BAB I PENDAHULUAN. Melaksanakan nikah adalah ibadah 1, maka tuntunan, aturan, syarat, dan
|
|
- Ridwan Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Melaksanakan nikah adalah ibadah 1, maka tuntunan, aturan, syarat, dan rukunnya yang merupakan rambu-rambu syar i harus diperhatikan untuk keabsahannya. Salah satu rukun nikah adalah wali, di mana di antara rukun-rukun lainnya wali lebih komplek dan luas pembahasannya di kalangan fuqaha Komplek dan luasnya pembicaraan tentang wali dalam pernikahan 2 terbias dalam pembicaraan keabsahan nikah tanpa wali, dalam hal ini pendapat Abu Hanifah adalah pendapat yang paling berbeda di antara fuqaha, termasuk Asy-Syafi i bahkan jumhur ulama Pendapat Abu Hanifah dan pendapat Asy-Syafi i dalam hal wali nikah merupakan fenomena yang mengemuka dari berbagai perbedaan antara keduanya meliputi hal-hal seperti : Kewenangan ; wali yang memiliki kewenangan dan hak ijbar (otoritas) dalam pelaksanaan akad nikah atau calon mempelai perempuan terutama calon mempelai perempuan yang berstatus janda. 1 Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 menyebutkan Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau misaqan galizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah 2 Penulis menggunakan istilah pernikahan merupakan terjemahan dari kata نكح - ينكح. yang lebih dekat dengan kata,عقد keduanya sering disebutkan bersamaan yakni akad nikah 1
2 Janda ; yang berhak menikahkan (melaksanakan akad nikah) perempuan berstatus janda apakah dirinya tanpa seizin wali atau boleh menikahkan dirinya dengan seizin wali, atau tidak boleh sama sekali tanpa wali. Perawan ; semua perempuan yang belum pernah menikah (sekalipun hilang keperawanannya dengan sebab selain nikah) dianggap perawan, dan perempuan yang sudah cukup umur bahkan cenderung tua, rasyidah (cakap) tapi karena belum berpengalaman dengan urusan pernikahan juga tetap dikategorikan perawan. Isytirot (di syaratkan) ; wali merupakan salah satu syarat sah nikah, atau hanya izinnya saja yang diperlukan, atau hanya mustahab (sebaiknya), bahkan tidak dibutuhkan sama sekali. Isti mar (mendapat perintah) ; jika wali akan menikahkan perempuan janda (di bawah perwaliannya) apakah harus mendapatkan perintah dari perempuan tersebut atau cukup minta izinnya saja. Perintah tersebut berupa katakata, atau cukup dengan isyarat. Isti zan (mendapat izin) ; jika wali akan menikahkan perempuan perawan apakah harus mendapatkan izin dari perempuan tersebut atau tidak perlu karena wali mempunyai hak ijbar. Izin yang diberikan perawan kepada walinya apakah cukup dengan sukut (diam) atau harus dengan kata-kata. Wali perempuan ; perempuan dewasa, rasyidah, khuriyah (merdeka) apakah boleh menikahkan dirinya sendiri dan perempuan lainnya atau tidak boleh. Kafa ah (kecocokan) ; jika perempuan menikahkan dirinya atas perempuan lainnya dengan dasar adanya kecocokan apakah tidak perlu seizizn wali atau tetap dengan izin wali. 2
3 Mahar misil ; jika seorang perempuan dinikahi oleh seorang laki-laki dengan mahar misil yang disepakati oleh perempuan tersebut apa juga memerlukan pertimbangan dan izin walinya. Wali mujbir ; yang menjadi wali mujbir (wali yang memiliki otoritas) apakah hanyalah ayah, atau juga kakek, hakim, dan orang yang mendapat wasiat dari ayah. Dan berlaku untuk perawan meskipun cukup umur, dewasa, dan rasyidah (cakap) atau hanya untuk perawan yang belum cukup umur. Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan pendapat keduanya (Hanafiyah dan Syafi iyah), terlebih dalam metode istimbat (pengambilan hukum) keduanya dalam masalah wali nikah. Adanya perbedaan pendapat disekitar wali nikah dan perempuan dibawah perwaliannya karena banyaknya pendapat bahwa wali dan calon mempelai perempuan mempunyai hak yang bersekutu antara keduanya. Salah satunya tidak bisa berdiri sendiri (menggunakan) haknya tanpa yang lainnya, tetapi memerlukan pernyataan keridloan keduanya 3 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kedudukan wali nikah menurut pendapat Abu Hanifah dan Asy- Syafi i? 2. Bagaimana metode istimbath yang dipakai oleh Abu Hanifah dan As-Syafi i dalam pengambilan hukum tentang wali nikah? 3 Mustofa Muhammad Salabi, Ahkam al-usrah fi al-islam, (Beirut : Daar an-nahdhoh al- Arabiyah, 1997) hlm
4 C. TUJUAN DAN URGENSI PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah : a. Untuk mendeskripsikan bagaimana kedudukan wali nikah menurut Abu Hanifah dan Asy-Syafi i b. Untuk mencermati segi-segi perbedaan pendapat keduanya serta alasanalasan yang di jadikan dasar pendapatnya c. Untuk mendeskripsikan metode istimbat yang di pakai oleh Abu Hanifah dan Asy-Syafi i dalam menggali hukum tentang wali nikah dan mencermatinya filosofis 2. Urgensi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat a. Sebagai kontribusi positif bagi upaya menumbuh kembangkan kesadaran umat Islam akan pentingnya penelaahan secara cermat terhadap masalah fiqh klasik yang merupakan hasil ijtihad masa lampau, dan diharapkan ditemukan prinsip hukum Islam untuk mengantisipasi masalah kontemporer b. Pada perkembangan selanjutnya, masalah-masalah dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dapat membantu umat Islam memecahkan persoalan-persoalan wali dalam nikah c. Dalam kaitannya dengan konteks hukum keluarga, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam rangka menelusuri secara normatif terhadap hukum yang telah ada dan 4
5 terbingkai dalam pemikiran hukum fiqh, lebih khusus masalah perwalian dalam nikah d. Harapan selanjutnya adalah dapat menjadi stimulasi bagi pengembangan pemikiran hukum Islam 4 (fiqh) di Indonesia D. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model library research dengan klasifikasi dari hasil penelusuran, pengkajian, dan penelaahan terhadap sumber data yang telah ditetapkan. Sumber data tersebut adalah : a. Sumber Data Primer Sumber data ini meliputi bahan yang secara langsung berhubungan dengan pokok-pokok masalah yang menjadi topik penelitian tentang kedudukan wali nikah menurut Abu Hanifah dan Asy-Syafi i. Data primer meliputi kitab fikih Hanafi ( al-jami as-sagir dan al-ikhtiyar lita lil al-mukhtar) dan fikih Syafi i (al-um dan I anat al-talibin ) yang berhubungan dengan wali dalam pernikahan dan juga pendapatpendapat ulama mazhab, jumhur ulama b. Sumber Data Sekunder Yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang tidak secara langsung berkaitan dengan pokok-pokok masalah dalam penelitian ini. 4 Berbicara tentang fiqh di Indonesia dimaksudkan adalah fiqh Indonesia yang diharapkan bisa dipedomani oleh masyarakat, karena secara substansional telah menjadi hukum positif yang berlaku dan diakui keberadaannya (Ahmad Rofiq, Hukum Perdata...hlm.21). Fiqh yang selama ini tidak positif telah ditransformasikan menjadi hukum positif yang berlaku dan mengikat seluruh umat Islam di Indonesia, Kompilasi Hukum Islam diharapkan akan lebih mudah diterima oleh masyarakat Islam Indonesia karena digali dari tradisi-tradisi bangsa Indonesia (Amiur Nuruddin, Azhari Ahamd Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2006) hlm.35 5
6 Bahan-bahan ini diharapkan dapat menunjang dan melengkapi serta memperjelas data-data primer. Data sekunder diperoleh dari Kitab alfiqh Ala al-mazahib al- Arba ati dan Ahkam al-usrah fi al-islam serta buku-buku yang berkaitan dengan hukum munakahat, ushul fiqh, psikologi sosial, filsafat, sirah, sosiologi, Undang-undang, Peraturan Pemerintah RI, Peraturan Menteri Agama dan lain sebagainya c. Sumber Data Tertier Data tertier adalah bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap data primer maupun data sekunder yaitu berupa kamus-kamus hukum, dan ensiklopedi dibidang hukum 2. Metode Analisa Data Karena sifatnya adalah library research, maka pokok utamanya adalah kepustakaan yaitu kitab-kitab fiqh karya fuqaha, kajian-kajian ushul fiqh dengan pendekatan hermenetik (hermeneutika method) diharapkan dapat mendialogkan teks lama dengan konteks kekinian, tidak pasif, tetapi aktif dan inovatif antara warisan masa lalu dan masa sekarang 5, oleh karena itu Ibn Taymiyah mengatakan bahwa dalam proses penafsiran harus diperhatikan tiga hal, (1) siapa yang mengatakan, (2) kepada siapa diturunkan, (3) ditujukan kepada siapa 6 Penelitian ini menggunakan metode content analysis yakni penelitian teks sebagai analisis muatan. Teks dapat diteliti secara kuantitatif menggunakan metode komparatif. Hal ini dilakukan guna mengungkapkan 5 Sahiraon Syamsudin, Hermeneutika Al-Qur an Mazhab Yogya (Yogya : Islamika, 2003) hlm Ibid, hlm. 62 6
7 muatan sebuah teks secara obyektif. Dalam memahami ayat-ayat al-qur an yang berkaitan dengan masalah wali nikah juga digunakan pendekatan dengan Asbab an-nuzul, sebagaimana dikatakan oleh Al-Wahidi tidak mungkin (sesorang) memahami tafsir ayat tanpa mengetahui kisahnya dan sebab-sebab turunnya 7. Pendekatan-pendekatan ini sebagai upaya memahami fakta secara obyektif selanjutnya menganalisa dan mengkontruksikan secara cermat sehingga bisa memperoleh hasil yang nyata. E. TINJAUAN PUSTAKA Pembahasan tentang pernikahan secara umum adalah bukan merupakan kajian yang baru, bahkan merupakan syari at yang sudah tua sejak keberadaan manusia itu sendiri. Karenanya literatur hukum (fiqh) tentang pernikahan dengan berbagai corak dan ragam dalam bingkai fiqh munakahat, telah banyak ulama yang menulisnya namun sifatnya umum. Masalah perwalian dalam nikah dengan cara komparasi pendapat ulama mazhab belum banyak yang membahasnya secara komprehensif, terinci dan terfokus Karya-karya para pemerhati hukum dari berbagai kalangan seperti fuqoha, peneliti, dan pengkaji ternyata telah banyak memberikan kontribusi terhadap hazanah keilmuan secara umum dan hukum keluarga pada khususnya. Berbagai penelitian menyoroti hukum pernikahan dengan berbagai macam tinjauan ibarat suatu kesatuan yang saling memenuhi dan melengkapi, tidak ada suatu yang baru dalam kajian hukum. Namun setidaknya faktor pema naan 7 Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalli, Lubab al-nuqul fi Asbab an-nuzul (Semarang : Usaha Keluarga, TT) hlm. 3 7
8 yang menjadikan teks-teks, ilmu pengetahuan serta peradaban yang telah ada menjadi lebih hidup. Bahkan al-qur an adalah teks yang diam dan hanya manusialah yang membuatnya hidup dan berbicara 8 Kajian sebelumnya yang telah ditulis oleh beberapa peneliti yaitu, sebuah tesis yang berjudul Peranan Wali Nikah Dalam Perkawinan Dan Pengaruh Psikologis Adanya Wali Nikah Dalam Perkawinan Menurut KHI, didalam tesis ini Etty Murtiningdyah menjelaskan tentang dampak pengaruh psikologi seorang wali nikah dalam kehidupan rumah tangga bagi perempuan dibawah perwaliannya, karena pengucap akan ijab qabul merupakan lambang penyerahan tugas orang tua (wali) kepada seorang laki sebagai suaminya. Dalam bukunya Hukum Perkawinan Nasional, Sudarsono menyoroti masalah perkawinan menurut hukum dan perundang-undangan perkawinan nasional yang mengakomodir berbagi sistem (perkawinan) adat dan cara perkawinan masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim. Dalam membahas masalah syarat-syarat dan rukun nikah, yang diantaranya adalah wali dibahasnya wali menurut pendapat mazahib al- arba (mazhab Syafi i, Maliki, Hambali, dan Hanafi). Namun tidak mendasarkannya pada nash al-qur an maupun hadis apalagi metode istimbathnya Buku Hukum Perdata Islam, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih karya Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan lebih berkonsentrasi pada perkembangan konseptual hukum perdata Islam di Indonesia yang pada bagiannya berbicara rukun dan syarat perkawinan perspektif fikih yang dalam hal ini mengutip pendapat ulama Syafi iyyah dan 8 Nashr Hamid Abu Zaid mengutip kata-kata sahabat Ali ra (sebagaimana dikutip oleh Abu Yasid dalam Nalar dan Wahyu, Interrelasi Dalam Proses Pembentukan Syari ah (Jakarta : Erlangga, 2002) hlm 69 8
9 Malikiyah tentang kedudukan wali dan syarat-syaratnya. Juga dibahas tentang kedudukan wali menurut perspektif Kompilasi Hukum Islam Selanjutnya, dalam buku Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, Asrorun Ni am Sholeh menfokuskan kajiannya pada masalah dalam perspektif fikih, yang meliputi aturan hukum sebelum pernikahan, syarat dan rukunnya. Buku ini menganalisa fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang pernikahan dalam hukum keluarga Ada segi kesamaan pada pembahasan dibagian buku-buku tersebut diatas yakni perkawinan dari berbagai pandangan, fikih, Kompilasi Hukum Islam, dan Hukum Perundang-undangan. Pada kajian tesis ini penulis terfokus pada kedudukan wali nikah yang mengkomperasikan pendapat Abu Hanifah dan Asy-Syafi i dan metode penggalian hukum dari keluarga F. SISTEMATIKA PENULISAN Secara keseluruhan tesis ini, penulis kelompokkan kedalam lima yang dijabarkan dalam pokok-pokok bahasan sebagai berikut : Bab pertama adalah bab pendahuluan yang didalamnya mencakup beberapa paparan yaitu : latar belakang masalah yang menguraikan abstraksi yang melatar belakangi ide penulisan tersebut, rumusan masalah, tujuan dan urgensi penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan Bab kedua, menggambarkan secara umum tentang urgensi wali nikah yang didalamnya mencakup arti, hikmah, dan hukum pernikahan, pelaksanaan 9
10 aqad nikah, rukun nikah, aturan hukum sebelum pernikahan, akad nikah, serta arti dan syarat wali Bab ketiga secara khusus akan membahas tentang kedudukan wali menurut Abu Hanifah dan Asy-Syafi i yang meliputi biografi singkat Abu Hanifah dan Asy-Syafi i serta manhaj keduanya, dasar-dasar hukum perwalian yang berisi kedudukan wali menurut Hanafiyah dan Syafi iyah, serta yang dapat diambil dari pendapat keduanya. Metode istimbath juga berada pada pembahasan bab ini. Bab keempat merupakan bagian yang mengkaji tentang wali nikah dalam perundang-undangan dengan bahasan perspektif Undang-undang No 1 Th 1974 dan KHI, perwalian dalam qanun dibeberapa Negara Muslim serta batasan usia nikah Bab kelima merupakan bagian penutup dari rangkaian uraian pembahasan dan analisis yang mencakup kesimpulan, saran dan penutup 10
BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang luhur dan sakral, bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah Rasulullah. Sebab di
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy- Syafi i telah diuraikan dalam bab-bab yang lalu. Dari uraian tersebut telah jelas mengungkapkan
Lebih terperinciTINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN
1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT MAZHAB HANAFI DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG WALI NIKAH. A. Analisa Terhadap Mazhab Hanafi Tentang Wali Nikah
56 BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT MAZHAB HANAFI DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG WALI NIKAH A. Analisa Terhadap Mazhab Hanafi Tentang Wali Nikah Menurut mazhab Hanafi wali dalam pernikahan bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum
Lebih terperinciBAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar
29 BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR A. Pengertian Ijbar Ijbar berarti paksaan, 1 yaitu memaksakan sesuatu dan mewajibkan melakukan sesuatu. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON A. Analisis Hukum Islam terhadap Alasan KUA Melaksanakan Pernikahan dengan Menggunakan Taukil Wali Nikah via Telepon Setelah mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan perempuan, dalam hal ini perkawinan merupakan perjanjian yang sakral untuk membentuk keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkawinan merupakan salah satu asas pokok yang paling utama dalam kehidupan rumah tangga yang sempurna. Perkawinan bukan hanya merupakan satu jalan yang amat
Lebih terperinciBAB III Rukun dan Syarat Perkawinan
BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan Rukun adalah unsur-unsur yang harus ada untuk dapat terjadinya suatu perkawinan. Rukun perkawinan terdiri dari calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita, yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap batal. Dalam Kompilasi Hukum Islam (pasal 14), rukun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dianggap sah bila terpenuhi syarat dan rukunnya. Rukun nikah merupakan bagian dari segala hal yang terdapat dalam perkawinan yang wajib dipenuhi.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR A. Analisis terhadap Dasar Penetapan Wali Nikah bagi Mempelai Perempuan yang Lahir Kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN PAKSA DAN IMPLIKASI HUKUMNYA.
82 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN PAKSA DAN IMPLIKASI HUKUMNYA. A. Analisis Terhadap Deskripsi Kawin Paksa. Telah dijelaskan dalam Bab sebelumnya mengenai pengertian atau deskripsi kawin paksa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula perempuan. Salah satu hikmah terciptanya manusia menjadi dua jenis tersebut adalah berlangsungnya
Lebih terperinciNURLIA FITRIA NIM:
WALI MUJBIR DALAM KONSEP HUKUM ISLAM PERBANDINGAN ANTARA KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN MAZHAB SYAFI IYAH SKRIPSI Diajukan Oleh NURLIA FITRIA NIM: 521000217 Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Zawiyah
Lebih terperinciABSTRAK. Perlindungan Hukum terhadap Anak Luar Kawin dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... i LEMBAR PENGESAHAN. ii KATA PENGANTAR....... iv ABSTRAK...... vi BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang Masalah.... 1 B. Rumusan Masalah..... 7 C. Tujuan Penelitian... 8
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disebut sebagai penelitian kepustakaan (library
54 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini disebut sebagai penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan pustaka atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpasang-pasangan merupakan sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1 Firmah Allah SWT dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dengan manusia yang lain sebagaimana sifat manusia sebagai makhluk sosial,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK
BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Prosedur Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia diatas permukaan bumi ini pada umumnya selalu menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya. Sesuatu kebahagiaan itu
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama
Lebih terperinciH.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6
BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama
58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum perkawinan, maka hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum kekeluargaan yang memegang peranan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mîtsâqan ghalîdhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM
40 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM Eksistensi perwalian dalam Islam memiliki dasar hukum yang sangat jelas dan kuat. Hal ini dapat dipahami sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan
BAB III METODE PENELITIAN Pada dasarnya penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu penulis melakukan penggalian data dengan cara mempelajari dan menelaah sejumlah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1994), hlm 453 Lembaga perkawinan adalah lembaga yang mulia dan mempunyai kedudukan yang terhormat dalam hukum Islam dan Hukum Nasional Indonesia. Allah SWT
Lebih terperinciBAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi
BAB III ANALISIS Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi segala sesuatu yang ditentukan dan dikerjakan ada batasnya dan ada urutannya. Karena tidak ada satu hal pun yang diharamkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan momentum yang sangat penting bagi perjalanan hidup manusia. Perkawinan secara otomatis akan mengubah status keduannya dalam masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini dikarenakan pada hakikatnya kehidupan setiap manusia diawali dengan perjanjian dengan-nya untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL
BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL Penulis telah memaparkan pada bab sebelumnya tentang pusaka (waris), baik mengenai rukun, syarat, penghalang dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman dahulu hingga kini, karena perkawinan merupakan masalah yang aktual untuk dibicarakan di dalam maupun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan, termasuk juga metode dalam suatu penelitian. Metode penelitian yang dimaksud adalah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA
59 BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA A. Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perkawinan di bawah Umur Tanpa Dispensasi Kawin Perkawinan ialah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam dengan disyari atkannya nikah pada hakekatnya adalah sebagai upaya legalisasi hubungan seksual sekaligus untuk mengembangkan keturunan yang sah dan
Lebih terperinciSKRIPSI STUDI ANALISIS HUKUM PERKAWINAN ISLAM MENGENAI HUKUM AKAD NIKAH MELALUI TELEPON
SKRIPSI STUDI ANALISIS HUKUM PERKAWINAN ISLAM MENGENAI HUKUM AKAD NIKAH MELALUI TELEPON Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Dalam Ilmu Hukum Oleh: DELLA PUTRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM
BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena ia tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami isteri saja tetapi
Lebih terperinciBAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama
Lebih terperinciIMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974
IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974 Samuji Sekolah Tinggi Agama Islam Ma arif Magetan E-mail: hajaromo@yahoo.co.id Abstrak Perkawinan di bawah tangan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan
BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH A. Isbat Nikah 1. Pengertian Isbat Nikah Kata isbat berarti penetapan, penyungguhan, penentuan. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan
1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puasa Ramadhan adalah suatu pokok dari rangkaian pembinaan iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan atas umat islam yang mukallaf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
98 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang penulis paparkan dapat disimpulkan: 1. Konsep batasan usia perkawinan menurut Fiqh dan UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974. a. Konsep batasan usia perkawinan
Lebih terperinciANAK SAH DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KHI Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK
ANAK SAH DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KHI Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK Keluarga kecil (Small Family) adalah kumpulan individu yang terdiri dari orang tua (Bapak Ibu) dan anak-anak. Dalam Islam, hubungan
Lebih terperinciSTUDI ANALISIS PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM
STUDI ANALISIS PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Syari ah Oleh ERNA SUSANTI NIM 1210019
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Putusan Mahkamah Konstitusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, lebih khusus lagi agar mereka bisa
Lebih terperinciBAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo
BAB I 1. LATAR BELAKANG Salah satu kebutuhan hidup manusia selaku makhluk sosial adalah melakukan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi sosial akan terjadi apabila terpenuhinya dua syarat, yaitu adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuju zaman modern. Ziauddin Sardar menyebut zaman modern merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring waktu berjalan, dunia semakin berkembang dari zaman klasik menuju zaman modern. Ziauddin Sardar menyebut zaman modern merupakan zaman di mana terdapat begitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN A. Pembatalan Perkawinan 1. Pengertian pembatalan perkawinan Yaitu perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dan menelaah sejumlah literatur atau bahan pustaka baik berupa
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Jenis Penelitian Pada dasarnya penelitian ini adalah dengan metode kepustakaan (Library research) yaitu penulis melakukan penggalian data dengan cara mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau
Lebih terperinciProsiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Sri Turatmiyah
Prosiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 AKIBAT HUKUM PEMBATALAN PERKAWINAN (FASAKH) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN ANAK DAN ISTRI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN
61 BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN Analisis Hukum Islam Terhadap Metode Ijab Qabul Pada Masyarakat Suku Samin di Desa Kutukan Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, dalam perkawinan akan terbentuk suatu keluarga yang diharapkan akan tetap bertahan hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan
1 BAB I PENDAHULUAN Pada hakekatnya manusia diciptakan untuk hidup berpasang-pasangan oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan melangsungkan perkawinan. Perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berlainan seorang wanita dan seorang laki-laki, ada rasa saling tertarik antara satu sama
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH MUI JAWA TIMUR TERHADAP PENDAPAT HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG STATUS ISTRI SETELAH PEMBATALAN NIKAH
75 BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH MUI JAWA TIMUR TERHADAP PENDAPAT HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG STATUS ISTRI SETELAH PEMBATALAN NIKAH A. Analisis Pendapat Hakim Tentang Status Istri Setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajak dan menganjurkan umatnya untuk menikah karena itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan biologis seseorang. Selain itu,
Lebih terperinciBAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Wasiat Kepada Non Muslim Perspektif Hukum Islam. 1. Syarat-syarat Mushii a. Mukallaf (baligh dan berakal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menganjurkan manusia untuk hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang terinstitusi dalam satu lembaga yang kokoh, dan diakui baik secara agama maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG
BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG A. Analisis Terhadap Ketentuan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam Tentang
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan
Lebih terperinciSilabi Matakuliah. Alokasi Kompetensi Dasar dan Uraian. Waktu dan Hasil Belajar. Penilaian Materi Pokok
Silabi Matakuliah Kelompok Matakuliah : Jurusan Fakultas/Jurusan : Syari ah/al-akhwal Al- Syakhshiyyah Kode Matakuliah : 21301 Mata Kuliah : Fiqh Munakahah SKS : 3 Standart Kompetensi : Mahasiswa secara
Lebih terperinciBAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI
BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan
Lebih terperinciPEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL )
PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL ) SKRIPSI diajukan kepada Fakultas Hukum guna memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa kematian. Akibat hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian seseorang diantaranya ialah masalah bagaimana
Lebih terperinciBAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS
64 BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS A. Implikasi Yuridis Pasal 209 KHI Kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hokum kewarisan menurut KHI secara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI
BAB IV ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI A. Analisis Terhadap Penentuan Peralihan Pernikahan dari Wali Nasab ke Wali Hakim yang Dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya untuk membina suatu hubungan. Sebagai realisasi manusia dalam membina hubungan
Lebih terperinciBABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap
BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap pandangan mazhab Maliki dan mazhab Syafi i tentang menikahkan wanita hamil karena zina, maka penyusun dapat menarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan kepada umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri
Lebih terperinciBAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang
BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ Manhaj yang digunakan tiap organisasi keagamaan pada dasarnya adalah sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang cenderung menggunkan metode
Lebih terperinciSKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG
SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: ANDRIYANI
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO
PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN ANAK MENURUT HUKUM ISLAM
BAB II KEDUDUKAN ANAK MENURUT HUKUM ISLAM A. Perkawinan Menurut Hukum Islam 1. Pengertian Perkawinan Perkawinan merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan manusia, karena disamping perkawinan sebagai
Lebih terperinciBAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD
BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD A. Analisis Persamaan antara Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Status Perkawinan Karena Murtad Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat
Lebih terperinciFATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa dalam Islam, pernikahan adalah merupakan bentuk ibadah yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS
23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS A. Pengertian Waris Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris kepada ahli waris dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu hal yang terpenting di dalam realita kehidupan umat manusia. Perkawinan dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum masingmasing agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai anak sah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status anak dalam hukum keluarga dapat dikategorisasikan menjadi dua macam yaitu: anak yang sah dan anak yang tidak sah. Pertama, Definisi mengenai anak sah diatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan manusia telah dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama dengan orang lain mengikatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan akad yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan, maka
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Penarikan Kembali Hibah Oleh Ahli Waris Di Desa Sumokembangsri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah yang antara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sunnatullah yang dengan sengaja diciptakan oleh Allah yang antara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan lainnya. Dalam ayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan ziwaj, nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya ( hakikat ) dan arti kiasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki kedudukan mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling berhubungan antara satu dengan
Lebih terperinci