UNIVERSITAS INDONESIA BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA) MIRZA INDRAJANTI S.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA) MIRZA INDRAJANTI S."

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA) MIRZA INDRAJANTI S. NPM: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KEDOKTERAN JAKARTA DESEMBER 2013

2 DAFTAR ISI Halaman Judul Daftar isi Daftar Bagan i ii iii BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian sistem bimbingan dan penyuluhan secara umum Konseling Definisi konseling Tujuan konseling Hasil konseling Etika dalam praktik konseling Membuat keputusan berdasarkan etika Mentor/Konselor Teori dan praktik pendekatan person-centered 9 BAB III PEMBAHASAN Rencana Bimbingan dan Penyuluhan yang akan dilakukan di FK UKRIDA Bagan struktur Bimbingan dan Penyuluhan di FK UKRIDA Contoh kasus mahasiswa di FK UKRIDA dan analisis kasus 15

3 BAB IV PENUTUP Simpulan Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 19 ii

4 DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1 Bagan struktur Bimbingan dan Penyuluhan di FK UKRIDA 14 iii

5 BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini kita hidup di dunia yang kompleks, penuh kesibukan dan terus berubah. Dalam hidup ini ada banyak pengalaman yang sulit dihadapi oleh seseorang. Pengalaman tersebut adakalanya bermasalah yang tidak dapat dipecahkan seorang diri pada saat itu juga. Biasanya dalam menghadapi masalah seperti ini, kita akan membicarakannya pada orang lain misalnya keluarga, teman, atau mungkin dokter keluarga kita 1. Demikian juga dengan mahasiswa kedokteran mengalami berbagai tekanan yang banyak menyebabkan stres. Stressor tersebut misalnya ujian, kompetisi, informasi yang melampaui batas, manajemen waktu, kesulitan keuangan, hubungan bermasalah dan keputusan karir. Mahasiswa kedokteran juga menghadapi masalah pokok stres yang lain terutama yang berhubungan dengan pelatihan medis, hubungan profesional di tempat kerja yang berhubungan dengan keadaan sakit, koma, membuat kesalahan, menghadapi hal yang tidak menentu, tidak ada waktu rekreasi, hubungan dan keluarga (Folse et al 1985). Guthrie dan sejawat (1995) melaporkan bahwa pada awal tahun sekolah kedokteran, sampai 50 % mahasiswa mengalami stres dalam hal pekerjaan kuliah. Oleh karena itulah maka dibutuhkan bimbingan dan penyuluhan. Mahasiswa kedokteran dapat menghabiskan waktu belajarnya jauh dari kampus universitas yaitu di rumah sakit perifer atau tempat praktik umum. Schmitter dan sejawat (2008) melaporkan pengasingan sosial ini sebagai penyebab dari stres kronis pada mahasiswa kedokteran dan lulusan baru. Akhirnya pelayanan universitas mungkin tidak dapat memberikan bantuan kepada mahasiswa kedokteran dalam hal masalah khusus seperti nasehat karir pada bidang khusus kedokteran. Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa kedokteran umumnya dibagi dalam 5 kategori yaitu akademik, karir, profesional, pribadi dan administratif 2. Tujuan dari bimbingan dan penyuluhan adalah secara umum agar mahasiswa baik yang mengalami masalah akademik maupun non akademik dapat menyelesaikan program pendidikan kedokterannya dengan baik, secara khusus agar mahasiswa tersebut mempunyai pemahaman, berhubungan dengan orang lain, kesadaran diri, penerimaan diri, aktualisasi diri, pencerahan, pemecahan masalah, perubahan kognitif, perubahan tingkah laku, penguatan 1. 1

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian sistem bimbingan dan penyuluhan secara umum Sistem bimbingan dan penyuluhan adalah sistem yang bertujuan memfasilitasi perkembangan mahasiswa kedokteran dalam pendidikan kedokteran sebagai suatu pengalaman positif dan menciptakan hubungan yang bermanfaat untuk masa depan. Sistem ini dapat membantu mahasiswa menyesuaikan dengan sekolah kedokteran, belajar strategi menangani stres dan mengembangkan kompetensi untuk masa depan sebagai dokter. Sistem ini merupakan suatu forum untuk umpan balik, nasihat, dan meningkatkan komunikasi antara fakultas dan mahasiswa. Masalah-masalah yang sering dialami mahasiswa kedokteran dibagi dalam lima kategori yaitu akademik, karir, profesional, pribadi, administratif 2. Akademik: tutor membantu tentang teknik berlajar, content. Mereka mempunyai pengetahuan strukur dan content kurikulum, tujuan dan pilihan yang tersedia untuk komponen mata kuliah pilihan program. Karir: mereka mempunyai pengetahuan jangkauan tempat pelatihan junior yang tersedia di daerah. Profesional: tutor memberikan nasehat dan penyuluhan tentang standar perilaku profesi, dan menyadari bahwa mereka sering dilihat sebagai role model. Pribadi: pendengar aktif dan kemampuan empati yang dibutuhkan untuk sebagian masalah pribadi. Administratif: tutor harus tahu dasar organisasi kurikulum dan nama-nama anggotanya seperti pengerja kantor sekolah kedokteran, pengelola kurikulum dan sekretaris program. Bimbingan dan penyuluhan mahasiswa dapat dilakukan dengan cara: Rencana tutor: staf pengajar berperan sebagai tutor mahasiswa perorangan atau per kelompok. Tutor dapat membantu mahasiswa dalam masalah akademik, karir, profesional, pribadi, administratif. 2

7 Kantor penasehat mahasiswa: mempunyai sejumlah staf penasehat purna waktu dengan pengetahuan ekstensif program pendidikan kedokteran. Keuntungan sistem ini penasehat mahasiswa sudah tersedia dan dapat didatangi. Kantor bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan rencana tutor, memberi pelatihan dan bimbingan staf. Staf dapat medis dan non medis. Pelayanan bimbingan universitas dan eksternal: sebagian besar universitas mempunyai berbagai pelayanan kesejahteraan mahasiswa meliputi penasehat keuangan, kantor akomodasi, bimbingan bagi yang tidak mampu, nasehat hukum, pelayanan kesehatan dan penyuluhan. Kantor akomodasi memberi daftar pemilik penginapan dan akomodasi untuk menyewa. Pelayanan penyuluhan universitas memberikan konselor yang dilatih mandiri agar dapat membantu mahasiswa dengan masalah emosional dan praktik. Sistem bimbingan teman sebaya: sistem ini melibatkan mahasiswa tahun pertama dengan mahasiswa tahun kedua atau ketiga secara perorangan atau kelompok (sistem senior-jumior). dan internet: merupakan penghubung ideal untuk hal-hal administratif dan kaitannya, juga dapat menghubungkan mahasiswa dengan staf akademik. Bimbingan keluarga: mempunyai peran yang besar pada pembentukan mahasiswa yang baik, tetapi hal ini tidak terdapat pada semua mahasiswa Konseling Definisi konseling Menurut yang ahli di bidang konseling: - Konseling adalah bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah. - Konseling mengindikasikan hubungan profesional antara konselor terlatih dengan klien. Hubungan biasanya bersifat individu ke individu, walaupun terkadang melibatkan lebih dari satu orang. 3

8 - Konseling didesain untuk menolong klien memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan, dan untuk membantu mencapai tujuan penentuan diri (self-determination) mereka melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi mereka, dan melalui pemecahan masalah emosional atau karakter interpersonal. (Burks dan Stefflre, 1979: 14) 1. Berorientasi pengguna: - Konseling adalah sebuah aktivitas yang muncul ketika seseorang yang bermasalah mengundang dan mengizinkan orang lain untuk memasuki hubungan tertentu di antara mereka, menyediakan ruang dan waktu untuknya, ditandai dengan sejumlah fitur yang tidak selalu tersedia dalam kehidupan sehari-hari, seperti izin untuk berbicara, menghargai perbedaan, kerahasiaan, dan afirmasi Tujuan konseling Pemahaman: adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional daripada perasaan dan tindakan. Berhubungan dengan orang lain: menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain; misalnya dalam keluarga atau di tempat kerja. Kesadaran diri: menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri. Penerimaan diri: pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan penolakan. Aktualisasi diri atau individuasi: pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan. Pencerahan: membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi. 4

9 Pemecahan masalah: menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa dipecahkan oleh klien seorang diri. Menurut kompetensi umum dalam pemecahan masalah. Pendidikan psikologi: membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku. Memiliki keterampilan sosial: mempelajari dan menguasai keterampilan sosial dan interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertif, atau pengendalian kemarahan. Perubahan kognitif: modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tidak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri. Perubahan tingkah laku: modifikasi atau mengganti pola tingkah laku yang maladaptif atau merusak. Perubahan sistem: memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial (contoh: keluarga). Penguatan: berkenaan dengan keterampilan, kesadaran, dan pengetahuan yang akan membuat klien mampu mengontrol kehidupannya. Restitusi: membantu klien membuat perubahan kecil terhadap perilaku yang merusak. Reproduksi (generativity) dan aksi sosial: menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk peduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan, dan mengkontribusikan kebaikan bersama (collective good) melalui kesepakatan politik dan kerja komunitas Hasil konseling Hasil konseling dapat dikategorikan dalam tiga kategori: 1. Resolusi terhadap sumber masalah dalam hidup: resolusi dapat mencakup pencapaian pemahaman atau perspektif terhadap masalah tersebut, mencapai penerimaan pribadi terhadap permasalahan atau dilema tersebut dan mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang merupakan sumber permasalahan tersebut. 5

10 2. Belajar: mengikuti konseling memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pemahaman, keterampilan, dan strategi baru yang membuat diri mereka dapat menangani masalah serupa dengan lebih baik di masa yang akan datang. 3. Inklusi sosial: konseling menstimulasi energi dan kapasitas personal sebagai seseorang yang dapat memberikan kontribusi terhadap makhluk lain dan kepentingan sosial Etika dalam praktik konseling. Kitchener (1984) telah mengidentifikasikan lima prinsip moral yang bekerja melalui sebagian besar pemikiran tentang isu etik yaitu otonomi, non-maleficence, kebaikan, keadilan, dan kesetiaan/fidelitas (fidelity) 1. - Otonomi (otonomi individual): seseorang dipahami memiliki hal untuk bebas bertindak dan memilih, selama dalam usahanya mencapai kebebasan ini tidak menghalangi kebebasan orang lain. Prinsip otonomi menyatakan bahwa apabila klien memberikan izin berdasarkan informasi yang cukup, maka ia bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang dihasilkan oleh intervensi tersebut. - Non-maleficence: merujuk instruksi kepada semua para penolong dan penyembuh bahwa mereka tidak boleh menyakiti. Prinsip ini muncul pada bidang teknik terapi yang berisiko dan berbahaya. Biasanya klien merasa tidak nyaman karena gelisah atau putus asa sepanjang sesi konseling. Beberapa pendekatan konseling menyarankan agar klien didorong untuk mengambil risiko dalam menjalankan bentuk perilaku baru. - Keadilan: prinsip keadilan sangat memperhatikan keadilan distribusi sumber daya dan pelayanan berdasarkan asumsi bahwa semua orang sama kecuali ada pengecualian rasional untuk memperlakukan mereka secara berbeda. - Kesetiaan/fidelitas (fidelity): berkaitan dengan eksistensi loyalitas, reliabilitas, ketergantungan dan tindakan 6

11 penuh keyakinan (good faith), Berdusta, menipu, dan mengeksploitasi merupakan contoh dari pelanggaran utama kesetiaan. Aturan kerahasiaan (confidentiality) dalam konseling juga merefleksikan nilai penting fidelitas. Kerangka Etika Praktik yang Baik dari BACP (British Association for Counseling and Psychotherapy) secaara eksplisit bersumber dari perspektif kebajikan dengan mengidentifikasikan serangkaian kualitas personal yang harus dimiliki oleh semua praktisi: Empati: kemampuan untuk mengomunikasikan pemahaman terhadap pengalaman orang lain dari perspektif orang itu sendiri. Ketulusan: komitmen pribadi untuk konsisten terhadap apa yang dinyatakan dan dilakukan. Integritas: kesederhanaan, kejujuran, dan koherensi pribadi. Fleksibilitas: kemampuan untuk menangani apa yang menjadi perhatian klien tanpa harus mengacuhkannya secara personal. Rasa hormat: menunjukkan keyakinan diri yang sama kepada orang lain dan pemahaman mereka terhadap diri mereka sendiri. Kesederhanaan: kemampuan untuk menilai dan memahami kekuatan dan kelemahan seseorang. Kompetensi: keterampilan dan pengetahuan efektif yang dibutuhkan untuk melakukan apa yang dipersyaratkan. Keadilan: aplikasi kriteria yang tepat secara konsisten untuk menginformasikan keputusan dan tindakan. Kebijakan: memiliki kemampuan untuk menilai sebagai dasar untuk bertindak. Keberanian: kapasitas untuk bertindak tanpa terpengaruh rasa takut, risiko, dan ketidakpastian. Kerangka Etika BACP menambahkan bahwa kualitas-kualitas tersebut harus mendarah daging dalam diri seseorang, dikaitkan dan dikembangkan dari komitmen pribadi, bukazn karena persyaratan otoritas personal. 7

12 Membuat keputusan berdasarkan etika Dalam konseling jika ada masalah pelik yang dihadapi maka konselor harus mengetahui standar etika, pedoman dan prosedur lokal, negara dan hukum federal untuk membuat keputusan secara etika sehingga menghasilkan keputusan yang bijaksana Mentor/Konselor Seorang konselor mempunyai perhatian yang sungguh pada pertumbuhan profesional klien dan sering hubungan ini berakhir dengan keberhasilan klien. Konselor memberikan informasi, nasehat dan memfasilitasi jaringan internet, dukungan kritis pada klien selama masa tertentu.. 7 peran seorang konselor 3 : 1. Dosen 2. Sponsor 3. Penasehat 4. Agent 5. Role model 6. Pelatih 7. Orang yang dipercaya Ethics Committee of ASCA ( ) mengidentifikasi petunjuk untuk konselor pendidikan berupa poin-poin yang berhubungan sebagai berikut 4 : Bertindak dalam minat klien yang terbaik di setiap waktu. Bertindak dengan keyakinan yang baik dan tanpa rasa benci. Meningkatkan kesadaran akan nilai, sikap dan keyakinan pribadi. Merujuk bila karakteristik pribadi mengganggu efektivitas Teori dan praktik pendekatan person-centered. - Konseling client-centered (yang kemudian hari dikenal dengan person-centered) merupakan elemen kunci kekuatan ketiga gerakan psikologi humanistik setelah 8

13 dua teori yang mendominasi yaitu psikoanalisis behaviorisme pada era an. - Perkembangan teori konseling Rogers didasarkan kepada pekerjaan koleganya seperti Shlien, Raskin, Barrett-Lennard, dan Gendlin, serta melibatkan fusi teori, riset, dan praktik yang kreatif. - Dalam Counseling and Psychotherapy (Rogers, 1942), dinyatakan bahwa terapis dapat sangat membantu klien dengan membiarkan mereka menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. - Konseling person-centred diinformasikan oleh pemikiran fenomenologis dan pendekatan pada konsep diri individu serta kermampuan untuk tumbuh dan merasa puas. - Perubahan terapeutik bergantung kepada eksistensi hubungan terapeutik yang dikarakterisasikan dengan tingkat kepuasan penerimaan, kongruen, dan empati (kondisi inti). Pada intinya, konseling person-centered adalah terapi hubungan. Orang-orang dengan masalah emosional dalam hidup pernah terlibat dalam hubungan, tempat mereka merasakan penolakan dan pengucilan dari yang lain. Penyembuhannya ada dalam hubungan yang menerima dan menghargai sepenuhnya si diri tersebut. Karakteristik hubungan yang dapat menghasilkan efek ini dirangkum oleh Rogers ( ) dalam formulasi kondisi yang disyaratkan dan layak bagi perubahan kepribadian secara terapeutik. Agar perubahan kepribadian konstruktif dapat terjadi, harus ada beberapa dmini di bawah ini dan harus terus ada selama beberapa waktu: 1. Dua orang berada dalam kontak psikologis 2. Yang pertama, mereka yang disebut dengan istilah klien, dalam status tidak menentu, rapuh dan cemas. 3. Orang kedua, disebut sebagai terapis, harmonis atau terintegrasi dalam hubungan. 4. Terapis merasakan sikap positif tak bersyarat ( diterima ) terhadap klien. 5. Terapis merasakan pemahaman empatik terhadap kerangka rujukan internal klien (the internal frame of reference), dan berusaha mengomunikasikan hal ini kepada klien. 9

14 6. Terjadinya pengomunikasian pemahaman empatik terapis dan sikap positif tidak bersyarat terapis kepada klien, walaupun pada tingkatan yang paling minim. Hanya kondisi di atas yang dipersyaratkan. Hal ini cukup apabila keenam kondisi tersebut terus eksis dalam beberapa waktu. Proses konstruksi perubahan kepribadian akan segera menyusul. Di kemudian hari, formulasi hubungan terapeutik ini dikenal dengan model kondisi inti (core condition). Formulasi tersebut menspesifikasi karakteristik lingkungan interpersonal yang akan memfasilitasi aktualisasi dan pertumbuhan. Tiga komposisi hubungan terapeutik yang memiliki kecenderungan untuk menarik perhatian paling besar dalam pendidikan maupun riset person-centered adalah kualitas penerimaan konselor, empati dan keaslian. Empati: Bagi klien, pengalaman didengar atau dipahami akan mengarahkannya kepada kemampuan lebih besar untuk mengeksplorasi dan menerima aspek diri yang sebelumnya ditolak. Isu yang berhubungan dengan konsep empati didiskusikan dalam model lingkaran empati diajukan oleh Barrett-Lennard (!981): o Langkah ke 1: Pengaturan empati oleh konselor. Klien secara aktif mengekspresikan beberapa aspek dari pengalamannya Konselor secara aktif hadir dan menerima semua itu. o Langkah ke 2: Menggemakan empati. Konselor menggetarkan aspek pengalaman klien yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. o Langkah ke 3: Mengekspresikan empati. diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Konselor mengekspresikan atau mengomunikasikan perasaan kesadarannya terhadap apa yang dirasakan oleh klien. o Langkah ke 4: Menerima empati. Frekuensi kehadiran klien sudah cukup untuk membentuk perasaan atau persepsi pemahaman personal seketika sang konselor. 10

15 o Langkah ke 5: Lingkaran empati berlanjut. Klien kemudian meneruskan atau merangkum ekspresi diri dalam cara yang menyajikan umpan balik kepada konselor berkenaan dengan akurasi respons empati dan kualitas hubungan terapeutik. Kongruen (congruence): Mearns dan Thorne (1988) mendefinisikan kongruen sebagai kondisi saat menjadi seorang konselor ketika respons keluarnya terhadap klien sesuai dengan perasaan sisi terdalam diri dan sensasi yang dimilikinya dalam hubungan dengan klien. Gendlin (1967) menggambarkan kongruen sebagai sebuah proses yang menuntut perhatian yang penuh perhitungan pada pihak konselor. Seorang konselor yang kongruen bisa memiliki beberapa efek berharga dalam terapi: Kondisi tersebut membantu membangun kepercayaan dalam hubungan. Jika seorang konselor mengekspresikan dan menerima perasaan bahwa dirinya rapuh dan tidak tetap, maka akan lebih mudah bagi klien untuk menerima perasaan yang mereka miliki. Kondisi tersebut merupakan representasi salah satu hasil terapi yang diharapkan. Jika indikasi dari bicara, atau konsisten nada dan gerak tubuh selaras, maka komunikasi akan lebih jelas dan dapat dipahami. Konselor menjadi mampu menarik kesimpulan dari elemen yang tidak diucapkan atau sub-vocal (Gendlin, 1967) dalam hubungan. Kondisi tersebut dapat memfasilitasi aliran positif dmini dalam hubungan. - Proses terapeutik dalam konseling person-centered dilakukan melalui rangkaian tahapan pendalaman kesadaran eksperiensial dan penerimaan diri. - Metoda pemfokusan eksperiensial yang dikembangkan oleh Gendlin bisa menjadi cara yang berharga untuk memfasilitasi proses ini. Proses pemfokusan terhadap masalah dapat dipecah menjadi beberapa tahap/langkah: 1. Membersihkan ruang (clearing the space). Menginventarisir apa yang terjadi di dalam tubuh. 11

16 2. Menentukan inner felt sense masalah. Membiarkan felt sense muncul kemudian mengizinkan tubuh untuk menjawab nya. 3. Menemukan pegangan (handle) (kata atau imajinasi) ysang sesuai dengan felt sense. 4. Menggemakan pegangan dan felt sense. Mengecek dmini yang menggambarkan perasaan. Menanyakan Apakah dmini ini benar-benar sudah sesuai? 5. Merasakan adanya perubahan dalam masalah, merasakan pergerakan subtil atau luapan relaksasi fisik. 6. Menerima apa yang telah muncul. 7. Berhenti atau terus melakukan proses sekali lagi. Langkah-langkah di atas dapat dilaksanakan atau dibantu untuk terjadi dalam dialog atau interaksi antara konselor atau klien, atau konselor secara sengaja dapat menginstruksikan dan membimbing klien melewati proses tersebut. Greenberg, et al (1993) telah melakukan sejumlah riset terhadap tugas pemrosesan emosional dalam konseling dan psikoterapi dan telah mengkompilasi dminist untuk memandu terapis dalam melakukan enam tipe peristiwa pemrosesan emosional Penyebaran sugestif sistematik pada tanda poin reaksi dministrat. 2. Pemfokusan eksperiensial untuk menjernihkan felt sense. 3. Dialog dua bangku (two chairs dialogue) pada saat pemilahan evaluasi diri (self-evaluative split). 4. Enactment dua kursi untuk pemisahan interuptif diri. 5. Kerja bangku kosong untuk menguraikan bisnis emosional yang tidak terselesaikan. 6. Afirmasi empatik pada tanda keterbukaan yang intens. 12

17 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Rencana Bimbingan dan Penyuluhan yang akan dilakukan di FK UKRIDA: - Membuat kantor penasehat mahasiswa: Terdiri atas sejumlah staf penasehat akademik purna waktu dan staf non medis. Staf penasehat akademik harus mempunyai pengetahuan ekstensif tentang program pendidikan kedokteran dan pelaksanaannya, sebagai penyaring untuk mahasiswa kedokteran yang berhubungan dengan akademik, karir, profesional, pribadi dan dministrative. Kantor tersebut dapat didatangi mahasiswa setiap saat. Kantor bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan rencana tutor, memberi pelatihan dan bimbingan staf. Kantor harus mempunyai data-data mahasiswa yang lengkap misalnya: data pribadi, data akademik, hasil ujian saringan masuk perguruan tinggi, tes kesehatan, hasil wawancara, psikotes, dan lain-lain. Kantor penasehat mahasiswa penting karena kalau ada masalah pada mahasiswa baik kasus akademik atau non akademik dapat cepat terdeteksi lebih awal sehingga cepat teratasi dan akan memperlancar studi mahasiswa. Untuk pelaksanaannya: - Diadakan rapat dengan staf dekanat, MEU, staf akademik. - Sosialisasi pada seluruh staf akademik - Harus ada komitmen di antara staf akademik. 13

18 3.2. Bagan struktur Bimbingan dan Penyuluhan di FK UKRIDA: Mahasiswa Tahap preklinik (semester I VII) Tahap klinik (semester VIII X) Dosen PA PSPD Masalah Masalah non akademik akademik PSSK Manajer Kemahasiswaan Dekan Bagan 1. Struktur Bimbingan dan Penyuluhan di FK UKRIDA 14

19 3.3. Contoh kasus mahasiswa di FK UKRIDA dan analisis kasus: Pada tahun 2008, seorang mahasiswi bernama S berasal dari Jakarta, aktif berorganisasi kemahasiswaan. Pada suatu hari tiba-tiba ia ingin berhenti kuliah. Pada KHS S mempunyai IPK selalu > 3. Pada saat itu S duduk di semester V. Ia mengajukan berhenti kuliah pada pertengahan semester V dengan alasan mau bekerja untuk membantu mengatasi keuangan orang tuanya. Pada saat itu prestasi akademiknya menurun. Analisis kasus: pendekatan client-centered Ditanyakan: Mengapa S mau berhenti kuliah pada pertengahan semester V? Apa alasannya? Mengapa prestasi akademik S akhir-akhir ini menurun, padahal sebelumnya IPK nya selalu > 3? Data keluarga: - S berapa bersaudara? Dua bersaudara yaitu satu kakak laki-laki. - Pekerjaan ayah dan ibunya? Ayah bisnis, ibu hanya sebagai ibu rumah tangga saja. - Pendidikan kakaknya? Kuliah di ITB dengan beasiswa. - Bagaimana hubungan antara ayah dan ibunya? Apakah harmonis? - Bagaimana keadaan ekonomi keluarganya? Sebenarnya keluarga S mempunyai ekonomi yang cukup, namun sejak ayahnya yang pekerjaannya adalah bisnis, ada utang piutang dengan supplier, sampai suatu saat ada customer yang tidak membayar sehingga keadaan ekonomi keluarganya sangat dipengaruhi keadaan tersebut. Ibunya sering mengeluh akan ekonomi keluarganya dan juga sejak awal sebenarnya ibu S tidak begitu setuju S sekolah kedokteran. 15

20 Di keluarga ini orang tua sering membandingkan antara kedua anaknya. Keadaan ini membuat S merasa bersalah dan tertekan psikisnya sampai suatu saat S tidak dapat berkonsentrasi untuk belajar, tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang tuanya. Akhirnya S mengajukan berhenti kuliah karena mau bekerja untuk membantu mengatasi keuangan orang tuanya. Latar belakang perlunya bimbingan dan penyuluhan pada mahasiswa S: a. Perubahan sosiokultural: S dituntut untuk lebih mampu menghadapi masalah ekonomi keluarganya. b. Perkembangan pendidikan: S memutuskan untuk berhenti kuliah. c. Perkembangan individu: Usia S sekitar 20 tahun, termasuk dewasa muda. d. Perbedaan individu: S adalah anak kedua dari dua bersaudara. e. Kebutuhan individu: S membutuhkan biaya untuk melanjutkan kuliah di kedokteran f. Penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku: Timbul kesulitan konsentrasi belajar karena sering terjadi pertengkaran di keluarganya karena masalah ekonomi. S merasa bersalah karena kuliah di kedokteran dengan biaya yang sangat mahal dibandingkan dengan kakaknya yang kuliah di ITB bisa mendapatkan beasiswa. g. Masalah belajar: Suasana yang kurang kondusif di keluarganya menyebabkan menurunnya konsentrasi belajar, sehingga prestasi belajarnya menurun sampai akhirnya mempunyai keinginan untuk berhenti kuliah. 16

21 1. Langkah-langkah dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan pada mahasiswa S: a. Identifikasi masalah: Kecemasan diri yang mengarah pada depresi. b. Diagnosis: - Ayah S yang dalam bisnisnya terlibat utang piutang dengan customer sehingga mengalami kesulitan keuangan yang akibatnya sulit membiayai kuliah S. c. Pendekatan pemberian bantuan: - Berpusat pada individu (client centered) - S tetap dimotivasi untuk tetap melanjutkan kuliah dengan meminta bantuan biaya dari kakaknya yang kemudian bekerja setelah lulus kuliah di ITB. - Diberikan pengertian peraturan-peraturan keuangan di fakultas yang dapat memberi kelonggaran untuk mengatasi masalah keuangan keluarganya. - Informasi yang berkaitan dengan masalah keuangan dan hal-hal yang berhubungan dengan mempertahankan status kemahasiswaan selama S dan keluarganya mengatasi masalah keuangan dan tentang memberi harapan bagi S dalam meringankan beban keuangannya. - Untuk selanjutnya keputusan berada di tangan S apakah berhenti kuliah atau melanjutkan pendidikannya. Dengan cara tersebut akhirnya S memutuskan untuk meneruskan studinya di kedokteran sampai ia lulus menjadi dokter. 17

22 BAB IV PENUTUP 4.1. Simpulan 1. Kurang lengkapnya data mahasiswa yang dimiliki dosen PA misalnya: data ijazah dan transkrip nilai SMU, hasil tes masuk FK, hasil tes kesehatan dan wawancara masuk FK, dan lainlain. 2. Karena jumlah mahasiswa yang semakin meningkat maka pada beberapa dosen terjadi rasio dosen PA dengan mahasiswa yang tidak ideal (idealnya rata-rata banyaknya mahasiswa per dosen PA per tahun 20 orang) Banyak mahasiswa yang lalai menghubungi dosen PA nya walaupun mengalami masalah alademik Saran 1. Setiap dosen PA diberikan data yang lengkap tentang mahasiswa bimbingannya karena berkaitan dengan prestasi akademik dan non akademik masing-masing mahasiswanya. 2. Perekrutan staf pengajar terus ditingkatkan sesuai dengan peningkatan jumlah mahasiswa sehingga rasio dosen PA dengan mahasiswa lebih mendekati angka ideal. 3. Setiap dosen PA membuat jadwal waktu konsultasi dengan mahasiswa bimbingannya dan harus dipatuhi sehingga memudahkan mahasiswa bimbingannya tatap muka dengan dosen PA nya. 4. Membuat kantor penasehat mahasiswa sehingga jika ada mahasiswa yang mengalami kasus akademik dan non akademik dapat terdeteksi lebih awal. 18

23 DAFTAR PUSTAKA 1. Mc Leod J/Wibowo B S T. Pengantar konseling: teori dan studi kasus. Anwar A K. Edisi ke 3. Jakarta: Open University Press Fajar Interpratama Offset; 2008: pp Dent J A, Rennie S. Student support. In: Dent JA, Harden RM (ed). A practical guide for medical teacher. 3 rd ed. Edinburgh: Churchill Livingstone; pp Ramani S, Gruppen L. Mentoring. In: Dent J A, Harden R M (ed). A practical guide for medical teacher. 3 rd ed. Edinburg: Churchill Livingstone; pp Cottone R R, Tarvydas V M. Counseling ethics and decision making. 3 rd ed. Columbus Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall; pp BAN-PT Akreditasi Program Studi Pendidikan Dokter. Buku VI Matriks Penilaian Instrumen Akreditasi. Badan Akreditasi Perguruan Tinggi. Jakarta

Psikologi Konseling. Ketrampilan Wawancara. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Ketrampilan Wawancara. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Psikologi Konseling Ketrampilan Wawancara Fakultas Psikologi Tazkia Edelia Sumedi M.Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Pengantar bahwa kondisi saling percaya dan saling menghormati

Lebih terperinci

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT Zulharman Staf Pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM PENDAHULUAN Para mahasiswa

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pendahuluan, pengertian,

Lebih terperinci

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA :

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA : KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA : 081-5687-1604 NB : Materi ini telah TIM RDRM persentasikan di Dinas Kesehatan Kota Semarang 2017 About Me Nama

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY)

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) Biografi CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) 1. Carl Rogers dilahirkan di Illionis 8 Januari 1902 USA. 2. Ia menaruh perhatian atas ilmu pengetahuan alam dan biologi. Pengaruh filsafat J. Deway mendorong

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Psikologi Konseling Modul ke: Review Materi dan Praktikum Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Konseling sebagai hubungan membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan gelombang globalisasi yang melanda dunia, standarisasi juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Artinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Jesse B. Davis: Orang pertama

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI. Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id BAB I. PEDOMAN UMUM Pasal 1. Pengertian Kode Etik Psikologi: seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Bimbingan Klasikal Bimbingan Kelompok Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran Berkolaborasi dengan Wali Kelas Berkolaborasi dengan

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT BAB I PENDAHULUAN Konseling atau Terapi Gestalt dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin ilmu yang sangat berbeda, yaitu Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, Fenomenologi Eksistensialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan Teori dan Teknik Konseling Nanang Erma Gunawan nanang_eg@uny.ac.id Konselor memiliki daya terapeutik Diri konselor adalah sebagai instrumen Memiliki pengetahuan mengenai: - teori kepribadian dan psikoterapi

Lebih terperinci

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat melaksanakan serangkaian kegiatan acara terencana dan terorganisir (Winkel, 2012). Di dalam sekolah siswa mendapatkan pendidikan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan masyarakat terhadap rumah sakit pada saat ini sudah berubah, dari yang sebelumnya hanya sebagai sarana untuk mendapatkan kesembuhan atas penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat tinggi, sedang, maupun rendah. Masalah (problem) didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tingkat tinggi, sedang, maupun rendah. Masalah (problem) didefinisikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu kerap mengalami masalah tanpa terkecuali baik dalam tingkat tinggi, sedang, maupun rendah. Masalah (problem) didefinisikan sebagai suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Psikologi Konseling Modul ke: Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kontrak Belajar

Lebih terperinci

Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY

Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY Presented by : Ayu Puspita Sari Psychology 2k11 UIN SA SBY INTRODUCTION Sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya ketrbatasan mendasar dari psikoanalisis, Carl R. Rogers lalu mengembangkan terapi client-centered.

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH Berdasarkan kesadaran diri atas nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog menghormati harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi terpeliharanya

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 109 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, serta bagaimana mereka mengaplikasikan

Lebih terperinci

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dasar Filsafi Carl Rogers Mengenai Manusia Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) Pelayanan Pendidikan di Sekolah Administratif / Manajemen Pembelajaran Perkembangan individu yang optimal dan mandiri Konseling (Naskah Akademik ABKIN, 2007)

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa dimana setiap individu mengalami perubahan yang drastis baik secara fisik, psikologis, maupun lingkup sosialnya dari anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan bagi individu yang belajar atau mengikuti pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mencetak lulusan yang tidak saja

Lebih terperinci

PEDOMAN PENASEHAT AKADEMIK

PEDOMAN PENASEHAT AKADEMIK PEDOMAN PENASEHAT AKADEMIK FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS 2017 DAFTAR ISI Hal. DAFTAR ISI... 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Dasar Pemikiran... 2 1.2 Latar Belakang Penasehat Akademik... 2 1.3 Kedudukan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU Konseling sekolah merupakan kekuatan baru dalam pendidikan, sumber kontroversi, sumber inspirasi, sumber pemahaman teoritis, dan sumber keterampilan praktis. Komponen Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Profesionalisme dalam dunia kedokteran terus mendapat perhatian dan terus berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang mendasari perkembangan

Lebih terperinci

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

TUJUAN WAWANCARA MEDIS WAWANCARA MEDIS Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari pasien mengenai keadaan penyakitnya (awal dan riwayat) Bagian terpenting dalam proses diagnosa dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Menurut Lickona (2013:64) Tanggung jawab berarti menjalankan suatu pekerjaan atau tugas (dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja) dengan segenap kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan layanan konsultasi terletak pada interaksi klien dan konsultan yang didasari oleh rasa saling percaya dan kemampuan konsultan dalam memahami serta memecahkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang PENETAPAN KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Caring Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

Perspektif Historis Konseling

Perspektif Historis Konseling Perspektif Historis Konseling di Sekolah Oleh : Nandang Rusmana Sejarah School Counseling Periode I : Bimbingan Vokasional, 1900-1925 Periode II : Kesehatan Mental, 1930-1942 Periode III : Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien Dalam konteks teori consumer behaviour, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman pasien setelah mendapatkan pelayanan rumah sakit. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Persepsi 2. 1. 1 Definisi Persepsi ialah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang sarjana merupakan gerbang awal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu universitas,

Lebih terperinci

Lampiran 1: Panduan Wawancara Pemilik

Lampiran 1: Panduan Wawancara Pemilik Lampiran 1: Panduan Wawancara a. Hasrat atas tanggung jawab 1. Sesesorang yang merintis usaha sendiri umumnya bertanggung jawab tinggi terhadap usahanya. Bagaimanakah cara Anda bertanggung jawab pada keberlangsungan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BUKU VII PEDOMAN ASESMEN LAPANGAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI JAKARTA 2014 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2 BAB II 3 PROSEDUR

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatankegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus. Komunikasi bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Problem Solving Counseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK 61033 Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog Abstract Modul

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR THE INFLUENCE OF TRAINING ON BASIC COMMUNICATION SKILL OF

Lebih terperinci

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum 85 4.5.3 Konseling dan Tes Secara Sukarela Didalam konseling dan tes secara sukarela (KTS) atau yang juga dikenal dengan Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum tes

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina Tri

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI Bab ini memaparkan simpulan dan implikasi penelitian terkait elaborasi faktor empati dan daya tanggap untuk peningkatan kualitas layanan konsultasi psikologi di Lembaga Pengembangan

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Public Relations adalah sebuah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi

Lebih terperinci

1. Peran individu dalam organisasi olahraga. 2. Menjelaskan tentang perilaku organisasi.

1. Peran individu dalam organisasi olahraga. 2. Menjelaskan tentang perilaku organisasi. mansur@uny.ac.id 1. Peran individu dalam organisasi olahraga. 2. Menjelaskan tentang perilaku organisasi. 3. Membahas sejumlah topik yang terkait dengan individu yang bekerja dalam manajemen olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sangat tergantung pada bantuan orang-orang

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TUGAS DASAR KONSELOR

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   TUGAS DASAR KONSELOR BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id TUGAS DASAR KONSELOR Teknik konselor dalam perhatian pada tugas fundamental: (1) kreasi dan pemeliharaan kelompok, (2) bangunan budaya,

Lebih terperinci

PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAHASISWA

PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAHASISWA PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN MULYA PONOROGO Jl. Batoro Katong No. 30 Ponorogo Jawa Timur. Telp/Fax: (0352) 489171 Web: akbidharapanmulya.ac Email : akbidharapanmulya@gmail.com

Lebih terperinci

Penelitian 1 BK Model-model Metroplex Model: Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd

Penelitian 1 BK Model-model Metroplex Model: Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd Penelitian 1 BK Model-model Metroplex Model: Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd Metroplex Model: Konseling Karir di Universitas Besar Sebuah universitas besar yang berlokasi

Lebih terperinci