh. Sebuah nla awal loas gangguan m perlu destmas menggunaan algortma tanpa ompensas. I r ' I r Z r V r E

5 110 R. Syahputra / Semesta Tena, Vol. 17, No., , Nov 014 Estmas tu dapat secara ontnu dperbaharu menggunaan sebuah prosedur teratf, sampa perbedaan antara dua estmas terahr lebh ecl dar batas yang dtetapan sebelumnya, 3 msalnya m + 1 m < 10. Kemudan perhtungan error loas gangguan ddasaran pada persamaan: loas atual loas hasl estmas (31 Error (% 100% panjang saluran Mula Masuan data: Bus, Saluran, Sumber Evalen Bentu Matrs mpedans bus Analss gangguan Algortma dua-termnal mengestmas loas gangguan tanpa menglasfas tpe gangguan, sehngga pengguna dapat menentuan tpe gangguan dar analss duatermnal. Setelah esalahan snronsas dan jara gangguan dtentuan, maa perhtungan menentuan parameter gangguan pada loas gangguan dapat dlauan guna analss gangguan. Tujuannya menggunaan sudut snronsas dalam menempatan fasor pada acuan watu yang lazm. Untu model saluran p dan mengunaan jarngan urutan, tegangan dan arus dar bus S dapat despresan sebaga berut: ( V fs = 1+ m Y [ mz l ] I s Z l V s (3 Y ( I fs = I s mvs m ( V fs (33 dengan = 0,1,. Arus dar bus R dapat dtentuan sebaga berut: Y Y ( I fr = Ir (1 m Vr (1 m ( Vfs (34 Arus total pada loas gangguan dapat dperoleh dengan menambahan sumbangan snronsas dar masng-masng ujung. Tegangan pada loas gangguan dapat dtentuan secara langsung dar salah satu ujung, tetap ujung terdeat aan memberan hasl yang lebh ba. Y Htung arus dan tegangan urutan fasa acuan (fasa A Htung arus dan tegangan fasa Htung oefsen C 1, C, C 3, dan C 4 Htung nla a, b, dan c Htung sudut snronsas ( dengan metode Newton- Raphson Htung loas gangguan (m Htungerror loas gangguan Htung loas gangguan lan? Tda Ya METODOLOGI Selesa Pelasanaan peneltan n sesua dengan dagram alr pada Gambar 3. Dalam peneltan n dlauan uj estmas loas gangguan hubung sngat satu fasa e tanah dan gangguan hubung sngat tga fasa smetrs. GAMBAR 3. Dagram alr estmas loas gangguan hubung sngat pasa saluran transms tenaga lstr

6 R. Syahputra / Semesta Tena, Vol. 17, No., , Nov HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data saluran transms yang dgunaan dalam peneltan n berasal dar data yang dgunaan oleh Sachdev dan Agarwal (1988. Saluran transms 150 m, 500 V dengan parameter saluran yang terdr dar mpedans saluran Z1=Z=53,090 86,07 ohm, Z0= 173,683 7,96 ohm dan admtans saluran Y1=Y=4,68 90 mho dan Y0=33,43 90 mho. Saluran transms dsupla oleh dua sumber evalen dengan nla mpedansnya Zs1=4,001 89,03 ohm, Zs= 3,501 88,90 ohm, Zs0=1, ohm, dan Zr1=100,00 88,85 ohm, Zr=75,07 88,47 ohm, Zr0=5,07 85,65 ohm. Estmas Loas Gangguan Hubung Sngat Satu Fase e Tanah Hasl peneltan gangguan hubung sngat fase e tanah dsajan pada Tabel 1 dan Gambar 4. Tabel 1 menunjuan hasl estmas loas gangguan gangguan satu fase e tanah dengan varas resstans gangguan 0 ohm, 10 ohm, 30 ohm, 50 ohm, 70 ohm, dan 100 ohm. Dar data hasl peneltan pada Tabel 1 dapat dbuat graf 3 dmens yang menamplan graf error estmas loas gangguan sebaga fungs dar jara gangguan dan resstans gangguan sepert dtunjuan dalam Gambar 4. Graf pada Gambar 4 menunjuan flutuas error estmas loas gangguan terhadap jara gangguan jens gangguan satu fase e tanah menggunaan metode loas gangguan tanpa memperhatan jens gangguan dengan varas resstans gangguan 0 ohm, 10 ohm, 30 ohm, 50 ohm, 70 ohm, dan 100 ohm. Error terecl yang ddapat pada peneltan n yatu sebesar 0, % pada gangguan dengan resstans gangguan 0 ohm pada jara 0 m, sedang error terbesar dperoleh pada gangguan dengan resstans gangguan 100 ohm pada jara 150 m yatu sebesar 0,96510 %. TABEL 1. Estmas loas gangguan gangguan satu fase e tanah Jara Sebenarnya (m R f = 0 ohm R f = 10 ohm Error hasl estmas (% R f = 30 ohm R f = 50 ohm R f = 70 ohm R f = 100 ohm 0 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0800 0, , , , ,0797 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1561 0, , ,1584 0, , ,4904 0,96510

7 Error estmas (% 11 R. Syahputra / Semesta Tena, Vol. 17, No., , Nov 014 GAMBAR 4. Graf error estmas loas gangguan sebaga fungs dar jara gangguan dan resstans gangguan gangguan satu fase e tanah. Ja dbandngan dengan hasl estmas yang dlauan oleh Sachdev dan Agarwal (1988, maa hasl estmas dalam peneltan n mempunya eteltan yang lebh ba. Terlhat bahwa error estmas yang dhaslan oleh Sachdev dan Agarwal lebh besar dar yang dhaslan dalam peneltan n. Perlu dperhatan juga bahwa Sachdev dan Agarwal mengestmas jara gangguan dengan resstans gangguan sebesar 10 ohm, dengan ecenderungan seman besar resstans gangguan maa aan memperbesar error estmas. Sedang dalam peneltan n dlauan dengan memvarasan resstans gangguan dar 0 ohm sampa 100 ohm, dengan error terbesarnya pada jara gangguan 150 m pada smulas dengan resstans gangguan 100 ohm yatu sebesar 0,96510 %. Hasl n mash lebh ecl ja dbandngan dengan error terbesar yang dhaslan oleh Sachdev dan Agarwal yatu 1,14 % pada jara 135 m. Estmas Loas Gangguan Hubung Sngat Tga Fase Smetrs Hasl peneltan gangguan hubung sngat tga fase smetrs dsajan pada Tabel dan Gambar 5. Tabel menunjuan hasl estmas loas gangguan gangguan hubung sngat tga fase smetrs dengan varas resstans gangguan 0 ohm, 10 ohm, 30 ohm, 50 ohm, 70 ohm, dan 100 ohm. Berdasaran data hasl peneltan dar tabel dapat dbuat graf 3 dmens yang menunjuan hubungan antara jara gangguan dan resstans gangguan terhadap error hasl estmas loas gangguan, yatu pada Gambar 5.

8 Error estmas (% R. Syahputra / Semesta Tena, Vol. 17, No., , Nov TABEL. Estmas loas gangguan gangguan tga fasa smetrs Jara Sebenarnya (m R f = 0 ohm R f = 10 ohm Error hasl estmas (% R f = 30 ohm R f = 50 ohm R f = 70 ohm R f = 100 ohm 0 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , GAMBAR 5. Graf error estmas loas gangguan sebaga fungs dar jara gangguan dan resstans gangguan gangguan tga fase smetrs

9 114 R. Syahputra / Semesta Tena, Vol. 17, No., , Nov 014 Graf pada Gambar 5 menunjuan flutuas error estmas loas gangguan terhadap jara gangguan jens gangguan tga fase smetrs menggunaan metode loas gangguan tanpa memperhatan jens gangguan dengan varas resstans gangguan 0 ohm, 10 ohm, 30 ohm, 50 ohm, 70 ohm, dan 100 ohm. Error terecl yang ddapat pada peneltan n yatu sebesar 0, % pada gangguan dengan resstans gangguan 0 ohm pada jara 150 m, sedang error terbesar dperoleh pada gangguan dengan resstans gangguan 100 ohm pada jara 150 m yatu sebesar 0, %. Secara umum terlhat pada graf tersebut bahwa seman besar jara gangguan yang dsmulasan maa error estmasnya seman besar, dan penngatan nla resstans gangguan menyebaban seman besarnya error estmas. Berdasaran data hasl peneltan dengan metode loas gangguan n terlhat bahwa asus gangguan hubung sngat tga fase smetrs, jara gangguan hasl estmas yang dperoleh sudah mendeat nla yang sebenarnya. Hal n dapat dlhat dar besarnya error yang bernla urang dar 0, %, sepert yang terlhat pada Gambar 5, sehngga sehngga dapat dataan bahwa metode n sangat aurat. KESIMPULAN Maalah n menyajan algortma pendeatan dua-termnal penentuan loas gangguan menggunaan fasor-fasor pasca-gangguan yang tda dsnronan. Error hasl estmas terbesar yang dhaslan uj asus gangguan satu fase e tanah adalah gangguan dengan resstans gangguan 100 ohm pada jara 150 m yatu sebesar 0,96 %, sedangan uj asus gangguan tga fase smetrs adalah gangguan dengan resstans gangguan 100 ohm pada jara 150 m yatu sebesar 0,11 %. Estmas loas gangguan menggunaan metode loas gangguan dpengaruh oleh nla resstans gangguan, jara gangguan, dan jens gangguan, yatu seman besar nla resstans gangguan aan memperbesar error estmas dan seman jauh jara gangguan menyebaban error estmasnya membesar. DAFTAR PUSTAKA A.A. Grgs, Hart, D.G., Peterson, W.L., 199, A New Fault Locaton Technque for Two and Three Termnal Lnes, IEEE Trans. on PWRD, 7(1, Djurc, M.B., Radojevc, Z.M., Terzja, V.V., 1998, Dstance Protecton and Fault Locaton Utlzng Only Fase Current Phasor, IEEE Trans. on PWRD, 13(4, D. Novosel, Hart, D.G., Udren, E., Gartty, J., 1996, Unsynchronzed Two Termnal Fault Locaton Estmaton, IEEE Trans. on PWRD, 11(1, H. Saadat, 1999, Power System Analyss, Internatonal ed., pp , The McGraw-Hll Companes, Inc., Sngapore. J. Izyows, E. Rosolows, M.M. Saha, M. Fulczy and P. Balcere, A fault locaton method for applcaton wth current dfferental relays of three termnal lnes, IEEE Trans. on Power Delvery, Vol., No. 4, pp , October 007. L. Ersson, Saha, M.M., Rocefeller, G.D., 1985, An Accurate Fault Locator Wth Compensaton for Apparent Reactance n The Fault Resstance Resultng from Remote-End Infeed, IEEE Trans. on PAS, 104(, M. Kezunovc, Mrc, J., Peruncc, B., 1994, An Accurate Fault Locaton Algorthm Usng Synchronzed Samplng, Electrc Power System Research, 9, M.S. Sachdev, Agarwal, R., 1988, A Technque for Estmatng Transmsson Lne Fault Locatons from Dgtal Impedance Relay Measurements, IEEE Trans. on PWRD, 3(1, R. Syahputra, 010, Fault Dstance Estmaton of Two-Termnal Transmsson Lnes, Proceedngs of Internatonal Conference of APTECS 010. R. Syahputra, 01, Fuzzy Mult-Objectve Approach for the Improvement of Dstrbuton Networ Effcency by Consderng DG, Internatonal Journal of Computer Scence & Informaton Technology (IJCSIT Vol 4, No, pp , Aprl 01. R. Syahputra, I. Roband, and M. Ashar, 01, Reconfguraton of Dstrbuton Networ wth DG Usng Fuzzy Mult-objectve

10 R. Syahputra / Semesta Tena, Vol. 17, No., , Nov Method, Internatonal Conference on Innovaton, Management and Technology Research (ICIMTR, May 1-, 01, Melacca, Malaysa. R. Syahputra, 013, A Neuro-Fuzzy Approach for the Fault Locaton Estmaton of Unsynchronzed Two- Termnal Transmsson Lnes, Internatonal Journal of Computer Scence & Informaton Technology (IJCSIT Vol 5, No 1, February 013, pp R. Syahputra, I. Roband, and M. Ashar, 014a, Optmzaton of Dstrbuton Networ Confguraton wth Integraton of Dstrbuted Energy Resources Usng Extended Fuzzy Mult-objectve Method, Internatonal Revew of Electrcal Engneerng (IREE, vol. 9, no. 3, 014. pp R. Syahputra, I. Roband, and M. Ashar, 014b, Performance Analyss of Wnd Turbne as a Dstrbuted Generaton Unt n Dstrbuton System, Internatonal Journal of Computer Scence & Informaton Technology (IJCSIT Vol 6, No 3, pp , June 014. Sachdev et al., 1999, IEEE Gude for Protectve Relay Applcatons to Transmsson Lnes, IEEE Std C , The Insttute of Electrcal and Electroncs Engneers, Inc., New Yor. S.M. Brahma, Fault Locaton Scheme for a Mult-Termnal Transmsson Lne Usng Synchronzed Voltage Measurements, IEEE Trans. on Power Delvery, Vol. 0, No., pp , Aprl 005. PENULIS: Ramadon Syahputra, S.T., M.T. Program Stud Ten Eletro, Faultas Ten, Unverstas Muhammadyah Yogyaarta, Jl. Rngroad Barat Tamantrto, Kashan, Yogyaarta 55183, INDONESIA. E-mal: ramadon@umy.ac.d.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Untu mengetahu pla perubahan nla suatu varabel yang dsebaban leh varabel lan dperluan alat analss yang memungnan ta unut membuat perraan nla varabel tersebut pada nla

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Masalah Analss regres merupaan lmu peramalan dalam statst. Analss regres dapat dataan sebaga usaha mempreds atau meramalan perubahan. Regres mengemuaan tentang engntahuan

Lebih terperinci

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA BAB V MOEL SEERHANA ISTRIBUSI TEMPERATUR AN SIMULASINYA Model matemata yang terdapat pada bab sebelumnya merupaan model umum untu njes uap pada reservor dengan bottom water. Model tersebut merupaan model

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum Bab III Plant Nonlnear Dengan Fase Nonmnmum Pada bagan n dbahas mengena penurunan learnng controller untu sstem nonlnear dengan derajat relatf yang detahu Dalam hal n hanya dperhatan pada sstem-sstem nonlnear

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Pengendalan Kualtas Statst Pengendalan Kualtas statst merupaan suatu metode pengumpulan dan analss data ualtas, serta penentuan dan nterpretas penguuran-penguuran

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok BAB II TORI DASAR II.. Analss Kelompo Istlah analss elompo pertama al dperenalan oleh Tryon (939). Ia memperenalan beberapa metode untu mengelompoan obye yang meml esamaan araterst (statsoft, 004). Kesamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.. Populas dan Sampel Populas adalah eseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngup yang ngn dtelt. Banyanya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut uuran populas, sedangan suatu nla

Lebih terperinci

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal n aan dbahas beberapa macam uuran yang dhtung berdasaran espetas dar satu peubah aca, ba dsrt maupun ontnu, yatu nla espetas, rataan, varans, momen, fungs pembangt

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Semnar Nasonal Aplas Tenolog Informas 00 (SNATI 00) ISSN: 0-0 Yogyaarta, Jun 00 FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Sr Kusumadew Jurusan Ten Informata,

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Created by Smpo PDF Creator Pro (unregstered verson) http://www.smpopd.com Statst Bsns : BAB IV. UKURA PEMUSATA DATA. Pendahuluan Untu mendapatan gambaran yang lebh jelas tentang seumpulan data mengena

Lebih terperinci

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING 7 Ilustras entu hmpunan fuzzy dan fungs eanggotaannya dapat dlhat pada Contoh 3. Contoh 3 Msalan seseorang dataan sudah dewasa ja erumur 7 tahun atau leh, maa dalam loga tegas, seseorang yang erumur urang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Analss dsrmnan merupaan ten menganalss data, dmana varabel dependen merupaan data ategor ( nomnal dan ordnal ) sedangan varabel ndependen berupa data nterval atau raso.msalnya

Lebih terperinci

Pengolahan lanjut data gravitasi

Pengolahan lanjut data gravitasi Modul 6 Pengolahan lanjut data gravtas 1. Transformas/proyes e bdang datar (metode Damney atau Euvalen Tt Massa). Pemsahan Anomal Loal/Resdual dan Anomal Regonal a. Kontnuas b. Movng average c. Polynomal

Lebih terperinci

KAJIAN METODE SUMBER EKIVALEN TITIK MASSA PADA PROSES PENGANGKATAN DATA GRAVITASI KE BIDANG DATAR

KAJIAN METODE SUMBER EKIVALEN TITIK MASSA PADA PROSES PENGANGKATAN DATA GRAVITASI KE BIDANG DATAR Berala Fsa ISSN : 1410-966 Vol.8, No.1, Januar 005, hal 7-10 KAJIAN METODE SUMBER EKIVALEN TITIK MASSA PADA PROSES PENGANGKATAN DATA GRAVITASI KE BIDANG DATAR Agus Setyawan Laboratorum Geofsa, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2)

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2) BB 0 Mengnterpretasan Populas arabel Kanon arabel anon secara umumnya artfsal. Ja varabel awal X ( dan X ( dgunaan oefsen anon a dan b mempunya unt propors dar hmpunan X ( dan X (. Ja varabel awal yang

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Usulan Penerapan Teor Marov Dalam Pengamblan Keputusan Perawatan Tahunan Pada Pt. Pupu Kujang USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Nof Ern,

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk) Semnar Nasonal plas enolog Informas (SNI ) Yogyaarta, Jun FUZZY BCKPROPGION UNUK KLSIFIKSI POL (Stud asus: lasfas ualtas produ) Sr Kusumadew Jurusan en Informata, Faultas enolog Industr Unverstas Islam

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK Jurusan Ten Spl dan Lngungan FT UGM U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK SENIN, 4 JANUARI 23 OPEN BOOK WAKTU MENIT PETUNJUK ) Saudara tda boleh menggunaan omputer untu mengerjaan soal- soal ujan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Varans Peneltan 3.1.1 Varabel Peneltan Peneltan n mengenal dua macam varabel yatu : 1. Varabel bebas (X) yatu : Berpr formal. Varabel terat (Y) yatu : Hasl belajar Sejarah

Lebih terperinci

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR Adranus Dr Program Stud Teknk Elektro Jurusan Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Tanjungpura adranus_dr@yahoo.co.d

Lebih terperinci

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1)

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1) Paradgma, Vol. 13 No. 2 Agustus 2009 hlm. 189 194 MODEL REGRESI SEMIPARAMERIK SPLINE UNUK DAA LONGIUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERIA HIV Lls Laome 1) 1) Jurusan Matemata FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga Jurnal Graden Vol No Januar 006 : 34-38 Karatersas Matr Lesle Ordo Tga Mudn Smanhuru, Hartanto Jurusan Matemata, Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas Bengulu, Indonesa Dterma Desember

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS Ihwannul Khols, ST. MT. Unverstas 7 Agustus 945 Jaarta hols27@gmal.com Abstra Pengenalan pola data

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata Probabltas dan Statsta Dsrt Adam Hendra Brata Unform Bernoull Multnomal Setap perstwa aan mempunya peluangnya masng-masng, dan peluang terjadnya perstwa tu aan mempunya penyebaran yang mengut suatu pola

Lebih terperinci

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Sebelum suatu Jarngan Neural Buatan (JNB) dgunaan untu menglasfasan pola, terlebh dahulu dlauan proses pembelaaran untu menentuan strutur arngan, terutama dalam penentuan nla bobot.

Lebih terperinci

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN Buletn Ilmah ath. Stat. dan erapannya (Bmaster) Volume 5, No. 3 (6), hal 8. INVERS DRAZIN DARI SUAU ARIKS DENGAN ENGGUNAKAN BENUK KANNIK JRDAN Eo Sulstyono, Shanta artha, Ea Wulan Ramadhan INISARI Suatu

Lebih terperinci

Analisis Persebaran Seismisitas Wilayah Sumatera Selatan Menggunakan Metode Double Difference

Analisis Persebaran Seismisitas Wilayah Sumatera Selatan Menggunakan Metode Double Difference B-54 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Prnt) Analss Persebaran Sesmstas Wlayah Sumatera Selatan Menggunaan Metode Double Dfference Dew Fajryyatul Mauldah, Bagus Jaya Santosa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN ORI. Aljabar Matrs.. Defns Matrs Matrs adalah suatu umpulan anga-anga yang juga serng dsebut elemen-elemen yang dsusun secara teratur menurut bars dan olom sehngga berbentu perseg panjang,

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global Optmsas Operas Sstem Tenaga Lstr dengan Konstran Kapabltas Operas Generator dan Kestablan Steady State Global Johny Custer,, Indar Chaerah Gunadn, Ontoseno Penangsang 3, Ad Soeprjanto 4,,3,4 Jurusan Ten

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER PENYELESIN SISTEM PESMN TK LINIE Mater Kulah: Pengantar; Iteras Satu Tt; Iteras Newton # PENGNT # erut n adalah contoh seumpulan buah persamaan ta lner smulta dengan buah varabel ang ta detahu:... ( 57...

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) BAB TINJAUAN TEORITIS. Knsep Dasar Infes, Saluran Pernafasan, Infes Aut, dan Infes Saluran Pernafasan Aut (ISPA.. Infes Infes adalah masunya uman atau mrrgansme e dalam tubuh manusan dan berembang ba sehngga

Lebih terperinci

TEKNIK EKSTRAPOLASI RICHARDSON BERULANG PADA MODEL BINOMIAL FLEKSIBEL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI JUAL AMERIKA

TEKNIK EKSTRAPOLASI RICHARDSON BERULANG PADA MODEL BINOMIAL FLEKSIBEL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI JUAL AMERIKA IndoMS Journal on Statstcs Vol, No (4), Page 39-49 TEKNIK EKSTRAPOLASI RICHARDSON BERULANG PADA MODEL BINOMIAL FLEKSIBEL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI JUAL AMERIKA Arum Handn Prmandar, Abdurahman Jurusan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN SISFO-Jurnal Sstem Informas IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN Fazal Mahananto 1), Mahendrawath ER 2), Rully Soelaman 3) Jurusan Sstem Informas,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROPORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADAP DISTRIBUSI NORMAL STANDARD

PENGUJIAN PROPORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADAP DISTRIBUSI NORMAL STANDARD ORBITH Vl. 7 N. 3 Nvember 11: 366-37 ENGUJIAN ROORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN ENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADA DISTRIBUSI NORMAL STANDARD Oleh: Endang Tryan Staf engajar

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA TIGA FASA UNTUK SISTEM DISTRIBUSI DENGAN METODE PENDEKATAN LANGSUNG

STUDI ALIRAN DAYA TIGA FASA UNTUK SISTEM DISTRIBUSI DENGAN METODE PENDEKATAN LANGSUNG No. 29 ol.2 Thn. X Aprl 2008 SSN: 085-871 STUD ALRAN DAYA TGA FASA UNTUK SSTEM DSTRBUS DENGAN METODE PENDEKATAN LANGSUNG Adrant, Slva ran Jurusan Ten Eletro Faultas Ten Unverstas Andalas, Padang Abstra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penyusunan laporan tugas akhir ini dilakukan sesuai dengan langkahlangkah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penyusunan laporan tugas akhir ini dilakukan sesuai dengan langkahlangkah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penyusunan laporan tugas ahr n dlauan sesua dengan langahlangah peneltan yang aan dperlhatan pada dagram d bawah n, agar peneltan n dapat berjalan secara ba dan terarah. Sehngga

Lebih terperinci

Rekayasa Elektrika. Jurnal APRIL 2017 VOLUME 13 NOMOR 1. TERAKREDITASI RISTEKDIKTI No. 36b/E/KPT/2016

Rekayasa Elektrika. Jurnal APRIL 2017 VOLUME 13 NOMOR 1. TERAKREDITASI RISTEKDIKTI No. 36b/E/KPT/2016 TERAKREDITASI RISTEKDIKTI No. 36b/E/KPT/016 Jurnal Reayasa Eletra VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL 017 Efsens Daya Protool Quantze and Forward pada Sstem Komunas Kooperatf Mult-Relay Nasaruddn, Rony Kurna, dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0 Implementas Jarngan Saraf Truan Bacpropagaton Pada Aplas Pengenalan Waah Dengan Jara Yang Berbeda Menggunaan MATLAB 7.0 Syafe Nur Luthfe Jurusan Ten Informata, Unverstas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100,

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman Lucas Theorem Untu Mengatur Penympanan Memor yang Lebh Aman Hendra Hadhl Chor (135 8 41) Program Stud Ten Informata ITB Jalan Ganesha 1, Bandung e-mal: hendra_h2c_mathematcan@yahoo.com; f1841@students.f.tb.ac.d

Lebih terperinci

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) No. 29 ol.1 Thn. X Aprl 2008 SSN: 0854-8471 STUD HUBUNG SNGKAT UNTUK GANGGUAN TGA FASA SMETRS PADA SSTEM TENAGA LSTRK (Stud Kasus : PT. PLN Sumbar-Rau 150 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas

Lebih terperinci

METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND

METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND METODE OPTIMASI SELEKSI FITUR DENGAN ALGORITMA FAST BRANCH AND BOUND Rully Soelaman, Suc Hatnng Rn dan Dana Purwtasar Faultas Tenolog Informas, Insttut Tenolog Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 60, Indonesa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

STATISTIKA. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Mean Median Modus Simpangan baku Varian Histogram Quartil Desil Persentil

STATISTIKA. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Mean Median Modus Simpangan baku Varian Histogram Quartil Desil Persentil Bab 7 STATISTIKA A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetens Dasar Setelah mengut pembelajaran n sswa mampu:. Menghayat dan mengamalan ajaran agama yang danutnnya. 2. Meml motvas nternal, emampuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak).

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak). BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO 3. Smulas Monte Carlo Smulas Monte Carlo merupaan bentu smulas probablst dmana solus dar suatu masalah dberan berdasaran proses rendomsas (aca).

Lebih terperinci

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda KOLINEARITAS GANDA MULTICOLLINEARIT Oleh Bambang Juanda Model: = X + X + + X + ε. Hubungan Lnear Sempurna esa, Ja C X 0 C onstanta yg td semuanya 0. Mudah detahu rn td ada dugaan parameter oef dgn OLS,

Lebih terperinci

KUNCI JAWABAN SOAL TEORI FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ketinggian maksimum yang dicapai beban dihitung dari permukaan tanah (y t ) 1 mv

KUNCI JAWABAN SOAL TEORI FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ketinggian maksimum yang dicapai beban dihitung dari permukaan tanah (y t ) 1 mv KUNI JWBN SO EOI FISIK OIMPIDE SINS NSION 00. a. Dhtung dahulu watu yang derluan dar beban dleas sama e etnggan masmum yatu t. v 0 at 0 0t t =0, seon. Ketnggan masmum yang dcaa beban dhtung dar ermuaan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

Restorasi Citra Dengan Menggunakan Metode Iteratif Lanczos Hybrid Regularization

Restorasi Citra Dengan Menggunakan Metode Iteratif Lanczos Hybrid Regularization Restoras Ctra Dengan Menggunaan Metode Iteratf Lanczos Hybrd Regularzaton Yudh Purwananto, Rully Soelaman, Alfa Masjta Rahmat Jurusan Ten Informata, Faultas Tenolog Informas Insttut Tenolog Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Studi Perhitungan CCT Menggunakan Metode EEAC (Extended Equal Area Criterion) Dan Trajektori Kritis/ Critical Trajectory Untuk Kestabilan Transien

Studi Perhitungan CCT Menggunakan Metode EEAC (Extended Equal Area Criterion) Dan Trajektori Kritis/ Critical Trajectory Untuk Kestabilan Transien JURAL TEKIK POITS Vol., o., (0) -6 Stud Perhtungan CCT enggunaan etode EEAC (Extended Equal Area Crteron) Dan Trajetor Krts/ Crtcal Trajectory Untu Kestablan Transen Hardansyah Pratama, Ardyono Pryad,

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: 854-8471 STUDI ALIRA DAYA DEGA METODA FAST DECOULE (Aplkas T. L Sumbar-Rau 15 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas Andalas adang, Kampus Lmau Mans adang, Sumatera

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM NONLINIER DENGAN MENGGUNAKAN RECURRENT NEURAL NETWORK DAN ALGORITMA DEAD-ZONE KALMAN FILTER

IDENTIFIKASI SISTEM NONLINIER DENGAN MENGGUNAKAN RECURRENT NEURAL NETWORK DAN ALGORITMA DEAD-ZONE KALMAN FILTER IDENIFIKASI SISEM NONLINIE DENGAN MENGGUNAKAN ECUEN NEUAL NEOK DAN ALGOIMA DEAD-ZONE KALMAN FILE ully Soelaman, angga fa Faultas enolog Informas Insttut enolog Sepuluh Nopember Kampus Keputh, Suollo, Surabaya

Lebih terperinci

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE Dew Arfanty Azm, Dra.Madu Ratna,M.S. dan 3 Prof. Dr.

Lebih terperinci

PEMODELAN TINGKAT KERAWANAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED ORDINAL LOGISTIC REGRESSION

PEMODELAN TINGKAT KERAWANAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED ORDINAL LOGISTIC REGRESSION PEMODELAN INGKA KERAWANAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPAEN LAMONGAN DENGAN PENDEKAAN GEOGRAPHICALLY WEIGHED ORDINAL LOGISIC REGRESSION Marsa Rfada 1, Purhad 1) Mahasswa Magster Jurusan Statsta, Insttut

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB II DIMENSI PARTISI

BAB II DIMENSI PARTISI BAB II DIMENSI PARTISI. Defns dasar dan eteratannya dengan metrc dmenson Dalam pembahasan dmens parts, graf yang dbahas adalah graf terhubung sederhana dan tda meml arah. Sebelum mendefnsan graf yang dgunaan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Economic Dispatch Pembangkit Menggunakan Metode Lagrange dan CFPSO

Analisis Perbandingan Economic Dispatch Pembangkit Menggunakan Metode Lagrange dan CFPSO 91 Analss Perbandngan Economc Dspatch Pembangt Menggunaan Metode Lagrange dan CFPSO Kharudn Syah, Harry Soeotjo Dachlan, Rn Nur Hasanah, dan Mahfudz Shdq Abstra -Pada pengoperasan pembangt tenaga lstr,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN LOKASI (Model Dasar) [2]

PERMASALAHAN LOKASI (Model Dasar) [2] PERMASALAHAN LOKASI Model Dasar [] Technques of Contnuous Space Locaton Probles Medan ethod» Rectlner / Manhattan / Ct bloc dstance Contour-Lne ethod» Constructs regons bounded b counter lne hch provde

Lebih terperinci

Median Method. Types of Distance Rectilinear distance / Manhattan distance / City block distance / rigth-angle distance / rectangular distance

Median Method. Types of Distance Rectilinear distance / Manhattan distance / City block distance / rigth-angle distance / rectangular distance 30/05/04 Technques of Contnuous Space Locaton Probles PERMASALAHAN LOKASI Model Dasar [] Medan ethod» Rectlner / Manhattan / Ct bloc dstance Contour-Lne ethod» Constructs regons bounded b counter lne hch

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3. Analss Dsrmnan Analss dsrmnan (dscrmnant analyss) merupaan salah satu metode yan dunaan dalam analss multvarat. Dalam analss dsrmnan terdapat dua jens varabel yan terlbat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Analisis Penyelesaian Persamaan Kuadrat Matriks

Analisis Penyelesaian Persamaan Kuadrat Matriks Jurnal Matemata, Jurnal Matemata, tatsta tatsta, & Komutas & Komutas Vol. 3 No Vol. Jul No. 6 Jul 5 Vol, No, 9-3, 9-9, Jul 5 9 Analss Penyelesaan Persamaan Kuadrat Matrs Hasmawat dan Amr Kamal Amr Abstra

Lebih terperinci

Oleh : Wahyu Safi i Dosen Pembimbing : Drs. Soehardjoepri, M.Si

Oleh : Wahyu Safi i Dosen Pembimbing : Drs. Soehardjoepri, M.Si Analsa Penerapan Metode Robust Locally Weght Regresson Smoothng Scatterplots Pada Oblgas ( Analyss of Applcaton Robust Locally Weght Regresson Smoothng Scatterplots s Method n Oblgaton ) Oleh : Wahyu Saf

Lebih terperinci

Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas Analss Senstvtas Terdr dar aa : Analss Senstvtas, bla terad perubahan paraeter seara dsrt Progra Lnear Paraetr, bla terad perubahan paraeter seara ontnu Maa-aa perubahan pasa optu: Perubahan suu tetap,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MULTIKOLINEARITAS MELALUI METODE RIDGE REGRESSION. Oleh : SOEMARTINI

PENYELESAIAN MULTIKOLINEARITAS MELALUI METODE RIDGE REGRESSION. Oleh : SOEMARTINI PENYELESAIAN MULTIKOLINEARITAS MELALUI METODE RIDGE REGRESSION Oleh : SOEMARTINI JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 008 DAFTAR ISI Hal DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING

ANALISIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING Semnar Nasonal Tenolog Informas dan Multmeda 207 STMIK AMIKOM Yogyaarta, 4 Februar 207 ANALIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING Sgt Kamseno ), Bara Satya 2) ), 2) Ten Informata

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

Nilai Kritis Permutasi Eksak untuk Anova Satu Arah Kruskal-Wallis pada Kasus Banyaknya Sampel, k = 4

Nilai Kritis Permutasi Eksak untuk Anova Satu Arah Kruskal-Wallis pada Kasus Banyaknya Sampel, k = 4 Statsta, Vo. 7 No. 2, 65 71 Nopember 27 Na Krts Permutas Esa untu Anova Satu Arah Krusa-Was pada Kasus Banyanya Sampe, = 4 Inne Maran, Yayat Karyana, dan Aceng Komarudn Mutaqn Jurusan Statsta FMIPA Unsba

Lebih terperinci

Pemodelan Anomali Magnetik Berbentuk Prisma Menggunakan Algoritma Genetika Antonius a, Yudha Arman a *, Joko Sampurno a

Pemodelan Anomali Magnetik Berbentuk Prisma Menggunakan Algoritma Genetika Antonius a, Yudha Arman a *, Joko Sampurno a Pemodelan Anomal Magnet Berbentu Prsma Menggunaan Algortma Geneta Antonus a, Yudha Arman a *, Joo Sampurno a a Jurusan Fsa, FMIPA Unverstas Tanjungpura, Jalan Pro. Dr. Hadar Nawaw, Pontana, Indonesa *Emal

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Strategi Meminimalkan Load Shedding Menggunakan Metode Sensitivitas Untuk Mencegah Voltage Collapse Pada Sistem Kelistrikan Jawa-Bali 500 kv

Strategi Meminimalkan Load Shedding Menggunakan Metode Sensitivitas Untuk Mencegah Voltage Collapse Pada Sistem Kelistrikan Jawa-Bali 500 kv 1 Strateg Memnmalan Load Sheddng Menggunaan Metode Senstvtas Untu Mencegah Voltage Collapse Pada Sstem Kelstran Jawa-Bal 500 V Rs Cahya Anugrerah Haebb, Ad Soepranto,, Ardyono Pryad Jurusan Ten Eletro,

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis Kelamin Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis

Pengenalan Jenis Kelamin Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Metode Two-Dimensional Linear Discriminant Analysis Konferens Nasonal Sstem & Informata 05 STMIK STIKOM Bal, 9-0 Otober 05 Pengenalan Jens Kelamn Berdasaran Ctra Wajah Menggunaan Metode Two-Dmensonal Lnear Dscrmnant Analyss Ftr Damayant Prod Manajemen Informata,

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Ensten 4 () (06): 4-3 Jurnal Ensten Avalable onlne http://jurnal.unmed.ac.d/0/ndex.php/ensten Penguuran Intrus Ar Laut Pada Sumur Gal Dengan Kondutvtmeter D Desa Pematang Guntung Kecamatan Telu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci