ABSTRACT. Key Words : ISPA, toddlers, physical environment, house Literature : 11 ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRACT. Key Words : ISPA, toddlers, physical environment, house Literature : 11 ( )"

Transkripsi

1 THE RELATIONSHIP THE HOUSE PHYSICAL ENVIRONMENT WITH THE EVENT OF THE UPPER RESPIRATORY (ISPA) ON THE TODDLERS IN THE KARSAMENAK URBAN VILLAGE KAWALU DISTRICT TASIKMALAYA SMALL TOWN IN 2014 Dwi Linairawati 1) Andik Setiyono 2) The Health of Environment Student the Faculty of Health Science Siliwangi University 1) Lecturer 2) ABSTRACT The disease of upper respiratory tract infection (ISPA) has still been being the major problem in the society in Indonesia especially at the toddlers. Based on prevalency upper respiratory tract infection in 2010 th in Indonesia, it has been reached 25% namely 17.5% to 41.4%. The highest prevalency at the toddlers (7.35%) while the lowest prevalency on the group of ages are 15 years old to 24 years old. The number of sufferer of respiratory tract infection (ISPA) in 2013 rd in the Kawalu District Occupies on the first position in which the number of sufferers are 612 people or 140.5% from the invention target of sufferer of upper respiratory tract infection (ISPA). In the Karsamenak urban village has a number of the highest sufferers of upper respiratory tract Infection (ISPA) in the Kawalu District is people. This research of ISPA on the toddlers are aimed to know about the relationship the house physical environment and the event of ISPA on the toddlers in the Karsamenak urban village, Kawalu District, Tasikmalaya small town. The research methodololgy that is uses is survey methodology with using the control case approach, also the number of population is 159 toddlers, so that data is used by using is 80 toddlers. Undertaking the data is used by using the secondary data, questioner data, and the sheets of observation. The analytical of statistics uses chi-square. The result of statistics test shows there is a relationship between the wall type with value p = 0.009, the type of floor with value p = 0.007, so there is no a relationship between the large of ventilation with value p = 0.402, it means that there is a relationship between the loudness of bathroom for toddler with value p = 0.000, so here, there is a relationship between the type of gas oil which is used with value p = 0.274, that is why, there is no relationship the existence of the kitchen screen with value p = 0.309, here there is no a relationship between kitchen location with value p = Based on the conclusion of this research is there are relationship between the type of wall, the type of floor, the loudness of bathroom for toddlers, and ventilation, the type of gas oil that is used to cook, and the existence of the kitchen screen and the kitchen location. It needs to increase of the illumination frequency is about the health of environment and the healthy house. Key Words : ISPA, toddlers, physical environment, house Literature : 11 ( )

2 HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN KARSAMENAK KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014 Dwi linairawati 1) Andik Setiyono 2) Mahasiswa Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 1) Dosen Pembimbing bagian kesehatan lingkungan Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Siliwangi 2) ABSTRAK Penyakit ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia terutama pada balita. Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2010 di Indonesia telah mencapai 25% dengan rentang kejadian yaitu 17,5% - 41,4%. Prevalensi tertinggi pada balita (>35%) sedangkan terendah pada kelompok umur tahun. Jumlah penderita ISPA pada tahun 2013 Kecamatan Kawalu menempati urutan pertama dengan jumlah penderita yaitu 612 jiwa atau 140,5% dari target penemuan penderita ISPA. Kelurahan Karsamenak memiliki jumlah penderita ISPA terbesar di Kecamatan Kawalu yaitu penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode survey dengan pendekatan kasus kontrol, jumlah populasi sebesar 159 balita, dengan jumlah total sampel 80 balita. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data skunder, kuesioner dan lembar observasi.analisis statistik menggunakan Chi-square. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara jenis dinding dengan nilai p = 0.009, jenis lantai dengan nilai p = 0.007, tidak ada hubungan antara luas ventilasi dengan nilai p = 0.402, ada hubungan antara kepadatan hunian kamar tidur balita dengan nilai p = 0.000, tidak ada hubungan antara jenis bahan bakar yang digunakan dengan nilai p = 0.274, tidak ada hubungan antara keberadaaan seka dapur dengan nilai p = 0.309, tidak ada hubungan antara lokasi/letak dapur dengan nilai p = Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara jenis dinding, jenis lantai, kepadatan hunian kamar tidur balita, dan tidak ada hubungan antara luas ventilasi, jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak, keberadaan sekat dapur dan lokasi/letak dapur. Perlu ditingkatkan frekuensi penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan rumah sehat. Kata Kunci : ISPA, balita, lingkungan fisik, rumah Kepustakaan : 11( )

3 PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan milenium yang dicanangkan oleh masyarakat dunia atau yang sering disebut dengan Milenium Development Goalds (MDGs) adalah menurunkan kematian anak usia dibawah lima tahun pada rentang waktu antara Kemudian ditegaskan kembali bahwa tujuan dari MDGs yang belum tercapai secara merata khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia adalah menurunkan sepertiga kematian oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). ISPA menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada anak yang berusia dibawah 5 tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi ( 18/09/2013). Profil kesehatan Kota Tasikmalaya pada tahun 2012 melaporkan jumlah penderita ISPA di kota Tasikmalaya sebesar jiwa, dan ISPA pada balita sebanyak jiwa atau 57,2%. Laporan P2 ISPA Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Bulan Januari s/d Desember 2012, tingkat kejadian ISPA pada balita tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Kawalu yaitu dengan jumlah penderita 612 jiwa atau 140.5% dari target penemuan penderita ISPA. Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya yang terdiri dari 5 (lima) Kelurahan (Karsamenak, Tanjung, Gunung Gede, Gunung Tandala, Talagasari) yaitu penderita ISPA pada tahun 2011 sebanyak penderita dengan jumlah ISPA pada balita sebanyak penderita. Tahun 2012 jumlah penderita sebanyak penderita dengan jumlah ISPA pada balita sebanyak penderita. Data Puskesmas Kawalu Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya mencatat, dari ke 5 (lima) kelurahan tersebut kejadian ISPA pada balita tertinggi berada di Kelurahan Karsamenak yaitu pada tahun 2011 sebanyak penderita dan tahun 2012 sebanyak penderita. Berdasarkan survey awal pada tanggal 23 Oktober 2013 dengan jumlah sampel 20 rumah penduduk di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya menunjukkan bahawa masih ada rumah yang menggunakan dinding dengan bahan dasar papan, bilik dan plaster kasar, lantai msh ada menggunakan bahan dasar plaster kasar, luas ventilasi rumah sebagian besar belum memenuhi syarat ( 10% dari luas lantai), kepadatan hunian kamar tidur balita sebagian besar tidak memenuhi syarat (<4,5 m 2 /orang), jenis bahan bakar yang digunakan sebagian besar masih menggunakan kompor minyak tanah dan kayu bakar, sekat dapur masih ada beberapa yang belum

4 memiliki sekat dapur, lokasi dapur masih bervariasi ada yang terletak di dalam rumah dan di luar rumah. Lingkungan fisik rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA pada balita, yaitu jenis dinding yang tidak memenuhi syarat kesehatan (anyaman bambu/bilik) dapat mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita, karena dinding yang sulit dibersihkan akan menjadi tempat penumpukan debu. Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya ISPA karena lantai yag tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk perkembang biakan bakteri atau virus penyebab ISPA dan biasanya balita lebih senang bermain dilantai. Rumah yang ventilasinya kurang dari 10% dari luas lantai dapat menjadi faktor resiko terhadap balita terjangkit penyakit ISPA karena sirkulasi/pergantian udara dari luar tidak lancar. Begitu pula dengan jenis bahan bakar yang digunakan dalam memasak, bahan bakar biomass (kayu bakar) akan menghasilkan asap lebih banyak dan menjadi pencemaran udara dalam rumah hal ini berpotensi pada terjadinya ISPA pada balita, apalagi jika ibu-ibu memasak sambil menggendong anak/balitanya. Kepadatan hunian kamar dapat mempengaruhi resiko terjadinya ISPA pada balita karena ISPA menyebar melalui udara, apabila kepadatan hunian dalam rumah tidak sesuai hal tersebut akan mempercepat penyebaran penyakit. Berdasarkan uraian diatas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan angka kesakitan yang cukup tinggi. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang Hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya tahun 2014 TUJUAN PENELITIAN Mengetahui hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Case control yaitu peneliti mempelajari hubungan antara paparan (faktor risiko) dan penyakit (efek) dengan cara membandingkan kelompok kasus dengan kelompok kontrol (Murti, 1997). Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya yang menderita ISPA, diambil dari 3 bulan

5 terakhir yaitu jumlah balita yang menderita ISPA pada bulan Oktober, November, Desember tahun 2013 yaitu 159 penderita. Perhitungan sampel menggunakan study kasus kontrol berpasangan (Dahlan S, 2009 : 63) dengan di peroleh jumlah sampel sebanyak 40 kasus dan 40 kontrol, total sampel sebanyak 80 balita. Analisis data menggunakan uji Uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN a.jenis dinding No Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Dinding Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Jenis dinding Frekuensi Kasus Kontrol Jumlah f % f % n % 1 Tembok 21 52, , Kayu, bilik/ anyaman bambu 19 47,5 7 17, Jumlah Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 54 rumah responden (67,5%) dengan jenis dinding tembok, dan 26 rumah responden (32,5%) dengan jenis kayu, bilik/anyaman bambu. Uji statistik Chi-square didapatkan hasil p < 0,05 (p value = 0,009) yang berarti ada hubungan antara jenis dinding dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai OR = 4,265 ini berarti balita di Kelurahan Karsamenak yang tinggal dengan kondisi dinding tidak memenuhi syarat mempunyai risiko sebesar kali terkena penyakit ISPA daripada balita yang tinggal di rumah dengan jenis dinding yang memenuhi syarat. Jenis dinding mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena dinding yang tidak memenuhi syarat kesehatan yang terbuat dari bambu/kayu akan sulit untuk dibersihkan, akibatnya debu-debu terakumulasi dan terhisap ke dalam tubuh yang memungkinkan untuk berkembang biak penyakit yang akan dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh balita, selanjutnya balita akan mudah terinfeksi penyakit melalui udara dan debu. Kotoran dan debu merupakan salah satu alergen yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan (

6 Penelitian yang dilakukan oleh Heru Padmonobo (2012) bahwa dinding rumah yang tidak memenuhi syarat ada hubunganya dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p < 0.05 (0.009) dan OR yang artinya balita yang tinggal dengan dinding yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko kali terkena ISPA bila dibandingkan dengan balita ysang tinggal dengan dinding rumah yang memenuhi syarat. b. jenis lantai No Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis lantai Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Jenis lantai Frekuensi Kasus Kontrol Jumlah f % f % n % 1 Tegel/keramik, plester/ubin , Tanah, plester kasar , Jumlah Tabel 2 menunjukkan lantai rumah responden yang menggunakan tegel/keramik, plaster/ubin berjumlah 37 rumah responden (46,25%), dan yang menggunakan plaster kasar berjumlah 43 rumah responden (53,75%). Uji statistik Chisquare didapatkan hasil p < 0,05 (p = 0,007) yang berarti ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 3,889 ini berarti balita di Kelurahan Karsamenak yang tinggal dengan kondisi lantai tidak memenuhi syarat mempunyai risiko sebesar 3,889 kali terkena penyakit ISPA daripada balita yang tinggal di rumah dengan jenis lantai yang memenuhi syarat. Makin rendah kualitas lantai rumah makin tinggi risiko terjadinya penyakit ISPA pada balita. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian Nurhidayati (2009) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai p < (0.000) dan OR yang artinya balita yang tinggal di rumah dengan keadaan lantai tidak memenuhi syarat mempunyai risiko sebesar kali dibanding dengan balita yang tinggal di rumah dengan lantai yang memenuhi syarat.

7 Jenis lantai tanah, plester kasar/setengah plester tidak baik dari segi kebersihan udara dalam rumah karena akan sulit untuk dibersihkan, seperti yang dikemukakan oleh Soemirat (1994) dalam tesis Aji Suwono (2009) yang mengatakan setiap bangunan harus memiliki lantai yang dapat dicuci atau dibersihkan dan selalu dipelihara dengan baik serta bebas dari retakan dan lubang-lubang. Jenis lantai yang digunakan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kejadian penyakit, lantai yang digunakan seharusnya dapat membuat kita nyaman, tidak menghasilkan kotoran (debu, partikel lain), tidak retak dan mudah untuk dibersihkan. Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA, karena lantai yang tidak memenuhi syarat merupakan media perkembangbiakan yang baik untuk bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Lantai harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan debu dan kelembaban, serta mudah dibersihkan dan dikeringkan, lantai perlu diplaster dan akan lebih baik lagi bila dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan ( 15 mei 2014). c. luas ventilasi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepemilikan Ventilasi Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Frekuensi No Luas Ventilasi Kasus Kontrol Jumlah f % f % n % 1 Terdapat ventilasi dalam rumah 2 Memenuhi syarat (10% dari luas lantai) a.memenuhi syarat b.tidak memenuhi syarat , ,5 63, Tabel 3 menunjukkan bahwa semua rumah responden memiliki ventilasi yaitu sebanyak 80 rumah (100%), sedangkan ventilasi yang memenuhi syarat sebanyak 70 rumah (87,5%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 10 rumah (12,5%). uji statistik Chi-square diperoleh hasil p < 0,05 (p = 0,402) yang berarti tidak ada hubungan antara jenis lantai dan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota tasikmalaya.

8 Hasil penelitian tidak diperoleh hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita, karena sebagian besar rumah responden sudah memiliki luas ventilasi yang memenuhi syarat (10% dari luas lantai), namun dari hasil survey ke lapangan pada kenyataan rumah responden sangat pengap dan lembab hal ini disebabkan karena sebagian besar responden tidak pernah membuka jendela rumahnya yang menyebabkan tidak ada sirkulasi udara segar dari luar rumah. Berdasarkan pengalaman/kenyataan di lapangan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan observasi dan wawancara langsung terkait perilaku kebiasan membuka jendela, karena meskipun luas ventilasi memenuhi syarat namun ventilasi esidentil (jendela dan pintu) tidak pernah dibuka maka tetap akan mengakibatkan udara dalam ruangan kotor dan tidak sehat. Hasil penelitian hubungan perilaku membuka jendela dengan kejadian ISPA pada balita dengan menggunakan uji statistik Chi-square didapatkan hasil p < 0,05 (p value = 0,007) yang berarti ada hubungan antara kebiasaan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada balita, dengan nilai OR = ini berarti balita di Kelurahan Karsamenak yang tinggal di rumah dengan kondisi jendela rumah tidak pernah dibuka mempunyai risiko sebesar kali terkena penyakit ISPA daripada balita yang tinggal di rumah dengan kondisi jendela yang selalu dibuka. Menurut Notoatmojo (2003), rumah yang luas namun ventilasinya tidak memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah, hal ini disebabkan karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab penyakit ISPA yang ada dalam rumah tidak dapat keluar ( jurnal.unair.ac.id/filter pdf/kesling/10/05/2014). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2009) di Klaten yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p < (0.000) dan OR = yang artinya balita yang tinggal dalam rumah dengan kebiasaan tidak membuka jendala memiliki risiko sebesar kali terkena ISPA dibanding dengan balita yang tinggal dalam rumah dengan kebiasaan membuka jendela.

9 d. kepadatan hunian kamar tidur balita Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepadatan Hunian Kamar Tidur Balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 Frekuensi Kepadatan hunian kamar tidur No Kasus Kontrol Jumlah balita f % f % n % 1 Padat (< 8 m 2 /orang dewasa) , Tidak padat ( 8 m 2 /orang dewasa) Jumlah Tabel 4.21 menerangkan bahwa semua kamar tidur balita masuk dalam kategori padat, yaitu luas kamar < 8m 2 di huni lebih dari 1 orang dewasa dan 1 balita. uji statistik Chi-square diperoleh hasil p < 0,05 (p = 0,000) ini berarti ada hubungan antara kepadatan hunian kamar tidur balita dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = ini berarti balita di Kelurahan Karsamenak yang tinggal dengan kepadatan hunian kamar tidur tidak memenuhi syarat mempunyai risiko sebesar 4,713 kali terkena ISPA daripada balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan hunian yang memenuhi syarat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2012) yang menyatakan bahwa kepadatan hunian kamar tidur balita memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita, dimana didapat nilai p < 0.05 (p = 0.001) dan nilai OR = artinya balita yang tinggal dengan kepadatan hunian kamar tidur tidak memenuhi syarat memiliki risiko sebesar kali terkena ISPA dari pada balita yang tinggal dengan kepadatan hunian yang memenuhi syarat. Kepadatan hunian yang tidak baik (<8m 2 / dua orang) akan meningkatkan frekuensi kontak kepadatan populasi dan konsentrasi serta kedekatan antara orang yang menjadi sumber penularan dan orang yang rentan diantara populasi serta memudahkan penularan dari organisme-organisme penyebab ISPA (WHO, 2001).

10 Jumlah penghuni rumah akan sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman penyebab penyakit menular seperti saluran pernafasan. Rumah yang kecil, penghuni banyak, ventilasi yang kurang dan kelembaban tinggi serta kurangnya pengetahuan akan perilaku hidup sehat memudahkan terjadinya penularan penyakit tersebut. Kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah, dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara di dalam rumah mengalami pencemaran ( Juni 2014). Kepadatan hunian kamar tidur merupakan perbandingan luas lantai dalam kamar dengan jumlah individu yang menghuni kamar tersebut. Berdasarkan Kepmenkes RI MENKES/SK/VII/1999 bahwa luas ruang tidur minimal 8 m 2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang dewasa kecuali anak dibawah umur lima tahun. Gambaran kepadatan hunian kamar tidur di Kelurahan Karsamenak masih banyak yang tidak memenuhi syarat kesehatan dimana satu kamar tidur balita dengan ukuran < 8 m 2 digunakan oleh dua orang dewasa dan satu balita. e. jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Yang di Gunakan Untuk Memasak di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 No Jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak Frekuensi Kasus Kontrol Jumlah f % f % n % 1 Kayu bakar, minyak tanah 11 27, Gas /LPG 29 72, Jumlah Tabel 5 menerangkan bahwa jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak yang menggunakan kayu bakar dan minyak tanah sebanyak 17 responden (21,25%) dan yang menggunakan gas/lpg sebanyak 63 responden (78,75%). uji statistik Chi-square diperoleh hasil p > 0,05 (p = 0,274) ini berarti tidak ada hubungan antara jenis bahan bakar yang digunakan dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Hal ini disebabkan responden di Kelurahan Karsamenak sebagian besar sudah menggunakan bahan bakar gas/lpg dalam proses

11 pengolahan makanan. Hal ini juga didukung dengan kesadaran bahwa bahan bakar gas/lp lebih ramah lingkungan. Penggunaan bahan bakar gas dapat menjamin dapur tetap bersih dan polutan yang dihasilkan oleh pembakaran gas pun jumlahnya lebih sedikit. Selain itu bila dibandingkan dengan minyak tanah dan kayu bakar, daya pemanasan gas lebih cepat/tinggi sehingga proses memasak pun lebih cepat, selain itu juga pada saat pengolahan makanan ibu balita tidak menggendong balitanya, sehingga polusi yang disebabkan dari asap dapur tidak terhirup langsung oleh balita. rumah tangga Bahan bakar rumah tangga adalah bahan bakar yang digunakan untuk kegiatan terutama untuk keperluan pengelola adalah han makanan. Bahan pencemar yang terdapat pada kayu adalah Nitrogen Monoksida (NO) dan Nitrogen Dioksida (NO2). Polusi udara terbentuk dari berbagai macam jenis gas, droplet/percikan ludah dan partikel-partikel yang menyebabkan kualitas udara berkurang sehingga terjadi polusi udara. Gangguan pernafasan pada balta yang tinggal pada rumah yang menggunakan bahan bakar minyak tanah, kayu bakar lebih tinggi dibandingkan rumah yang menggunakan bahan bakar gas elpiji. Hal ini dimungkinkan ibu balita pada saat memasak di dapur menggendong anaknya, sehingga asap bahan bakar tersebut terhirup oleh balita. Pemaparan didalam rumah juga tergantung pada lamanya orang berada di dapur atau ruang lainnya yang telah terpapar oleh bahan pencemar ( mei 2014). f. kepemilikan sekat dapur Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepemilikan Sekat Dapur di Kelurahan Karsamenak Kecamatan KawaluKota TasikmalayaTahun 2014 No Kepemilikan sekat dapur 1 Ada sekat dapur a.ya b.tidak Frekuensi Kasus kontrol Jumlah f % f % n % 27 67, , Jumlah Tabel 6 menunjukkan yang memiliki sekat dapur sebanyak 59 dapur (73,75%) dan yang tidak memiliki sekat dapur sebanyak 21 dapur (26,25%).

12 Uji statistik Chi-square diperoleh hasil p > 0,05 (p = 0.309) ini berarti tidak ada hubungan antara keberadaan sekat dapur dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar rumah responden di Kelurahan Karsamenak sudah memiliki sekat dapur sehingga polusi yang dihasilkan dari dapur tidak menyebar ke bagian ruangan yang lain yang dapat menimbulkan polusi udara di dalam rumah. Keberadaan asap dalam rumah dapat menjadikan dampak kesehatan terhadap kesehatan manusia terutama penghuni di dalam rumah tersebut. Letak dapur yang menyatu dengan rumah induk tanpa adanya sekat merupakan salah satu penyebab meningkatnya cemaran/polusi dalam rumah. Cemaran/polusi dalam rumah ini apabila terjadi secara terus-menerus dapat mengakibatkan penghuni rumah juga terpapar terus- menerus, yang akhirnya dapat mengakibatkan penyakit pernafasan/ispa ( g. lokasi/letak dapur Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan letak Dapur di Kelurahan Karsamenak Kecamatan KawaluKota Tasikmalaya Tahun 2014 Frekuensi No Letak dapur Kasus Kontrol Jumlah f % f % n % 1 Didalam rumah/menyatu 35 87, dengan rumah Diluar rumah/terpisah dengan rumah 5 12, Jumlah Tabel 7 menunjukkan bahwa dapur yang terletak di dalam rumah sebanyak 71 (88,75%) dan yang terletak diluar berjumlah 9 (11,25%). uji statistik Chi-square diperoleh hasil p > 0,05 (p = 1.000) ini berarti tidak ada hubungan antara lokasi/letak dapur dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian di lapangan rumah responden sebagian besar memiliki dapur yang terletak di dalam rumah/menyatu dengan rumah. Namun demikian rumah

13 responden sudah memiliki sekat dapur yang dapat mencegah meluasnya polusi asap dapur menyebar ke dalam ruangan lain, dan sebagian besar responden di Kelurahan Karsamenak sudah menggunakan bahan bakar dengan gas/lpg yang lebih ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan asp/polusi yang berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya ISPA pada balita. Selain itu ibu balita tidak membawa balita masuk ke dalam dapur disaat proses pengolahan makanan/memasak. h. rekapitulasi hasil Uji Chi-square Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Uji Chi-Square Dengan Derajat Kepercayaan 95% N o Variabel bebas Variabel terikat Kejadian ISPA pada balita P value OR Keterangan 1 Jenis dinding Ada hubungan 2 Jenis lantai Ada hubungan 3 Ventilasi rumah Tidak ada hubungan 4 Kepadatan hunian kamar tidur balita 5 Jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak 6 Kepemilikan sekat dapur 7 Lokasi/letak dapur 8 Kebiasan membuka jendela ,.78 Ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan Ada hubungan SIMPULAN Kondisi lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita dengan jenis dinding yang tidak memenuhi syarat 32,5%, jenis lantai yang tidak memenuhi syarat 53,75%, luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat 20%, kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat 51,2%, jenis bahan bakar yang tidak memenuhi syarat 21,25%, sekat dapur yang tidak memenuhi syarat 26,25% dan lokasi dapur 88,75% berada di dalam rumah dan 11,5% berada di luar rumah.

14 Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara jenis dinding dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p = 0.009, jenis lantai dengan nilai p = 0.007, kepadatan hunian kamar tidur balita dengan nilai p = Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara luas ventilasi dengan nilai p = 0.402, bahan bakar yang digunakan untuk memasak dengan nilai p = 0.274, kepemilikan sekat dapur dengan nilai p = 0.309, dan lokasi/letak dapur dengan nilai p = SARAN 1. Bagi puskesmas Kawalu Meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan, khususnya tentang sanitasi rumah dan pola hidup sehat guna mengendalikan faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya ISPA, dengan cara penyuluhan atau peningkatan pengetahuan masyarakat oleh tenaga kesehatan Puskesmas dengan di bentuknya kader kesehatan lingkungan disetiap Posyandu serta adanya pembinaan dan pelatihan kader kesehatan lingkungan tersebut disetiap posyandu. 2. Bagi masyarakat a. Diupayakan agar dapat memperhatikan lantai dan dinding agar tidak lagi menjadi sarana perkembangbiakan kuman. b. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni oleh lebih dua orang dewasa apabila luas kamar terlalu sempit, agar kamar yang seharusnya menjadi tempat beristirahat justru bisa menjadi penyebab terjangkitnya suatu penyakit penyakit. DAFTAR PUSTAKA Angelina Candra Dewi Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Kota Semarang. (Online) di (18 Oktober 2013). Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Laporan Program P2 ISPA Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2012.

15 Juli Soemirat Slamet. Yogyakarta, Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press, Keman Soedjajadi, 2009 kesehatan lingkungan pemukiman, fakultas kesehatan masyarakat universitas airlangga, surabaya (online) tersedia pdf/kesling/10/05/2014). Nurhidayati Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerjanpuskesmas Karangnongko Kabupaten Klaten (online) di jurnal.stiklesmukla.ac.id/index.php/motorik/article/download/45 (12 Juni 2014). Oktaviani, Hubungan Kondisi Kesehatan Lingkungan fisik Rumah dengan Penakit ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran kabupaten Ciamis, Puskesmas Kawalu Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Laporan Tahunan Program ISPA Tahun 2012 Dan Tahun Puskesmas Kawalu Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Laporan Bulanan Program P2 ISPA puskesmas Kawalu. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Nurmini,2005.faktor-faktor kesehatan lingkungan perumahanyang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di perumahan nasional (perumnas) mandalakecamatan percut sei tuan,kabupaten deliserdang (online) di ( mei 2014). Yunita, Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita di Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya (online) tersedia : ( 15 mei 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 19%, yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA

HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA Aprinda D.S. dan Soedjajadi K., Hubungan Tingkat Kesehatan Rumah HUBUNGAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA LABUHAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA 348 PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang) Esty Kurniasih, Suhartono, Nurjazuli Kesehatan

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI DESA TALAWAAN ATAS DAN DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Ade Frits Supit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap orangtua yang memiliki anak balita usia 1-4 tahun dengan riwayat ISPA di Kelurahan Kopeng Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah dasar fundamental bagi pembangunan manusia. Tanpa memandang status sosial semua orang menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia masih merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia, berdasarkan perkiraan WHO setiap tahun pneumonia membunuh balita sebanyak 1 juta sebelum ulang tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DAN KEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR AGUSSALIM 1 1 Tenaga

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ENYAKIT ISA ADA BALITA (Suatu enelitian Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten ) SISKA RISTY YOLANDA ADAM DJAFAR NIM : 811409020

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Junitje I. Pangemanan*, Oksfriani J.Sumampouw*, Rahayu H. Akili* *Fakultas

Lebih terperinci

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis)

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis) FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU ( Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis) Anne Halyda Mayangsari 1) Kiki Korneliani 2) Jl. Pacuan Kuda Dsn. Sindangsari Ds. Legokjawa

Lebih terperinci

: Kondisi fisik rumah, PHBS, pneumonia.

: Kondisi fisik rumah, PHBS, pneumonia. Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Orang Tua dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya 2014 Fahmi Fauzi Nazib 1) Andik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya mencapai visi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya mencapai visi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010 dan diharapkan akan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh penduduknya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA MARINSOUW DAN PULISAN KABUPATEN MINAHASA UTARA. Marten Jeis Takoes*, Grace D. Kandou*, Paul

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit yang menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan merupakan infeksi virus.

Lebih terperinci

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 26 April sampai 10 Mei 2013 di Kelurahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 26 April sampai 10 Mei 2013 di Kelurahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 26 April sampai 10 Mei 2013 di Kelurahan Heledulaa Utara. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui gambaran Faktor risiko penderita ISPA balita di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi, 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Buhu Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo yaitu di wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN PELAKSANAAN KLINIK SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA

SUMMARY GAMBARAN PELAKSANAAN KLINIK SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA SUMMARY GAMBARAN PELAKSANAAN KLINIK SANITASI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA Tuti Susilawati Male. 2013.Gambaran Pelaksanaan Klinik Sanitasi Dengan Kejadian Penyakit ISPA. Jurusan Kesehatan Masyarakat. Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada balita (Kartasasmita, 2010). Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1 KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN Suyami, Sunyoto 1 Latar belakang : ISPA merupakan salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan balita

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata. BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 4.9 menujukan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak Balita, antara lain disebabkan karena faktor Balita yang tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia

Lebih terperinci

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya PENGARUH KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKREJO KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas I Ngaglik, Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta pada

Lebih terperinci

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi di perkirakan terjadi lebih 2 juta

Lebih terperinci

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp LAMPIRAN 1 LEMBAR PERTANYAAN ANALISIS PENILAIAN RUMAH SEHAT DAN RIWAYAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA BALITA DI DESA SIHONONGAN KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2016 I. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO Safrizal.SA Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar E-mail: friza.maulanaboet@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BAGIAN ATAS PADA BALITA DI DESA NGRUNDUL KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut mengandung dua unsur, yaitu infeksi dan saluran pernafasan. Pengertian infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012

HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012 HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT COMMON COLD PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Sri Zein Polumulo. Nim :811408107 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI RUMAH DENGAN KELUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNTUNGAN KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2008

HUBUNGAN KONDISI RUMAH DENGAN KELUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNTUNGAN KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2008 HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN HUBUNGAN KONDISI RUMAH DENGAN KELUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNTUNGAN KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2008 Evi Naria 1, Indra Chahaya 1 dan Asmawati 2 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Menurut laporan World Health Organitation

Lebih terperinci

Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection

Keywords : House physical condition, Child under five years old, Acute Respiratory Infection HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH NELAYAN DENGAN KELUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI LINGKUNGAN PINTU ANGIN KELURAHAN SIBOLGA HILIR KECAMATAN SIBOLGA UTARA KOTA SIBOLGA TAHUN 2013

Lebih terperinci

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro HUBUNGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Castanea Cintya Dewi 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 yaitu melalui upaya kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN Militia K. Wala*, Angela F. C. Kalesaran*, Nova H. Kapantow* *Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 Disusun untuk Memenuhi salah Satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografi Wilayah kerja Puskesmas Kabila berada di wilayah Kecamatan Kabila yang wilayahnya terdiri dari 5 Kelurahan (Kelurahan Pauwo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit ISPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi banyak terjadi di negara berkembang yang mempunyai kondisi sosial ekonomi rendah. Salah satu penyakit infeksi tersebut adalah penyakit kusta. Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat obsevasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS REMU KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Infeksi Saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang ditularkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, merupakan penyebab kematian terutama di negaranegara berkembang di seluruh

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR MINAHASA Trifena Manaroinsong*, Woodford B. S Joseph*,Dina V Rombot** *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan peradangan atau infeksi pada bronkiolus dan alveolus di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan Ball,2003). Sedangkan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI WLAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGNONGKO KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009

LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI WLAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGNONGKO KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009 LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI WLAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGNONGKO KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009 Istianna Nurhidayati, Nurfitriah Program Studi SI Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA Herlina 1, Erris 2* 1 STIKes Prima Jambi 2 Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan *Korespondensi penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 10 hari

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 91 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dan Memasak Menggunakan Kayu Bakar Di Dalam Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit berbasis lingkungan merupakan penyakit yang proses kejadiannya atau fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan, berakar

Lebih terperinci

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DAN FAKTOR ANAK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA WAY HUWI PUSKESMAS KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2012 Ernawati 1 dan Achmad

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta. HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMIRI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2013

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER. DATA KHUSUS A. Perilaku Pengetahuan 1. Apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru? Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 KUESIONER. DATA KHUSUS A. Perilaku Pengetahuan 1. Apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru? Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAME KECAMATAN KUALUH HULU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arah kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR R.I No. IVMPR/1999 tentang GBHN 1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 Annisa Febriana Siregar 1, Nurmaini 2, dan Devi Nuraini 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) adalah Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan Komitmen Indonesia yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk

Lebih terperinci

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG Mia Sri Aulina, Mursid Rahardjo, Nurjazuli Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR RESIKO PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS

GAMBARAN FAKTOR RESIKO PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS GAMBARAN FAKTOR RESIKO PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS DI KABUPATEN BANYUMAS Wiwiek Fatchurohmah 1, Octavia Permata Sari 1 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan penyakit pada manusia, salah satunya adalah terjadinya ketidakseimbangan antara hubungan tiga

Lebih terperinci

Lingkungan Fisik Kamar Tidur dan Pneumonia pada Anak Balita di Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya

Lingkungan Fisik Kamar Tidur dan Pneumonia pada Anak Balita di Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya KESEHATAN LINGKUNGAN Lingkungan Fisik Kamar Tidur dan Pneumonia pada Anak Balita di Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya Nur Widodo* Abstrak Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan yang ibu peroleh dapat menentukan peran sakit maupun peran sehat bagi anaknya. Banyak ibu yang belum mengerti serta memahami tentang kesehatan anaknya, termasuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012 HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012 CORRELATION BETWEEN PARENT SMOOKING BEHAVIOR WITH ACUTE RESPIRATORY INFECTIONS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dapat menjadi media penularan penyakit. Terjadinya penyakit berbasis lingkungan disebabkan karena adanya interaksi antara manusia

Lebih terperinci

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kode Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG Evytrisna Kusuma Ningrum Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU (Studi di Desa Bagolo Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis Tahun 2013) Firmansyah, Eka Jurusan Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. Penyebaran penyakit

Lebih terperinci

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Siti Sundari, Pratiwi, PuguhYudho T Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77C Malang email: siti_sundari@yahoo.com Abstract: One of some causes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan prilaku masyarakat. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI KOTA MANADO TAHUN 2012-2016 Elisabeth Y. Lumy*, Angela F. C. Kalesaran*, Wulan P J Kaunang* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/Mei 2017; ISSN X,

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/Mei 2017; ISSN X, HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI SALURANPERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN RANOMEETO KECAMATAN RANOMEETO TAHUN 2017 Wa Ode Yuslinda 1 Yasnani 2

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci