PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA DAN PELAPORAN BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA DAN PELAPORAN BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA"

Transkripsi

1 PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA DAN PELAPORAN BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA TUJUAN Dalam modul ini anda dipandu untuk mampu memahami bagaimana Pihak Pelapor dan pihak lain dapat memenuhi kewajiban pelaporan dalam program anti pencucian uang dan pemberantasan pendanaan terorisme di Indonesia melalui penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa. PENDAHULUAN Modul ini akan membantu Anda untuk memahami beberapa hal berkaitan dengan : Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ); pemenuhan kewajiban pelaporan oleh Pihak Pelapor; identifikasi, verifikasi dan pemantauan transaksi; pendekatan berbasis risiko dan perlakuan bagi Politically exposed person (PEP); pelaporan pembawaan uang tunai dan atau instrumen pembayaran lain keluar atau masuk wilayah Republik Indonesia. Modul ini berisi beberapa materi, yang meliputi: A. 5 bagian modul yang terurai dalam 5 tema yang mencakup : Bagian kesatu Prinsip Mengenali Pengguna Jasa : 1. Latar belakang Prinsip mengenali Pengguna Jasa; 2. Pengertian umum; 3. Ketentuan Prinsip mengenali Pengguna Jasa; 4. Peran Pelaku dalam Penerapan PMPJ Bagian kedua Pelaporan : 1. Kewajiban Pelaporan 2. Identifikasi dan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan; 3. Laporan Transaksi Keuangan Tunai; 4. Laporan transaksi transfer masuk atau keluar Indonesia; 5. Laporan Transaksi oleh Penyedia Barang dan atau Jasa; Bagian ketiga Identifikasi, Verifikasi dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa : 1. Identifikasi pengguna jasa; 2. Verifikasi pengguna jasa; 3. Penutupan hubungan usaha atau penolakan transaksi; 4. Pemantauan transaksi Pengguna Jasa; Bagian keempat Pendekatan Berbasis Risiko : 1. Pendekatan berbasis risiko; 2. Pihak yang berisiko tinggi 3. perlakuan bagi Politically exposed person (PEP); Bagian kelima- Laporan pembawaan uang atau instrumen pembayaran keluar masuk wilayah RI : 1. Kewajiban setiap orang; 2. Kewajiban Ditjen Bea dan Cukai; 3. Kewenangan PPATK;

2 4. Pengenaan sanksi. B. Quiz untuk setiap akhir bagian modul. C. Tes pendahuluan dan tes akhir modul. TES PENDAHULUAN Berikut adalah Tes Pendahuluan. Pada bagian ini Anda akan diminta menjawab 12 (dua belas) pertanyaan sebagai pengantar sebelum Anda mengikuti modul ini. Pertanyaan 1. Apa alasan yang mendasar bagi Pihak Pelapor dalam menerapkan ketentuan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ)? a. Adanya kesadaran bahwa semua industri dari Pihak Pelapor menghadapi risiko pemanfaatan kejahatan pencucian uang dan pendanaan terorisme b. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, mau tidak mau juga harus mengikuti dinamika nasional, regional, bahkan global dalam memerangi kejahatan pencucian uang dan pendanaan terorisme c. Peraturan perundang-undangan mewajibkan Pihak Pelapor untuk memenuhi ketentuan PMPJ d. Jawaban a, b, dan c benar Tanggapan 1. Benar : Benar! Pertanyaan 2. Jenis risiko apa yang umumnya dihadapi industri keuangan selaku Pihak Pelapor ketika tidak menerapkan ketentuan PMPJ secara efektif? a. Risiko kredit dan risiko pasar b. Risiko hukum, risiko reputasi, risiko konsentrasi, dan risiko operasional c. Risiko likuiditas dan risiko solvabilitas d. Jawaban a, b, dan c salah Tanggapan 2. Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Risiko yang dihadapi ketika tidak menerapkan ketentuan PMPJ secara efektif adalah risiko hukum, risiko reputasi, risiko konsentrasi, dan risiko operasional Benar : Benar! Pertanyaan 3. Semua laporan berikut ini wajib disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan kepada kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), kecuali : a. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) b. Laporan Transaksi Keuangan yang dilakukan Secara Tunai (LTKT) c. Laporan Semesteran dan Laporan Bulanan d. Laporan transaksi keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri Tanggapan 3. Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Laporan yang bukan merupakan laporan yang wajib disampaikan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah Laporan Semesteran dan Laporan Bulanan.

3 Benar : Benar! Pertanyaan 4. Pihak-pihak di bawah ini memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan kepada PPATK, kecuali : a. Penyedia Jasa Keuangan, seperti Pihak Pelapor, perusahaan perasuransian, perusahaan di bidang pasar modal, dana pensiun, pedagang valuta asing, dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang. b. Penyedia Barang dan atau Jasa, seperti balai lelang, perusahaan properti, pedagang emas, pedagang barang seni dan antik c. Masyarakat, dalah hal mengetahui terjadinya tindak pidana d. Direktorat Jenderal Bea dan cukai berkaitan dengan laporan pembawaan uang tunai dan instrumen pembayaran lain yang dilakukan oleh setiap orang yang keluar atau masuk wilayah Republik Indonesia. Tanggapan 4. Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Pihak-pihak yang memiliki kewajiban melaporkan kepada PPATK adalah Pihak Pelapor yaitu Penyedia Jasa Keuangan dan Penyedia Barang dan atau Jasa, dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Benar : Benar! Pertanyaan 5. Prinsip yang diterapkan oleh Pihak Pelapor untuk mengetahui latar belakang dan identitas Pengguna Jasa, memantau transaksi, serta melaporkan transaksi kepada otoritas berwenang/ppatk sering dikenal dengan istilah: a. Prinsip Mengenali Pengguna Jasa b. Prinsip Mengenal Pengguna Jasa (Know Your Customer Principle) c. Customer Due Dilligence dan Enhanced Due Dilligence d. Jawaban a, b, dan c benar Tanggapan 5. Benar : Benar! Pertanyaan 6. Berikut ini merupakan kebijakan yang harus ada dalam penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa, kecuali : a. identifikasi Pengguna Jasa; b. verifikasi Pengguna Jasa; c. pemantauan transaksi Pengguna Jasa. d. Melakukan pemblokiran rekening atau harta kekayaan Pengguna Jasa Tanggapan 6. Benar : Benar! Pertanyaan 7. Lembaga mana saja yang menjadi pihak terkait langsung dalam penerapan Anti Pencucian Uang dan Pemberantasan Pendanaan Terorisme? a. PPATK, sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam mencegah dan memberantas pencucian uang, berperan menerima beberapa laporan dari Pihak Pelapor yaitu LTKM, LTKT, dan LTK transfer dana dari dan ke luar negeri b. Lembaga Pengawas dan Pengatur, seperti Bank Indonesia ( bagi Bank, BPR, Kegiatan Usaha Pengiriman Uang, dan pedagang valuta asing) dan Otoritas Jasa Keuangan (Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non

4 Bank, dan Bank Umum pada tahun 2014), diantaranya mengeluarkan Pedoman Penerapan PMPJ dan melakukan audit kepatuhan. c. Aparat Penegak Hukum yang memiliki kewenangan melakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang kasus tindak pidana pencucian uang d. Jawaban a, b, dan c benar. Tanggapan 7. Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Lembaga yang menjadi pihak terkait langsung dengan PMPJ adalah PPATK, Lembaga Pengawas dan Pengatur dan Aparat Penegak Hukum Benar : Benar! Pertanyaan 8. Apa yang anda ketahui mengenai Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM)? a. Transaksi yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan b. Transaksi yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan c. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari Hasil Tindak Pidana d. Jawaban a, b, dan c semua benar. Tanggapan 8. Benar : Benar! Pertanyaan 9. Pengertian Transaksi Keuangan Tunai yang paling tepat adalah : a. Transaksi dengan menggunakan uang kertas dan/atau logam senilai Rp 500 juta atau lebih, baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja. b. Transaksi dalam jumlah kumulatif sebesar Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara melalui Penyedia Jasa Keuangan c. Transaksi keuangan yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan atau uang logam d. Transaksi penarikan, penyetoran, atau penitipan yang dilakukan dengan uang tunai melalui Penyedia Jasa Keuangan Tanggapan 9. Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Transaksi Keuangan Tunai adalah Transaksi dengan menggunakan uang kertas dan/atau logam senilai Rp 500 juta atau lebih, baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja. Benar : Benar! Pertanyaan 10. Pernyataan berikut ini benar, kecuali : a. Untuk menjadi Pengguna Jasa atau pengguna jasa dari Penyedia Jasa keuangan, berkewajiban memberikan identitas dan informasi yang benar mengenai identitas diri, sumber dana, dan tujuan transaksi b. Pengguna Jasa adalah raja, maka apakah memberikan atau tidak memberikan identitas dan informasi adalah pilihan Pengguna Jasa. c. Untuk menjadi Pengguna Jasa atau pengguna jasa dari Penyedia Jasa keuangan, wajib mengisi form data

5 atau informasi Pengguna Jasa yang disediakan oleh Penyedia Jasa Keuangan dan melampirkan dokumen pendukungnya. d. Penyedia Jasa Keuangan wajib mengetahui apakah Pengguna Jasa yang bertransaksi bertindak untuk diri sendiri atau untuk dan atas nama orang lain Tanggapan 10. Benar : Benar! Pertanyaan 11. Berikut ini adalah kewajiban Penyedia Barang dan atau Jasa, kecuali : a. Memenuhi transaksi pengguna jasa sepanjang memiliki dana yang cukup b. Mengetahui pengguna jasa bertindak untuk diri sendiri atau untuk dan atas nama orang lain c. Meminta informasi identitas dan dokumen pendukung dari pengguna jasa atau pihak lain d. Menolak transaksi jika identitas dan atau dokumen pendukung tidak lengkap Tanggapan 11. Salah : Silahkan ulangi dan pilih jawaban yang lebih tepat. Walaupun pengguna jasa memiliki dana yang cukup untuk bertransaksi, namun pengguna jasa tetap berkewajiban menyampaikan identitas dan dokumen pendukungnya. Benar : Benar! Pertanyaan 12. Berkaitan dengan pendanaan terorisme, yang termasuk unsur Tranksai Keuangan Mencurigakan adalah : a. Transaksi pembelian bahan peledak di toko kimia oleh teroris untuk kegiatan terorisme b. Transaksi keuangan dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan tindak pidana terorisme c. Transaksi yang melibatkan setiap orang yang berdasarkan daftar terduga teroris dan organisasi teroris. d. Jawaban b dan c benar Tanggapan 12. Benar : Benar! Selamat, Anda telah menjawab seluruh pertanyaan dengan baik. BAGIAN PERTAMA : PENGENALAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA 1.1. LATAR BELAKANG PERLUNYA PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA (PMPJ) 1. MANAJEMEN RISIKO Dinamika nasional, regional maupun global yang diiringi dengan perkembangan produk, aktivitas dan teknologi informasi, meningkatkan peluang penyalahgunaan fasilitas dan produk dari industri keuangan dan lembaga yang terkait dengan keuangan, oleh pelaku kejahatan terutama sebagai sarana maupun sasaran pencucian uang dan pendanaan terorisme Dampak yang tidak bisa dihindari adalah meningkatnya risiko dari industri keuangan dan lembaga yang terkait dengan keuangan, terutama risiko hukum, risiko operasional, risiko transaksi dan risiko reputasi. Penerapan PMPJ merupakan bagian penting bagi manajemen risiko yang baik, terutama risiko

6 reputasi, operasi, hukum dan konsentrasi, yang satu dengan lainnya saling berhubungan. a. Risiko Reputasi Risiko reputasi berkaitan dengan sifat dari bisnis suatu industri, yang membutuhkan kepercayaan dari Pengguna Jasa atau nasabah. Publikasi negatif, entah akurat ataupun tidak, akan menyebabkan kehilangan kepercayaan atas integritas industri yang bersangkutan. Dampak dari risiko ini sangat dirasakan terutama bagi industri keuangan selaku lembaga kepercayaan. b. Risiko Operasional Risiko langsung maupun tidak langsung atas gagal atau terganggunya kegiatan operasional suatu industri karena ketidakcukupan proses internal baik karena sumber daya manusia dan sistemnya, atau pengaruh dari kejadian eksternal. Kebanyakan dari risiko operasional dalam konteks PMPJ berhubungan dengan kelemahan implementasi pengendalian prosedur yang tidak efektif dan kegagalan dalam menjalankan due diligence. c. Risiko Hukum Risiko kemungkinan adanya tuntutan hukum, keputusan institusi penegak hukum yang merugikan atau kontrak yang pada akhirnya tidak dapat dipenuhi. Kondisi ini dapat menggangu atau merugikan bagi operasional atau kondisi industri yang bersangkutan. Keterlibatan dalam suatu kasus, berimplikasi pada biaya yang jauh lebih besar untuk bisnisnya daripada hanya biaya proses hukum. Risiko ini muncul terutama karena tidak efektifnya proses identifikasi, verifikasi dan pemantauan (due diligence) terhadap pengguna jasa. d. Risiko Konsentrasi Risiko kehilangan aset atau sumber dana dalam jumlah signifikan dapat mengganggu likuiditas dan akhirnya dapat membahayakan operasional suatu industri yang bersangkutan. Pemutusan hubungan usaha secara tiba-tiba yang melibatkan aset atau dana dalam jumlah besar, terjadinya pemblokiran atau penyitaan aset oleh penegak hukum dalam jumlah besar, atau masalah hukum lainnya, berhubungan erat dengan konsentrasi usaha perusahaan. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengidentifikasi pengguna jasa melalui penerapan PMPJ merupakan bagian terpenting untuk terhindar dari risiko konsentrasi ini. Dalam hal Manajemen Risiko dilaksanakan dengan baik antara lain melalui Penerpan PMPJ, maka sistem keuangan mampu menjalankan fungsinya dengan baik pula dan akhirnya stabilitasnya tetap terjaga. Apapun jenis risiko yang muncul, bagi industri keuangan atau yang terkait dengan keuangan, dapat menyebabkan : - kerugian karena besarnya biaya yang dikeluarkan - berkurangnya kesempatan membina hubungan usaha dengan pengguna jasa - munculnya kebutuhan waktu dan energi dari manajemen untuk memecahkan masalah yang muncul. Risiko Hukum Risiko Reputasi Manajemen Risiko Dalam PMPJ Risiko Opersional Risiko Konsentrasi

7 2. PEMENUHAN KEWAJIBAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN Pengundangan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme ( UU TPPT), merupakan landasan hukum yang utama untuk memerangi kejahatan pencucian uang dan pendanaan terorisme. Dalam UU di atas, memberikan landasan hukum yang kuat bagi semua pihak terkait, dalam memenuhi ketentuan yang diwajibkan, yaitu kewajiban penerapan PMPJ dan pelaporan bagi Pihak pelapor, Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) mengeluarkan regulasi berkenaan dengan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ), PPATK melakukan analisis dan pemeriksaan, dan aparat penegakan hukum berkewajiban menangani perkara tindak pidana pencucian uang sesuai dengan tanggungjawabnya. 3. SESUAI PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) a. Transparansi (transparency) Melalui penerapan PMPJ, khususnya tersedianya informasi dan data pendukung dari Pengguna Jasa, bukan hanya akan diperoleh informasi yang material dan relevan, tetapi juga dapat menjadi dasar keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan bagi Pihak Pelapor, apakah akan menolak atau membina hubungan usaha, memutus hubungan usaha dan menunda transaksi pengguna jasa. b. Akuntabilitas (accountability) Setiap organ dan jenjang manajemen memiliki tugas dan tanggung jawab secara jelas, sejak penerimaan Pengguna Jasa, verifikasi, pemantauan, identifikasi dan pelaporan. Dengan kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ/unit dalam organisasi Pihak pelapor berdampak pada pengelolaannya berjalan secara efektif. c. Pertanggungjawaban (responsibility) Seluruh kegiatan atau prosedur penerapan PMPJ yang dijalankan, disesuaikan atau menyatu dengan kegiatan operasional Pihak Pelapor, sepenuhnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan yang sehat. d. Independensi (independency) Pengelolaan industri atau kegiatan usaha Pihak Pelapor d ilak sanak an secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun. e. Kewajaran (fairness) Melalui penerapan PMPJ, maka akan terpenuhi pula rasa keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. 4. INSENTIF DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN PENGGUNA JASA ATAU NASABAH Banyaknya data dan informasi Pengguna Jasa atau nasabah yang dimiliki oleh Pihak Pelapor merupakan aset yang sangat berharga. Semakin banyak informasi yang dimiliki, Pihak Pelapor dapat

8 menentukan berbagai pilihan layanan untuk ditawarkan kepada Pengguna Jasa. Dengan mengetahui latar belakang dan identitas serta memantau transaksi yang dilakukan pengguna jasa, akan memberikan nilai tambah bagi Pihak Pelapor terutama dalam membina hubungan baik dengan pengguna jasa yang bermanfaat dari aspek bisnisnya. Terhadap pengguna jasa yang prospektif, akan senantiasa dijaga dan ditingkatkan hubungan baiknya. 5. MEMUDAHKAN MANAJEMEN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN Dalam penerapan PMPJ, ketersediaan data nasabah atau Pengguna Jasa, jejak rekam dan berbagai transaksi yang dilakukan, serta administrasi atau penatausahaan dokumen informasi yang baik, dapat dimanfaatkan untuk melakukan berbagai kajian (riset) termasuk dalam riset pengembangan usaha industri Pihak Pelapor. Akurasi data dan metode pengolahan data yang baik akan menghasilkan bahan penting bagi manajemen dalam pengambilan keputusan secara akurat dan profesional PENGERTIAN UMUM DALAM PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA (PMPJ) PENCUCIAN UANG Kegiatan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan hasil kejahatan agar nampak harta kekayaan dari kegiatan yang sah. Kegiatan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan terutama menggunakan layanan dari Penyedia Jasa Keuangan dan atau Penyedia barang dan atau Jasa lain. PENDANAAN TERORISME Segala kegiatan yang berkaitan secara langsung atau tidak langsung atas harta kekayaan yang diketahui atau diduga untuk kegiatan terorisme PENGGUNA JASA Pihak yang menggunakan jasa atau melakukan jasa atau melakukan hubungan usaha dengan Pihak Pelapor. CALON PENGGUNA JASA Pihak yang menggunakan jasa atau menjalani hubungan usaha dengan Pihak Pelapor. WALK IN CUSTOMER (WIC) Pihak yang menggunakan jasa Pihak Pelapor namun tidak memiliki rekening atau tidak memenuhi persyaratan lain yang ditentukan oleh Pihak Pelapor, namun tidak termasuk pih ak yang mendapatkan perintah atau penugasan dari Pengguna Jasa untuk melakukan transaksi atas kepentingan Pengguna Jasa. CUSTOMER DUE DILIGENCE ( CDD) Kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan Pihak Pelapor untuk memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai dengan profil Calon Pengguna Jasa, WIC, atau Pengguna Jasa. ENHANCED DUE DILLIGENCE (EDD)

9 Tindakan CDD lebih mendalam yang dilakukan Pihak Pelapor pada saat berhubungan dengan Calon Pengguna Jasa, WIC, atu Pengguna Jasa yang tergolong berisiko tinggi, termasuk politically exposed person (PEP), terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme. BENEFICIAL OWNER (BO) Adalah setiap orang yang: a. Merupakan pemilik sebenarnya dari dana yang ditempatkan pada Pihak Pelapor (ultimately own account) b. Mengendalikan transaksi Pengguna Jasa c. Memberikan kuasa untuk melakukan transaksi d. Mengendalikan badan hukum, dan/atau e. Merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan melalui badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA (PMPJ) Prinsip yang diterapkan oleh Pihak Pelapor untuk mengetahui latar belakang dan identitas Pengguna Jasa, memantau transaksi, serta melaporkan transaksi kepada otoritas berwenang/ppatk. Terdapat beberapa istilah yang pada intinya merupakan pengertian dari PMPJ, seperti Prinsip Mengenal Pengguna Jasa (Know Your Customer Principle) dan Program Anti Pencucian Uang dan Pemberantasan Pendanaan Terorisme (PMPJ). Penggunaan masing-masing istilah terutama untuk kesesuaian dengan kharakteristik bisnis masing-masing Pihak Pelapor. Di samping itu, terdapat istilah yang sebenarnya bagian penting dari PMPJ yaitu customer due dilligence (CDD) dan enhanced due dilligence (EDD). NEGARA BERISIKO TINGGI (HIGH RISK COUNTRY) Negara atau teritori yang potensial digunakan sebagai tempat: a. Terjadinya atau sarana tindak pidana pencucian uang b. Dilakukannya tindak pidana asal (predicate offense), dan/atau c. Dilakukannya aktivitas pendanaan Kegiatan Terorisme POLITICALLY EXPOSED PERSON (PEP) Orang yang memiliki atau pernah memiliki kewenangan public diantaranya adalah Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Penyelenggaraa Negara, dan/ atau orang yang tercatat atau pernah tercatat sebagai anggota partai politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai politik, baik yang berkewarganegaraan Indonesia maupun yang berkewarganegaraan asing KETENTUAN DALAM PENERAPAN PMPJ KEBIJAKAN MENGENAI PENERAPAN PMPJ Kebijakan mengenai penerapan PMPJ sekurang-kurangnya memuat : a. identifikasi Pengguna Jasa;

10 b. verifikasi Pengguna Jasa; dan c. pemantauan transaksi Pengguna Jasa. identifikasi PMPJ pemantauan verifikasi KEWAJIBAN MENERAPKAN PMPJ PMPJ wajib dilaksanakan oleh Pihak Pelapor dalam hal : a. melakukan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa; b. terdapat transaksi keuangan senilai Rp.100 juta atau lebih; c. terdapat Transaksi Keuangan Mencurigakan d. Pihak Pelapor meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan Pengguna Jasa atau Calon Pengguna Jasa. ARTI PENTING PELAKSANAAN PMPJ : Sebagaimana telah diuraikan pada awal bagian in, penerapan PMPJ secara khusus memiliki arti penting: a. Dengan mengetahui latar belakang dan identitas serta memantau transaksi yang dilakukan pengguna jasa, akan memberikan nilai tambah bagi Pihak Pelapor terutama dalam membina hubungan baik dengan pengguna jasa yang bermanfaat dari aspek bisnisnya. Terhadap pengguna jasa yang prospektif, akan senantiasa dijaga dan ditingkatkan hubungan baiknya. b. Dapat menciptakan industri yang sehat, karena terhindar dari risiko operasional, hukum, dan reputasi, serta terkonsentrasinya transaksi c. Mampu melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan. Manfaat Penerapan PMPJ industri sehat mampu melaporkan TKM bina hubungan baik dengan Pengguna Jasa

11 1.4. PERAN PELAKU YANG TERKAIT DALAM PENERAPAN PMPJ 1. PENGGUNA JASA a. Pengguna Jasa adalah orang perorangan atau korporasi yang melakukan transaksi dengan Pihak Pelapor. b. Apa kewajiban Pengguna Jasa? 1) memberikan identitas dan informasi yang benar yang dibutuhkan oleh Pihak Pelapor, sekurang- kurangnya memuat : a) Identitas diri b) Sumber dana c) Tujuan transaksi 2) Mengisi formulir yang disediakan oleh Pihak Pelapor dan melampirkan dokumen pendukungnya. 3) Apabila transaksi dilakukan untuk kepentingan pihak lain, maka Pengguna Jasa harus menyertakan informasi mengenai identitas diri, sumber dana, dan tujuan transaksi pihak lain tersebut (beneficial owner). PERAN PENGGUNA JASA (PERORANGAN DAN KORPORASI) Memberikan identitas dan informasi Identitas diri Sumber dana Tujuan transaksi Mengisi formulir dan melampirkan data pendukung Pengguna jasa Beneficial owner 2. PIHAK PELAPOR a. Pihak mana yang dimaksud dengan Pihak Pelapor? Pihak Pelapor yaitu : i. Penyedia Jasa Keuangann (PJK) : Pihak Pelapor; perusahaan pembiayaan; perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi; dana pensiun lembaga keuangan; perusahaan efek; manajer investasi; kustodian; wali amanat; perposan sebagai penyedia jasa giro; pedagang valuta asing; penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu; penyelenggara e-money dan/atau e-wallet; koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam; pegadaian; perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditas; atau penyelenggara kegiatan usahaa pengiriman uang. ii. Penyedia Barang dan/atau Jasa lain (PBJ): perusahaan properti/agen properti; pedagang kendaraan bermotor; pedagang permata dan perhiasan/logam mulia; pedagang barang seni dan antik; atau balai lelang.

12 b. Apa kewajiban Pihak Pelapor? i. Pihak Pelapor wajib menerapkan PMPJ yang ditetapkan oleh Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) ii. Dalam menerapkan PMPJ, Pihak Pelapor wajib : Mengetahui pengguna jasa bertindak untuk diri sendiri atau untuk dan atas nama orang lain Meminta informasi identitas dan dokumen pendukung dari pengguna jasa atau pihak lain Menolak transaksi jika identitas dan atau dokumen pendukung tidak lengkap Menyimpan catatan dan dokumen identitas pelaku transaksi paling singkat 5 tahun sejak berakhirnya hubungann usaha iii. Khusus bagi Pihak Pelapor yang berbentuk Penyedia Jasa Keuangan, wajib : Memutuskan hubungan usaha dengan pengguna jasa jika : - Pengguna Jasa menolak untuk mematuhi PMPJ - Meragukan informasi yang disampaikan oleh pengguna jasa Melaporkan kepadaa PPATK mengenai pemutusan hubungan usaha sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan. Kewajiban Pihak Pelapor Kewajiban Pihak Pelapor menerapkan PMPJ yang ditetapkan Lembaga Pengawas dan Pengatur Penerapan PMPJ, Pihak Pelapor Wajib Khusus Pelapor PJK mengetahui kepemilikan atas Pengguna jasa meminta identitas dan dokumen pendukung menolak transaksi, apabila pendukung tidak lengkap menyimpan dokumen identitas pelaku transaksi paling singkat 5 tahun sejak berakhirnya hubungan usahaa memutuskan hubungan usaha jika pengguna jasa tidak mematuhi PMPJ dan meragukan informasi yang disaimpaikan pengguna jasa melaporkan kepada PPATK mengenai pemutusan hubungan usaha sebagai TKM 3. LEMBAGA PENGAWAS DAN PENGATUR (LPP) LPP adalah lembaga yang memiliki kewenangan pengawasan, pengaturan, dan/atau pengenaan sanksi terhadap Pihak Pelapor, yaitu : Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO), Badan Pengawas Perdagangaan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Kementerian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah), dan PPATK 4. PPATK PPATK menempati 3 posisi strategis, yaitu sebagai : - LPP bagi Pihak Pelapor yang tidak memiliki LPP. - LPP bagi Pihak Pelapor yang memiliki LPP namun belum menerapkan kewajibannya. - Lembaga intelijen keuangan (financial inteligence unit), yang diberikan mandat untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.

13 INSTANSI TERKAIT LAINNYA Instansi terkait lainnya adalah instansi yang berdasarkan amanat UU TPPU wajib menyampaikan laporan ke PPATK. Instansii Pelapor ini adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DBC), yang berkewajiban membuat laporan mengenai pembawaan uang tunai dan atau instrumen pembayaran lain lintas batas negara. memberikan data identitas dan informasi lengkap dan benar Mengeluarkan kebijakan PMPJ mengawasi Pengguna Jasa Lembaga Pengawas dan Pengatur Pihak Pelapor (PBJ dan PJK) PPATK identifikasi, verifikasi, memantau transaksi, dan melaporkan Sebagai LPP, Koordinasi, analisa Laporan PMPJ Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga Dengan Baik 1.5. RINGKASAN Industri keuangan dan yang terkait dengan keuangan semakin rentan terhadap risiko dimanfaatkannya pelaku pencucian uang dan pendanaan terorisme, oleh karena itu perlu melindungi dirinya dengan menerapkan manajemen risiko yang baik, antara lain melalui penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ). Dalam Penerapan PMPJ ini disyaratkan adanya persepsi, perlakukan, dan sikap yang sama dari Pengguna Jasa, Pihak Pelapor (PJK dan PBJ), Lembaga Pengawas dan Pengatur, serta pihak-pihak terkait lainnya. Efektifitas penerapan anti pencucian uang dan pemberantasan pendanaan terorisme melalui penerapan PMPJ ini akan menciptakan industri keuangan yang sehat dan akhirnya stabilitas keuangan dapat terjaga dengan baik pula QUIZ 1. Mengapa penerapan PMPJ bagii Pihak Pelapor sangat dibutuhkan? a. Agar Pihak Pelapor tidak dijadikan sarana dan sasaran pencucian uang dan pendanaan terorisme b. Agar Pihak Pelapor mampu mengelola risiko c. Agar Pihak Pelapor mampu mengembangkan bisnis yang lebih sehat bukan hanya karena mengenal Pengguna Jasa tetapi dapat menggali peluang dalam pengembangan bisnis. d. Jawaban a, b, dan c benar. 2. Berikut adalah alasan mengapa kebijakan dalam penerapan PMPJ terus disempurnakan, kecuali : a. Memenuhi kebutuhan Pengguna Jasa sebagai bentuk pelayanan prima. b. Dinamika nasional, regional maupun global yang diiringi dengan perkembangan produk, aktivitas dan teknologi informasi Pihak Pelapor

14 c. Adanya penyesuaian standar internasional seperti 40 rekomendasi + 9 rekomendasi khusus dari FATF. d. Munculnya kesadaran memenuhi kebutuhan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme 3. Pernyataan di bawah ini semua benar, kecuali : a. Penerapan PMPJ merupakan beban tersendiri dan menciptakan kerugian bagi Pihak Pelapor b. Penerapan PMPJ membutuhkan sumber daya, tetapi apabila dihitung nilainya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh c. Penerapan PMPJ bukan semata-mata hanya untuk memenuhi kewajiban, namun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan penerapan Prinsip Good Corporate Governance d. Penerapan PMPJ penting, disamping dapat meningkatkan pelayanan juga bermanfaat untuk membina hubungan baik dengan Pengguna Jasa 4. Apa dampak ketidakcukupan penerapan PMPJ oleh Pihak Pelapor? a. Menyebabkan kerugian berupa biaya yang signifikan pada Pihak Pelapor, misalnya : melalui penarikan dana oleh deposan, pemutusan fasilitas, klaim terhadap Pihak Pelapor, biaya investigasi, penyitaan dan pembekuan harta, dan kehilangan pinjaman b. Munculnya kebutuhan waktu dan energi dari manajemen untuk memecahkan masalah yang muncul. c. Jawaban a dan b benar d. Jawaban a dan b salah 5. Jenis risiko apa yang paling mungkin ketika Pihak Pelapor tidak cukup dalam merapkan PMPJ? a. Reputasi b. Hukum c. Konsentrasi dan operasional d. Semua jawaban benar 6. Pernyataan berikut ini berkaitan dengan risiko reputasi, kecuali : a. Pihak Pelapor tidak mampu memenuhi kewajiban Pengguna Jasa yang jatuh tempo. b. Risiko reputasi berkaitan dengan sifat dari bisnis Pihak Pelapor yang membutuhkan kepercayaan depositor, kreditor dan pasar secara umum c. Publikasi negatif mengenai praktik bisnis Pihak Pelapor, entah akurat ataupun tidak, akan menyebabkan kehilangan kepercayaan atas integritas Pihak Pelapor yang bersangkutan d. Pihak Pelapor sering terlibat dalam urusan hukum karena diduga memberikan fasilitas terjadinya pencucian uang 7. Berikut ini merupakan risiko hukum : a. Risiko kemungkinan adanya tuntutan hukum, keputusan badan penegak hukum yang merugikan atau kontrak yang pada akhirnya tidak dapat dipenuhi b. Risko atas ketidakmampuan Pihak Pelapor dalam melakukan mitigasi kondisi atau perkembangan pasar c. Risiko akibat adanya perubahan ketentuan perundangan yang berlaku d. Risiko karena ketidakcukupkan sumber daya manusia 8. Manakah dari pernyataan di bawah ini berkaitan dengan risiko operasional a. Publikasi negatif mengenai praktik bisnis Pihak Pelapor b. Penarikan dana dalam jumlah besar secara tiba-tiba, kredit dalam jumlah besar yang bermasalah karena pelunasan tiba-tiba atau masalah hukum lainnya berhubungan erat dengan konsentrasi pendanaan suatu Pihak Pelapor. c. gagal atau terganggunya kegiatan operasional Pihak Pelapor karena ketidakcukupan proses internal

15 baik karena sumber daya manusia dan sistemnya atau pengaruh dari kejadian eksternal d. adanya tuntutan hukum, keputusan badan penegak hukum yang merugikan atau kontrak yang pada akhirnya tidak dapat dipenuhi 9. Risiko kehilangan dana dalam jumlah signifikan sehingga membahayakan operasional Pihak Pelapor karena dapat terganggunya likuiditas Pihak Pelapor yang bersangkutan merupakan risiko : a. Hukum b. Konsentrasi c. Reputasi, d. Operasional 8. Pihak yang secara langsung tidak terlibat dalam penerapan PMPJ adalah: a. Pengguna Jasa b. Aparat Penegak Hukum c. Lembaga Pengawas dan Pengatur d. Pihak Pelapor 9. Berkaitan dengan penerapan PMPJ, berikut ini pernyataan yang tepat, kecuali : a. Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) menetapkan ketentuan PMPJ b. Pihak Pelapor wajib menerapkan PMPJ yang ditetapkan oleh LPP c. Pihak Pelapor berhak menentukan sikap dalam menerapkan PMPJ d. Pihak Pelapor wajib mengetahui pengguna jasa bertindak untuk diri sendiri atau untuk dan atas nama orang lain 10. Berikut ini merupakan kewajiban dari pengguna jasa terhadap Pihak Pelapor, kecuali : a. memberikan identitas dan informasi yang benar, memuat identitas diri, sumber dana, dan tujuan transaksi b. Mengisi formulir yang disediakan oleh Pihak Pelapor dan melampirkan dokumen pendukungnya. c. Karena pengguna jasa sudah dikenal baik oleh petugas Pihak Pelapor, informasi dan identitas belum menjadi prioritas untuk diberikan d. Apabila transaksi dilakukan untuk kepentingan pihak lain, maka harus disertai informasi mengenai identitas diri, sumber dana, dan tujuan transaksi pihak lain tersebut. 11. Kewajiban Pihak Pelapor : a. Mengetahui pengguna jasa bertindak untuk diri sendiri atau untuk dan atas nama orang lain b. Meminta informasi identitas dan dokumen pendukun dari pengguna jasa atau pihak lain c. Menolak transaksi jika identitas dan atau dokuemn pendukung tidak lengkap d. Jawaban a, b, dan c benar 12. Khusus bagi Pihak Pelapor berbentuk Penyedia Jasa Keuangan, wajib : a. Memutuskan hubungan usaha dengan pengguna jasa jika Pengguna Jasa menolak untuk mematuhi PMPJ b. Memutuskan hubungan usaha dengan pengguna jasa jika meragukan informasi yang disampaikan oleh pengguna jasa c. Melaporkan kepada PPATK mengenai pemutusan hubungan usaha sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan. d. Jawaban a, b, dan c benar 13. Kebijakan mengenai penerapan PMPJ, sekurang-kurangnya memuat: a. identifikasi Pengguna Jasa, dan verifikasi Pengguna Jasa b. identifikasi Pengguna Jasa, verifikasi Pengguna Jasa, dan pemantauan transaksi Pengguna Jasa.

16 c. identifikasi Pengguna Jasa, pelaporan transaksi. verifikasi Pengguna Jasa, pemantauan transaksi Pengguna Jasa, dan d. Tidak ada jawaban yang benar 14. Berikut adalah waktu dimana Pihak Pelapor wajib menerapkan PMPJ, kecuali a. berdasar penilaian Pihak Pelapor dirasakan perlu menerapkan PMPJ b. melakukan hubungan usahaa dengan Pengguna Jasa, dan atau terdapat transaksi keuangan senilai Rp.100 juta atau lebih; c. terdapat Transaksi Keuangann Mencurigakan, dan atau Pihak Pelapor meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan Pengguna Jasa atau Pengguna Jasa. d. terdapat Transaksi Keuangann Mencurigakan BAGIAN KEDUA : PEMENUHAN KEWAJIBAN PELAPORAN BAGI PIHAK PELAPOR 1.1. KEWAJIBAN PELAPORAN BAGI PIHAK PELAPOR PJK wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: 1. Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM) 2. Transaksi Keuangan Tunai (TKT) 3. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri (TKTD). PBJ wajib : menyampaikan laporan kepada PPATK berupa laporan Transaksi Pengguna Jasa senilai Rp500 juta atau lebih kepada PPATK PJK PBJ Dijten Bea Cukai TKM TKT TKTD Transaksi >Rp 500 jt TKM jika ditemukan atau diminta melaporkan Laporan pembawaan uang dan instrumen keluar atau masuk wilayah RI 1.2. LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (LTKM) PENGERTIAN TKM SESUAI UU TPPU (UU No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana pencucian Uang) a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan. b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuaii dengan ketentuan Undang-Undang ini.

17 c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. d. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. Menyimpangi profil, kebiasaan pola transaksi dan kharakteristik bisnis Pengguna Jasa Menghindari pelaporan TKT, Transaksi Keuangan Transfer Dana, dan Transaksi Keuangan senilai Rp.500 jt atau lebih Unsur TKM Diduga menggunakan harta hasil tindak pidana diminta PPATK PENGERTIAN TKM SESUAI UU TPPT (UU No.9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Terorisme) a. Transaksi keuangan dengan maksud untuk digunakan dan/ atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan tindak pidana terorisme b. Transaksi yang melibatkan setiap orang yang berdasarkan daftar terduga teroris dan organisasi teroris. PENJELASAN TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM) Pada umumnya, TKM diawali dari transaksi antara lain : - tidak memiliki tujuan ekonomis dan bisnis yang jelas; - menggunakan uang tunai dalam jumlah yang relatif besar dan/ atau dilakukan secara berulang-ulang di luar kewajaran; atau - aktivitas Transaksi Pengguna Jasa di luar kebiasaan dan kewajaran. Pihak Pelapor diberikan keleluasaan untuk melakukan judgement secara profesional dalam menentukan apakah suatu transaksi memenuhi unsur TKM atau tidak. Untuk membantu mengidentifikasi dan menetapkan apakah suatu transaksi memenuhi unsur TKM, berikut ini diuraikan penjabaran unsur-unsurnya : a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan. 1) Profil adalah deskripsi Pengguna Jasa yang antara lain mencakup identitas, pekerjaan, kegiatan usaha, tujuan transaksi, termasuk sumber dan jumlah penghasilan. Semua data dan informasi ini akan mengarahkan kewajaran Pengguna Jasa melakukan transaksi dalam batasan jumlah tertentu apakah sesuai atau diluar profilnya. 2) Karakteristik digambarkan sebagai ciri-ciri khusus dari transaksi Pengguna Jasa, yang dapat membedakan Pengguna Jasa atau kelompok Pengguna Jasa satu dengan lainnya, tergantung dari bisnis Pengguna Jasa yang bersangkutan. Kharakteristik transaksi bisnis Pengguna Jasa antara lain ditunjukkan dengan : - jenis mata uang, instrumen atau jasa keuangan yang digunakan

18 - siapa dan dimana counterparty atau lawan transaksinya - waktu pelaksanaan transaksi 3) Kebiasaan pola transaksi adalah kebiasaan Transaksi yang dilakukan oleh Pengguna Jasa. Pola transaksi Pengguna Jasa ditunjukan antara lain berupa frekuensi transaksi pengkreditan dan pendebetan, penarikan atau penyetoran, penutupan atau pembukaan. Transaksi Pengguna Jasa bisa memiliki pola namun juga banyak yang tidak berpola. b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi, maksudnya adalah pelaporan Transaksi Keuangan Tunai (TKT), Transaksi Transfer Dana masuk atau keluar negeri, atau transaksi senilai Rp. 500 juta atau lebih, dengan cara pemecahan nilai pertransaksi kurang dari Rp 500 juta, namun apabila diakumulasikan dalam 1 (satu) hari kerja, nilai transaksi tunai tersebut mencapai jumlah Rp 500 juta atau lebih. c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. Yang termasuk dalam kategori transaksi ini adalah : - Terdapat pelaksanaan kewenangan penegak hukum terhadap pengguna jasa dengan melakukan penundaan transaksi, pemblokiran, penyitaan, dan permintaan keterangan - Pengguna jasa telah terpublikasi sebagai tersangka, terdakwa atau terpidana - Pengguna jasa adalah karyawan PJK yang melakukan fraud yang menghasilkan uang atau harta kekayaan, seperti auditor internal menemukan adanya karyawan yang menggelapkan dana perusahaan dan ternyata karyawan bersangkutan memiliki rekening. - Terdapat calon Pengguna Jasa/ pengguna jasa atau Pengguna Jasa/ pengguna jasa yang tidak bersedia menyerahkan dokumen pendukung atau memalsukan dokumen pendukung termasuk pula Pengguna Jasa yang memberikan informasi palsu. - Transaksi yang dilakukan atau rekening yang dimilki oleh orang, badan usaha, atau organisasi yang diduga atau diketahui terlibat dalam tindak pidana terorisme (Harta Kekayaan bersumber dari hasil kejahatan atau kegiatan yang sah). d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. PELAPORAN TKM Penyampaian laporan TKM dilakukan sesegera mungkin paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah PJK mengetahui adanya unsur TKM. Keputusan diketahui adanya unsur TKM pada saat ada persetujuan atau keputusan pejabat yang berwenang, misalnya untuk Pihak Pelapor Bank adalah Direktur Kepatuhan. Pelaporan TKM Paling lama (3) hari kerja setelah PJK mengetahui adanya unsur TKM keputusan adanya unsur TKM saat adanya persetujuan pejabat berwenang

19 TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN Ketentuan Penyampaian Laporan: a. Penyampaian laporan TKM termasuk laporan pemutusan hubungan usaha dengan pengguna jasa, baik yang menolak memenuhi PMPJ maupun ketika PJK meragukan kebenaran informasi yang disampaikan. b. Penyampaian laporan TKM wajib dilakukan secara elektronis atau dalam hal tertentu dapat disampaikan secana non elektronis. c. PJK wajib mengisi laporan TKM dengan benar dan lengkap d. PJK wajib menyampaikan data pendukung yang disebutkan dalam laporan TKM paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal penyeampaian laporan kepada PPATK. Tata Cara Penyampaian Laporan penyampaian laporan termasuk laporan pemutusan hubungan usahatata Cara Penyampaian Pelaporan Penyampaian laporan wajib secara elektronis, dalam hal tertentu dilakukan secaraa non elektronis mengisi laporan secara benar dan lengkap menyampaikan data pendukung dalam laporan TKM paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah penyampaian kepada PPATK 1.3. LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (LTKT) PENGERTIAN Transaksi yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/ atau logam dalam jumlah kumulatif sebesar Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau yang nilainya setara, baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja. Bilamana ada perubahan besarnya jumlah Transaksi Keuangan Tunai maka akan ditetapkan dengan Keputusan Kepala PPATK. PELAPORAN Penyedia jasa keuangan wajib menyampaikan laporan TKT paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan. Dalam menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Tunai Penyedia Jasa Keuangan dapat melakukannya dengan cara: a. Manual, yaitu mengirimkan hardcopy Laporan Transaksi Keuangan Tunai ; atau b. Elektronis, yaitu menyampaikann Laporan Transaksi Keuangan Tunai secara on-line dengan mengakses server PPATK dengan menggunakan user id dan password yang ditentukan oleh PPATK. PJK yang akan menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Tunai secara Elektronis, harus terlebih dahulu mengajukan Permohonan Pelaporan Secara Elektronis melalui ke alamat: helpline@ppatk.go.id.

20 PPATK akan memberikan user id, password dan alamat server Laporan Transaksi Keuangan Tunai secara individual kepada masing-masing PJK. Sepanjang PJK belum menerima user id dan password maka penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Tunai dilakukan secara Manual. TRANSAKSI TUNAI YANG DIKECUALIKAN TKT yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan yaitu terhadap : a. TKT yang dilakukan oleh PJK dengan Pemerintah dan Pihak Pelapor sentral; b. TKT untuk pembayaran gaji atau pensiun; c. TKT lain yang ditetapkan oleh Kepala PPATK d. TKT lain atas permintaan PJK untuk dikecualikan yang disetujui oleh PPATK JENIS USAHA YANG DIK ECUALIKAN DARI PELAP ORAN TKT Jenis usaha yang dikecualikan dari pelaporan TKT adalah : a. usaha perkebunan b. pengelola jalan tol c. supermarket, hypermarket, department store, dan usaha sejenis dengan nama lain d. pengelola jasa perparkiran e. stasiun pengisian bahan bakar umum f. maskapi penerbangan g. perusahaan pelayaran serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan h. lembaga pendidikan formal i. operator telekomunikasi j. pengelola rumah sakit k. penyedia tenaga listrik l. perusahaan air minum atau yang sejenis KETENTUAN PENTING TE RKAIT TKT - PJK wajib melakukan pemantauann secara berkala terhadap TKT yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan - Apabila ada unsur TKM, wajib melaporkan TKT yang dikecualikan sebagai TKM - PJK wajib membuat dan menyimpan daftar pengguna jasa dan transaksi pengguna jasaa yang dikecualikan dari pelaporan TKT - PJK wajib memelihara dan mengkinikan profil pengguna jasa - PJK menyimpan dokumen TKT yang dikecualikan - Pelanggaran ketentuan dikenakann sanksi administratif yang dilaksanakan oleh LPP. Ketentuan Terkait TKT melakukan pemantauan secara berkala terhadap TKT yang dikecualikan melaporkan TKT yang dikecualikan sebagai TKM membuat dan menyimpan daftar dan transaksi nasabah memelihara dan mengkinikan profil nasabah menyimpan dokumen TKT yang dikecualikan pelanggaran ketentuan dikenai sanksi adminsitratif oleh LPP

21 1.4. LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN TRANSFER DANA DARI DAN KE LUAR NEGERI/IFTI UU TPPU mengatur pula mengenai pelaporan Transaksi Keuangan Transfer Dana Dari Dan Ke Luar Negeri. Dalam hal ini, Pihak Pelapor wajib menyampaikan laporan Transaksi transfer dana tersebut paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan. Adapun Pelaksanaan kewajiban pelaporan transfer dana dari dan ke luar negeri dilaksanakan paling lama 5 (lima) tahun setelah UU TPPU diundangkan tanggal 22 Oktober 2010 Pengertian transfer dana adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari Pengirim Asal yang bertujuan untuk memindahkan sejumlah Dana kepada Penerima yang disebutkan dalam Perintah Transfer Dana sampai dengan diterimanya Dana oleh Penerima Dana. Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan Ke Luar Negeri/ IFTI penyampaian laporan transaksi paling lama 14 hari kerja sejak tanggal transaksi pelaksanaan kewajiban pelaporan dilaksanakan paling lama 5 tahun setelah UU TPPU diundangkan 1.5. LAPORAN TRANSAKSI OLEH PBJ KEWAJIBAN PBJ PBJ wajib menyampaikan : 1. Laporan Transaksi yang dilakukan oleh Pengguna Jasa dengan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) kepada PPATK. 2. Laporan TKM berdasarkan permintaan PPATK Tata Cara Pelaporan (Peraturan Kepala PPATK No.: PER-12/1.02.1/PPATK/09/11 tentang Tata Cara Pelaporan Transaksi Bagi Penyedia Barang dan/atau Jasa Lainnya) TATA CARA PELAPORAN 1. PBJ melakukan registrasi dengan mengisi registrasi, bisa dengan web registrasi atau sistem manual. 2. PBJ wajib mengisi laporan Transaksi dengan benar dan lengkap sesuai dengan petunjuk tata cara pengisian laporan. 3. PBJ dapat menyampaikan laporan secara elektronis atau manual. 4. Penyampaian laporan Transaksi wajib dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal Transaksi dilakukan. 5. Penyampaian laporan transaksi keuangan mencurigakan dilakukan paling lama 3 (tiga) hari sejak diterimanya surat permintaan dari PPATK.

22 TATA CARA PELAPORAN PBJ melakukan registrasi secara online mauapun manual mengisi laporan Transaksi secara benar dan lengkap menyampaikan laporan secara elektronis atau manual penyampaian laporan paling lama 14 hari terhitung tanggal transaksi penyampaian laporan TKM dilakukan paling lama 3 hari sejak diterimanya surat dari PPATK 1.6. RINGKASAN Pihak Pelapor terdiri dari Penyedia Jasa keuangan (PJK) dan Penyedia Barang dan atau Jasa lain l (PBJ). PJK wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi :Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM); Transaksi Keuangan Tunai (TKT); dan Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luarl negeri (TKTD). Sedangkan PBJ wajib menyampaikann laporan kepada PPATK berupa laporan Transaksi Pengguna Jasa senilai Rp500 juta atau lebih. Untuk bisa menyampaikan laporan TKM, Pihak Pelapor harus menerapkan PMPJ secara efektif. Apakah suatu transaksi memenuhi unsur TKM, didasarkan pada profesional judgement Pihak Pelapor. Tanpa pemahaman atau keahlian yang cukup, laporan TKM yang disampaikan kepada PPATK kualitasnya rendah. Keseluruhan laporan tersebut disampaikan kepadaa PPATK sesuai ketentuan tata cara pelaporan. Disamping laporan yang disampaikan oleh Pihak Pelapor, PPATK juga menerima laporan dari Ditjen Bea dan Cukai mengenai laporan pembawaan uang senilai Rp. 100 juta atau lebih yang keluar atau masuk wilayah RI QUIZ 1. Apa yang anda ketahui tentang Customer Due Diligence (CDD)? a. Kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan untuk memastikan bahwa suatu transaksi Pengguna Jasa sesuai dengann profilnya b. Kegiatan berupa penelusuran asset untuk memastikan bahwa suatu transaksi sesuai dengan asset yang dimiliki profil Calon Pengguna Jasa, WIC, atau Pengguna Jasa c. Kegiatan berupa penggalian informasi yang mendalam dan dokumen otentik dari berbagai pihak untuk memastikan bahwa suatu transaksi sesuai dengan profil Pengguna Jasa atau WIC d. Kegiatan mencari informasii untuk memperoleh kepastian apakah Pengguna Jasa sebagai pelaku pidana atau bukan 2. Apa yang anda pahami mengenaii Enhanced Due Diligence (EDD) a. Tindakan penelusuran asset Pengguna Jasa pada saat berhubungan dengan Calon Pengguna Jasa, WIC, atau pengguna Jasa yang tergolong Berisiko tinggi, terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme

23 b. Tindakan CDD lebih mendalam pada saat berhubungan denan Calon Pengguna Jasa, WIC, atau Pengguna Jasa yang tergolong Berisiko tinggi, terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme c. Tindakan untuk mencari informasi dan dokumen otentik kepada pihak lain pada saat berhubungan dengan Calon Pengguna Jasa, WIC, atau Pengguna Jasa yang tergolong Berisiko tinggi, terhadap kemungkinan uang dan pendanaan terorisme d. Semua jawaban benar 3. Siapa yang termasuk dalam kategori Beneficial Owner? a. Pemilik sebenarnya dari dana yang ditempatkan pada Pihak Pelapor (ultimately own account) b. Pengendali transaksi pengguna jasa c. Pemberi kuasa untuk melakukan transaksi d. Pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan melalui badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian e. Jawaban a, b, dan c benar 4. Berikut adalah kriteria suatu negara dinilai sebagai negara berisiko tinggi (high risk country), kecuali : a. Negara atau teritori yang potensial digunakan sebagai tempat terjadinya atau sarana tindak pidana pencucian uang b. Negara atau teritori yang potensial digunakan sebagai pusat transaksi internasional c. Negara atau teritori yang potensial digunakan sebagai tempat dilakukannya tindak pidana asal (predicate offense); dan/atau d. Negara atau teritori yang potensial digunakan sebagai tempat dilakukannya aktivitas Pendanaan Kegiatan Terorisme 5. Siapa saja yang tergolong sebagai Politically Exposed Person (PEP)? a. Orang yang memiliki atau pernah memiliki kewenangan public (pejabat publik) b. Orang yang tercatat atau pernah tercatat sebagai anggota partai politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai politik c. Jawaban a dan b benar d. Jawaban a dan b salah 6. Bagaimana Kebijakan dan Prosedur PMPJ harus dibuat dan dilaksanakan? a. Harus diintegrasikan ke dalam aktivitas Pihak Pelapor sehari-hari b. Tidak harus terintegrasi dengan aktivitas Pihak Pelapor sehari-hari c. Dipisahkan dengan Prosedur Standar Operasi d. Semua jawaban salah 7. Siapa sajakah yang berkewajiban menerapkan PMPJ? a. Pihak yang berhubungan langsung dengan Pengguna Jasa b. Para manager c. Semua karyawan/pegawai d. Bagian back office 8. Berikut ini merupakan unsur TKM, kecuali Transaksi Keuangan yang : a. menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan. b. dilakukan dalam jumlah besar terutama bagi Pengguna Jasa berisiko tinggi. c. patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan TKT d. dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. 9. Berikut ini termasuk unsur TKM, kecuali :

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Kedua, Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Kedua, Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Modul E-Learning 2 PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA DAN PELAPORAN BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA Bagian Kedua, Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa 2.2 Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna

Lebih terperinci

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kewajiban Pelaporan. Dikecualikan. Transaksi Keuangan Tunai. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Ketiga, Identifikasi, Verifikasi Dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Ketiga, Identifikasi, Verifikasi Dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa Modul E-Learning 2 PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA DAN PELAPORAN BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA Bagian Ketiga, Identifikasi, Verifikasi Dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa 2.3 Identifikasi, Verifikasi

Lebih terperinci

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1821, 2014 PPATK. Sanksi Administratif. Kewajiban Pelaporan. Pelanggaran. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER. 14 /1.02/PPATK/11/14

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1479, 2013 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI. Traksaksi. Tunai. Jasa Keuangan. Identifikasi PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK I. UMUM Dengan semakin

Lebih terperinci

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA No.920, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kenali Pengguna Jasa. Pergadaian. Penerapan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, No.960, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Identifikasi Transaksi. Jasa Keuangan. Mencurigakan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM) DAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (TKT)

IDENTIFIKASI TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM) DAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (TKT) IDENTIFIKASI TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM) DAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (TKT) 2 IMUNITAS PIHAK PELAPOR 18 IDENTIFIKASI TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM) 19 DASAR HUKUM Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Laporan. Transaksi Keuangan. Penyedia Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS) FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS) Peraturan Bank Indonesia No.12/3/PBI/2010 tanggal 1 Maret 2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Pada Pedagang Valuta Asing

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.670, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Identifikasi. Transaksi Mencurigakan. Jasa Keuangan. Perubahan.(Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 7) PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2010 PERBANKAN. BANK INDONESIA. Bank Syariah. Bank Pengkreditan Rakyat. Program Anti Pencucian Uang. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA I. PENDAHULUAN Tujuan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan tentang Prinsip Mengenal Nasabah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2015 HUKUM. Pidana. Pencucian Uang. Pihak Pelapor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5709). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.01/2017 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME DI SEKTOR JASA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5406 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 50) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22/ POJK.04 / 2014 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR PASAR MODAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22/ POJK.04 / 2014 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR PASAR MODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22/ POJK.04 / 2014 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR PASAR MODAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum.

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum. No. 15/21/DPNP Jakarta, 14 Juni 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum. Sehubungan

Lebih terperinci

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN V.D.10

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN V.D.10 PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR [ ] / POJK [ ] / [ ] (format peraturan secara keseluruhan akan disesuaikan dengan format Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS) FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS) Surat Edaran Bank Indonesia No.12/10/DPM/2010 tanggal 30 Maret 2010 tentang Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme pada

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T No.1087, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi Notaris. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR PER- 05/BL/20102011 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5302 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN BI. Program. Anti Pencucian Uang. Pendanaan. Terorisme. Penyelenggaraan Jasa. Selain Bank. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim No.1872, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penyedia Jasa Keuangan. Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi. Pencabutan. PERATURAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PIALANG BERJANGKA

Lebih terperinci

Dalam penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan

Dalam penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI PIALANG BERJANGKA P e r d a g a n g a n S e b a g a i S e k t o r Pe n g g e ra k Pe r t u m b u h a n d a n D aya Saing E ko n o mi, s erta Pencipta an Kemakmuran remarkable

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAWAAN UANG TUNAI DAN/ATAU INSTRUMEN PEMBAYARAN LAIN KE DALAM ATAU KE LUAR DAERAH PABEAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 4 ~! SALINAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PIALANG

Lebih terperinci

Non Bank. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Non Bank. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme pada Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dan bagi Penyelenggaraan Sistem Pembayaran selain

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) No.642, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642) PERATURANKEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.920, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Laporan. Transaksi Keuangan. Penyedia Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut No.927, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Audit. Kepatuhan. Khusus. Tata Cara. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

P e d o m a n. Prinsip Mengenal Nasabah (PMN)

P e d o m a n. Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) P e d o m a n Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh Perusahaan Perasuransian dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan

2017, No Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan No.766, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. Prinsip Mengenali Pengguna Jasa. Kegiatan Usaha Simpan Pinjam. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi tentang Pedoman Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan T

2017, No Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi tentang Pedoman Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1457, 2017 BAPPEPTI. Program Anti Pencucian Uang. Pencegahan Pendanaan Terorisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. Daerah Pabean Indonesia. Uang Tunai. Instrumen Pembayaran Lain. Pembawaan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 366). PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/3/PBI/2012 TENTANG PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI PENYELENGGARA JASA SISTEM PEMBAYARAN SELAIN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN

Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN RBA SDM Pengkinian Data Pengendalian Internal UKK 2 1. RBA Risk Based

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERUBAHAN

LATAR BELAKANG PERUBAHAN PERATURAN BANK INDONESIA NO. 11/28/PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG 47 RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia yang

Lebih terperinci

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR: 3/9/KEP. PPATK/2004 TENTANG TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN PELAPORAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP.PPATK/2003

Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP.PPATK/2003 Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP.PPATK/2003 P e d o m a n EDISI PERTAMA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) Pedoman Identifikasi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES) BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-12/1.02/PPATK/06/13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN TRANSFER DANA DARI DAN KE LUAR NEGERI

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Huruf a Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Huruf a Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /POJK.05/2015 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR INDUSTRI KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.283, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penghentian Sementara. Penundaan. Transaksi. Perbankan. Pasar Modal. Asuransi. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2...

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2... PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11 / 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM UMUM Dengan semakin maraknya tindak pidana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini!

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini! Nama : Muhammad Nur Jamaluddin NPM : 151000126 Kelas : O Mata Kuliah : Money Laundering Crime Dosen : Maman Budiman, S.H.,M.H. Jawablah pertanyaan dibawah ini! 1. Apa yang dimaksud dengan pencucian uang?

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/10/PBI/2017 TENTANG PENERAPAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI PENYELENGGARA JASA SISTEM PEMBAYARAN SELAIN BANK DAN PENYELENGGARA KEGIATAN USAHA

Lebih terperinci

Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah PENDAHULUAN Pada tanggal 30 Januari 2003 Menteri Keuangan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 45/KMK.06/2003

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4324) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG No.283,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG PELAKSANAAN PENGHENTIAN SEMENTARA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau

Lebih terperinci

PT Bank OCBC NISP, Tbk Anti Money Laundering & Counter Financing Terrorism KUTIPAN KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME

PT Bank OCBC NISP, Tbk Anti Money Laundering & Counter Financing Terrorism KUTIPAN KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PT Bank OCBC NISP, Tbk Anti Money Laundering & Counter Financing Terrorism KUTIPAN KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME I. PENGANTAR PT Bank OCBC NISP, Tbk ("Bank") adalah perusahaan

Lebih terperinci

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan: Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Pertama. Pengenalan Pencucian Uang Tujuan Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

Lebih terperinci

V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) Lampiran Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: P e d o m a n V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK) Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /POJK.05/2015 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME OLEH PENYEDIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa saat ini jumlah transaksi maupun nilai nominal pengiriman uang baik di

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK!NQONES!A SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK!NQONES!A SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK!NQONES!A SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55/PMK.01/2017 TENTANG PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI AKUNTAN DAN AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2013 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang ini banyak sekali kejahatan dan kriminalitas yang terjadi di dunia termasuk Indonesia. Banyak kejahatan yang terjadi karena

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2013 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa kejahatan yang menghasilkan harta

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP-313/BL/2007 TENTANG PRINSIP MENGENAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN KEPATUHAN DAN PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN KEPATUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci