BAB I PENDAHULUAN. Kepala Badan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kepala Badan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kedudukan dan Dasar Hukum Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Selatan, Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) merupakan suatu unsur pelayanan pemerintah Provinsi Sumatera Selatan di bidang penanaman modal, yang dikepalai oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 1.2 Visi dan Misi Visi dari Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan adalah Provinsi Tujuan Investasi Utama Berbasis Sumber Daya Lokal yang Berdaya Saing Internasional Untuk Menuju Sumsel Sejahterah. Sedangkan misi dari Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut: Mendorong terciptanya iklim Investasi yang berdaya saing; Meningkatkan Investasi yang berbasis sumber daya lokal; Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan dan non perizinan. 1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 10 Tahun 2011, maka Uraian Tugas dan Fungsi Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah adalah sebagai berikut : Kepala Badan Menurut Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 10 Tahun 2011 Bab II bagian pertama Pasal 2, Kepala Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal mempunyai tugas membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintah di bidang penanaman modal, potensi, investasi daerah. Untuk melaksanakan tugas pokoknya tertuang dalam pasal 3, Kepala Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan mempunyai fungsi : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 1

2 Penyusunan rencana-rencana penanaman modal di daerah secara garis besar berisi tujuan dan sasaran program prioritas, strategi promosi penanaman modal; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi-instansi di daerah dalam rangka menyelesaikan perizinan dan menghimpun data potensi investasi yang berhubungan dengan penanaman modal Pengkajian dan pengusulan kebijaksanaan Pemerintah Provinsi di bidang promosi penanaman modal Pengkajian dan pengusulan kebijaksanaan Pemerintah Provinsi di bidang perizinan penanaman modal Penyusunan norma, standard an prosedur kegiatan pelayanan dan perizinana dan penanaman modal; Pemberdayaan investasi di daerah melalui Badan Usaha Milik Swasta, Badan Usaha Milik Negara maupun Badan Usaha Milik Daerah untuk mengembangkan peluang penanaman modal; Penyusunan potensi unggulan daerah dalam bentuk peta investasi; Perencanaan promosi dan kerjasama penanaman modal; Pengembangan sector unggulan daerah melalui pembinaan di bidang kemitraan, peningkatan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat dan memberikan informasi yang seluas-seluasnya dalam lingkup kegiatan penanaman modal; Pembantuan dalam penyelesaian atas hambatan-hambatan yang dihadapi dunia usaha dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; Pemberian pelayanan perizinana dan fasilitasi penanaman modal; Pengkoordinasian, penyelarasan dan penyerasian perencanaan promosi peluang investasi yang dilaksananakan oleh Pemerintah Provinsi; Pelaksanaan rencana kerja dan program pembangunan yang menyangkut bidang tugas sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan; Peaksanaan pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan penanaman modal; Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan terhadap pelaksanaan penanaman modal; Pembuatan laporan kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan; Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 2

3 Pemberian pelayanan umum dan pelayanan teknis administratif di bidang penanaman modal; Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, keuangan, hukum, kehumasan, kearsipan, pengolahan data dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sekretariat Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2011 Bab II Bagian kedua, Pasal 4, Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, rencana strategis dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, keuangan, hukum, kehumasan, kearsipan, pengolahan data dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga. Gambar 1. Mobil Unit Layanan Cepat ( U L C ) Ptsp-Sumsel Pada pasal 5 disebutkan Sekretariat mempunyai fungsi : Pengkoordinasian urusan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, hukum, kehumasan, kearsipan, pengolahan data dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga; Pelaksanaan urusan kepegawaian, pendidikan dan latihan; Pelaksanaan urusan tata usaha keuangan; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsi lainnya Pada Pasal 6 disebutkan : a) Subbagian Keuangan mempunyai fungsi : Menyiapkan bahan penyusun rencana anggaran badan; Mengelola dan melayani administrasi keuangan badan; Menyiapkan bahan pertanggungjawaban keuangan badan; Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 3

4 b) Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi : Melakukan pengelolaan dan pelayanan administrasi kepegawaian perlengkapan dan rumah tangga badan; Melakukan pengelolaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan dan kearsipan badan; Melakukan pengelolaan dan pelayanan administrasi terhadap permasalahan hokum pada badan; Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. c) Subbagian Perencanaan dan Program mempunyai fungsi : Menyiapkan bahan penyusunan program dan kegiatan di lingkungan badan; Mengkoordinasikan penyusunan program dan kegiatan di lingkungan badan; Menyiapkan bahan evaluasi pelaporan kegiatan badan; Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Promosi Penanaman Modal Pada Bab II Bagian Ketiga Pasal 7, Bidang Promosi Penanaman Modal mempunyai tugas menyiapkan bahan promosi penanaman modal, publikasi dan pameran penanaman modal. Untuk melaksanakan tugasnya dengan mengacu Pasal 8, Bidang Promosi Penanaman Modal mempunyai fungsi : Penyusunan rencana-rencana penanaman modal daerah meliputi tujuan, sasaran, program porioritas dan strategi promosi dalam rangka kebijakan penananaman modal; Penyusunan dan pengidentifikasian potensi peluang investasi daerah, menurut profil, sektor dan komoditi unggulan daerah kabupaten/ kota Penyusunan dan pengidentifikasian potensi peluang pasar dalam dan luar negeri; Penyusunan program publikasi dalam dan luar negeri; Penyusunan program pameran dan promosi dalam dan luar negeri; Gambar 2. Banner Jenis Izin Dan Non Izin Dari 15 Kabupaten / Kota Se-Provinsi Sumatera Selatan Pengkoordinasian pelaksanaan pameran/ promosi peluang imvestasi daerah tingkat provinsi dengan instansi terkait dan kabupaten/ kota di bidang penananaman modal; Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 4

5 Penyusunan bahan potensi peluang oinvestasi daerah dalam bentuk media cetak, elektronik, dan media luar ruang; Penyusunan rencana pertemuan/ rapat bisnis dalam dan luar negeri; Penyusunan laporan hasil publikasi, pameran, dan promosi penanaman modal; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Pengembangan dan Kerjasama PM Pada Bab II Bagian Keempat Pasal 10 Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2011, bidang Pengembangan dan Kerjasama Penanaman Modal mempunyai tugas menyiapkan rencana umum penanaman modal, perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengembangan iklim imvestasi dan kerjasama penanaman modal. Pada pasal 11, Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, Bidang Pengembangan dan Kerjasama Penanaman Modal mempunyai fungsi : Pendorong, pelaksanaan, pengajuan usulan materi perencanaan investasi dan memfgasilitasi kerjasama dunia usaha di bidang penananaman modal; Pendorong, pelaksanaan, pengajuan usulan materi pengembangan iklim investasi dan memfasilitasi kerjasama di bidang penanaman modal; Pendorong, pelaksanaan, pengajuan usulan materi pengembangan iklim investasi dan memfasilitasi kerjasama nasional dan internasional di bidang penananaman modal; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Pelayanan dan Perizinan PM Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 10Tahun 2011 Bab II Bagian kelima Pasal 13, Bidang Pelayanan Perizinan Penanaman Modal mempunyai tugas menyiapkan rencana program, bahan perumusan dan penjabaran kebijaksanaan teknis pelayanan penanaman modal. Gambar 3. Petugas bagian FO Sedang memberikan informasi kepada pemohon izin Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 5

6 Pada pasal 14 disebutkan, Bidang Pelayanan Perizinan PM mempunyai fungsi : Pengkajian dan perumusan jenis perizinan yang dapat dilimpahkan kepada Badan; Pelaksanaan penyelesaian perizinan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang menjadi kewenangan provinsi dan didukung dengan kemajuan teknologi informasi; Penyiapan pedoman pemberian insentif dan kemudahan penanaman modal; Pelaksanaan Pemberian pelayanan fasilitas, insentif, dan kemudahan penananaman modal yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi; Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) kegiatan pelayanan perizinan dan dasilitas penanaman modal; Pelaksanaan pelayanan pengaduan masyarakat terkait dengan perizinan penanaman modal; Pelaksanaan proses penyelesaian perizinana bidang penanaman modal dengan Sistem Pelayanan Imformasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan PM Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2011 Bab II Bagian keenam Pasal 16, Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal mempunyai tugas menyiapkan perumusan dan penjabaran kebijaksanaan teknis serta bimbingan berkoordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang pengawasan dan pengendalian penanaman modal. Pada pasal 17 diuraikan fungsi bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal, yaitu : Pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal, sesuai dengan hak, kewajiban dan tanggung jawab penanaman modal; Pembuatan laporan kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan; Pembantuan dalam menyelesaikan atas hambatan-hambatan yang dihadapi dunia usaha dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 6

7 1.4 Lingkungan Strategis yang Berpengaruh Faktor kunci keberhasilan (key success factor) yang berpengaruh terhadap sasaran yang akan dicapai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah tetap memperhatikan faktor - faktor internal dan faktor eksternal yang ada, dari beberapa identifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman maka didapatkan kekuatan kunci atau faktor strategis yang diharapkan dapat berpengaruh untuk pencapaian Tujuan dan Sasaran, yaitu: Berdasarkan tantangan yang dihadapi Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) dalam mencapai target kinerja adalah: 1. Koordinasi antar sektor masih lemah dalam menyusun rencana pembangunan ekonomi, khusnya dalam bidang penanaman modal. 2. Belum terwujudnya kepastian hukum karena masih adanya regulasi yang tidak selaras baik ditingkat nasional maupun daerah. 3. Rendahnya kepatuhan perusahaan/investor dalam menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). 4. Masih rendahnya kualitas tenaga kerja lokal akibat kurangnya keterampilan yang dimiliki. 5. Masih adanya sengketa lahan. 6. Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam. 7. Masih rendahnya kualitas aparatur dibidang penanaman modal. 8. Masih tersebarnya perizinan di instansi/ SKPD lain. Selain tantangan yang ada, juga terdapat beberapa peluang yang merupakan trend dan perkembangan diluar wilayah/ komunitas/ organisasiyang dapat membantu tercapainya visi dan misi. Peluang yang dimiliki Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan antara lain: 1. Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Satu Pintu yang memudahkan calon-calon Investor mendapatkan izin usaha. 2. Perencanaan pembangunan jalan highway lintas Sumatera 3. Perencanaan pembangunan pelabuhan Tanjung Api- Api 4. Perencanaan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus 5. Kesepakatan perdagangan bebas antar negara di kawasan ASEAN 6. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah 7. Ditunjuknya Sumatera Selatan menjadi penyelenggara kegiatan yang berskala Internasional ( MICE) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 7

8 1.5 Sistematika Penyusunan LAKIP Susunan dan Sistematika Penyusunan LAKIP sebagai berikut : KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat gambaran singkat LAKIP, dasar hukum, maksud dan tujuan, uraian tentang struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, aspek strategis organisasi dan sistematika penyajian. BAB II PERENCANAAN KINERJA Bab ini menjelaskan kinerja Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) yang memuat Visi, Misi,Tujuan, dan sasaran Rencana Strategis, IKU,dan Rencana Kerja BP3MD Tahun Anggaran BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Bab ini memuat tentang evaluasi dan analisis capaian kinerja tahun 2014, pencapaian kinerja sasaran, pencapaian kinerja program-program strategis, dan akuntabilitas keuangan BP3MD Tahun BAB IV PENUTUP Bab ini memuat tentang kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 8

9 BAB II PERENCANAAN KINERJA Perencanaan strategis merupakan suatu proses berorientasi pada hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhatikan potensi, peluang dan kendala yang mungkin timbul dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 mengharuskan kepada semua instansi pemerintah untuk membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu: 1. Sebagai sarana bagi instansi pemerintah untuk menyampaikan pertanggungjawaban atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis. 2. Sebagai sarana evaluasi atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah dalam upaya untuk perbaikan kebijakan dimasa yang akan datang. 2.1 CORE BUSINESS/ AREA Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan lebih menitikberatkan pada sasaran terciptanya iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing, meningkatnya realisasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Sumatera Selatan serta terciptanya pelayanan investasi yang efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk mendukung tercapainya sasaran tersebut perlu didukung dengan program dan kegiatan yang saling berkaitan dan dilengkapi pula dengan SDM, Sarana dan Prasarana serta fasilitas pendukung lainnya. Gambar 4. Kawasan KEK TAA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 9

10 2.2 ISU STRATEGIS Isu-isu strategis di Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan dengan memperhatikan berbagai sudut pandang yang ada dapat disebutkan sebagai berikut: Isu yang memiliki nilai strategis untuk dilaksanakan Isu yang sedang dalam proses dan sedang dibicarakan Isu yang secara langsung menyangkut kepentingan PMA ataupun PMDN Isu yang realistis dan logis untuk dibahas sesuai dengan hak, wewenang, dan tanggung jawab BP3MD Dari berbagai identifikasi beberapa isu maka ditetapkan isu strategis BP3MD antara lain : 1. Belum optimalnya pelaksanaan harmonisasi dan sinkronisasi daerah berbagai kebijakan, baik antar institusi di pusat dan pusat dengan daerah; 2. Kurangnya minat investor dalam berinvestasi di bidang infrastruktur pendukung seperti pelabuhan laut, jalan tol, kawasan industri, kawasan ekonomi khusus dan lain- lain; 3. Banyaknya permasalahan yang dihadapi penanaman modal perusahaan PMA/PMDN dalam pelaksanaan kegiatan investasi, khususnya dalam pelaksanaan perizinan; 4. Masih besarnya jumlah proyek PMA? PMDN dan sudah berproduksikomersial, serta telah habis masa jangka waktu pelaksanaan proyeknya tetapi belum merealisasikan perizinannya dalam bentuk izin usaha tetap/ industri dan atau memperpanjang jadwal waktu kegiatan usahanya; 5. Masih terbatasnya investor untuk pengembangan investasi di bidang industri hilirisasi; 6. Masih terkonsentrasinya sebaran investasi di Kab/ Kota dan bidang usaha tertentu; 7. Masih cukup panjangnya proses perizinan investasi sehingga masih tingginya biaya perizinan investasi dibandingkan dengan negara- negara kompetitor; 8. Masih rendahnya kewajiban penanaman modal dalam membuat LKPM dibandingkandengan besarnya jumlah perusahaan PMA/ PMDN di Sumatera Selatan; 9. Semakin meningkatnya perkembangan realisasi jumlah investasi dan besaran proyek PMA/ PMDN yang berada di Kab/ Kota; 10. Semakin tingginya kebutuhan publik, masyarakat dan dunia usaha dalam memperolehdata/ informasi penanaman modal di Sumatera Selatan; Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 10

11 11. Belum optimalnya tata kelola pemerintahan yang baik dan perencanaan program pembangunan daerah yang sinergis antar pemerintah dan provinsi dengan Kab/ Kota. 2.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan pelayanan Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan adalah merupakan implementasi dari Visi dan Misi BP3MD Provinsi Sumatera Selatan. Adapun Tujuan tersebut adalah : 1. Mewujudkan iklim investasi yang kondusif 2. Meningkatkan penanaman modal daerah 3. Terwujudnya pelayanan publik yang cepat, mudah dan bermutu Sedangkan sasaran strategis dari Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan adalah : 1. Meningkatnya realisasi PMA/PMDN di Sumatera Selatan 2. Meningkatnya pelayanan investasi yang efektif dan efisien 2.4 Cara Pencapaian Tujuan Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan dan sasaran strategis yang ingin dicapai tersebut di atas, maka strategi yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan pelayanan penanaman modal yang prima. 2. Memberikan kemudahan pada investor untuk mendapatkan informasi peluang investasi dalam pelaksanaan penanaman modal dan perizinan. 3. Melakukan koordinasi antar lembaga dalam pengendalian pelaksanaan penanaman modal. 4. Melakukan penelaahandan perumusan regulasi bidang penanaman modal yang menarik bagi calon investor. 5. Meningkatkan realisasi investasi PMA/ PMDN di Sumatera Selatan. 6. Meningkatkan daya tarik investasi di wilayah Sumatera Selatan. 7. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur penanaman modal. 8. Penerapan metode yang bervariasi dan meningkatkan kualitas promosi penanaman modal 9. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia penanaman modal 10. Reposisi aparatur sesuai kompetensi yang dimiliki. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 11

12 11. Mewujudkan kelembagaan dan ketatalaksanaanpemerintah yang baik dan profesional, efisien, efektif, ekonomis dan akuntabel, serta bersih. 12. Peningkatan sarana dan prasara pelayanan seperti gedung maubeler, komputer, maupun mobil pelayanan keliling. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 12

13 Nilai Investasi 3.1. Capaian Kinerja Organisasi BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian kinerja organisasi antara lain : No CAPAIAN TAHUN 2014 INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI % 1. Nilai realisasi Investasi PMA Rp. Triliun 9,96 11,16 112,04 Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Pasal 5 point (e) menyebutkan bahwa salah satu kewajiban penanam modal adalah menyampaikan LKPM (Laporan Kegiatan Penanaman Modal). LKPM adalah laporan mengenai perkembangan realisasi penanaman modal dan kendala yang dihadapi penanam modal yang wajib disampaikan secara berkala. GRAFIK 1. NILAI REALISASI INVESTASI PMA Nilai Realisasi Investasi PMA Target Realisasi Untuk indikator kinerja nilai realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA), nilainya bergantung pada banyaknya jumlah Perusahaan PMA yang menyampaikan LKPM sepanjang tahun Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang menyampaikan LKPM pada tahun 2014 sebanyak 78 unit perusahaan dengan nilai realisasi investasi sebesar Rp. 11,16 triliun. Capaian kinerja nilai realisasi investasi PMA lebih tinggi dari target tahun 2014 sebesar Rp. 11,16 triliun atau sebesar 112,04 %. Tenaga kerja yang terserap di tahun 2014 adalah sebanyak orang. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 13

14 Nilai Investasi Capaian tahun 2014 tersebut jika dibandingkan dengan target nilai realisasi investasi PMA tahun 2018 sebesar Rp. 14,58 triliun masih terdapat selisih sebesar Rp. 3, 42 triliun atau 23,46 %. Nilai tersebut harus dicapai dalam waktu 4 tahun. Realisasi investasi PMA tahun 2014 (Rp. 11,16 triliun) bila dibandingkan dengan realisasi kinerja nasional (PMA) tahun 2014 (Rp. 307,0 triliun) capaiannya hanya sebesar 3,64 % atau selisih sebesar Rp. 295, 84 triliun. Adapun penyebab keberhasilan pencapaian indikator Nilai realisasi investasi PMA tahun 2014 karena meningkatnya kepatuhan perusahaan PMA dalam menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal (LKPM). Berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan nilai realisasi investasi PMA antara lain melakukan sosialisasi kepada perusahaan PMA/PMDN terkait LKPM, melakukan pengawasan terhadap PMA/PMDN dan melaksanakan koordinasi dengan stake holder terkait. No CAPAIAN TAHUN 2014 INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI % 2. Nilai realisasi Investasi PMDN Rp. Triliun 7,59 7,04 92,75 Untuk indikator nilai realisasi investasi PMDN tahun 2014 sebesar Rp. 7,04 triliun atau terealisasi sebesar 92,75 % dari target yang telah ditentukan sebesar Rp. 7,59 triliun. Jumlah perusahaan PMDN di tahun 2014 adalah sebanyak 47 unit perusahaan dengan tenaga kerja yang terserap orang. GRAFIK 2. NILAI REALISASI INVESTASI PMDN Target Realisasi Capaian indikator ini bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 13,29 %. Akan tetapi bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 mengalami penurunan sebanyak 120,44 %. Bila dibandingkan dengan target 2018 sebesar Rp. 11,11 triliun, maka masih ada selisih sebesar Rp. 7,5 triliun atau 67,51 %. Realisasi investasi PMDN tahun Target Realisasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 14

15 2014 (Rp. 7,04 tiliun) bila dibandingkan dengan realisasi kinerja nasional (PMDN) tahun 2014 (Rp. 156,1 triliun) terdapat selisih sebesar Rp. 149,06 triliun atau capaiannya hanya 4,51 %. Gambaran tentang nilai realisasi investasi PMDN dapat dilihat pada Grafik 2. Adapun penyebab tidak tercapainya target kinerja nilai realisasi PMD tahun 2014 adalah : 1. Masih ada beberapa perusahaan yang belum menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 2. Terdapat beberapa perusahaan PMDN yang beralih status menjadi PMA. 3. Investor cenderung wait and see menanamkan modalnya karena di tahun 2014 merupakan tahun politik yaitu adanya pemilihan Presiden sehingga pertumbuhan ekonomi secara nasional melambat. 4. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang diiringi dengan turunnya harga karet di pasar internasional sehingga mempengaruhi perekonomian Sumatera Selatan karena karet merupakan salah satu produk unggulan Provinsi Sumatera Selatan. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut adalah dengan memberikan pemahaman kepada perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya menyampaikan LKPM secara berkesinambungan dan benar sesuai ketentuan yang berlaku. No CAPAIAN TAHUN 2014 INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI % 3. Pertumbuhan nilai investasi per tahun Persen 10 13,74 27,21 Indikator pertumbuhan nilai investasi pertahun dipengaruhi oleh indikator realisasi investasi PMA dan realisasi investasi PMDN. Realisasi indikator pertumbuhan nilai investasi pertahun untuk tahun 2014 adalah sebesar 13,74 % atau lebih besar 27,21 % dari target yang telah ditentukan yakni sebesar 10 %. P e r s e n t a s e GRAFIK 3. PERTUMBUHAN NILAI INVESTASI PER TAHUN (5) Target Realisasi Target Realisasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 15 0

16 Nilai Investasi Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, realisasi pertumbuhan nilai investasi per tahun untuk tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,18 %. Sedangkan pertumbuhan nilai investasi per tahun untuk tahun 2012 ialah sebesar (-4,34%) atau meningkat sebesar 9,4 % bila dibandingkan tahun Bila dibandingkan dengan target tahun 2018, indikator pertumbuhan nilai investasi pertahun untuk 2014 sudah melebihi sebesar 3,74 %. Penyebab keberhasilan pertumbuhan nilai investasi per tahun karena adanya koordinasi yang baik antar lembaga dalam pengendalian pelaksanaan investasi, serta dilakukan kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan penanaman modal. No CAPAIAN TAHUN 2014 INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI % 4. Nilai Investasi Swasta Per Tahun Rp. Trilyun 17,55 18,20 103,70 Untuk indikator nilai investasi swasta pertahun merupakan total nilai realisasi investasi PMA dan nilai realisasi investasi PMDN, indikator ini juga dipengaruhi oleh realisasi investasi PMA dan realisasi investasi PMDN. Adapun realisasi nilai investasi swasta pada tahun 2014 sebesar Rp. 18,20 triliun atau melebihi target di tahun 2014 sebesar 103,70 % dari target yang ditentukan sebesar Rp. 17,55 triliun. GRAFIK 4. NILAI INVESTASI SWASTA PER TAHUN Target Realisasi Target Realisasi Nilai investasi swasta per tahun untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp. 15,95 triliun, dan mengalami kenaikan sebesar 11,15% di tahun 2013 menjadi Rp triliun, dan naik sebesar 10,14 % pada tahun Bila dibandingkan dengan target 2018 maka nilai investasi swasta per tahun masih terjadi gap sebesar Rp. 7,49 triliun atau 29,16 % Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 16

17 Jumlah perizinan Penyebab keberhasilan Indikator nilai investasi swasta per tahun karena meningkatnya kepatuhan perusahaan PMA dan PMDN dalam menyampaikan laporan kegiatan penanaman modal (LKPM). Adapun upaya yang dilakukan agar keempat Indikator tersebut dapat berjalan dengan baik dan efektif adalah dengan melaksanakan Program dan Kegiatan sebagai berikut : Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi dengan kegiatan : a. Koordinasi Antar Lembaga dalam Pengendalian Pelaksanakan investasi PMDN/PMA; b. Peningkatan Kegiatan Pemantauan, Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal; c. Peningkatan Koordinasi dan kerjasama Dibidang Penanaman Modal dengan Instansi Pemerintah dan Dunia Usaha; d. Koordinasi Perencanaan dan Pengembangan Penanaman Modal; e. Penyelenggaraan Pameran Investasi. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi dengan kegiatan: a. Memfasilitasi dan Koordinasi Kerjasama di Bidang Investasi. b. Pengembangan Sistem Informasi Penanaman Modal. c. Kajian Kebijakan Penanaman Modal (RUPM No INDIKATOR KINERJA 5. Jumlah Perizinan dan Non Perizinan yang di terbitkan tepat waktu CAPAIAN TAHUN 2014 SATUAN TARGET REALISASI % Izin/Non Izin ,91 Adapun capaian indikator kinerja tersebut diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut Perizinan/non perizinan yang dikelola Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan sampai tahun 2014 sebanyak 52 jenis izin/non izin dari 157 izin/non izin yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi Target Realisasi Target Realisasi GRAFIK 5 JUMLAH PERIZINAN DAN NON PERIZINAN YANG DITERBITKAN TEPAT WAKTU Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 17

18 Pada tahun 2012 angka realisasi dari indikator ini sejumlah 153 izin, yang artinya meningkat sebesar 7,00 % dari tahun Sedangkan untuk tahun 2013 jumlah perizinan dan non perizinan yang diterbitkan tepat waktu yang terealisasi berjumlah 172 izin atau meningkat sebanyak 12,41 % dari tahun sebelumnya. Adapun indikator tersebut memiliki presentase capaian sebesar 281,97 % dari target yang telah ditentukan untuk tahun 2013 yang berjumlah 61 izin. Dari 52 jenis izin/non izin yang dikelola oleh BP3MD pada tahun 2014, jumlah perizinan dan non perizinan yang diterbitkan tepat waktu terealisasi sebanyak 100 izin/non izin atau 52,91 % dari target tahun 2014 sebesar 189 izin/non izin. Bila dibandingkan dengan target 2018 maka realisasi jumlah perizinan dan non perizinan yang diterbitkan tepat waktu tahun 2014 sebanyak 100 izin/non izin terdapat silisih sebanyak 177 izin atau 63,90 %. Adapun penyebab tidak tercapainya target kinerja Jumlah Perizinan dan Non Perizinan yang diterbitkan Tepat Waktu tahun 2014 adalah 1. Perusahaan yang mengajukan izin belum dapat melengkapi izin- izin yang diperlukan karena izin terkait masih berada di kementerian atau SKPD lainnya. 2. Perizinan dan Non Perizinan yang dikelola oleh PTSP-BP3MD Provinsi Sumatera Selatan baru 52 jenis dari 157 jenis izin dan non izin yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut adalah : 1. Perlu harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur perizinan di pusat dan di daerah 2. Penyederhanaan jenis perizinan, prosedur dan persyaratan setiap jenis perizinan. 3. Kementerian/Lembaga dan daerah meninjau kembali peraturan persyaratan perizinan dan pendelegasian jenis perizinan di daerah. 4. Penguatan kelembagaan BPMPTSP diharapkan dapat lebih menjalin koordinasi dan sinergitas pelayanan dan informasi perizinan dan nonperizinan antara pusat dan daerah. 5. Sosialisasi kepada para pengusaha mengenai PTSP Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dan penyampaian perizinan secara on-line. Perkembangan indikator jumlah perizinan dan non perizinan yang diterbitkan tepat waktu dapat dilihat pada Tabel. 3. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 18

19 Jumlah Hari TABEL. 3 REKAPITULASI JUMLAH PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PTSP - BP3MD PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2009 S/D 2014 TAHUN Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Jumlah GRAND TOTAL 750 No INDIKATOR KINERJA 6. Jangka Waktu Perizinan dan Non Perizinan pada unit PTSP yang selesai sesuai dengan SOP CAPAIAN TAHUN 2014 SATUAN TARGET REALISASI % Hari Untuk indikator Jangka Waktu Perizinan dan Non Perizinan pada unit PTSP yang selesai sesuai dengan SOP, dapat dijelaskan sebagai jangka waktu (lamanya hari) yang digunakan pemerintah/ badan untuk menerbitkan/ mengeluarkan izin suatu perusahaan. Lamanya hari tersebut bergantung pada jenis-jenis bidang usaha yang akan dikeluarkan izin usahanya. Contohnya jangka waktu yang diperlukan untuk menerbitkan Izin Prinsip Penanaman Modal selama 7 hari, Izin Usaha Perluasan selama 8 hari, Izin Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing selama 3 hari, dan lain-lain. GRAFIK 6. JANGKA WAKTU PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA UNIT PTSP YANG SELESAI SESUAI SOP Target Realisasi Target Realisasi Jangka waktu perizinan dan non perizinan pada unit PTSP Waktu Perizinan dan Non Perizinan Pada Unit PTSP yang selesai sesuai SOP yang terealisasi pada tahun 2014 adalah selama 3 hari yang berarti mengalami kenaikan sebesar 33,3% dari tahun sebelumnya yakni pada tahun 2013, dimana lamanya hari yang dibutuhkan untuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 19

20 menyelesaikan proses perizinan di tahun 2013 selama 4 hari. Sementara itu bila dibandingkan dengan tahun 2012, lamanya hari yang digunakan untuk menyelesaikan proses perizinan adalah selama 6 hari yang mengalami kenaikan sebesar 50% lebih cepat di tahun Trend kenaikan dalam indikator tersebut disebabkan beberapa pelayanan yang dilaksanakan dapat dikerjakan tepat pada waktunya. Selain itu adanya peningkatan kualitas SDM yang dapat membantu dan prasarana serta sarana yang memadai. Adapun rekapitulasi keadaan pegawai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut: Rekapitulasi Pegawai BP3MD Prov. Sumatera Selatan Tahun 2014 Jumlah Kualifikasi Pangkat Jumlah Jumlah Pegawai Pendidikan dan Gol. Jumlah Eselon Jumlah Laki-Laki 35 Strata 2 20 IV 12 I - Perempuan 25 Strata 1 31 III 45 II 1 Diploma 3 2 II 3 III 5 SLTA 7 IV 11 TOTAL Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 20

21 3.1. Realisasi Anggaran Pada Tahun Anggaran 2014 Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan memiliki Pagu Dana sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- dengan persentase sebesar 96 %. Dan sisa anggaran sebesar Rp I. Belanja Tidak Langsung Berjumlah Rp dengan realisasi sebesar Rp ,- atau dengan persentase sebesar 96,79 % dan sisa anggaran Rp ,- II. Belanja Langsung Berjumlah Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- dengan persentase sebesar 95,14 % dan sisa anggaran belanja langsung tahun 2014 sebesar Rp ,- dengan sisa anggaran sebesar Rp ,- dengan rincian program dan kegiatan sebagai berikut: a) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Berjumlah Rp ,- dengan realisasi dana sebesar Rp ,- dengan persentase 94,21% dan sisa anggaran sebesar Rp., ,-. Adapun program ini, terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1) Penyediaan Jasa Surat menyurat, dengan pagu dana sebesar Rp ,-terealisasi sebesar Rp ,- dengan realisasi keuangan dan fisik sebesar 99,18 %. Sisa Anggaran Rp ,-. Hasil yang dicapai adalah terlaksananya jasa surat menyurat selama 12 bulan. 2) Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber Daya Air dan Listrik, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 91,29 %,. Sisa pagu anggaran sebesar Rp ,-. Hasil yang dicapai adalah terlaksananya penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air, internet dan listrik. 3) Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/ Operaional, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 91,96 %,. Sisa pagu anggaran sebesar Rp ,-. Hasil yang dicapai adalah terpenuhinya jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/ operasional. 4) Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp , dengan persentase 100%, realisasi fisik 100%. Hasil yang dicapai adalah terlaksananya kegiatan administrasi keuangan selama 12 bulan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 21

22 5) Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 99,39 %, realisasi fisik 100%. Hasil yang dicapai adalah terpenuhinya jasa kebersihan kantor selama 12 bulan. 6) Penyediaan Alat Tulis Kantor, dengan pagu dana sebesar Rp ,-terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 99,88%, realisasi fisik 100 %. Hasil yang dicapai adalah terpenuhinya alat tulis kantor selama 12 bulan. 7) Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 99,06 %, realisasi fisik 100%. Sisa pagu anggaran sebesar Rp Hasil yang dicapai adalah tersedianya barang cetakan dan penggandaan untuk 12 bulan sehingga pelaksanaan administrasi perkantoran berjalan lancar. 8) Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/ Penerangan Bangunan Kantor, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 43,88%, realisasi fisik 100%. Sisa pagu anggaran sebesar Rp ,-. Hasil yang dicapai adalah terpenuhinya jasa penyediaan komponen instalasi listrik dan bangunan kantor selama 12 bulan. 9) Penyediaan Bahan Bacaan dan Perundang-Undangan, dengan pagu dana sebesar Rp , terealisasi sebesar Rp , dengan persentase 99,05%, realisasi fisik 100%. Sisa pagu anggaran sebesar Rp ,-. Hasil yang dicapai adalah tersedianya bahan bacaan dan perundang-undangan selama 12 bulan. 10) Penyediaan Makanan dan Minuman, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase keuangan 94,20%, realisasi fisik 100%. Sisa pagu anggaran sebesar Rp ,- Hasil yang dicapai adalah tersedianya makanan dan minuman selama 12 bulan. 11) Penyediaan Jasa Pendukung Administrasi Teknis/ Perkantoran, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 100%, realisasi fisik 100%. Hasil yang dicapai adalah terpenuhinya jasa pendukung administrasi teknis/ perkantoran selama 12 bulan. 12) Penyediaan Jasa Tutor SKJ, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 100%, realisasi fisik 100%. Hasil yang dicapai adalah terpenuhinya jasa tutor SKJ selama 11 bulan. 13) Penyediaan Peralatan dan Bahan Pembersih, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 100%, realisasi fisik 100%. Hasil Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 22

23 yang dicapai adalah terpenuhinya penyediaan peralatan dan bahan pembersih selama 12 bulan. 14) Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam Daerah, Luar Daerah, dan Luar Negeri, dengan pagu dana sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- dengan persentase 99,22%, realisasi fisik 100%. Sisa pagu anggaran sebesar Rp ,- Hasil yang dicapai adalah terlaksananya koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah, luar daerah, dan luar negeri. b) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Memiliki pagu dana sebesar Rp , yang memiliki persentase sebesar 94,75% dari realisasi dana di tahun 2014 sebesar Rp ,- dan sisa anggaran Rp ,-. Kegiatan ini untuk pengadaan peralatan dan perlengkapan gedung kantor, pemeliharaan berkala peralatan gedung kantor, rehabilitasi gedung kantor, dan pemeliharaan gedung kantor. c) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Mempunyai pagu dana sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- dengan persentase sebesar 99,48%. Sisa pagu anggaran Rp ,- Program ini digunakan untuk membiayai rapat koordinasi teknis dengan kabupaten/kota. d) Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Mempunyai pagu dana sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- persentase sebesar 96,40%. Sisa anggaran sebesar Rp ,-. Program ini terdiri dari 5 (lima) kegiatan yang tersebar di bidang-bidang teknis pada BP3MD Provinsi Sumatera Selatan. e) Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mempunyai pagu dana sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- persentase sebesar 92,60%. Sisa pagu anggaran sebesar Rp ,- Program ini terdiri dari 2 (dua) kegiatan yaitu penyederhanaan prosedur perizinan dan peningkatan penanaman modal serta pengembangan sistem informasi penanaman modal. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 23

24 Ket. Gambar : Gubernur Sumatera Selatan H. Alex Noerdin dan Wakil Gubernur Ishak Mekki saat menerima penghargaan Investment Award, dimana dalam pelaksanaannya Sumatera Selatan berhasil mendapatkan penghargaan Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Terbaik Kedua Nasional, dimana termasuk dalam 40 Nominasi Penyelenggara PTSP dari 33 Provinsi seluruh Indonesia selama 3 tahun berturut-turut yakni pada tahun 2010 dan 2012 dan Penghargaan Investment Award tersebut dihadiri oleh Gubernur Sumatera Selatan dan Wakil Gubernur yang sekaligus menerima penghargaan dari Pemerintah Pusat yang diserahkan langsung oleh Menko Perekonomian Ir. Hatta Radjasa (Tahun 2010), Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi (Tahun 2012) dan Mahendra Siregar (Tahun 2014). Adapun penghargaan tersebut diberikan di Jakarta pada tanggal 02 November 2010, 12 November 2012 dan 7 Oktober Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 24

25 BAB IV PENUTUP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan yang disajikan ini berisikan pelaksanaan dari serangkaian rencana program dan sasaran yang mengacu kepada 5 (lima) tujuan dari Rencana Strategis (RENSTRA) Provinsi Sumatera Selatan Tahun Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan menyadari bahwa beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan perlu mendapatkan perhatian untuk perbaikan dan evaluasi, agar dapat meningkatkan kinerja yang sudah dicapai. Input berupa Sumber Daya Manusia baik kuantitas maupun kualitas dan ketersediaan fasilitas penunjang masih menjadi permasalahan dan kendala utama dalam melaksanakan program kegiatan. Selanjutnya disadari juga bahwa pembuatan LAKIP BP3MD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, baik dari susunan penulisan maupun dalam menganalisa. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan akuntabilitas kinerja ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya demi meningkatkan kinerja BP3MD Provinsi Sumatera Selatan. Palembang, 2015 Kepala BP3MD Provinsi Sumatera Selatan, H. MAULAN AKLIL, S.IP., M.Si Pembina Tk. I NIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) BP3MD Ta.2014 Page 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran 2015 ditetapkan dengan Peraturan Daerah Sumatera Selatan Nomor 22 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Singkat Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Sumedang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja OPD (Renja OPD) adalah dokumen perencanaan OPD untuk periode satu tahun, yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 BKPM. Indikator. Kinerja Utama PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 1/P/2009 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Tahun 2015 BP3MD Prov. Sumsel Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Tahun 2015 BP3MD Prov. Sumsel Page 1 BAB I PENDAHULUAN Peraturan dan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan komitmen politik pemerintah untuk menata kembali dan meningkatkan sistem, mekanisme, prosedur dan kualitas proses perencanaan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun 2014 1 PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita Bangsa Bernegara.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD Dalam melaksanakan tugas setiap pejabat struktural dan pejabat fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BADAN PELAYANAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL RENCANA STRATEGIS (RENSTRA 214-218) BAB 1 : PENDAHULUAN BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 1.1.

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI 1. VISI BPM-P2TSP KAB. KEDIRI Visi merupakan cara pandang jauh ke depan dari suatu lembaga/institusi yang harus dibawa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

URAIAN sebelum perubahan

URAIAN sebelum perubahan URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI : 1.16. - PENANAMAN MODAL : 1.16.01. - BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KODE REKENING 1.16.1.16.01.00.00.4. 1.16.1.16.01.00.00.8. 1.16.1.16.01.00.00.4.1.

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PROGRAM DPM KABUPATEN BENGKULU UTARA TANGGAL 01 PEBRUARI 2017

PROGRAM DPM KABUPATEN BENGKULU UTARA TANGGAL 01 PEBRUARI 2017 PROGRAM DPM KABUPATEN BENGKULU UTARA TANGGAL 01 PEBRUARI 2017 VISI DAN MISI Misi VISI Terwujudnya Iklim Investasi Yang Kondusif dan Pelayanan Perizinan, Non Perizinan Yang Prima. Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA BADAN KERJASAMA DAN PENANAMAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Yang menjadi dasar hukum dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi serta penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) B PMPT Provinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA SKPD KOTA TANGERANG LATAR BELAKANG, MAKSUD DAN TUJUAN Latar Belakang Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efisien dan efektif

Lebih terperinci

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU Pejabat : Drs. Indra Taruna Alamat Kantor : Jln. Soekarno-Hatta No.14 Kediri No. Telepon : (0354) 681227, 681741, 686099 No. Fax : (0354)

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Program dan Kegiatan adalah cara untuk melaksanakan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB PENANAMAN MODAL

URUSAN WAJIB PENANAMAN MODAL 4.1.16 URUSAN WAJIB PENANAMAN MODAL 4.1.16.1 KONDISI UMUM Proses pembangunan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan perekonomian ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA SKPD KOTA TANGERANG LATAR BELAKANG, MAKSUD DAN TUJUAN Latar Belakang Badan Pelayanan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPPMPT) Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2017

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2017 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2017 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MINAHASA TENGGARA RENJA 2017 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU 1 DAFTAR ISI BAB I

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016

LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016 LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN NOMOR : 050/47/437.74/2016 1. Jabatan : Sekretaris 2. Tugas : Mengkoordinasikan penyusunan rencana program dan kegiatan, melaksanakan pelayanan administrasi umum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG NO DPA SKPD 1.16 01 02 05 5 2 URUSAN PEMERINTAHAN 1.16. 1.16 Urusan Wajib Penanaman Modal ORGANISASI

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

- 1 - BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH - 1 - BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu TUGAS POKOK DAN FUNGSI Badan Koordinasi dan Perizinan Terpadu NO STRUKTUR TUGAS POKOK FUNGSI I Badan Koordinasi dan Perizinan Terpadu Membantu Gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan di bidang penanaman

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN, PEMBINAAN, DAN PELAPORAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL, DAN PENDELEGASIAN KEWENANGAN PERIZINAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (BPMPPTSP) KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH APBD PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN REKAPITULASI KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH APBD PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2015 LAPORAN REKAPITULASI KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH APBD PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2015 SATUAN KERJA : BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL & PELAYANAN TERPADU SASARAN NO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NO INDIKATOR INDIKATOR KINERJA BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN KONDISI KINERJA AWAL TARGET CAPAIAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 KONDISI AKHIR TAHUN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tertib administrasi pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Karimun, Dinas Kependudukan Catatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.221, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Pelayanan Terpadu. Satu Pintu. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Program Utama Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai visi misi Kantor Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal maka ditentukan oleh ketersedian anggaran

Lebih terperinci

RENJA TAHUN 2017 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2018

RENJA TAHUN 2017 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2018 RENJA TAHUN 2017 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2018 Organisasi/SUB SKPD : 2.12.01.01 - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu KODE Urusan/Bidang Urusan Pemerintah Daerah dan Program/Kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 37/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan disusun dengan mengacu pada Renstra Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sulawesi Selatan 2013-2018, Renstra

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI GRESIK : bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Bagian Pembangunan Tahun 2015 RENCANA KINERJA

Rencana Kinerja Bagian Pembangunan Tahun 2015 RENCANA KINERJA RENCANA KINERJA BAGIAN PEMBANGUNAN SETDA KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 1 KATA PENGANTAR Dengan Mengucap puji syukur Kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmatnya akhirnya dapat disusun Rencana Kinerja Bagian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 30 Tahun 2005 tanggal 16 Nopember 2005, maka Nomenklatur Badan Pengawas Daerah Kabupaten Banyuasin

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 1 TAHUN 201 31 December 201 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN IKLIM PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

BAB III DESKRIPSI INSTANSI BAB III DESKRIPSI INSTANSI A. Sejarah Singkat Diterbitkannya Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 4 Tahun 2008

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN KARANGANYAR BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016 BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN SATU PINTU KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan.

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI, TATA KERJA, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG BAGIAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Sebagai tindak lanjut instruksi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 17 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN GEDEBAGE KOTA BANDUNG 2.1. TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN GEDEBAGE KOTA BANDUNG 2.1. TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN GEDEBAGE KOTA BANDUNG 2.1. TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI KECAMATAN GEDEBAGE 2.1.1. TUGAS POKOK Tugas Pokok Kecamatan Gedebage mengacu kepada Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N Sebagaimana diketahui bahwa Renstra Kabupaten bandung 2010-2015 telah dilaksanakan dan dijadikan pedoman sebagai arah kebijakan dan penjabaran implementatif

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUDUS 2013 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci