BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tempat Penelitian a. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta beralamat di Kompleks Balaikota Jalan Kenari No. 56, Yogyakarta, Telp. (0274) , Kode Pos: Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memiliki motto anda berpartisipasi, kami memfasilitasi untuk hidup sehat. Sedangkan tugas pokok dan fungsinya adalah sebagai berikut memasyarakatkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat serta surveilans di masyarakat, meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat melalui community deal. Visi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yaitu menjadi fasilitator, motivator, regulator dan pemberi pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan menuju masyarakat sehat dan mandiri, meningkatnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, meningkatnya Sistem Informasi Kesehatan Berbasis Data yang Akurat, meningkatnya Jejaring Kerja antara Masyarakat, Pemerintah dan Swasta, 35

2 36 meningkatnya Fungsi Regulasi Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan, dan meningkatnya Ketersediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Struktur organisasi Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut: Sumber: kesehatan.jogjakota.go.id Bagan 1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta b. Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah (UPT PJKD) Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 46 Tahun 2012 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Fungsi dan Rincian Tugas Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah dan Pusat Kesehatan Masyarakat, pembentukan UPT PJKD bertujuan untuk menunjang operasional Dinas Kesehatan dalam bidang pelayanan jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah.

3 37 1) Kedudukan, Fungsi dan Rincian Tugas a) Kedudukan Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah (UPT PJKD) adalah UPT untuk menunjang operasional Dinas Kesehatan dalam bidang pelayanan jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah. UPT PJKD dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. b) Fungsi UPT PJKD mempunyai fungsi pelaksanaan kegiatan operasional penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah. c) Rincian Tugas Untuk melaksanakan fungsinya, UPT PJKD mempunyai rincian tugas: (1) Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah. (2) Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan penyelenggara jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah.

4 38 (3) Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan, dan pembinaan serta petunjuk teknis sesuai bidang tugasnya. (4) Melaksanakan pelayanan jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah. (5) Melaksanakan penerbitan kartu peserta jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah. (6) Menyusun pedoman pemanfaatan dan mekanisme penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat dan pegawai daerah. (7) Menyiapkan bahan kerjasama dengan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) atau sarana pelayanan kesehatan lain. (8) Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT. (9) Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPT. (10) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. 2) Struktur Organisasi Susunan organisasasi UPT PJKD Kota Yogyakarta terdiri dari: (1) Kepala UPT: Drg. Umi Nur Chariyati, M. Ph. (2) Sub Bagian Tata Usaha: Kustini, S. SiT. (3) Verifikator: Sri Nuryanti, S. SiT.

5 39 2. Deskripsi Data a. Gambaran Umum tentang Kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) Kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) mulai dilaksanakan di Indonesia pada 1 Januari 2012 yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2562/MENKES/PER/ XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Jaminan persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Tujuan Jampersal secara umum adalah meningkatkan akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB. Sesuai dengan tujuan Jampersal, maka sasaran Maka, sasaran yang dijamin adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan), dan bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). 1) Kebijakan Operasional a) Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) yang merupakan bagian intregal dari Jamkesmas dan dikelola mengikuti tata kelola Jamkesmas.

6 40 b) Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat Jaminan Persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi lahir dan KB pasca persalinan. c) Penerima manfaat Jaminan Persalinan mencakup selurauh sasaran yang belum memiliki Jaminan Persalinan. d) Penerima manfaat Jaminan Persalinan didorong unutk mengikuti program KB pasca persalinan (dengan membuat surat pernyataan). e) Penerima manfaat Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama pemerintah (puskesmas dan jaringannya) dan swasta serta fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (rumah sakit) pemerintah dan swasta (berdasarkan rujukan) di rawat inap kelas III. f) Fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta seperti bidan praktik mandiri, klinik bersalin, dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini harus mempunyai perjanjian kerjasama (PKS) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK atas nama Pemerintah Daerah setempat yang mengeluarkan ijin praktiknya. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan baik pemerintah maupun swasta harus mempunyai

7 41 perjanjian kerjasama (PKS) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/ Kota yang diketahui oleh Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Provinsi. g) Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). h) Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan dengan cara klaim. i) Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani sasaran Jaminan Persalianan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim kepada Tim Pengelola/ Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada daerah asal sasaran Jaminan Persalinan tersebut. j) Bidan Desa dalam wilayah kerja Puskesmas yang melayani Jaminan Persalinan diluar jam kerja Puskesmas yang berlaku di wilayahnya, dapat menjadi Bidan Praktik Mandiri sepanjang yang bersangkutan memiliki Surat Ijin Praktik dan mempunyai Perjanjian Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK atas nama Pemerintah Daerah. k) Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan dan

8 42 prinsip porbabilitas dengan demikian Jaminan Persalinan tidak mengenal batas wilayah. l) Untuk menjamin kesinambungan dan pemerataan pelayanan, Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dapat melakukan realokasi dana antar kabupaten/ kota, dengan mempertimbangkan penyerapan dan kebutuhan daerah serta disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada secara nasional. 2) Ruang Lingkup Jampersal Ruang lingkup Jaminan Persalinan terdiri dari pelayanan tingkat pertama, pelayanan tingkat lanjutan, dan pelayanan persiapan rujukan. Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenan memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca persalinan, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB pasca persalinan) tingkat pertama. Jenis pelayanan Jaminan Persalinan di tingkat pertama meliputi: a) Pelayanan Ante-Natal Care (ANC) sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali. b) Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir.

9 43 c) Pertolongan persalinan normal. d) Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas Pelayanan Obsterik Neonatal Emergensi Dasar (PONED). e) Pelayanan nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali. f) Pelayanan KB pasca persalinan serta komplikasinya. g) Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/ bayinya. h) Penatalaksanaan rujukan kasus ibu dan bayi baru lahir dengan komplikasi dilakukan sesuai standar pelayanan KIA. Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada kondisi ketergawatdaruratan kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/ bayinya. Jenis pelayanan persalinan di tingkat lanjutan meliputi: a) Pemerikasaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti).

10 44 b) Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama. c) Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat persalinan. d) Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti). e) Penatalaksanaan KB paska salin dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) atau kontrasepsi mantap (Kontrap) serta penanganan komplikasi. Sedangkan pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan karena keterbatasan SDM dan keterbatasan peralatan dan obat-obatan, dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan paripurna yang lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan, dan pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan. 3) Pendanaan Jampersal Dana Jaminan Persalinan bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan yang dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan. Alokasi dana Jamkesmas pelayanan

11 45 kesehatan dasar di Kabupaten/ Kota diperoleh atas perhitungan jumlah masyarakat miskin dna tidak mampu sebagai sasaran Jamkesmas. Sedangkan alokasi dana Jaminan Persalinan di Kabupaten/ Kota diperhitungkan berdasarkan estimasi proyeksi jumlah bumil peserta Jamkesmas dan sasaran bumil penerima manfaat Jaminan Persalinan yang belum memiliki jaminan persalinan di daerah tersebut dikaliakn total besaran biaya paket pelayanan persalinan tingkat pertama. Alokasi dana Jaminan Persalinan di PPK tingkat lanjutan/ rujukan diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah bumil peserta Jamkesmas dan sasaran bumil penerima mafaat Jaminan Persalinan yang belum memiliki Jaminan Persalinan dengan risiko tinggi/ dengan komplikasi yang perlu mendapatkan penanganan di PPK lanjut/ rujukan di daerah tersebut dikalikan rata-rata besaran biaya paket pelayanan persalinan risiko tinggi/ dengan komplikasi menurut INA CBGs. b. Proses Implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta Tahun 2013 Pemerintah Pusat maupun daerah di Indonesia telah membuat dan melaksanakan berbagai macam kebijakan khususnya tentang pemasalahan kesehatan. Salah satu kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan adalah Kebijakan Jampersal. Kebijakan Jampersal

12 46 merupakan kebijakan yang khusus ditujukan untuk ibu hamil dan bayi yang baru lahir. Implementasi Kebijakan Jampersal dilakukan oleh pemerintah telah melewati beberapa tahap terlebih dahulu. Tahap-tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan, dan tahap pengawasan. Implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta juga melewati tahap-tahap tersebut. Latar belakang Kebijakan Jampersal adalah untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi sesuai dengan tujuan dalam MDGs. Hal itu dikarenakan meningkatnya angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan. Pada tahap persiapan ini, pemerintah daerah hanya menunggu petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Hal itu dikarenakan Kebijakan Jampersal merupakan kebijakan dari pemerintah pusat yang kemudian diimplementasikan oleh daerah sehingga pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta) hanya sebagai regulator. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Ibu Yanti, verifikator UPT PJKD Kota Yogyakarta dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan: Kebijakan Jampersal merupakan kebijakan dari pemerintah pusat, jadi semua persiapan dilakukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah cuma sebagai pelaksana, juknis dan dana dari regulasi pemerintah pusat. Dinas kesehatan Kota Yogyakarta sebagai regulator saja.

13 47 Pihak/ lembaga yang terlibat dalam persiapan implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta yaitu Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melalui UPT PJKD Kota Yogyakarta, rumah sakit baik pemerintah maupun swasta, Puskemas dan bidan praktik di Kota Yogyakarta yang telah bekerja sama. Di Kota Yogyakarta, ada 12 rumah sakit yang bekerja sama yaitu RSUD Kota Yogyakarta, RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, RS Bethesda Yogyakarta, RS Bethesda Lempuyangwangi, RS Panti Rapih Yogyakarta, RS Khusus Respira (BP4) Yogyakarta, RS Ludira Husadatama Yogyakarta, RSI Hidayatullah Yogyakarta, RS KB Soedirman Yogyakarta, RS Happyland Yogyakarta, RS DKT Soetarto Yogyakarta, RSK Permartabunda Yogyakarta, RS PKU Muhammadiyah Kotagede, dan RS Empat Lima Yogyakarta. Kebijakan Jampersal juga berkerja sama dengan 18 Puskesmas yang tersebar di wilayah Kota Yogyakarta yaitu Danurejan I, Danurejan II, Gedongtengen, Gondokusuman I, Gondokusuman II, Gondomanan, Kotagede I, Kotagede II, Kraton, Mantrijeron, Ngampilan, Pakualaman, Umbulharjo I, Umbulharjo II, Wirobrajan, Jetis, Tegalrejo, dan Mergangsan. Serta ada 12 bidan dan rumah bersalin yaitu BPS Pipin, BPS Mudjidah, BPS Sarmini, BPS Dian, BPS, Endang, BPS Realino, BPS Pury Adisty, BPS Tri Ratih, BPS Sang Timur, RB Sarbini Dewi, dan RB Rumah Zakat.

14 48 Dalam persiapan implementasi Kebijakan Jampersal ini Dinas Kesehatan tidak lepas tangan begitu saja dan menunggu juknis dari pemerintah pusat. Hal itu dikarenakan keterlambatan distribusi buku petunjuk teknis (juknis) Jaminan Persalinan. Distribusi buku tersebut seharusnya sampai ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebelum 1 Januari 2012, namun buku juknis tersebut baru sampai ke Dinas Kesehatan pertengahan Januari. Masalah keterlabambatan juknis tersebut diatasi dengan membuat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Nomor 34A Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Persalinan di Kota Yogyakarta. Keputusan Kepala Dinas tersebut ditetapkan pada tanggal 4 Januari Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Yanti, verifikator UPT PJKD, dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan: Petunjuk teknis Jampersal termasuk terlambat sampai ke Kota Yogyakarta. Jadi pihak Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta membuat Juknis Sementara yang tertuang dalam Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Nomor 34A Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Persalinan di Kota Yogyakarta. Jadi Juknis pusat dengan Juknis yang dibuat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sedikit berbeda. Perbedaan itu terletak pada klaim anggaran. Keputusan tersebut juga bertujuan untuk menyesuaikan pelaksanaan Kebijakan Jampersal dengan sosial dan ekonomi di Kota Yogyakarta.

15 49 Berikut tabel perbedaan Tarif Jaminan Persalinan: Tabel 2. Tarif Pelayanan Jampersal pada Pelayanan Tingkat Pertama dari Pemerintah Pusat No Jenis Pelayanan Frekuensi Tarif Rp. Jumlah Rp. 1. Pemeriksaan 4 kali Kehamilan (ANC) 2. Persalinan Normal 1 kali Pelayanan Ibu Nifas 4 kali dan Bayi Baru Lahir 4. Pelayanan Pra Rujukan pada Komplikasi Kebidanan dan Neonatal 1 kali a. Pelayanan Penanganan Pendarahan Pasca Keguguran, Persalinan per Vaginam dengan tindakan Emergensi Dasar. 1 kali b. Pelayanan Rawat Inap untuk Bayi Baru Lahir Sakit c. Pelayanan Tindakan Pasca Persalinan (Misal: Manual Plasenta) 6. KB Pasca Persalinan: a. Jasa pemasangan alat kontrasepsi (KB): 1) IUD dan Implant 2) Suntik b. Penanganan Komplikasi KB pasca persalinan 1 kali Sesuai tarif rawat inap puskes-mas perawat-an yang berlaku 1 kali kali 7. Transport Rujukan Setiap kali (PP) Sesuai tarif rawat inap puskes-mas perawat-an yang berlaku kali Besaran biaya transport sesuai dengan Standar Biaya Umum (SBU) APBN, standar biaya transportasi yang berlaku di daerah Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2562/ MENKES/ PER/ XII/2011 Tanggal, 27 Desember 2011.

16 50 Tabel 3. Tarif Pelayanan Jampersal pada Pelayanan Tingkat Pertama dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta No Jenis Pelayanan Frekuensi Tarif Rp. Jumlah Rp. 1. Pemeriksaan Kehamilan 4 kali Persalinan Normal 1 kali Pelayanan Ibu Nifas dan Bayi 4 kali Baru Lahir 4. Pelayanan Pra Rujukan pada 1 kali Komplikasi Kebidanan dan Neonatal 5. Pelayanan Penanganan 1 kali Pendarahan Pasca Keguguran, Persalinan per Vaginam dengan tindakan Emergensi Dasar 6. Pelayanan Tindakan Pasca 1 kali Persalinan (Misal: Manual Plasenta) 7. Pelayanan Rawat Inap untuk Komplikasi selama Kehamilan, Persalinan dan Nifas serta Bayi Baru Lahir 8. Pelayanan Rawat Inap untuk Bayi Baru Lahir Sakit 9. Pelayanan Darah Khusus Bagi Penduduk yang Mempunyai KTP dan C1 Kota Yogyakarta 1 kali Sesuai tarif rawat inap puskesmas perawatan yang berlaku 1 kali Sesuai tarif rawat inap puskesmas perawatan yang berlaku 1 kantong Sesuai tarif rawat inap puskesmas perawatan yang berlaku Sesuai tarif rawat inap puskesmas perawatan yang berlaku Keterangan Dana APBN Dana APBD Kota Yogyakarta (program Life Saving) Sumber: Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Nomor 34A Tahun 2012.

17 51 Pada tabel di atas bisa dilihat bahwa tarif yang dikenakan hampir sama. Perbedaan hanya terletak pada biaya transportasi dan pelayanan darah bagi penduduk yang punya KTP dan C1 Kota Yogyakarta. Pelayanan darah bagi penduduk juga diambil dari dana APBD Kota Yogyakarta, dan hal tersebut tidak tertuang dalam juknis dari pusat. Proses sosialisasi Kebijakan Jampersal yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melalui UPT PJKD tidak terlalu sulit. Hal ini dikarenakan sudah ada Kebijakan Jamkesmas yang telah dilaksanakan sebelum Kebijakan Jampersal ada. Sosialisasi dilakukan oleh UPT PJKD dengan melakukan koordinasi dengan puskesmas yang telah bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Hal itu dijelaskan oleh Ibu Yanti pada wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan: Sosialisasi Kebijakan Jampersal tidak terlalu sulit. Soalnya Jampersal merupakan bagian dari Jamkesmas. Sosialisasi Program Jampersal tidak ada anggaran khusus. Proses sosialisasi di rumah sakit, puskesmas dan bidan dilakukan dengan memberikan petunjuk teknis (juknis) Jampersal yang telah ada. Juknis tersebut sudah mencakup semua hal-hal mengenai Kebijakan Jampersal, sehingga pihak-pihak terkait bisa melakukan pelayanan sesuai juknis. Ibu Jumirah, dalam wawancara tanggal 25 Juni 2014 mengatakan : Tidak ada sosialisasi khusus dari Dinkes Kota Yogya. Adanya juknis yang dibagikan ke puskesmas dan puskesmas memberikan pelayanan seperti ada yang di juknis tersebut.

18 52 Hal itu juga dibenarkan Ibu Dian, bidan, pada wawancara tanggal 26 Juni 2014 yang mengatakan: Sosialisasi Program Jampersal ke saya, saya diberikan juknis Jampersal dari UPT PJKD dan diberikan surat perjanjian kerjasama dengan Dinas Kesehatan melayani pasien Jampersal. Berbeda dengan rumah sakit dan puskesmas, sosialisasi ke bidan disertai surat penawaran kerjasama. Hal itu disampaikan Ibu Yanti pada tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan: Untuk rumah sakit dan puskesmas sudah otomatis, apalagi yang sebelumnya sudah kerjasama untuk Jamkesmas. Tapi untuk bidan, diberikan juga surat penawaran kerjasama. Ada beberapa yang menolak, tapi kebanyakan mau bekerjasama. Surat penawaran ini dikirim melalui pos ke bidan-bidan yang ada di wilayah Kota Jogja. Dan bidan tinggal membalas mau apa tidak untuk kerjasama. Jadi menurut pernyataan di atas, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta ataupun UPT PJKD tidak bisa memaksakan bahwa semua bidan yang ada di wilayah Kota Yogyakarta harus bekerjasama dalam melakukan pelayanan Jampersal. Kerjasama hanya dilakukan apabila bidan bersedia untuk memberikan pelayanan Jampersal. Sosialisasi tidak hanya dilakukan ke rumah sakit, puskesmas, dan bidan saja, namun dilakukan kepada masyarakat juga.. Ibu Yanti dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 mengungkapkan: Sasaran sosialisasi Jampersal di kelurahan berjumlah 45 kelurahan di wilayah Kota Yogyakarta. Sosialisasi di kelurahan-

19 53 kelurahan tersebut melibatkan pengurus kelurahan RT/RW setempat. Mekanisme ya dengan mengumpulkan pengurus kelurahan tersebut dan diberikan sosialisasi. Namun ada sedikit kendala dalam sosialisasi ke kelurahankelurahan. Ibu Yanti pada wawancara tanggal 16 Juni 2014 mengatakan: Untuk sosialisasi ke kelurahan, mengapa dikumpulkan pengurusnya terus diberikan sosialisasi karena kita (UPT PJKD) kekurangan tenaga. Jadi lebih gampangnya dengan cara tersebut dan informasi tentang Jampersal bisa merata ke seluruh warga, mengingat juga ada 45 kelurahan. Akan tetapi berbeda dengan pendapat dari Ibu Suriyati, 32 tahun, warga Kelurahan Gowongan, pengguna layanan Jampersal, pada wawancara tanggal 20 Juni 2014 di rumahnya mengatakan: Kayaknya untuk sosialisasinya belum merata mas. Saya saja tahu dari mulut ke mulut, dan tahu dari banner yang ada di Puskesmas Jetis. Kalau dari perangkat kelurahan cuma sekedar memberitahu kalau ada Program Jampersal, tapi banyak juga yang belum tau apa itu Jampersal. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/ Menkes/ Per/ XII/ 2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan Kebijakan Jampersal berlaku pada tanggal 1 Januari Kebijakan Jampersal ini serentak dilaksanakan di Indonesia. Hal yang sama dikemukakan oleh Ibu Yanti, pada wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan: Implementasi Jampersal dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari 2012 mas. Implementasi itu berlaku serentak di seluruh wilayah Indonesia.

20 54 Ibu Jumirah, pada wawancara pada tanggal 25 Juni 2014 membenarkan dengan mengatakan: Pelaksanaan Jampersal disini dan puskesmas lain sama yaitu mulai tanggal 1 Januari Sebelumnya juga sudah ada kabar dari dinas kesehatan bahwa akan ada Kebijakan Jampersal. Pelayanan Jampersal pada tahun 2012 dan 2013 sama, namun ada perbedaan pada klaim biaya. Pelaksanaan Jampersal tahun 2013 menggunakan dasar Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Nomor 212 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Persalinan di Kota Yogyakarta. Hal itu disampaikan Ibu Yanti dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan: Pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta menggunakan petunjuk teknis yang dibuat Kepala Dinas Kesehatan Kota. Untuk tahun 2012 itu menggunakan Keputusan Kepala Dinas Nomor 34a, sedangkan untuk tahun 2013 menggunakan Keputusan Kepala Dinas Nomor 212. Pelaksanaan Jampersal tahun 2012 dan 2013 untuk syarat dan prosedur pelayanannya sama. Perbedaan petunjuk teknis tahun 2012 dengan tahun 2013 adalah klaim biaya pelayanannya saja. Ibu Yanti dalam wawancara pada tanggal 16 Juni 2014 mengatakan: Sebenernya pelaksanaan Jampersal tahun 2012 dengan 2013 sama petunjuk teknis dan prosedurnya. Yang beda adalah klaim biayanya saja. Tahun 2013 itu semua klaim biaya naik 5ribu. Jadi yang tadinya jadi untuk pelayanan K1.

21 55 Implementasi Jampersal pada awalnya belum banyak mengundang masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan tersebut. Hal itu dikarenakan pada awal Jampersal diimplementasikan, sudah ada Program Jamkesmas yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Ibu Yanti pada wawancara tanggal 16 Juni 2014 mengatakan: Pada awal pelaksanaan Program Jampersal masih belum banyak yang memakainya. Tapi pada Tahun 2013, ibu hamil yang menggunakan pelayanan sudah cukup banyak. Bisa mas lihat di laporannya pada Tahun Hal serupa juga disampaikan Ibu Jumirah pada wawancara tanggal 25 Juni yang mengatakan: Pada Tahun 2013, karena Jampersal sudah setahun berjalan. Jadi masyarakat sudah tahu program ini, sehingga ibu hamil sudah banyak yang memakai pelayanan Jampersal khususnya di Puskesmas Jetis ini. Implementasi Kebijakan Jampersal bersifat nasional. Jadi pelayanan tidak hanya dilakukan kepada penduduk Kota Yogyakarta, tetapi warga luar kota yang tinggal di Kota Yogyakarta. Hal itu disampaikan Ibu Yanti dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 yang mengatakan: Seluruh warga yang tinggal di Kota Yogyakarta baik lokal maupun dari luar kota, berhak menerima Jampersal. Mengingat program Jampersal bersifat nasional, jadi seluruh warga khususnya bumil berhak mendapat pelayanan Jampersal di manapun berada. Berikut data pengguna layanan Jampersal selama Tahun 2013:

22 56 Tabel 4. Jumlah Pelayanan Jampersal Persalinan di Puskesmas dan Bidan di Kota Yogyakarta tahun 2013 No. Bulan Jumlah ibu hamil yang melakukan persalinan Dalam Kota Luar Kota 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Sumber: Data Laporan Puskesmas 2013 Keterangan: tabel di atas diambil dari laporan 18 puskesmas dan 13 bidan praktik mandiri yang mengirim laporan ke UPT PJKD setiap bulan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah ibu hamil yang melakukan persalinan cukup banyak. Respone dari warga yang berasal dari luar kota pun cukup bagus, itu dibuktikan dengan banyaknya jumlah penerima Jampersal dari luar kota yang sepertiga dari jumlah penerima Jampersal asli warga Kota Yogyakarta. Pelaksanaan pelayanan Jampersal sepenuhnya diserahkan UPT PJKD Kota Yogyakarta ke pihak yang telah bekerjasama. Pelayanan yang dilakuakan berdasarkan juknis yang ada. Hal itu berkaitan dengan

23 57 kesetaraan pelayanan terhadap seluruh penerima Jampersal. Alur pelayanan juga dilaksanakan sesuai dengan juknis yang telah ada. Berikut alur pelayanan Jampersal: PASIEN PUSKESMAS DAN JARINGANNYA UPT PJKD untuk: 1. Verifikasi Adm. 2. Klaim Biaya Membawa identitas: 1. Fotokopi KTP/ C1. 2. Fotokopi lembar identitas dan pelayanan pada buku KIA. 3. Buku KIA/ Kartu Ibu. Untuk Buku KIA: Puskesmas menuliskan Jampersal Untuk peserta Jamkesmas: Fotokopi Kartu Jamkesmas 1. Petugas mencatat pelayanan pada lembar fotokopi Buku KIA. 2. Petugas mencatat pelayanan pada Buku KIA. 3. Fotokopi lembar Buku KIA dan identitas ditinggal di Puskesmas. 4. Buku KIA diberikan pasien Jika tidak mempunyai identitas dan Buku KIA: pasien menandatangani lembar yang disediakan Puskesmas sebagai bukti pelayanan yang sah. Syarat: 1. Identitas pasien/ bukti pelayanan sah yang ditandatangani pasien dan petugas. 2. Rekapitulasi laporan. Jika tidak ada Buku KIA, dicatat diregistrasi yang sah/ Buku KIA diberikan pada saat memberikan pelayanan. *Untuk rawat inap: 1. Ditambah fotokopi keterangan persalinan dan pelayanan yang diberikan. 2. Partograf 3. Tembusan surat rujukan. Sumber: Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan Bagan 2. Alur Pelayanan Jampersal

24 58 Namun pada 1 Januari Tahun 2014 Kebijakan Jampersal dihapuskan oleh pemerintah pusat, sehubungan dengan adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). BPJS sendiri berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Kebijakan Jampersal sebenarnya tidak dihentikan begitu saja, tapi secara tidak langsung pelayanan Jampersal dialihkan ke BPJS. Di Kota Yogyakarta juga sudah tidak ada Jampersal, akan tetapi pelayanan untuk ibu yang melahirkan masih ada. Namun, pelayanan tersebut hanya untuk warga yang memiliki KTP Kota Yogyakarta. Ibu Yanti dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 menyampaikan: Pada 1 Januari 2014 Kebijakan Jampersal memang sudah dihentikan, dan dialihkan ke BPJS. Tapi kalau di Kota Jogja pelayanan seperti Jampersal masih dilaksanakan, tapi hanya untuk yang punya KTP Jogja. Soalnya kalau luar kota kita juga tidak berani menjamin dan akan sulit proses klaim biayanya. Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Umi dalam wawancar tanggal 16 Juni 2014 yang menyampaikan: Kebijakan Jampersal per tanggal 1 Januari 2014 sudah tidak berlaku lagi. Jampersal digantikan BPJS oleh pemerintah. Tapi, dinas kesehatan Kota Jogja masih memberikan bantuan dana bagi ibu hamil yang melakukan persalinan di Puskesmas. Dana untuk klaim biaya persalinan tadi diambil dari APBD Kota Jogja. Setiap kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah selalu ada pengawasan dalam pelaksanaannya. Implementasi Kebijakan Jampersal juga sama, pelaksanaan Jampersal selalu ada pengawasan dan evaluasi. Pengawasan untuk Kebijakan Jampersal dilakukan setiap bulan. Ibu Umi dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 mengatakan: Pengawasan

25 59 dalam setiap kebijakan pasti ada. Untuk Jampersal, pengawasan juga ada. Jadi ada 3 lembaga yang mengawasi yaitu inspektorat, BPKP, BPK, dan Dirjen. Pengawasan terhadap pelayanan Jampersal yang dilakukan dengan menerima laporan dari bidan dan puskesmas setiap bulannya. Setelah menerima laporan pihak UPT PJKD juga akan melakukan evaluasi. Jadi setiap bulan pihak Puskemas harus memberikan laporan berupa data banyaknya pengguna layanan Jampersal. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Ibu Jumirah dalam wawancara tgl 25 Juni yang mengatakan: Setiap bulan dari Puskesmas memberikan laporan pelayanan Jampersal. Laporan tersebut berisi banyaknya pasien penerima Jampersal dan klaim biaya yang diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Jogja. c. Hambatan/ Kendala dalam Implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta Tahun 2013 Sebuah implementasi kebijakan pasti memiliki hambatan/ kendala pada segala tahapnya, baik dari tahap persiapan sampai pengawasannya. Implementasi Jampersal yang berlaku per 1 Januari 2012 pun mengalami berbagai macam hambatan dalam setiap prosesnya. Ibu Yanti dari UPT PJKD mengungkapkan hambatan yang dimiliki UPT PJKD adalah keterlambatan juknis dari kementrian kesehatan Republik Indonesia dan kekurangan sumber daya manusia di UPT tersebut. Hal itu mempengaruhi sosialisasi Jampersal yang kurang kepada

26 60 masyarakat. Hal itu dijelaskan dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 mengatakan: Hambatan Jampersal ya, sosialisasi ke masyarakat dengan waktu yang singkat dan harus merata sulit dilakukan. Soalnya UPT PJKD Kota Yogyakarta sendiri SDMnya sedikit. Belum lagi juknis dari pusat kurang jelas dan terlambat sampai ke sini. Keterlambatan juknis tentang Jampersal juga dirasakan sebagai hambatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Hal itu disampaikan oleh Ibu Jumirah, dalam wawancara tanggal 25 Juni 2014 yang mengatakan: Juknis dari dinkes itungannya terlambat mas. Jadi semua terasa mendadak, dari puskemas pun hanya memberikan pelayanan sesuai juknis. Walaupun masih kadang kurang benar-benar tau bagaimana detailnya mas. Dengan kata lain, keterlambatan distribusi juknis tersebut mengakibatkan tidak meratanya sosialisasi Kebijakan Jampersal ke masyarakat. Sosialisasi yang tidak merata tersebut mengakibatkan masyarakat kurang paham tentang Jampersal dan syarat-syarat mendapatkan pelayanan Jampersal. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Suriyati selaku warga Kota Yogyakarta yang menerima pelayanan Jampersal, beliau mengatakan: Sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah kurang mas. Warga di kelurahan saya itu ada yang belum tahu kalau ada Jampersal. Yaa.. Walaupun tidak terlalu banyak mas, berarti itu menandakan sosialisasi kurang merata. Iya kan mas?.

27 61 Pelaksanaan Jampersal juga terkendala dari masyarakat khususnya beberapa ibu hamil yang mau mendapatkan pelayanan Jampersal tetapi kurang tahu bagaimana mekanismenya. Ibu hamil yang ke bidan atau ke puskesmas kadang meminta untuk langsung dirujuk ke rumah sakit. Hal itu disampaikan Ibu Jumirah dalam wawancara tanggal 25 Juni 2014 yang mengatakan: Ada beberapa warga yang ngotot untuk melahirkan sesar saja gitu dan mendapat bantuan Jampersal. Padahal pelayanan Jampersal itu berlaku untuk pelayanan di tingkat pertama yaitu puskesmas dan bidan praktik mandiri (BPM) dengan syarat harus persalinan normal. Pasien akan dirujuk ke rumah sakit apabila diperlukan atau dalam kondisi yang memang membutuhkan penanganan khusus di rumah sakit. Hal yang sama dikemukakan oleh Ibu Dian dalam wawancara pada tanggal 26 Juni 2014 yang mengatakan: Kadang ada komplain dari warga yang minta langsung dirujuk ke rumah sakit mas. Padahal diperaturannya kan untuk merujuk ke rumah sakit pasien harus benar-benar dalam kondisi khusus kayak pendarahan yang berlebihan. Ya, saya sendiri cuma bisa menjelaskan sesuai dengan peraturan bahwa penerima Jampersal diusahakan untuk kelahiran normal di bidan atau puskesmas. Adanya keadaan seperti di atas tersebut merupakan imbas dari tidak meratanya sosialisasi Jampersal sehingga masyarakat kurang begitu paham bagaimana mekanisme pelayanan Jampersal. Ibu Yanti dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 menyampaikan di Kanto UPT PJKD Kota Yogyakarta: Walaupun sudah dilaksanakan selama 1 tahun, pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta masih menemui masalah. Masalah yang sering muncul adalah masalah klaim biaya. Ya tau sendiri mas, memang kalau masalah dana itu memang agak

28 62 riskan. Apalagi dana yang dikeluarkan banyak dan melibatkan banyak pihak. Ibu Jumirah dalam wawancara pada tanggal 25 Juni 2014 menguatkan pernyataan dari Ibu Yanti, beliau mengatakan: Masalah dana memang menjadi salah satu hambatan yang sangat riskan apabila tidak segera diselesaikan. Apalagi pelaksanaan Jampersal pada tahun 2013 berbarengan dengan semakin mahalnya biaya kebutuhan seharihari. Kendala klaim dana pelayanan Jampersal juga dikeluhkan oleh puskesmas dan bidan praktik mandiri (BPM). Ibu Dian dalam wawancara pada tanggal 26 Juni 2014 mengatakan: Pada proses pengajuan berkas klaim masih kesulitan karena setelah mengajukan berkas klaim, tidak jarang saya harus mondar-mandir untuk melengkapi berkasnya. Tidak hanya sampai disitu saja hambatan masalah pendanaan pelayanan Jampersal. Keterlambatan pencairan klaim biaya pelayanan Jampersal juga menjadi salah satu kendala yang menghambat pelaksanaan Jampersal. Ibu Yanti dalam wawancara tanggal 16 Juni 2014 mengatakan: Masalah pada pelaksanaan Jampersal salah satunya pencairan dana klaim yang terlambat. Bahkan sampai bualn Juni 2014 biaya klaim masih belum dibayarkan untuk biaya 3 bulan terakhir di tahun Klaim biaya yang terlambat itu berasal dari klaim yang dilakukan bidan dan puskesmas. Tapi untuk bidan, klaim biaya sudah dibayar oleh Dinkes Kota dengan meminjam dana dari APBD.

29 63 Tabel 5. Kekurangan Pembayaran Biaya Klaim Jampersal Tahun 2013 No Puskesmas Oktober November Desember Jumlah 1 Danurejan I Tidak klaim Danurejan II Gondokusuman I Gondokusuman II Gondomanan Kotagede I Kotagede II Umbulharjo I Umbulharjo II Pakualaman Ngampilan Kraton Gedongtengen Mantrijeron Wirobrajan Jetis Sudah dibayar Tegalrejo Sudah dibayar Megangsan Jumlah Sumber: Laporan UPT PJKD Kota Yogyakarta Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah semua klaim biaya pelayanan Jampersal yang terlambat, totalnya ada Rp ,- untuk bulan Oktober, November, dan Desember tahun Sampai bulan Juni 2014, jumlah tersebut belum dibayarkan ke Puskesmas. Dinas kesehatan dan Puskesmas hanya bisa menunggu dana itu turun dari pemerintah pusat. Ibu Umi pada tanggal 16 Juni 2014 menyampaikan: Total klaim biaya yang terlambat turun cukup banyak. Tapi UPT PJKD dan dinas kesehatan Cuma bisa menunggu dana itu turun, soalnya kita pun sudah melakukan laporan sesuai dengan prosedur yang ada.

30 64 B. Pembahasan Kesejahteraan sosial berhubungan dengan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat dan terpenuhinya akses terhadap kecukupan hidup, jaminan dalam hidup khususnya jaminan kesehatan dan pendapatan yang layak. Pemerintah melalui kebijakan publiknya bertanggung jawab dalam menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Kebijakan publik yang sudah diimplementasikan dapat dinilai berhasil apabila tujuan dari kebijakan tersebut sudah tercapai dan tertuju pada titik sasaran yang sesuai dengan tujuan awalnya. Implementasi Jampersal bisa berjalan dengan cukup baik karena faktor-faktor keberhasilan implementasi saling berkaitan satu sama lain. Selain karena hal tersebut, karakteristik kelompok sasaran juga mempengaruhi lama tidaknya implementasi bisa diterapkan. 1. Pelaksanaan Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013 Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta Tahun 2013 adalah teori Merilee S. Grindle yang menyebutkan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh derajat implemenbility dari kebijakan tersebut. Derajat tersebut ditentukan dua variabel yaitu, isi kebijakan dan konteks implementasi. Variabel tersebut mencakup: sejauhmana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh target group, sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah

31 65 letak sebuah program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai. Variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: a. Isi kebijakan Pada variabel ini, kebijakan publik dilihat dari bagaimana isi dan implementasinya dari kebijakan tersebut. Dalam penelitian ini kebijakan publik yang menjadi fokus adalah Kebijakan Jampersal. Implementasi Kebijakan Jampersal ditetapkan pada tanggal 1 Januari Kebijakan Jampersal dilatarbelakangi meningkatnya jumlah ibu hamil yang melahirkan. Pelayanan Jampersal di masyarakat berdasar pada petunjuk teknis yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2562/MENKES/PER/XII/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Namun Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga mengeluarkan petunjuk teknis untuk menyesuaikan keadaan di Kota Yogyakarta. Petunjuk teknis tersebuat tertuang pada Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Nomor 34a Tahun 2012 dan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Persalinan di Kota Yogyakarta. Tujuan dari adanya Kebijakan Jampersal ini menurut peraturan yang telah ditetapkan di atas adalah meningkatkan akses terhadap

32 66 pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB. Dalam pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta, pelayanan Jampersal dilakukan oleh 18 puskesmas, 13 bidan praktik mandiri (BPM) dan 12 rumah sakit yang ada di wilayah Kota Yogyakarta dan telah setuju untuk bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Dilihat dari pembahasan di atas, hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta sudah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. Dengan adanya kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dengan tenaga kesehatan yang ada di wilayahnya juga meningkatkan akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan KB. Tercatat pelayanan Jampersal di Kota Yogyakarta mencapai 8011 kelahiran, angka tersebut merupakan angka yang lebih besar dibandingkan pada Tahun 2012 yaitu kelahiran. Sedangkan sasaran Jamperal menurut petunjuk teknis tentang Jampersal yaitu ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan), dan bayi baru lahir (sampai usia 28 hari). Pelayanan Jampersal juga tidak dikhususkan untuk masyarakat kurang mampu, namun masyarakat yang mampu juga berhak mendapat fasilitas Jampersal. Sasaran Jampersal yang dimuat dalam

33 67 petunjuk teknis tersebut bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Di Kota Yogyakarta, sasaran Jampersal juga sama yaitu ibu hamil, ibu nifas, dan bayi baru lahir. Sasaran yang ingin dicapai di Kota Yogyakarta pada tahun 2013 adalah mencakup seluruh ibu hamil dan bayi baru lahir di Kota Yogyakarta. Namun pada pelaksanaannya, masih ada ibu hamil yang melahirkan di rumah tanpa ada petugas kesehatan. Ada pula ibu hamil yang melahirkan di rumah sakit tanpa menggunakan Jampersal karena sudah mampu untuk membayar biaya persalinan dan tidak mau hanya melakukan persalinan di bidan atau puskesmas. Hal itu berkaitan dengan pelayanan untuk penerima Jampersal yang diharuskan melakukan persalinan di bidan atau puskesmas untuk persalinan normal. Dengan kata lain sasaran pelayanan Jampersal di Kota Yogyakarta belum merata. Manfaat adanya Jampersal adalah tingkat pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang lebih baik dan meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat. Dalam hal ini manfaat yang dapat dirasakan warga Kota Yogyakarta adalah terlayaninya persalinan bagi ibu hamil oleh petugas kesehatan yang berkompeten serta ibu hamil dan bayi baru lahir tidak perlu mengeluarkan biaya untuk persalinan karena biaya tersebut sudah dijamin oleh pemerintah.

34 68 Dalam implementasi Kebijakan Jampersal di kota Yogyakarta ini pihak-pihak yang terlibat adalah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, UPT PJKD Kota Yogyakarta, rumah sakit, puskesmas, dan bidan praktik mandiri (BPM) yang berada di wilayah Kota Yogyakarta, serta masyarakat yang tinggal di wilayah Kota Yogyakarta sebagai penerima Jampersal. Dalam petunjuk teknis tentang Jampersal yang telah dikeluarkan Kepala Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab tim pengelola Jamkesmas dan sekretariat Jamkesmas (Jampersal) ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota yang bersangkutan. Di Kota Yogyakarta tim pengelola Jamkesmas sudah dibentuk dan sesuai dengan apa yang termuat dalam petunjuk teknis. Hal itu ditunjukkan dengan dibentuknya UPT PJKD sebagai sekretariat pengelola Jamkesmas/ Jampersal yang bertugas menyelenggarakan Jamkesmas dan Jampersal di Kota Yogyakarta. Jadi Tim Pengelola Jamkesmas/ Jampersal di Kota Yogyakarta terdiri dari: Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sebagai penanggung jawab Tim Pengelola dan UPT PJKD Kota Yogyakarta sebagai Sekretariat Pengelola Jamkesmas yang beranggotakan Ibu Umi sebagai Kepala UPT PJKD, Ibu Kustini sebagai Sub Bagian Tata Usaha, dan Ibu Yanti sebagai verifikator UPT PJKD Kota Yogyakarta.

35 69 Sedangkan bidan praktik mandiri (BPM), puskesmas, dan rumah sakit yang ada di Kota Yogyakarta adalah sebagai pelaksana Jampersal. BPM dan puskesmas adalah sebagai penyedia layanan Jampersal tingkat pertama/ dasar dan rumah sakit sebagai penyedia layanan tingkat lanjutan. Jenis pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dan bayi baru lahir meliputi: 1) Pelayananan ANC/ pemeriksaan kehamilan sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali. 2) Deteksi dini faktor risiko komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir. 3) Pertolongan persalinan normal. 4) Pertolongan persalinan dengan risiko tinggi/ risti. 5) Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED. 6) Pelayanan nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali. 7) Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya. 8) Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/ bayinya. Pelayanan yang diberikan tersebut pada pelaksanaannya memang memberikan dampak positif bagi kesehatan ibu dan bayi. 13 bidan praktik mandiri, 18 puskesmas, dan 12 rumah sakit yang ada di

36 70 wilayah Kota Yogyakarta telah melakukan sesuai dengan peraturan yang ada. Hanya saja kendala malah terjadi pada penerima Jampersal yaitu masyarakat. Banyak masyarakat yang kurang paham dengan peraturan yang telah ditetapkan yaitu penerima Jampersal harus diusahakan persalinan normal dulu di pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu bidan dan atau puskesmas. Baru setelah diketahui ada indikasi risiko tinggi dalam persalinan maka akan dirujuk ke pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yaitu rumah sakit. Derajat perubahan yang diinginkan dalam isi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2562/ MENKES/ PER/ XII/ 2011 adalah meningkatnya kualitas kesehatan ibu hamil dan bayi dalam persalinan dan pasca persalinan serta menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Untuk pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir di Kota Yogyakarta sudah baik, hal itu ditunjukkan banyaknya pelayanan Jampersal yang cukup tinggi yaitu mencapai 8011 pelayanan baik bagi warga asli Kota Yogyakarta maupun pendatang. Namun untuk angka kematian ibu dan bayi sudah mngalami penurunan tapi masih belum signifikan daripada tahun Hal itu dapat dilihat dari AKI dan AKB dari tahun 2011 sampai 2013 berikut pada tahun 2011 AKI sebanyak 43 (per 100 ribu kelahiran hidup) dan AKB 340 (per 100 ribu kelahiran hidup), pada tahun 2012 AKI 56 (per 100 ribu kelahiran hidup) dan 419 (per 100 ribu kelahiran hidup), sedangkan

37 71 pada tahun 2013 AKI sebanyak 40 (per 100 ribu kelahiran hidup) dan AKB 400 (per 100 ribu kelahiran hidup). b. Konteks Implementasi Variabel konteks implementasi ini berkaitan dengan bagaimana situasi dan kondisi pihak-pihak terkait dan masyarakat sebagai penerima Jampersal. Kebijakan Jampersal adalah kebijakan dari pemerintah pusat yang berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia. Implementasi Kebijakan Jampersal ini banyak melibatkan pihakpihak baik dari pemerintah maupun swasta. Stakeholder yang terlibat dalam implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta yaitu Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, UPT PJKD Kota Yogyakarta, rumah sakit, puskesmas, dan bidan praktik mandiri (BPM). Stakeholder tersebut memiliki fungsi regulasi dan pelaksana Jampersal di Kota Yogyakarta. UPT PJKD Kota Yogyakarta disini sebagai unit yang ditunjuk Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta untuk mengurus tentang jaminan kesehatan yang ada di Kota Yogyakarta termasuk jaminan persalinan. Dari segi kesiapan dari Dinas Kesehatan dan UPT PJKD Kota Yogyakarta pada implementasi Jampersal tahun 2013 di Kota Yogyakarta sudah siap. Hal itu dikarenakan Jampersal sudah dilaksanakan selama 1 tahun yaitu selama tahun Pelaksanaan Jampersal juga sudah ada petunjuk teknis yang jelas.

38 72 Puskesmas dan BPM yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta adalah sebagai pelaksana pelayanan Jampersal. Di Kota Yogyakarta puskesmas dan BPM yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sudah kooperatif melaksanakan fungsinya. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya penerima Jampersal yang telah dilaporkan ke Dinas kesehatan Kota Yogyakarta pada tahun Dari uraian di atas, terlihat bahwa stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta sudah siap dalam hal penyediaan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan. Namun dalam hal pendanaan, pemerintah pusat belum menunjukkan adanya kesiapan. Hal itu ditunjukkan dengan adanya keterlambatan pencairan dana klaim dari puskesmas-puskesmas yang telah melayani Jampersal di Kota Yogyakarta. Daya tanggap dari masyarakat yang tinggal di Kota Yogyakarta sangat positif dengan adanya Jampersal ini. Hal ini berbanding lurus dengan banyaknya pelayanan Jampersal kepada masyarakat baik penduduk Kota Yogyakarta maupun warga luar kota yang tinggal di Kota Yogyakarta. Namun untuk kepatuhan masyarakat penerima Jampersal, masih ditemui ketidakpatuhan penerima Jampesal terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Kasus yang biasa muncul adalah penerima Jampersal yang meminta surat rujukan ke rumah sakit dengan keadaan ibu yang akan melakukan persalinan bisa dengan cara persalinan normal. Padahal dalam peraturan yang telah

39 73 dibuat, surat rujukan hanya diberikan untuk penerima layanan Jampersal yang memiliki indikasi komplikasi dan risiko tinggi untuk melakukan persalinan normal. 2. Hambatan dan Upaya Mengatasinya dalam Pelaksanaan Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013 Hambatan yang terjadi pada pelaksanaan Jampersal ini, yaitu: keterlambatan distribusi petunjuk teknis dari pemerintah pusat, sosialisasi yang kurang merata, sulitnya sistem klaim biaya persalinan yang menggunakan layanan Jampersal dan keterlambatan pencairan dana klaim kepada puskesmas-puskesmas yang melayani Jampersal di Kota Yogyakarta tahun a. Sosialisasi yang kurang merata Terlambatnya distribusi petunjuk teknis berimbas pada terlambatnya sosialisasi Jampersal ke BPM, puskesmas, rumah sakit, dan ke masyarakat. Faktor lain yang menjadi penghambat sosialisasi yang merata adalah terlalu singkatnya waktu dan sedikitnya SDM di UPT PJKD Kota Yogyakarta sehingga sosialisasi tidak bisa dilakukan secara merata. Upaya Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan UPT PJKD Kota Yogyakarta untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan pertemuan dengan seluruh perwakilan dari semua kelurahan di wilayah Kota Yogyakarta. Setelah itu wakil dari kelurahan tersebut mensosialisasikan ke warga masing-masing.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS, Menimbang : a bahwa dalam rangka menurunkan

Lebih terperinci

suplemen Informasi Jampersal

suplemen Informasi Jampersal suplemen Informasi Jampersal A. Apa itu Jampersal? Jampersal merupakan kependekan dari Jaminan Persalinan, artinya jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN BESARAN TARIF PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN BAGI PENGGUNA PROGRAM JAMPERSAL DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM KABUPATEN REJANG LEBONG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAJUAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN

Lebih terperinci

TENTANG. dan Jaminan

TENTANG. dan Jaminan BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 54 2011 SIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG SERI : E PENGELOLAAN DANA PENDAPATAN PADA PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAK KAT (JAMKESMAS) DAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, BUPATI SAMBAS PERATURAN BUPATI SAMBAS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DAN PROGRAM PERSALINAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) BAGI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS), JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA)

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAJUAN PERMINTAAN DAN PEMANFAATAN BIAYA YANG BERSUMBER DARI DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 7.K TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 7.K TAHUN 2013 TENTANG SALINAN BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 7.K TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN PENDAPATAN DAERAH YANG BERSUMBER DARI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DAN PEMANFAATAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DI PUSKESMAS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) dan Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 66 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 66 TAHUN 2012.. TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 3.1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013?

LAMPIRAN. Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013? LAMPIRAN Pedoman Wawancara 1. Kepala UPT PJKD Kota Yogyakarta: a. Bagaimana persiapan UPT PJKD Kota Yogyakarta dalam implementasi Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DINAS KESEHATAN DAERAH KOTA BLITAR

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DINAS KESEHATAN DAERAH KOTA BLITAR 1 WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DINAS KESEHATAN DAERAH KOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menurunkan angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bidan Praktik Mandiri (BPM) 2.1.1 Pengertian BPM BPM merupakan salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang melakukan praktik secara mandiri. Pelayanan yang diberikan yaitu pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia dalam bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan secara mudah dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN KOTA MATARAM WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI SERANG,

TENTANG BUPATI SERANG, BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Kementerian kesehatan RI, 2011). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Kementerian kesehatan RI, 2011). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jampersal (Jaminan Persalinan) 2.1.1 Pengertian Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012 WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN, DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PUSKESMAS DAN JAJARANNYA

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PUSAT

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH (JAMKESMASDA) KABUPATEN SITUBONDO PROGRAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN Menimbang DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 2A TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN MEKANISME DAN PROPORSI PENGELOLAAN DANA KLAIM NON KAPITASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukanan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Pelaksanaan Kebijakan Jampersal

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2014 dengan harapan agar masyarakat dapat mengakses pelayanan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG JASA PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN PADA UPTD PUSKESMAS DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk sekaligus indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada produktifitas perorangan

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PEMBIAYAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PEMBIAYAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Dhini Rahayu Ningrum, Budi Eko Siswoyo, Tiara Marthias, Laksono Trisnantoro Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 17 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PERTIWI DAN PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR TAHUN 2012

KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PERTIWI DAN PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR TAHUN 2012 KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PERTIWI DAN PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR TAHUN 2012 Alimin Maidin Fridawaty Rivai Indahwaty A.Sidin a. Latar Belakang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, MENIMBANG : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1392, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penyelenggaraan. Kesehatan. Tarif. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

: Sekretaris Daerah Kota Medan

: Sekretaris Daerah Kota Medan Informan : Sekretaris Daerah Kota Medan 1. Database peserta Jamkesmas 2011 masih mengacu pada data makro BPS Tahun 2008, dan ditetapkan by name by address oleh Bupati/Walikota. Dengan demikian masih banyak

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEBASAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BAGI PENDUDUK KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No. 05, 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Petunjuk pelaksanaan, sistem pembiayaan, penggunaan dana, pelayanan kesehatan, tingkat pertama, puskemas, peserta, badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.44,2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. KESEHATAN. Petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 13 Tahun 2010 (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2562/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 25 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 25 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 25 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS), JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN

Lebih terperinci

KESEHATAN DINAS KESEHATAN Halaman 7

KESEHATAN DINAS KESEHATAN Halaman 7 URUSAN PEM. ORGANISASI KODE REKENING : : 1.02 - KESEHATAN 1.02.01 - DINAS KESEHATAN Halaman 7 URAIAN ANGGARAN REALISASI Bertambah/ 1.02 1.02.01 00 00 4 PENDAPATAN 11.614.196.593,00 19.717.892.852,00 8.103.696.259,00

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA

Lebih terperinci

JEJARING BIDAN DENGAN BPJS. Oleh: Niken Choirul H

JEJARING BIDAN DENGAN BPJS. Oleh: Niken Choirul H JEJARING BIDAN DENGAN BPJS Oleh: Niken Choirul H APA ITU BPJS??? BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS di bagi menjadi dua: BPJS Kesehatan BPJS Ketenagakerjaan BPJS KESEHATAN BPJS Kesehatan dulunya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 69 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 69 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI) kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi: BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Implementasi Kebijakan Publik a. Konsep Implementasi: Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2562/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2562/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN - 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2562/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PERSALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PROGRAM JAMKESMAS. a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan

PROGRAM JAMKESMAS. a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan PROGRAM JAMKESMAS 1. JAMKESMAS adalah : Program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang dapat diperoleh secara gratis. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN DAN TATA LAKSANA SURAT PERNYATAAN MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 125 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.3 Implementasi Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Pelayanan Antenatal Care dan Nifas di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Setiap kebijakan yang dibuat pasti

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2012 SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) diperoleh AKI tahun

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT =========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT WALIKOTA TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Peraturan Menteri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DI KABUPATEN MAGELANG

Lebih terperinci

Chriswardani S. Anneke Suparwati & L.Ratna Kartikawulan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Chriswardani S. Anneke Suparwati & L.Ratna Kartikawulan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Chriswardani S. Anneke Suparwati & L.Ratna Kartikawulan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Jumlah kematian ibu (bersalin) di Kabupaten Brebes tertinggi di Jawa Tengah (2010) dan urutan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci