BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. zaman Belanda beberapa kali terjadi perubahan pemerintahan sebagaimana tercantum dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. zaman Belanda beberapa kali terjadi perubahan pemerintahan sebagaimana tercantum dalam"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Boalemo dengan Ibu Kota Tilamuta, merupakan hasil pemekaran Kabupaten Gorontalo pada tahun Kabupaten Boalemo dibentuk pada tanggal 12 Oktober Pada zaman Belanda beberapa kali terjadi perubahan pemerintahan sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara tahun 1952 Nomor 262, dimana wilayah gorontalo dibagi menjadi dua wilayah pemerintahan yaitu : 1. Onder Afdeling Gorontalo dengan Onder Distriknya yakni Atinggola, Kwandang, Sumalata, Batudaa, Tibawa, Gorontalo, Telaga, Tapa, Kabila, Suwawa, dan Bonepantai. 2. Onder Afdeling Boalemo dengan Onder Distriknya yakni Paguyaman, Tilamuta. Kabupaten Boalemo merupakan Kabupaten yang termuda di Provinsi dan terbaru di Provinsi Gorontalo, terbentuk berdasarkan UU No. 50 tahun Selanjutnya dalam kurun waktu 3 tahun 4 bulan Kabupaten Boalemo telah dimekarkan menjadi dua Kabupaten yakni Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato, sesuai dengan UU Nomor 6 Tahun Pemekaran tersebut dimaksudkan, guna menghindari polemik Ibu Kota Kabupaten Boalemo yang tertuang pada pasal 7 dan 8 UU No. 50 tahun 1999, dimana disebutkan bahwa pada pasal 7, Ibu Kota Kabupaten Boalemo berkedudukan di Tilamuta, selanjutnya pada pasal 8 disebutkan bahwa paling lambat 5 tahun Ibu Kota dapat dipindahkan ke Marisa (dalam Iwan Bokings

2 Pada tanggal 27 Januari 2003 Kabupaten Boalemo mengalami pemekaran menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Boalemo dengan ibu kota Tilamuta ( induk ), dan dengan Kabupaten Pohuwato dengan ibu kota Marisa. Wilayah Kabupaten Boalemo menjadi berkurang lima Kecamatan yaitu Lemito, Marisa, Paguat, Popayato, dan Randangan menjadi wilayah Kabupaten Pohuwato Letak Geografis Wilayah Boalemo Secara geografis wilayah Boalemo pada posisi 0-24 Lintang Utara (LU) dan diantara Bujur Timur (BT) dengan batas batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Tolinggula dengan Sumalata. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pulubala dan Tibawa, serta Kabupaten Gorontalo. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Paguat dan Kabupaten Pohuwato Sejarah Singkat Boalemo Boalemo berasal dari kata bau lemon, dan Boalemo pada waktu itu masih dibawah pimpinan oleh seorang Raja yang bernama Raja Paloa. Sebelum pengesahan itu para pekerja dari Boalemo diperiksa oleh Tuan Wermuth dan Van De Wal mengenai perkara yang ada diboalemo dan dihadiri oleh Raja raja dan para pembesar pembesar Limutu dan Hulontalo. Ternyata pada pemeriksaan ini bahwa orang orang yang dipakai komponi bukan orang orang Bualemo dari Buol yang telah dibeli oleh komponi melainkan orang orang Boalemo dari Limutu. Utusan (Emissarius) telah menerangkan hal ini kepada Gubernur Ternate dan majelisnya untuk memberi keputusan atas permasalahan ini, tidak lama kemudian tibalah sepucuk surat dari Ternate kepada

3 Raja dan pembesar pembesar Limutu yang ditanda tangani oleh Tuan Besar Valkenaer pada tanggal 10 Juni 1772 Masehi, dalam surat itu diterangkan kepada Tuan tuan Besar tersebut sangat memperkenankan permohonan Raja dan Pembesar pembesar Limutu pula beliau melarang kepada Marapati untuk ikut campur dengan orang orang Boalemo dari Limutu bukan dengan orang orang Bualemo yang minggat di Buol dan telah dibeli oleh komponi dengan harga 1000 real 100 orang pada tahun 1734 pada masa Bernard. Kemudian tinggalah orang orang Boalemo di Limutu sebagai sediakala, namun kepala Boalemo memberi keberatan kepada komponi yaitu pada Tuan A.R.Van Geuricke dan Scherius. Keberatan keberatan itu diterima baik dan pada waktu itu A.R. Celosse mengatakan kebebasan kepada bangsa Boalemo dari pengawasan dan penganiayaan pembesar pembesar dari kaum Ningrat Limutu. Setelah keputusan itu orang orang Boalemo meninggalkan Limutu pergi dan tinggal di Kayubulan dan akhirnya di Tilamuta mengadakan pemilihan siapa yang menjadi Raja Boalemo pada waktu. Setelah kejadian tersebut Kerajaan Boalemo disahkan oleh V.O.C pada hari ahad tanggal 12 Rabiulakhir 1262 atau tahun 1845 Masehi. Setelah pengesahan itu barulah kerajaan Boalemo yang baru ini dipindahkan ke Bihu Ayuhulalo ke kecamatan Tilamuta sekarang ini. Setelah Raja Paloa diangkat menjadi Raja kerajaan Boalemo pada tahun 1787 benar benar telah berjuang membebaskan rakyat dari tindakan tindakan maupun tekanan dari kerajaan lain dengan usaha serta daya upaya dalam pembebasan ini maka hasil usaha perjuangannya dari penindasan penindasan Kerajaan yang lain pada tahun 1845 Masehi atau 1262 tahun Islam. Pada saat itu Kabupaten dipindahkan di pinggir Ayuhulalo dan sekarang sudah menjadi Kecamatan Tilamuta, semua itu berkat perjuangannya Raja Paloa dan masyarakat Boalemo dari penindasan penindisan Kerajaan lain (dalam John Onu Nihe : 1990).

4 4.1.3 Kurangnya Pemahaman Tentang Administrasi Pembangunan Setelah melalui kegiatan penelitian yang sangat panjang, maka peneliti menemukan kurangnya pemahaman tentang administrasi pembangunan, masih ada masyarakat Boalemo yang kurang memahami tentang administrasi pembangunan yang dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka panjang, jangka sedang maupun dalam jangka pendek, dan seperti kita ketahui bahwa merencanakan berarti mengambil keputusan sekarang tentang hal hal yang akan dilakukan pada jangka waktu tertentu dimasa depan. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu Negara bangsa untuk berkembang dan tidak sekedar mempu mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya. Perubahan mengandung makna bahwa satu Negara bangsa harus bersifat antisipatif dan proaktif dalam menghadapi tuntutan situasi yang berbeda dari satu jangka waktu kejangka waktu yang lain, masyrakat Boalemo hanya tau kalau administrasi pembangunan Boalemo itu tergantung pada biaya dan mereka tidak mengetahui bahwa pengertian administrasi pembangunan itu sendiri adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu Negara dan bangsa untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan Negara dan bangsa yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhirnya (Sondang P. Siagian : 2003 : 5) Tanggapan Masyarakat Terhadap Pembentukan Boalemo Tanggapan masyarakat Boalemo pada awal pembentukan Boalemo menjadi suatu daerah atau Kabupaten sangat baik, dan masyarakat sangat menanti nantikan Boalemo menjadi suatu Kabupaten. Akhirnya apa yang mereka inginkan tercapai, dan pada saat pembentukan Boalemo

5 ini masyarakatlah yang sangat membantu dalam hal ini, kalau kita pikirkan masyarakatlah yang sangat dirugikan dengan pembangunan ini karena dengan pembangunan ini lahan maupun tanaman masyarakat akan digunakan untuk pembangunan daerah Boalemo tetapi masyarakat tidak pernah mengeluh karena mereka menginginkan Daerah Boalemo menjadi satu Kabupaten Visi dan Misi 1. Visi : adapun yang menjadi visi dari Kabupaten Boalemo yaitu mewujudkan masyarakat yang produktif dan mandiri 2. Misi : adapun yang menjadi misi dari Kabupaten Boalemo yaitu : Meningkatkan produksi perikanan Meningkatkan produksi kakao Meningkatkan produksi pariwisata Meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas Struktur Organisasi Struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Boalemo akan digambarkan sebagai berikut: Bupati Wakil Bupati Sekda Asisten 1 (satu) Asisten 2 (dua) : Drs Rum Pagau : Lahmudin Hambali, S.Sos, M.Si : I.r Sujarno Abdul Hamid : Musafir Bempa, M.M : Serman Moridu, S.Pd, M.M

6 Kepala-Kepala Dinas : 1. Kepala Dinas PU : I.r Handoyo Sugiarto M.M 2. Kepala Dinas Kehutanan : Yunus Muda 3. Kepala Dinas Pertanian : Rusdin Aminu, S.Pd, M.M 4. Kepala Dinas Peternakan : I.r Mans Mopangga 5. Kepala Dinas Perindakop : Sahril Mointi S.sos 6. Kepala Dinas Perhubungan : Hendri Bano 7. Kepala Dinas Kesehatan : Paulus Pangalo SKM.M.Kes 8. Kepala Dinas Perikanan : I.r Sila Botutihe 9. Kepala Dinas BKD : Suharto Pagau. S.Pd Keadaan Pegawai Kabupaten Boalemo Pegawai merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan organisasi. Pada kantor Desa Botumoito Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo, keadaan Pegawai apabila dilihat dari tingkat pendidikan dapat dideskripsikan sebagaimana pada tabel dibawah ini. Tabel 1 Keadaan Pegawai kabupaten Boalemo dilihat dari tingkat pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase 1. S3 4 7% 2. S %

7 3. S % 4. SMA 35 40% 5. SMP 5 11% 6 SD 4 7% Total % Sumber data: Setda Kabupaten Boalemo 2013 Dilihat dari tabel diatas menunjukan bahwa pegawai atau aparatur pada Kabupaten Boalemo masih di dominasi oleh pegawai yang berijasah SMA berjumlah 35 ( 40% ) orang dan yang berpendidikan S1 sebanyak 15 ( 20% ), berpendidikan S2 sebanyak 10 ( 15% ), berpendidikan S3 sebanyak 4 orang ( 7% ), serta yang berpendidikan SMP 5 ( 11% ), dan yang berijasah SD sebanyak 4 orang ( 7% ). Dilihat dari jenis kelaminnya, karyawan pada Kabupaten Boalemo dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Keadaan Pegawai kabupaten Boalemo dilihat dari Jenis Kelaminya No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase 1. Laki-Laki 42 46% 2. Perempuan 52 54%

8 Total % Sumber data: Setda Kabupaten Boalemo 2013 Dilihat dari tabel diatas menunjukan bahwa pegawai dikabupaten Boalemo masih di dominasi oleh karyawan perempuan yaitu sebanyak 52 orang ( 54% ), sedangkan laki laki hanya berbanding sedikit dengan perempuan yaitu sebanyak 42 orang ( 46% ) Sarana dan Prasarana 1) Sarana Agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi ( tupoksi ) pada pemerintahan Kabupaten Boalemo serta untuk menunjang pelaksanaan program dan kegiatan secara baik dan cepat maka sangat diperlukan sarana kantor yang memadai dari segi kuantitas maupun kualitas. Seperti diketahui bahwa sumber daya manusia yang tinggi tidak akan menghasilkan kinerja yang optimal kalau tidak ditunjang dengan sarana yang memadai, oleh sebab itu ketersediaan sarana sangat diperlukan dalam upaya meningkatakan pelayanan kepada masyarakat. 2). Prasarana Prasarana penunjang untuk melaksanakan program dan kegiatan yang tersedia pada pemerintah daerah Kabupaten Boalemo yaitu kantor Eksekutif dari tingkatan atas sampai Bawah, Legislatif.

9 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan (10 Mei 2013) ditemukan bahwa sejarah administrasi Kabupaten Boalemo merupakan acuan untuk mengetahui prosesi berdirinya Kabupaten Boalemo yang bisa dijadikan sebagai regulasi secara formal dalam mengakui keberadaan Kabupaten Boalemo. Sebelum Boalemo menjadi sebuah Kabupaten, Boalemo adalah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja. Asal mula namanya menjadi Boalemo adalah karena adanya bau lemon, namun adapula cukup bukti bahwa Boalemo itu berasal dari kata bau lemon. Seperti yang diperkuat oleh Bapak Hasrun Agunta (wawancara Rabu 15 Mei 2013) bahwa asal mulanya nama Boalemo memang berasal dari sebuah sejarah yaitu dengan adanya bau lemon yang sudah sejak lama dari masa kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Paloa pada tahun 1800 M. sehingga untuk menyempurnakan nama daerah ini menjadi Boalemo secara administrasi memiliki kemudahan dan bisa diakui sebagai satu Daerah yang definitif yaitu Kabupaten Boalemo. Beradasarkan hasil wawancara tersebut menurut pengamatan peneliti bahwa Kabupaten Boalemo memang merupakan suatu daerah yang benar benar mempunyai sejarah tersendiri bahkan namanya pun mempunyai makna yang besar yaitu berasal dari bau lemon yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Boalemo. Selain itu menurut Wakil Bupati Boalemo Bapak Lahmudin Hambali (wawancara hari / tanggal, Kamis 16 Mei 2013 ) mengatakan bahwa Sejarah administrasi Kabupaten Boalemo tidak mempunyai hambatan apapun sampai membentuk satu daerah secara formal, bahkan pengelolaan administrasi pada masa pembentukan Kabupaten Boalemo berjalan dengan lancar.

10 Berdasarkan hasil observasi pada tanggal (18 Mei 2013) peran dan kedudukan masyarakat dalam pembangunan Boalemo sangat nampak tapi masyarakat Boalemo tidak pernah mengeluh atas semua itu, karena masyarakat Boalemo itu sendri sangat mengharapkan pembangunan di daerahnya cepat diselesaikan dengan bagus. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Ariyanto Kadjiba (19 Mei 2013) mengatakan bahwa sistem pemerintahan sekarang ini tidak mempunyai hambatan atau masalah apapun karena pemerintah selalu bekerja sama dengan bawahan bawahannya atau dengan asistennya apabila ada yang menjadi pengaruh buat kemakmuran rakyat dan kemakmuran pemerintah. Dari hasil wawancara diatas kita dapat ketahui bahwa dengan kerja samalah kita dapat melakukan yang terbaik untuk masyarakat dan untuk daerah kita,dan dengan kerja sama juga kita dapat mengatasi segala permasalahan yang akan terjadi dalam pemerintahan. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Haris Hiyango (20 Mei 2013) bahwa dalam penerapan sistem administrasi dalam sistem pemerintahan sudah menggunakan topdown artinya dalam perencanaan program merupakan pendekatan yang menggambarkan pemecahan masalah masalah yang besar menjadi pemecahan masalah secara sederhana. Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa secara administrasi Kabupaten Boalemo dalam pembentukannya tidak mengalami hambatan apapun. Hal inipun menjadikan Kabupaten Boalemo baik secara administrasi pemerintahan yang menggunakan topdown. Hasil pengamatan peneliti menunjukan bahwa terbentuknya Kabupaten Boalemo secara resmi memang mempunyai sejarah tersendiri. Sejarah ini yang kemudian dijadikan sebagai acuan secara administrasi yang kemudian diterapkan dalam sistem pemerintahan. Administrasi

11 memang mempunyai peranan penting dalam sistem pemerintahan namun hal ini tidak terlepas dari sejarah yang membuktikan pembentukan suatu daerah yang dapat ditetapkan secara administrasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Daud Yadjitala hari / tanggal, Jum at 21 Mei 2013 mengatakan bahwa: langkah-langkah yang ditempuh dalam menerapkan sistem pemerintahan, khusunya dalam hal administrasi yaitu disesuaikan dengan warga dan dengan keadaan masyarakat Boalemo. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Darwin Madi (22 Mei 2013) mengatakan bahwa pada saat pemerintah menerapkan sistem administrasi dalam pemerintahan tidak mempunyai hambatan atau masalah sedikitpun, karena masyarakat dan para pegawai yang bekerja dengan pemerintah menyadari dengan adanya sistem administrasi dilingkungan pemerintahan maka pembangunan Kabupaten Boalemo menjadi lebih bagus lagi dari sebelumnya. Menurut hasil wawancara dengan bapak Isha Taha (23 Mei 2013) mengatakan bahwa usaha pemerintah dalam meningkatkan pembangunan Kabupaten Boalemo sekarang ini sedang berjalan pekerjaannya, salah satu pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah adalah pelebaran jalan tol, demi membuat masyarakat lebih nyaman berjalan dan masyarakat selalu mendukung apa yang akan pemerintah lakukan demi kepentingan masyarakat dan demi kepentingan bersama. Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa secara administrasi sistem pemerintahan Kabupaten Boalemo menggunakan sistem pemerintahan yang sesuai dengan makna dari adminisrasi itu sendiri yaitu adanya kerja sama antara satu sama lain untuk menghasilkan kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan bersama dalam mensejahterakan masyarakat.

12 Apabila tidak adanya kerja sama antara pemerintah Boalemo dengan masyarakat, maka Kabupaten Boalemo tidak bisa menjadi suatu daerah yang di idamkan masyarakat sekarang ini. Boalemo berdiri sekarang ini, itu semua karena adanya kerja sama antara Pemerintah Boalemo dengan masyarakatnya, dari awal pembentukan Boalemo sampai sekarang masyarakat masih saya membantu pemerintah dalam membangun Boalemo menjadi daerah yang sangat didambakan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Boalemo dalam hal menjalankkan pemerintahan lebih mengedepankan tahap perencanaan yang dilaksanakan sebagai tahap awal dalam mempersiapkan perumusan kebijakan untuk kepentingan masyarakat. Hal ini terjadi karena kerja sama yang terbangun antara masyarakat dan pemerintah sangat baik dan terjalin dengan bagus. Selain itu menurut Bapak Husai Hasim (wawancara 24 Mei 2013) mengatakan bahwa pada saat pembentukan Kabupaten Boalemo masyarakat memberikan kontribusi besar kepada pemerintah seperti lahan mereka disumbangkan untuk pembangunan sarana dan prasarana yang ada dalam menunjang pemerintahan Kabupaten Boalemo. Dari hasil wawancara tersebut telah menunjukan betapa besarnya keinginan masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana Kabupaten Boalemo ini menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Herman Pasala tanggal 25 Mei 2013) bahwa dalam Proses pelaksanaan pemerintahan sampai sekarang ini semua unsur yang ada tidak pernah lelah dalam hal membangun Kabupaten Boalemo dengan memanfaatkan semua potensi alam baik dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata. Sektor - sektor inilah yang mendukung pemerintah dalam membangun Kabupaten Boalemo sehingga mampu membawa ketentraman dan mengarahkan masyarakat pada pengelolaan potensi alam yang tdak lari dari visi dan misi yang dicita-citakan yaitu membangun masyarakat yang produktif dan mandiri untuk mewujudkan kesejahteraan.

13 4.3 Pokok pokok Temuan Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan pokok pokok yang di temukan dalam penelitian yaitu : 1. Pemerintah dalam membangun Boalemo menjadi suatu daerah dan suatu Kabupaten mendapat dukungan yang sangat besar dari masyarakat, sehingga Boalemo berdiri sampai sekarang ini. 2. Dalam pengelolaan administrasi pada masa pembentukan Boalemo juga sudah tidak mempunyai masalah dan tidak ada hambatan atau masalah yang dihadapi ketika menerapkan sistem administrasi dalam pemerintahan. 3. Langkah langkah yang ditempuh dalam menerapkan sistem pemerintahan, khususnya dalam hal administrasi yaitu disesuaikan dengan warga dan dengan keadaan masyarakat Boalemo. 4. Potensi alam yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekarang ini yaitu pertanian, perkebunan, dan perikanan. 4.4 Pembahasan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas hasil penelitian menunjukan bahwa Kabupaten Boalemo memang merupakan suatu daerah yang benar benar mempunyai sejarah tersendiri yang sangat berkesan bagi masyarakatnya, bahkan namanya pun mempunyai makna yang besar yaitu berasal dari bau lemon, makna dari bau lemon yaitu adanya pengorbanan para prajurit yang ingin membela daerah Boalemo ini, dan sekarang menjadi wilayah Kabupaten Boalemo yang sudah menjadi satu daerah yang mempunyai visi mewujudkan masyarakat yang produktif dan mandiri.

14 Sejarah administrasi Kabupaten Boalemo dalam pembentukannya tidak mengalami hambatan atau masalah apapun. Hal inipun menjadikan Kabupaten Boalemo baik secara administrasi pemerintahan yang menggunakan topdown. Pendekatan topdown artinya pendekatan secara berstruktur atau disebut juga dengan perencanaan program dari yang besar disusun menjadi perencanaan sederhana, contoh dari program berstruktur itu adalah seperti adanya permasalahan yang sangat besar dan rumit dalam pemerintahan, maka permasalahan tersebut disusun dari masalah rumit atau dari masalah besar sampai masalah tersebut diselesaikan dengan sederhana. Selain itu terbentuknya Kabupaten Boalemo secara resmi memang mempunyai sejarah tersendiri. Sejarah ini yang kemudian dijadikan sebagai acuan secara administrasi yang kemudian diterapkan dalam sistem pemerintahan. Administrasi memang mempunyai peranan penting dalam sistem pemerintahan namun hal ini tidak terlepas dari sejarah yang membuktikan pembentukan suatu daerah yang dapat ditetapkan secara administrasi. Pengertian administrasi itu sendiri secara umum dalam kamus besar bahasa Indonesia administrasi dapat ditinjau dari 3 hal diantaranya administrasi itu dilihat dari aspek institusi, fungsinya, dan proses. Di tinjau dari institusional administrasi itu adalah keseluruhan orang atau kelompok orang sebagai suatu kesatuan menjalankan proses kegiatan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan ditinjau dari arti fungsional adalah segala kegiatan dan tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama, termasuk di dalamnya tindakan untuk menentukan tindakan itu sendiri atau dalam kata lain melihat kedepan untuk pencapaian pada masa yang akan datang, dan administrasi sebagai proses adalah keseluruhan proses berupa kegiatan kegiatan, pemikiran pemikiran, pengaturan pengaturan sejak dari penentuan tujuan sampai penyelenggaraan sehingga tercapai suatu tujuan.

15 Definisi administrasi diatas telah kita pahami bahwa administrasi menunjukan kegiatan sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Definisi diatas sangat berkaitan dengan proses administrasi di Kabupaten Boalemo yaitu adanya kerja sama antara satu dengan yang lainnya dalam membangun Kabupaten Boalemo menjadi seperti sekarang ini Membahas administrasi ada beberapa pakar yang kemudian menyampaikan keutamaan administrasi yang dilahat dari definisinya yaitu : Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan tujuan untuk menyediakan keterangan serta memudahkan memperolehnya kembali secara keseluruhan dan dalam satu hubungan satu sama lain. Administrasi dalam arti sempit ini sebenarnya lebih tepat disebut dengan tata usaha. Sedangkan administrasi dalam arti luas adalah kegiatan kerja sama yang dilakukan sekelompok orang berdasarkan pembagian kerja sebagaimana ditentukan dalam struktur dengan mendayagunakan sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Pengertian administrasi dalam arti luas memiliki unsur unsur sekelompok orang, kerja sama, pembagian tugas secara terstruktur, kegiatan yang runtut dalam proses, tujuan yang akan dicapai, dan pemanfaatan berbagai sumber. Menurut Hadari Nawawi (dalam Inu Kencana Syafiie 1990 : 5 ) bahwa administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila administrasi dikatakan mengandung serangkaian kegiatan sebagai salah satu unsurnya, hal itu berarti bahwa dalam menjalankan roda administrasi tidak mungkin dapat menemukan situasi dimana hanya terdapat satu kegiatan saja dan pelaksanaannyapun seketika yang setelah selesai tidak akan memerlukan kelanjutan atau kesinambungan lagi. Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat dipahami bahwa administrasi menunjukan kegiatan sekolompok orang yang saling bekerja sama untuk mencapi tujuan bersama. Hal ini

16 terjadi di Kabupaten Boalemo yang dijadikan sebagai satu daerah pemerintahan sebagai implementasi dari perwujudan administrasi tersebut. Administrasi juga dikatakan sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila administrasi dikatakan mengandung serangkaian kegiatan sebagai salah satu unsurnya, hal itu berarti bahwa dalam menjalankan roda administrasi tidak mungkin dapat menemukan situasi dimana hanya terdapat satu kegiatan saja dan pelaksanaannyapun seketika yang setelah selesai tidak akan memerlukan kelanjutan atau kesinambungan lagi. Berdasarkan pengertian administrasi diatas dapat dipahami bahwa administrasi menunjukan kegiatan sekolompok orang yang saling bekerja sama untuk mencapi tujuan bersama. Hal ini terjadi di Kabupaten Boalemo yang dijadikan sebagai satu daerah pemerintahan sebagai implementasi dari perwujudan administrasi tersebut, oleh sebab itu langkah-langkah yang ditempuh dalam menerapkan sistem pemerintahan, khusunya dalam hal administrasi benarbenar disesuaikan dengan warga dan dengan keadaan masyarakat Boalemo, inilah yang membuat masyarakat Boalemo bekerja sama dengan pemerintah dalam melakukan pembangunan. Selain itu pada saat Boalemo sudah menjadi suatu Kabupaten sangat besar sekali kontribusi masyarakat dalam pembangunan Boalemo karena masyarakat telah mengorbankan lahannya demi kepentingan pembangunan Boalemo, itu semua karena adanya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah. Menurut Wright Mills (dalam K. Permadi : 1996 : 5) mengatakan bahwa pemimpin adalah suatu elit yang memiliki posisi komando pada puncak pranata utama dalam masyarakat, yang karena kedudukan institusional mereka yang utama, maka mereka mengambil keputusan keputusan yang akibatnya dirasakan oleh lapisan masyarakat.

17 Kekuasaan mereka pada pranata pranata sosial yang secara formal diberlakukan dan inilah yang merupakan saluran saluran yang sah untuk memaksakan keputusan keputusan. Selain itu secara administrasi sistem pemerintahan Kabupaten Boalemo menggunakan sistem pemerintahan yang sesuai dengan makna dari adminisrasi dan makna dari pemerintah atau pemimpin itu sendiri yaitu adanya kerja sama antara satu sama lain untuk menghasilkan kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan bersama dalam mensejahterakan masyarakat. Pendapat lain dikemukakan oleh A.M. Mangunhardjana S.J. (dalam K. Permadi : 1996 : 7) bahwa Pada intinya pemimpin itu adalah tugas pengabdian, dia ada bukan demi dirinya sendiri, melainkan demi orang lain, dia dipanggil bukan untuk memuaskan hobi pribadi, melainkan demi tercapainya tujuan dan cita cita bersama, dan dia ada bukan demi kepetingan diri sendiri melainkan demi kepentingan umum. Pemimpin adalah orang yang tahu apa yang mau dicapai, mengerti jalan menuju kesana, dapat menunjukan tujuan dan jalan yang harus ditempuh itu kepada orang lain dan bersedia menempuh jalan itu bersama mereka yang dipimpinnya.melalui kepemimpinan pemerintah yang baik dan di dukung oleh kapasitas organisasi pemerintahan yang memadai, maka penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik akan terwujud. Definisi pemerintah diatas telah kita pahami bahwa pemerintah adalah sebagai komando untuk mengambil keputusan keputusan yang terbaik untuk masyarakatnya. Pemerintah Kabupaten Boalemo dalam hal menjalankan pemerintahan lebih mengedepankan tahap perencanaan yang dilaksanakan sebagai tahap awal dalam mempersiapkan perumusan kebijakan untuk kepentingan masyarakat. Hal ini terjadi karena kerja sama yang terbangun antara masyarakat dan pemerintah sangat baik dan terjalin dengan bagus, yang dimulai dari pembentukan Kabupaten Boalemo sampai sekarang ini masyarakat memberikan kontribusi yang besar kepada pemerintah, bahkan lahan dan tanaman mereka disumbangkan untuk pembangunan sarana dan prasarana yang ada dalam menunjang pemerintahan Kabupaten Boalemo.

18 Pembahasan diatas dapat dilihat betapa besar keinginan masyarakat Boalemo dalam membangun Kabupaten Boalemo menjadi daerah yang diidamkan oleh semua orang terutama masyarakat Boalemo. Prosesi pelaksanaan pemerintahan sampai sekarang ini semua unsur yang ada tidak pernah lelah dalam hal membangun Kabupaten Boalemo dengan memanfaatkan semua potensi alam baik dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata. Sektor-sektor ini yang mendukung pemerintah dalam membangun Kabupaten Boalemo sehingga mampu membawa ketentraman dan mengarahkan masyarakat pada pengelolaan potensi alam yang tidak lari dari visi dan misi yang dicita-citakan yaitu membangun masyarakat yang produktif dan mandiri untuk mewujudkan kesejahteraan untuk masyarakatnya. Masyarakat Boalemo sekarang ini sangat memanfaatkan potensi alam yang ada salah baik dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan pariwisata. Dengan adanya sektor sektor ini masyarakat dapat mendukung pemerintah dalam membangun daerah Kabupaten Boalemo menjadi daerah Boalemo yang idaman sehingga dapat membawa ketentraman bagi masyarakat maupun bagi daerah lain.

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2011-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik

2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BONE BOLANGO DAN KABUPATEN POHUWATO DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOALEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOALEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOALEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan Propinsi Sulawesi Utara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOALEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOALEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOALEMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi profil sekolah a. Akreditasi sekolah Dari keseluruhan sampel sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti, terdapat sebanyak 11

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang: a. bahwa untuk memacu perkembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan. Sebab, melalui pendidikan akan diperoleh perubahan sikap masyarakat. Pendidikan tidak hanya di bidang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI GORONTALO

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI GORONTALO DATA DASAR PROVINSI GORONTALO KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI GORONTALO KAB/KOTA RAWAT INAP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat penelitian Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kwandang. Kabupaten ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI Gambaran Umum Geografi dan Administratif Kabupaten Kepulauan

BAB IV GAMBARAN UMUM DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI Gambaran Umum Geografi dan Administratif Kabupaten Kepulauan BAB IV GAMBARAN UMUM DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 4.1. Gambaran Umum Geografi dan Administratif Kabupaten Kepulauan Meranti Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan salah satu daerah kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat kabupaten Pohuwato dibentuk berdasarkan undangundang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat kabupaten Pohuwato dibentuk berdasarkan undangundang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sejarah singkat kabupaten Pohuwato dibentuk berdasarkan undangundang No 6 tahun 2003 tentang pembentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 263 / 19 / VI /2015

KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 263 / 19 / VI /2015 PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO SEKRETARIAT DAERAH Kompleks Perkantoran Pemerintah Provinsi Gorontalo Kel. Botu. Kec. Dumbo Raya Kota Gorontalo Telp/Fax. (0435) 821277 KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR: 5 TAHUN 2002 TENTANG POLA ORGANISASI PEMERINTAHAN KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2015

LAPORAN AKHIR PROGRAM KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2015 LAPORAN AKHIR PROGRAM KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2015 PENINGKATAN HASIL PRODUKSI DAN STRATEGI PEMASARAN DODOL DURIAN DI DESA BINTANA KECAMATAN ATINGGOLA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN. Oleh JEANY KAPARANG

PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN. Oleh JEANY KAPARANG PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN Oleh JEANY KAPARANG ABSTRAK Pembangunan yang ada di kelurahan Pondang tidak terlepas dari peranan pemerintah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Tim Penyusun. Tahun 2011

Ringkasan Eksekutif. Tim Penyusun. Tahun 2011 Tahun 0 PENDAHULUAN. Latar Belakang Semangat otonom daerah telah memberikan peluang bagi setiap daerah untuk mempercepat proses pembangunan wilayah guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara utuh,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO I. UMUM Provinsi Gorontalo adalah provinsi sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil BAB 1 PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil BAB 1 PENDAHULUAN Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media/wahana pertanggungjawaban kepada publik atas

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN GORONTALO

PROFIL KABUPATEN GORONTALO PROFIL KABUPATEN GORONTALO PROFIL Kabupaten Gorontalao beribukota di Limboto memiliki luas wilayah 5.746,38 Km2, terletak antara 0o19-1o15 LU dan 121o84-123o26 BT, secara administratif, terbagi menjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG DI PROVINSI SULAWESI TENGAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG DI PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DPRD

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DPRD PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DPRD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

Dari Gorontalo Untuk Indonesia

Dari Gorontalo Untuk Indonesia Dari Gorontalo Untuk Indonesia PENGANTAR Laporan eksekutif Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 Angka sementara Kabupaten Pohuwato ini menyajikan agregat data dasar penduduk yang diperoleh dari pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc

KATA PENGANTAR. DR.Ir. SUDIRMAN HABIBIE, M.Sc KATA PENGANTAR Pembangunan di Provinsi Gorontalo terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Terbukti dengan berbagai capaian yang dihasilkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN NIAS DARI WILAYAH KOTA GUNUNGSITOLI KE WILAYAH KECAMATAN GIDO KABUPATEN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG DI PROVINSI SULAWESI TENGAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG DI PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

Laporan PELAKSANAAN SOSIALISASI ADIWIYATA PROV. GORONTALO TAHUN 2014 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014

Laporan PELAKSANAAN SOSIALISASI ADIWIYATA PROV. GORONTALO TAHUN 2014 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014 Laporan PELAKSANAAN SOSIALISASI ADIWIYATA PROV. GORONTALO TAHUN 2014 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014 BIDANG SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RISET

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 23 Juni 2007 oleh Bupati Sikka. Organisasi Pemerintah Kecamatan Alok Timur

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 23 Juni 2007 oleh Bupati Sikka. Organisasi Pemerintah Kecamatan Alok Timur BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Pembentukan Kecamatan Alok Timur Kabuaten Sikka Kecamatan Alok Timur merupakan Kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Alok

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN NIAS DARI WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN NIAS DARI WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN NIAS DARI WILAYAH KOTA GUNUNGSITOLI KE WILAYAH KECAMATAN GIDO KABUPATEN NIAS PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

MADE WIDHITAMA HARIANTO

MADE WIDHITAMA HARIANTO PERAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Oleh : MADE WIDHITAMA HARIANTO Abstrak Pengertian Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA) UU 45/1999, PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 45 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN INTAN JAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN INTAN JAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN INTAN JAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN RTRW PROVINSI GORONTALO

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN RTRW PROVINSI GORONTALO LAMPRAN.1 PERATURAN DAERAH PROPNS GORONTALO N O M O R : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 29 DESEMBER 2011 NDKAS PROGRAM UTAMA LMA TAHUNAN RTRW PROVNS GORONTALO USULAN PROGRAM UTAMA LOKAS NSTANS V PERWUJUDAN STRUKTUR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kota Pekanbaru Pekanbaru merupakan Ibukota Provinsi Riau dengan luas wilayah sekitar 632,26 Km² dan jumlah penduduk sekitar 850.000 jiwa dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 31 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN INTAN JAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN INTAN JAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN INTAN JAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB 11 LANDASAN TEORI BAB 11 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Lingkup Administrasi 2.1.1 Pengertian Administrasi Menurut Sondang P. Siagian ( 2001 : 38 ) bahwa pengertian administrasi ada dua macam yaitu administrasi dalam arti sempit

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENGUKUHAN PENGURUS LLI PROVINSI KALBAR PERIODE

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENGUKUHAN PENGURUS LLI PROVINSI KALBAR PERIODE 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENGUKUHAN PENGURUS LLI PROVINSI KALBAR PERIODE 2008-2013 Hari : Kamis Tanggal : 31 Juli 2008 Pukul : 11.00 WIB Tempat : Balai Petitih Kantor Gubernur Kalimantan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU A. PROFIL KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Nama Kabupaten Ogan Komering Ulu diambil dari nama dua sungai besar yang melintasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi

Lebih terperinci

PA Sangatta Rabu, 20 Juli 2011

PA Sangatta Rabu, 20 Juli 2011 PA Sangatta Rabu, 20 Juli 2011 A. PETA WILAYAH HUKUM Wilayah Hukum Pengadilan Agama Sangatta meliputi Kabupaten Kutai Timur yang terdiri dari 18 Kecamatan 135, yaitu : Kecamatan Muara Ancalong 8 Kecamatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah organisasi. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025 disebutkan Visi Pembangunan Nasional adalah Indonesia yang Maju, Mandiri, adil dan Makmur,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUBULUSSALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KEPNGHULUAN TANJUNG MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM KEPNGHULUAN TANJUNG MEDAN 17 BAB II GAMBARAN UMUM KEPNGHULUAN TANJUNG MEDAN A. Sejarah Singkat Kepenghuluan Tanjung Medan Kepenghuluan Tanjung Medan lahir sekitar 173 tahun silam. kata tanjung medan di ambil dari dua kata, yaitu

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mabes TNI yang berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI, dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Mabes TNI yang berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI, dalam pelaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat Penerangan (Puspen) TNI adalah Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) Mabes TNI yang berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Obyek dan Subyek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Provinsi Gorontalo dengan unit analisis Sekolah Menengah Atas (SMA) baik yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci