KARAKTERISTIK DAN MASALAH PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT Oleh Kelompok VII

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK DAN MASALAH PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT Oleh Kelompok VII"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK DAN MASALAH PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT Oleh Kelompok VII A. Hakekat Keberbakatan - Landasan yuridis formal pelayanan pendidikan bagi anak berbakat adalah : Undang-Undang No. 2/1989 (telah diganti dengan ) Undang-Undang No. 20 / 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 5 : a. Ayat (2):Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan / atau mental berhak memperoleh pendidikan khusus. b. Ayat (4) : Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pndidikan khusus. (Terakhir dikelola secara khusus dengan PP No. 17 Tahun 2010 mulai dari pasal 134 s/d 137 serta dipertegas melalui PP No. 66 Tahun 2010 pasal Pasal 53 ayat (2) yakni Satuan pendidikan wajib menjamin akses pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang membutuhkan pendidikan khusus, dan layanan khusus. Konsep normatifnya Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsi mengembangkan potensi keunggulan peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan karakteristik keistimewaannya Sedangkan tujuannya untuk mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa mengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik, dan kecerdasan lain. (PP No. 17 Tahun 2010 pasal 134 ayat 1 dan 2 ) - Anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan diatas rerata normal. - Anak yang berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa disebut juga dengan istilah Gifed atau anak berbakat. Sebutan lain bagi anak yang gifed misalnya genius, bright, creative, talented, bakat istimewa. - Ciri umum anak berbakat adalah : memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari pada anak normal. - Menurut pandangan lain keberbakatan tidak hanya ditinjau dari segi kecerdasan saja, tetapi juga dilihat dari segi prestasi, kreatifitas dan karakteristik pribadi dan sosial lainnya, serta dari kemampuan yang bersifat potensial maupun aktual (prestasi). - Menurut Lucito (Cartwight, 1984) definisi keberbakatan sebagai berikut : a. Ex post fakto, yang didasarkan atas penampilan prestasi yang luar biasa dalam bidang tertentu. b. Intelligence test, yang didasarkan atas IQ sebagai tolok ukur tes kecerdasan 1

2 c. Sosial, yang didasarkan atas kecakapan-kecakapan yang secara sosial dapat disetujui (diterima) d. Presentage, yang didasarkan atas persyaratan masyarakat akan jumlah orang tersebut yang dikehendaki untuk memainkan peran-peran khusus. e. Creativity, yang didasarkan atas perilaku dan/atau unjuk kerja sebagaimana diukur oleh pengukuran kreativitas. - Menurut S.C.U. Munandar, 1982 b anak berbakat diistilahkan sebagai anak cerdas dan cemerlang. - Keberbakatan tidak semata-mata merujuk pada fungsi kofnitif melainkan pada totalitas dan keterpaduan fungsi otak. Keberbakatan harus dipandang sebagai produk perkembangan dari seluruh fungsi otak manusia. - Dalam konsep yang lebih luas istilah keberbakatan mencakup anak yang memiliki kecakapan intelektual superior yang dapat mencapai keunggulan akademik di kelompok populasinya. - Rinzully (1978) merumuskan bahwa keberbakatan itu terbentuk dari hasil interaksi tiga aspek penting yaitu : Kecakapan diatas rata-rata Komitmen tugas yang tinggi dan Kreatifitas, seperti dilukiskan sebagai berikut : Perhatikan model keberbakatan dari Rinzully (1978) Kemampuan diatas rata-rata Komitmen terhadap tugas Kreatifitas Masalah Keberbakatan Dan Kretifitas - Keberbakatan sebagai sesuatu yang berdimensi ganda karena memadukan semua simu aspek baik intelektual, prestasi akademik, kreatifitas dan bakat, serta aspek sosial. - Masalah kretifitas dan keberbakatan merupakan dua hal yang dapat dibedakan tetapi sangat erat kaitannya - Menurut Guilford (1959), Renzulli (1978), Torrance (1962), Getzles dan Jackson (1962), Clark (1983), dikemukakan bahwa didalam keberbakatan itu ada komponen penting yang disebut kreatifitas. - Kreatifitas jauh lebih luas dari kecakapan umum 2

3 - Dalam model struktur intelek dari Guilford (1959) digambarkan bahwa struktur intelek manusia terdiri atas tiga dimensi, yakni dimensi operasi, dimensi product, dan dimensi Konten dengan 120 faktor kemampuan intelektual manusia yang dapat diukur dan tahun 1982 memisahkan konten figural dari dimensi auditoris (Khatena J. 1992) sehingga mengembangkan menjadi 150 kemampuan. - Terkait proses berpikir kreatif, perlu dipahami konsep berfikir konvergen dan konsep berfikir divergen. - Konsep berfikir konvergen adalah proses berfikir linier, terarah kepada proses mempersempit alternatif untuk mencari satu jawaban yang benar. - Konsep berfikir divergen adalah proses berfikir alternatif, bahwa suatu persoalan itu dapat dilihat dari berbagai sudut pemikiran. - Faktor-faktor yang terlibat dalam berfikir divergen adalah kepekaan terhadap masalah, kelancaran proses berfikir, kebaruan gagasan, fleksibilitas, kecakapan mensintesis, kecakapan menganalisis, kecakapan mengorganisasikan, atau merumuskan kompleksisitas, dan evaluasi. - Jadi kecerdasan tinggi (Keberbakatan) tidak sama dengan berfikir kreatif. - Keberbakatan banyak digunakan didalam merujuk suatu kecakapan khusus atau prestasi tertentu. - Sedangkan kreatifitas digunakan dalam makna yang lebih luas, karena kreatifitas tidak hanya menyangkut aspek intelektual tetapi juga menyangkut aspek non intelektual. - Keberbakatan akan terwujud didalam perilaku-perilaku kreatif, atau dengan kata lain kreatifitas merupakan ekspresi puncak keberbakatan. (Clark 1988:48) Karakteritik Anak Berbakat - Karakteristik umum anak berbakat mencakup aspek-aspek intelektual, akademik, kreatifitas, kepemimpinan dan sosial, seni, afektif, sensori fisik, intuisi, dan ekologis B. Perkembangan Fisik Anak Berbakat - Pola perkembangan fisik anak pada umumnya terjadi pula pada anak berbakat - Reaksi-reaksi fisik terjadi lebih cepat dan lebih awal dari anak-anak biasa karena secara intelektual dia lebih mampu menyerap informasi dan stimulus dari luar. - Perkembangan psikomotorik dan kemampuan koordinasi anak berbakat cenderung baik cepat dari rata-rata - Karena sensitifitas intelektual yang cukup tinggi, anak berbakat cenderung menunjukan karakteristik (sensasi) fisik seperti; menerima masukan (stimulus) yang luar biasa dari lingkungan melalui kesadaran sensoris yang amat tinggi, 3

4 kesenjangan antara perkembangan fisik dan intelektual, kurang toleran terhadap kesenjangan antara standar dan keterampilan fisik. - Melihat karakteristik dan kebutuhan (sensasi) fisik anak berbakat, maka program pendidikan bagi mereka sepatutnya mempertimbangkan kebutuhan untuk : Melakukan aktifitas yang memungkinkan terjadinya integrasi dan asimiliasi data sensoris Apresiasi kapasitas fisik Menjelajahi aktifitas fisik yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan Menjelajahi aktifitas yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran dan badan C. Perkembangan Kognitif Anak Berbakat - Menurut beberapa ahli, ciri/karakteristik perkembangan kognitif anak berbakat, adalah sebagai berikut : 1. Ada perbedaan struktur otak sehingga mampu menfungsikan kedua belahan otak secara terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif. 2. Memiliki kemampuan berpikir analitis, integratif, dan evaluatif. 3. Memiliki Curiosity (rasa ingin tahu), imagination, persistence, commitment to solving problems, dan concern with the future. 4. Memiliki kemampuan berpikir superior, berpikir abstrak, menggeneralisasi fakta, memahami makna, dan memahami hubungan 5. Memiliki kesiapan belajar lebih awal. 6. Memiliki minat luas terhadap masalah manusia dan dunia. 7. Memiliki minat baca dalam berbagai bidang pengetahuan. 8. Menunjukkan kemampuan tinggi dalam matematika, terutama dalam memecahkan masalah. - Semua ciri perkembangan kognitif anak berbakat menunjukkan kemudahan yang dimilikinya dalam belajar. - Apabila karakteristik tersebut tidak tersalurkan sebagaimana mestinya tak mustahil muncul masalah sbb : 1. Kebosanan terhadap pengajaran reguler 2. Kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia 3. Dipandang sombong oleh kawan sebayanya 4. Sulit berkonformitas pada kelompok 5. Frustasi karena dia harus menjadi penunggu - Perkembangan kognitif anak berbakat juga disertari dengan perkembangan kemampuan intuitif. 4

5 - Kaitan intuisi dengan kreatifitas, bahwa fungsi intuitif berperan dalam pemunculan kreatifitas seseorang. Kreatifitas merupakan integrasi fisik maupun psikis dan bukan semata-mata perilaku intelektual. - Keunikan intuisi anak berbakat ditandai dengan kecenderungan untuk : 1. Terlibat dan peduli terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena-fenomena metafisik 2. Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman metafisis 3. Menunjukkan perilaku kreatif dalam banyak hal - Kebutuhan program pendidikan bagi anak berbakat dalam mengembangkan aspek kognitif yaitu : 1. Pengkajian informasi baru dan menantang 2. Akses terhadap kurikulum dan kehidupan intelektual yang menantang 3. Pengkajian berbagai mata ajaran dan kepedulian 4. Pemecahan masalah dalam berbagai cara 5. Penyediaan pengalaman dan dukungan bagi proses percepatan pencapaian tingkat perkembangan kognitif yang lebih tinggi 6. Kesempatan melakukan dialog bermakna tentang fenomena, memahami energi dan kecakupan intuitif, pengembangan kegiatan kreatif secara berkelanjutan. D. Perkembangan Emosi Anak Berbakat - Perkembangan emosi anak berbakat cenderung menunjukkan kekukuhan dalam pendirian sebagai manifesasi adanya kepercayaan diri yang kuat dalam upaya mencapai hasil, peka terhadap keadaan sekitar, dan senang terhadap hal-hal baru. - Kecenderungan negatif emosi anak berbakat adalah sebagai berikut : 1. Mudah tersinggung 2. Sikap egois 3. Kesulitan dalam penyesuaian diri Kecenderungan negatif emosi ini terjadi karena karakteristik yang tinggi belum tentu disertai dengan terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula. - Perkembangan emosi dalam pendidikan anak berbakat seyogyanya terakomodasikan kebutuhan yang berkenaan dengan : 1. Proses-proses kognitif yang memberikan pengalaman emosional yang bermakna 2. Klarifikasi perasaan dan harapan diri maupun orang lain 3. Pemahaman perwujudan komitmen ke dalam tindakan nyata 4. Pengembangan tujuan dan arah perilaku untuk realistik atas dasar nilai-nilai pribadi 5. Validasi timbangan moral yang berbeda di atas rata-rata 5

6 E. Perkembangan Sosial Anak Berbakat - Menurut Clark (1988), perkembangan sosial dan emosional anak berbakat adalah sebagai berikut : 1. Anak berbakat, jika dibandingkan dengan teman sebayanya, merasa lebih senang dan puas dengan keadaan dirinya sendiri dan hubungan antar pribadinya 2. Anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian emosional yang lebih baik daripada anak rata-rata walaupun kecenderungan ini lebih erat kaitannya dengan latar belakang sosial ekonomi daripada dengan kecerdasan 3. Anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang berkonformitas terhadap pendapat sebaya, lebih dominan, lebih mampu mengendalikan lingkungan, dan lebih kompetitif 4. Anak berbakat menunjukkan kecakapan kepemimpinan dan menjadi terlibat dalam kegiatan dan kepedulian sosial 5. Anak berbakat lebih cenderung memilih kawan yang memiliki kesebayaan usia intelektual daripada memilih kawan yang secara kronologis berada pada usia yang sama. - Program pendidikan bagi anak berbakat hendaknya mengakomodasikan kebutuhan akan : 1. Pemahaman tuntutan aktualisasi diri 2. Penyaluran dorongan-dorongan yang divergent 3. Keterlibatan dalam masalah sosial-sosial 4. Pemahaman kepemimpinan 5. Eksplorasi tataran berpikir tingkat tinggi F. Identifikasi Anak Berbakat Identifikasi anak berbakat hendaknya diawali dengan memahami karakteristik keberbakatan. Karakteristik umum anak berbakat mencakup aspek-aspek; intelektual, akademik, kreatifitas, kepemimpinan dan sosial, seni, efektif, sensoris fisik, intuisi dan ekologis. Karakteristik tersebut erat sekali dengan kemampuan intelektual. Oleh karena itu merupakan cara yang logis jika identifikasi anak berbakat diawali dengan pengujian kemampuan intelektual. Teknik identifikasi anak berbakat yang dapat dilakukan di sekolah ialah : a. Penggunaan Tes Kecerdasan Penggunaan tes kecerdasan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap penjaringan dan tahap seleksi. 6

7 Tahap penjaringan Tahap penjaringan dilakukan secara kelompok dengan menggunakan tes kelompok, dengan cara tersebut diharapkan dapat ditemukan anak berbakat. Secara intelektual anak yang dapat digolongkan ke dalam anak berbakat adalah mereka yang memiliki IQ 130 keatas. Tahap seleksi Tahap seleksi digunakan tes individual agar membuahkan hasil pengukuran yang lebih teliti, cermat dan akurat. Tes kecerdasan individu yang digunakan untuk mengidentifikasi keberbakatan adalah WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children). Masalah utama yang dihadapi dalam teknik ini ialah karena penggunaan tes berdasar hanya bisa dilakukan oleh orang tertentu yang berbalikan dalam hal itu. Akibatnya penggunaan teknik ini memiliki keterbatasan. b. Studi Kasus Identifikasi anak berbakat dilakukan dengan jalan menghimpun berbagai informasi tentang anak dari berbagai sumber baik orang tua, guru, teman sebaya atau pihak lain yang dianggap mengetahui tentang anak itu G. Masalah-Masalah Dan Dampak Keberbakatan Anak keberbakatan mengandung atau memunculkan masalah bagi : a. Individu sendiri, b. Keluarga, c. Masyarakat, d. Penyelenggara pendidikan. Secara singkat masalah tersebut adalah : 1. Masalah dan dampak bagi individu Anak berbakat memiliki kemungkinan masalah-masalah individu yang dirumuskan dalam kecenderungan-kecenderungan. 1) Kecepatan perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan kekuatan fisik, sehingga terjadi kesenjangan diantara keduanya, dapat menimbulkan perasaan tidak ade kuat pada diri anak. Perasaan semacam ini dapat mendorong anak tidak peduli terhadap kegiatan fisik kelompok, sehingga dapat menimbulkan frustasi, kecewa dan tidak puas terhadap kehidupan kelompok sebaya. 2) Perkembangan kognitif anak berbakat lebih cepat dari teman sebaya akan menimbulkan kebosanan terhadap pengajaran reguler, kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia, sulit berkonfirmasi dalam kelompok, frustasi 7

8 karena harus menunggu kelompok. Kondisi semacam ini menimbulkan kesulitan penyesuaian diri anak berbakat. 3) Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun informasi yang tidak diimbangi dengan perkembangan emosi dan kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan perkembangan emosi. Kondisi semacam ini akan membuat individu rawan terhadap kritik, bersikap serius, dan menentang, menentukan nilai sendiri dan tujuan yang mungkin tidak realistis. 4) Kematangan sosial dan kecakapan kepemimpinan yang tumbuh lebih awal pada anak berbakat dapat menimbulkan masalah penyesuaian diri. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan perasaan tidak tertantang dan dapat mendorong individu untuk mengambil pemecahan masalah melalui jalan pintas. 2. Masalah dan dampak bagi keluarga Keberbakatan akan membawa dampak iklim dan perlakuan keluarga. Orang tua yang tidak memahami dan menyadari akan potensi yang dimiliki anaknya bisa jadi tidak peduli dan merespon perilaku anak tadi. Orang tua berupaya supaya anaknya patuh dan mengikuti pola interaksi sebagaimana layaknya anak pada umumnya. Kecenderungan orang tua untuk menghardik anaknya kalau anak itu melibatkan diri dalam urusan orang tuanya, memaksakannya untuk bermain dengan teman seusianya. Sikap orang tua tersebut akan menimbulkan letak beruntung dalam keberbakatan (disadvantages child). Dalam menghadapai anak berbakat orang tua harus menunjukkan sikap memahami, peduli terhadap pikiran dan perasaan anak, bersikap terbuka dan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan dirinya. Peran orang tua adalah guru bagi anak berbakat dalam lingkungan. Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua di dalam membantu dan membimbing anak berbakat ialah : 1) Ciptakan komunikasi terbuka antara orang tua-anak dan antar anak dengan disertai kasih sayang 2) Berikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk menghadapi dan memecahkan masalah 3) Sertakan anak dalam kegiatan orang tua sehingga anak memperoleh wawasan yang lebih luas dan mendalam 4) Perhatikan kebutuhan utama anak dan upayakan untuk memenuhinya secara wajar 8

9 5) Berikan anak kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang dipikirkan dan disenangi 6) Hargai upaya dan hasil kerja anak dan ikuti perkembangannya 7) Bantulah anak untuk mengembangkan, memahami dan menyesuaikan kebutuhan-kebutuhannya 8) Bantulah anak menyusun skala prioritas kegiatan 9) Sediakan fasilitas dan sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh anak untuk memenuhi hasrat keinginan tahunya 10) Berilah anak untuk memahami perbedaan individu melalui pembentukan pengertian 11) Perhatikan kebutuhan gizi dan kesehatan anak 12) Tanyakan rasa bahagia dalam hidup bersama dia 3. Masalah dan dampak bagi masyarakat Masalah dan dampak keberbakatan bagi kehidupan masyarakat terlebih pada isu sosial maupun politis bagaimana perlakuan terhadap anak berbakat diberikan terutama layanan pendidikan yang mungkin diperolehnya. Contoh, pendidikan khusus yang diperoleh anak berbakat mungkin akan menimbulkan sikap elitisme dan ekslusif atau dintegrasikan ke dalam sistem persekolahan biasa yang mungkin akan menimbulkan masalah-masalah bagi anak itu sendiri. Masalah keberbakatan membawa dampak terhadap pengambilan kebijakan pendidikan. 4. Masalah dan dampak bagi penyelenggara pendidikan Perbedaan program pendidikan bagi anak berbakat bukan sekedar berbeda, tetapi secara kualitatif memang menghendaki perbedaan walaupun tidak berarti harus terpisah dari anak-anak biasa. Perbedaan kualitatif perlu karena anak berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan suatu permasalahan yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Program pendidikan anak berbakat akan menyangkut berbagai aspek : - Fisiologis - Tujuan pendidikan anak berbakat - Isi kurikulum - Proses belajar mengajar 9

10 H. Dimensi Program Pendidikan Anak Berbakat Dimensi program pendidikan anak berbakat adalah karakteristik dan kebutuhan anak. Dan ada dimensi lain yang harus dipertimbangkan ialah dimensi : a) Filosofis b) Tujuan program c) Struktur isi d) Lingkungan belajar e) Model evaluasi 1) Dimensi Filosofis Landasan filosofis pendidikan anak berbakat yaitu Pancasila. Artinya bahwa pengembangan program pendidikan bagi anak berbakat harus bertolak dari pandangan tentang hakikat manusia menurut Pancasila, yaitu sebagai makhluk indah, sosial dan makhluk Tuhan YME. 2) Tujuan Program Tujuan pendidikan bagi anak ialah tujuan pendidikan nasional, tetapi secara kualitatif intensitas perilaku yang dikembangkan melintasi jumlah peserta didik pada umumnya. Tujuan utama program pendidikan anak berbakat ialah memberikan kesempatan kepada dia untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak ditemukan dalam program kelas biasa. 3) Struktur (isi) program Program pendidikan anak berbakat dengan anak biasa adalah sama atau kurikulum atau struktur program anak biasa sama dengan anak berbakat. Perbedaan program hanya ada karena adanya perbedaan kebutuhan, maka struktur isi program pendidikan anak berbakat merefleksikan pemenuhan kebutuhan tersebut. Program pendidikan anak berbakat secara terpadu hendaknya mencakup unsur-unsur berikut ini : a) Pengembangan ranah kognitif / intelektual b) Pengembangan ranah afektif c) Pengembangan ranah fisik d) Pengembangan ranah intuity e) Pengembangan ranah kemasyarakatan 4) Lingkungan Belajar Lingkungan belajar bagi anak berbakat adalah lingkungan yang menantang dan kondusif untuk terjadinya kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik. 10

11 Belajar mandiri, terbuka, kompleksitas, penuh penerimaan dan memungkinkan terjadinya mobilitas. Artinya lingkungan belajar bagi anak berbakat memerlukan penataan tersendiri baik secara fisik, psikolgis maupun sosial. Secara fisik : maksudnya lingkungan belajar harus memungkinkan tersedianya sumber informasi untuk pembentukan dan integrasi konsep Secara psikologis : lingkungan belajar harus mempertimbangkan kesertaan individu untuk mengembangkan konsep diri secara realistis, belajar menerima tanggung jawab, mampu buat kendali diri secara internal, serta mempelajari nilai-nilai intrinsik yang ada pada dirinya Secara sosial : lingkungan belajar harus memungkinkan peserta didik bekerja sama dalam memecahkan masalah, mengembangkan keterampilan kepemimpinan, dan fleksibilitas komunikasi dalam kelompok 5) Model Evaluasi Evaluasi program anak berbakat adalah program yang bertolak dari kecerdikan dan kebutuhan mereka. Oleh karena itu evaluasi program dalam arti tingkat kepadanan isi dan kebutuhan tersebut perlu secara berkesinambungan dilakukan. Evaluasi hasil anak berbakat selalu mencapai tingkat penguasaan yang tuntas. I. Telaah Model Program Alternatif a. Menurut Getzelsde Dillon secara konvensional model-model program alternatif dapat digolongkan ke dalam model akselerasi, pengayaan dan kelas khusus. b. Sedangkan Mitchel, kesimpulan studi sekolah-sekolah di Amerika Serikat cenderung meninggalkan model pengayaan, karena model ini hanya menambah program khusus untuk memenuhi kebutuhan anak bakat tanpa harus memisahkan mereka dari kelasnya. c. Bentuk lainnya adalah model pengelompokan kecakapan, dengan sistem pullout yaitu memisahkan anak berbakat dari kelas reguler pada kegiatan tertentu. Sedangkan pada kegiatan lainnya mereka bergabung kembali dengan kelas reguler. d. Sedangkan telaah yang dilakukan oleh Findley dan Bryan menyatakan bahwa model pengelompokan ini tidak secara konsisten menunjukan nilai positif dalam membantu peserta didik mencapai hasil belajar yang lebih tinggi atau mengalami kondisi belajar yang lebih efektif. 11

12 e. Studi lain yang dilakukan oleh Halinan dan Sorensen bahwa pengelompokan kecakapan ini memiliki keunggulan dan kelemahan dalam perkembangan sosial peserta didik. Keunggulannya bahwa model bisa memperkuat ikatan sosial sesama anggota kelompok, tetapi dipihak lain jika tingkat kecakapan itu berkaitan dengan status sosial, ekonomi, etnis atau kelompok model ini akan menumbuhkan kelas yang tidak sehat. f. Model selanjutnya adalah model akselerasi. Model ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk mulai dari memasuki sekolah formal dalam usia dini, loncat kelas atau mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi. Pada akhirnya peserta didik dapat menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang lebih singkat. J. Alternatif Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia Hasil-hasil studi yang dikemukakan menunjukkan bahwa model akselerasi cenderung merupakan model yang paling memadai. Sedangkan model pengayaan adalah model yang tidak direkomendasikan. Sementara model pengelompokan kecakapan yang mengarah kepada pembentukan kelas atau sekolah khusus merupakan model kontroversial. Melihat kemungkinan-kemungkinan diatas tampaknya model akselerasi merupakan model alternatif yang dapat dipertimbangkan sebagai model yang cocok untuk sistem pendidikan anak berbakat di Indonesia. Karena model ini bisa diselenggarakan disetiap sekolah tanpa memerlukan guru khusus kecuali membekali guru itu dengan kesiapan dan kemampuan tertentu. Dengan model ini memungkinkan akan mengatur semua aspek perkembangan kepribadian peserta didik sehingga terhindar dari disintegrasi kepribadian. November 2013 Kelompok 7 : Anggota : 1. B. Daru Sucipto BTN 2. Yuswan 3. Wartini 4. Sugiarti 5. Paryatmi 6. Siti Sutarmi 7. Atut Yuliarni 8. Agus Hertopo 9. Wahyu Dwiana Safitri 12

13 Sebagai tambahan informasi normative sbb : K. Program Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia (sekarang) UU No. 20 Tahun 2003 melalui pasal 5 ayat (4) menegaskan bahwa Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Sebagai konsep pendidikan khusus dituangkan dalam pasal 32 ayat (1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Secara teknis program penanganan anak berbakat saat ini diatur dalam PP No. 17 tahun 2010 sebagai berikut : Pasal 135 (1) Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan formal TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat. (2) Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa: a. program percepatan; dan/atau b. program pengayaan. (3) Program percepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan persyaratan: a. peserta didik memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa yang diukur dengan tes psikologi; b. peserta didik memiliki prestasi akademik tinggi dan/atau bakat istimewa di bidang seni dan/atau olahraga; dan c. satuan pendidikan penyelenggara telah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan. (4) Program percepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan dengan menerapkan sistem kredit semester sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (5) Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dalam bentuk: a. kelas biasa; b. kelas khusus; atau c. satuan pendidikan khusus. Kelompok 7 : 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

1. Sekolah khusus Yaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

1. Sekolah khusus Yaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa Bentuk-bentuk penyelenggaraan program percepatan belajar, ditinjau dari bentuk penyelenggaraan dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Clark, 1983) sebagai berikut: 1. Sekolah khusus Yaitu semua siswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari pembangunan dan juga berperan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk dapat memperoleh pendidikan melekat pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan negara menjamin hak dasar setiap warga negara terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pengembangan diri dan memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

Pengelolaan Pendidikan Kelas Khusus Istimewa Olahraga. menuju tercapainya Prestasi Olahraga

Pengelolaan Pendidikan Kelas Khusus Istimewa Olahraga. menuju tercapainya Prestasi Olahraga Pengelolaan Pendidikan Kelas Khusus Istimewa Olahraga menuju tercapainya Prestasi Olahraga Oleh: Sumaryanto Dosen FIK UNY Dipresentasikan dalam acara Program Kelas Khusus Olahraga Di SMA N 4 Yokyakarta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana

Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana Skripsi (Sarjana)--. 2009 Pembimbing 1. KUSMINTARDJO ; 2. DJUM DJUM NOOR BENTY Oleh Faradiana, Iva ABSTRAK Penyelenggaraan

Lebih terperinci

SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN. Konsep, Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si

SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN. Konsep, Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN Konsep, Dan Definisi Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si yuyus@upi.edu HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI KEPANDAIAN BERPIDATO ROMAWI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

Psikologi Pendidikan SETIAWATI

Psikologi Pendidikan SETIAWATI Psikologi Pendidikan SETIAWATI PPB- FIP- UPI BAKAT MINAT DAN KEMAMPUAN BAKAT MINAT KEMAMPUAN INTELEGENSI WECHSLER W.STERN BINET TERMAN TEORI INTELEGENSI TEORI DAYA (FACULTY THEORY). TEORI DWI FAKTOR (THE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih banyak bersifat klasikal. Artinya, berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana Psikologi S-1 Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.artikata.com/, diakses 2 Maret 2015) (http://kbbi.web.id/, diakses 2 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. (http://www.artikata.com/, diakses 2 Maret 2015) (http://kbbi.web.id/, diakses 2 Maret 2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Children : 1.Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. 2. Golongan usia antara 0-12 tahun.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA. Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung)

PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA. Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung) PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung) HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan individu berharap untuk selalu berkembang dan mewujudkan diri. Ini artinya setiap

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd A. PEMBELAJARAN BAGI ABK B. PERTIMBANGAN PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS C. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS A. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka pada bab ini, akan dijelaskan beberapa teori tentang siswa underachiever, karakteristik, ciri-ciri, penyebab siswa menjadi underachiever, upaya pecegahan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh CYNTIA DEWI JAYATI F 100 050 197

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek

BAB I PENDAHULUAN Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek BAB I PENDAHULUAN Bab yang dilaporkan ini adalah Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif dari buku yang berjudul : Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek yang ditulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari seluruh aspek kehidupan, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting. Seperti yang dikatakan oleh Munandar dalam bukunya (1999:6) kreativitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

TERMAN IQ RENZULI KECERD, TASK COMMIT & KREATIVITAS TYLER & TORRANCE IQ + KREATIVITAS

TERMAN IQ RENZULI KECERD, TASK COMMIT & KREATIVITAS TYLER & TORRANCE IQ + KREATIVITAS PENDIDIKAN ANAK DENGAN POTENSI KECERDASAN DAN BERBAKAT ISTIMEWA HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI KEPANDAIAN BERPIDATO ROMAWI KEPANDAIAN BERPERANG TERMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan

Lebih terperinci

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peserta didik berbakat yang berada pada usia remaja memiliki kemampuan yang lebih tinggi diberbagai bidang dibandingkan dengan anak pada umumnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 3 tentang BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pelayanan pendidikan yang semakin maju, tak hentinya membuat pemerintah juga memperhatikan pelayanan pendidikan untuk anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program akselerasi merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan anak gifted menjadi sangat bernilai. Potensinya yang unggul dalam intelektualitas, kreativitas, dan motivasi menjadikan anak berbakat sebagai kekayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan manusia yang berkualitas. Pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada peradaban modern yang makin berkembang pesat sekarang ini, negara kita mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai kehidupan. Dalam persaingan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Akselerasi atau Program Percepatan Belajar atau terakhir istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu gambaran untuk kemampuan yang ada pada diri seseorang. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda, dengan adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia sampai sekarang peranan matematika dianggap penting. Matematika berbeda dengan ilmu lain. Meteri matematika bersifat kreatif, menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bervariasi dalam suatu proses pembelajaran. Perbedaan tersebut dapat menjadi

I. PENDAHULUAN. bervariasi dalam suatu proses pembelajaran. Perbedaan tersebut dapat menjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kemampuan setiap peserta didik berbeda antara yang satu dengan lainya, hal ini dapat terlihat dari hasil belajar yang dicapai dan prestasi siswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011 KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011 Materi Pokok Kompetensi Guru : Penjaskes : Pedagogik dan Profesional STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR ESENSIAL 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang dilalui dan dilakukan oleh setiap manusia dalam rangka memahami sesuatu. Dalam belajar, setiap manusia akan melewati tahapan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD N MUDAL KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI di susun untuk

Lebih terperinci

MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA

MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA KEMATANGAN KESIAPAN UNTUK MELAKUKAN FUNGSI PERTUMBUHAN SECARA FISIK SEMPURNA SIAP UNTUK MELAKUKAN GERAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan yang ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan di indonesia senantiasa tidak pernah lepas dari berbagai masalah. Bahkan tak jarang setelah satu masalah terpecahkan akan muncul masalah baru. Hal ini

Lebih terperinci

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS KOMPETENSI SOSIAL ANAK GIFTED Oleh: L. Rini Sugiarti, S.Psi, M.Si, Psikolog* Ada dugaan, bahwa anak yang cerdas dan berbakat (gifted child), memiliki kompetensi social yang rendah. Artinya, pintar tapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan

Lebih terperinci

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Alasan Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dilihat dari kedudukan usia dini bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Meskipun manusia itu adalah makhluk yang paling sempurna baik

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PEMBELAJARAN TATA BUSANA BERBASIS KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Oleh: Suciati Prodi Pendidikan Tata Busana, Jurusan PKK, FPTK UPI ABSTRAK Kreativitas atau daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan nasional. Menghadapi proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang. pada pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang. pada pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Dalam dunia pendidikan, kurikulum sangat berperan penting untuk pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan meliputi rencana dan proses yang akan menentukan hasil yang ingin di capai sebagaimana termasuk dalam UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat (1) tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME ( PTK di Kelas VIII Semester 2 SMP Ne geri 1 Nogosari) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan perpaduan antara belajar dan mengajar. Seperti tercantum pada Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD saat ini sangatlah penting, sebab merupakan pendidikan dasar yang harus diterima anak-anak. Selain itu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka

Lebih terperinci

Pendidik. Pengertian. Pendidik. Hakekat PAUD-KBK PAUD-SPN AKD-NON. Oleh: Dra. OCIH SETIASIH, M.Pd

Pendidik. Pengertian. Pendidik. Hakekat PAUD-KBK PAUD-SPN AKD-NON. Oleh: Dra. OCIH SETIASIH, M.Pd Pengertian Pendidik Hakekat PAUD-KBK PAUD-SPN AKD-NON Pendidik Oleh: Dra. OCIH SETIASIH, M.Pd Pengertian PENDIDIKAN Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh orang dewasa untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Hal apa saja yang perlu dipahami oleh guru mengenai siswa? Aspek perkembangan anak sekolah dasar (SD) 1. Perkembangan motorik dan persepsi. Proses

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII E SMP Negeri 3 Patebon Kendal Pokok Bahasan Balok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian yang melengkapi dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI 176 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI terhadap prestasi belajar siswa b) pengaruh kemampuan guru SKI dalam mengelola kelas terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci