PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2013 KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH TENTANG

Transkripsi

1 PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYIARAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH JAWA TENGAH Menimbang: a. bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih kepala dan wakil kepala daerah; b. bahwa lembaga penyiaran baik, televisi maupun radio, memiliki peran penting dalam menyiarkan Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

2 PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYIARAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH JAWA TENGAH Menimbang: a. bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih kepala dan wakil kepala daerah; b. bahwa lembaga penyiaran baik, televisi maupun radio, memiliki peran penting dalam menyiarkan Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

3 c. bahwa penyiaran pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah melalui media penyiaran baik radio maupun televisi menggunakan gelombang spektrum frekuensi radio sebagai ranah publik oleh karena itu harus diatur dalam peraturan perundang-undangan; g. bahwa Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 01 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyiaran Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Provinsi Jawa Tengah sudah tidak sesuai dengan perkembangan penyiaran saat ini. d. Bahwa siaran Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah merupakan ruang lingkup yang diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, yang mewajibkan lembaga penyiaran menyediakan waktu peliputan yang cukup, bersikap adil dan proporsional, dan tidak boleh bersikap partisan dalam penyiaran penyelenggaraan pemilihan umum; e. bahwa Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Jawa Tengah berwenang melakukan pengawasan terhadap lembaga penyiaran, dalam penyiaran proses pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, c, d dan e, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Jawa Tengah memandang perlu membuat Peraturan tentang Pedoman Penyiaran Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Jawa Tengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3887); 2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5189);

4 5. Undang-Undang 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan lembaran Negara republic Indonesia nomor 5234); 6. Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 7. Undang Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 92, TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4865); 9. Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 01/P/KPI/03/2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran; dan 10.Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran. MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH JAWA TENGAH TENTANG PEDOMAN PENYIARAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut pemilihan adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 3. Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah adalah Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Provinsi, Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten, serta Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota.

5 4. Pasangan calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut pasangan calon adalah peserta pemilihan yang diusulkan oleh Partai Politik atau gabungan Partai politik dan/atau oleh calon perseorangan yang telah memenuhi persyaratan. 5. Peserta pemilihan adalah partai politik atau gabungan partai politik dan/atau oleh calon perseorangan yang telah memenuhi persyaratan. 6. Penyelenggara pemilihan adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara demokratis. 7. Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. 8. Komisi Pemilihan Umum Provinsi, selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di provinsi. 9. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat KPU Kabupaten/Kota adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di kabupaten/kota. 10. Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disingkat Bawaslu, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 11. Badan Pengawas Pemilu Provinsi, selanjutnya disingkat Bawaslu Provinsi, adalah badan yang dibentuk Bawaslu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi. 12. Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat Panwaslu Kabupaten/Kota adalah panitia yang dibentuk Bawaslu Provinsi dan bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah kabupaten/kota. 13. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, selanjutnya disingkat DKPP, adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu. 14. Kampanye pemilihan yang selanjutnya disebut kampanye adalah kegiatan dalam rangka meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program pasangan calon. 15. Tim Pelaksana Kampanye yang selanjutnya disebut tim kampanye adalah tim yang dibentuk oleh pasangan calon bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan pasangan calon atau oleh pasangan calon perseorangan, yang bertugas dan berkewenangan membantu penyelenggaraan kampanye serta bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis penyelenggaraan kampanye. 16. Masa kampanye adalah jangka waktu yang diizinkan untuk melakukan kampanye sebagaimana ditetapkan KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kab/Kota. 17. Masa Tenang adalah jangka waktu yang tidak boleh digunakan untuk melakukan aktivitas kampanye sebagaimana ditetapkan KPU, KPU Provinsi, dan/atau KPU Kab/Kota. 18. Partisipasi Masyarakat adalah peran serta aktif masyarakat dalam penyelenggaraan Pemilu yang dilakukan secara individu (perorangan) maupun berkelompok.

6 19. Komisi Penyiaran Indonesia, selanjutnya disebut KPI adalah lembaga negara yang bersifat independen yang ada di pusat (KPIP) dan di daerah (KPID) yang tugas dan wewenangnya diatur dalam peraturan perundang undangan penyiaran sebagai wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran. 20. Izin Penyelenggaraan Penyiaran adalah hak yang diberikan oleh negara kepada lembaga penyiaran untuk menyelenggarakan penyiaran. 21. Lembaga Penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang undangan yang berlaku. 22. Program Siaran adalah program yang berisi pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, suara dan gambar, atau yang berbentuk grafis atau karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang disiarkan oleh lembaga penyiaran. 23. Program siaran pemilihan adalah penyiaran atau sosialisasi, pemberitaan, dan iklan kampanye yang berisi pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, suara dan gambar, atau yang berbentuk grafis atau karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang disiarkan oleh lembaga penyiaran. 24. Pedoman Perilaku Penyiaran, selanjutnya disingkat P3, adalah ketentuan ketentuan bagi lembaga penyiaran yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia sebagai panduan tentang batasan perilaku penyelenggaraan penyiaran dan pengawasan penyiaran nasional. 25. Standar Program Siaran, selanjutnya disingkat SPS, adalah standar isi siaran yang berisi tentang batasan-batasan, pelarangan, kewajiban, dan pengaturan penyiaran, serta sanksi berdasarkan Pedoman Perilaku Penyiaran yang ditetapkan oleh KPI. 26. Penggolongan Program Siaran adalah klasifikasi program siaran, sebagaimana ditetapkan SPS, berdasarkan kelompok usia untuk memudahkan khalayak mengidentifikasi program siaran, yang terbagi menjadi 5 (l ima), yakni: (i) Klasifikasi P: Siaran untuk anak anak usia Pra Sekolah, yakni khalayak berusia 2 6 tahun; (ii) Klasifikasi A: Siaran untuk Anak anak, yakni khalayak berusia 7 12 tahun; (iii) Klasifikasi R: Siaran untuk Remaja, yakni khalayak berusia tahun; (iv) Klasifikasi D: Siaran untuk Dewasa, yakni khalayak di atas 18 tahun; dan (v) Klasifikasi SU: Siaran untuk khalayak berusia di atas 2 tahun. 27. Nilai Waktu Siar adalah tinggi rendahnya perhatian yang diberikan khalayak kepada waktu siaran, yakni berupa waktu siar yang bernilai tinggi atau utama ( prime time) dan yang bernilai biasa (ragular time). 28. Siaran Iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan. 29. Siaran Iklan Layanan Masyarakat, selanjutnya disingkat ILM, adalah siaran iklan nonkomersial yang disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan gagasan, cita cita, anjuran, dan/atau pesan pesan lainnya kepada masyarakat untuk mempengaruhi khalayak agar berbuat dan/atau bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut. 30. Siaran Iklan Niaga adalah siaran iklan komersial yang disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan

7 memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan barang atau jasa kepada khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk yang ditawarkan. 31. Siaran kampanye adalah pesan atau rangkaian pesan yang berbentuk suara, gambar, suara dan gambar atau grafis, dan karakter yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran yang disampaikan Peserta Pemilu dan/atau tim kampanye untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program. 32. Penyiaran atau siaran sosialisasi adalah pesan atau rangkaian pesan yang berbentuk suara, gambar, dan suara dan gambar atau grafis, dan karakter baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran yang bertujuan untuk memberikan informasi, pendidikan, dan pemahaman kepada khalayak terkait pemilihan dalam bentuk siaran tahapan pemilihan. 33. Siaran berita adalah laporan atau informasi yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip jurnalistik dan disiarkan melalui radio atau televisi untuk kepentingan khalayak. 34. Siaran hiburan adalah siaran yang menyajikan materi hiburan yang sehat guna memberi penjelasan kepada khalayak untuk mengetahui hak dan kewajibannya dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 35. Jajak pendapat adalah perkembangan pendapat umum masyarakat tentang peserta Pemilu. 36. Penghitungan Cepat (quick count) hasil pemilihan adalah kegiatan penghitungan suara secara cepat dengan menggunakan teknologi informasi, berdasarkan metodologi sampling tertentu yang dilakukan oleh masyarakat atau lembaga/badan swasta. 37. Teks Berjalan ( running text) adalah tulisan yang bergerak secara beraturan dari sisi satu ke sisi yang lain di layar televisi. 38. Iklan Baca ( ad lips) adalah siaran iklan yang dibacakan dan disiarkan melalui pesawat siaran radio. BAB II ASAS, FUNGSI, DAN ARAH Pasal 2 Lembaga Penyiaran dalam menyiarkan pelaksanaan pemilihan berdasarkan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan dan tanggungjawab. Pasal 3 Lembaga Penyiaran dalam menyiarkan pelaksanaan pemilihan mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial, perekat sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Pasal 4 Lembaga penyiaran dalam menyiarkan pelaksanaan pemilihan diarahkan untuk:

8 a. menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945; b. menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa; c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia; d. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; e. meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional; f. memberikan informasi yang benar, seimbang dan bertanggung jawab; g. menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran serta masyarakat; dan h. menjunjung tinggi asas Pemilu yang Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil. BAB III HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN Pasal 5 Hak (1) Lembaga penyiaran berhak menyiarkan seluruh proses penyelenggaraan pemilihan. (2) Lembaga Penyiaran berhak menyiarkan program siaran berkenaan penyelenggaraan pemilihan yang melibatkan partisipasi masyarakat, baik berupa kampanye, sosialisasi, pemberitaan, jajak pendapat, penghitungan cepat, dan/atau iklan dengan mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 6 Kewajiban Lembaga penyiaran berkewajiban : (1) menyediakan waktu yang cukup bagi penyiaran pelaksanaan pemilihan. (2) bersikap adil dan proporsional terhadap seluruh peserta pemilihan. (3) memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh peserta pemilihan dan/atau tim kampanye untuk berkomunikasi melalui lembaga penyiaran. (4) menjaga netralitas dan/ atau tidak memihak kepada salah satu peserta pemilihan dan/ atau tim kampanye. (5) menetapkan penghitungan secara cermat berkenaan kapasitas waktu siar serta alokasinya sehingga tidak merugikan peserta pemilihan tertentu. (6) menjamin dan menghormati hak publik untuk mendapatkan informasi yang benar, akurat dan berkualitas tentang peserta pemilihan.

9 (7) menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik. (8) menolak segala bentuk tekanan dan/atau intimidasi dari peserta pemilihan dan/atau tim kampanye dan pendukungnya, serta pihak lain yang bersikap partisan atau berpihak terhadap peserta pemilihan. (9) melaporkan kepada pihak yang berwenang, bilamana menghadapi ancaman, penyerangan, pendudukan, perusakan infrastruktur lembaga penyiaran dan/atau penghentian siaran dengan alasan apapun berkenaan penyiaran penyelenggaraan pemilihan. (10)tunduk pada peraturan perundang-undangan tentang Pemilihan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Pasal 7 Larangan Lembaga penyiaran dilarang : a. bersikap partisan terhadap salah satu peserta pemilihan. b. menyiarkan program siaran yang dibiayai atau disponsori oleh pemilihan dan/atau tim kampanye, kecuali dalam bentuk iklan; c. menyiarkan segala bentuk pemberitaan, sosialisasi, dan siaran kampanye, baik secara langsung maupun tidak langsung, dari pihak manapun, yang menguntungkan atau merugikan peserta pemilihan tertentu dalam Masa Tenang BAB IV TIM PELAKSANA DAN MATERI SIARAN Bagian Pertama Tim Pelaksana Pasal 8 (1) lembaga penyiaran dapat membentuk tim pelaksana atau desk khusus dan mekanisme produksi program pemilihan. (2) Tim pelaksana khusus penyiaran program pemilihan sebagaimana disebutkan pada ayat (1) Pasal ini dapat: a. menyusun rencana dan/atau jadwal siaran program pemilihan secara tertulis; b. mengadministrasi segala hal ihwal, pelaksanaan serta pengawasan internal penyelenggaraan penyiaran program pemilihan di lembaga penyiarannya; c. menyerahkan copy arsip materi siaran program pemilihan yang telah disiarkan kepada KPI/KPID bilamana diperlukan; d. menyimpan arsip siaran kampanye pemilihan dalam bentuk audio, audio visual, foto dan dokumen siaran peserta pemilihan dan/atau tim kampanye untuk jangka

10 waktu sekurang kurangnya 1 (satu) tahun setelah disiarkan; dan e. menyusun laporan pelaksanaan penyelenggaraan program pemilihan di lembaga penyiarannya dan menyerahkan laporan tersebut kepada KPI/KPID bilamana diperlukan. Bagian Kedua Isi Siaran Pemilihan Pasal 9 (1) Lembaga penyiaran wajib menjaga agar materi atau isi siaran kampanye tidak menghina, memperolok, merendahkan, melecehkan dan atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, peserta pemilihan lainnya dan merusak hubungan internasional. (2) Penyampaian materi kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara : a. menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945; b. tertib, yaitu tidak mengganggu kepentingan umum; c. memberikan informasi yang bermanfaat, tidak menonjolkan unsur kekerasan, menghasut, memfitnah, menyesatkan dan/atau bohong; d. tidak merendahkan suku, agama, ras, golongan, perempuan dan kelompok masyarakat tertentu; e. mendidik, yaitu memberikan informasi yang bermanfaat dan mencerahkan pemilih; f. sopan, yaitu menggunakan bahasa atau kalimat yang santun dan pantas ditampilkan kepada publik; g. bijak dan beradab, yaitu tidak menyerang pribadi, kelompok, golongan atau peserta pemilihan lain; h. menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa; dan i. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Bagian Ketiga Bentuk Program Siaran Pemilihan Pasal 10 Bentuk program yang dapat disiarkan meliputi : a. pemberitaan; b. penyiaran pemilihan atau sosialisasi; c. iklan kampanye; dan d. jajak pendapat dan penghitungan cepat hasil pemilihan. Bagian Keempat Siaran Pemberitaan Pasal 11 (1) Program pemberitaan berisi informasi faktual tentang pemilihan yang ditujukan untuk kepentingan publik, pemberdayaan masyarakat, membangun dan menegakkan

11 demokrasi, mencari kebenaran, melakukan koreksi dan kontrol sosial, dan bersikap independen. (2) Siaran berita harus tunduk kepada Kode Etik Jurnalistik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Lembaga penyiaran dalam melakukan siaran berita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. bersikap independen; b. menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk; c. menghormati hak privasi; d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; e. memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah; f. melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi; g. tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul; dan h. tidak menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang. (3) Program pemberitaan wajib menjaga independensi dalam proses produksi program siaran jurnalistik untuk tidak dipengaruhi oleh peserta pemilihan, tim kampanye, pemilik lembaga penyiaran, dan/atau pihak lain. Bagian Kelima Penyiaran Pemilihan atau Sosialisasi Pasal 12 (1) Penyiaran Pemilihan atau siaran sosialisasi pemilihan dapat dilakukan menjelang, pada saat, dan sesudah proses pemilihan berlangsung berupa penyampaian informasi tentang tahapan pemilihan. (2) Penyiaran atau sosialisasi bertujuan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemilihan dalam membangun kehidupan demokrasi, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang tahapan, program, jadwal, waktu dan hasil pemilihan. (3) Penyiaran atau sosialisasi diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya dan meningkatkan kualitas demokrasi demi terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan pemilihan yang aman, damai, tertib, dan lancar. (4) Penyiaran atau sosialisasi dapat diselenggarakan oleh lembaga penyiaran, penyelenggara pemilihan, bakal calon, pasangan calon, dan masyarakat.

12 (5) Penyiaran atau sosialisasi pemilihan dapat berupa: a. Ad lips, running text; b. Berita; c. Talkshow; d. Siaran Hiburan; e. Iklan komersial; dan f. Iklan Layanan Masyarakat. (6) Penyiaran atau sosialisasi pemilihan yang disiarkan setelah penetapan peserta pemilihan oleh penyelenggara pemilu hingga menjelang masa kampanye, peserta pemilihan dan/atau tim pelaksana kampanye dilarang melakukan kampanye yang berisi ajakan kepada calon pemilih. Pasal 13 (1) Penyiaran atau sosialisasi dan kampanye dapat dikemas dalam bentuk program siaran hiburan yang sehat. (2) Siaran hiburan yang bermuatan sosialisasi dan kampanye wajib mematuhi ketentuan berikut: a. tidak merendahkan suku, agama, ras, golongan, perempuan dan kelompok masyarakat tertentu. b. tidak memfitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau berbohong; c. tidak menonjolkan unsur kekerasan dan cabul; atau d. tidak memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional. Bagian Keenam Siaran Jajak Pendapat dan Penghitungan Cepat Pasal 14 (1) Lembaga Penyiaran dapat menyiarkan hasil jajak pendapat (polling) dan penghitungan cepat ( quick count) baik yang diselenggarakan oleh lembaga penyiaran sendiri dan/atau lembaga lain yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Lembaga penyiaran wajib menjelaskan dan menyiarkan metode jajak pendapat dan/atau penghitungan cepat ( quick count) secara jelas. (3) lembaga penyiaran wajib menyebutkan bahwa hasil jajak pendapat dan/atau penghitungan cepat bukan merupakan hasil resmi Penyelenggara pemilihan. (4) Lembaga penyiaran wajib memberikan penjelasan kepada KPID atas pelaksanaan penyiaran terkait jajak pendapat dan/atau penghitungan cepat bilamana diduga terdapat perekayasaan hasil.

13 (5) Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan hasil penghitungan cepat sebelum proses pemungutan suara dinyatakan selesai oleh Penyelenggara pemilihan. (6) Jajak pendapat tidak boleh disiarkan pada Masa Tenang yang dapat merugikan atau menguntungkan salah satu pasangan calon Bagian Ketujuh Iklan Kampanye Pasal 15 (1) Iklan kampanye pemilihan dilaksanakan sesuai dengan jadwal kampanye yang ditetapkan oleh penyelenggara pemilihan. (2) Iklan kampanye pemilihan dapat dilakukan oleh peserta pemilihan dan/atau tim kampanye dalam bentuk iklan komersial dan/atau iklan layanan masyarakat. (3) Lembaga penyiaran wajib memberikan kesempatan yang sama kepada peserta pemilihan dan/atau tim kampanye dalam pemuatan dan penayangan iklan kampanye. (4) Lembaga penyiaran dilarang menjual blocking segmen dan/atau blocking time untuk kampanye pemilihan. (5) Lembaga penyiaran dilarang menjualbelikan kesempatan waktu siaran atau spot iklan kampanye yang tidak digunakan oleh peserta pemilihan kepada peserta lain. (6) Lembaga penyiaran dilarang menerima program sponsor dalam format atau segmen apa pun yang dapat diketegorikan sebagai iklan kampanye. (7) Iklan kampanye tidak disiarkan pada program anak (klasifikasi A). Pasal 16 Iklan kampanye pemilihan dapat berupa: a. siaran monolog; b. siaran dialog/talk show/debat; dan c. siaran iklan. Pasal 17 (1) monolog sebagaimana dimaksud pasal 16 huruf a merupakan iklan kampanye pemilihan yang menyajikan pidato peserta pemilihan dan/atau tim kampanye. (2) Lembaga penyiaran wajib membuat jadwal kampanye monolog peserta pemilihan dan/atau tim kampanye secara terbuka sesuai jadwal kampanye yang ditetapkan oleh penyelenggara pemilihan.

14 Pasal 18 Pasal 20 (1) Siaran dialog/talkshow/debat sebagaimana dimaksud pasal 16 huruf b adalah siaran kampanye pemilihan yang menyajikan visi, misi, dan program untuk mencari dukungan sebanyakbanyaknya kepada pemilih yang dilakukan peserta pemilihan dan/atau tim kampanye. (1) Lembaga penyiaran wajib menjelaskan kepada narasumber, pemandu/ moderator maupun panelis dan peserta pemilihan dan/atau tim kampanye dalam acara dialog/talkshow/debat untuk tidak menyerang privasi seseorang, suku, agama, ras, golongan, dan gender. (2) Siaran dialog/talkshow/debat diikuti oleh semua peserta pemilihan dan/atau tim kampanye dengan seorang pemandu/ moderator maupun panelis yang ditunjuk oleh lembaga penyiaran. (3) Siaran dialog/talkshow/debat tidak dapat disiarkan dengan hanya menampilkan satu peserta pemilihan dan/atau tim kampanye. Pasal 19 (1) Lembaga Penyiaran wajib menjamin netralitas dan keadilan pemandu/moderator maupun panelis dalam acara dialog/talkshow/debat siaran kampanye. (2) Pemilihan narasumber, pemandu/moderator maupun panelis dan tatacara penyelenggaraan siaran dialog/talkshow/debat, ditentukan oleh lembaga penyiaran yang bersangkutan dengan mempertimbangkan profesionalitas dan integritas. (2) Lembaga penyiaran dapat membuat jadwal kampanye siaran dialog/talkshow/debat peserta pemilihan dan/atau tim kampanye secara terbuka. Pasal 21 (1) Lembaga Penyiaran wajib memenuhi ketentuan waktu siaran iklan kampanye sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. (2) Waktu siaran iklan semua peserta pemilihan dan/atau tim kampanye ditambah dengan iklan niaga dan iklan layanan masyarakat lain, maksimal berjumlah 20% (dua puluh persen) untuk Lembaga Penyiaran Swasta dan 15% (lima belas persen) Lembaga Penyiaran Publik dari seluruh waktu siaran perhari selama masa kampanye.

15 Pasal 22 (1) Lembaga penyiaran berhak menentukan tarif dan cara pembayaran secara khusus untuk iklan peserta pemilihan dan/atau tim kampanye. (2) Lembaga penyiaran publik Televisi Republik Indonesia, lembaga penyiaran publik Radio Republik Indonesia, lembaga penyiaran publik lokal, lembaga penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran berlangganan wajib memberikan alokasi waktu yang sama dan memperlakuan secara adil serta berimbanga kepada setiap peserta pemilihan dan/atau tim kampanye. (3) Lembaga penyiaran komunitas dapat menyiarkan proses pemilihan sebagai bentuk layanan kepada masyarakat, tetapi tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan kampanye peserta pemilihan. Pasal 23 (1) Isi siaran iklan wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pengaturan dan penjadwalan siaran iklan pada waktu utama (primetime) oleh peserta pemilihan dan/atau tim kampanye, dilakukan secara berimbang. (3) Jadwal waktu utama (primetime) dan waktu biasa (regular time) ditentukan oleh lembaga penyiaran. Pasal 24 (1) Lembaga penyiaran wajib menghindari penayangan bentukbentuk iklan terselubung yang dilakukan oleh peserta pemilihan dan/atau tim kampanye. (2) Iklan terselubung sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, tulisan, dan/atau siaran yang dikemas dalam bentuk iklan layanan masyarakat dari seseorang, peserta pemilihan dan/atau tim kampanye. BAB V ARSIP SIARAN Pasal 25 Lembaga penyiaran wajib menyimpan arsip siaran pelaksanaan pemilihan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun setelah disiarkan.

16 BAB VI SANKSI dan PENANGGUNGJAWAB Bagian Pertama Sanksi Administratif Pasal 26 (1) Program siaran pemilihan yang melanggar ketentuan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) dikenai sanksi administratif berupa: a. teguran tertulis b. penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah melalui tahap tertentu; c. pembatasan durasi dan waktu siaran; d. denda administratif; e. pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu; f. tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran; atau (2) Jangka waktu pengenaan sanksi administratif berupa teguran tertulis pertama dan kedua atas pelanggaran sebagaimana ayat (1) yang dilakukan oleh Lembaga Penyiaran paling sedikit selama 7 (tujuh) hari kalender. (3) Lembaga penyiaran yang diduga melakukan pidana penyiaran akan dikenakan ketentuan sanksi pidana sebagaimana diatur di dalam UU 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Pasal 27 (1) Setiap pelanggaran yang terbukti dilakukan oleh lembaga penyiaran terhadap peraturan ini akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. (2) KPID dapat mengumumkan kepada publik setiap pelanggaran yang telah terbukti dilakukan oleh lembaga penyiaran. Bagian Kedua Penanggung Jawab Pasal 28 (1) Bila terjadi pelanggaran atas peraturan ini, maka yang bertanggungjawab adalah lembaga penyiaran yang menyiarkan program yang mengandung pelanggaran tersebut. (2) Ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini berlaku untuk seluruh jenis program, baik program yang diproduksi sendiri, program yang dibeli dari pihak lain, program kerjasama produksi, maupun program yang disponsori.

17 BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Dengan berlakunya peraturan ini maka peraturan KPID Nomor 01 tahun 2010 tentang Peraturan Penyiaran Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Provinsi Jawa Tengah dinyatakan tidak berlaku. Pasal 30 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 11 Maret 2013 KETUA, BUDI SUDARYANTO