PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH TEKANAN DAN KETEBALAN RONGGA CETAKAN TERHADAP MEKANISME PEMBEKUAN PADA PROSES HPDC (HIGH PRESSURE DIE CASTING)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH TEKANAN DAN KETEBALAN RONGGA CETAKAN TERHADAP MEKANISME PEMBEKUAN PADA PROSES HPDC (HIGH PRESSURE DIE CASTING)"

Transkripsi

1 PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH TEKANAN DAN KETEBALAN RONGGA CETAKAN TERHADAP MEKANISME PEMBEKUAN PADA PROSES HPDC (HIGH PRESSURE DIE CASTING) UNTUK MATERIAL Al-Si Oleh : Renhard Niptro G NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2014

2 HALAMAN PENGESAHAN Proposal Skripsi dengan judul : Pengaruh Tekanan Dan Ketebalan Rongga Cetakan Terhadap Mekanisme Pembekuan Pada Proses HPDC (High Pressure Die Casting) Untuk Material ADC 12 yang dipersiapkan dan disusun oleh : Renhard Niptro G Program Studi Teknik Mesin S1, Fakultas Teknik Universitas Riau, Telah diseminarkan di hadapan Tim Pembanding pada tanggal 9 Juni SUSUNAN TIM PEMBANDING NAMA/NIP Nama jelas dan gelar NIP. Nama jelasdan gelar NIP. PARAF Menyetujui, Pembimbing Utama Pembanding, Pembimbing Nama jelas dan gelar NIP. Nama jelas dan gelar NIP. Mengetahui, Program Studi Teknik Mesin S1 Ketua, Nama jelas dan gelar NIP. i

3 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR GAMBAR...iv DAFTAR TABEL...v 1. Judul Penelitian Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah Tinjauan Pustaka HPDC (High Pressure Of Die Casting) Pembekuan Logam Tingkat Pemadatan Aluminium (Al) Struktur Mikro Dasar-Dasar Dalam Senyawa Logam Pengaruh Tekanan Injeksi terhadap Porositas Sifat Mekanik Dengan Memvariasikan Tekanan Metodologi Penelitian Penelusuran Literatur Pengumpulan Bahan Pembuatan Cetakan Pengujian Komposisi Peleburan Material Penuangan Logam Cair Penekanan pada tekanan 3 MPa, 5 MPa, dan 7 MPa...25 ii

4 7.8 Pelepasan dari cetakan Pengamatan struktur mikro benda cor Metode Penelitian Teknik pengumpulan data Jadwal Kegiatan Biaya Kegiatan Daftar Pustaka Lampiran iii

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema mesin pengecoran HPDC; a) Cold Chamber, b) Hot Chamber...4 Gambar 2. Model pergerakan logam cair di dalam saluran injeksi (Bar-Meirs, 2000)4 Gambar 3. Siklus Injeksi Pada Tekanan Die Casting... 5 Gambar 4. Proses pembekuan logam cair...7 Gambar 5. Pembekuan logam coran dalam cetakan... 7 Gambar 6. Ilustrasi skematis dari pembekuan logam... 8 Gambar 7. Tingkat Pemadatan Gambar 8. Tingkat Pemadatan Secara Pendek Gambar 9. Tingkat Pemadatan Secara Panjang Gambar 10. Diagram Fasa Al-Si Gambar 11. Struktur Mikro Aluminium...15 Gambar 12. Struktur Mikro Paduan Al-Si Gambar 13. Struktur Mikro Paduan Al-Si-Mg Gambar 14. Diagram Metode Penelitian...20 Gambar 15. Skema Cetakan HPDC Gambar 16. Mesin HPDC Gambar 17. Skema Peleburan Gambar 18. Penuangan Logam Cair (Jurnal Pengaruh Tekanan Pada Proses HPDC Terhadap Kekerasan Dengan Material ADC 12 Oleh Sri Harmanto, A.P. Bayuseno, Sri Nugroho) Gambar 19. Pengamatan Struktur Mikro...26 iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Pedoman angka untuk pengecoran bertekanan Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan proses HPDC... 6 Tabel 3. Pengaruh Tekanan Terhadap Porositas Tabel 4. Pengaruh Tekanan Terhadap Kekerasan Tabel 5. Komposisi ADC v

7 1. Judul Penelitian Pengaruh Tekanan Dan Ketebalan Rongga Cetakan Terhadap Mekanisme Pembekuan Pada Proses HPDC (High Pressure Die Casting) Untuk Material ADC Latar Belakang Pengunaan Aluminium dan logam paduan Aluminium didunia industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia seperti dalam hal rekayasa dan proses perlakuan pada logam yang mempunyai pengaruh fital karena merupakan elemen dasar untuk membuat sesuatu yang berguna dalam bidang kontruksi bangunan khususnya. Struktur logam yang terjadi pada pemadatan merupakan suatu proses transisi fase dari fase cair ke fase padat yang berlangsung secara diskontinu. Ketika cairan logam mulai membeku, struktur butir kristal yang terjadi pada umumnya tidak seragam. Tingkat ketidak seragaman tersebut akan bergantung pada gradien temperatur likuidus-solidus, laju pemindahan kalor, geometri cetakan dan faktor pengiring lainnya. Pada saat cairan bersentuhan dengan dinding cetakan, cairan akan mengalami pendinginan dan kristalisasi. Laju pendinginan yang tinggi tersebut menyebabkan nukleasi kristal-kristal lebih efektif dibanding dengan pertumbuhannya masing-masing. Dengan menurunnya, temperatur dan laju pendinginan akibat perbedaan suhu antara cairan dan dinding cetakan yang semakin mengecil. Pertumbuhan kristal-kristal akan semakin efektif dibanding dengan pertumbuhan intiinti kristal baru. Proses perlakuan ini dapat di artikan sebagai suatu metode untuk membuat suatu material menjadi suatu produk yang siap pakai yang didukung data-data empiris. Metode tersebut dapat dijabarkan melalui proses pembuatan untuk 1

8 mendapatkan data-data seperti sifat-sifat material (kimia, fisika, mekanik, dan teknologi). 3. Rumusan Masalah Mengetahui mekanisme pembekuan pada proses pengecoran HPDC (High Pressure Die Casting) untuk material ADC 12 pada tekanan dan ketebalan rongga cetakan yang berbeda. 4. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pola pembekuan terhadap pengaruh variasi tekanan pada proses HPDC (High Pressure Die Casting) untuk material ADC Mengetahui pola pembekuan terhadap variasi ketebalan rongga cetakan pada proses HPDC (High Pressure Die Casting) untuk material ADC Mengetahui pola pembekuan yang dominan terjadi pada proses HPDC (High Pressure Die Casting) untuk material ADC Batasan Masalah 1. Material benda uji adalah ADC Variabel tekanan yang akan di uji 3 MPa, 5 MPa, dan 7 MPa dengan temperature tuang 750 C (Jurnal Pengaruh Tekanan Pada Proses HPDC Terhadap Kekerasan Dengan Material ADC 12 Oleh Sri Harmanto, A.P. Bayuseno, Sri Nugroho Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang) 3. Variabel ketebalan rongga cetakan pengecoran 4 mm, 8 mm, dan 12 mm. (Jurnal Pengaruh Tebal Coran Pada Proses HPDC Terhadap Porositas Dengan Material ADC 12 Oleh Sri Harmanto) 4. Eksprimen difokuskan pada proses pengecoran dengan HPDC (High Pressure Die Casting). 2

9 6. Tinjauan Pustaka 6.1 HPDC (High Pressure Of Die Casting) Pengecoran logam merupakan proses yang melibatkan pencairan logam, membuat cetakan, menuang, membongkar dan membersihkan logam. Dalam mencairkan logam dapat digunakan berbagai macam tanur seperti kupola atau tanur induksi frekuensi rendah dipergunakan untuk besi cor, tanur busur listrik atau tanur induksi busur tinggi dipergunakan untuk baja cor dan tanur kurs untuk paduan tembagaatau paduan coran ringan, karena tanur tanur ini dapat menghasilkan logam yang baik dan sangat ekonomis untuk pengecoran logam logam tersebut. Teknik Pengecoran HPDC ini dilakukan dengan menginjeksikan logam cair dengan tekanan kedalam cetakan logam. Prinsip HPDC adalah mendorong logam cair pada shot tube kedalam cetakan dengan tekanan, tekanan ini dapat mencapai 100 MPa. Tabel 1 menunjukkan tekanan yang digunakan untuk beberapa jenis material yang digunakan. Tabel 1. Pedoman angka untuk pengecoran bertekanan. Proses pengecoran yang paling umum digunakan untuk mengerjakan suatu prose penginjeksian adalah dengan menggunakan pengecoran HPDC (High Pressure Die Casting) yaitu, menggunakan desain mesin Cold Chamber dan Hot Chamber seperti pada Gambar 2. 3

10 a) b) Gambar 1. Skema mesin pengecoran HPDC; a) Cold Chamber, b) Hot Chamber Bagaimanapun metode pengecoran ini secara optimal yang dikendalikan dngan cara model injeksi. Pada zaman dulu, pengecoran HPDC menggunakan pemukulan injeksi. Prinsip injeksi dapat digunakan untuk mengisi stiap rongga cetakan dalam deretan langkah-langkah, dapat dilihat sebagai contoh pada Gambar 2. a) b) Gambar 2. Model pergerakan logam cair di dalam saluran injeksi (Bar-Meirs, 2000) 4

11 Gambar 3. Siklus Injeksi Pada Tekanan Die Casting Langkah 1 pengeluaran udara dari shot sleeve Langkah 2 Logam di injeksikan ke dalam Die Langkah 3 Penekanan selama proses pembekuan Langkah 4 pengeluaran cetakan Kelebihan dan kekurangan HPDC Konvensional die casting merupakan proses yang efisien dan ekonomis dengan penggunaan yang optimal produknya dapat menggantikan komponen sejenis yang diproduksi dengan berbagai proses manufaktur. Penggabungan cetakan menjadi satu mengurangi biaya dan upah buruh. Proses ini akan menguntungkan jika jumlah komponen yang dicor melebihi 5000 hingga Umur cetakan HPDC bervariasi dari 8000 kali pengecoran untuk perunggu dan kali pengecoran untuk paduan zinc. Berikut keuntungan dan kerugian metoda ini (Jorstad, 2003): 5

12 Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan proses HPDC Keuntungan Kekurangan Proses sangat cepat, Biaya bengkel sangat mahal karena Dapat membuat komponen sangat penggunaan tekanan tinggi dan tipis dan rumit thermal fatigue tinggi Tingkat presisi tinggi dibandingkan Proses pengisian sangat cepat dengan proses konvensional mengakibatkan aliran turbulen yang Hanya memerlukan sedikit dapat menyerap gas dalam jumlah pengerjaan untuk finishing besar Part inset dapat digunakan pada Komponen dengan menggunakan awal proses contoh bearing dan baut inti biasanya sangat sulit untuk dicor. Hanya dapat mengecor logam dengan titik lebur rendah. 6.2 Pembekuan Logam Proses pembekuan logam dimulai dari bagian yang bersentuhan dengan cetakan, saat panas dari logam cair diserap oleh cetakan sehingga logam mendingin hingga mencapai titik beku kemudian muncul inti-inti kristal. Bagian dalam coran mendingin lebih lambat daripada bagian luar, sehingga kristal-kristal tumbuh dari inti asal mengarah bagian dalam coran dan terbentuklah struktur kolom. Struktur ini muncul dengan jelas apabila gradien temperatur yang besar terjadi pada permukaan coran besar. Akibat adanya perbedaan kecepatan pembekuan, terbentuklah arah pembekuan yang disebut dendritik. Proses pembekuan logam cair diilustrasikan sebagaimana pada gambar berikut : 6

13 Gambar 4. Proses pembekuan logam cair Gambar 5. Pembekuan logam coran dalam cetakan Permukaan logam hasil coran yang halus merupakan efek dari logam yang mempunyai daerah beku yang sempit, sedangkan permukaan logam hasil cor yang kasar merupakan efek dari logam yang mempunyai daerah beku yang lebar. Cetakan logam akan menghasilkan hasil coran dengan permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan cetakan pasir. Apabila cairan logam murni perlahan-lahan didinginkan, maka terjadi pembekuan pada temperatur yang konstan. Temperatur ini disebut titik beku,yang khusus bagi logam. Aluminium mempunyai titik cair C (Suprayitno, 2009). 7

14 Pembekuan logam cair, pada awalnya terbentuk inti-inti kristal, kemudian kristal-kristal terbentuk di sekeliling inti tersebut dan inti lain yang baru terbentuk pada saat yang sama. Akhirnya seluruhnya ditutupi oleh butiran kristal sampai logam cair habis dituang. Hal ini mengakibatkan bahwa seluruh logam menjadi susunan kelompok-kelompok butiran kristal dan batasan-batasan yang terjadi diantaranya, disebut sebagai batas butir. Pada saat kristal yang bertemu dengan kristal lainnya yang telah terbentuk, terbentuknya kedua kristal tersebut terhenti dan permukaan singgungnya disebut batas butir. Gambar 6 Ilustrasi skematis dari pembekuan logam Keterangan: 1. Keadaan cair. 2. Inti baru terbentuk. 3. Kristal terbentuk pada sekeliling inti. 4. Kristal menyentuh bagian yang disampingnya untuk menghentikan pertumbuhannya. 5. Pembekuan secara merata hingga membentuk pembekuan. Besar butiran tergantung pada laju pendinginan dan pada proses pengerjaan panas atau pengerjaan dingin sewaktu logam dibentuk. Logam dengan butiran yang halus umumnya memiliki kekuatan dan keuletan yang lebih baik dibandingkan dengan logam yang butirannya lebih besar. Logam dengan butiran yang kasar lebih mudah pemesinannya dan lebih mudah dikeraskan melalui perlakuan panas dan memiliki daya hantar listrik yang lebih baik. Logam berbutir 8

15 kasar akan mengeras secara merata, sedangkan yang berbutir halus tidak mudah retak sewaktu dicelup (pendinginan secara tiba-tiba). Ada dua macam pembekuan pada logam cair yaitu : 1. Pembekuan Paduan Apabila logam yang terdiri dari dua unsur atau lebih didinginkan dari keadaan cair, maka butir-butir kristalnya akan berbeda dengan butir-butir kristal logam murni. Dalam ilmu logam struktur yang sama disebut fasa. Oleh karena itu paduan adalah susunan dari beberapa fasa larutan padat, senyawa antara logam dan logam murni. 2. Pembekuan Coran Pembekuan coran dimulai dari bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan yang mendingin sampai titik beku, dan kemudian inti-inti kristal terbentuk. Bagian dalam dari coran akan mengalami pendinginan lebih lambat dibandingkan dengan bagian bagian luar, sehingga kristal dari inti mengarah kebagian dalam coran dan butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang seperti kolom. Bagian tengah coran mempunyai gradien temperatur yang kecil sehingga susunan butir-butir kristal dengan bentuk sembarang (tidak beraturan). Cetakan logam dapat menyebabkan permukaan logam menjadi halus dan cetakan pasir menyebabkan permukaan menjadi kasar. Dalam suatu daerah beku kristal-kristal dendrit yang berbentuk lebar terbentuk dari inti-inti dan akhirnya pembekuan berakhir pada keadaan dendrit-dendrit tersebut membeku (Sudjana, 2008). 6.3 Tingkat Pemadatan Bagian yang penting dari tingkat pemadatan, perlu diketahui bahwa waktu (t) untuk logam dipadatkan untuk mencapai ketebalan x dalam cetakan pasir, di 9

16 mana tingkat kehilangan panas dari pengecoran dikendalikan oleh konduktivitas cetakan, diberikan oleh hukum ketebalan yang berbentuk parabolik: Keterangan: t = waktu k = konstanta x = ketebalan s = solid Gambar 7 Tingkat Pemadatan Ada 2 model tingkat pemadatan yaitu: 1. Pembekuan Pendek Gambar 8 Tingkat Pemadatan Secara Pendek 2. Pembekuan Panjang Gambar 9 Tingkat Pemadatan Secara Panjang 10

17 Pengaruh unsur paduan selama pemadatan. Perubahan struktur selama pendinginan hingga temperatur ruangan serta struktur yang dihasilkannya. 6.4 Aluminium (Al) Bentuk fisik aluminium biasnya adalah aluminium berwarna putih, mengkilat, dan lunak. Aluminium mempunyai beberapa sifat-sifat karakteristik fisis antara lain merniliki massa jenis sekitar 2,7 kg/m³, penghantar panas yang baik (konduktor panas), penghantar listrik yang baik (kondu ktor listrik), tahan terhadap korosi, dan susunan atom face centered cubic (FCC), karakteristiknya ringan, lunak, mudah dideformasi dan temperatur lelehnya rendah yaitu dengan temperatur 660⁰C maka akan mencair. Penggunaan paduan aluminium-silikon dalam pengecoran sangat banyak digunakan karena fluiditas tinggi, mampu cor baik, densitas rendah dan properti mekanik mudah dikontrol. Penambahan aluminium dengan silikon hingga 11% disebut hypoeutectic, 11-13% disebut eutektik, dan di atas 13% disebut hypereutectic. Paduan lain yang sering ditambahkan seperti Fe, Cu, Mg, Ni, Zn bertujuan untuk mendapatkan hasil pengecoran atau properti mekanik yang optimum. Pada saat solidifikasi Al-Si hipoeutektik 7% Si didinginkan dari fasa cair pada suhu Ts akan terbentuk struktur dendrit yang ukurannya kecil saat mencapai suhu T1. Perbedaan temperatur antara Ts-T disebut temperatur superheat. Solidifikasi tidak terjadi pada temperatur tunggal T1 saja melainkan akan membeku sempurna setelah melewati temperatur eutectic (Te). Pada saat temperatur liquidus (T1), dendrit tumbuh dan mengalami pengintian yang lebih banyak hingga mencapai temperatur eutektik (Te). 11

18 Aluminium Paduan Al-Si Paduan Al-Si merupakan material yang memiliki sifat mampu cor yang baik, dapat diproses dengan permesinan, dan dapat dilas. Paduan Al-Si cocok digunakan pada pengecoran HPDC (High Pressure Die Casting). Diagram fasa paduan Al-Si ditunjukkan pada Gambar 2.4 dimana diagram fasa ini digunakan sebagai pedoman umum untuk menganalisa perubahan fasa pada proses pengecoran Al-Si. Gambar 10. Diagram Fasa Al-Si Jenis paduan Al-Si menurut kandungan silicon sesuai diagram fasa Al-Si terdiri dari 3 macam, yaitu: a. Hypoeutectic Padual Al-Si disebut Hypoeutectic yaitu apabila pada paduan tersebut terdapat kandungan silikon <11.7% dimana struktur akhir yang terbentuk pada fasa ini adalah struktur ferrite (alpha) yang kaya akan aluminium dengan struktur eutektik sebagai tambahan. 12

19 b. Eutectic Paduan Al-Si disebut Eutectic yaitu apabila pada paduan tersebut terdapat kandungan silikon sekitar 11.7% sampai 12.2%. Pada komposisi ini paduan Al-Si dapat membeku secara langsung (dari fasa cair ke fasa padat). c. Hypereutectic Paduan Al-Si disebut Hypereutectic yaitu apabila pada paduan tersebut terdapat kandungan silikon lebih dari 12.2% sehingga kaya akan kandungan silicon dengan fasa eutektik sebagai fasa tambahan. Dengan adanya struktur Kristal silicon primer pada daerah ini mengakibatkan karakteristik sebagai berikut: 1. Ketahanan aus paduan meningkat. 2. Ekspansi termal rendah. 3. Memiliki ketahanan retak panas yang baik. Karateristik ADC 12 ADC 12 paduan aluminium dan Silikon 12% digunakan sebagai bahan untuk membuat sepatu rem. ADC 12 memiliki keunggulan sebagai berikut: 1. Memiliki berat yang relati ringan. 2. Tahan terhadap korosi. 3. Konduktivitas termal tinggi. 4. Lunak tapi kuat sehingga apabila kampas rem habis, sepatu rem tidak merusak drum. 5. Ulet sehingga jarang ditemuan retakan. 6.5 Struktur Mikro Hubungan antara struktur mikro dengan sifat mekanik logam dipengaruhi oleh kuantitas fasa, ukuran fasa dan pengaruh bentuk fasa. Paduan Al-Si memiliki kombinasi karakteristik yang baik antara lain castability, ketahanan korosi yang 13

20 baik ( good corossion resistance), ketahanan aus ( wear resistance), dan mampu mesin yang baik ( machinability). Sifat mekanik pada dasarnya dikontrol oleh struktur mikro dari logam coran tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan suatu komposisi dari aluminium cor sangat dimungkinkan dengan mengoptimasi ukuran butir, struktur eutektik, ukuran sel, serta ukuran dan distribusi dari fasa intermetalik sehingga didapatkan sifat mekanik yang diinginkan. Penurunan kekuatan tarik yang kecil terjadi pada aluminium A356 dengan meningkatnya ukuran butir. Semakin besar ukuran butir, nilai kekerasannya semakin menurun. Sifat mekanik aluminium juga dipengaruhi oleh ukuran sel dendrit (dendrite cell size). Tegangan tarik ultimate dan nilai elongasi mengalami penurunan dengan meningkatnya ukuran sel dendrit. Struktur eutektik dan ukuran sel pada aluminium paduan terdapat dendrite fibers, yang dapat ditingkatkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas. Struktur Mikro Aluminium Aluminium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang baik dan antaran listrik yang baik. Dengan penambahan unsur Mg, Cu, Si, Mn, Zn dan Ni secara satu persatu atau bersamaaan akan meningkatkan sifat mekanik, ketahanan korosi, ketahanan aus dan koefisien pemuaian rendah. Kandungan aluminium yang terdapat di alam berupa senyawa bauksit (Al2O3.2H2O) dan kaofin (AL3O32SiO2 2H2O). Biji aluminium tersebut masih mengandung pengotor SiO2 (bersifat asam), FeO2(basa), CaCO3 dan TiO8 sehingga harus dimurnikan dengan zat kimia asam atau basa untuk mendapatkan aluminium murni. 14

21 Gambar 11. Struktur Mikro Aluminium Struktur Mikro Paduan Al-Si Al-Si merupakan jenis dari paduan aluminium, Aluminium-Silicon mempunyai sifat mudah dituang/dicor dan tahan terhadap korosi. Penguatan Al-Si dilakukan dengan cara menambah sejumlah kecil unsur lain, seperti Cu, Mg, atau Fe. Semakin tinggi kandungan besi maka Al-Si akan semakin getas. Bentuk struktur mikro Al-Si ditunjukkan pada Gambar 13 Gambar 12. Struktur Mikro Paduan Al-Si Al-Si mempunyai karakteristik ringan, specific-strength yang baik, konduktivitas termal yang baik, machineability yang baik dan tahan terhdap korosi. Paduan Al-Si kompleks biasa digunakan untuk pengecoran part komersial 15

22 serta digunakan dalam industri otomotif, aerospace, transportasi dan pertahanan. Hypereutectic Al-Si biasa digunakan untuk membuat piston mesin 2 tak dengan ukuran kecil. Hypereutectic adalah daerah atau zona diatas temperature eutectic atau titik cair besi, sedangkan hypoeutectic adalah daerah di bawah temperatur eutectic. Struktur Mikro Paduan Al-Si-Mg Paduan Al-Mg-Si mempunyai kekuatan yang kurang baik sebagai sebagai bahan tempaan dibandingkan paduan-paduan yang lain. Tetapi kelebihan dari paduan ini yaitu; sangat liat, mampu dibentuk dengan penempaan pada temperatur biasa, mempunyai kemampuan bentuk yang lebih baik melalui ekstrusi dan tahan korosi. Bentuk struktur mikro Al-Si-Mg ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 13. Struktur Mikro Paduan Al-Si-Mg 16

23 6.6 Dasar-Dasar Dalam Senyawa Logam Pemilihan dan penentuan macam-macam unsur yang akan digunakan sebagai unsur paduan dianalisis sesuai dengan kebutuhan sifat bahan yang diinginkan serta kemungkinan terjadinya larutan berbagai unsur tersebut baik dalam senyawa kimia atau pun dalam bentuk campuran, dimana proses pencampurannya dilakukan dalam keadaan terurai (cair), sehingga menghasilkan larutan unsur paduan yang homogen. Pemilihan bahan paduan yang tidak tepat dari suatu unsur paduan baik jenis maupun jumlahnya, walaupun terjadi larutan, unsur tersebut akan larut dalam keadaan bebas dalam bentuk partikel partikel hingga pembekuan pada temperatur ruangan. Jika partikel dari unsur-unsur ini memiliki persentase jumlah yang relatif besar maka akan mereduksi atau mempengaruhi sifat akhir dari bahan paduan yang kita kehendaki. Walaupun pada kondisi tertentu keadaan partikel bebas ini juga diperlukan apabila dikehendaki sifat free cutting dari bahan tersebut, seperti lead dan brass ke dalam baja paduan, tellurium ke dalam paduan tembaga. Senyawa unsur-unsur dalam paduan logam juga dipengaruhi oleh proses pendinginan yang mengakibatkan pembekuan dari paduan ini. Namun yang perlu diperhatikan dalam pemilihan unsur sebagai bahan paduan antara lain (Sudjana, 2008) 6.7 Pengaruh Tekanan Injeksi terhadap Porositas Pengecoran HPDC adalah proses pengecoran dengan cara menginjeksikan logam cair ke dalam cetakan dan memberikan tekanan selama pembekuan dalam ruang tertutup (Masnur, 2008). Besarnya tekanan dalam pengecoran akan berpengaruh terhadap porositas. Semakin tinggi tekanan yang diberikan akan menghasilkan porositas semakin rendah. Pengaruh tekanan injeksi terhadap porositas dapat dilihat seperti pada Tabel 2 di bawah ini. 17

24 Tabel 3. Pengaruh Tekanan Terhadap Porositas Tekanan akan mendorong keluar gas dalam cairan dan udara yang terdapat pada celah antara dinding cetakan dengan cairan logam (Ghomashchi, M.R.,1998). Volume gas di dalam coran berbanding terbalik dengan tekanan, di mana semakin tinggi tekanan, volume gas semakin kecil, dan porositas gas semakin rendah (John Champbell, 2003). Jika penyusutan selama pembekuan tidak diimbangi dengan kecepatan pengisian cairan logam ( feeding), maka akan timbul porositas penyusutan. Semakin tinggi tekanan, semakin tinggi feeding, coran semakin padat (soundness), dan porositas penyusutan semakin rendah (Elfendri, 2009). 6.8 Sifat Mekanik Dengan Memvariasikan Tekanan Varisasi Tekanan Terhadap Kekerasan Dari hasil pengujian kekerasan yang dilakukan oleh (Jurnal Pengaruh Tekanan Pada Proses HPDC Terhadap Kekerasan Dengan Material ADC 12 Oleh Sri Harmanto, A.P. Bayuseno, Sri Nugroho Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang) bawah ini. 18

25 Tabel 4. Pengaruh Tekanan Terhadap Kekerasan Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan, kekerasannya juga semakin tinggi. Peningkatan tekanan menyebabkan peningkatan undercooling thermal sehingga jumlah inti yang terbentuk juga lebih banyak. Peningkatan koefisien heat transfer juga meningkatkan heat flux pada interface logam cair dan dinding cetakan sehingga meningkatkan laju pembekuan (Masnur, 2008). Jumlah inti yang lebih banyak menyebabkan butiran semakin halus, sehingga kekerasannya semakin tinggi juga. 19

26 7. Metodologi Penelitian Mulai STUDI LITERATUR Metode Pengujian HPDC (High Pressure Die Casting) Struktur Mikro. Pengumpulan Bahan Pembuatan Cetakan Uji Komposisi Peleburan Material Penuangan Logam cair Penekanan Pada Tekanan 3 MPa, 5 Mpa dan 7 MPa Pelepasan dari Cetakan Pengamatan Struktur Mikro Benda Cor Hasil dan Analisa Kesimpulan Selesai Gambar 14. Diagram Metode Penelitian 20

27 Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: penelusuran literatur, pengumpulan bahan, pembuatan cetakan, uji komposisi, peleburan material, penuangan logam, penekanan pada tekanan 3 MPa, 5 MPa, dan 7 MPa, pelepasan dari cetakan, pengamatan struktur mikro benda cor, hasil dan analisa, dan kesimpulan dapat diuraikan sebagai berikut: 7.1 Penelusuran Literatur Penelusuran literatur meliputi : pencarian bahan tentang cara pengujian dengan pengecoran HPDC (High Pressure Die Casting), bahan mengenai struktur mikro dari ADC 12 dan berdiskusi dengan pembimbing yang dilaksanakan di Universitas Riau. 7.2 Pengumpulan Bahan 20 Kg. Bahan yang dikumpulkan adalah jenis material ADC 12 sekitar sebanyak 7.3 Pembuatan Cetakan Pembuatan cetakan dengan menggunakan mesin HPDC yang digunakan untuk mengepres ADC 12 masuk ke dalam cetakan. Alat pres ini menggunakan sistem dongkrak hidrolis dengan kemampuan penekanan hingga 9 MPa. Mesin HPDC seperti yang ditunkukkan pada Gambar 21

28 Gambar 15 Skema Cetakan HPDC Keterangan : 12. Piston hidrolik 1. Ulir penjepit cetakan 13. Poros pengikat dudukan 2. Cetakan bergerak 14. Bak Oli 3. Rongga cetak 15.Motor 4. Cetakan tetap 16. Pompa Oli 5. Dudukansilinder pengecoran 17. Tombol On/OFF 6. Silinder pengecoran 18. Pengatur tekanan 7. Lubang pengecoran 19. Tuas Penggerak Piston hidrolik 8. Piston penekan 20. Pengukur Tekanan 9. Ladel/ kowi 21. Selang saluran oli 10. Penghubung poros 22. Thermokopel 11. Silinder hidrolik 23. Digital Temperatur 22

29 Gambar 16. Mesin HPDC 7.4 Pengujian Komposisi Bahan yang digunakan adalah material Aluminium paduan ADC 12 dengan komposisi sebagai berikut : (Jurnal Analisa Cacat Coran pada High Pressure Die Casting (HPDC) dengan bahan ADC12 oleh Dedy Masnur dan Putri Nawangsari) Tabel 5. Komposisi ADC 12 Al Cu Mg Si Fe Mn Ni Zn Pb Sn Ti Cr Peleburan Material Material yang akan dilebur dibersihkan terlebih dahulu, sehingga diharapkan tidak ada kotoran yang menempel pada saat material mencair, kemudian material ADC 12 dimasukkan ke dalam, Crucible Furnace hingga mencair. Skema peleburan dapat dilihat seperti pada Gambar. 23

30 Gambar 17. Skema Peleburan 7.6 Penuangan Logam Cair Proses penuangan dilakukan dengan cepat dan berhati- hati untuk menghindari terjadi pembekuan setelah diangkat dari tungku. Setelah bahan coran masuk ke dalam lubang pengecoran mesin HPDC kemudian tuas mesin HPDC didorong ke depan untuk memberikan penekanan pada bahan coran sehingga bahan coran masuk ke seluruh bagian cetakan. Kendala pada saat proses penuangan yaitu bahan coran cepat sekali membeku. Proses penuangan aluminium cair ke dalam mesin HPDC ditunjukkan pada Gambar 17. Gambar 18. Penuangan Logam Cair (Jurnal Pengaruh Tekanan Pada Proses HPDC Terhadap Kekerasan Dengan Material ADC 12 Oleh Sri Harmanto, A.P. Bayuseno, Sri Nugroho) 24

31 7.7 Penekanan pada tekanan 3 MPa, 5 MPa, dan 7 MPa Spesimen yang digunakan : Dengan Tekanan 3 MPa dengan ketebalan rongga 4 mm= 3 buah Dengan Tekanan 3 MPa dengan ketebalan rongga 8 mm= 3 buah Dengan Tekanan 3 MPa dengan ketebalan rongga 12 mm= 3 buah Dengan Tekanan 5 MPa dengan ketebalan rongga 4 mm= 3 buah Dengan Tekanan 5 MPa dengan ketebalan rongga 8 mm= 3 buah Dengan Tekanan 5 MPa dengan ketebalan rongga 12 mm= 3 buah Dengan Tekanan 7 MPa dengan ketebalan rongga 4 mm= 3 buah Dengan Tekanan 7 MPa dengan ketebalan rongga 8 mm= 3 buah Dengan Tekanan 7 MPa dengan ketebalan rongga 12 mm= 3 buah Dengan temperatur tuang pada saat pengecoran yaitu pada temperatur 750 C 7.8 Pelepasan dari cetakan Proses penuangan dari cetakan dilakukan setelah didinginkan kira-kira selama 5 menit kemudian cetakan di buka, biarkan hasil coran dingin dengan sendirinya. Setelah itu hasil pengecoran dikeluarkan dari cetakan. 7.9 Pengamatan struktur mikro benda cor Pengujian struktur mikro dilakukan di Laboraturium Laboratorium Teknik Mesin Universitas Riau Pekanbaru dengan menggunakan alat Mikroskop Optik. Pengujian struktur mikro dilakukan setelah spesimen uji mengalami proses polishing dan etching, hingga spesimen uji tampak mengkilap serta tidak ada goresan pada permukaan spesimen uji. Sebelum melakukan pengamatan struktur mikro, material uji harus melalui beberapa proses persiapan yang harus dilakukan yakni: 25

32 1. Pemotongan (Sectioning) 2. Pengamplasan (Grinding) 3. Pemolesan (Polishing) 4. Pengetsaan (Etching) Setelah semua proses persiapan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop optik dengan berbagai varisasi pembesaran. Dari hasil pengamatan mikroskopis akan diperoleh informasi dan analisa data tentang struktur mikro yang terbentuk. Proses pengujian mikrografi ditunjukkan pada Gambar Gambar 19. Pengamatan Struktur Mikro 7.10 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen yang digunakan adalah menganalisis struktur mikro akibat tekanan dan tebal rongga cetakan pengecoran Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan datanya adalah observasi, dimana data diperoleh dari hasil pengamatan bentuk struktur mikro akibat tekanan dan tebal rongga cetakan. 26

33 8. Jadwal Kegiatan No. Jenis Kegiatan Lokasi 1 Studi Literatur Fakultas Teknik UR 2 Pengumpulan Bahan Dilakukan di Kota Pekanbaru 3 Pembuatan Cetakan Laboratorium Teknik UR 4 Uji Komposisi Laboratorium Teknik UR 5 Peleburan Material Laboratorium Teknik UR 6 Pemberian Tekanan Pada HPDC Laboratorium Teknik UR 7 Pelepasan Dari Cetakan Laboratorium Teknik UR 8 Pengamatan Struktur Mikro Laboratorium Teknik UR 9 Hasil Dan Analisa Laboratorium Teknik UR 10 Pembuatan Laporan Fakultas Teknik UR 11 Seminar Hasil Fakultas Teknik UR Bulan ke

34 9. Biaya Kegiatan No. Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp) 1 Pembuatan cetakan , 2 Bahan bakar , 3 Pembelian aluminium ADC , 4 Biaya survei pengumpulan bahan , Jumlah , 28

35 10. Daftar Pustaka Surdia, Tata & Saito, Shinroku Pengetahuan Bahan Teknik. (edisi kedua). Jakarta: Pradnya Paramita. Masnur Dedy, 2008, Pengaruh Parameter Proses Terhadap Fluiditas dan Kualitas Coran ADC 12 dengan High Pressure Die Casting, Thesis S-2 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada. Harmanto Sri, Bayuseno A.P, & Nugroho Sri, 2012, Pengaruh Tekanan Pada Proses HPDC Terhadap Kekerasan Dengan Material ADC 12, Jurnal Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang, Semarang Bar-Meirs, G., 2000, Fundamental of Die Casting Design,Gnu Free Document Campbell, J., 2003, Casting 2 nd Edition, Butterworth-Heinemann Campbell, J. dan Harding, R. A., 1994, Talat 3205 Fluidity of Molten Metals, European Aluminium Association JIS Handbook Non Ferrous Metals and Metallurgy, 1997, Japanese Standards Association Conditions, Scripta Materialia, Elsevier, vol. 53, pp Vinarcik, E. J., 2003, High Integrity Die Casting Processes, John Wiley & Sons Masnur Dedy dan Nawangsari Putri, Analisa Cacat Coran pada High Pressure Die Casting (HPDC) dengan bahan ADC12 Jurnal Teknik Mesin Universitas Riau Pekanbaru Harmanto Sri, Pengaruh Tebal Coran Pada Proses HPDC Terhadap Porositas Dengan Material ADC 12, Jurnal Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang, Semarang 29

36 11. Lampiran 1. Identitas Diri 1 Nama Lengkap (dengan gelar) Renhard Niptro G 2 Jenis Kelamin Laki-Laki 3 Program Studi S1 4 NIM Tempat dan Tanggal Lahir Kota Pinang, 06 Oktober gultomrenhard@gmail.com 7 Nomor Telepon/HP Riwayat Pendidikan Nama Institusi SD SMP SMA SMK Swasta SD Swasta SMP Swasta Indonesia YP.Bina Ilmu YP.Bina Ilmu Membangun 2, Torgamba Jurusan - - Teknik Mekanik Otomotif Tahun Masuk-Lulus

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta INTISARI Setiap logam akan mengalami perubahan fasa selama proses pengecoran,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM Indreswari Suroso 1) 1) Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12 C.10. Pengaruh tekanan injeksi pada pengecoran cetak tekanan tinggi (Sri Harmanto) PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12 Sri Harmanto Jurusan

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro PENGARUH TEMPERATUR BAHAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA PROSES SEMI SOLID CASTING PADUAN ALUMINIUM DAUR ULANG M. Chambali, H. Purwanto, S. M. B. Respati Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Proses

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sepatu rem. [1]

Gambar 2.1 Sepatu rem. [1] BAB II DASAR TEORI 2.1 Karakteristik Sepatu Rem Rem adalah suatu peranti untuk memperlambat atau menghentikan gerakan roda. Karena gerak roda diperlambat, secara otomatis gerak kendaraan menjadi lambat.

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

ADC 12 SEBAGAI MATERIAL SEPATU REM MENGGUNAKAN PENGECORAN HIGH PRESSURE DIE CASTING DENGAN VARIASI TEMPERATUR PENUANGAN

ADC 12 SEBAGAI MATERIAL SEPATU REM MENGGUNAKAN PENGECORAN HIGH PRESSURE DIE CASTING DENGAN VARIASI TEMPERATUR PENUANGAN Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ADC 12 SEBAGAI MATERIAL SEPATU REM MENGGUNAKAN PENGECORAN HIGH PRESSURE DIE CASTING DENGAN VARIASI TEMPERATUR PENUANGAN Athanasius

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Brake Lining. Brake Shoe. Gambar 2.1. Sepatu Rem [15].

BAB II DASAR TEORI. Brake Lining. Brake Shoe. Gambar 2.1. Sepatu Rem [15]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Karakteristik Sepatu Rem Sepatu rem merupakan salah satu komponen pada rem dari sepeda motor yang berfungsi sebagai tempat melekatnya kampas rem. Sepatu rem bekerja secara sederhana,

Lebih terperinci

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH C.6 PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH Agus Dwi Iskandar *1, Suyitno 1, Muhamad 2 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN Disusun Oleh Nama Anggota : Rahmad Trio Rifaldo (061530202139) Tris Pankini (061530200826) M Fikri Pangidoan Harahap (061530200820) Kelas : 3ME Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR TUGAS AKHIR ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR Disusun : Arief Wahyu Budiono D 200 030 163 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS Sri Harmanto Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl Prof. Sudarto, S.H., Tembalang, Kotak Pos

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 0, No., Oktober 04, Hal. 55-6 ISSN 06-795 ANALISA PENGARUH VARIASI TEMPERATUR CETAKAN PADA SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN PADUAN ALUMINIUM SILIKON (Al-Si) DAUR ULANG DENGAN PENAMBAHAN UNSUR

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Laporan Tugas Akhir PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Nama Mahasiswa : I Made Pasek Kimiartha NRP

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR INDUSTRI INOVATIF Vol. 6, No., Maret 06: 38-44 ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR ) Aladin Eko Purkuncoro, )

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 41-48 ISSN 0216-7395, e-issn 2406-9329 ANALISIS PENGARUH VARIASI TEKANAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PRODUK SEPATU KAMPAS REM

Lebih terperinci

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM A. Sub Kompetensi Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran Pencampuran

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM Pengaruh Jarak Dari Tepi Cetakan Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekerasan Pada Coran Aluminium PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM H. Purwanto e-mail

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 12-19 ISSN 0216-7395 ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN TITANIUM (Ti) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM DAUR ULANG BERBAHAN ALUMINIUM

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12 D.20. Analisa Pengaruh Pengecoran Ulang terhadap Sifat Mekanik... (Samsudi Raharjo) ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12 Samsudi Raharjo, Fuad Abdillah dan Yugohindra

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS Boedijanto, Eko Sulaksono Abstrak Bahan baku handle rem sepeda motor dari limbah piston dengan komposisi Al: 87.260, Cr: 0.017, Cu: 1.460,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengecoran Hasil penelitian tentang pembuatan poros berulir (Screw) berbahan dasar 30% Aluminium bekas dan 70% piston bekas dengan penambahan unsur 2,5% TiB. Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Bahan Pengecoran Dengan Penambahan Ti-B Coran dg suhu cetakan 200 o C Coran dg suhu cetakan 300 o C Coran dg suhu cetakan

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg Rusnoto Program Studi Teknik Mesin Unversitas Pancasakti Tegal E-mail: rusnoto74@gmail.com Abstrak Piston merupakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH ANNEALING 290 C PADA PELAT ALUMINUM PADUAN (Al-Fe) DENGAN VARIASI HOLDING TIME 30 MENIT DAN 50 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Al-Si

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran... Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran... (P. S. Hermawan, dkk) ANALISA PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TUANG PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PRODUK SEPATU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% Pengecoran suhu cetakan 250 C Pengecoran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Spesimen Dalam melakukan penelitian uji dilaboratorium bahan teknik Universitas Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR Masyrukan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta JL. A.Yani Tromol Pos I Pabelan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON Budi Harjanto dan Suyitno Casting and Solidification TechnologyGroup Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat pesat. Hal ini berdampak juga pada perkembangan teknologi transportasi. Inovasi di bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang berfungsi sebagai tempat piston dan ruang bakar pada mesin otomotif. Pada saat langkah kompresi

Lebih terperinci

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA Ahmad Haryono 1*, Kurniawan Joko Nugroho 2* 1 dan 2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Pratama Mulia Surakarta

Lebih terperinci

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM Hera Setiawan 1* 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352 * Email: herasetiawan6969@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Sr atau TiB Terhadap SDAS, Sifat Mekanis dan Fluiditas Pada Paduan Al-6%Si

Analisa Pengaruh Penambahan Sr atau TiB Terhadap SDAS, Sifat Mekanis dan Fluiditas Pada Paduan Al-6%Si Analisa Pengaruh Penambahan Sr atau TiB Terhadap SDAS, Sifat Mekanis dan Fluiditas Pada Paduan Al-6%Si Suherman Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Tanjungbalai e-mail: herman_me_itm@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PROSES MANUFACTURING

PROSES MANUFACTURING PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS Pengaruh Penambahan Mg Terhadap Sifat Kekerasan dan... ( Mugiono) PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 2, OKTOBER 2015 1 PENGARUH MODEL SISTEM SALURAN PADA PROSES PENGECORAN LOGAM Al-Si DENGAN PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA PROSES SEMI SOLID CASTING PADA PADUAN ALUMINIUM DAUR ULANG

PENGARUH TEKANAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA PROSES SEMI SOLID CASTING PADA PADUAN ALUMINIUM DAUR ULANG L. P. Hartono, H. Purwanto, S. M. B. Respati Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl Menoreh Tengah X/22 Semarang e-mail: lilik_polines06@yahoo.co.id helmy_uwh@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pengecoran casting adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS Sri Harmanto, Ahmad Supriyadi, Riles Melvy Wattimena Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl Prof. Sudarto, S.H.,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kehidupan manusia semakin maju sehingga menuntut manusia untuk berkembang. Karena kehidupan manusia yang bertambah maju maka berbagai bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting akan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era modernisasi yang terjadi saat ini menuntut manusia untuk melakukan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks, tak terkecuali dalam hal teknologi yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE Darmanto *, Sri Mulyo Bondan Respati, Helmy Purwanto Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat membuat serta menciptakan alat-alat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah memiliki berat jenis yang ringan, ketahanan terhadap korosi,

Lebih terperinci

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB 1. PERLAKUAN PANAS BAB PERLAKUAN PANAS Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses perlakuan panas pada material logam. : Menguasai cara proses pengerasan, dan pelunakan material baja karbon.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para pengambil keputusan dan para ahli produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di: a. Laboratorium Logam Politeknik Manufaktur Ceper yang beralamat di Batur, Tegalrejo, Ceper,

Lebih terperinci

2. Logam Cair & Saluran dalam Pengecoran

2. Logam Cair & Saluran dalam Pengecoran 2. Logam Cair & Saluran dalam Pengecoran Penuangan logam cair ke dalam cetakan adalah satu dari langkah- langkah kritis dalam pengecoran karena perilaku cairan dan pembekuannya serta pendinginan menentukan

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. ANALISA PENGARUH BAHAN CETAKAN PADA PENGECORAN PADUAN Al- Cu TERHADAP WAKTU PENDINGINAN DAN SIFAT MEKANIS CORAN

TUGAS SARJANA. ANALISA PENGARUH BAHAN CETAKAN PADA PENGECORAN PADUAN Al- Cu TERHADAP WAKTU PENDINGINAN DAN SIFAT MEKANIS CORAN TUGAS SARJANA ANALISA PENGARUH BAHAN CETAKAN PADA PENGECORAN PADUAN Al- Cu TERHADAP WAKTU PENDINGINAN DAN SIFAT MEKANIS CORAN Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 37 III. METODE PENELITIAN III.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan abu sekam di Politeknik Negeri Lampung pada tanggal 11 Desember hingga

Lebih terperinci

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu Ricky Eko Prasetiyo 1, Mustaqim 2, Drajat Samyono 3 1. Mahasiswa, Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST Ikwansyah Isranuri (1),Jamil (2),Suprianto (3) (1),(2),(3) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU Jl. Almamater,

Lebih terperinci

BAB 3. PENGECORAN LOGAM

BAB 3. PENGECORAN LOGAM BAB 3. PENGECORAN LOGAM Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai ketrampilan pembentukan material melalui proses pengecoran : Menguasai pembentukan komponen dari aluminiun melalui pengecoran langsung DASAR

Lebih terperinci

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran. L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati ANALISIS PENGARUH MODEL SISTEM SALURAN DENGAN POLA STYROFOAM TERHADAP SIFAT FISIS DAN KEKERASAN PRODUK PULI PADA PROSES PENGECORAN ALUMINIUM DAUR ULANG Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian aluminium dalam dunia industri yang semakin tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk

Lebih terperinci

85%Cu-15%Zn % Cu - 30% Zn % Cu - 40% Zn

85%Cu-15%Zn % Cu - 30% Zn % Cu - 40% Zn 16 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kuningan Kuningan adalah logam yang merupakan campuran dari tembaga (Cu) dan seng (Zn). Tembaga merupakan komponen utama dari kuningan, dan kuningan biasanya diklasifikasikan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN Al-Si-Cu YANG TELAH MENGALAMI SOLUTION TREATMENT 450 0 C, QUENCHING DENGAN AIR 27 0 C DAN AGING 150 0 C Disusun : LILIK

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si Fuad Abdillah*) Dosen PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak Waktu penahanan pada temperatur

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN Sr ATAU TiB TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN FLUIDITAS PADA PADUAN Al-6%Si-0,7%Fe

PENGARUH PENAMBAHAN Sr ATAU TiB TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN FLUIDITAS PADA PADUAN Al-6%Si-0,7%Fe PENGRUH PENMHN Sr TU Ti TERHDP STRUKTUR MIKRO DN FLUIDITS PD PDUN -6%-0,7%Fe Suherman Jurusan Teknik Mesin, Kampus Politeknik Tanjungbalai. Jl. Sudirman No. 9 Kodya Tj balai Email: Herman_me_itm@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SEPATU KAMPAS REM KENDARAAN BERMOTOR BERBAHAN ALUMUINUM DAUR ULANG

PENGEMBANGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SEPATU KAMPAS REM KENDARAAN BERMOTOR BERBAHAN ALUMUINUM DAUR ULANG Pengembangan Metode Pengecoran Squeeze untuk Meningkatkan (Darmanto dkk.) PENGEMBANGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SEPATU KAMPAS REM KENDARAAN BERMOTOR BERBAHAN ALUMUINUM DAUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna

BAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan Aluminium dan Logam paduan Aluminium didunia industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat ini, menuntut manusia untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 ALUMINIUM Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy dalam tahun 1809 sebagai suatu unsur dan pertama kali di reduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted. Tahun 1825. Secara industri

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si Pengaruh Temperatur Tuang dan Kandungan Silicon Terhadap Nilai Kekerasan Paduan Al-Si (Bahtiar & Leo Soemardji) PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si Bahtiar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. PENGECORAN CETAK TEKAN (DIE CASTING) Die casting adalah suatu proses pengecoran dengan menggunakan cetakan logam. Proses die casting dapat memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26

I. PENDAHULUAN. 26, Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aluminium (Al) adalah unsur kimia dengan nomor atom 13 dan massa atom 26, 9815. Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26 dapat meluruhkan sinar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu penanganan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH TEMPERATUR PEMASUKAN DAN PENARIKAN BATANG PENGADUK TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR GLOBULAR PADA PROSES RHEOCASTING

STUDI PENGARUH TEMPERATUR PEMASUKAN DAN PENARIKAN BATANG PENGADUK TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR GLOBULAR PADA PROSES RHEOCASTING 20 STUDI PENGARUH TEMPERATUR PEMASUKAN DAN PENARIKAN BATANG PENGADUK TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR GLOBULAR PADA PROSES RHEOCASTING Oleh : JOKO SUSILO NIM : I 0404044 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 38 3.2. ALAT DAN BAHAN 3.2.1 Alat Gambar 3.2 Skema Peralatan Penelitian Die Soldering 3.2.2 Bahan Bahan utama

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALMINIUM DAUR ULANG (Al 6,4%Si 1,93%Fe)

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALMINIUM DAUR ULANG (Al 6,4%Si 1,93%Fe) PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALMINIUM DAUR ULANG (Al 6,4%Si 1,93%Fe) Helmy Purwanto 1), Suyitno 2) dan Prio Tri Iswanto 2) 1) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356. STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.0 Hari Subiyanto 1), Subowo 2), Gathot D.W 3), Syamsul Hadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan korosi dan mempunyai alir yang baik sehingga banyak digunakan dalam aplikasi alat-alat rumah tangga,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA HEAT TREATMENT PADA ALUMINIUM MAGNESIUM SILIKON (Al Mg ) DENGAN SILIKON () (1%, 3%, 5%) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Syarat Guna

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN FLUIDITAS PADUAN ALUMINIUM TEMBAGA (Al-Cu) DENGAN METODE PENGECORAN SAND CASTING

TUGAS SARJANA. ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN FLUIDITAS PADUAN ALUMINIUM TEMBAGA (Al-Cu) DENGAN METODE PENGECORAN SAND CASTING TUGAS SARJANA ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN FLUIDITAS PADUAN ALUMINIUM TEMBAGA (Al-Cu) DENGAN METODE PENGECORAN SAND CASTING Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Strata Satu (S-1) di

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tinggi kebutuhan dan tuntutan hidup manusia, membuat manusia berpikir dengan akal dan budinya seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Lebih terperinci

7. Pertumbuhan Kristal (Growth of Crystal)

7. Pertumbuhan Kristal (Growth of Crystal) 7. Pertumbuhan Kristal (Growth of Crystal) Proses pertumbuhan kristal yang mana didahului nukleasi (pengintian) menentukan struktur akhir dari solid. Mode pertumbuhan baik untuk butiran individual maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di kitab suci Al Quran sudah membahas tentang berbagai unsur kimia seperti besi, emas, tembaga dll. Disini akan membahas ayat kitab suci Al Quran tentang unsur tersebut.

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. ANALISA KOMPOSISI KIMIA ALUMINIUM AC4B DENGAN PENAMBAHAN 0.019 wt % Ti DAN 0.029 wt %Ti Pengambilan data uji komposisi ini dilakukan dengan alat spektrometer

Lebih terperinci

Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si

Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si (Soejono Tjitro, et al.) Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si Soejono Tjitro Dosen

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #11

Pembahasan Materi #11 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Tool Steel Sidat dan Jenis Stainless Steel Cast Iron Jenis, Sifat, dan Keterbatasan Non-Ferrous Alloys Logam Tahan Panas 1 Tool Steel (Baja Perkakas) 3 W Pengerasan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM SUHADA AMIR MUKMININ 123030037 Pembimbing : IR. BUKTI TARIGAN.MT IR. ENDANG ACHDI.MT Latar Belakang CACAT CACAT PENGECORAN Mempelajari

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL Pramuko I. Purboputro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai Studi Pustaka Identifikasi masalah Rencana Kerja dan Desain

Lebih terperinci

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting TUGAS AKHIR Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting Disusun : EKO WAHYONO NIM : D 200 030 124 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MEKANIS DAN KOMPOSISI KIMIA ALUMUNIUM HASIL PEMANFAATAN RETURN SCRAP Koos Sardjono, Eri Diniardi, Piki Noviadi Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Dalam

Lebih terperinci