MENGOPTIMALKAN ALOKASI GAS UNTUK DOMESTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENGOPTIMALKAN ALOKASI GAS UNTUK DOMESTIK"

Transkripsi

1 BULETIN SKK MIGAS #32 Desember 2015 MENGOPTIMALKAN ALOKASI GAS UNTUK DOMESTIK Meningkatkan Kompetensi Pekerja Hulu Minyak dan Gas Bumi Agenda Setting dan Revolusi Perizinan Industri Hulu Migas Kontribusi untuk Menyeimbangkan Harga Gas Sektor Hulu Migas Dorong Industri Perkapalan Nasional SKK Migas Gandeng Politeknik Keuangan Negara STAN

2 4 8 DAFTAR ISI 20 REDAKSI Pelindung Amien Sunaryadi Budi Agustyono Penanggungjawab Elan Biantoro Pemimpin Redaksi Zudaldi Rafdi Editor Heru Setyadi Ryan B. Wurjantoro SALAM REDAKSI 3 Tim Redaksi Adhitya C. Utama Alfian Galuh Andini Heri Slamet Ruby Savira Suhendra Atmaja FOKUS PERSPEKTIF SEREMONIAL Mengoptimalkan Meningkatkan Alokasi Gas untuk Domestik Menakar Keekonomian Harga Gas Domestik Kompetensi Pekerja Hulu Minyak dan Gas Bumi Kegiatan SKK Migas Pusat BIANGLALA Mencari Solusi Bersama Forum Akademisi Agenda Setting dan Revolusi Perizinan Industri Hulu Migas Redaksi menerima masukan artikel melalui : hupmas@skkmigas.go.id acutama@skkmigas.go.id Redaksi : Sub Bagian Komunikasi dan Protokol SKK Migas Alamat : Gedung Wisma Mulia Lt.30, Jl. Jend. Gatot Subroto No. 42, Jakarta Facebook : Humas SKK Migas FIGUR 18 Sampe L. Purba Kepala Divisi Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas Kontribusi untuk Menyeimbangkan Harga Gas SPEKTRUM SKK Migas Gandeng Politeknik Keuangan Negara STAN Sektor Hulu Migas Dorong Industri Perkapalan Nasional Info 22 Kaleidoskop Sektor Hulu Minyak dan Gas Bumi

3 SALAM REDAKSI MENINGKATKAN KOMPETENSI Dunia telah mengarah ke era globalisasi. Sejumlah negara sekawasan di berbagai belahan dunia bersepakat untuk membuat sebuah pasar tunggal guna meningkatkan daya saing kawasan tersebut di tingkat global. Pemberlakuan pasar tunggal, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di kawasan Asia Tenggara, tidak hanya berimbas pada perekonomian sebuah negara maupun sebuah kawasan, tetapi juga di bidang ketenagakerjaan. Ada pihak yang memandang pemberlakuan MEA memunculkan ancaman bagi tenaga kerja domestik karena mereka harus bersaing dengan tenaga kerja asing yang siap membanjiri Indonesia. Masuknya tenaga kerja asing dinilai hanya akan memperkecil peluang tenaga kerja domestik dalam mendapatkan pekerjaan. Namun di lain pihak, ada yang melihat MEA sebagai peluang bagi tenaga kerja Indonesia. MEA memperlebar pintu bagi tenaga kerja Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia pada lapangan pekerjaan yang tersedia. Apa pun pendapat yang muncul, MEA hendaknya dilihat sebagai sebuah peluang sekaligus tantangan. Masuknya tenaga kerja asing sebenarnya memberi kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia untuk mendapatkan transfer pengetahuan dari mereka. Ilmu dan pengalaman kerja yang dimiliki tenaga kerja asing bisa diserap dan dipelajari oleh tenaga kerja Indonesia sehingga kemampuan dan kapabilitasnya bisa meningkat. Keberadaan tenaga kerja asing juga bisa menjadi acuan dalam meningkatkan standar mutu tenaga kerja. Meski demikian, tenaga kerja Indonesia tidak bisa bersikap pasif dan hanya mengkopi apa yang ada di sekitarnya. Kemampuan dan kapabilitas tenaga kerja Indonesia tetap harus ditingkatkan agar siap menghadapi persaingan. Peningkatan kemampuan dan kapabilitas tersebut diperlukan agar tenaga kerja Indonesia mampu memenuhi standar mutu yang dibutuhkan sesuai profesi masing-masing. Hal serupa juga berlaku di industri hulu minyak dan gas bumi (migas). Hingga saat ini, industri hulu migas masih memiliki peran ganda yang strategis, yaitu sebagai salah satu penyumbang terbesar bagi penerimaan negara dan penggerak ekonomi nasional. Melihat peran yang masih sangat strategis tersebut, industri hulu migas membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten. Menghadapi era globalisasi, pekerja di industri hulu migas perlu memiliki sertifikat kompetensi. Sertifikasi tersebut menjadi bukti sahih atas kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang pekerja dalam bidang pekerjaan yang ditekuni. Tidak hanya itu, kualitas dan kemampuan kerja yang sudah sesuai dengan standar yang berlaku dan diakui secara resmi akan memberikan nilai tambah bagi pekerja Indonesia ketika disejajarkan dengan tenaga kerja asing. Melihat manfaat besar yang bisa diperoleh dari sebuah sertifikasi profesi, para pekerja hendaknya tidak perlu lagi didorong untuk mendapatkan sertifikat, tetapi harus memiliki kesadaran sendiri untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi dalam pekerjaan. Elan Biantoro Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Desember 2015 BUMI 3

4 FOKUS MENGOPTIMALKAN ALOKASI GAS UNTUK DOMESTIK Oleh: Adhitya C. Pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan pasokan gas bagi sektor domestik dari lapanganlapangan minyak dan gas bumi (migas). Komitmen tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan pasokan gas untuk domestik. Sejak 2003 hingga sekarang, alokasi gas untuk domestik mengalami kenaikan rata-rata 9 persen per tahun. Sebagai informasi, sejak 2013, volume alokasi gas untuk memenuhi kebutuhan domestik sudah melebihi volume ekspor. Pada 2014, pasokan gas untuk domestik mencapai 59,8 persen, sementara ekspor gas sebesar 40,2 persen. Tahun ini, pemanfaatan gas untuk domestik diperkirakan akan naik menjadi 62,7 persen, sedangkan ekspor gas akan turun menjadi 37,3 persen. Pemerintah makin memantapkan komitmen tersebut dengan menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 37 Tahun 2015 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan serta Harga Gas Bumi. Aturan yang ditetapkan pada 13 Oktober 2015 ini menyempurnakan Peraturan Menteri ESDM Nomor 03 Tahun 2010 tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri. Melalui aturan ini, pemerintah menyusun kembali prioritas tentang alokasi gas. Sebelumnya, pemanfaatan gas bumi lebih diutamakan untuk meningkatkan produksi migas, pabrik pupuk, dan kelistrikan. Kini, pemanfaatan gas bumi lebih diprioritaskan untuk mendukung program pemerintah dalam menyediakan gas bumi bagi transportasi, rumah tangga, dan pelanggan kecil. Prioritas ini ditetapkan sebagai upaya diversifikasi bahan bakar untuk sektor transportasi, rumah tangga, dan pelanggan kecil. Pemerintah juga mengutamakan pemanfaatan gas bumi untuk meningkatkan produksi migas nasional. Peningkatan produksi migas akan mendukung upaya pemerintah dalam menjaga ketersediaan energi secara nasional. Selain kedua hal tersebut, pemerintah memprioritaskan pemanfaatan gas bumi untuk industri pupuk, industri berbahan baku gas bumi, penyediaan tenaga listrik, serta industri yang menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar. Sektor industri masih menjadi prioritas karena pemerintah ingin lebih meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Peraturan ini bertujuan untuk menjamin efisiensi dan efektivitas tersedianya gas bumi sebagai bahan bakar, bahan baku atau keperluan lainnya untuk kebutuhan dalam negeri, kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja. Melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 37 Tahun 2015, pemerintah juga memberikan kesempatan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berlokasi di daerah penghasil migas untuk mendapatkan alokasi gas bumi melalui skema penunjukan langsung. Dalam aturan ini juga disebutkan, BUMN dan BUMD yang telah ditunjuk sebagai penjual tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan gas bumi ke pihak lain kecuali ke pengguna akhir. 4

5 Meski BUMN dan BUMD lebih diprioritaskan, pemerintah tetap membuka kesempatan bagi badan usaha swasta untuk mendapatkan alokasi gas bumi dan menyalurkannya ke pembeli. Namun untuk bisa mendapatkan alokasi gas bumi, badan usaha swasta harus melalui mekanisme lelang dengan persyaratan memiliki calon pembeli gas bumi dan infrastruktur untuk mengalirkan gas bumi. Badan usaha swasta yang ingin membangun infrastruktur didorong untuk membantu menyalurkan gas bumi ke seluruh nusantara, kata Wiratmaja. Kebijakan mengenai alokasi dan pemanfaatan gas bumi ini merupakan upaya pemerintah agar kebutuhan gas dalam negeri dapat terpenuhi secara optimal. Memang, dalam aturan baru ini kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) tidak lagi diwajibkan untuk mengalokasikan minimal 25 persen dari gas bumi yang menjadi bagian mereka guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tidak adanya kewajiban tersebut membuat kontraktor KKS lebih leluasa untuk mengekspor gas bumi bagian mereka. Meski demikian, kontraktor KKS harus memenuhi tiga kriteria yang ditetapkan pemerintah sebelum bisa mengekspor gas bumi yang menjadi bagian mereka. Pertama, kontraktor KKS boleh melakukan ekspor apabila kebutuhan gas bumi domestik telah terpenuhi. Kedua, belum tersedia infrastruktur gas yang memadai di dalam negeri. Ketiga, daya beli konsumen domestik lebih rendah dibanding di luar negeri Namun, ada tiga ketentuan yang harus dipenuhi agar dapat mengekspor gas tersebut. Pertama, kebutuhan gas bumi konsumen dalam negeri telah tercapai. Kedua, belum tersedianya infrastruktur gas di dalam negeri yang memadai. Ketiga, daya beli konsumen dalam negeri tidak dapat memenuhi keekonomian lapangan. Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, mengungkapkan sektor hulu migas selalu memprioritaskan kebutuhan domestik dalam pengalokasian gas yang diproduksikan dari lapangan-lapangan migas di Indonesia. Berdasarkan perjanjian jual beli gas (PJBG) yang telah ditandatangani tahun ini, sebagian besar gas bumi dialokasikan untuk pembangkit listrik, bahan baku pupuk, memenuhi kebutuhan LPG (liquefied petroleum gas), serta memenuhi kebutuhan bahan bakar gas untuk transportasi. Amien menambahkan, SKK Migas berharap semua pihak dapat memberikan dukungan supaya penyaluran gas dari PJBG tersebut bisa terlaksana sehingga beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak semakin berat akibat menanggung subsidi pemakaian BBM untuk kelistrikan. Selain akan mendukung peningkatan rasio elektrifikasi, penggunaan gas akan menurunkan beban subsidi pemerintah akibat pemakaian BBM untuk kelistrikan, kata Amien. Amien juga mengimbau kepada sektor kelistrikan, industri, dan pengguna gas domestik lainnya agar dapat memahami bahwa harga gas domestik saat ini tidak dapat dipertahankan sama dengan sebelumnya. Pasalnya, sebagian besar temuan cadangan gas bumi saat ini berada di daerah terpencil dan frontier area dengan potensi risiko yang lebih tinggi. Kondisi tersebut berimbas pada semakin tingginya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengembangan lapangan. Desember 2015 BUMI 5

6 FOKUS MENAKAR KEEKONOMIAN HARGA GAS DOMESTIK Oleh: Adhitya C. Pemanfaatan gas bumi di Indonesia tidak hanya vital bagi sektor transportasi dan rumah tangga, tetapi juga industri. Selain dimanfaatkan sebagai bahan bakar mesin pabrik, industri menggunakan gas sebagai bahan baku untuk produk yang dihasilkan. Melihat besarnya kebutuhan gas bumi untuk domestik, sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) berkomitmen untuk memperbesar alokasi gas bagi pasar dalam negeri. Hanya saja, tantangan baru muncul terkait penggunaan gas di sektor domestik. Pengguna akhir, terutama dari sektor industri, menilai harga jual gas yang ditawarkan ke pasaran terlalu tinggi. Selain itu, pengguna akhir terkadang sulit mendapatkan pasokan gas. Adanya ketidaksesuaian antara harga gas di hulu dengan di pengguna memang telah mengemuka secara nasional. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Namun apabila dicermati, harga gas di sisi hulu relatif tidak ada perubahan. Perubahan harga terjadi apabila ada tuntutan untuk memenuhi komitmen alokasi gas dan menambah pasokan gas sehingga memerlukan pengembangan lapangan baru. Konsekuensinya, harga-harga gas baru bisa lebih mahal karena ada peningkatan biaya operasi untuk produksi. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 37 Tahun 2015 menetapkan harga gas bumi berdasarkan tiga pertimbangan. Pertama, harga keekonomian lapangan. Kedua, harga gas bumi di dalam negeri dan internasional. Ketiga, nilai tambah dari pemanfaatan gas bumi di dalam negeri. Selain tiga hal tersebut, penetapan harga gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri juga mempertimbangkan kemampuan daya beli konsumen dalam negeri serta dukungan terhadap program pemerintah untuk penyediaan gas bumi bagi transportasi, rumah tangga dan pelanggan kecil. Kepala Divisi Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas, Sampe L. Purba, mengungkapkan keekonomian lapangan memang menjadi faktor pertimbangan utama dalam menghitung harga gas bumi di sisi hulu. Menurut Sampe, keekonomian lapangan merupakan amalgamasi dari return yang wajar untuk kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) dan juga proyeksi bagi hasil yang akan menjadi bagian pemerintah. Selain itu, portofolio penjualan dari lapangan-lapangan yang ada, daya beli konsumen, harga yang sedang berlaku pada existing contract, serta harga energi maupun gas alam cair (liquefied natural gas/lng) di pasar dunia juga menjadi faktor yang mempengaruhi. Secara sederhana, komersialisasi gas terjadi ketika pembeli dan penjual bertemu dan bersepakat. Kesepakatan tersebut meliputi harga jual, volume, jangka waktu, titik serah, fleksibilitas jangka waktu, volume pengambilan, dan sebagainya, kata Sampe. Sebagai informasi, harga jual gas di hulu saat ini berkisar antara US$4,6 hingga US$8,2 per 1 juta British Thermal Unit (MMBTU). Berdasarkan data SKK Migas, harga gas di hulu untuk wilayah Sumatera Utara sebesar US$8 per MMBTU, Riau US$4,6, Sumatera Selatan US$6,09, Jawa Barat US$4,9, Jawa Tengah US$6,91, Jawa Timur US$6,05, dan Kalimantan Timur US$8,2. Namun ketika sampai di pengguna akhir, harga jual gas bisa naik signifikan dari harga di hulu. Data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyebutkan, rata-rata harga gas yang berasal dari pipa di titik hilir sebesar US$8,77 per satu juta standar kaki kubik (MMSCF), di mana harga gas terendah mencapai US$5,50 per MMSCF dan harga gas tertinggi mencapai US$15,12 per MMSCF. Pemerintah sendiri berupaya mencari solusi terkait permasalahan harga gas untuk industri yang dinilai tidak kompetitif dibanding negara-negara lain. Salah satu langkah nyata yang diambil pemerintah adalah dengan menurunkan harga gas untuk industri. Penurunan harga dilakukan melalui mekanisme pengurangan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang berasal dari penjualan gas bumi di hulu. Untuk harga gas yang berkisar antara US$6-8 per MMBTU, pemerintah menurunkan harga sebesar US$0-1 per MMBTU atau sebesar 0-16 persen menjadi minimal US$6 per MMBTU. Sedangkan harga gas US$8 per MMBTU atau lebih akan diturunkan sebesar US$1-2 per MMBTU atau sebesar 12,5-25 persen menjadi minimal US$6 per MMBTU. Harga baru untuk gas bumi di sisi hulu ini diberlakukan mulai 1 Januari Pemerintah juga menetapkan empat jenis industri yang mendapat prioritas penurunan harga, yaitu industri yang menggunakan gas sebagai bahan baku seperti pabrik pupuk dan petrokimia, industri strategis, industri yang menggunakan gas dalam proses pembuatan produk, serta industri manufaktur yang mempekerjakan banyak karyawan. Sementara di sisi midstream dan hilir, pemerintah juga melakukan penurunan harga dengan menerapkan regulated margin sehingga biaya transmisi dan distribusi dapat diterapkan secara adil. Sampe menilai, faktor yang memiliki kontribusi sangat signifikan terhadap harga gas untuk pengguna akhir adalah biaya pada mata rantai dari titik serah di hulu hingga ke konsumen akhir. Sebagai contoh, dari total harga gas untuk pengguna akhir, sebanyak persen merupakan komponen harga gas di hulu yang mewakili biaya dan risiko kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, jangka waktu, serta modal yang besar. Sedangkan persen sisanya merupakan tambahan biaya yang muncul mulai sejak titik serah di hulu hingga di pengguna akhir. Tambahan biaya yang 6

7 meliputi biaya akses terminal dan regasifikasi untuk LNG, toll fee, iuran transmisi, iuran niaga, biaya distribusi, overhead dan margin, serta komponen pajak ini ditanggung oleh pengguna akhir. Bayangkan, besaran toll fee bisa hampir sama dengan 35 persen landed price LNG, kata Sampe. diseragamkan sebesar US$6,25 per MMBTU, toll fee sebesar US$0,37, dan harga gas di hilir dipatok US$8,77 per MMSCF. Keseragaman harga gas akan meningkatkan daya beli sektor industri yang secara otomatis akan mendorong roda perekonomian, kata Wahyu. Sementara Kepala Sub Direktorat Pengaturan Pemanfaatan Fasilitas Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa BPH Migas, Sri Wahyu Purwanto, berpendapat tingginya harga gas di hilir disebabkan regulasi yang belum benar. Pemerintah saat ini belum mengatur harga gas di hilir. Campur tangan pemerintah hanya pada penentuan toll fee. Belum adanya regulasi yang mengatur harga gas di hilir menyebabkan munculnya trader bertingkat. Faktor inilah yang menyebabkan harga gas di hilir menjadi tinggi. Adanya trader bertingkat membuat harga gas di hulu bisa naik dua kali lipat ketika sudah sampai di pengguna akhir, kata Wahyu. Menurut Wahyu, Indonesia perlu menyeragamkan harga gas di hulu dan hilir, termasuk toll fee. Sebagai contoh, harga gas di hulu Desember 2015 BUMI 7

8 PERSPEKTIF MENINGKATKAN KOMPETENSI PEKERJA HULU MINYAK DAN GAS BUMI Oleh: Adhitya C. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015 membuka peluang sekaligus menghadirkan tantangan bagi tenaga kerja Indonesia. Di satu sisi, kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia untuk mencari pekerjaan di negara lain lebih terbuka lebar. Namun di sisi lain, tenaga kerja Indonesia harus siap bersaing dengan tenaga kerja asing yang siap membanjiri Indonesia. Tantangan semakin besar menyusul rencana pemerintah untuk bergabung sebagai anggota Trans-Pacific Partnership Free Trade Deal (TPP) yang beranggotakan Kanada, Meksiko, Brunei, Selandia Baru, Amerika Serikat, Peru, Malaysia, Australia, Chile, Singapura, Jepang, dan Vietnam. Menurut perkiraan, nantinya ada sekitar 560 juta tenaga kerja di kawasan ASEAN yang akan bersaing, di mana lebih dari 50 persen berasal dari Indonesia. Mereka akan bersaing di berbagai lapangan pekerjaan, termasuk sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) yang membutuhkan tenaga kerja dengan skill tinggi. Melihat ketatnya persaingan tenaga kerja di era perdagangan bebas nanti, perlu ada percepatan dalam menciptakan tenaga kerja terampil yang kompeten dan tersertifikasi di sektor migas. Langkah ini diperlukan agar tenaga kerja Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja asing sesuai standar kompetensi di kawasan ASEAN. Standar kompetensi ASEAN diharapkan dapat melindungi sekaligus mendorong peningkatan kapasitas nasional dari sisi tenaga kerja. Standardisasi ini merupakan bentuk proteksi non-tariff barrier yang telah banyak dilakukan negara-negara maju dalam melindungi tenaga kerja domestik. SKK Migas berharap sektor hulu migas menjadi pelopor dalam percepatan kebijakan peningkatan sumber daya manusia melalui sertifikasi kompetensi, kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, pada saat penyerahan Sertifikat Lisensi untuk Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas (LSP-Hulu Migas) dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) di Jakarta pada 13 November Amien berharap, sertifikasi kompetensi ini bukan lagi sebagai pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap pekerja. Kewajiban bagi pekerja 8

9 untuk mengantongi sertifikat juga harus dituangkan dalam setiap kebijakan yang diputuskan. Tempat Uji Kompetensi (TUK) akan ada di semua perwakilan SKK Migas karena kegiatan operasional di hulu migas tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan menempatkan TUK di seluruh perwakilan, kesempatan bagi pekerja di daerah untuk mengikuti uji kompetensi lebih terbuka lebar. Menurut Amien, banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan adanya pekerja yang memiliki sertifikat kompetensi. Para pemangku kepentingan akan lebih mudah diyakinkan karena proses produksi ditangani oleh tenaga kerja yang kompeten. Keberadaan pekerja yang tersertifikat akan meningkatkan dan mengembangkan kapasitas nasional di sektor sumber daya manusia yang nantinya berimbas pada sistem remunerasi. Sertifikat kompetensi juga menjadi akreditasi dan pembuktian terhadap kompetensi seseorang. Ke depan nanti, LSP-Hulu Migas harus dapat memelopori kerja sama dengan berbagai lembaga international sehingga tenaga kerja migas Indonesia, khususnya di offshore, dapat diterima di industri migas global. SKK Migas telah, sedang dan akan terus menciptakan LSP lainnya yang berbasis kompetensi sesuai dengan disiplin ilmu yang berada dalam wadah SKK Migas, kata Amien. Offshore Petroleum Industry Training Organization (OPITO) sebagai lembaga sertifikasi untuk kegiatan hulu migas di lepas pantai. OPITO merupakan lembaga sertifikasi untuk kegiatan offshore yang telah diakui di lebih dari 135 negara. Kerja sama yang dibangun dengan OPITO tidak saja terkait adopsi standar dan sistem sertifikasi, tetapi juga menyangkut kegiatan capacity building. Dalam pelaksanaannya, BNSP akan menjadikan LSP-Hulu Migas sebagai pelaksana sertifikasi standar OPITO. Dengan komitmen dan dukungan SKK Migas dan kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS), BNSP yakin pelaksanaan sertifikasi kompetensi sumber daya manusia di hulu migas akan terwujud dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kapasitas nasional, kata Sumarna. SKK Migas menginisiasi pembentukan LSP-Hulu Migas sebagai Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang akan melakukan uji kompetensi bagi seluruh pekerja profesional di sektor hulu migas. Lembaga ini merupakan bentuk upaya pemerintah dalam menyiapkan tenaga kerja profesional yang kompeten di bidang masing- masing menjelang MEA. Inisiatif yang dilakukan SKK Migas ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara dalam menyiapkan tenaga kerja profesional Indonesia untuk bisa bersaing dengan tenaga kerja profesional asing. LSP-Hulu Migas diberi kepercayaan oleh pemerintah melalui BNSP guna melaksanakan sertifikasi kompetensi profesi. Sebagai satu-satunya LSP di sektor hulu migas, LSP-Hulu Migas harus mampu menjawab kepercayaan yang diberikan dalam mengembangkan dan memelihara kualitas kompetensi tenaga kerja di sektor hulu migas. Saat ini, skema sertifikasi yang dimiliki LSP-Hulu Migas mencakup bidang Pengelolaan Rantai Suplai, Pengelolaan Pengadaan, serta Pengelolaan Aset dan Kepabeanan. Dalam perjalanannya nanti, LSP- Hulu Migas diharapkan mampu mengembangkan skema sertifikasi pada bidang yang lainnya di sektor hulu migas. LSP-Hulu Migas menargetkan tenaga kerja profesional di sektor hulu migas akan disertifikasi pada 2016 mendatang, kata Ketua LSP-Hulu Migas, Muliana Sukardi. Ketua BNSP, Sumarna F. Abdurahman, mengatakan upaya SKK Migas untuk meningkatkan kualitas pekerja hulu migas melalui basis sertifikasi kompetensi sudah sejalan dengan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Menurut Sumarna, skema sertifikasi yang dipakai LSP- Hulu Migas mencakup kompetensi yang dibutuhkan oleh sumber daya manusia di industri hulu migas. Mengingat sekitar 80 persen kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dilakukan di lepas pantai, BNSP akan mendorong LSP-Hulu Migas untuk melakukan percepatan sertifikasi pekerja di lepas pantai. Terkait hal tersebut, BNSP telah menjalin kerja sama dengan Desember 2015 BUMI 9

10 SEREMONIAL KEGIATAN SKK MIGAS PUSAT 1. Workshop Pemanfaatan Gas Bumi Wakil Kepala SKK Migas, M.I. Zikrullah (kiri), memberikan pemaparan mengenai industri hulu migas dalam workshop Pemanfaatan Gas Bumi oleh Pengguna Akhir di Jakarta pada 5 November SKK Migas menggelar acara ini untuk menampung masukan dari para pengguna akhir terkait harga gas. 2. Kunjungan DPRD Musi Banyuasin Sekretaris SKK Migas, Budi Agustyono (keempat dari kiri), didampingi Kepala Bagian Humas SKK Migas, Elan Biantoro (ketiga dari kiri), menerima kunjungan anggota DPRD Kabupaten Musi Banyuasin di Jakarta pada 13 November Pelatihan Sekuriti - Kepala Urusan Pengawasan Keamanan SKK Migas, Yanin Kholison (keempat dari kanan, duduk), berfoto bersama personel sekuriti SKK Migas usai membuka Forum Pelatihan Peningkatan Kompetensi dan Kinerja di Jakarta pada 14 November Sebelumnya, para peserta dibekali pelatihan anti teror, menembak, emergency response, penanganan SAR, dan bela diri taekwondo. 4. Pameran PKN STAN - Kepala Urusan Komunikasi dan Publikasi SKK Migas, Heru Setyadi (kanan), memberikan penjelasan mengenai industri hulu migas kepada mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN yang mengunjungi booth SKK Migas dalam acara reuni Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Tinggi Kedinasan Keuangan (Ikanas) STAN di kampus PKN STAN di Tangerang Selatan pada 21 November Diskusi Industri Hulu Migas - Kepala Bagian Humas SKK Migas, Elan Biantoro (kedua dari kanan), menjadi pembicara dalam diskusi tentang refleksi dan proyeksi industri hulu migas 2016 yang diselenggarakan di Jakarta pada 1 Desember Workshop BPMA Pasca pembentukan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), SKK Migas menggelar serangkaian workshop di Jakarta yang diikuti anggota DPRD Provinsi Aceh pada November 2015 (foto a) serta Pemerintah Provinsi Aceh dan pemerintah kota/kabupaten di Aceh pada 2-3 Desember 2015 (foto b). Dalam workshop ini, SKK Migas memberikan sejumlah materi terkait pengelolaan migas sebagai bekal bagi anggota DPRD dan pemerintah daerah di Aceh sebelum organisasi BPMA terbentuk. a b 6 10

11 SEREMONIAL KEGIATAN SKK MIGAS SUMATERA BAGIAN UTARA 1. Kuliah Umum Universitas Riau Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara, Hanif Rusjdi (tengah), berfoto bersama staf pengajar Fakultas Teknik Universitas Riau usai memberikan kuliah umum bertema Mekanisme Pengolahan dan Pendistribusian Migas Indonesia dalam acara Engineering Expo di Pekanbaru pada 20 November Kunjungan Lapangan BPK RI Dalam rangka kunjungan lapangan ke wilayah kerja Kontraktor KKS Chevron Pacific Indonesia dan BOB Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara menggelar entry meeting bersama BPK RI di Pekanbaru pada 23 November Rapat Koordinasi Handak dan Sekuriti - Kepala Urusan Operasi Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara, Rudy Fajar (keempat dari kiri, duduk), berfoto bersama para peserta dan pembicara dalam Rapat Koordinasi Bahan Peledak dan Sekuriti yang dilaksanakan di Batam pada 9 November Penilaian PROPER - Kepala Urusan Operasi Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara, Rudy Fajar (ketiga dari kiri), mendampingi kunjungan kerja Dewan Pertimbangan PROPER Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait penilaian program corporate social responsibility (CSR) Kontraktor KKS Pertamina EP Asset 1 Field Rantau di Kabupaten Aceh Tamiang pada 14 November Sosialisasi Pengawasan Lifting Tim dari Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara mengikuti Sosialisasi Peraturan dan Ketentuan serta Penyamaan Persepsi dalam Kegiatan Pengawasan Lifting dan Pengukuran Stok yang dilaksanakan bersamaan dengan Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Pengawasan Lifting dan Pengukuran Stok Migas periode Oktober 2015 di Bogor pada November Serah Terima RS Lapangan Bertempat di Kecamatan Palmatak pada 23 November 2015, Kepala Urusan Operasi Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara, Rudy Fajar (keempat dari kanan), mendampingi Kontraktor KKS ConocoPhillips menyerahkan bantuan berupa rumah sakit lapangan kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas. 7. Serah Terima Perizinan - Pada 24 November 2015, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara memfasilitasi pertemuan antara Kontraktor KKS Chevron Pacific Indonesia dengan PT Transportasi Gas Indonesia untuk melakukan serah terima proses pengurusan izin kehutanan fasilitas metering system yang berada di Kecamatan Minas, Pekanbaru. 8. Audiensi Pengelolaan Limbah - Pada 24 November 2015 di Pekanbaru, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara menggelar audiensi bersama PT Pengembangan Investasi Riau (PIR) dan Universitas Riau terkait keinginan PT PIR untuk melakukan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) migas Desember 2015 BUMI 11

12 SEREMONIAL KEGIATAN SKK MIGAS SUMATERA BAGIAN SELATAN 1. Lomba Karya Tulis Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan bersama kontraktor KKS di wilayah Jambi dan Forum Jurnalis Migas (FJM) Jambi menggelar lomba karya tulis yang dilaksanakan pada 2-11 November Pengumuman pemenang lomba dilaksanakan pada 12 November 2015 di Jambi berbarengan dengan pemberian penghargaan jurnalis terbaik. 2. Media Field Trip Guna mensosialisasikan industri hulu migas ke kalangan jurnalis, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan bersama kontraktor KKS di wilayah Jambi dan Forum Jurnalis Migas (FJM) Jambi melaksanakan media field trip ke fasilitas produksi Pertamina EP Asset 1 Field Jambi pada 2 November Sharing Knowledge Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan, Tirat Sambu Ichtijar (kiri), menjadi salah satu pembicara dalam sharing knowledge industri hulu migas dengan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan di Palembang pada November Pelatihan Media Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan, Tirat Sambu Ichtijar, membuka pelatihan bagi Forum Jurnalis Sumatera Selatan dan beberapa jurnalis media massa nasional yang diselenggarakan Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan bersama Kontraktor KKS ConocoPhillips di Palembang pada 16 November Workshop Perizinan Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan, Tirat Sambu Ichtijar (kanan), membuka acara workshop dan diskusi tentang perizinan di daerah dan sertifikasi Barang Milik Negara (BMN) yang dilaksanakan di Palembang pada November Kuliah Umum Guna memperkenalkan kegiatan usaha hulu migas ke kalangan perguruan tinggi, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan bersama Kontraktor KKS Pertamina EP Asset 1 Field Jambi melaksanakan kuliah umum di Universitas Negeri Jambi pada 25 November

13 SEREMONIAL KEGIATAN SKK MIGAS JAWA, BALI & NUSA TENGGARA 1. Tinjauan Lokasi Kupang Penasihat Ahli Kepala SKK Migas Bidang Peningkatan Kapasitas Kontraktor EPCI, Gde Pradnyana (keempat dari kanan), bersama tim dari Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara melakukan kunjungan ke Pelindo II Kupang pada 3 November 2015 guna meninjau lokasi sebagai bahan pertimbangan untuk dimanfaatkan sebagai shore base Kontraktor KKS Inpex Masela. 2. Edukasi Media Untuk memberikan pemahaman dan edukasi kepada media, khususnya di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban, Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara bersama Kontraktor KKS JOB Pertamina-PetroChina East Java (PPEJ) menyelenggarakan kegiatan edukasi dan kunjungan lapangan pada 6 November ` 3. Persiapan Pengeboran - Terkait rencana kegiatan penyiapan lahan pengeboran di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara bersama Kontraktor KKS Lapindo Brantas Inc melakukan koordinasi pengamanan dengan Polres Sidoarjo pada 9 November Kunjungan ke Kapolda Jateng - Guna menjalin komunikasi dan kerja sama yang baik, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Ali Masyhar (keempat dari kiri, depan), bersama Kontraktor KKS Petronas Carigali dan Pertamina EP Asset 4 melakukan kunjungan kerja ke Kapolda Jawa Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Noer Ali (keempat dari kanan, depan), di Semarang pada 10 November Rapat Koordinasi Pembebasan Lahan Kepala Kelompok Kerja Formalitas SKK Migas, Didik Sasono Setyadi, bersama Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menghadiri rapat koordinasi dalam rangka pemenuhan kewajiban pembebasan hutan untuk pembangunan fasilitas proyek pengembangan gas Lapangan Jambaran-Tiung Biru di Surabaya pada 13 November Rakor Perwakilan SKK Migas Sekretaris SKK Migas, Budi Agustyono (keempat dari kiri, duduk), berfoto bersama peserta rapat koordinasi seluruh perwakilan SKK Migas yang diselenggarakan di Malang pada 19 November Rapat ini bertujuan meningkatkan sinergi, menyelesaikan permasalahan seputar perwakilan, bertukar informasi, dan penyeragaman pemahaman tentang anggaran perwakilan. 7. Koordinasi Pengamanan - Guna mengamankan wilayah kerja migas di Kabupaten Gresik di mana terdapat sumur tua, Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara bersama Kontraktor KKS JOB Pertamina-PetroChina East Java (PPEJ) melakukan koordinasi dengan Polres Gresik pada 25 November Silaturahmi ke Pangdam V Brawijaya - Guna menjalin komunikasi dan mempererat kerja sama, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Ali Masyhar (kelima dari kiri), bersama Kontraktor KKS Pertamina EP Asset 4 bersilaturahmi dengan Pangdam V Brawijaya, Mayor Jenderal TNI Sumardi (kelima dari kanan), di Surabaya pada 26 November Desember 2015 BUMI 13

14 SEREMONIAL KEGIATAN SKK MIGAS KALIMANTAN DAN SULAWESI 1. Inspeksi Lapangan Migas Pada 5-6 November 2015, Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas, Muliawan Haji (ketiga dari kanan), dan Kepala Divisi Operasi Produksi SKK Migas, Arief Fanzuri (ketiga dari kiri), mengunjungi sejumlah lapangan migas di Kalimantan Utara yang dioperasikan oleh Kontraktor KKS Manhattan Kalimantan Investment Pte Ltd, Pertamina EP Asset 5, Medco E&P Tarakan, dan JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris. 2. Kuliah Umum Kutai Kartanegara Kepala Divisi Pertimbangan Hukum dan Formalitas SKK Migas, M. Agus Imaduddin (kelima dari kiri, depan), berfoto bersama usai memberi kuliah umum mengenai sektor hulu migas di Universitas Kutai Kartanegara di Tenggarong pada 28 Oktober Kunjungan BPK RI Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi mendampingi tim dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI melaksanakan audit aset dan Program Kemasyarakatan Penunjang Operasi (PKPO) Kontraktor KKS VICO Indonesia di Kutai Kartanegara pada November Media Gathering Wajo Guna meningkatkan hubungan baik dengan kalangan jurnalis, Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi bersama Kontraktor KKS Energy Equity Epic (Sengkang) Pty Ltd menggelar media gathering di Sengkang, Kabupaten Wajo pada 19 November 2015 yang diikuti anggota PWI Wajo dan Ikatan Wartawan Wajo Pelatihan Public Speaking Guna mendukung kinerja kantor perwakilan, seluruh pekerja penunjang di Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi mengikuti pelatihan public speaking di Balikpapan pada 4 Desember Pengecekan Persiapan Pengeboran Menjelang pelaksanaan pengeboran sumur eksplorasi Karamba Updip-1 di Wilayah Kerja Wain, Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi bersama Kontraktor KKS Pandawa Prima Lestari melakukan pengecekan lokasi di Buluminung, Kabupaten Penajam Paser Utara pada 23 November Silaturahmi Kapolda Kaltim Guna menjalin sinergi terkait pengamanan objek vital nasional, Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi melakukan kunjungan silaturahmi ke Kapolda Kalimantan Timur, Inspektur Jenderal Polisi Safaruddin (tengah), pada 24 November Sosialisasi PTK 043 Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi menggelar sosialisasi PTK 043 Revisi 01 tentang Kebandaran dan Kemaritiman serta Surat Edaran Percepatan Perizinan dan Pembentukan Tim Pengelolaan Limbah yang dilaksanakan di Manado pada 26 November

15 SEREMONIAL KEGIATAN SKK MIGAS PAPUA DAN MALUKU 1. Workshop Pengusaha Lokal Dalam upaya mendukung pengembangan industri lokal, Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku bersama kontraktor KKS di wilayah Papua Barat menggelar workshop penguatan kapasitas pengusaha lokal yang dilaksanakan di Sorong pada 4-5 November Kegiatan turut dihadiri Bupati Sorong, Stepanus Malak, yang memberikan pemaparan mengenai dampak industri terhadap pembangunan. c 2. Sosialisasi Industri Hulu Migas Kepala Bagian Humas SKK Migas, Elan Biantoro (ketiga dari kanan, duduk), berfoto bersama peserta yang hadir dalam sosialisasi industri hulu migas yang dilaksanakan Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku pada 6 November Kegiatan diikuti tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, dan pemuda di Provinsi Papua Barat. 3. Kunjungan ke Gubernur Papua - Kepala Urusan Humas Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku, Otniel L. Wafom (kelima dari kanan), berfoto bersama peserta Forum Operasional V 2015 yang dilaksanakan di Manado pada 27 November Kegiatan ini meliputi sosialisasi PTK 043 Revisi 01 serta Surat Edaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Percepatan Proses Sertifikasi Pemeriksaan Bahan Peledak - Kepala Urusan Operasi Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku, Raden Adya Fadillah (tengah), melakukan pemeriksaan bahan peledak yang dioperasikan Kontraktor KKS PetroChina International (Bermuda) Ltd, JOB Pertamina-PetroChina Salawati, dan TAC Pertamina EP-IBN Oil Holdico Ltd pada 9 November Monitoring Program TJS - Tim dari Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku melakukan monitoring program tanggung jawab sosial yang dilaksanakan Kontraktor KKS PetroChina International (Bermuda) Ltd Sosialisasi Survei Seismik - Menindaklanjuti rencana kegiatan survei seismik 3D di laut yang dilaksanakan Kontraktor KKS Ophir Energy Indonesia, Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku melakukan sosialisasi ke pemangku kepentingan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. 7. Pengecekan Gudang Handak - Staf Urusan Operasi Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku, Roland Naa (kedua dari kanan), melakukan pemeriksaan gudang bahan peledak yang dioperasikan Kontraktor KKS Kalrez Petroleum Seram Ltd di Bula Seram, Provinsi Maluku pada 4 November Forum Operasional - Kepala Urusan Humas Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku, Otniel L. Wafom (kelima dari kanan), berfoto bersama peserta Forum Operasional V 2015 yang dilaksanakan di Manado pada 27 November Kegiatan ini meliputi sosialisasi PTK 043 Revisi 01 serta Surat Edaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Percepatan Proses Sertifikasi. 7 8 Desember 2015 BUMI 15

16 BIANGLALA MENCARI SOLUSI BERSAMA FORUM AKADEMISI Oleh: Suhendra Peran institusi pendidikan di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) tidak hanya dibutuhkan dalam mendidik calon pekerja yang kompeten. Kontribusi kalangan akademisi, terutama dari perguruan tinggi, turut dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan usaha hulu migas. Selama ini, sektor hulu migas dan perguruan tinggi sudah terhubung melalui kerja sama studi, kompetisi penulisan karya tulis ilmiah, maupun kerja sama lainnya. Hubungan tersebut perlu lebih diperluas lagi, kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, saat membuka Forum Akademisi mengenai industri hulu migas yang diselenggarakan SKK Migas bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia, dan Universitas Trisakti di Balairung Universitas Indonesia di Depok pada 25 November Menurut Amien, Indonesia sedang menghadapi krisis energi yang tidak disadari oleh banyak pihak. Di sisi lain, industri hulu migas terus berupaya mempersempit kesenjangan antara produksi dan konsumsi migas dengan meningkatkan produksi dan mencari cadangan-cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi. Hanya saja, masih ada kendala-kendala yang menghambat upaya tersebut. Perlu ada solusi nyata untuk meminimalkan kendala yang ada. Itulah mengapa sektor hulu migas perlu bekerja sama dengan para akademisi dalam mencari solusi atas permasalahan yang ada, kata Amien. Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas, Rudianto Rimbono, mengungkapkan banyak tantangan yang dihadapi sektor hulu migas dalam upaya memaksimalkan produksi dan lifting migas untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kendala operasional yang tidak jarang menghambat upaya sektor hulu migas dalam mengoptimalkan produksi, meningkatkan penerimaan negara, serta menumbuhkan multiplier effect pada perekonomian lokal, regional maupun nasional. Permasalahan yang muncul seringkali disebabkan adanya kesalahpahaman maupun kurangnya pemahaman yang menyeluruh mengenai industri hulu migas. Itulah mengapa, komunikasi menjadi hal yang penting dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, kata Rudianto. Rudianto berharap, melalui kerja sama yang berkesinambungan, kalangan akademisi bisa menjadi agen pemberi informasi yang efektif. Objektivitas yang dimiliki oleh kalangan akademisi bisa mendukung upaya SKK Migas dan seluruh pihak di sektor hulu migas dalam memberikan pemahaman yang benar kepada publik mengenai proses bisnis di hulu migas. Dalam skala yang lebih besar, akademisi mampu menjadi tumpuan bagi pembangunan Indonesia, tak terkecuali di sektor hulu migas. Dengan basis keilmuan yang dimiliki, kalangan akademisi bisa menjadi agen perubahan yang terpercaya dalam mencari solusi untuk permasalahan yang ada sehingga sektor hulu migas mampu berjalan ke arah yang lebih baik, kata Rudianto. 16

17 BIANGLALA AGENDA SETTING DAN REVOLUSI PERIZINAN INDUSTRI HULU MIGAS Oleh: Priandono Krisis energi masih membayangi Indonesia dengan terus meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) tanpa dibarengi volume produksi minyak dan gas bumi (migas) yang sebanding. Saat ini, kebutuhan BBM mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari. Sementara produksi minyak nasional hanya 820 ribu barel per hari. Sektor hulu migas tidak tinggal diam menghadapi kondisi ini. Kegiatan eksplorasi terus dipacu demi ditemukannya cadangan migas baru. Lapangan-lapangan yang sudah menghasilkan juga terus ditingkatkan produksinya melalui upaya pengembangan lapangan. Hanya saja, upaya tersebut kerap terganjal kendala non teknis seperti perizinan. Jumlah izin yang harus diurus di sektor hulu migas banyak sekali, bahkan hingga ratusan. Padahal kegiatan usaha hulu migas tidak sama dengan sektor swasta maupun Badan Usaha Milik Negara, kata Kepala Kelompok Kerja Formalitas SKK Migas, Didik Sasono Setyadi, dalam Lokakarya Media yang diselenggarakan Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara di Denpasar pada November Banyaknya jumlah perizinan di sektor hulu migas dinilai Didik sebagai hal yang ironis mengingat kegiatan usaha hulu migas merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh negara. Didik menilai, pemerintah perlu melakukan debirokratisasi dan deregulasi perizinan di sektor hulu migas untuk memperkuat kembali ketahanan energi nasional. Dalam perspektif tersebut, Didik menyarankan agar perizinan di sektor hulu migas dikelompokkan menjadi tiga klaster, yakni perizinan tata ruang, perizinan lingkungan, keamanan, dan keselamatan, serta perizinan penggunaan sumber daya, infrastruktur, dan lainnya. Apabila konsep ini disepakati, jumlah perizinan yang harus diurus tidak lebih dari 10 izin, kata Didik. Sementara Ketua Serikat Penerbit Pers (SPS), Dahlan Iskan, menilai sektor hulu migas perlu mendapat dukungan politik dan moral dari berbagai pihak, termasuk media massa, apabila melihat rumitnya permasalahan yang dihadapi. Tanpa dukungan banyak pihak, negara bakal terjerembap dalam lingkaran setan politik migas hingga akhirnya menjadi sangat tergantung pada impor migas. Untuk memperoleh dukungan, SKK Migas harus mampu menyusun agenda setting dan rencana komunikasi publik dalam satu hingga dua tahun ke depan. Tanpa agenda setting, produk komunikasi SKK Migas tak mungkin terencana dengan baik. Agenda setting yang dijalankan harus mengutamakan kepentingan Indonesia, bukan kepentingan SKK Migas semata. Apabila hanya untuk SKK Migas saja, media massa tidak mungkin tertarik dan tidak akan mendukung, kata Dahlan. Menurut Dahlan, isu migas yang muncul harus didiskusikan, diberi peringkat dari segi nilai berita, dan disusun sebagai agenda setting. Dahlan menambahkan, agenda setting yang disusun bisa mengenai cara dan strategi mengurangi impor minyak, meningkatkan lifting migas nasional, bagaimana mengalihkan penggunaan minyak ke gas, mendekatkan sumber produksi gas dengan pengguna akhir, dan sebagainya. Semua rencana pemberitaan harus disusun secara sistematis dan terprogram, kata Dahlan. Desember 2015 BUMI 17

18 SAMPE L. PURBA KEPALA DIVISI KOMERSIALISASI GAS BUMI SKK MIGAS figur KONTRIBUSI UNTUK MENYEIMBANGKAN HARGA GAS Oleh: Adhitya C. Besaran alokasi gas untuk domestik sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri di tanah air. Pasokan gas yang cukup juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan di sektor transportasi, rumah tangga maupun pengusaha kecil seiring pelaksanaan program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) yang dijalankan pemerintah. Hanya saja, belakangan ini sektor industri, baik yang menggunakan gas sebagai bahan bakar maupun bahan baku, mengeluhkan tingginya harga jual gas. Apabila harga jual gas kian melambung, para pengusaha khawatir industri yang mereka jalankan akan gulung tikar. Di sisi lain, gas masih menjadi salah satu komoditas penyumbang penerimaan bagi negara. Artinya, faktor keekonomian menjadi pertimbangan ketika dilakukan komersialisasi gas di sisi hulu. Lalu, langkah apa yang perlu dilakukan agar gas sebagai sebuah komoditas tetap bisa memberikan kontribusi maksimal bagi penerimaan negara saat dikomersialkan di sisi hulu dan tidak membebani sektor industri maupun sektor lainnya ketika dijual ke pengguna akhir di sisi hilir. Berikut wawancara dengan Kepala Divisi Komersialisasi Gas SKK Migas, Sampe L. Purba. Menurut Sampe, persoalan tingginya harga jual gas ke pengguna akhir tidak bisa diselesaikan sendirian oleh sektor hulu minyak dan gas bumi (migas). Perlu ada kerja sama dan kontribusi seluruh pihak, mulai dari sisi hulu, midstream hingga hilir, dalam menyeimbangkan harga gas. Pemerintah telah berkomitmen untuk memperbesar alokasi gas bagi kebutuhan domestik. Sejauh ini, bagaimana penyerapan konsumen domestik terhadap gas yang dialokasikan? Apakah sudah terserap optimal? Benar, kebijakan pemerintah yang diimplementasikan oleh SKK Migas adalah mengutamakan terpenuhinya proyeksi kebutuhan nyata di domestik. Realisasi pemanfaatan gas pipa domestik dalam monitoring kami hingga saat ini sekitar persen. Adapun gas alam cair (liquefied natural gas/lng) yang dialokasikan untuk domestik, tingkat penyerapannya lebih rendah, baru sekitar 65 persen. Gas yang diproyeksikan untuk domestik, tampaknya belum dapat terserap secara optimal. Beberapa faktor yang menyebabkan hal itu antara lain tidak tersedianya infrastruktur untuk membawa gas dari lapangan ke pengguna, tidak tersedianya kapasitas space pada jaringan pipa, serta tidak match antara gas deliverability, jadwal produksi, dan demand. Satu faktor lain yang cukup signifikan pengaruhnya adalah tingginya perbedaan harga di titik serah di hulu atau landed price LNG dengan harga beli gas pada tingkat end user. Adapun pada tataran makro, perlambatan pertumbuhan ekonomi, baik domestik maupun regional, mempengaruhi kemampuan daya serap industri pengguna gas, baik sebagai bahan bakar, bahan penolong, atau bahan baku. Beberapa waktu yang lalu SKK Migas menggelar diskusi untuk menampung keluh kesah pengguna akhir gas di Indonesia terkait harga jual gas yang dinilai terlalu mahal. Apa saja tindak lanjut yang sudah dilakukan SKK Migas pasca diskusi tersebut? Dalam forum tersebut mengemuka, baik secara langsung dalam forum tanya jawab maupun lewat angket yang disebarkan, bahwa untuk suatu industri yang hakikatnya adalah natural monopoly, bargain position pengguna akhir itu lebih lemah. Ketergantungan kepada gas, baik sebagai bahan bakar, bahan penolong dan bahan baku, sangat tinggi. Konsumen dan buyer tidak memiliki opsi dan fleksibilitas untuk beralih kepada supplier gas lain atau kepada sumber daya alternatif karena pabrik didesain untuk menggunakan feed gas. Dalam industri yang sifatnya tidak seimbang, mutlak diperlukan kehadiran dan afirmasi positif dari pemerintah yang tercermin dalam kebijakan terhadap alokasi, harga, dan tarif. Berkenaan dengan hal tersebut, SKK Migas secara aktif dan konstruktif telah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan kementerian dan institusi terkait, seperti Kementerian Perindustrian, BPH Migas, Kementerian ESDM, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. SKK Migas berharap ada perubahan paradigma dalam memandang industri gas ini. Ketika dalam suasana economic shrinkage, semua pihak pada semua value chain harus sama-sama berkontribusi untuk menyeimbangkan dan menurunkan harga gas. Bagaimana tanggapan Bapak terkait Peraturan Menteri ESDM Nomor 37 Tahun 2015 yang mengatur alokasi dan harga gas bumi? Peraturan Menteri ESDM Nomor 37 Tahun 2015 merupakan upaya positif dari pemerintah dalam menyesuaikan dan merespon tuntutan masyarakat 18

19 yang berkembang, yang diharapkan merupakan perbaikan dari Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 Tahun Melalui peraturan baru ini, pemerintah memberikan skala prioritas untuk alokasi dan pemanfaatan gas guna menunjang kebijakan umum pemerintah, seperti transportasi, jaringan gas rumah tangga, industri pupuk, dan industri berbahan baku gas. Beberapa perbaikan pengaturan yang dilakukan antara lain lebih mengutamakan alokasi gas kepada badan usaha pengguna akhir dan/ atau Badan Usaha Niaga Gas yang meniagakan langsung kepada pengguna akhir. Faktor kepemilikan infrastruktur juga menjadi pertimbangan dalam alokasi gas. Sementara harga gas tetap mempertimbangkan keekonomian lapangan, kemampuan membeli, ketersediaan infrastruktur, serta beleid pemerintah. Kita sebetulnya berharap agar hal-hal yang sifatnya operasional, seperti penggunaan gas suar bakar dan pemanfaatan gas sesuai kemampuan ekonomis lapangan, diberi fleksibilitas. Namun pemerintah tampaknya memiliki pertimbangan yang lebih luas. Bagaimana pun, itu sebuah sinyal positif untuk Indonesia yang lebih baik. Apakah SKK Migas sudah menyiapkan atau mendorong adanya kebijakan khusus dari pemerintah terkait harga jual gas sehingga konsumen domestik tidak merasa terbebani oleh harga gas yang terlalu mahal? Sesuai konteks dan kedudukannya, SKK Migas saat ini merupakan bagian dan mitra dari pemerintah. SKK Migas hadir dan aktif dalam diskusi-diskusi serta memberikan masukan terhadap regulasi yang akan diberlakukan. Kebijakan Ekonomi Jilid III yang dikeluarkan pemerintah menyatakan, untuk menurunkan harga gas diperlukan efisiensi pada delapan sistem distribusi gas, tidak semata-mata hanya dengan mengorbankan bagian penerimaan negara (government split). Kami melihat, arahnya sekarang telah ke sana. Pemerintah lewat kementerian yang berwenang telah mencoba mengkaji secara komprehensif untuk menemukan solusi, termasuk dengan mengatur dan meminta sektor midstream (transmisi dan distribusi) dan downstream (buyer/trader) untuk juga open book dan sacrifice demi mendapatkan keseimbangan harga gas yang wajar di end user. Langkah apa yang perlu diambil oleh seluruh pihak, baik di sisi hulu, midstream, maupun hilir, sehingga gas yang diproduksikan oleh lapangan-lapangan migas di Indonesia bisa dinikmati secara optimal oleh konsumen domestik dan mendukung perkembangan industri di tanah air? Perlu ada perubahan paradigma. Itu berlaku tidak hanya untuk tataran pelaku bisnis atau management regulatory seperti SKK Migas, tetapi juga di tingkat pemerintahan. Kalau kita serius memandang gas sebagai bagian dari komponen energi untuk menggerakkan lokomotif perekonomian, maka yang harus dikejar adalah multiplier effectnya, bukan direct contribution-nya. Sebagai contoh, di BPH Migas cukup ada iuran dari pengguna pipa untuk menutup kebutuhan operasional institusi tersebut. BPH Migas tidak perlu dibebani target untuk menghasilkan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Demikian juga afiliasi BUMN dan badan usaha publik yang saat ini mengelola jaringan transmisi dan distribusi pipa. Mereka tidak perlu dibebani dengan KPI (key performance indicator) yang masif, yang mendorong return of investment secara instan. Lebih utamakan pembangunan infrastruktur, yang dalam hal ini menjadi tanggung jawab negara. Kalaupun dibebankan ke badan usaha atau BUMN, perlu ada ruang waktu yang cukup untuk perhitungan dan pengembalian modal secara wajar. Desember 2015 BUMI 19

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06

Lebih terperinci

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK

Lebih terperinci

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17TAHUN2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN KERJA KHUSUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM sumber gambar: republika.co.id I. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015 REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI ENERGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong

BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Minyak dan Gas Bumi merupakan sektor penting di dalam pembangunan nasional baik dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di dalam negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),

Lebih terperinci

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 #energiberkeadilan Jakarta, 8 Agustus 2017 MINYAK DAN GAS BUMI LIFTING Minyak Bumi 779 (2016) 1 802 (2017)

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Analisis Ekonomi dan Kebijakan Bisnis Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia dilatarbelakangi oleh rencana Pemerintah merealokasi pemanfaatan produksi gas bumi yang lebih

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2018 KEMEN-ESDM. Pengusahaan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUSAHAAN GAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),

Lebih terperinci

(Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas)

(Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas) (Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas) *** EXPERT SHARING IKATAN AHLI FASILITAS PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI INDONESIA Hotel AMOS-COZY, Oleh : Muliana Sukardi (Ketua LSP-Hulu Migas) ***

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi DASAR HUKUM UU No. 22/2001 PP 36 / 2004 Permen 0007/2005 PELAKSANAAN UU NO. 22 / 2001 Pemisahan yang jelas antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI I. UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara

Lebih terperinci

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, No.305, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Pasca Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI Jakarta, 6 Februari 2014 I KONDISI HULU MIGAS 2 CADANGAN GAS BUMI (Status

Lebih terperinci

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM)

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM) FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM) No. FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB DASAR FUNGSI 1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, pres-lambang01.gif (3256 bytes) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PASAR DOMESTIK GAS BUMI TERBESAR ADA DI PULAU JAWA YANG MEMILIKI CADANGAN GAS BUMI RELATIF KECIL;

LATAR BELAKANG PASAR DOMESTIK GAS BUMI TERBESAR ADA DI PULAU JAWA YANG MEMILIKI CADANGAN GAS BUMI RELATIF KECIL; LATAR BELAKANG GAS BUMI MEMPUNYAI PERAN YANG SANGAT PENTING DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL, YAITU SEBAGAI SUMBER ENERGI, BAHAN BAKU DALAM NEGERI DAN SEBAGAI SUMBER PENERIMAAN NEGARA DAN DEVISA.; PERMINTAAN

Lebih terperinci

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA 5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT TENAGA

Lebih terperinci

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL - 6 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap

Lebih terperinci

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Hubungi Kami 021 31930 108 021 31930 109 021 31930 070 marketing@cdmione.com T ahun 1977-1992 adalah masa kejayaan industri minyak Indonesia dengan produksi rata rata 1,5 juta barrel per hari. Kondisi

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Gubernur Bank Indonesia Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Rakornas VI TPID 2015, Jakarta 27 Mei 2015 Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Para Menteri Kabinet Kerja Yth. Para Gubernur Provinsi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri, menggerakkan roda

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Jakarta, 22 September 2015 A. RPP Tempat Penimbunan Berikat, (D1) B. RPP Perubahan PP Nomor 23 Tahun 2010, (F3) C. RPerpres

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral 1. Biro Kepegawaian Dan Organisasi Sekretariat Jenderal 1.1. Formasi CPNS KESDM yang telah ditetapkan 1.2. Penerimaan CPNS 1.3. Pengangkatan CPNS 1.4. Penempatan CPNS 1.5. Pelantikan Pejabat Struktural

Lebih terperinci

EFEK BERGANDA INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS BUMI

EFEK BERGANDA INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS BUMI #31 BULETIN SKK MIGAS November 2015 EFEK BERGANDA INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS BUMI Mengkaji Strategi Eksplorasi Migas SKK MigasUniversitas Aberdeen Jalin Kerja Sama Pendidikan Suyoto Bupati Bojonegoro

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional. - 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Laju pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) Saudi Arabia selama kuartal kedua tahun 2015

Lebih terperinci

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER IATMI 520 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 5 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 1618 November 5. INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER Ir. Oetomo Tri Winarno,

Lebih terperinci

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan

Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan Laporan Kajian Akademis Penanggulangan Krisis Energi Listrik dan Status PLN Kota Tarakan 1. Pendahuluan Geografis (Harry) Kota Tarakan adalah salah satu pemerintah daerah yang saat ini berada pada provinsi

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA DISKUSI TERBATAS DENGAN TEMA TINGKAT KANDUNGAN DALAM NEGERI (TKDN) DALAM PROYEK-PROYEK INFRASTRUKTUR JAKARTA, 12 MEI

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah pembangkit listrik di Indonesia merupakan akibat langsung dari kebutuhan listrik yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, karena listrik merupakan energi

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini. BAB 6 P E N U T U P L sebelumnya. aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan akuntabilitas terhadap keberhasilan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No No.116, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2017 TENTANG KONTRAK

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS DAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI tentang Pelaksanaan Penghematan Energi Nasional, Jakarta, 29 Mei 2012 Selasa, 29 Mei 2012

Pidato Presiden RI tentang Pelaksanaan Penghematan Energi Nasional, Jakarta, 29 Mei 2012 Selasa, 29 Mei 2012 Pidato Presiden RI tentang Pelaksanaan Penghematan Energi Nasional, Jakarta, 29 Mei 2012 Selasa, 29 Mei 2012 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN PENGHEMATAN ENERGI NASIONAL DI ISTANA

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. merupakan pilar perekonomian baik di Indonesia maupun di negara lain di dunia.

BAB 1 Pendahuluan. merupakan pilar perekonomian baik di Indonesia maupun di negara lain di dunia. BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Industri migas merupakan salah satu sektor yang memberikan pemasukan besar dan merupakan pilar perekonomian baik di Indonesia maupun di negara lain di dunia. Permintaan

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial, baik sebagai individu ataupun kelompok akan selalu berkomunikasi. Sehingga disadari ataupun tidak,

Lebih terperinci

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan

BAB IV PENUTUP. Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan penyelewengan BBM di Indonesia sudah tergolong sebagai kejahatan transnasional dan terorganisir. Hal unik

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH - 763 - BB. PEMBAGIAN URUSAN AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai. BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 2.1 Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian,

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

POKOK-POKOK DALAM PENGATURAN PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2017) Jakarta, 10 Februari 2017

POKOK-POKOK DALAM PENGATURAN PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2017) Jakarta, 10 Februari 2017 POKOK-POKOK DALAM PENGATURAN PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2017) Jakarta, 10 Februari 2017 MAKSUD DAN RUANG LINGKUP PENGATURAN Mengatur dari sisi teknis

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN www.detik.com I. PENDAHULUAN Dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang pesat, Indonesia membutuhkan energi yang sangat besar untuk

Lebih terperinci