ANALISIS PENGARUH JUMLAH LNB C-BAND DAN KU-BAND ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER C/N PADA DVB-S

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH JUMLAH LNB C-BAND DAN KU-BAND ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER C/N PADA DVB-S"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH JUMLAH LNB C-BAND DAN KU-BAND ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER PADA DVB-S Wahyu Pamungkas,S.T.,M.T 1, Eka Wahyudi,S.T 2, Siti Haniah 3 Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi, Akatel Sandhy Putra Purwokerto Jl DI Panjaitan 128 Purwokerto Telp. (0281) wahyu_pamungkas@akatelsp.ac.id, ekawahyudi@akatelsp.ac.id ABSTRAKSI Sistem komunikasi satelit terdiri dari segmen bumi dan angkasa. Salah satu bagian dari segmen bumi adalah antena. Penggunaan antena parabola membutuhkan LNB yang berfungsi untuk mengumpulkan sinyal satelit yang diterima. Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, penggunaan dua band frekuensi secara bersamaan dalam satu piringan parabola dapat dilakukan dengan penggunaan dua tipe LNB berbeda yaitu Ku- Band dan C-Band. Penggunaan LNB lebih dari satu dengan band frekuensi yang berbeda pada satu piringan antena parabola berpengaruh terhadap parameter dan quality. Parameter dan quality dari channel diukur menggunakan TRIMAX SM Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, jumlah LNB C Band dan Ku Band yang dapat digunakan secara bersamaan dalam satu piringan antena adalah 3, yaitu 1 LNB Ku Band dan 2 LNB C Band. dan quality yang diperoleh setelah adanya penggunaan 1 LNB Ku Band 2 LNB C Band cenderung menurun. Penurunan rata-rata dari channel Ku-Band yang dibandingkan sebesar 8.61% untuk nilai dan 10.5% untuk nilai quality. Akan tetapi penurunan dan quality ini tidak memberikan pengaruh terhadap gambar yang ditampilkan karena masih di atas threshold yaitu quality sebesar 28% dan 5dB agar gambar dapat ditampilkan dengan jelas. Kata Kunci: Satelit, LNB, Ku-band, C-Band, 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau yang luasnya besar dan kecil mempunyai karakteristik yang unik dalam penyebaran informasi yang merata ke semua penduduknya. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan atau yang sudah terjangkau oleh sistem komunikasi modern dan bersifat massal, maka hal tersebut tidak menjadi masalah yang berarti. Masih banyaknya daerah di Indonesia dengan sebaran penduduk yang tidak merata dan cenderung sedikit membuat banyak operator telekomunikasi yang enggan untuk memasarkan produknya secara maksimal pada daerah tersebut. Hal ini membuat keterbatasan informasi yang didapatkan penduduk di daerah tersebut, sehingga diperlukan satu sistem komunikasi yang dapat digunakan operator telekomunikasi dalam melayani masyarakat yang beragam, dapat melayani seluruh lapisan masyarakat di manapun berada. Untuk menjawab tantangan ini, sistem komunikasi satelit telah dipilih dan digunakan sejak tahun 1976 di Indonesia dengan meluncurkan Satelit Palapa yang menggunakan konsep Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). Konsep SKSD ini menjawab beberapa permasalahan bagi penduduk yang berada di daerah terpencil dan belum menikmati beberapa layanan informasi khususnya adalah layanan siaran televisi. Layanan siaran televisi yang dikembangkan sekarang dan dapat dinikmati oleh masyarakat telah beralih ke teknologi Digital Video Broadcasting- Satellite (DVB-S). Digital Video Broadcasting (DVB) merupakan standar pengiriman siaran TV digital ke pengguna melalui jaringan broadcast. Salah satu standar dari DVB yaitu DVB-S. DVB-S adalah standar DVB yang menggunakan satelit sebagai media transmisinya. Dalam layanan DVB-S ini, semua masyarakat dapat menikmati siaran televisi yang terdapat dalam transponder satelit asalkan berada dalam wilayah cakupan (foot print) dari satelit tersebut. Wilayah cakupan satelit mempunyai karakteristik yang berbeda dengan wilayah cakupan sistem komunikasi lainya seperti wireline, selular ataupun Wi-Max. Salah satu keunggulan wilayah cakupan yang dimiliki satelit adalah mampu menjangkau wilayah yang luas dan bahkan 1/3 luas bumi dapat dijangkau menggunakan satu satelit GEO. Adanya konsep desa digital yang mampu menghadirkan berbagai layanan informasi dan komunikasi yang dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakatnya sangat berkaitan erat dengan aplikasi teknologi DVB-S, khususnya dengan jumlah channel atau stasion televisi yang dapat dinikmati oleh masyarakat di desa digital tersebut. Masyarakat yang menggunakan teknologi DVB-S dapat menggunakan satu antena parabola dengan perangkat tambahan berupa Low Noise Block (LNB) dan Digital Set Top Box (STB) dengan pemilihan band frekuensi yang dapat dipilih.

2 Beberapa pilihan band frekuensi yang tersedia diantaranya adalah C-band dan juga Ku-band. Sebagian besar satelit yang menjangkau wilayah Indonesia dan negara tropis lainya mayoritas menggunakan C-band, namun sudah terdapat beberapa operator satelit yang mulai menggunakan Ku-band. Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis dari jumlah LNB C-band dan Ku-band terhadap parameter teknis yang mempengaruhi kualitas gambar pada DVB-S di daerah Purwokerto. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah antena parabola berdiameter 1,8 meter dengan tipe mesh, LNB C-band dan Ku-band, Digital STB, serta alat ukur berupa Satelite Meter Trimax Variabel Penelitian Beberapa variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Antena parabola, Carrier to Noise Ratio, LNB, kanal televisi satelit dan signal quality factor (SQF). Pada dasarnya LNB adalah sebuah penerima sinyal satelit yang difokuskan dari pantulan antena dan memproses sinyal. Tipe LNB dibedakan berdasarkan band frekuensi yang digunakan. LNB C-Band memiliki satu buah Local Oscilator (LO). Frekuensi LO-nya adalah 5150 Mhz dengan input frekuensi dari satelit sebesar Mhz. Berbeda dengan LNB C-Band, LNB Ku-Band mempunyai dua LO, dengan keluaran IF yaitu Mhz dan MHz. LO pada LNB Ku-band bersifat universal, dimana pemilihan penggunaan LO didasarkan pada rentang frekuensi sinyal satelit yang masuk ke bagian mixer. Antena parabola adalah salah satu jenis antena yang digunakan untuk menerima sinyal satelit. Ada beberapa jenis antena parabola diantaranya yaitu antena prime focus, antena offset, cassegrain dan antena greogrian. Antena prime focus mempunyai tipe single reflector dan horn ditempatkan pada titik fokus. Antena offset memiliki single reflector dan mempunyai titik fokus yang tetap. Antena offset teridiri dari dua macam, yaitu antena offset prime focus dan antena offset cassegrain. Antena cassegrain mempunyai tipe dual reflector yang berbentuk paraboloid dan horn ditempatkan pada titik vertex serta mempunyai sub reflektor yang berbentuk hiperboloid. Antena greogrian mempunyai ciri-ciri yang sama dengan antena caasegrain. Perbedaanya yaitu memiliki bentuk sub reflektor ellipsoidal 2.3 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, satelit yang digunakan yaitu NSS 6 untuk Ku-Band serta Asiasat 5 dan Asiasat 3S untuk C-Band. Satelit NSS 6 terletak pada koordinat 95 o E, Asiasat 5 pada 101 o E dan Asiasat 3S terletak pada koordinat o E. Semua siaran yang digunakan dalam satelit tersebut diambil yang bersifat Free To Air (FTA). Penentuan satelit yang digunakan didasarkan pada footprint satelit tersebut. Satelit yang disebutkan di atas mempunyai footprint yang mencakup daerah di Indonesia khususnya daerah Purwokerto. Untuk mengetahui apakah daerah peletakan antena tercakup oleh pancaran sinyal satelit atau tidak, digunakan link internet dengan memilih menu footprint. Ini Jika digambarkan dalam sebuah gambar ilistrasi maka posisi lokasi ketiga satelit tersebut dilihat dari wilayah Kota Purwokerto adalah sebagai berikut: Gambar 1. Ilustrasi posisi ketiga satelit dilihat dari Purwokerto Dengan melihat ilustrasi posisi ketiga satelit yang dilihat dari kota purwokerto maka dapat dirancang penempatan posisi LNB pada antena parabola sebagai berikut: Gambar 2. Ilustrasi posisi LNB untuk 1 C-band dan 1 Ku-band Gambar 2 menunjukan ilustrasi penempatan LNB untuk 1 C-band dan 1 Ku-band. Dengan ilustrasi seperti gambar 2 tersebut selanjutnya akan diukur nilai dari untuk masing-masing kanal televisi yang akan diamati. Pada percobaan menggunakan ilustrasi gambar 2 tersebut, kanal televisi yang diamati adalah TCCTV, BoxFilm, News I pada satelit, dan JSC Global, Al-Jazeera, RTPi pada satelit Asiasat 5. Selanjutnya, semua kanal tersebut akan diukur nilai nya dan dibandingkan kualitas penerimaan gambar pada masing-masing kanal televisi. Desain penelitian kedua adalah dengan menggunakan 1 LNB Ku-band dan 2 LNB C-band dalam satu antena parabola yang sama. Dalam desain penelitian kali ini menambahkan satu satelit C-band dari desain pertama yaitu Satelit Asiasat 3S. Posisi dari ketiga LNB yang digunakan dalam desain penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

3 Gambar 3. Ilustrasi posisi LNB untuk 2 C-band dan 1 Ku-band Dengan desain seperti di atas maka langkah berikutnya yang dilakukan adalah mengukur nilai untuk setiap kanal televisi yang sudah ditentukan. Untuk kanal televisi dari satelit C-band tambahan yaitu Asiasat 3s ditentukan yaitu Al- Jazeera, Lotus dan Zahara. Dalam mengukur semua nilai posisi antena parabola tidak berubah dan hanya menambahkan LNB sesuai dengan desain penelitian di atas, dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur nilai kanal televisi menggunakan Satelit Meter Trimax HASIL PENELITIAN 3.1 Pengujian 1 LNB-Ku Band Tabel 1. Hasil Pengukuran 1 LNB Ku-Band No Satelit Channel 1 (95 TCCTV BOX FILM News Tabel 1 di atas menunjukan hasil pengukuran menggunakan Satelite Meter Trimax 2000, menunjukan besarnya dan quality channel Ku- Band yang diperoleh dari penggunaan 1 LNB Ku- Band pada satu piringan antena parabola. Nilai dan kualitas yang diperoleh mencapai 10 db dan 71%. Hasil ini merupakan hasil awal dan belum dibandingkan dengan kanal televisi lain yang berasal dari satelit lainya. Hasil gambar yang diperoleh dari masing-masing kanal televisi yang diamati dalam tabel 1 di atas adalah dalam kategori baik tanpa flickerdan gangguan apapun. 3.2 Pengujian 1 LNB Ku-band dan 1 LNB C- band Tabel 2. Hasil Pengukuran 1 LNB C-Band dan Ku-Band No Satelit Channel 1 2 (95 o Asiasat 5 (101 o TCCTV BOX FILM News JSC Global Aljazeera Cha RTPi Penggunaan 2 LNB dalam satu piringan antena parabola menyebabkan penurunan nilai dan quality yang diperoleh pada channel Ku-Band. Pada nilai terlihat bahwa terdapat degradasi nilai yang cukup signifikan yaitu dari nilai 10 db sampai dengan 6 db. Penurunan nilai yang hampir 40% ini juga dapat dilihat pada nilai Signal yang akan menurun sesuai dengan nya. Penurunan Signal hampir mencapai 45 % dari nilai asalnya. Kanal televisi yang mendapatkan nilai tertinggi diasumsikan mendapat pantulan sinyal yang paling besar dari antena parabola yang digunakan. Dan sebaliknya, kanal televisi yang mendapat paling kecil diasumsikan mendapatkan sinyal paling kecil dari pantulan antena parabola yang digunakan. Namun meskipun degradasi dan Signal cukup besar hal ini tidak berpengaruh ke dalam tampilan siaran dari kanal televisi yang diamati. Semua kanal televisi yang diamati dalam tampilan baik, tanpa flickerdan noise yang muncul dalam waktu pengamatan. Gambar 4. Diagram Perbandingan nilai 3.3 Pengujian 1 LNB Ku-band dan 2 LNB C- band Dalam menguji siaran satelit yang digunakan ketika terdapat 3 LNB yang terpasang dalam satu antena parabola maka dapat diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah LNB yang dapat dipasang dan digunakan untuk menerima siaran satelit, maka semakin banyak kanal televisi yang dapat dinikmati masyarakat di daerah terserbut. Tabel 3. Hasil Pengukuran 2 LNB C-Band dan 1 LNB Ku-Band Satelit (95 Asisat 5 (101 Asiasat 3S (105.5 Channel TCCTV BOX FILM News JSC Global Al Jazeera Cha RTPi Al Jazeera In Lotus Sahara NAT Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada semua kanal yang diamati pada 3 satelit yang dijadikan instrumen penelitian dapat dilihat bahwa

4 degradasi nilai tidak begitu besar dibandingkan tabel 2. Hal ini disebabkan antena dipointing pada satelit yang berada di tengah yaitu Asiasat 5 sehingga dapat diketahui nilai kanal televisi dari satelit Asiasat 5 adalah paling besar, sementara kanal televisi dari satelit di sebelahnya yaitu dan Asiasat secara nilai akan lebih kecil. Hasil pengamatan terhadap kualitas gambar yang diperoleh tidak menunjukan perubahan kualitas gambar yang terjadi. Gambar siaran televisi tidak mengalami gangguan noise maupun flickerakibat penambahan jumlah LNB dalam satu antena parabola. Perbandingan kualitas yang diperoleh masingmasing channel untuk ketiga satelit yang digunakan pada saat penggunaan 3 LNB secara bersamaan yaitu 1 LNB Ku-Band dan 2 LNB C-Band dapat dilihat pada gambar 5. Seperti pada perolehan nilai, nilai quality terbesar juga diperoleh dari satelit Asiasat 5 yaitu 67% pada channel JSC Global Gambar 5. Diagram Perbandingan nilai Signal Perbandingan yang diperoleh siaran Ku- Band satelit NSS 6 dari setiap penggunaan jumlah LNB yang berbeda dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan nilai. Secara matematik penurunan rata-rata dari setiap channel yang dibandingkan dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini. Rata-rata penurunan setiap channel = Nama Channel (1) 1 = selisih pada penggunaan 1 Ku-Band dengan 1 Ku-Band 1 C-Band 2 = selisih pada penggunaan 1 Ku-Band 1 C- Band dengan 1 Ku-Band 2 C-Band max = nilai maksimal yang diperoleh dari hasil pengujian (Tabel 3). Rata-rata penurunan adalah: Asia One TCCTV News1 JSC Global Libiya TV RTPi Al Jazeera In = Σ / 100% (2) Sehingga, berdasarkan data pada Tabel 3dengan menggunakan persamaan 1 penurunan rata-rata dari setiap channel yang dibandingkan yaitu: Channel News 1 = = Channel BOX FILM = Channel TCCTV = = = Maka, dengan menggunakan persamaan 2 dapat dihitung rata-rata penurunan pada channel NSS 6 yang dibandingkan yaitu sebesar: Rata-rata penurunan % 3 = 8.61% 4. KESIMPULAN A. Pointing antena parabola dengan menggunakan dua band frekuensi yang berbeda yaitu C-Band dan Ku-Band dapat digunakan dalam satu antena. Jumlah LNB yang dapat digunakan adalah 3 LNB, yaitu 2 LNB C-Band dan 1 LNB Ku-Band. LNB C-Band yang digunakan dipointing ke satelit Asiasat 5 (101 o dan Asiasat 3S (105.5 o dan LNB Ku-Band dipointing ke NSS 6 (95 o ). Sampai pada saat ini, daerah Purwokerto mendapat cakupan sinyal satelit Free to Air (FTA) siaran Ku-Band hanya dari satu satelit yaitu NSS 6 (95 o. B. Data dan quality yang diperoleh dari hasil eksperimen untuk channel Ku-Band dengan adanya penambahan LNB C-Band pada satu piringan antenna parabola cenderung mengalami penurunan. Rata-rata penurunan dari semua channel yang dibandingkan yaitu sebesar 8.61% dari nilai maksimum yang diperoleh. C. Semakin banyak jumlah LNB pada suatu piringan antena parabola, semakin banyak satelit yang sinyalnya dapat tertangkap antena. Akan tetapi mempengaruhi besarnya sinyal yang diterima oleh suatu LNB, karena LNB yang lain menjadi penghalang. Akibatnya apa terjadi penurunan nilai yang diterima. D. Data yang diperoleh menunjukan penurunan pada dan quality namun tidak memberikan pengaruh pada gambar yang ditampilkan, karena dan quality yang diperoleh di atas batas threshold. Threshold yang diijinkan yaitu sebesar 28% untuk quality dan 5dB untuk nilai.

5 PUSTAKA Bousquet, Michael dan Maral Gerard.2002.Satellite Communication System.England: John Wiley & Sons Ltd. DVB Project Office Introduction to the DVB Project. DVB Project Office nd Generation Satellite. Elbert, Bruce R The Satellite Communication Applications Handbook.Boston: Artech House Inc. Katz, Randy H.1996.CS 294-7: Digital Modulation. Berkeley. Kolawole, Michael O.2002.Satellite Communication Engineering.New York: Marcel Dekker, Inc. Latifoso, Chlorid Pengaruh Penggabungan LNB C-Band dengan LNB Ku-Band Pada Antena Parabola Terhadap Parameter Pada Aplikasi DVB-S.Purwokerto. Long, Mark E The Digital Satellite TV Handbook. United States Of America: Mark Long Enterprises,Inc. Sugiyono.2009.Metode Penelitian Bisnis.Bandung:Alfabeta

ANALISIS PENGARUH WARNA ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER C/N PADA APLIKASI DVB-S

ANALISIS PENGARUH WARNA ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER C/N PADA APLIKASI DVB-S ANALISIS PENGARUH WARNA ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER C/N PADA APLIKASI DVB-S Wahyu Pamungkas 1, Eka Wahyudi 2, Achmad Nasuha 3 1,2,3, Program Studi D3 Telekomunikasi, Akatel Sandhy Putra Purwokerto53147

Lebih terperinci

LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST

LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2005 MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT LAB

Lebih terperinci

Analisis Parameter Ber Dan C/N Dengan Lnb Combo Pada Teknologi Dvb-S2

Analisis Parameter Ber Dan C/N Dengan Lnb Combo Pada Teknologi Dvb-S2 Analisis Parameter Ber Dan C/N Dengan Lnb Combo Pada Teknologi Dvb-S2 Wahyu Pamungkas 1, Eka Wahyudi 2, Anugrah Ahmad Fauzi 3 123 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 1 wahyu@st3telkom.ac.id,

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER BER DAN C/N DENGAN LNB COMBO PADA TEKNOLOGI DVB-S2

ANALISIS PARAMETER BER DAN C/N DENGAN LNB COMBO PADA TEKNOLOGI DVB-S2 ANALISIS PARAMETER BER DAN C/N DENGAN LNB COMBO PADA TEKNOLOGI DVB-S2 Wahyu Pamungkas 1 Eka Wahyudi 2 Anugrah Ahmad Fauzi 3 123 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 1 Wahyu@stttelematikatelkom.ac.id,

Lebih terperinci

Desain Dan Implementasi Wajan Bolic Untuk Aplikasi Dvb-S

Desain Dan Implementasi Wajan Bolic Untuk Aplikasi Dvb-S Desain Dan Implementasi Wajan Bolic Untuk Aplikasi Dvb-S Wahyu Pamungkas,Eka Wahyudi,Gilang Aditya Pratama Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi Akademi Teknik Telkom Sandhy Putra Purwokerto Abstrak Secara

Lebih terperinci

Jaringan VSat. Pertemuan X

Jaringan VSat. Pertemuan X Jaringan VSat Pertemuan X Pengertian VSat VSAT atau Very Small Aperture Terminal adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan terminalterminal stasiun bumi dengan diameter yang sangat kecil.

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN DIAMETER ANTENA PENERIMA TERHADAP KINERJA SINYAL PADA FREKUENSI KU BAND

ANALISA PERBANDINGAN DIAMETER ANTENA PENERIMA TERHADAP KINERJA SINYAL PADA FREKUENSI KU BAND ANALISA PERBANDINGAN DIAMETER ANTENA PENERIMA TERHADAP KINERJA SINYAL PADA FREKUENSI KU BAND Ifandi, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV SATELLITE NEWS GATHERING

BAB IV SATELLITE NEWS GATHERING BAB IV SATELLITE NEWS GATHERING Satellite News Gathering (SNG) adalah peralatan yang mentransmisikan sinyal informasi yang bersifat sementara dan tidak tetap dengan menggunakan sistem stasiun bumi uplink

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH WARNA REFLEKTOR ANTENA PARABOLA JENIS SOLID DAN MESH TERHADAP KUALITAS SINYAL PADA APLIKASI DVB-S

ANALISIS PENGARUH WARNA REFLEKTOR ANTENA PARABOLA JENIS SOLID DAN MESH TERHADAP KUALITAS SINYAL PADA APLIKASI DVB-S ANALISIS PENGARUH WARNA REFLEKTOR ANTENA PARABOLA JENIS SOLID DAN MESH TERHADAP KUALITAS SINYAL PADA APLIKASI DVB-S HENDRI LESMONO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi VSAT VSAT merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal, awalnya merupakan suatu trademark untuk stasiun bumi kecil yang dipasarkan sekitar tahun 1980 oleh

Lebih terperinci

1. CARA MEMILIH DAN MEMASANG ANTENA TV YANG EFEKTIF

1. CARA MEMILIH DAN MEMASANG ANTENA TV YANG EFEKTIF 1. CARA MEMILIH DAN MEMASANG ANTENA TV YANG EFEKTIF 1. Cara Memilih dan Memasang Antena TV yang Efektif. Gambar 1. Antena Televisi Sering kita dibuat jengkel bila suatu saat sedang melihat suatu siaran

Lebih terperinci

Proses Penyiaran TV Digital Dengan Teknologi DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial) di LPP TVRI Jakarta.

Proses Penyiaran TV Digital Dengan Teknologi DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial) di LPP TVRI Jakarta. Proses Penyiaran TV Digital Dengan Teknologi DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial) di LPP TVRI Jakarta. Nama : Tisnandi NPM : 15409644 Jurusan : TEKNIK ELEKTRO Dosen Pembimbing : Dr. Hamzah Afandi.,

Lebih terperinci

1. Cara Memilih dan Memasang Antena TV yang Efektif.

1. Cara Memilih dan Memasang Antena TV yang Efektif. 1. Cara Memilih dan Memasang Antena TV yang Efektif. Gambar 1. Antena Televisi Sering kita dibuat jengkel bila suatu saat sedang melihat suatu siaran TV tiba-tiba terganggu karena gambar atau suara siaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa yang akan datang teknologi komunikasi satelit akan bertambah

BAB I PENDAHULUAN. Masa yang akan datang teknologi komunikasi satelit akan bertambah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa yang akan datang teknologi komunikasi satelit akan bertambah banyak digunakan untuk mendukung layanan multimedia termasuk transmisi data. Teknologi ini menuntut

Lebih terperinci

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Yogo Tri Saputro 17411549 Teknik Elektro Latar Belakang Pada dasarnya pemancar

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT. Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT)

TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT. Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT) TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT) Disusun Oleh : Tommy Hidayat 13101110 S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2017

Lebih terperinci

MEDIA TRANSMISI. Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom

MEDIA TRANSMISI. Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom MEDIA TRANSMISI Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom OVERVIEW Medium transmisi digunakan untuk mengirimkan informasi, baik voice maupun data dari pengirim ke penerima atau dari TX ke RX.

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN VSAT BERBASIS IP. topologi star. Mekanisme komunikasinya adalah remote-remote

BAB III JARINGAN VSAT BERBASIS IP. topologi star. Mekanisme komunikasinya adalah remote-remote BAB III JARIGA VSAT BERBASIS IP 3.1 Konsep Dasar Sistem Jaringan VSAT IP Sistem jaringan VSAT IP merupakan jaringan VSAT dengan menerapkan metode TDM/RTDMA untuk melakukan komunikasi datanya, dengan sebuah

Lebih terperinci

SPAUN SUS 21 F Router Kabel Tunggal

SPAUN SUS 21 F Router Kabel Tunggal LAPORAN UJI Solusi Satu Kabel untuk Satelit dan Terestrial SPAUN SUS 21 F Router Kabel Tunggal Menggunakan dua frekuensi tetap untuk memancarkan transponder satelit yang diinginkan Mengurangi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk 3.1. Perencanaan Ruas Bumi Ruas bumi adalah semua perangkat stasiun bumi konsentrator Cipete (hub) termasuk semua terminal di lokasi pelanggan (remote).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penyewanya untuk layanan TV broadcast sehingga. Dikarenakan parameter dan terbatasnya alat ukur yang digunakan maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penyewanya untuk layanan TV broadcast sehingga. Dikarenakan parameter dan terbatasnya alat ukur yang digunakan maka BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Telah diinformasikan pada bab 1 bahwa di mall Senayan City system Master Antenna Televisi (MATV) digunakan untuk mendukung aktifitas serta memenuhi kebutuhan penyewanya

Lebih terperinci

Media Transmisi Jaringan

Media Transmisi Jaringan Media Transmisi Jaringan Medium Transmisi pada Telekomunikasi Medium transmisi digunakan untuk mengirimkan informasi, baik voice maupun data dari pengirim ke penerima atau dari TX ke RX. Pada dasarnya

Lebih terperinci

SISTEM TELEKOMUNIKASI SATELIT

SISTEM TELEKOMUNIKASI SATELIT SISTEM TELEKOMUNIKASI SATELIT PENGERTIAN VSAT VSAT : Very Small Aperture Terminal. Istilah untuk menggambarkan terminal-terminal stasiun bumi dengan diameter yang sangat kecil. VSAT diletakan di site pengguna.

Lebih terperinci

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon Ruliyanto, Idris Kusuma Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 268 / DIRJEN / 2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 268 / DIRJEN / 2005 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 268 / DIRJEN / 2005 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT SET TOP BOX SATELIT DIGITAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1351, 2014 KEMENKOMINFO. Frekuensi Radio. Telekomunikasi Khusus. Televisi. Ultra High Frequency. Rencana Induk. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European BAB II JARINGAN GSM 2.1 Sejarah Teknologi GSM GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute).

Lebih terperinci

Analisis Redaman Hujan pada Frekuensi C- Band dan Ku-band untuk Komunikasi VSAT- TV pada Daerah Tropis

Analisis Redaman Hujan pada Frekuensi C- Band dan Ku-band untuk Komunikasi VSAT- TV pada Daerah Tropis JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-1 Analisis Redaman pada Frekuensi C- Band dan Ku-band untuk Komunikasi VSAT- TV pada Daerah Tropis Ervin Nurdiansyah dan Achmad

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-KC

LAPORAN AKHIR PKM-KC LAPORAN AKHIR PKM-KC PEMANFAATAN WAJAN SEBAGAI ANTENNA VSAT APLIKASI DVB-S DALAM MENINGKATKAN DIVERSIFIKASI INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BANYUMAS Oleh : Agung Lulut Tirto Prabowo D309003 2009 Rasyid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi hingga ke distribusi televisi telah dilakukan secara digital, namun mata rantai terakhir

Lebih terperinci

Pendahuluan Secara tradisional, pengembangan- pengembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi selama ini menggunakan teknologi terrestrial, tetapi

Pendahuluan Secara tradisional, pengembangan- pengembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi selama ini menggunakan teknologi terrestrial, tetapi Ground Segment TEKNOLOGI VSAT UNTUK KOMUNIKASI MULTIMEDIA By Hasanuddin Sirait Pendahuluan Secara tradisional, pengembangan- pengembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi selama ini menggunakan teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan antenna saat ini semakin berkembang terutama untuk system komunikasi. Antenna adalah salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis. Perancangan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MOTOR PENGGERAK AKTUATOR PADA ANTENA PARABOLA

RANCANG BANGUN MOTOR PENGGERAK AKTUATOR PADA ANTENA PARABOLA RANCANG BANGUN MOTOR PENGGERAK AKTUATOR PADA ANTENA PARABOLA Miswardi 1), Pony Sedianingsih 2), Neilcy Tjahja Mooniarsih 3) Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

CARA KERJA SATELIT. Dalam hal perencanaan frekuensi ini (frequency planning), dunia dibagi menjadi 3, yaitu:

CARA KERJA SATELIT. Dalam hal perencanaan frekuensi ini (frequency planning), dunia dibagi menjadi 3, yaitu: CARA KERJA SATELIT Primo riveral primo@raharja.info Abstrak Satelit Komunikasi adalah sebuah satelit buatan yang di tempatkan di angkasa dengan tujuan telekomunikasi. Satelit komunikasi modern menggunakan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktik SATELLITE NEWS GATHERING (SNG) PADA OUT BROADCAST LPP TVRI PUSAT JAKARTA

Makalah Seminar Kerja Praktik SATELLITE NEWS GATHERING (SNG) PADA OUT BROADCAST LPP TVRI PUSAT JAKARTA Makalah Seminar Kerja Praktik SATELLITE NEWS GATHERING (SNG) PADA OUT BROADCAST LPP TVRI PUSAT JAKARTA Oleh: Reza Heri Prayogo (L2F007066) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000

ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Mulia Raja Harahap, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

Teknologi & frekuensi Penyiaran. Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom

Teknologi & frekuensi Penyiaran. Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom Teknologi & frekuensi Penyiaran Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom Apa yang terjadi ketika frekuensi tidak diatur? Harmful interference audience Tayangan Lembaga Media Acuan Pengaturan Frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, sistem komunikasi nirkabel (wireless) sedang berkembang sangat pesat dalam dunia telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah user (pengguna

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN SUDUT ELEVASI DAN AZIMUTH ANTENA STASIUN BUMI BERGERAK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT GEOSTASIONER

PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN SUDUT ELEVASI DAN AZIMUTH ANTENA STASIUN BUMI BERGERAK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT GEOSTASIONER PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN SUDUT ELEVASI DAN AZIMUTH ANTENA STASIUN BUMI BERGERAK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT GEOSTASIONER Veni Prasetiati Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA TEKNIK ELEKTRO

SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA TEKNIK ELEKTRO SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA 1115313002 TEKNIK ELEKTRO Pengertian satelit Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Satelit juga dapat disebut

Lebih terperinci

Optimalisasi Network Gain Jaringan Digital melalui Pemanfaatan Kombinasi SFN dan MFN di Pulau Jawa dengan Metode Monte Carlo

Optimalisasi Network Gain Jaringan Digital melalui Pemanfaatan Kombinasi SFN dan MFN di Pulau Jawa dengan Metode Monte Carlo A-95 Optimalisasi Network Gain Jaringan Digital melalui Pemanfaatan Kombinasi SFN dan MFN di Pulau Jawa dengan Metode Monte Carlo Novita Purwaningsih, Endroyono1, dan Gatot Kusrahardjo2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE Nining Triana, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR)

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR) BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR) 3.1 Interferensi Radio FM Pada komunikasi satelit banyak ditemui gangguan-gangguan (interferensi) yang disebabkan oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

LAJU GALAT BIT AKIBAT KESALAHAN PENGARAHAN ANTENA STASIUN BUMI KE SATELIT

LAJU GALAT BIT AKIBAT KESALAHAN PENGARAHAN ANTENA STASIUN BUMI KE SATELIT ISSN: 1693-6930 57 LAJU GALAT BIT AKIBAT KESALAHAN PENGARAHAN ANTENA STASIUN BUMI KE SATELIT Wahyu Pamungkas, Anggun Fitrian Isnawati Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi, Akademi Teknik Telkom Sandhy

Lebih terperinci

TEKNOLOGI VSAT. Rizky Yugho Saputra. Abstrak. ::

TEKNOLOGI VSAT. Rizky Yugho Saputra. Abstrak. :: TEKNOLOGI VSAT Rizky Yugho Saputra rizkyugho@gmail.com :: http://rizkyugho.blogspot.co.id/ Abstrak Teknologi VSAT merupakan teknologi telekomunikasi yang memanfaatkan satelit. VSAT atau Very Small Aperture

Lebih terperinci

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi sekarang ini juga sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi sekarang ini juga sangat berpengaruh terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kehidupan masyarakat modern yang memasuki era globalisasi, komunikasi menjadi suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam sebuah proses

Lebih terperinci

TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM APA YANG TERJADI KETIKA FREKUENSI TIDAK DIATUR? Harmful interference audience Tayangan Lembaga Media ACUAN PENGATURAN FREKUENSI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada tahap ini akan dibahas tahap dan parameter perencanaan frekuensi dan hasil analisa pada frekuensi mana yang layak diimplemantasikan di wilayah Jakarta. 4.1 Parameter

Lebih terperinci

MEDIA TRANSMISI. Sumber: Bab 4 Data & Computer Communications William Stallings. Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

MEDIA TRANSMISI. Sumber: Bab 4 Data & Computer Communications William Stallings. Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Jaringan Komputer I 1 MEDIA TRANSMISI Sumber: Bab 4 Data & Computer Communications William Stallings Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Spektrum Elektromagnetik Jaringan

Lebih terperinci

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL Yanik Mardiana 2207 100 609 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS ANTENA BOWTIE PADA FREKUENSI MHZ UNTUK TV DIGITAL DI INDONESIA ANTENNA AT RANGE FREQUENCY FOR DIGITAL TV INDONESIA

ANALISIS ANTENA BOWTIE PADA FREKUENSI MHZ UNTUK TV DIGITAL DI INDONESIA ANTENNA AT RANGE FREQUENCY FOR DIGITAL TV INDONESIA ANALISIS ANTENA BOWTIE PADA FREKUENSI 500-700 MHZ UNTUK TV DIGITAL DI INDONESIA ANALYSIS BOWTIE ANTENNA AT RANGE FREQUENCY 500 700 MHZ FOR DIGITAL TV INDONESIA Tengku Ahmad Riza 1, Yuyu Wahyu 2, Reza Aldrian

Lebih terperinci

BAB III METODE OPTIMALISASI PARAMETER JARINGAN ANTENNA VSAT

BAB III METODE OPTIMALISASI PARAMETER JARINGAN ANTENNA VSAT BAB III METODE OPTIMALISASI PARAMETER JARINGAN ANTENNA VSAT 3.1 Prosedur Instalasi VSAT Standar Operasional Prosedur lnstallasi VSAT adalah suatu standar installasi yang harus diterapkan pada saat installasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 23/PER/M.KOMINFO/11/2011 TENTANG RENCANA INDUK (MASTERPLAN) FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTRIAL PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terkait dengan pembangunan e-government, kalangan pemerintah daerah (pemda) seringkali menemui kendala terbatasnya sarana komunikasi di wilayahnya. Banyak faktor

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG

BAB III TEORI PENUNJANG BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Komunikasi Data Secara sederhana komunikasi data dapat diartikan sebagai pengiriman data dengan menggunakan sistem transmisi elektronik baik menggunakan kabel (wireline) ataupun

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 TUGAS AKHIR ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen

Lebih terperinci

TEKNOLOGI WiMAX untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang

TEKNOLOGI WiMAX untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang TEKNOLOGI WiMAX untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang Lebar Oleh : Thomas Sri Widodo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ G.5 PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ Via Lutfita Faradina Hermawan *, Alfin Hikmaturrohman, Achmad Rizal Danisya Program

Lebih terperinci

DTG2F3. Sistem Komunikasi. Pendahuluan. By : Dwi Andi Nurmantris

DTG2F3. Sistem Komunikasi. Pendahuluan. By : Dwi Andi Nurmantris DTG2F3 Sistem Komunikasi Pendahuluan By : Dwi Andi Nurmantris Where We Are? OUTLINE PENDAHULUAN 1. Elemen dasar Sistem Komunikasi 2. Sistem komunikasi Analog Vs Digital 3. Sumber Informasi dalam sistem

Lebih terperinci

Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI

Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI Tujuan Menyebutkan elemen dasar sistem komunikasi dengan diagramnya Membedakan antara bentuk komunikasi analog dan komunikasi digital Menjelaskan pentingnya keberadaan

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran STASIUN RELAY SISTEM SATELIT CARA KERJA STASIUN RELAY DAN SATELIT Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA TEKNOLOGI VSAT SCPC TERHADAP LINK BUDGET ARAH UPLINK DAN DOWNLINK

ANALISIS PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA TEKNOLOGI VSAT SCPC TERHADAP LINK BUDGET ARAH UPLINK DAN DOWNLINK ANALISIS PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA TEKNOLOGI VSAT SCPC TERHADAP LINK BUDGET ARAH UPLINK DAN DOWNLINK Anggun Fitrian Isnawati 1 Wahyu Pamungkas 2 Susi Susanti D 3 1,2,3 Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM Kevin Kristian Pinem, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departement Teknik Elektro

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran GELOMBANG ELEKTRO MAGNETIC SPEKTRUM FREKUENSI PENGATURAN FREKUENSI Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

MAKALAH SISTEM KOMUNIKASI SATELIT MAKALAH SISTEM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH : SOVI YULISTIANTO 13101032 S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI https://www.linkedin.com/in/sovi-yulistianto-0416aa114 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM JL.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

BAB I PENDAHULUAN. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi digital dalam paruh dekade terakhir mencuat dari pusat-pusat kekuatan teknologi modern yang merupakan revolusi teknologi dalam bidang televisi. Untuk itu bangsa

Lebih terperinci

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com MODULASI Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan atau penggabungan sinyal informasi (pemodulasi) kepada gelombang pembawa (carrier), sehingga memungkinkan sinyal

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Umum Setelah menjalani proses perancangan, pembuatan, dan pengukuran parameter - parameter antena mikrostrip patch sirkular, maka proses selanjutnya yaitu mengetahui hasil pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 Fadilah Rahma, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011) ISBN

Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011) ISBN ANALISIS KENAIKAN NILAI AUPC TERHADAP PENURUNAN NILAI Eb/No KARENA REDAMAN HUJAN PADA TEKNOLOGI VSAT SCPC TERHADAP LINK BUDGET ARAH UPLINK DAN DOWNLINK Wahyu Pamungkas 1, Anggun Fitrian 2, Sri Karina P

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAN STASIUN RELAY SIARAN TELEVISI SWASTA NASIONAL (TRANSTV) UNTUK COVERAGE AREA PALEMBANG DAN SEKITARNYA

BAB III PERENCANAN STASIUN RELAY SIARAN TELEVISI SWASTA NASIONAL (TRANSTV) UNTUK COVERAGE AREA PALEMBANG DAN SEKITARNYA BAB III PERENCANAN STASIUN RELAY SIARAN TELEVISI SWASTA NASIONAL (TRANSTV) UNTUK COVERAGE AREA PALEMBANG DAN SEKITARNYA 3.1 Penentuan Lokasi Stasiun Pemancar Penentuan lokasi stasiun pemancar televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia terhadap teknologi telekomunikasi saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia terhadap teknologi telekomunikasi saat ini sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap teknologi telekomunikasi saat ini sudah sangat tinggi, salah satunya di bidang penyiaran televisi. Dari tahun ke tahun, semakin banyak stasiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2] 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komunikasi suara, data, dan multimedia melalui Internet dan perangkat-perangkat bergerak semakin bertambah pesat [1-2]. Penelitian dan pengembangan teknologi

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran SPEKTRUM FREKUENSI TELEVISI PROSES PENGIRIMAN SINYAL TELEVISI PROSES PENERIMAAN SINYAL TELEVISI Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ A.1 Kode Bidang: A/B/C/D/E/F/G/H PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ Via Lutfita Faradina Hermawan 1,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan

BAB 1. PENDAHULUAN. Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan digital cable, inovasi HDTV dan IPTV telah banyak berpengaruh dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

PITA FREKUENSI RADIO, MODE, DAN APLIKASI DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN AMATIR RADIO

PITA FREKUENSI RADIO, MODE, DAN APLIKASI DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN AMATIR RADIO LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN AMATIR DAN KOMUNIKASI ANTAR PENDUDUK, MODE, DAN APLIKASI DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN AMATIR

Lebih terperinci

Jenis-jenis Antena pada Wireless

Jenis-jenis Antena pada Wireless Jenis-jenis Antena pada Wireless Pengertian Antena Antena adalah alat untuk mengirim dan menerima gelombang elektromagnetik, bergantung kepada pemakaian dan penggunaan frekuensinya, antena bisa berwujud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Indonusa Telemedia, merupakan anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, didirikan pada tahun 1997 oleh PT Telkom, PT Rajawali Citra Televisi Indonesia

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Pointing Antena VSAT Berbasis Mikrokontroler

Rancang Bangun Alat Pointing Antena VSAT Berbasis Mikrokontroler Rancang Bangun Alat Pointing Antena VSAT Berbasis Mikrokontroler Imam MPB 1, Eka Wahyudi 2, Fajar Aristiyanto 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 1,2,3 JL. DI Panjaitan No. 128

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Telkom University sedang mengembangkan satelit mikro yang mengorbit pada ketinggian 600-700 km untuk wahana pembelajaran space engineering. Sebelum satelit

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT 3.1. Perencanaan Ruas Bumi (Ground Segment) Jaringan VSAT terdiri dari satu satelit dan dua stasiun bumi sebagai pemancar dan penerima. Jaringan VSAT mampu untuk menghubungkan

Lebih terperinci

SISTEM GLOBAL BEAM DAN MULTI BEAM

SISTEM GLOBAL BEAM DAN MULTI BEAM SISTEM GLOBAL BEAM DAN MULTI BEAM 1. SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 1 Agenda Konsep Multi Beam dan Global Beam Pembentukan Beam Antena di space segment dan ground segment Dampak penggunaan multi beam Frekuensi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 Fadilah Rahma, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DVB-T DAN DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT

ANALISIS DAN PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DVB-T DAN DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT AALISIS DA PERBADIGA HASIL PEGUKURA PROPAGASI RADIO DVB-T DA DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT Ma rifatul Iman 227 646 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh opember

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR KOORDINASI ANTARA PENYELENGGARA SISTEM PERSONAL COMMUNICATION SYSTEM 1900 DENGAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

Sistem Pemancar Televisi

Sistem Pemancar Televisi Akhmad Rudyanto Putu Rio Aditya Linda Wulandari Yuli Fitriani 2207.100.624 2207.100.638 2207.100.645 2207.100.649 1 Sistem Pemancar Televisi Memancarkan sinyal RF (audio & video) melalui gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimana spektrum frekuensi ini sudah di alokasikan dan terbatas. Terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. Dimana spektrum frekuensi ini sudah di alokasikan dan terbatas. Terdapat dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembang teknologi komunikasi dan semakin banyaknya varian layanan telekomunikasi nirkabel tentu sangat menentukan pemakaian spektrum frekuensi. Dimana spektrum

Lebih terperinci

VISUALISASI EDUKATIF PENYIARAN TELEVISI SATELIT DAN TELEVISI ANTENA MENGGUNAKAN METODE MULTIMEDIA DEVELOPMENT LIFE CYCLE (MDLC)

VISUALISASI EDUKATIF PENYIARAN TELEVISI SATELIT DAN TELEVISI ANTENA MENGGUNAKAN METODE MULTIMEDIA DEVELOPMENT LIFE CYCLE (MDLC) VISUALISASI EDUKATIF PENYIARAN TELEVISI SATELIT DAN TELEVISI ANTENA MENGGUNAKAN METODE MULTIMEDIA DEVELOPMENT LIFE CYCLE (MDLC) Tri Ferga Prasetyo 1, Ade Bastian 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN Donny Panggabean (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN MIGRASI TV DIGITAL BERBASIS CAKUPAN AREA SIARAN DI BEKASI

STUDI KELAYAKAN MIGRASI TV DIGITAL BERBASIS CAKUPAN AREA SIARAN DI BEKASI 10 STUDI KELAYAKAN MIGRASI TV DIGITAL BERBASIS CAKUPAN AREA SIARAN DI BEKASI Annisa Firasanti Program Studi Teknik Elektronika S1, Fakultas Teknik Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No.83, Bekasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Antena parabola berfungsi sebagai reflektor dan penguat. sinyal bagi kepala parabola (Feedhorn). Ada beberapa point yang

BAB V PENUTUP. Antena parabola berfungsi sebagai reflektor dan penguat. sinyal bagi kepala parabola (Feedhorn). Ada beberapa point yang 40 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Antena parabola berfungsi sebagai reflektor dan penguat sinyal bagi kepala parabola (Feedhorn). Ada beberapa point yang didapat, 1. Antena parabola type Mesh bekaspun dapat

Lebih terperinci

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta

Telekomunikasi Radio. Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Syah Alam, M.T Teknik Elektro STTI Jakarta Telekomunikasi Radio Merupakan suatu bentuk komunikasi modern yang memanfaatkan gelombang radio sebagai sarana untuk membawa suatu pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. broadband seperti high speed internet, digital video, audio broadcasting dan

BAB I PENDAHULUAN. broadband seperti high speed internet, digital video, audio broadcasting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan teknologi komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat di berbagai belahan dunia. Perkembangan teknologi layanan broadband seperti high speed

Lebih terperinci

Jangkauan Nasional terbaik karena satelit berada di atas pulau Kalimantan. * Highlight Orange jangkauan Parabola Orange TV

Jangkauan Nasional terbaik karena satelit berada di atas pulau Kalimantan. * Highlight Orange jangkauan Parabola Orange TV Jangkauan Nasional terbaik karena satelit berada di atas pulau Kalimantan * Highlight Orange jangkauan Parabola Orange TV Out-Door-Unit (ODU) - 60 cm Dish (reflector) - Low Noise Block (LNB) - Mount -

Lebih terperinci

Design Faktor. Bandwidth. Gangguan transmisi. Interferensi Jumlah receiver. bandwidth lebih tinggi bermuatan data lebih banyak.

Design Faktor. Bandwidth. Gangguan transmisi. Interferensi Jumlah receiver. bandwidth lebih tinggi bermuatan data lebih banyak. Media Transmisi Pendahuluan Guide - kabel Unguide - tanpa kabel Karakteristik dan kualitas ditentukan oleh signal dan media Untuk guide, media lebih penting Untuk unguide, bandwidth yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

KINERJA JARINGAN VSAT DALAM INFRASTRUKTUR AKSES INFORMASI BERBASIS SATELIT KOMUNIKASI

KINERJA JARINGAN VSAT DALAM INFRASTRUKTUR AKSES INFORMASI BERBASIS SATELIT KOMUNIKASI KINERJA JARINGAN VSAT DALAM INFRASTRUKTUR AKSES INFORMASI BERBASIS SATELIT KOMUNIKASI Sri Hartanto 1 1 Teknik Elektro, Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS) Kampus UNKRIS, Jatiwaringin, Jakarta Timur 1

Lebih terperinci