BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah prgrakan manusia dan barang antara satu zona asal dan zona tujuan dalam wilayah yang brsangkutan. Prgrakan trsbut dapat dilakukan dngan mnggunakan sarana atau moda dan tnaga untuk kprluan trtntu Dalam skala prorangan transportasi adalah suatu prjalanan (trip) dari tmpat asal k tmpat tujuan dalam usaha mlakukan aktivitas trtntu di tmpat tujuan. (Santoso,1996). Masalah transportasi biasanya mnyangkut masalah pnydiaan sarana (moda) dan prasarana yang digunakan (Salim, 2000). Kgiatan transportasi slalu diusahakan prbaikan dan kmajuannya ssuai dngan prkmbangan pradaban dan tknologi, agar kgiatan transportasi mnjadi smakin fisin, yaitu brusaha mngangkut barang atau orang dngan waktu scpat mungkin dan dngan biaya sminimal mungkin, srta dngan rsiko skcil mungkin. 2.2 Sistm Transportasi Mnurut Marvin L. Manhim (1979), sistm transportasi scara ksluruhan didfinisikan dalam tiga variabl dasar yaitu : Sistm transportasi (T), Sistm aktivitas (A), dan Pola prgrakan aliran (F), Ktiga variabl trsbut saling brintraksi dan saling mmpngaruhi, dngan pnjlasan sbagai brikut : 1. Pola prgrakan aliran (F) pada sistm tranportasi ditntukan/dipngaruhi olh sistm transportasi itu sndiri (T) dan sistm kgiatannya (A). 2. Pola prgrakan aliran (F) mnybabkan prubahan sistm kgiatan (A) dari waktu k waktu mlalui pnydiaan pola playanan prgrakan trsbut, dan dalam jangka panjang F akan mmpngaruhi A. 3. Pola prgrakan aliran (F) dapat mnybabkan trjadinya prubahan sistm transportasi (T) pola aliran, dan dalam jangka panjang F juga akan mmpngaruhi T. 16

2 Dngan dmikian trdapat bbrapa pilihan prncanaan transportasi agar pola aliran atau flow (F) mnjadi baik yaitu dngan adanya pngaturan/prubahan mlalui sistm aktivitasnya (pndkatan sistm dmand) dan sistm transportasinya (pndkatan sistm supply). Gambar II.1 Pola Hubungan Sistm Transportasi Marvin L. Manhim (1979) Mlihat hubungan diatas, maka trdapat bbrapa individu, klompok dan lmbaga pmrintah atau swata yang kputusannya akan mmpngaruhi intraksi sistm transportasi trsbut, yaitu: Usr, dapat mmutuskan kapan, k mana, dan bagaimana mlakukan prjalanan. Oprator, dapat mmutuskan jnis playanan, rut, jadwal, macam dan jumlah kndaraan, maupun fasilitas lainnya yang akan disdiakan bagi pngguna jasa. Rgulator, dapat mmutuskan kbijaksanaan mngnai rtribusi, tarif dasar angkutan, pajak, prsyaratan fasilitas, subsidi, administrasi praturan, srta dapat mnganjurkan dan atau mmbatasi kputusan usr maupun oprator. 2.3 Sistm Angkutan Umum Sistm angkutan umum pada dasarnya dibntuk dari skumpulan prangkat kras (hardwar) utama yang trdiri dari prasarana dan sistm sarana. Slanjutnya kdua komponn prangkat kras trsbut dioprasikan dngan sistm pngoprasian atau sistm prangkat lunak yang trdiri dari komponnkomponn sprti frkunsi dan tarif. (Santoso,1996). 17

3 Adapun komponn prasarana dan sarana angkutan umum itu sndiri antara lain: a. Komponn prasarana angkutan umum, mliputi: sistm jaringan rut, trminal, track di spanjang right of way dari tiap rut, dan halt. b. Komponn sarana angkutan umum, mliputi: jnis kndaraan yang digunakan, dimnsi dan dsain kndaraan. Dari komponn-komponn trsbut di atas maka pnting untuk mnyiapkan sistm prasarana yang baik, agar playanan angkutan umum scara ksluruhan mmpunyai prformansi yang baik dan layak. Aspk-aspk yang trlibat dalam pnataan angkutan umum mliputi: pola kbutuhan prgrakan, sistm oprasi, srta tingkat playanan. Pnataan sistm angkutan umum yang kurang baik bisa mnambah prmasalahan yang ada sprti: tumpang tindihnya rut, jumlah armada yang tlalu bsar, tingkat playanan yang rndah, waktu tmpuh yang lama dan lainlain. Hal ini akan mnybabkan mnurunnya tingkat playanan angkutan umum dan dapat mnambah tingkat kmactan di jalan. 2.4 Faktor-faktor Pngaruh Trhadap Pmilihan Moda Angkutan Umum Pmilihan moda angkutan umum dipngaruhi olh bbrapa faktor, yaitu: a. Tingkat pndapatan kluarga Prjalanan yang dilakukan olh pnumpang kndaraan angkutan umum dapat dibdakan untuk golongan yang tidak mmpunyai pilihan moda (captiv) dan untuk golongan yang mmpunyai pilihan moda yaitu mnggunakan kndaraan pribadi atau kndaraan umum (choic). Golongan pnumpang ini pada dasarnya trgantung pada tingkat pndapatan tinggi, yang umumnya mmiliki kndaraan. Prsntas pnumpang yang tidak mmpunyai pilihan (captiv) sharusnya lbih rndah dibandingkan dngan golongan pnumpang dngan tingkat pndapatan rndah. Untuk mnunjang fktivitas sarana angkutan umum, prlu diusahakan untuk mmprkcil proporsi pnumpang choic agar bralih mnggunakan kndaraan angkutan umum. Tiga faktor brikut akan mmpngaruhi proporsi pnumpang kndaraan umum. 18

4 b. Waktu Prjalanan Rasio waktu prjalanan dngan mnggunakan kndaraan angkutan umum dan kndaraan pribadi akan mmpngaruhi pmilihan moda angkutan. Pnumpang cndrung mmilih moda angkutan yang mmrlukan waktu trsingkat untuk sampai pada tmpat tujuan. Makin tinggi rasio waktu prjalanan trsbut, maka akan makin sdikit pnumpang yang trtarik pada angkutan kndaraan umum. c. Waktu Playanan Rasio waktu playanan adalah prbandingan antara waktu playanan yang diprlukan olh kndaraan angkutan umum dan yang diprlukan olh kndaraan pribadi. Rasio waktu playanan pada dasarnya srupa dngan rasio waktu prjalanan. Makin tinggi rasio waktu playanan, maka makin sdikit pnumpang yang trtarik pada angkutan kndaraan umum. Rasio waktu playanan diprtimbangkan scara trpisah dari waktu prjalanan karna pnumpang cndrung kurang mntollir waktu tunggu yang lama. Sdangkan. lamanya waktu prjalanan di dalam kndaraan angkutan umum, umumnya masih dapat ditrima. d. Biaya Prjalanan. Rasio biaya prjalanan dngan mnggunakan kndaraan angkutan umum dan kndaraan pribadi juga akan mmpngaruhi pmilihan moda angkutan. Pnumpang cndrung mmilih moda angkutan yang murah. Makin tinggi rasio biaya prjalanan. maka akan sdikit pnumpang yang mmilih kndaraan angkutan pnumpang umum. 2.5 Trayk Angkutan Umum Trayk mnurut Kputusan Mntri Prhubungan No 35 Tahun 2003 Pasal 1 adalah lintasan kndaraan umum untuk playanan jasa angkutan orang dngan mobil bus, yang mmpunyai asal dan tujuan prjalanan ttap, lintasan ttap, dan jadwal ttap maupun tidak brjadwal. Kputusan Mntri Prhubungan No 35 Tahun 2003, Pasal 6 ayat 3 mnybutkan bahwa dalam mlakukan Evaluasi kbutuhan pnambahan kndaraan dalam suatu trayk, dilakukan dngan mmprtimbangkan: 19

5 Ukuran Kota Klasifikasi Trayk a. Jumlah prjalanan prgi-pulang pr hari rata-rata dan trtinggi; b. Jumlah rata-rata tmpat duduk kndaraan; c. Laporan ralisasi faktor muatan; d. Faktor muatan 70 %;. Trsdianya fasilitas trminal yang ssuai; f. Tingkat playanan jalan. Sdangkan pada PP Nomor 41 tahun 1993 pasal 5 mnybutkan trayk pngangkutan orang dngan kndaraan umum dilayani dngan : 1. Trayk ttap dan tratur adalah playanan angkutan yang dilakukan dalam jaringan trayk scara ttap dan tratur, dngan jadwal ttap atau tidak brjadwal. Misalnya bus bsar, bus sdang, bus kcil, mikrolt, dan sbagainya; 2. Tidak dalam trayk adalah playanan angkutan umum yang dilakukan tidak dalam jaringan trayk mlainkan dilakukan dalam darah oprasional trtntu. Misalnya taksi dngan darah oprasional Banda Ach. Brdasarkan kawasan yang dilayani, jnis kndaraan, dan sifat playanan, maka jaringan trayk kndaraan angkutan umum dapat diklasifikasikan k dalam trayk utama, trayk cabang, trayk ranting, dan trayk langsung. Jnis angkutan brdasarkan ukuran kota dan trayk dapat dibagi brdasarkan mpat klasifikasi yaitu Kota Raya dngan pnduduk > jiwa, Kota Bsar dngan pnduduk jiwa, Kota Sdang dngan pnduduk jiwa, dan Kota Kcil dngan pnduduk < jiwa. Adapun uraian mngnai pnntuan jnis angkutan brdasarkan ukuran kota dan trayk dapat dilihat pada Tabl II.1. dan Tabl II.2 Tabl II.1 Jnis Angkutan Brdasarkan Ukuran Kota dan Trayk Kota Raya Pnduduk > Kota Bsar Pnduduk Kota Sdang Pnduduk Kota Kcil Pnduduk < KA Bus Bsar Bus Bsar/Sdang Bus Sdang Utama Bus Bsar (SD/DD) Cabang Bus Bsar/Sdang Bus Sdang Bus Sdang/Kcil Bus Kcil Bus Sdang/Kcil Bus Kcil Mobil Pnumpang MPU (hanya Ranting Umum (hanya roda 4) roda 4) Langsung Bus Bsar Bus Bsar Bus Sdang Bus Sdang Sumbr : Kputusan Dirktur Jndral Prhubungan Darat Nomor : SK.687/AJ.206/DRJD/

6 Tabl II.2 Klasifikasi Trayk Klasifikasi Trayk Ciri-ciri Playanan Jnis Playanan Jnis Angkutan Kapasitas Pnumpang/hari /Kndaraan Jumlah Pnumpang Minimal/Hari/Bus Utama a. Mmpunyai jadwal ttap, sbagaimana trcantum dalam jam prjalanan pada kartu pngawasan kndaraan yang dioprasikan; b. Mlayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan utama dan pndukung dngan ciri mlakukan prjalanan ulang-alik scara ttap; Non konomi Ekonomi Bus Bsar (lantai ganda). Bus Bsar (lantai tunggal) c. Playanan angkutan scara trus mnrus Bus Sdang d. Brhnti pada tmpat-tmpat untuk mnaikkan dan mnurunkan pnumpang yang tlah dittapkan untuk angkutan kota. a. Brfungsi sbagai trayk pnunjang trhadap trayk utama; Non konomi Bus Bsar Cabang b. Mmpunyai jadwal ttap sbagaimana trcantum dalam jam prjalanan pada kartu pngawasan kndaraan yang dioprasikan; c. Mlayani angkutan pada kawasan pndukung dan antara kawasan pndukung dan prmukiman; Ekonomi Bus Sdang Bus Kcil d. Playanan angkutan scara trus mnrus srta brhnti pada tmpat-tmpat untuk mnaikkan dan mnurunkan pnumpang yang tlah dittapkan untuk angkutan kota. a. Tidak mmpunyai jadwal ttap; Ekonomi Bus Sdang Ranting b. Playanan angkutan scara trus mnrus srta brhnti pada tmpat-tmpat untuk mnaikkan dan mnurunkan punumpang yang tlah dittapkan untuk angkutan kota; c. Mlayani angkutan dalam kawasan prmukiman; Bus Kcil Bus MPU (hanya roda mpat) Langsung a. Mmpunyai jadwal ttap sbagaimana trcantum dalam jam prjalanan pada Kartu pngawasan kndaraan yang dioprasikan; b. Playanan angkutan scara trus mnrus srta brhnti pada tmpat-tmpat untuk mnaikkan dan mnurunkan pnumpang yang tlah dittapkan untuk angkutan kota; Non konomi Bus Bsar Bus Sdang Bus Kcil c. Mlayani angkutan antara kawasan utama dngan kawasan pndukung dan Sumbr : Kputusan Dirktur Jndral Prhubungan Darat Nomor : SK.687/AJ.206/DRJD/

7 2.6 Angkutan Umum Idal Wlls (1975) mngatakan bahwa tujuan dasar dari pnydiaan angkutan umum, adalah mnydiakan playanan angkutan yang baik andal, nyaman, aman, cpat dan murah, untuk umum. Scara umum dapat dikatakan angkutan umum slalu kalah brsaing dngan kndaraan pribadi. Bbrapa studi mngnai angkutan umum Harris (1976) mnyatakan playanan angkutan umum dapat diusahakan mndkati angkutan pribadi untuk mmbuat angkutan umum mnjadi lbih mnarik dan pmakai angkutan pribadi trtarik brpindah k angkutan umum Hal ini dapat diukur scara rlatif dari kpuasan playanan bbrapa kritria angkutan umum idal antara lain dapat dilihat pada Tabl II.3 dan Gambar II.2 Tabl II.3 Kritria Angkutan Umum Idal Kandalan Knyamanan Kamanan Murah Waktu Prjalanan Stiap saat trsdia, Kdatangan dan sampai tujuan tpat waktu, Waktu total prjalanan singkat dari rumah, mnunggu, dalam kndaraan, brjalan k tujuan, Waktu tunggu singkat, Sdikit brjalan kaki k bus stop, Tidak prlu brpindah kndaraan. Playanan yang sopan, Trlindung dari cuaca buruk di bus stop, Mudah turun naik kndaraan, Trsdia tmpat duduk stiap saat, Tidak brdsakan, Intrior yang mnarik, Tmpat duduk yang nak. Trhindar dari kclakaan, Badan trlindung dari luka bnturan, Bbas dari kjahatan. Ongkos rlatip murah trjangkau. Waktu di dalam kndaraan singkat. Sumbr : Harris (1976) Gambar II.2 mnunjukkan prbandingan kpuasan rlatif, antara playanan pnggunaan angkutan umum dngan angkutan pribadi. Skala Likrt untuk kpuasan rlatip dibuat 5 (1- sangat kurang, 2- kurang, 3-cukup, 4- baik, 5-sangat baik). Dari diagram dapat dilihat prbandingan knyamanan, kandalan, kamanan dan waktu, mmakai kndaraan pribadi lbih mnguntungkan dari pada mmakai angkutan umum. Dngan angkutan umum bsar biaya atau ongkos prjalanan mmang dinyatakan lbih murah. 22

8 Gambar II.2 Prbandingan Tingkat Kpuasan Rlatif Pnggunaan Angkutan Umum dan mobil Pribadi 2.7 Tarif Jasa Transportasi Tarif ini dapat diartikan brbda - bda trgantung sudut pandang masingmasing pihak yang scara langsung brkpntingan. Dalam kontks dmikian, maka tarif jasa transportasi sbagai brikut : o Dari sudut pandang pmakai jasa transportasi adalah harga yang harus dibayar untuk mnggunakan jasa transportasi. o Dari sudut pandang oprator, adalah harga dari jasa transportasi yang dibrikan. o Dari sudut pandang pmrintah, sbagai pihak yang mnntukan bsaran tarif, bsaran tarif yang brlaku akan sangat mmpngaruhi bsarnya pngluaran dan pndapatan darah pada sktor transportasi yang brsangkutan Sistm Pnntuan Tarif Jasa Transportasi Sistm pnntuan tarif jasa transportasi dapat didasarkan salah satu dari tiga cara brikut : 1. Sistm Tarif Atas Dasar Biaya Produksi Jasa Transportasi. Dngan sistm ini tarif dibntuk atas dasar biaya produksi jasa transportasi ditambah dngan kuntungan yang layak bagi klangsungan hidup dan pngmbangan prusahaan. Tarif yang dibntuk atas dasar biaya produksi dinyatakan sbagai tarif minimum, dimana prusahaan tidak akan mnawarkan lagi jasa transportasinya dibawah tarif srndah itu. Sistm ini digunakan stlah trlbih dahulu mnntukan biaya yang dikluarkan oprator baik biaya langsung maupun tak langsung. 23

9 2. Sistm Tarif Atas Dasar Nilai Jasa Transportasi Dngan sistm ini tarif didasarkan atas nilai yang dapat dibrikan olh pmakai trhadap jasa playanan transportasi. Bsar kcilnya nilai trsbut trgantung kadaan lastisitas prmintaan jasa playanan transportasi. Tarif yang didasarkan pada nilai jasa transportasi biasanya dinyatakan dngan tarif maksimum. 3. Sistm Tarif Atas Dasar Charging What Th Traffic Will Bar. Tarif ini brada diantara tarif minimum dan tarif maksimum. Tarif ini dittapkan sdmikian rupa shingga dngan volum angkutan trtntu, dapat mnghasilkan pnrimaan yang paling mnguntungkan. Pnntuan bsarnya tarif sangat trgantung dan lastisitas prmintaan dan biaya-biaya utama untuk mnghasilkan jasa angkutan trsbut Struktur Tarif Dalam mnangani kbijakan tarif akan mmprtimbangkan dua hal yaitu : o Tingkatan tarif atau bsaran tarif yang diknakan dan mmpunyai rntang dan tarif bbas atau gratis sama skali sampai pada tingkatan tarif yang diknakan akan mnghasilkan kuntungan pada playanan o Struktur tarif (cara tarif trsbut dibayarkan). Bbrapa pilihan Struktur tarif yang umum digunakan adalah tarif sragam (flat far) dan tarif brdasarkan jarak (distanc bas far) Tarif Sragam (Flat Far) Tarif diknakan tanpa mmprhatikan jarak yang dilalui. Struktur tarif ini mnawarkan sjumlah kuntungan, diantaranya : a. Kmudahan dalam pngumpulan ongkos, shingga mmungkinkan transaksi yang cpat trutama skali brmanfaat dalam kndaraan brukuran bsar dan dioprasikan olh satu orang. b. Struktur ini mmudahkan pngckan karcis pnumpang dan prsdiaan karcis. Struktur tarif ini juga mmpunyai krugian yaitu tidak mmprhitungkan kmungkinan untuk mnarik pnumpang yang mlakukan prjalanan jarak pndk dngan mmbuat prbdaan tarif. Struktur tarif sragam ini, disatu pihak mrugikan pnumpang yang mlakukan prjalanan jarak pndk, sbaliknya pnumpang yang mlakukan prjalanan jarak panjang mnikmati kuntungannya. 24

10 Gambar II.3 Struktur Tarif Sragam Tarif Brdasarkan Jarak (Distanc Basd Far) Tarif dibdakan scara mndasar olh jarak yang ditmpuh. Prbdaan dibuat brdasarkan tarif kilomtr, tahapan dan zona. A. Tarif Kilomtr Struktur tarif ini sangat trgantung pada jarak yang ditmpuh, yakni pntapan bsarnya tarif mrupakan prkalian ongkos ttap pr kilomtr dngan panjang prjalanan, dimana jarak dan tarif minimum ditntukan trlbih dahulu. Sistm tarif ini mmpunyai ksulitan dalam pngumpulan ongkos, karna sbagian bsar pnumpang mlakukan prjalanan jarak pndk dalam mnggunakan angkutan lokal dan ini mmbutuhkan waktu yang lama untuk mngumpulkannya. Gambar II.4 Struktur Tarif Kilomtr B. Tarif Brtahap Dihitung brdasarkan jarak yang ditmpuh olh pnumpang. Tahapan adalah suatu pnggal dan rut yang jaraknya antara satu atau lbih tmpat pmbrhntian sbagai dasar prhitungan tarif. Untuk itu jaringan prangkutan yang dilalui dibagi dalam pnggal-pnggal rut yang mmpunyal panjang yang kira-kira sama. 25

11 Tarif (Rp) Gambar II.5 Struktur Tarif Brtahap Jarak Tmpuh (Km) C. Tarif Zona Mrupakan bntuk pnydrhanaan dari tarif brtahap jika darah playanan transportasi dibagi k dalam zona-zona. Pusat kota biasanya sbagai zona trdalam dan diklilingi olh zona trluar yang trsusun sprti sbuah sabuk. Darah playanan transportasi juga dibagi k dalam zona-zona yang brdkatan. Jika trdapat jalan mlintang dan mlingkar, panjang jalan ini harus dibatasi dngan mmbagi zona-zona k dalam sktor-sktor. Skala jarak dan tarif dibntuk dngan cara yang sama dngan struktur tarif brtahap, misalnya brdasarkan suatu jarak dan suatu tingkatan tarif. Krugian pada struktur tarif ini adalah bagi pnumpang yang hanya mlakukan suatu prjalanan jarak pndk di dalam dua zona yang brdkatan, mrka harus mmbayar ongkos untuk dua zona. Sbaliknya, suatu prjalanan yang panjang dapat mnjadi lbih murah apabila dilakukan di dalam sbuah zona dibandingkan dngan prjalanan pndk yang mlintasi batas zona. Untuk kota - kota di Indonsia struktur tarif yang ditrapkan diantaranya struktur tarif sragam dan struktur tarif brtahap, walaupun tidak ditrapkan scara murni. Gambar II.6 Struktur Tarif Zona 26

12 2.8 Struktur Biaya Usaha Angkutan Brdasarkan Pdoman Tknis Pnylnggaraan Angkutan Pnumpang Umum di Wilayah Prkotaan dalam Trayk Ttap dan Tratur (Kputusan Dirktur Jndral Prhubungan Darat Nomor : SK.687/AJ.206/DRJD/2002), jika ditinjau dari kgiatan usaha angkutan, biaya yang dikluarkan untuk suatu produksi jasa angkutan yang akan dijual kpada pmakai jasa, trbagi dalam tiga bagian, yaitu : a. Biaya yang dikluarkan untuk pnglolaan prusahaan; b. Biaya yang dikluarkan untuk oprasi kndaraan, dan c. Biaya yang dikluarkan untuk rtribusi, iuran, sumbangan, dan yang brknaan dngan pmilikan usaha dan oprasi. Untuk mmudahkan prhitungan biaya pokok, prlu dilakukan pnglompokan biaya dngan tknik pndkatan sbagai brikut : a. Klompok biaya mnurut fungsi pokok kgiatan : 1. Biaya produksi : biaya yang brhubungan dngan fungsi produksi atau kgiatan dalam pross produksi. 2. Biaya organisasi : smua biaya yang brhubungan dngan fungsi administrasi dan biaya umum prusahaan, dan 3. Biaya pmasaran : biaya yang dikluarkan untuk kgiatan pmasaran produksi jasa. b. Klompok biaya mnurut hubungannya dngan produksi jasa yang dihasilkan. 1. Biaya Langsung : biaya yang brkaitan langsung dngan produk jasa yang dihasilkan, yang trdiri atas : biaya ttap dan biaya tidak ttap 2. Biaya Tidak Langsung : Biaya yang scara tidak langsung brhubungan dngan produk jasa yang dihasilkan, yang trdiri atas : biaya ttap dan biaya tidak ttap Biaya ttap : biaya yang tidak brubah (ttap) walaupun trjadi prubahan trjadi prubahan pada volum produksi jasa sampai k tingkat trtntu. Biaya tidak ttap : biaya yang brubah apabila trjadi prubahan pada volum produksi jasa. Brdasarkan pnglompokan biaya itu struktur prhitungan biaya pokok jasa angkutan adalah sbagai brikut : a. Biaya Langsung 1) Pnyusutan kndaraan produktif 27

13 2) Bunga modal kndaraan produktif 3) Awak bus (sopir dan kondktur) Gaji/ upah Tunjangan krja oprasi (uang dinas) Tunjungan sosial 4) Bahan Bakar Minyak (BBM) 5) Ban 6) Srvic Kcil 7) Srvic Bsar 8) Pmriksaan (Ovrhaul) 9) Pnambahan Oli 10) Suku Cadang dan bodi 11) Cuci bus 12) Rtribusi Trminal 13) STNK/pajak kndaraan 14) Kir 15) Asuransi Asuransi Kndaraan Asuransi awak bus b. Biaya tidak langsung 1) Biaya pgawai slain awak kndaraan a. gaji/upah b. uang lmbur c. tunjangan sosial tunjungan prawatan kshatan pakaian dinas asuransi kclakaan 2) Biaya pnglolaan a. Pnyusutan bangunan kantor b. Pnyusutan pool dan bngkl c. Pnyusutan invntaris / alat kantor d. Pnyusutan sarana bngkl. Biaya administrasi kantor f. Biaya pmliharaan kantor g. Biaya pmliharaan pool dan bngkl h. Biaya listrik dan air 28

14 i. Biaya tlpon dan tlgram j. Biaya prjalanan dinas slain awak kndaraan k. Pajak prusahaan l. Izin trayk m. Izin usaha n. Biaya pmasaran 2.9 Prspktif Prformansi Sistm Transportasi Mnurut Manhim (1979:171), kgiatan transportasi mlibatkan brbagai pihak yang mmpunyai kpntingan yang brbda. Masing masing pihak mmpunyai pandangan sndiri mngnai prformansi sistm transportasi. Dalam kontks ini, prformansi sistm transportasi dapat dilihat dari bbrapa sudut pandang (prspktif): a. Dari sudut pandang pngguna jasa (usrs) Adalah playanan yang dapat dinikmati dalam stiap pnggunaan transportasi untuk prjalanan yang mrka lakukan. Atribut tingkat playanan yang biasanya mnjadi indikator pnilaian adalah total waktu prjalanan, total waktu mnunggu, total ongkos, probabilitas krusakan atau khilangan barang, jarak brjalan kaki untuk mnjangkau kndaraan, hadway (waktu /jarak slang antara dua kndaraan umum), dan aspk knyamanan dalam kndaraan. b. Dari sudut pandang pnydia jasa (oprator) Pada umumnya oprator mmandang prformansi brdasarkan dimnsi finansial dan sub sistm yang mrka tangani, yaitu prformansi sarana, tnaga krja dan fasilitas oprasi yang digunakan. Stiap playanan (oprasi) yang oprator lakukan mmbutuhkan biaya karna mngkonsumsi sjumlah sumbr daya. Olh karna itu, oprator lbih brkpntingan trhadap jumlah kuntungan (nt rvnu) yang dihasilkan dari sjumlah biaya yang dikluarkan untuk mmbrikan playanan transportasi. c. Dari sudut pandang pihak lain (slain oprator dan usrs) Klompok orang yang tidak trlibat scara langsung dalam kgiatan transportasi, ttapi turut mrasakan dampak dari kgiatan transportasi. sprti dampak pncmaran lingkungan, dampak sosial dan dampak konomi yang timbul akibat adanya konsumsi brbagai sumbr daya untuk kgiatan transportasi. Klompok ini biasanya trdiri dari masyarakat umum dan pmrintah. 29

15 2.10 Tori Prilaku Konsumn Dasar tori prilaku konsumn adalah stiap individu slalu brusaha mmilih barang atau jasa yang dianggap dapat mmbrikan kpuasan maksimal. Dalam mnilai suatu barang atau jasa, konsumn lbih mnkankan pada nilai dari skumpulan atribut yang tawarkan olh barang atau jasa trsbut (a bundl of atribut), bukan pada barang atau jasa itu sndiri. Konsp rasionalitas ini juga dimanfaatkan dalam tori prilaku, trutama untuk mnggambarkan sikap konsistn dan transitif dari konsumn. Konsistn artinya dalam sitüasi yang sama, pilihan/kputusan yang akan diambil konsumn akan ttap sama. Sdangkan sikap transitif trjadi apabila konsumn lbih mnynangi moda 1 daripada moda 2 dan moda 2 lbih snangi daripada moda 3, maka moda 1 pasti akan lbih disnangi dari pada moda 3 (Akiva, 1985). Manhim (1979:69) mnyatakan bahwa prbdaan prfrnsi konsumn tidak hanya dalam atribut playanan ttapi juga dalam nilai rlatif dari brbagai atribut. Untuk mnggambarkan prbdaan prfrnsi digunakan konsp kurva Indiffrnt. Kurva ini mnunjukkan sluruh kombinasi pilihan yang mmbrikan kpuasan sama (Indiffrnt). Gambar II.7 Kurva Indiffrnt (Sumbr: Manhim, 1979) Gambar II.7 mnunjukkan srangkaian kurva Indiffrnt yang mlibatkan 2 atribut playanan; yaitu: waktu prjalanan (t) dan biaya (c). Kurva ini mnggambarkan prfrnsi konsumn trtntu. Pada suatu kurva trtntu, konsumn tidak brbda kpuasannya trhadap sluruh kombinasi dari waktu (t) dan biaya (c). Sbagai contoh, ssorang kpuasannya tidak brbda antara kombinasi waktu dan biaya yang ditunjukkan pada titik A pada kurva I dngan kombinasi yang ditunjukkan pada titik B. 30

16 Sbaliknya kdua titik kombinasi waktu dan biaya pada kurva I lbih disukai daripada titik C pada kurva II,7 sbab pada titik C baik waktu maupun biaya lbih tinggi daripada titik A dan titik B. Slanjutnya kombinasi biaya dan waktu pada titik A dan B lbih disukai daripada titik D, walaupun pada titik D mmpunyai biaya yang lbih rndah dari titik B, ttapi waktunya jauh lbih bsar dari pada titik B. Olh karna itu titik D kurang disukai. Sbagai tambahan, konsumn tidak brbda kpuasannya antara kombinasi waktu dan biaya pada titik C dan titik D. Srangkaian kurva Indiffrnt dapat dinyatakan dalam bntuk fungsi : U = f (S,θ) di mana: S = vktor atribut playanan, θ = vktor paramtr Nilai U dapat diartikan sbagai drajat ukuran kombinasi trtntu (t,c) yang diinginkan konsumn. Utility dinilai scara positif, jika UA > UD maka brarti konsumn lbih mnyukai A daripada D. Atribut playanan antara waktu dan biaya dinilai scara ngatif, artinya konsumn lbih mmilih sdikit waktu atau biaya. Olh karna itu pada saat t dan c mningkat maka nilai utility mnurun. Manhim (1979) mnyatakan utility dapat diukur dalam brbagai unit, sprti waktu, nilai montr atau nilai umumnya util. Nilai dari paramtr kurva indiffrnt scara ksplisit mngungkapkan prfrnsi konsumn, ditunjukkan olh rasio trad off slop kurva. Untuk kurva Indiffrnt yang brbntuk linir rasio trad off adalah α/β. Rasio ini mnyatakan nilai waktu konsumn atau jumlah yang ingin dibayarkan konsumn trhadap pnghmatan dari waktu prjalanan. Konsumn yang brbda mmpunyai fungsi utility dngan kurva Indiffrnt yang brbda dari rasio trad off. Sbagai contoh ssorang dngan pnghasilan tinggi akan mmbrikan nilai yang tinggi trhadap waktu prjalanan dan brsdia mmbayar rlatif tinggi biaya prjalanan untuk mnghmat waktu prjalanan. Sbaliknya konsumn yang brpnghasilan rndah akan mungkin mnambah waktu prjalanan untuk mnghmat biaya prjalanan. Bntuk fungsi utilitas sndiri bisa bragam, yang paling sring digunakan adalah utilitas ordinal dan utilitas kardinal. Utilitas ordinal mrupakan ksprsi mtmatik dari tingkat minat (prfrnc) dari brbagai altrnatif, sdangkan utilitas kardinal brsifat unit dan trukur mnurut fungsi matmatik (Samulson, 1995:76). 31

17 Waktu Waktu prjalanan total Variasi waktu prjalanan Waktu transfr Frkunsi prjalanan Jadwal waktu prjalanan 2.11 Atribut Playanan Jasa Transportasi Dalam pross pmilihan jasa transportasi atribut playanan jasa transportasi sangat brpngaruh trhadap kputusan planggan. Misalnya : kapan. kmana., untuk apa. rut mana dalam mlakukan prjalanan. Konsumn yang brbda akan mmprtimbangkan atribut playanan yang brbda ssuai dngan karaktristik sosial konomi dan prfrnsinya. Dalam knyataannya konsumn tidak mmprtimbangkan smua atribut playanan yang ada pada suatu jnis playanan trtntu. Ttapi konsumn hanya akan mngidntifikasi bbrapa variabl playanan yang dianggap paling brpngaruh trhadap prfrnsinya. Mnurut Manhim; (1979:66), playanan jasa transportasi mmiliki 5 atribut utama. Untuk lbih jlas dapat dilihat pada Tabl dibawah ini Ongkos Ongkos transportasi langsung (tarif, biaya pralatan, biaya bahan bakar, dan biaya parkir). Ongkos oprasi langsung lainnya (biaya muat dan dokumntasi) Ongkos tidak Iangsung (biaya pmliharaan, biaya gudang, asuransi). Sumbr :Manhim; (1979:66) Tabl II.4 Atribut Playanan Transportasi Kamanan dan Ksnangan dan Kslamatan Knyamanan planggan Rsiko krusakan./ Jarak brjalan kaki untuk khilangan barang mmprolh fasilitas Rsiko kclakaan Jumlah kndaraan yang trsdia Rsiko kjahatan untuk antisipasi prubahan yang Prasaan aman trjadi. Knyamanan scara fisik (suhu, klmbaban. kbrsihan. kualitas kndaraan, kssuaian dngan cuaca) Knyamanan psikologis (status kpmilikan kndaraan, trjaminnya privasi/kbbasan dalam mmakai kndaraan) Knikmatan lainnya misalkan kramaharn dalam pnjualan tikt, pnanganan bagasi, layanan makan dan minuman. Knikmatan prjalanan. Pngalaman sttika. Playanan Pngangkutan Kistimwaan prigiriman dan distribusi Asuransi jaminan 2.12 Fungsi Utility Fungsi utility adalah mngukur drajat kpuasan yang diprolh ssorang trhadap pilihannya. Bsarnya utility ini trgantung karaktristik atau atribut tiap pilihan dan karaktristik individu (status sosial konomi) yang mmbuat pilihan. Dalam mnspsifikasikan fungsi utility, harus mmilih variabl yang rlvan dari srangkaian variabl dan bntuk fungsi yang ssuai dngan variabl yang dipilih. 32

18 Utility yang mlkat pada suatu barang diturunkan dari sifat yang dimiliki olh barang trsbut dalam mmnuhi kpuasan. Olh karna itu utility mmiliki sifat-sifat objktif dan subjktif, ssuai dngan slra individual, prfrnsi, kpribadian dan kadaan akal. Akibatnya utility suatu barang mrupakan suatu variabl bukan nilai atribut, dapat brvariasi dari waktu k waktu dan tmpat yang brbda. Konsp utility mmbrikan dasar yang sangat brguna dalam mntapkan prfrnsi konsumn dalam mmbandingkan kpuasan yang ditrima dngan tingkat konsumsi yang brbda atas barang dan jasa Modl Utility Pndkatan Dtrministik Apabila sorang plaku prjalanan dihadapkan dngan srangkaian altrnatif I, maka stiap altrnatif i yang mrupakan lmn I bisa digambarkan olh fungsi V i dtrministik. Hal ini mrupakan fungsi pilihan yanag brisi smua variabl prmintaan dan pnawaran yang mmpunyai utility dan disutility dari stiap altrnatif. Pada umumnya fungsi V i dianggap sbagai fungsi linir dari variabl prmintaan dan pnawaran (Kanafani 1983:120). Bntuk umum dari fungsi V i adalah sbagai brikut : V (i) = β i. X i...(2.1) dimana : V (i) = fungsi utility dari moda angkutan i β i X i = vktor variabl prmintaan dan pnawaran yang mmpngaruhi pilihan = vktor paramtr yang mrprsntasikan pngaruh dari tiap variabl/atribut Dalam fungsi utility dtrministik, altrnatif dngan V(.) paling tinggi mmpunyai ksmpatan dipilih lbih bsar. Dalam fungsi yang brsifat dtrministik, nilai utiliy brsifat pasti (constant utiliy). Hal ini bisa trjadi dngan asumsi bahwa pngambil kputusan mngtahui scara pasti sluruh atribut yang brpngaruh trhadap nilai utility stiap moda altrnatif. Asumsi dmikian sulit trpnuhi, shingga mrupakan klmahan dari modl ini dan pnggunaannya sangat trbatas Modl Utility Pndkatan Stokastik Manski (1977) dalam Akiva (1985) mnctuskan konsp utility acak. Kacakan trsbut, disbabkan : 1. Adanya atribut yang tidak tramati. 2. Adanya variasi dan cita rasa dari individu yang tidak tramati. 33

19 3. Adanya ksalahan pngukuran (masurmnt rrors) karna informasi dan prhitungan yang tidak smpurna. 4. Adanya pubah yang brsifat instrumntal (proxy). Modl stokastik dilandasi pada pmikiran bahwa pross pmilihan bukanlah suatu dtministik mlainkan mrupakan masalah random yang tidak dapat diprhitungkan smpurna. Hal ini dapat trjadi karna ktidakonsistnan prilaku pmbuat pilihan, kurangnya informasi dngan mngabaikan atribut-atribut prjalanan lain yang trsdia, atau karna fluktuasi stokastik di mana atribut-atribut ini dapat ditrima. Kanafani (1983: 122) mnyatakan bahwa ada 3 alasan utama modl pmilihan stokastik lbih disukai, yaitu: 1. Prilaku individu mungkin tidak slalu mngikuti prinsip rasionalitas dalam pmilihan dan irrasionalitas prilaku prjalanan tidak dapat diantisipasi dalam modl pndkatan dtrministik. 2. Umumnya tidak mungkin untuk mmasukkan sluruh variabl k dalam fungsi utility yang mungkin dapat mmpngaruhi pmilihan. 3. Plaku prjalanan potnsial tidak mmpunyai informasi yang smpurna tntang sistm transportasi dan altmatif moda yang trsdia. Olh karna itu untuk mndapatkan modl pilihan yang trbaik diprlukan suatu fungsi pilihan yang mngandung unsur random yang mmbrikan nilai brbda pada probabilitas trtntu. Stiap orang akan mmpunyai nilai yang brbda atau orang yang sama mmpunyai nilai yang brbda pada situasi dan kondisi yang brbda. Modl stokastik mmbrikan alat yang lbih baik jika dibandingkan dngan modl dtrministik dalam mramalkan prilaku prjalanan dan lbih konsptual srta mndkati knyataan. Pndkatan stokastik mmasukkan unsur rror atau unsur rsidual yang brsifat random (stochastic). Modl pndkatan stokastik sbagai brikut (Kanafani, 1983: 123): U (i) = V(i) + (i)...(2.2) d.imana: U(i) = fungsi pilihan untuk altrnatif i V(i) = fungsi dtrministik dari atribut k i (i) = Komponn stokastik, variabl random yang mmpunyai distribusi trtntu. 34

20 Prinsip dasar dari modl pilihan U (i) bahwa individu-individu akan mmilih altrnatif i yang mmpunyai nilai paling tinggi dari yang lainnya. Dngan dmikian probabilitas (i) dipilih adalah: P(i) = P [U (i) > U (j), untuk sluruh j i ]... (2.3) Prsamaan diatas dapat dikmbangkan mnjadi sbagai brikut: P(i)= [V (i) + (i) > V(j) + (j),untuk sluruh j i ] = P [ (j) < V (i) V (j) + (i),untuk sluruh j i ] = F [ V (i) V (j) + (i), untuk sluruh j i ] f i (θ) d θ... (2.4) (i) dimana: F [.] = fungsi distribusi brsama dan [ (i), (j),... ] f i (θ) = fungsi marginal dnsity dari (i) Bntuk distribusi (i) ini akan mnntukan bntuk bangun dari modl pilihan stokastik trsbut. Pnrapan yang umum dan modl ini adalah modl Probit dan modl Logit Modl Probit Modl Probit hanya mlibatkan dua altrnatif pilihan. Modl probabilitas pmilihan yang didapatkan kan sangat brgantung pada bagaimana bntuk fungsi dnsity unsur. Jika in dan jn brdistrubusi normal, dngan masing-masing mmpunyai man = 0, variasi i 2 dan j 2 srta kovarian ij 2 shingga yaitu ( 1-2 ) juga brdistribusi normal dngan man = 0, varainsinya adalah 2 = i 2 + j 2-2 ij, maka probabilitas individu mmilih moda i adalah: P n (i) = P ( jn - in V in V jn)... (2.5) = = 1 1/ 2 ( / ) Vin V jn V 2 ( VinVjn) / in V jn 2 1/ 2 d d P n (i) = Ф... (2.6) Dimana : Ф (.) adalah fungsi probabilitas distribusi standar normal kumulatif. Fungsi probabilitas pilihan ini disbut modl Probit (karna kasus dua pilihan altrnatif). Untuk V in = β X in dan V jn = β X jn (akiva, 1985), maka : 35

21 '( X P n (i) = Ф... (2.7) in X jn ) Diagram fungsi probabilitas pmilihan ini, untuk kasuss = 1, dapat dilihat pada gambar II.8 P n (i) 100% 50% 0 V in -V jn Gambar II.8 Fungsi Probabilitas Probit Binr (Sumbr : Kanafani, 1983:128) Harga V in V jn ini dapat brharga positif, yang prlu diingat bahwa untuk trtntu 1/ mrupakan konstanta yang mnyatakan skala dari fungsi utilitas trsbut. Dari diagram diatas trlihat bahwa fungsi probabilitas ini adalah sigmoid dan asymtotic trhadap nilai probabilitas 0 atau 1. Ini brarti suatu moda akan ttap mmpunyai probabilitas trpilih walupun sangat klcil nilainya. Jika prbdaan harga atribut-atribut sangat bsar (shingga dapat dikatakan tak brhingga), barulah suatu moda mmpunyai probabilitas trpilih = 1. Pada knyataannya kjadian sprti ini sangat sulit trjadi 2.16 Modl Logit Modl Logit adalah suatu bntuk pndkatan matmatis untuk mngtahui prsntasi pngguna masing-masing moda pada sistm transportasi dngan manipulasi proporsi dari utilitas yang trdapat pada stiap moda. Asumsi dasar dalam modl probabilitas pmilihannya adalah bahwa : = akan brsifat bbas dan trdistribusi scara idntik (Indpndnt and Indntically Distributd) mnurut distribusi logistik atau Gumbl, yaitu sbagai brikut : n jn in 36

22 1 F ( n ), 0, (1 n (2.8) ) mrupakan skala paramtr positif, bntuk distribusi ini sbnarnya mirip dngan distribusi normal. Dngan asumsi trdistribusi scara logistik maka probabilitas individu n mmilih moda i dapat dirumuskan dalam suatu prsamaan (Akiva, 1985): P n (i) = Prob. (U in U jn ) (2.9) = = (1 ( Vin 1 ) ( VinVjn. Vin Vjn ) (2.10) Karna V in dan V jn adalah linir dalam paramtr, shingga prsamaan di atas dapat ditulis mnjadi P n (i) = = x in xin xjn ( (1 1 ( x in x jn ) ) (2.11) (2.12) Dngan asumsi V in dan V jn linir dalam paramtr, maka prsamaan di atas dapat ditulis dalam bntuk prsamaan brikut: 1 P n (i) = z (2.13) 1 di mana Z mrupakan kombinasi linir: Z X X X k X k 2.17 Kalibrasi Paramtr Modl Logit Untuk mnylsaikan prsamaan (2.13) di atas, ada bbrapa pndkatan yang dapat digunakan untuk mngstimai paramtr Logit Modl, yang paling sring digunakan adalah mtod pnaksiran kmiripan maksimum dan mtod pnaksiran rgrsi linir (Tamin, 2000: 243). Pada pnlitian ini digunakan mtod mtod pnaksiran rgrsi linir. 37

23 Mtod Pnaksiran Kimiripan Maksimum Langkah-langkah kalibrasi paramtr β k pada modl logit distimasi dngan mtod Maximum Likhood. Misalkan sampl pnlitian trdiri dari N rspondn, maka fungsi likhood (L) dari ksluruhan sampl adalah sbgai brikut : in L(β 1, β 2,..., β k ) = (2.14) Dimana : P n (i) = f (β 1, β 2,..., β k ) Y in = pubah indikator bila rspondn mmilih altrnatif moda i K = jumlah paramtr N = jumlah rspondn Dngan mnggunakan transformasi logaritma natural, maka prsamaan (2.14) dapat diubah mnjadi sbagai brikut : N Log (β 1, β 2,..., β k ) = Y in log Pn( i) Y jn log Pn ( j) n1 Untuk kasus linir, maka Y in = 1-Y jn dan P n (j) = 1- P n (i), maka : N in n in n L 1 = log (β 1, β 2,..., β k ) = Y P ( i) (1 Y )log 1 P ( i) n1 log (2.15) Untuk mmcahkan prsamaan (2.15), maka turunan prtama L 1 trhadap stiap nilai β k harus sama dngan nol L (2.16) k Untuk kasus modl Logit binr, maka : P n (i) = 1 in 1 X 1 X dan P n (j) = X in Untuk mmudahkan manipulasi matmatis, maka prlu didfinisikan X n = X in - X jn. Jadi untuk stiap lmn k didfinisikan hal sbagai brikut ; X nk = X ink X jnk untuk, k = 1,2...,K Dngan dmikian prsamaan (2.16) dapat ditulis kmbali dan disdrhanakan sbagai brikut : L1 k N Y in. Pn ( j). X nk Y jn. Pn ( i). X nk 0 n1 N n1 Y Y P n ( i) Pn ( j) jn in (2.17) 38

24 L1 k N Y in.(1 Pn ( i)) (1 Yin ). Pn ( i). X nk 0 n (2.18) L1 k N Y in Pn ( i). X nk 0 n (2.19) Pross kalibrasi paramtr ini slanjutnya dilakukan dngan bantuan pakt program SPSS (Statistical Packag Social Scinc) for Window Rlas Mtod Pnaksiran Rgrsi Linir Dalam mtod rgrsi linir dapat digunakan dua altrnatif modl, yaitu : 1. Modl Slisih, dirumuskan sbagai brikut : Xin dan Xjn = nilai variabl utilitas k-n yang diksprsikan dalam ongkos masingmasing moda, hingga bntuknya mnjadi: Ci dan Cj = harga karcis (cost). Scara matmatis diprolh : P n (i) = x xin in xj = a 1x1 a 2x2 n a x (2.20) (2.21) substitusikan variabl utilitas X i = X 1 olh C i = C 1 dan X j = X 2 dan C j = C 2, maka diprolh : ( a 1C1 ) P n (i) = ( a C ) ( a C ) (2.22) Apabila prsamaan diatas dibagi dngan (a + β 1 C 1 ), maka diprolh : P ( 1 ) = a C ) ( a C ) 1 1 ( dngan asumsi : β 1 = β 2 = β, maka diprolh : P ( 1 ) = a C ) ( a C ) 1 1 ( P ( 1 ) = ( a a ) ( C2C1 )

25 Dimana ; A = a 2 - a 1 dan C = C 2 -C 1 maka diprolh : P ( 1 ) = ( A B C) 1 1 ( A B C ) 1 1 P(1) dngan mnydrhanakan ruas kiri dan kanan mnggunakan Ln, mnjadi : Ln (A + B C) = Ln A + B C = Ln (1 P P (1 P P (1) (1) ( 1) ) ( 1) ) (1 P( 1) ) Dngan mngasumsikan Y = Ln, srta X = C P(1) Maka diprolh bntuk prsamaan linir : Y = A + B X, shingga dngan mnggunakan analisis rgrsi linir, dapat diprolh nilai A dan B. 2. Modl Rasio Sama halnya dngan modl slisih, contoh pnggunaan modl rasio adalah sbagai brikut Ci dan Cj = biaya moda 1 dan moda 2. Dngan dmikian, scara matmatis dapat diprolh : P 1 = 1 a 1 b ( Ci / Cj) P 1 (1 + a (Ci / Cj) b ) = 1 (Ci / Cj) P 1 + a P b 1 = 1 (Ci / Cj) b a P 1 = 1 P 1 a (Ci / Cj) b 1 P1 = P1 dngan mngambil logaritma kdua ruas, diprolh : Log a (Ci / Cj) b 1 P1 = Log P1 1 P1 Log a + b Log (Ci / Cj) = Log P1 1 P1 Ci Dngan mngasumsikan Y = Ln, srta X = log P1 Cj Maka diprolh bntuk prsamaan linir: Y = A + B X, shingga dngan mnggunakan analisis rgrsi linir, dapat diprolh nilai A dan B. 40

26 2.18 Rgrsi Logistik Rgrsi logistik adalah bntuk khusus analisis rgrsi dngan variabl rspon brsifat katgori dan variabl prdiktor brsifat katgori, kontinu, atau gabungan antara kduanya. Rgrsi ini dinamakan dngan rgrsi logistik karna pmbntukan modlnya didasarkan pada bntuk kurva logistik. Kurva ini brbntuk landai atau kmiringannya kcil pada bagian atas dan bawah variabl prdiktor, namun brbntuk curam pada bagian tngah. Prsamaan rgrsi logistik ini tidak mnghasilkan nilai pada variabl rspon, namun mnghasilkan pluang kjadian pada variabl rspon. Nilai pluang ini yang dipakai sbagai ukuran untuk mngklasifikasikan pngamatan. Dalam pnrapannya, rgrsi logistik tidak mmrlukan asumsi multivariat normal atau ksamaan matrik varian kovarian sprti halnya analisis diskriminan (Hosmr dan Lmshow, 1989). Olh karna itu mtod ini cukup tahan (robust) untuk dapat ditrapkan dalam brbagai skala/kadaan data (Tatham t. al, 1998). Modl rgrsi logistik multivariat dngan k variabl prdiktor adalah : xp (β β x β x... β x ) π (x) k k. (2.23) 1 xp (β 0 β1 x1 β 2 x2... β k xk ) Apabila modl prsamaan (3) ditransformasi dngan transformasi logit, akan diprolh bntuk logit g (x) = x k x k. (2.24) ( x) dngan g(x) = ln 1 ( x) Mtod untuk mngstimasi paramtr rgrsi logistik adalah dngan mnggunakan mtod maximum liklihood. Mtod ini mmprolh dugaan maksimum liklihood bagi dngan itrasi Nwton Raphson. Estimasi maksimum liklihood mrupakan pndkatan dari stimasi Wightd Last Squar, dimana matrik pmbobotnya brubah stiap putaran. Pross mnghitung stimasi maksimum liklihood ini disbut juga sbagai Itratif Rwightd Last Squar. Rgrsi logistik, mmpunyai syarat-syarat sbagai brikut : a. Variabl indpndn mrupakan campuran antara variabl diskrit dan kontinyu; b. Distribusi data yang digunakan tidak normal. c. Klbihan rgrsi logistik dibanding rgrsi yang lain : 41

27 Rgrsi logistik tidak mmiliki asumsi normalitas atas variabl bbas yang digunakan dalam modl. Artinya variabl pnjlas tidak harus mmiliki distribusi normal, linir, maupun mmiliki varian yang sama dalam stiap group. Variabl bbas dalam rgrsi logistik bisa campuran dari variabl kontinyu, diskrit dan dikotomis; Rgrsi logistik amat brmanfaat digunakan apabila distribusi rspon atas variabl trikat diharapkan non linir dngan satu atau lbih variabl bbas (Kuncoro, 2001:217 ) 21.9 Pnntuan Jumlah Armada Optimal Pnntuan jumlah armada optimal dilakukan dngan mtoda Brak Evn yang brdasarkan pada prinsip ksimbangan antara Biaya Oprasi Kndaraan (BOK) dan pndapatan. Ofyar Z. Tamin mnrangkan rumus Pnntuan jumlah armada optimal, pada makalah Optimasi Jumlah Armada Angkutan Umum Dngan Mtoda Prtukaran Trayk: Studi Kasus Di Wilayah Dki-Jakarta, sbagai brikut: LF KT xko LF BE (2.25) BOK LF BE x LF PD (2.26) dimana: LF = Load Faktor BOK = Biaya Oprasi Kndaraan LF BE = Load Faktor pada kondisi Brak Evn KT = jumlah armada optimal KO = jumlah kndaraan yang broprasi PD = pndapatan yang ditrima Pndapatan pr rit ditntukan dngan prsamaan: PDr Pg rx Tr (2.27) dimana: Pg r = jumlah pnumpang yang diangkut pr rit Tr = tarif pr pnumpang PD r = pndapatan yang ditrima pr rit 42

28 2.20 Load Factor Load Factor (LF) didfinisikan sbagai prbandingan antara prmintaan (dmand) dngan sdiaan (supply) yang trsdia.karna tinjauan dilakukan pada sluruh panjang rut, maka prmintaan dinyatakan sbagai kbutuhan pnumpang yang ada, baik yang trangkut maupun yang tidak trangkut dngan satuan zonapnumpang. Faktor muatan trdiri dari Faktor muatan statis dan Faktor muatan dinamis. Faktor muatan yang digunakan didalam pnlitian ini adalah load factor statis, ssuai dngan standar pnntuan Dinas Prhubungan Kota Banda Ach. Load Factor (LF) ditntukan dngan mnggunakan rumus: Pgz LF x 100%. (2.28) C dimana: LF = Load Factor (100%) Pg z = jumlah pnumpang pada suatu zona trtntu C = kapasitas angkut 2.21 Studi Trdahulu Bbrapa pnlitian yang prnah dilakukan yang brkaitan dngan studi kbutuhan angkutan umum di Kota Banda Ach antara lain : a. Syafril. Estimasi Jumlah Armada ksimbangan Brdasarkan Potnsi Prmintan (Studi Kasus Angkutan Kota Trayk Panorama Sungai Hitam, Kotamdaya Bngkulu), b. Mudiyono, Rachmat. Analisa Kbutuhan Angkutan Umum Bus Sdang Jurusan Smarang Jpara (pp), 2001 c. Karno,Achmad. Analisa Pmilihan Angkutan Umum Kota Banjarmasin Martapura Brdasarkan Kbutuhan Pnumpang, 2001 d. Sucipto. Studi Pangsa Pasar pada Sistm Angkutan Antar Propinsi Prum DAMRI (Studi kasus Trayk Purwokrto-Jakarta), Untuk lbih jlas mngnai studid trdahulu yang prnah dilakukan, maka dapat dilihat pada tabl II.5 dibawah ini 43

29 Tabl II.5 Pta Pnlitian Trdahulu Pnliti Judul dan Tahun Pnlitian Syafril. Estimasi Jumlah Armada ksimbangan Brdasarkan Potnsi Prmintaan (Studi Kasus Angkutan Kota Trayk Panorama Sungai Hitam, Kotamdaya Bngkulu), 2000 Mudiyono, Rachmat. Analisa Kbutuhan Angkutan Umum Bus Sdang Jurusan Smarang Jpara (pp), 2001 Karno,Achmad. Analisa Pmilihan Angkutan Umum Kota Banjarmasin Martapura Brdasarkan Kbutuhan Pnumpang, 2001 Variabl Yang Mmpngaruhi Pnlitian Pndkatan Hasil Pnlitian 1. Biaya Oprasi Kndaraan/kndaraan/tahun Ksimbangan 2. Jarak tmpuh/kndaran/tahun Potnsi Prmintaan 3. Prmintaan angkutan umum harian (analisa katgori) 4. Tarif rata-rata pr pnumpang 5. Tingkat playanan mnurut prspsi pngguna jasa 6. Pndapatan/kndaraan/tahun 7. Jumlah armada (flt) ksimbangan 1. Load factor Ksimbangan Supply 2. Jumlah armada bus sdang yang sharusnya disdiakan dan Dmand 3. Hadway 4. Pnydiaan jumlah bus sdang untuk masa yang akan datang 1. Trip distribution MAT Dmand 2. Trip Assignmnt 3. Hadway 5. Nilai kapasitas (Cv) 1. Estimasi dmand harian, sbsar pnumpang pr hari. 2. BOK pr kilomtr yang ditanggung oprator adalah rata-rata Rp 392, Tarif rata-rata formal adalah Rp 311,98 pr pnumpang. 4. Tarif rata-rata mnurut prspsi pngguna jasa adalah 277,24 pr pnumpang. 5. Pngalokasian 150 kndaraan mngakibatkan oprator rugi karna tidak trpnuhi kritria ksimbangan usaha (brak vn). 6. Flt ksimbangan brdasarkan tarif rata-rata adalah 133 kndaraan. 7. Flt ksimbangan brdasarkan tarif prspsi usr adalah 118 kndaraan. 1. Faktor pngisian (Load factor) sbsar 127,75 % 2. Rata-rata jumlah pnumpang pr-kndaraan sbsar 35 pnumpang. 3. Jumlah bus optimal sbanyak 89 armada 4. Jumlah armada bus sdang yang dibutuhkan pada tahun 2002 adalah sbanyak 91 armada. Minibus adalah kndaraan yang diprkirakan ssuai untuk mlayani pnumpang spanjang jalur jalan A. Yani dari Trminal Induk Banjarmasin sampai Trminal Martapura hingga tahun

30 Pnliti Judul dan Tahun Pnlitian Variabl Yang Mmpngaruhi Pnlitian Pndkatan Hasil Pnlitian Sucipto. Studi Pangsa Pasar pada sistm Angkutan Antar Propinsi Prum DAMRI (Studi kasus Trayk Purwokrto- Jakarta), Ongkos Tikt (O 1 ), Ongkos dari trminal akhir k tujuan (O 2 ), Waktu tunggu di trminal (W 1 ), Waktu Prjalanan (W 2 ), Waktu prjalanan dari trminal akhir k tmpat tujuan (W 3 ), Ktpatan waktu pmbrangkatan (X 1 ), Kssuaian jadwal pmbrangkatan (X 2 ), Frkunsi prjalanan (X 3 ), Rsiko trhadap krusakan barang bawaan (X 4 ), Rsiko Kclakaan (X 5 ), Tingkat kbisingan, gtaran, dan goncangan (X 6 ), Klluasaan tmpat duduk (X 7 ), Kbrsihan ruangan dalam Kndaraan (X 8 ), Playanan awak (X 9 ), Srvis makanan dan minuman (X 10 ), Unsur prstis (X 11 ), Potongan harga tikt (X 12 ) Modl Logit Binr U = - 8,84 0,0035 O 1 0,0047 O 2 30,54 W 1 + 4,60 X 1 + 4,42 X 2 + 5,069 X 3 2,94 X 4 1,47 X 6 + 3,065 X 7 + 4,14 X 8 + 3,08 X 12 Dirangga, Karlia. Studi 1. Tingkat Playanan (frkunsi, hadway, waktu tunggu, tarif Ksimbangan Estimasi dmand harian, moda Labi-Labi sbsar pnumpang pr hari., Kbutuhan Angkutan Umum dan load factor). Supply dan moda Bus Damri sbsar pnumpang pr hari. Total dmand pnp/hr. di Kota Banda Ach (Studi 2. Prformansi Angkutan Umum Sudut Pandang Oprator. Dmand Tarif rata-rata Labi Labi mnurut prspsi pngguna jasa adalah Rp pr Kasus Rut Kudah 3. Prformansi Angkutan Umum Sudut Pandang Usr Modl Logit Binr pnumpang. Darussalam) Waktu tmpuh, Waktu tunggu, Biaya prjalanan, Klluasaan tmpat duduk, Rsiko kclakaan, Rsiko khilangan/krusakan barang, Kbisingan, goncangan atau gtaran, Kbrsihan dan ksjukan ruangan, Unsur prstis, Prilaku supir, Kmudahan mndapatkan angkutan umum Tarif rata-rata Bus Damri mnurut prspsi pngguna jasa adalah Rp 800 pr pnumpang. Pngalokasian 163 armada Labi-Labi dan 5 Bus Damri sudah mmnuhi kpntingan oprator. Armada optimal brdasarkan tarif formal adalah 225 Labi-Labi dan 6 Bus Damri Armada optimal brdasarkan tarif prspsi usr adalah 147 Labi-Labi dan 5 Bus Damri. Armada optimal brdasarkan tarif Pr Km adalah 137 Labi-Labi dan 4 Bus Damri Nilai probabilitas agrgat pmilihan moda Bus Damri 63,31 %, sdangkan moda Labi-Labi 36,69 %. Kbutuhan Armada Brdasarkan Prfrnsi Trhadap Moda : a. Kbutuhan Armada Bus Damri Adalah 60 Armada (Tarif Formal), 39 Armada (Tarif Prspsi), 37 Armada (Tarif Pr Km) b. Kbutuhan Armada Labi-Labi Adalah 25 Armada Tarif Formal), 20 Armada (Tarif Prspsi), 37 Armada (Tarif Pr Km). Sumbr : Pnlitian trdahulu 45

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Proses penentuan perilaku api.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Proses penentuan perilaku api. 6 yang diharapkan. Msin infrnsi disusun brdasarkan stratgi pnalaran yang akan digunakan dalam sistm dan rprsntasi pngtahuan. Msin infrnsi yang digunakan dalam pngmbangan sistm pakar ini adalah FIS. Implmntasi

Lebih terperinci

UJI KESELARASAN FUNGSI (GOODNESS-OF-FIT TEST)

UJI KESELARASAN FUNGSI (GOODNESS-OF-FIT TEST) UJI CHI KUADRAT PENDAHULUAN Distribusi chi kuadrat mrupakan mtod pngujian hipotsa trhadap prbdaan lbih dari proporsi. Contoh: manajr pmasaran suatu prusahaan ingin mngtahui apakah prbdaan proporsi pnjualan

Lebih terperinci

Oleh : Bustanul Arifin K BAB IV HASIL PENELITIAN. Nama N Mean Std. Deviation Minimum Maximum X ,97 3,

Oleh : Bustanul Arifin K BAB IV HASIL PENELITIAN. Nama N Mean Std. Deviation Minimum Maximum X ,97 3, Kpdulian trhadap sanitasi lingkungan diprdiksi dari tingkat pndidikan ibu dan pndapatan kluarga pada kluarga sjahtra I klurahan Krtn kcamatan Lawyan kota Surakarta Olh : Bustanul Arifin K.39817 BAB IV

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian diperoleh dari siswa kelas XII Jurusan Teknik Elektronika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian diperoleh dari siswa kelas XII Jurusan Teknik Elektronika BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI DATA Data pnlitian diprolh dari siswa klas XII Jurusan Tknik Elktronika Industri SMK Ma arif 1 kbumn. Data variabl pngalaman praktik industri, kmandirian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Blakang Sarana dan prasarana transportasi di suatu ngara mmpunyai pranan yang sangat pnting dalam pngmbangan suatu kawasan trtntu, baik konomi, sosial, budaya dan sbagainya.

Lebih terperinci

KONTROL URBAN SPRAWL DENGAN PENDEKATAN PEMODELAN PERILAKU PERJALANAN DAN PARTISIPASI PENDUDUKNYA

KONTROL URBAN SPRAWL DENGAN PENDEKATAN PEMODELAN PERILAKU PERJALANAN DAN PARTISIPASI PENDUDUKNYA LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 KONTROL URBAN SPRAWL DENGAN PENDEKATAN PEMODELAN PERILAKU PERJALANAN DAN PARTISIPASI PENDUDUKNYA Pnliti : Lasmini Ambarwati, ST.,

Lebih terperinci

Aplikasi Integral. Panjang sebuah kurva w(y) sepanjang selang dapat ditemukan menggunakan persamaan

Aplikasi Integral. Panjang sebuah kurva w(y) sepanjang selang dapat ditemukan menggunakan persamaan Aplikasi Intgral Intgral dapat diaplikasikan k dalam banyak hal. Dari yang sdrhana, hingga aplikasi prhitungan yang sangat komplks. Brikut mrupakan aplikasi-aplikasi intgral yang tlah diklompokkan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN PENGGUNA JASA DALAM MEMBAYAR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS : KOPAJA P20 JURUSAN SENEN LEBAK BULUS)

ANALISIS KETERSEDIAAN PENGGUNA JASA DALAM MEMBAYAR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS : KOPAJA P20 JURUSAN SENEN LEBAK BULUS) ANALISIS KETERSEDIAAN PENGGUNA JASA DALAM MEMBAYAR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS : KOPAJA P0 JURUSAN SENEN LEBAK BULUS) Nincy Ayu Lstari 1 Nahdalina Fakultas Tknik Sipil Univrsitas

Lebih terperinci

1 e ABSTRAK. atribut biaya perjalanan adalah P BMlg = 0, ΔX1 Bsby =1- P BMlg, probability model, P BSby= 1- P BMlg, model

1 e ABSTRAK. atribut biaya perjalanan adalah P BMlg = 0, ΔX1 Bsby =1- P BMlg, probability model, P BSby= 1- P BMlg, model PENGARUH AKSESIBILITAS DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UDARA (STUDI KASUS BANDARA ABDURACHMAN SALEH MALANG-BANDARA JUANDA SURABAYA) Akhriadi, Ludfi Djakfar, Agus Suharyanto

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryatno Sudirham Analisis Rangkaian Listrik Mnggunakan Transformasi Fourir - Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (4) BAB Analisis Rangkaian Mnggunakan Transformasi Fourir Dngan pmbahasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Blakang Di dalam dunia bisnis yang smakin ktat saat ini prusahaan dituntut untuk mmiliki banyak kunggulan komptitif agar dapat brsaing dngan yang lainnya. Maka dari itu, prusahaan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI PENGGUNA JALAN TOL MALANG KEPANJEN

KAJIAN POTENSI PENGGUNA JALAN TOL MALANG KEPANJEN KAJIAN POTENSI PENGGUNA JALAN TOL MALANG KEPANJEN Ad Yudha Iswara, Fahry Husin, Ludfi Djakfar, Hndi Bowoputro Jurusan Tknik Sipil Fakultas Tknik Univrsitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145,

Lebih terperinci

MINAT SISWA TERHADAP EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BOLA VOLI DI SMA N 2 KABUPATEN PACITAN

MINAT SISWA TERHADAP EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BOLA VOLI DI SMA N 2 KABUPATEN PACITAN Artikl Skripsi MINAT SISWA TERHADAP EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BOLA VOLI DI SMA N 2 KABUPATEN PACITAN SKRIPSI Diajukan Untuk Mmnuhi Sbagian Syarat Guna Mmprolh Glar Sarjana Pndidikan (S.Pd.) Pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi dari faktor produksi adalah fungsi dari modal (capital) dan tenaga kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi dari faktor produksi adalah fungsi dari modal (capital) dan tenaga kerja BAB II TINJAUAN USTAKA 2.1. Landasan Tori 2.1.1. nawaran Agrgat nawaran Agrgat atau Aggrgat Supply adalah jumlah total dari barang dan jasa yang ditawarkan dalam suatu prkonomian pada tingkat harga. Modl

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN MASA KADALUARSA DAN PENURUNAN HARGA JUAL

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN MASA KADALUARSA DAN PENURUNAN HARGA JUAL ISSN : 407 846 -ISSN : 460 846 MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN MASA KADALUARSA DAN PENURUNAN HARGA JUAL Chrish Rikardo *, Taufik Limansyah, Dharma Lsmono Magistr Tknik Industri,

Lebih terperinci

Pertemuan XIV, XV VII. Garis Pengaruh

Pertemuan XIV, XV VII. Garis Pengaruh ahan jar Statika ulyati, ST., T rtmuan X, X. Garis ngaruh. ndahuluan danya muatan hidup yang brgrak dari satu ujung k ujung lain pada suatu konstruksi disbut bban brgrak. isalkan ada sbuah kndaraan mlalui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 A ANDAAN TEORI Pngrtian MM Multi vl Markting MM adalah salah satu contoh unit usaha yang brpola bisnis unik, yang sdang brkmbang di dalam bidang pnjualan barangbarang kbutuhan manusia, mulai brupaya

Lebih terperinci

Muatan Bergerak. Muatan hidup yang bergerak dari satu ujung ke ujung lain pada suatu

Muatan Bergerak. Muatan hidup yang bergerak dari satu ujung ke ujung lain pada suatu Muatan rgrak Muatan hidup yang brgrak dari satu ujung k ujung lain pada suatu konstruksik disbut bb bban brgrak Sbuah kndaraan mlalui suatu jmbatan, maka akan timbul prubahanbh nilai i raksi kimaupun gaya

Lebih terperinci

8. Fungsi Logaritma Natural, Eksponensial, Hiperbolik

8. Fungsi Logaritma Natural, Eksponensial, Hiperbolik 8. Fungsi Logaritma Natural, Eksponnsial, Hiprbolik 8.. Fungsi Logarithma Natural. Sudaratno Sudirham Dfinisi. Logaritma natural adalah logaritma dngan mnggunakan basis bilangan. Bilangan ini, sprti halna

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. digunakan sebagai landasan teori pada penelitian ini. Teori dasar mengenai graf

II. LANDASAN TEORI. digunakan sebagai landasan teori pada penelitian ini. Teori dasar mengenai graf II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsp Dasar Graf Pada bagian ini akan dibrikan konsp dasar graf dan dimnsi partisi graf yang digunakan sbagai landasan tori pada pnlitian ini. Tori dasar mngnai graf yang akan digunakan

Lebih terperinci

model pengukuran yang menunjukkan ukur Pengukuran dalam B. Model Mode sama indikator dan 1 Pag

model pengukuran yang menunjukkan ukur Pengukuran dalam B. Model Mode sama indikator dan 1 Pag Modl Modl Pngukuran dalam Pmodlan Prsamaan Struktural Wahyu Widhiarso Fakultas Psikologi UGM Tulisan ini akan mmbahas bbrapa modl dalam SEM yang unik. Dikatakan unik karna jarang dipakai. Tulisan hanya

Lebih terperinci

Modifikasi Analytic Network Process Untuk Rekomendasi Pemilihan Handphone

Modifikasi Analytic Network Process Untuk Rekomendasi Pemilihan Handphone Modifikasi Analytic Ntwork Procss Untuk Rkomndasi Pmilihan Handphon Fry Dwi Hrmawan Jurusan Informatika Fakultas MIPA, Univrsitas Sblas Mart Surakarta frydh@yahoocom Ristu Saptono Jurusan Informatika Fakultas

Lebih terperinci

VI. EFISIENSI PRODUKSI DAN PERILAKU RISIKO PRODUKTIVITAS PETANI PADA USAHATANI CABAI MERAH

VI. EFISIENSI PRODUKSI DAN PERILAKU RISIKO PRODUKTIVITAS PETANI PADA USAHATANI CABAI MERAH VI. EFISIENSI PRODUKSI DAN PERILAKU RISIKO PRODUKTIVITAS PETANI PADA USAHATANI CABAI MERAH.. Faktor-Faktor yang Mmpngaruhi Produktivitas Cabai Mrah dan Nilai Elastisitas Input trhadap Produktivitas...

Lebih terperinci

PROSES PEMANENAN DENGAN MODEL LOGISTIK STUDI KASUS PADA PTP. NUSANTARA IX

PROSES PEMANENAN DENGAN MODEL LOGISTIK STUDI KASUS PADA PTP. NUSANTARA IX Prosiding SPMIPA. pp. 3-39, 006 ISBN : 979.704.47.0 PROSES PEMANENAN DENGAN MODEL LOGISTIK STUDI KASUS PADA PTP. NUSANTARA IX Eka Ariani, Agus Rusgiyono Jurusan Matmatika FMIPA Univrsitas Dipongoro Jl.

Lebih terperinci

Pada gambar 2 merupakan luasan bidang dua dimensi telah mengalami regangan. Salah satu titik yang menjadi titik acuan adalah titik P.

Pada gambar 2 merupakan luasan bidang dua dimensi telah mengalami regangan. Salah satu titik yang menjadi titik acuan adalah titik P. nurunan Kcpatan Glombang dan Glombang S Glombang sismik mrupakan gtaran yang mrambat pada mdium batuan dan mnmbus lapisan bumi. njalaran mnybabkan dformasi batuan.strss atau tkanan didfinisikan gaya prsatuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PELUANG KECELAKAAN PADA MOBIL PRIBADI DI WILAYAH PERKOTAAN (Characteristic and Accident Probability on Private Car in Urban Area)

KARAKTERISTIK DAN PELUANG KECELAKAAN PADA MOBIL PRIBADI DI WILAYAH PERKOTAAN (Characteristic and Accident Probability on Private Car in Urban Area) KARAKTERISTIK DAN PELUANG KECELAKAAN PADA MOBIL PRIBADI DI WILAYAH PERKOTAAN (Charactristic and Accidnt Probability on Privat Car in Urban Ara) Lasmini Ambarwati, Harnn Sulistio, Gama Hndika Ngara, Zanuar

Lebih terperinci

6/1/2010 DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI SE., MM. Kebijakan Perdagangan Internasional

6/1/2010 DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI SE., MM. Kebijakan Perdagangan Internasional DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI SE., MM. Kbijakan Prdagangan Intrnasional 1 2 3 4 Kbijakan Ekonomi 21 Prioritas kbijakan bidang konomi trdiri dari tujuh bidang : Pngmbangan Infrastruktur Prcpatan pnylsaian infrastruktur

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Pasang Surut

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Pasang Surut BAB II TEORI DASAR 2.1 Pngrtian Pasang Surut Pasang surut air laut (pasut) adalah pristiwa naik turunnya muka air scara priodik dngan rata-rata priodnya 12,4 jam (di bbrapa tmpat 24,8 jam) (Pond dan Pickard,

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI e/m ELEKTRON

PENENTUAN NILAI e/m ELEKTRON Pnntuan Nilai E/m Elktron 013 PENENTUAN NILAI /m ELEKTRON Intan Masruroh S, Anita Susanti, Rza Ruzuqi, Zaky Alam Laboratorium Fisika Radiasi, Dpartmn Fisika Fakultas Sains Dan Tknologi, Univrsitas Airlangga

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PATCH RECTANGULAR ANTENNA 2.4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN EMC (ELECTROMAGNETICALLY COUPLED)

RANCANG BANGUN PATCH RECTANGULAR ANTENNA 2.4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN EMC (ELECTROMAGNETICALLY COUPLED) RANCANG BANGUN PATCH RECTANGULAR ANTENNA 2.4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN EMC (ELECTROMAGNETICALLY COUPLED) Winny Friska Uli,Ali Hanafiah Ramb Konsntrasi Tknik Tlkomunikasi, Dpartmn Tknik Elktro Fakultas

Lebih terperinci

Bab 6 Sumber dan Perambatan Galat

Bab 6 Sumber dan Perambatan Galat Mtod Pnlitian Suradi Sirgar Bab 6 Sumbr dan Prambatan Galat 6. Sumbr galat. Data masukan, misal hasil pngukuran (galat bawaan). Slama komputasi (galat pross), galat ang timbul akibat komputasi 3. Galat

Lebih terperinci

Analisis Dinamis Portal Bertingkat Banyak Multi Bentang Dengan Variasi Tingkat (Storey) Pada Tiap Bentang

Analisis Dinamis Portal Bertingkat Banyak Multi Bentang Dengan Variasi Tingkat (Storey) Pada Tiap Bentang Analisis Dinamis Portal Brtingkat Banyak Multi Bntang Dngan Variasi Tingkat (Story) Pada Tiap Bntang Hiryco Manalip Rky Stnly Windah Jams Albrt Kaunang Univrsitas Sam Ratulangi Fakultas Tknik Jurusan Sipil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK MUTU DAN REOLOGI CPO AWAL Minyak sawit kasar (crud palm oil/cpo) mrupakan komoditas unggulan Indonsia yang juga brpran pnting dalam prdagangan dunia. Mngingat

Lebih terperinci

ANALISIS NOSEL MOTOR ROKET RX LAPAN SETELAH DILAKUKAN PEMOTONGAN PANJANG DAN DIAMETER

ANALISIS NOSEL MOTOR ROKET RX LAPAN SETELAH DILAKUKAN PEMOTONGAN PANJANG DAN DIAMETER Analisis Nosl Motor Rokt RX-1 LAPAN... (Ahmad Jamaludin Fitroh, Sari) ANALISIS NOSEL MOTOR ROKET RX - 1 LAPAN SETELAH DILAKUKAN PEMOTONGAN PANJANG DAN DIAMETER Ahmad Jamaludin Fitroh, Sari Pnliti Pnliti

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa Pasca Sarjana ITS dengan Regresi Logistik dan Neural Network

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa Pasca Sarjana ITS dengan Regresi Logistik dan Neural Network JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol., No., (Spt. 202) ISSN: 230-928X D-36 Pmodlan Faktor-faktor yang Mmpngaruhi Prstasi Mahasiswa Pasca Sarjana ITS dngan Rgrsi Logistik dan Nural Ntwork Wijdani Anindya Hadi

Lebih terperinci

BAB I METODE NUMERIK SECARA UMUM

BAB I METODE NUMERIK SECARA UMUM BAB I METODE NUMERIK SECARA UMUM Aplikasi modl matmatika banyak muncul dalam brbagai disiplin ilmu pngtahuan, sprti isika, kimia, konomi, prsoalan rkayasa (tknik msin, sipil, lktro). Modl matmatika yang

Lebih terperinci

IV. Konsolidasi. Pertemuan VII

IV. Konsolidasi. Pertemuan VII Prtmuan VII IV. Konsolidasi IV. Pndahuluan. Konsolidasi adalah pross brkurangnya volum atau brkurangnya rongga pori dari tanah jnuh brpmabilitas rndah akibat pmbbanan. Pross ini trjadi jika tanah jnuh

Lebih terperinci

Penentuan Lot Size Pemesanan Bahan Baku Dengan Batasan Kapasitas Gudang

Penentuan Lot Size Pemesanan Bahan Baku Dengan Batasan Kapasitas Gudang Pnntuan Lot Siz Pmsanan Bahan Baku Dngan Batasan Kapasitas Gudang Dana Marstiya Utama 1 Abstract. This papr xplains th problm o dtrmining th lot siz o ordring raw matrials with warhous capacity limitation

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde I

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde I Univrsitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputr Tknik Informatika Prsamaan Difrnsial Ord I Dfinisi Prsamaan Difrnsial Prsamaan difrnsial adalah suatu prsamaan ang mmuat satu atau lbih turunan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mngnai tori dan trminologi graph, yaitu bntuk-bntuk khusus suatu graph. Di sini uga akan dilaskan mngnai minimum spanning tr, pmrograman 0-, dan aplikasi

Lebih terperinci

Reduksi data gravitasi

Reduksi data gravitasi Modul 5 Rduksi data gravitasi Rduksi data gravitasi trdiri dari:. Rduksi g toritis. Rduksi fr air 3. Rduksi Bougur 4. Rduksi mdan/trrain. Rduksi g toritis Pnlaahan tntang konsp rduksi data gravitasi lbih

Lebih terperinci

1. Proses Normalisasi

1. Proses Normalisasi BAB IV PEMBAHASAN A. Pr-Procssing Pross pngolahan signal PCG sblum dilakukan kstaksi dan klasifikasi adalah pr-procssing. Signal PCG untuk data training dan data tsting trdapat dalam lampiran 5 (halaman

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN PENUMPANG PESAWAT UDARA UNTUK MENGGUNAKAN BUS TRANS JOGJA

ANALISIS KEMAUAN PENUMPANG PESAWAT UDARA UNTUK MENGGUNAKAN BUS TRANS JOGJA ANALISIS KEMAUAN PENUMPANG PESAWAT UDARA UNTUK MENGGUNAKAN BUS TRANS JOGJA Eko Prayitno, ST, MSc Prodi Tknik Sipil, Fakultas Tknik Sipil dan Prncanaan Univrsitas Bung Hatta ABSTRACT Th objctiv of this

Lebih terperinci

Debuging Program dengan EasyCase

Debuging Program dengan EasyCase Modul asyc 1 Dbuging Program dngan EasyCas Di susun Olh : Di dukung olh : Portal dukasi Indonsia Opn Knowlodg and Education http://ok.or.id Modul asyc 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kpada guru sjatiku Gusti

Lebih terperinci

METODE ITERASI TANPA TURUNAN BERDASARKAN EKSPANSI TAYLOR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

METODE ITERASI TANPA TURUNAN BERDASARKAN EKSPANSI TAYLOR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT METODE ITERASI TANPA TURUNAN BERDASARKAN EKSPANSI TAYLOR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR E. Yuliani, M. Imran, S. Putra Mahasiswa Program Studi S Matmatika Laboratorium Matmatika Trapan, Jurusan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN DAN JENIS PEKERJAAN PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN DAN JENIS PEKERJAAN PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KABUPATEN BANYUMAS 18Novmbr 17 Tma 7: Ilmu-Ilmu Murni (Matmatika, Fisika, Kimia dan Biologi) HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN DAN JENIS PEKERJAAN PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KABUPATEN BANYUMAS Olh Agung Prabowo

Lebih terperinci

PEMODELAN PENGGUNAAN SEPEDA DI DALAM KAMPUS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG. Selviana Walsen *) Abstract

PEMODELAN PENGGUNAAN SEPEDA DI DALAM KAMPUS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG. Selviana Walsen *) Abstract PEMODELAN PENGGUNAAN SEPEDA DI DALAM KAMPUS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Slviana Walsn *) Abstract Incrasd numbr of studnts, staff, and faculty ld to th incrasing activity of vhicl movmnt insid campus.

Lebih terperinci

BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal PENDAHULUAN

BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal PENDAHULUAN BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 31-37 ANALISIS KINERJA DOSEN PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA BERDASARKAN EVALUASI MAHASISWA SEBAGAI STAKEHOLDER PEMBELAJARAN DALAM RANGKA REKONTRUKSI PELAYANAN STKIP

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SCREW FEEDER SEBAGAI PERANGKAT DUKUNG PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON

RANCANG BANGUN SCREW FEEDER SEBAGAI PERANGKAT DUKUNG PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON Yogyakarta, Sptmbr 0 RANCANG BANGUN SCREW FEEDER SEBAGAI PERANGKAT DUKUNG PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON Sajima, Dddy Hasnurrofiq, Sudaryadi -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor, Kotak pos 0 Ykbb 558 -mail

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 7

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 7 Mata Kuliah : Matmatika Diskrit Program Studi : Tknik Informatika Minggu k : 7 MATRIK GRAPH Sbuah graph dapat kita sajikan dalam bntuk matrik, yaitu : a. Matrik titik (Adjacnt Matrix) b. Matrik rusuk (Edg

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN REKAYASA FONDASI 1. Penurunan Tanah pada Fondasi Dangkal. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN REKAYASA FONDASI 1. Penurunan Tanah pada Fondasi Dangkal. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN REKAYASA FONDASI 1 Pnurunan Tanah pada Fondasi Dangkal Fakultas Program Studi Tatap Muka Kod MK Disusun Olh Tknik Prnanaan Tknik A41117AB dan Dsain Sipil 9 Abstrat Modul ini brisi bbrapa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MAXIMUM LIKELIHOOD ESTIMATION (MLE) DENGAN BAYESIAN PADA REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

PERBANDINGAN METODE MAXIMUM LIKELIHOOD ESTIMATION (MLE) DENGAN BAYESIAN PADA REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL J-Statistika Vol 4 No PERBANDINGAN METODE MAXIMUM LIKELIHOOD ESTIMATION (MLE) DENGAN BAYESIAN PADA REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL Prmadina Kanah Ariska -mail : blaar_statistika@yahoo.com ABSTRAK Rgrsi logistik

Lebih terperinci

Integral Fungsi Eksponen, Fungsi Trigonometri, Fungsi Logaritma

Integral Fungsi Eksponen, Fungsi Trigonometri, Fungsi Logaritma Modul Intgral Fungsi Eksponn, Fungsi Trigonomtri, Fungsi Logaritma Dr. Subanar D PENDAHULUAN alam mata kuliah Kalkulus I Anda tlah mngnal bahwa intgrasi adalah pross balikan dari difrnsiasi. Jadi untuk

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. I. 1 Ruang Vektor R n. 1. Ruang berdimensi satu R 1 = R = kumpulan bilangan real Menyatakan suatu garis bilangan;

Bab 1 Ruang Vektor. I. 1 Ruang Vektor R n. 1. Ruang berdimensi satu R 1 = R = kumpulan bilangan real Menyatakan suatu garis bilangan; Bab Ruang Vktor I. Ruang Vktor R n. Ruang brdimnsi satu R = R = kumpulan bilangan ral Mnyatakan suatu garis bilangan; -3 - - 0. Ruang brdimnsi dua R = bidang datar ; Stiap vktor di R dinyatakan sbagai

Lebih terperinci

REGRESI LINEAR & KORELASI. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung REGRESI

REGRESI LINEAR & KORELASI. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung REGRESI 9/08/0 REGREI LINEAR & KORELAI Elty arvia, T., MT. Fakultas Tknik Jurusan Tknik Industri Univrsitas Kristn Maranatha Bandung REGREI jauh ini,kita hanya mmbuat statistik dngan satu variabl pada waktu trtntu,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA STRUKTUR PADA BANGUNAN BERTINGKAT BERATURAN DAN KETIDAK BERATURAN HORIZONTAL SESUAI SNI

ANALISIS KINERJA STRUKTUR PADA BANGUNAN BERTINGKAT BERATURAN DAN KETIDAK BERATURAN HORIZONTAL SESUAI SNI ANALISIS KINERJA STRUKTUR PADA BANGUNAN BERTINGKAT BERATURAN DAN KETIDAK BERATURAN HORIZONTAL SESUAI SNI 03-1726-2012 Hotma L Purba Jurusan Tknik Sipil,Univrsitas Sriwijaya Korspondnsi pnulis : hotmapurba@hotmail.com

Lebih terperinci

DIANDRA PARAMITA TIMUR

DIANDRA PARAMITA TIMUR Modl Multinomial Logit Untuk Mnntukan Harga Optimal Pakt Blackbrry Intrnt Srvic (BIS) Tlkomsl dan Indosat (Studi Kasus : Mahasiswa Fakultas Tknik UNS Pngguna Blackbrry) Skripsi DIANDRA PARAMITA TIMUR I0308038

Lebih terperinci

METODE ITERASI KELUARGA CHEBYSHEV-HALLEY UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Yuli Syafti Purnama 1 ABSTRACT

METODE ITERASI KELUARGA CHEBYSHEV-HALLEY UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Yuli Syafti Purnama 1 ABSTRACT METODE ITERASI KELUARGA CHEBYSHEV-HALLEY UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Yuli Syafti Purnama Mahasiswa Program Studi S Matmatika Fakultas Matmatika dan Ilmu Pngtahuan Alam Univrsitas Riau Kampus

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN KREDIT UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PADA UMKM DI KOTA SAMARINDA

ANALISIS PEMANFAATAN KREDIT UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PADA UMKM DI KOTA SAMARINDA ANALISIS PEMANFAATAN KEDIT UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PADA UMKM DI KOTA SAMAINDA atna Wulaningrum ( Staf Pngajar Jurusan Akuntansi Politknik Ngri Samarinda ) Muhammad Suyudi ( Staf Pngajar Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

SIMULASI DESAIN COOLING SYSTEM DAN RUNNER SYSTEM UNTUK OPTIMASI KUALITAS PRODUK TOP CASE

SIMULASI DESAIN COOLING SYSTEM DAN RUNNER SYSTEM UNTUK OPTIMASI KUALITAS PRODUK TOP CASE SIMULASI DESAIN COOLING SYSTEM DAN RUNNER SYSTEM UNTUK OPTIMASI KUALITAS PRODUK TOP CASE Fabio Dwi Bagus Irawan 1,a, Cahyo Budiyantoro 1,b, Thoharudin 1,c 1 Program Studi Tknik Msin, Fakultas Tknik, Univrsitas

Lebih terperinci

IDE - IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM

IDE - IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM IDE - IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM A. Radiasi Bnda Hitam 1. Hasil-Hasil Empiris Gambar 1. Grafik fungsi radiasi spktral bnda hitam smpurna a. Hukum Stfan Hukum Stfan dapat dituliskan sbagai total = f df

Lebih terperinci

PENGABAIAN PADA LANSIA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL

PENGABAIAN PADA LANSIA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PENGABAIAN PADA LANSIA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL Th Nglct Of Th Eldrly And Spiritual Nd Fulfillmnt Dwyna Putri Rahayu 1*, Juanita 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kprawatan Fakultas Kprawatan

Lebih terperinci

PENDUGAAN SEBARAN LAMA PERAWATAN NASABAH ASURANSI KESEHATAN (STUDI KASUS: ASURANSI KESEHATAN P.T. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA) NOVALIA

PENDUGAAN SEBARAN LAMA PERAWATAN NASABAH ASURANSI KESEHATAN (STUDI KASUS: ASURANSI KESEHATAN P.T. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA) NOVALIA PENDUGAAN SEBARAN LAMA PERAWATAN NASABAH ASURANSI KESEHATAN (STUDI KASUS: ASURANSI KESEHATAN P.T. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA) NOVALIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 211 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014

Jurnal Spektran Vol. 2. No. 2, Juli 2014 ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR PADA RUMAH TAGGA DI SEPANJANG KORIDOR TRAYEK TRANS SARBAGITA I B. Wirahaji 1, D. M. Priyantha Wdagama 2, dan P. Alit Suthanaya 2

Lebih terperinci

GAMBARAN PELATIHAN KETERAMPILAN OTOMOTIF DI BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI (BLKI), KOTA PADANG. Bobby Satria

GAMBARAN PELATIHAN KETERAMPILAN OTOMOTIF DI BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI (BLKI), KOTA PADANG. Bobby Satria GAMBARAN PELATIHAN KETERAMPILAN OTOMOTIF DI BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI (BLKI), KOTA PADANG Bobby Satria Program Studi Pndidikan Luar Skolah FIP Univrsitas Ngri Padang Email: satriab234@yahoo.co.id Absract

Lebih terperinci

Pengkajian Pengembangan Model Pabrikasi Pupuk Organik..., Agus Ruswandi

Pengkajian Pengembangan Model Pabrikasi Pupuk Organik..., Agus Ruswandi Pngkajian Pngmbangan Modl Pabrikasi Pupuk Organik: Studi Kasus di i Kota Tasikmalaya, Jawa Barat Agus Ruswandi Badan Prncanaan Pmbangunan Darah Provinsi Jawa Barat Jl. Ir. H Juanda No 278- Bandung 40132

Lebih terperinci

APLIKASI METODE STATED PREFERENCE PADA PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (RUTE MAKASSAR MAJENE)

APLIKASI METODE STATED PREFERENCE PADA PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (RUTE MAKASSAR MAJENE) APLIKASI METODE STATED PREFERENCE PADA PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (RUTE MAKASSAR MAJENE) Abdul Gaus Program Studi Tknik Siil Fakultas Tknik Univrsitas Khairun Trnat Tl/Fax (091) 38049 Irnawaty

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN WAKTU PENGGORENGAN KERIPIK SOSIS AYAM

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN WAKTU PENGGORENGAN KERIPIK SOSIS AYAM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN WAKTU PENGGORENGAN KERIPIK SOSIS AYAM 1. Komposisi kimia sosis ayam sgar Analisa komposisi sosis ayam sgar mliputi kadar air, kadar karbohidrat, kadar lmak, kadar

Lebih terperinci

PEMILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI TPA BURANGKENG KABUPATEN BEKASI

PEMILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI TPA BURANGKENG KABUPATEN BEKASI PEMILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN METODE ANALYTIC NETORK PROCESS (ANP DI TPA BURANGKENG KABUPATEN BEKASI Dorina Htharia 1, Pudji Astuti 2, dan Bbbi Y. Habibi Jurusan Tknik Industri, FTI, Univrsitas

Lebih terperinci

BAB 2 DISTRIBUSI INDUK DAN DISTRIBUSI SAMPEL

BAB 2 DISTRIBUSI INDUK DAN DISTRIBUSI SAMPEL BAB DISTRIBUSI IDUK DA DISTRIBUSI SAMEL.. EDAHULUA Jika suatu bsaran mmiliki nilai ssungguhnya sdangkan hasil ukurnya adalah maka kita mngharapkan hasil pngamatan mndkati, namun knyataannya tidak slalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. colleague. family

BAB 1 PENDAHULUAN. colleague. family BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Blakang Di ra tknologi ini, banyak skali cara-cara atau mdia yang dapat kita gunakan untuk mmprmudah dan mnjaga hubungan komunikasi dngan orangorang yang kita sayangi, baik

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI ANTI AJAIB SUPER (PTSAAS) PADA GABUNGAN GRAF BINTANG GANDA DAN LINTASAN

PELABELAN TOTAL SISI ANTI AJAIB SUPER (PTSAAS) PADA GABUNGAN GRAF BINTANG GANDA DAN LINTASAN JIMT ol. 9 No. 1 Juni 01 (Hal. 16 8) Jurnal Ilmiah Matmatika dan Trapan ISSN : 450 766X PELABELAN TOTAL SISI ANTI AJAIB SUPER (PTSAAS) PADA GABUNGAN GRAF BINTANG GANDA DAN LINTASAN Nurainun 1, S. Musdalifah,

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN BERDASARKAN AKTIVITAS MANDATORY DARI KOMPLEK PERUMAHAN DI KABUPATEN ACEH BARAT

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN BERDASARKAN AKTIVITAS MANDATORY DARI KOMPLEK PERUMAHAN DI KABUPATEN ACEH BARAT ISSN 2088-9321 ISSN -2502-5295 pp. 41-48 MODEL BANGKITAN PERGERAKAN BERDASARKAN AKTIVITAS MANDATORY DARI KOMPLEK PERUMAHAN DI KABUPATEN ACEH BARAT Frdiansyah Novriza 1, Rnni Anggraini 2, Sugiarto 3 1)

Lebih terperinci

PROFIL DATA PENGOBATAN DALAM USADA TENUNG TANYALARA

PROFIL DATA PENGOBATAN DALAM USADA TENUNG TANYALARA PROFIL DATA PENGOBATAN DALAM USADA TENUNG TANYALARA Wahyuni, N.N.S 1, Warditiani, N.K. 1, Lliqia, N.P.E. 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matmatika Dan Ilmu Pngtahuan Alam Univrsitas Udayana Korspondnsi: Ni

Lebih terperinci

PENGGUNAAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGKLASIFIKASIAN STATUS GIZI SKRIPSI. Oleh: INDA SAFITRI NIM

PENGGUNAAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGKLASIFIKASIAN STATUS GIZI SKRIPSI. Oleh: INDA SAFITRI NIM PENGGUNAAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGKLASIFIKASIAN STATUS GIZI SKRIPSI Olh: INDA SAFITRI NIM. 065009 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

Lebih terperinci

TINJAUAN ULANG EKSPANSI ASIMTOTIK UNTUK MASALAH BOUNDARY LAYER

TINJAUAN ULANG EKSPANSI ASIMTOTIK UNTUK MASALAH BOUNDARY LAYER TINJAUAN ULANG EKSPANSI ASIMTOTIK UNTUK MASALAH BOUNDARY LAYER HannaA Parhusip Cntr of Applid Mathmatics Program Studi Matmatika Industri dan Statistika Fakultas Sains dan Matmatika Univrsitas Kristn Sata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompnsasi Masalah kompnsasi bukanlah masalah yang sdrhana, tapi cukup komplks shingga stiap ngara hndaknya dapat mmpunyai suatu pdoman bagaimana mntapkan kompnsasi yang tpat

Lebih terperinci

Tinjauan Termodinamika Sistem Partikel Tunggal Yang Terjebak Dalam Sebuah Sumur Potensial. Oleh. Saeful Karim

Tinjauan Termodinamika Sistem Partikel Tunggal Yang Terjebak Dalam Sebuah Sumur Potensial. Oleh. Saeful Karim Tinjauan Trmodinamika Sistm artikl Tunggal Yang Trjbak Dalam Sbua Sumur otnsial Ol Saful Karim Jurusan ndidikan Fisika Fakultas ndidikan Matmatika dan Ilmu ngtauan Alam Univrsitas ndidikan Indonsia 00

Lebih terperinci

ANALISIS LOG-LOGISTIK UNTUK MENGGAMBARKAN HUBUNGAN DOSIS-RESPON HERBISIDA PADA TIGA JENIS GULMA

ANALISIS LOG-LOGISTIK UNTUK MENGGAMBARKAN HUBUNGAN DOSIS-RESPON HERBISIDA PADA TIGA JENIS GULMA ANALISIS LOG-LOGISTIK UNTUK MENGGAMBARKAN HUBUNGAN DOSIS-RESPON HERBISIDA PADA TIGA JENIS GULMA Olh : Yanti Muliyaningsih G40026 PROGRAM STUDI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENGENALAN ANGKA MELALUI PERMAINAN DADU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN

PENGENALAN ANGKA MELALUI PERMAINAN DADU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN PENGENALAN ANGKA MELALUI PERMAINAN DADU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Mlania, Masluyah Suib, Dsni Yuniarni Pndidikan Guru Pndidikan Anak Usia Dini FKIP Untan, Pontianak Email :

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN CITRA SATELIT ALOS-PRISM

ANALISIS PEMANFAATAN CITRA SATELIT ALOS-PRISM ANALISIS PEMANFAATAN CITRA SATELIT ALOS-PRISM SEBAGAI DASAR PEMBUATAN PETA PENDAFTARAN TANAH (Studi Kasus : Dsa Babalan, Kcamatan Gabus, Kabupatn Pati) Pandu Sandy Utomo, Ir. Chatarina Nurdjati S., MT,

Lebih terperinci

Pembahasan Soal. Pak Anang SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Disusun Oleh :

Pembahasan Soal. Pak Anang SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA. Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS. Disusun Oleh : Pmbahasan Soal SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA Disrtai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS Disusun Olh : Pak Anang Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK SUPERKILAT Pmbahasan Soal SIMAK UI 2011 Matmatika

Lebih terperinci

Tinjauan Termodinamika Pada Sistem Partikel Tunggal Yang Terjebak Dalam Sebuah Sumur Potensial

Tinjauan Termodinamika Pada Sistem Partikel Tunggal Yang Terjebak Dalam Sebuah Sumur Potensial injauan rmodinamika ada Sistm artikl unggal Yang rjbak Dalam Sbua Sumur otnsial Dngan mngmbangkan ubungan trmodinamik yang sdrana untuk pngumpulan partikl yang tunggal yang ditmpatkan pada dara potnsial.

Lebih terperinci

ROKET AIR SMA NEGERI 21 MAKASSAR

ROKET AIR SMA NEGERI 21 MAKASSAR ALAT PERAGA FISIKA ROKET AIR SMA NEGERI 21 MAKASSAR I. PENDAHULUAN 1. Latar Blakang Trkadang di waktu snggang srang siswa tatkala kbanyakan mrka mnggunakannya untuk brmalas-malasan, mlakukan hal yang tak

Lebih terperinci

Implementasi Pemodelan Multi Kriteria (PMK) Pada Sistem Pendukung Keputusan Pengujian Mutu Ban Sepeda Motor

Implementasi Pemodelan Multi Kriteria (PMK) Pada Sistem Pendukung Keputusan Pengujian Mutu Ban Sepeda Motor Implmntasi Pmodlan Multi Kritria (PMK) Pada Sistm Pndukung Kputusan Pngujian Mutu Ban Spda Motor Muliadi Muliadiaziz@yahoo.com Abstract This rsarch to dvlop a dsign dcision support systm with built tst

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TEORI ATOM & PENEMUAN PROTON, NEUTRON, ELEKTRON. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

PERKEMBANGAN TEORI ATOM & PENEMUAN PROTON, NEUTRON, ELEKTRON. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd PERKEMBANGAN TEORI ATOM & PENEMUAN PROTON, NEUTRON, ELEKTRON Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id PERKEMBANGAN TEORI ATOM Dmokritus Dalton Thomson Ruthrford Bohr Mkanika glombang Dmokritus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI. MICRO BUBBLE GENERATOR Micro Bubbl Gnrator (MBG) mrupakan suatu alat yang difungsikan untuk mnghasilkan glmbung udara dalam ukuran mikro, yaitu glmbung dngan diamtr 00 μm []. Aplikasi

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PACK CARBURIZING MENGGUNAKAN ARANG MLANDING UNTUK MENINGKATKAN SIFAT MEKANIS SPROKET SEPEDA MOTOR SUZUKI

ANALISA PENGARUH PACK CARBURIZING MENGGUNAKAN ARANG MLANDING UNTUK MENINGKATKAN SIFAT MEKANIS SPROKET SEPEDA MOTOR SUZUKI Analisa Pngaruh Pack Carburizing Mnggunakan Arang Mlanding (Mas ad dkk.) ANALISA PENGARUH PACK CARBURIZING MENGGUNAKAN ARANG MLANDING UNTUK MENINGKATKAN SIFAT MEKANIS SPROKET SEPEDA MOTOR SUZUKI Mas ad,

Lebih terperinci

e Mempunyai fasilitas jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor, baik

e Mempunyai fasilitas jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor, baik BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN OBJEK WISATA PENELITIAN KELAUTAN Pada Bab IV ini akan dijlaskan hal-hal yang brkaitan dngan konsp prncanaan dan prancangan objk wisata pnlitian klautan. Akan dijlaskan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 TEORI GELOMBANG LINIER. Bab 2 Teori Dasar

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 TEORI GELOMBANG LINIER. Bab 2 Teori Dasar BAB 2 DASAR TEORI Glombang air mrupakan manifstasi dari suatu rambatan nrgi yang mmiliki frkunsi dan priod. Glombang air yang trjadi di laut dapat disbabkan olh angin, grakan kapal, gmpa atau gaya gravitasi

Lebih terperinci

FUNGSI DOMINASI ROMAWI PADA LINE GRAPH

FUNGSI DOMINASI ROMAWI PADA LINE GRAPH Bultin Ilmiah Mat. Stat. dan Trapannya (Bimastr) Volum 04, No. 2 (2015), hal 119 126. FUNGSI DOMINASI ROMAWI PADA LINE GRAPH Ysi Januarti, Mariatul Kiftiah, Nilamsari Kusumastuti INTISARI Himpunan D disbut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) SISWA KELAS X POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) SISWA KELAS X POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) SISWA KELAS X POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS Siti Ainur Rohmah, Sutarman dan Lia Yuliati Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS DAN ADAPTABILITAS GALUR PADI DATARAN TINGGI DI LIMA LINGKUNGAN

ANALISIS STABILITAS DAN ADAPTABILITAS GALUR PADI DATARAN TINGGI DI LIMA LINGKUNGAN 65 ANALISIS STABILITAS DAN ADAPTABILITAS GALUR PADI DATARAN TINGGI DI LIMA LINGKUNGAN (Stability and Adaptability Analysis of Highland Ric Gnotyps across Fiv Diffrnt Environmnts) Shrly Rahayu 1,2, Dsta

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL PADA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI WANITA (Studi Kasus di Desa Tonggara Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal)

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL PADA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI WANITA (Studi Kasus di Desa Tonggara Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal) Pnrapan Rgrsi Logistik (Erna Sulistio) PENERAPAN REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL PADA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI WANITA (Studi Kasus di Dsa Tonggara Kcamatan Kdungbantng Kabupatn Tgal) Erna Sulistio, Dwi

Lebih terperinci

Konsolidasi http://www.pwri.go.jp/ http://www.ashirportr.org Pmbbanan tanah jnuh brprmabilitas rndah akan mnaikkan tkanan air pori Air akan mngalir k lapisan tanah dngan tkanan pori yg lbih rndah Prmabilitas

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Kuliah METODE-METODE DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

Ringkasan Materi Kuliah METODE-METODE DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU Ringkasan atri Kuliah ETODE-ETODE DASAR PERSAAAN DIFERENSIAL ORDE SATU Pndahuluan Prsamaan dirnsial adalah prsamaan ang mmuat turunan satu atau bbrapa) ungsi ang takdiktahui skipun prsamaan sprti itu harusna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUTAKAAN II.1 PENDAHULUAN Yild lin adalah suatu pmcahan yang dapat digunakan dalam plat bton dimana trjadinya tgangan llh dan rotasi scara plastis muncul. Tori ini dapat digunakan dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE TERPENDEK DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS: PT.

PENENTUAN RUTE TERPENDEK DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS: PT. Bultin Ilmiah Math. Stat. dan Trapannya (Bimastr) Volum 04, No. 3 (2015), hal 295 304. PENENTUAN RUTE TERPENDEK DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS: PT. Wicaksana Ovrsas

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN/KONDISI PEMONDOKAN DAN KEBERADAAN MAHASISWA DI PEMONDOKAN MARGOSARI

BAB IV KEADAAN/KONDISI PEMONDOKAN DAN KEBERADAAN MAHASISWA DI PEMONDOKAN MARGOSARI BAB IV KEADAAN/KONDISI PEMONDOKAN DAN KEBERADAAN MAHASISWA DI PEMONDOKAN MARGOSARI Pada bab ini akan dipaparkan scara singkat tntang gambaran umum kbradaan sklompok mahasiswa pada sbuahindkos ataupmondokan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, Februari 2015 Kepala Biro Perencanaan, Pengawasan,dan Kerja Sama. Hartoyo

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, Februari 2015 Kepala Biro Perencanaan, Pengawasan,dan Kerja Sama. Hartoyo KATA PENGANTAR Sgala puji kpada Allah SWT, karna atas rahmat-nya, Biro Prncanaan, Pngawasan, dan Krja Sama, Ombudsman RI dapat mlaksanakan sluruh tugas dan fungsi pada tahun 2015 dngan baik. Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci