MEMPRODUKSI CUKA (ASAP CAIR) UNTUK KESEHATAN TANAMAN. CORRYANTI dan FRIDA E.ASTANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMPRODUKSI CUKA (ASAP CAIR) UNTUK KESEHATAN TANAMAN. CORRYANTI dan FRIDA E.ASTANTI"

Transkripsi

1 MEMPRODUKSI CUKA (ASAP CAIR) UNTUK KESEHATAN TANAMAN CORRYANTI dan FRIDA E.ASTANTI PUSLITBANG PERUM PERHUTANI - CEPU 2015

2 MEMPRODUKSI CUKA (ASAP CAIR) UNTUK KESEHATAN TANAMAN CORRYANTI dan FRIDA E.ASTANTI PUSLITBANG PERUM PERHUTANI - CEPU 2015

3 Memproduksi Cuka (Asap Cair) Untuk Kesehatan Tanaman Penulis : Corryanti dan Frida E. Astanti ISBN : Desain Sampul dan Tata letak : Corryanti dan Edi Purwanto Penerbit : Puslitbang Perum Perhutani Cepu Redaksi : Jl. Wonosari Batokan Tromol Pos 6 Cepu Jawa Tengah Telp : Fax : Web : puslitbang_dokinfo@yahoo.co.id puslitbang.dokinfo@ gmail.com Cetakan : Kedua, 2015 : Memproduksi Cuka (Asap Cair) Untuk Kesehatan Tanaman Cetakan : Pertama, 2014 : Memproduksi Cuka Untuk Kesehatan Tanaman Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini, tanpa seijin Puslitbang Perhutani. i

4 PENGANTAR KAPUSLITBANG Mengenalkan cuka (asap cair) kepada pembaca, sesungguhnya bukan merupakan hal yang baru, karena teknologi cuka kayu, yaitu cairan hasil proses kondensasi (pengembunan) ini mulai banyak dikenali orang di lapangan, dan disadari sebagai bio-teknis yang ramah lingkungan. Upaya Puslitbang dalam memproduksi dan mengujicobakannya pada semai dan bibit tanaman kehutanan perlu diinfo-tularkan kepada petugas di lapangan, sehingga harapan mengelola hutan secara lestari dan ramah lingkungan ini secara praktis teknis menjadi bagian budaya penyiapan tanaman yang sehat dan kuat. Semoga bermanfaat. Cepu, Maret 2015 Kepala Puslitbang SUWARNO ii

5 PENGANTAR PENULIS Buku cuka kayu dalam terbitan pertama mendapatkan respon yang baik dari masyarakat pengguna di lapangan. Dalam bahasa sehari hari, pemahaman cuka kayu ini ternyata lebih pas bila diganti dengan asap cair. Dengan demikian terbitan kedua ini mengganti istilah cuka kayu dengan asap cair. Asap cair mengandung asam yang memiliki multi-fungsi bagi tanaman, baik sebagai biopestisida maupun menambah hara tertentu. Teknik memproduksi cuka kayu kami adopsi dari inovasi peneliti Puslitbang Keteknikan Pengolahan Hasil Hutan Kementerian Kehutanan. Produk asap cair merupakan obsesi kami kelak dapat menjadi bagian dari manajemen, persemaian hingga pengelolaan tanaman hutan di lapangan. Pengenalan asap cair menjadi penting, ketika inovasi ini mulai dikenal luas di kalangan petugas lapangan di persemaian di wilayah kerja Perhutani. Buku ini memberikan sekelumit pencerahan tentang asap cair, agar bekerja dengannya dapat dibekali pemahaman tentang fungsi, manfaat, memproduksi dan menggunakannya. Salam Penulis Corryanti iii

6 DAFTAR ISI HALAMAN PENGANTAR KAPUSLITBANG... i PENGANTAR PENULIS... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... v BAB 01.PENDAHULUAN... 1 BAB 02. APA ITU CUKA (ASAP CAIR)?... 2 A. Pengertian Cuka (Asap Cair)... 2 B. Manfaat Cuka (Asap Cair)... 4 BAB 03. PENYIAPAN BAHAN DAN ALAT PEMRODUKSI CUKA (ASAP CAIR)... 6 BAB 04. UJI COBA PENGGUNAAN CUKA (ASAP CAIR) PADA TANAMAN KEHUTANAN... 9 BAB 05. PENUTUP DAFTAR BACAAN iii

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 01. Macam-macam bahan baku input membuat Cuka (Asap Cair)... 4 Gambar 02. Komponen instalasi membuat Cuka (Asap Cair)... 7 Gambar 03. Tahap kerja membuat Cuka (Asap Cair)... 8 Gambar 04. Tampilan bibit penyakit dumping off dan bercak daun... 9 Gambar 05. Bibit terserang bercak iv

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 01. Senyawa kimia cuka (asap cair) asal kayu pinus (pinus merkusii)... 3 Tabel 02. Hara dalam cuka (asap cair) asal kayu pinus (pinus merkusii)... 3 Tabel 03. Contoh manfaat cuka (asap cair) dalam kehidupan... 5 Tabel 04. Analisa biaya pembuatan instalasi cuka (asap cair)... 6 v

9 1 Pendahuluan 01. PENDAHULUAN Pengalaman mengusahakan tanaman selalu saja menyisakan pekerjaan rumah menghadapi masalah kesehatan tanaman. Adalah menjadi tanggungjawab kita bersama secara terus menerus, tiada pernah berhenti untuk menemukan cara paling efektif mengatasi hama dan penyakit pada tanaman kehutanan. Dinamika lingkungan hidup memicu terjadinya perubahan iklim, dilanjutkan dengan perubahan cuaca, sehingga memicu perubahan siklus hidup hama dan penyakit, bahkan meningkatkan keragaman hama dan penyakit yang muncul di sekitar tanaman kita. Salah satu cara paling bijak mengatasi hama dan penyakit pada tanaman adalah mencari potensi alam di sekitar tanaman untuk dijadikan penawar (obat) bagi kesehatan tanaman. Penggunaan bahan-bahan kimiawi berbahaya dan beracun, dewasa ini tidak saja membahayakan tanaman dan tanah tempat tumbuh, tetapi juga mengancam kesehatan manusia. Oleh karena itu, pendekatan yang bersikap ramah terhadap lingkungan kini menjadi trend yang disukai masyarakat. Asap Cair adalah salah satu potensi yang terdapat di sekitar tanaman, yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan tanaman. Asap Cair diharapkan akan bisa menjadi bagian dari prosedur kerja dalam pembibitan di persemaian. Tujuan dari penggunaan asap cair secara praktis di lapangan, yaitu: 1. Memberikan pilihan solusi untuk mengatasi masalah kesehatan tanaman. 2. Menghasilkan satu terobosan baru dalam prosedur pembibitan dengan sentuhan kerja yang bersahabat dengan lingkungan (eco-friendly).

10 Apa itu Cuka (Asap Cair)? APA ITU CUKA (ASAP CAIR)? a. Pengertian Cuka (Asap Cair) Asap Cair yang diperkenalkan di sini adalah produk cair, berasal dari kondensasi (pengembunan) asap proses karbonisasi materi yang berlignoselulosa. Asap cair ini mengandung tiga komponen utama, yaitu asam asetat, fenol, dan alkohol. Asap cair biasa dikenal dengan istilah lain, yaitu cuka kayu. Penamaan cuka karena senyawa yang mendominasi (sekitar 50 per sen) adalah asam asetat, CH 3COOH. Bahan dasar untuk membuat asap cair ini bisa divariasikan, tergantung limbah yang tersedia di sekitar. Misalnya, konus buah pinus, tempurung kelapa, limbah kayu gergajian, daun kayu putih limbah, dan sebagainya, maka bisa saja menamakannya berturut-turut cuka konus, cuka tempurung kelapa, cuka kayu gergajian, cuka limbah kayu putih, dan lain-lain. Asam asetat dalam sehari-hari digunakan sebagai pengawet makanan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berkembang. Alkohol merupakan senyawa yang berfungsi sebagai denaturasi protein, sehingga dapat merusak membran sel. Sementara fenol adalah senyawa desinfektan yang dapat menghambat aktivitas enzim. Dengan memahami manfaat senyawa kimia yang ada dalam asap cair, memungkinkan asap cair ini berfungsi dalam banyak kegunaan, mulai dari bahan kesehatan tanaman, meningkatkan produktivitas ternak, pembasmi bau tak sedap, kesehatan, farmasi dan kecantikan. Di Jepang, pengembangan teknologi pembuatan asam kayu semakin pesat, dan dimanfaatkan dalam keseharian hidup masyarakatnya, dari sebagai pengawet makanan hingga pengobatan sejumlah penyakit. Sifat asam cuka dapat menjadi inhibitor (penghambat) pertumbuhan mikroorganisme yang mengancam tanaman, seperti fungi, bakteri dan lainnya; di sisi lain asap cair mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sehingga dapat menggantikan (alternatif) penambah hara makro dan mikro bagi tanaman. Sebuah penelitian, dilakukan oleh mahasiswa S3 di IPB, asap cair dapat dijadikan pilihan stimulan untuk memproduksi getah pada tanaman pinus. Walau hasil produksi getahnya belum sebesar diberi stimulansia anorganik, penggunaan asap cair dapat diandalkan sebagai bagian dari mengelola hutan secara ramah lingkungan dan lestari (berkesinambungan).

11 Apa itu Cuka (Asap Cair)? Tabel 01. Senyawa kimia cuka (asap cair) asal kayu pinus (Pinus merkusii) Sumber : Hasil analisis Puslitbang Hasil Hutan Bogor Nomor KT.9/VIII/P3KKPHH-6/2011 Tabel 02. Hara dalam cuka (asap cair) asal kayu pinus (Pinus merkusii) Sumber : Hasil analisis hara Puslitbang Hasil Hutan Bogor, Nomor KT.9/VIII/P3KKPHH-6/2011 3

12 Apa itu Cuka (Asap Cair)? b. Manfaat Cuka (Asap Cair) Memproduksi asap cair dapat dilakukan bersamaan dalam proses membuat arang (pengarangan). Asap cair dapat berasal dari materi berupa kayu-kayu limbah atau sebetan (potongan kayu) yang tak terpakai, seperti dari bahan bangunan, limbah industri gergajian, ranting-ranting kayu yang terbuang sebagai limbah, konus (rumah buah), tempurung kelapa limbah, dan lain-lain. Kayu Pinus - limbah Konus (kerucut) pinus limbah Industri kayu Tempurung kelapa Gambar 01. Macam- macam bahan baku input membuat cuka (asap cair) Dengan bahan baku yang berasal dari limbah, pembuatan asap cair akan mudah dipraktikkan di tengah kegiatan sehari-hari masyarakat, dan dapat menghasilkan pendapatan dengan cepat. Dari sisi modal dan penyiapan bahan baku, memproduksi asap cair tidaklah semahal membuat pestisida, misalnya. Karena bahan baku asap cair berasal dari materi di sekitar, maka pemanfaatannya pun dijamin aman akan bahan berbahaya dan beracun (B3). Cuka kayu mulai banyak dimanfaatkan di dunia pertanaman, karena telah terbukti mampu meningkatkan kesehatan tanaman, dan dapat menggantikan pupuk kimia dengan dosis tertentu. Secara umum asap cair yang bersifat asam ini dapat berfungsi sebagai anti-bakteri, anti-fungi, anti-metanogenesis, dan anti-oksidan. 4

13 Apa itu Cuka (Asap Cair)? 1. Insektisida/ pembasmi rayap, semut, nyamuk Tabel 3. Contoh manfaat cuka (asap cair) dalam kehidupan No Manfaat Keterangan penggunaan 2. Memicu pertumbuhan tanaman jati secara vegetatif Disemprotkan pada tempat yang terserang rayap, dosis cc/lb Disemprotkan ke daun, dosis 20 cc/lt setiap 2 minggu ATAU d isemprotkan ke akar tanaman, dosis 20 cc/lt setiap 2 minggu 3. Pengganti formalin Untuk mengawetkan makanan, dan tidak berbahaya bagi tubuh manusia. 4. Obat penyakit kulit dan penetral bau badan Penyakit kulit seperti kudis, rasa gatal, anti inspeksi. Caranya dioleskan pada kulit yang sakit/ bermasala, dan diulang sampai tiga hari sekali. 5. Penyehat ternak kambing kambing yang diminumkan asap cair tingkat kesuburannya lebih besar dari 6. Pembersih dan penghilang bau tak sedap kandang ternak kambing biasa. Bisa langsung disiramkan saja, atau dicampurkan ke makanan atau minuman ternak dengan dosis wajar. 7. Manfaat lain-lain Pembersih kaca mata. Anti Jamur Pada pakaian. Menghilangkan karat. Bahan dasar bahan bangunan seperti CAT dan LEM. Sumber : N.Jaojah, Teknologi Pembuatan Arang & Cuka Kayu (Wood Vinegar),

14 Penyiapan bahan dan alat pemroduksi cuka (asap cair) PENYIAPAN BAHAN DAN ALAT PEMRODUKSI CUKA (ASAP CAIR) a. Penyiapan alat/ instalasi pemroduksi cuka (asap cair) Instalasi asap cair dapat dibangun di dekat lokasi tempat kita tinggal atau tempat kita bekerja seharihari. Komponen yang akan dirakit pun tidak membutuhkan modal besar. Dimulai dari menyiapkan satu drum (bekas) yang sudah dilubangi bagian dasarnya dengan diameter lubang sekitar 1,5 cm. Untuk komponen proses pendinginan disiapkan cerobong atau sungkup yang anti-karat, dan pipa besi atau paralon berdiameter 3 cm sepanjang 6 m. Tungku pembakar kayu atau materi input terbuat dari batu bata. Bahan-bahan tersebut tidaklah memakan biaya yang tinggi, terhitung menghabiskan tidak lebih dari 1,7 juta rupiah. Tabel 04. Biaya penyiapan instalasi cuka (asap cair) *) Harga berdasarkan Tarif Biaya Perhutani tahun Dengan menggunakan drum dapat menampung volume input sekitar 0,2 m, dan akan menghasilkan asap cair sekitar 12 liter. Bila teknik ini dikembangkan lebih efisien, produktivitas cuka bisa lebih banyak.

15 Penyiapan bahan dan alat pemroduksi cuka (asap cair) Cerobong bawah Drum Instalasi Asap Cair Pipa besi 2 lapis, berukuran 2,5 cm dan 5 cm Tungku (pawon) Cerobong atas Gambar 02. Komponen instalasi membuat cuka (asap cair) 7

16 Penyiapan bahan dan alat pemroduksi cuka (asap cair) b. Pembuatan cuka (asap cair) Kayu yang sudah kering dimasukkan dalam drum Bahan dalam drum dibakar sampai mengeluarkan asap Drum ditutup sampai selesai proses pembakaran Setelah 25 menit akan keluar cairan berwarna kuning. Asap cair dalam kemasan Gambar. 03 Tahap kerja membuat cuka (asap cair) Kayu yang sudah kering disusun dalam drum sampai terisi hampir penuh. Pipa yang menempel pada drum dihubungkan dengan cerobong, dan cerobong ini dihubungkan dengan pipa pendingin. Setelah semua pekerjaan di atas siap, tungku mulai dinyalakan. Setelah tungku mengeluarkan asap tebal sekitar 5 menit drum ditutup dan diatur sedemikian rupa, agar asap tidak ke luar. Biasanya dicukupi dengan tanah lempung. Sekitar 25 menit akan ke luar cairan bewarna bening, secara berangsur angsur cairan yang ke luar berwarna hitam. Warna cairan hitam ini menandakan asap cair telah ke luar semua dari pengasapan kayu. Tumpukan kayu didalam drum dapat dijadikan arang, dengan menutup tungku rapat. 8

17 9 Uji coba penggunaan cuka (asap cair) pada tanaman kehutanan 04. UJI COBA PENGGUNAAN CUKA (ASAP CAIR) PADA TANAMAN KEHUTANAN Praktik memanfaatkan asap cair sudah mulai dikenalkan sejak tahun 2008 kepada petugas persemaian di lapangan wilayah Perhutani yang memiliki persemaian pinus. Ancaman pembibitan pinus sejak dulu hingga hari ini masih berkutat pada penyakit lodoh (damping off) dan penyakit bercak daun. Serangan besar-besaran kedua penyakit ini mampu mematikan bibit pinus hingga 50 per sen (akibat lodoh), misal kasus di persemaian di KPH Kedu Utara, tahun 2010; dan bercak daun hingga 75 persen, contoh di KPH Banyumas Barat, tahun Gambar. 04 Tampilan bibit terkena penyakit damping off (gambar kiri) dan bercak daun (gambar kanan) Pemberian asap cair pada benih dan media tabur bahkan dapat menurunkan kematian semai pinus akibat lodoh hingga 45 persen. Pemberian asap cair menunjukkan aksi solusi yang bersifat multi level pengendalian; tidak hanya mencegah, tetapi juga mengendalikan dan memberantas ancaman hama dan penyakit. Pengamatan hasil aplikasi penyemprotan asap cair menumbuhkan kecambah benih pinus dalam waktu serempak.

18 Uji coba penggunaan cuka (asap cair) pada tanaman kehutanan Hasil pemberian asap cair sejak awal kegiatan penyapihan secara rutin dapat menekan kematian semai di bedeng pemeliharaan. Kematian pada awal sapihan disebabkan oleh penyakit lodoh, sedangkan kematian setelah semai berkayu disebabkan oleh penyakit bercak daun. Efektivitas perlakuan asap cair dibandingkan perlakuan rutin (kontrol): menekan kematian sebesar 75%. Penyiraman asap cair pada media sapih secara rutin dapat menurunkan kematian semai pinus hingga siap tanam mencapai 15 per sen. Perlakuan ini ditandai mampu menandingi perlakuan pembanding yang menggunakan Dithane. Di sisi lain, fungisida dithane seyogyanya sudah dilarang beredar memakainya, karena bahan aktif yang dikandungnya termasuk bahan kimia berbahaya dan beracun (B3). Kegiatan penyemprotan disarankan dicampur dengan perekat (dosis 1 cc/l) bila dilakukan musim hujan. Pencampuran komponen ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas perlakuan. Gambar. 05 Bibit terserang bercak Tampilan bibit pinus sebelum (kiri) dan sesudah di beri perlakuan cuka (asap cair) (kanan) Efektivitas asap cair terhadap kesehatan bibit yang menjanjikan ini, memicu peneliti mencobanya pada bibit jenis lain, seperti jati dan kayu putih dan ditambah dengan pupuk hayati yang sangat ramah terhadap lingkungan. 10

19 11 Penutup 05. PENUTUP Pemanfaatan asap cair untuk menyehatkan bibit tanaman di persemaian dapat dijadikan alternatif solusi mengatasi ancaman hama dan penyakit serta menambah hara pada proses pembibitan tanaman kehutanan. Semangat mengelola hutan berbasis pada tindakan yang ramah lingkungan semakin disukai masyarakat dan menjadi keharusan dalam standar pengelolaan hutan sejak dari persemaian. Oleh karena itu temuantemuan inovatif yang bersahabat dengan lingkungan diharapkan bisa menjadi kebijakan operasional. Pada saatnya kebiasaan berperilaku ramah lingkungan akan berdampak pada efisiensi biaya pembibitan dengan hasil yang lebih menjanjikan.

20 BAHAN BACAAN Anonimus, Laporan Penelitian 'Penanganan penyakit bercak daun bibit Pinus merkusii (aplikasi cuka kayu dan daconyl)'. Puslitbang Perhutani Tahun Anonimus, Laporan Penelitian 'Aplikasi cuka kayu untuk optimalisasi persemaian pinus'. Puslitbang Perhutani Tahun Anonimus, Laporan Penelitian 'Pengendalian hama dan penyakit dengan cuka kayu pada semai Pinus merkusii'. Puslitbang Perhutani Tahun Corryanti, Jangan tunda lagi, Menggunakan Cuka kayu. Majalah Bina Edisi 08 Oktober

21 SEKILAS TENTANG PENYUSUN CORRYANTI 'Bersemangat sampai akhir', itulah yang selalu ditanamkan Corry, panggilan akrabnya, kepada temantemannya. Selalu ingin tahu, mau belajar dalam banyak hal, sekali pun kuliahnya sudah mentok dalam level S3. Minatnya pada banyak bidang, membuatnya selalu senang membicarakan topik-topik yang sedang menjadi isu. Menjabat sebagai Kepala Biro Kelola SDH di Puslitbang tidak menjadikannya bangga di atas awangawang, karena jabatan ini dirasakan lebih banyak menimba amal dan mengupayakan dapat menyebarkan ilmu, maka sebaliknya jabatan baginya adalah amanah dan kesempatan terbaik. FRIDA ERMI ASTANTI Perempuan Pati yang lahir pada 22 Februari 1977 ini, menamatkan pendidikan terakhirnya pada Jurusan Farmasi Universitas 17 Agustus Semarang (1999). Dengan bekal pendidikan itu, ia mulai menapaki karirnya sebagai peneliti di Puslitbang Perum Perhutani sejak Perjalanan panjang dia lalui dengan sabar dan tekun, mulai dari sebagai tenaga harian di tahun 1999, teknisi di penelitian, dan sejak 2011 hingga sekarang ia mulai mengemban jabatan sebagai peneliti. Bidang yang digeluti adalah hama dan penyakit di beberapa komoditas tanaman seperti jati, pinus, sengon, kayu putih dan banyak lagi. Terus belajar, serta semangat memperbaiki diri selalu ditunjukkan oleh Frida, sehingga ia bisa mencontohkan sesuatu yang baik bagi teman-temannya.

22 ISBN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUM PERHUTANI Jl. Wonosari Batokan Tromol Pos 6 Cepu Jawa Tengah Tlp : / Fax : Web : puslitbang_dokinfo@yahoo.co.id puslitbang.dokinfo@gmail.com

PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati

PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN Oleh : Sri Komarayati PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN BOGOR 2014 PENDAHULUAN CUKA KAYU ADALAH CAIRAN ORGANIK

Lebih terperinci

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan Oleh : Endang Dwi Hastuti Siwi Tri Utami Arang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari hari. Arang merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari teknologi arang

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN ARANG DAN CUKA KAYU ( Wood Venegar) N. JAOJAH, SP Penyuluh Kehutanan Kabupaten Cianjur

TEKNOLOGI PEMBUATAN ARANG DAN CUKA KAYU ( Wood Venegar) N. JAOJAH, SP Penyuluh Kehutanan Kabupaten Cianjur 1 TEKNOLOGI PEMBUATAN ARANG DAN CUKA KAYU ( Wood Venegar) N. JAOJAH, SP Penyuluh Kehutanan Kabupaten Cianjur 1. Pengertian Arang dan Cuka Arang merupakan hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon yang

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BUDIDAYA KEMIRI DI LERENG PEGUNUNGAN GAWALISE DESA UWEMANJE KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH. Yusran 1), Erniwati 1), Sustri 1) 1

BUDIDAYA KEMIRI DI LERENG PEGUNUNGAN GAWALISE DESA UWEMANJE KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH. Yusran 1), Erniwati 1), Sustri 1) 1 32 BUDIDAYA KEMIRI DI LERENG PEGUNUNGAN GAWALISE DESA UWEMANJE KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH Yusran 1), Erniwati 1), Sustri 1) 1 Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Email: yusran _ysrn@yahoo.ca ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan dan obat-obatan.namun demikian, hasil hutan yang banyak dikenal penduduk adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari Didukung oleh: Talaud Lestari Mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik harus segera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN PENGAWET MAKANAN

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN PENGAWET MAKANAN Modul: PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN PENGAWET MAKANAN I. DESKRIPSI SINGKAT S aat ini isu lingkungan sudah menjadi isu nasional bahkan internasional, dan hal-hal terkait lingkungan

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Biodiesel Ramah nan Berkelanjutan Tahukah Anda? Dalam era mesin atau teknologi saat ini, energi yang digunakan sebagian besar dari bahan

Lebih terperinci

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Oleh : Iskandar Z. Siregar 3 MODULE PELATIHAN PERSEMAIAN Oleh : Iskandar Z. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F) FACULTY

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong) Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Created By  Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY Created By www.penyuluhthl.wordpress.com Pesan bibit cabe kopay. Hub. 081274664892 SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY I. PENGOLAHAN LAHAN Pengolahan lahan Pengolahan lahan yang sempurna merupakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim AgroinovasI Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim Usaha ternak telah berkembang sejak lama di Indonesia, termasuk di Jakenan, Pati tetapi umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kacang tanah (Arachis hypogea. L) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah dibudidayakan

Lebih terperinci

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Senior Staff Operation Wallacea Trust

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang mewarnai perekonomian di derah. Mulai dari industri makanan, kerajinan, mebel hingga konveksi atau tekstil,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA PIROLISATOR UNTUK MEMPRODUKSI GAS ASAP CAIR ( LIQUID SMOKE GASES ) SEBAGAI BAHAN PENGAWET DARI BIOMASSA LAPORAN AKHIR PENELITIAN

UNJUK KERJA PIROLISATOR UNTUK MEMPRODUKSI GAS ASAP CAIR ( LIQUID SMOKE GASES ) SEBAGAI BAHAN PENGAWET DARI BIOMASSA LAPORAN AKHIR PENELITIAN Penelitian Kompetitif Institusi UMK UNJUK KERJA PIROLISATOR UNTUK MEMPRODUKSI GAS ASAP CAIR ( LIQUID SMOKE GASES ) SEBAGAI BAHAN PENGAWET DARI BIOMASSA LAPORAN AKHIR PENELITIAN Disusun Oleh : SUGENG SLAMET

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi Berkebun Sayur secara Vertikultur pada Siswa Sekolah Dasar di Purwokerto, Jawa Tengah

Penerapan Teknologi Berkebun Sayur secara Vertikultur pada Siswa Sekolah Dasar di Purwokerto, Jawa Tengah Penerapan Teknologi Berkebun Sayur secara Vertikultur pada Siswa Sekolah Dasar di Purwokerto, Jawa Tengah 1 Sapto Nugroho Hadi, 1 Ahadiyat Yugi Rahayu, 1 Ida Widiyawati 1 Program Studi Agroteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembibitan Jati Jati (Tectona grandis L.) adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar,

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

Seminar Nasional Kesehatan Hutan dan Kesehatan Pengusahaan Hutan untuk Produktivitas Hutan Bogor, 14 Juni 2012

Seminar Nasional Kesehatan Hutan dan Kesehatan Pengusahaan Hutan untuk Produktivitas Hutan Bogor, 14 Juni 2012 SM Widyastuti Fakultas Kehutanan Seminar Nasional Kesehatan Hutan dan Kesehatan Pengusahaan Hutan untuk Produktivitas Hutan Bogor, 14 Juni 2012 Source: www.cartoonstock.com 1 Dari 130 juta hanya 43 juta

Lebih terperinci

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING Diarsi Eka Yani 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia Email:

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Pupuk Organik Cair AGRITECH

Pupuk Organik Cair AGRITECH Pupuk Organik Cair AGRITECH LATAR BELAKANG TERJADINYA KERUSAKAN PADA ALAM / Lahan Pertanian--- TUA (TANAH, UDARA, & AIR) 1. Tanah : Tandus, Gersang, Tercemar. 2. Udara : Panas Global efek dari rumah kaca.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset dan Teknologi

TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset dan Teknologi TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset dan Teknologi TTG - PENGELOLAAN AIR DAN SANITASI PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN ARANG SEKAM PADI I. PENDAHULUAN Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan di Indonesia secara tidak langsung sering digunakan sebagai media penanaman tanam pangan, karena lahan yang sebagian besar adalah tanah, mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan plastik semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, karena memiliki banyak kegunaan dan praktis. Plastik merupakan produk polimer sintetis yang terbuat

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Sumber energi yang digunakan masih mengandalkan pada energi fosil yang merupakan sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20. PENDAHULUAN Selama ini para petani telah banyak memanfaatkan bahan organik sebagai pupuk di lahan pertanian, karena bahan tersebut merupakan bahan yang cepat melapuk. Salah satu contoh bahan organik yang

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM : PELATIHAN PEMBUATAN BRIKET LIMBAH SABUT KELAPA SEBAGAI UPAYA ENERGI ALTERNATIF DI DESA SOROGATEN II, KARANGSEWU, GALUR, KULON PROGO, YOGYAKARTA BIDANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era industrialisasi di Indonesia, kebutuhan arang aktif semakin meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang dibangun, baik industri pangan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

PENANAMAN PADI A.DEFINISI

PENANAMAN PADI A.DEFINISI PENANAMAN PADI A.DEFINISI Penanaman padi adalah kegiatan peletakan tanaman atau benih tanaman dilahan untuk tujuan produksi. Dalam kontek ini diawali dari persemaian, penyiapan alat dan pelaksanaan penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap

BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap masakan, di samping sebagai obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok

Lebih terperinci

Pembuatan Pembibitan Tanaman

Pembuatan Pembibitan Tanaman LEMBAR INFORMASI No. 1 - Agustus 2012 Pembuatan Pembibitan Tanaman Gambar 1. Pembibitan tanaman Pembibitan tanaman adalah tahapan untuk menyiapkan bahan tanam berupa bibit tanaman baru yang berasal dari

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengawet pada produk makanan atau minuman sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam industri makanan. Apalagi perkembangan zaman menuntut produk makanan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA Amirudin Pohan dan Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING

BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING Deskripsi Singkat BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING Pokok Bahasan : Praktek Pembibitan dan Transplanting Waktu : 2 (satu) kali tatap muka pelatihan Tujuan : Agar Praja mampu menjelaskan dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) Kata Kunci : Asap cair, limbah, kelapa sawit, tandan kosong sawit

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) Kata Kunci : Asap cair, limbah, kelapa sawit, tandan kosong sawit PEMANFAATAN TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) Rudianda Sulaeman 1, Rusli Rustam 2, Gulat ME Manurung2 1 Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanaman yang dilakukan berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 4. Perlakuan Khusus. A. Deskripsi

Kegiatan Pembelajaran 4. Perlakuan Khusus. A. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran 4. Perlakuan Khusus A. Deskripsi Kegiatan pembelajaran perlakuan khusus berisikan uraian pokok materi: Jenis perlakuan khusus, teknik perlakuan khusus, kelebihan dan kekurangan masingmasing

Lebih terperinci