SURVEILANS DAN MONITORING AGEN PENYAKIT RABIES PADA ANJING DI PROVINSI BALI, NUSA TENGGARAN BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013
|
|
- Yulia Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X SURVEILANS DAN MONITORING AGEN PENYAKIT RABIES PADA ANJING DI PROVINSI BALI, NUSA TENGGARAN BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 213 (Surveillance and Monitoring of dog rabies agent in Bali, West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara Province in 213) I. K. E. Supartika, I. K. Wirata, I. G. A. J. Uliantara, I.K. Diarmita Balai Besar Veteriner Denpasar ABSTRAK Surveilens dan monitoring deteksi agen penyakit rabies di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar merupakan komponen penting dalam upaya pengendalian dan pemberantasan penyakit rabies di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar. Rabies bersifat endemis di Provinsi Bali, Pulau Flores dan sekitarnya di wilayah Provinsi NTT. Pada tahun 213 jumlah sampel otak anjing yang diperiksa Balai Besar Veteriner Denpasar sebanyak sampel. Sampel diuji dengan fluorescence antibody technique (FAT). Di Provinsi Bali, jumlah sampel otak anjing yang diperiksa sebanyak 992 sampel, 41/992(4,13%) sampel diantaranya positif rabies. Rata-rata jumlah kasus rabies perbulan ada sebanyak 3,42 kasus. Kasus rabies paling banyak ditemukan di Kabupaten Bangli sebanyak 12 kasus, dan lebih banyak disebabkan oleh anjing yang belum divaksin rabies. Jumlah sampel otak yang berasal dari NTB sebanyak 56 sampel, tidak ada positif rabies, sedangkan sampel otak anjing dari Provinsi NTT diperiksa sebanyak 2 sampel, 7/2 (35,%) sampel positif rabies. Hasil surveilens dan monitoring ini menunjukkan bahwa rabies masih bersifat endemis di Provinsi Bali dan pulau Flores, NTT, untuk itu program vaksinasi masal, kerjasama antar instansi pemerintah, komunikasi, informasi dan edukasi tentang rabies ke masyarakat masih perlu ditingkatkan. Sampai saat ini Provinsi NTB masih bebas rabies. Kontrol sangat ketat terhadap lalu lintas hewan penular rabies ke Provinsi NTB dan daerah bebas rabies di Provinsi NTT masih sangat diperlukan dan diimplemantasikan. Kata kunci: anjing, monitoring, otak, rabies, surveilans ABSTRACT Surveillance and monitoring to detect rabies agent in areal work of Balai Besar Veteriner Denpasar is an important component in effort to control and eradicate rabies in this region. Rabies is endemic in Bali Province and around Flores Insland, East Nusa Tenggara Province. In 213 total dog brain sample examined by Balai Besar Veteriner Denpasar was samples. All of the samples were examined using fluorescence antibody technique (FAT). In Bali Province, total number sample examined was 992 sample, among of it 41/992(4,13%) were rabies positive.the average total rabies cases per month was 3,42
2 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X case. Mostly, rabies cases were found in Bangli regency wich total 12 cases, and it was occur in unvaccinated rabies dogs. The number dog brain sample from West Nusa Tenggara was 56 samples. All of it was rabies negative, while total dog brain sample from East Nusa Tenggara was 2 samples, 7/2 (35,%) was rabies positive. Surveillance and monitoring resulths showed that rabies still endemic in Bali Province and Flores Island, East Nusa Tenggara Province. For this reasons, mass vaccination, collaboration between government, communication, information and education about rabies to the society should be improved. Until now, West Nusa Tenggara Province still to be free rabies region. Highly attention and control on animal carried out rabies still needed and should be implemented. Key word: brain sample, dog, monitoring, rabies, surveillance PENDAHULUAN Penyakit rabies merupakan penyakit viral zoonosis akut, menimbulkan ensefalitis fatal pada mammalia disebabkan oleh Lyssavirus dari keluarga Rabdoviridae (Murphy et al., 29; Fischer et al., 213). Wilayah kerja Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar meliputi: Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur secara historis merupakan daerah bebas rabies, namun sejak tahun 1997 wilayah ini mulai tertular rabies dengan munculnya kasus rabies pertama kali di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (Windiyaningsih et al., 24), selanjutnya rabies menyebar ke Provinsi Bali pada akhir tahun 28 (Supartika et al., 29). Meningkatnya lalu lintas orang, hewan serta barang berdampak pada semakin cepatnya perpindahan orang atau hewan dalam masa inkubasi berpindah ke tempat lain dan berperan dalam penyebaran penyakit zoonosis seperti rabies di daerah baru (Lankau et al., 213). Kejadian wabah rabies di Larantuka, Flores Timur, NTT disebabkan oleh masuknya tiga ekor anjing dari daerah endemis rabies yaitu dari daerah Butung, pulau Buton, Sulawesi Selatan pada bulan September 1997 (Windiyaningsih et al., 24). Di Provinsi Bali, sumber penularan rabies diduga berasal dari masuknya anjing dalam masa inkubasi dibawa pelaut berasal dari Sulawesi Selatan (Putra et al., 29). Kejadian kasus rabies di Provinsi Bali dari tahun 28 sampai dengan 213 terus muncul. Anjing masih merupakan hewan penular rabies utama di Provinsi Bali. Dari 672 kasus rabies pada hewan di Bali periode tahun semuanya ditularkan oleh anjing rabies (Supartika et al., 213). Keberhasilan pembebasan rabies dari wilayah tertentu sangat tergantung pada seberapa efektif kegiatan surveilans telah dilaksanakan. Surveilans adalah kegiatan terstruktur untuk melihat populasi hewan dari dekat untuk menentukan apakah penyakit spesifik merupakan ancaman sehingga tindakan awal dapat dilaksanakan secepatnya
3 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X (Salman, 213). Surveilans memegang peranan penting dalam memacu memberikan respon cepat, memonitor dampaknya, sehingga wabah secara cepat dapat ditindaklanjuti (Townsend et al., 213). Dalam rangka pengendalian dan pemberantasan rabies di wilayah kerja BBVet Denpasar (Provinsi Bali, NTB dan NTT), BBVet Denpasar melakukan kegiatan surveilans dan monitoring penyakit rabies pada anjing bekerja sama dengan dinas atau instasi yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan di kabupaten/kota di wilayah Provinsi Bali, NTB dan NTT. Surveilans dan monitoring ini bertujuan: mendeteksi keberadaan virus rabies pada anjing berisiko terjangkit rabies, terkait dengan upaya pembebasan penyakit rabies di Provinsi Bali, mendeteksi sedini mungkin kemungkinan keberadaan virus rabies pada anjing di wilayah Provinsi NTB dalam rangka menjaga Provinsi NTB tetap bebas rabies, mendeteksi keberadaan virus rabies pada anjing-anjing yang berisiko tertular Rabies di wilayah Pulau Flores terkait kegiatan penanggulangan rabies (early detection, early warning, early response) di wilayah Provinsi NTT. Materi MATERI DAN METODE Surveilans dan monitoring penyakit rabies pada anjing dilaksanakan dengan melakukan pengambilan sampel otak anjing dengan kriteria sebagai berikut: 1) anjing yang mempunyai risiko menularkan penyakit rabies, seperti: anjing yang menggigit orang dan atau hewan lainnya, 2) anjing yang menunjukkan gejala klinis rabies dan menunjukkan perubahan perilaku, 3) hasil eliminasi terhadap anjing liar tidak berpemilik yang dilakukan oleh petugas dinas setempat, 4) sampel otak anjing yang diperoleh dari tempat-tempat yang menyediakan hidangan dari daging anjing (rumah makan RW). Walaupun terkadang terkesan sedikit tertutup/ eksklusif tetapi tempat yang menyediakan hidangan daging anjing (RW) masih cukup banyak keberadaannya, 5) sampel otak anjing yang mati akibat tertabrak kendaraan di jalan raya. Hal ini menjadi pertimbangan karena pada umumnya anjing yang terjangkit rabies akan mengalami perubahan perilaku dan cenderung kehilangan insting untuk menghindari lalulintas kendaraan, 6) untuk di daerah bebas Rabies, anjing yang berasal dari daerah tertular rabies dan tanpa dilengkapi dengan keterangan vaksinasi rabies (SKKH). Metode Data yang menyertai sampel otak anjing yang masuk ke Unit Epidemiologi, BBVet Denpasar dicatat. Data tersebut meliputi: anamnesa, kasus gigitan, kasus klinis, eliminasi, umur anjing, jenis kelamin, status vaksinasi, asal sampel. Sampel otak anjing dalam keadaan segar, segar beku atau dalam pengawet gliserin 5% diperiksa dengan metoda Flourescent Antibody Test (FAT).
4 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X Preparat apus otak setelah dikeringkan dalam suhu ruangan difiksasi dengan aseton pada suhu -2 o C selama 3 menit. Setelah dikeringkan pada suhu ruangan preparat digenangi dengan konjugat anti-rabies (Bio-Rad), ditaruh pada cawan petri yang beralaskan kertas tissue basah, kemudian dimasukkan ke dalam incubator suhu 37 o C selama 3 menit. Preparat dicuci dengan PBS ph 7,2 sebanyak 3 kali 5 menit. Preparat ditetesi larutan mounting serta ditutup dengan cover slip. Preparat diperiksa dibawah mikroskup fluorescence. Sel-sel neuron terinfeksi virus rabies ditandai dengan pendaran warna hijau magenta. HASIL Jumlah sampel otak anjing yang diperiksa di Laboratorium Patologi, BBVet Denpasar sebanyak 1,572 sampel, terdiri dari 992 sampel berasal dari Provinsi Bali, 56 sampel berasal dari Provinsi NTB dan sisanya 2 sampel berasal dari Provinsi NTT (Tabel 1). Pada pemeriksaan FAT, sampel positif rabies ditandai dengan adanya pendaran fluorescence berwarna hijau magenta pada sel-sel neuron terinfeksi virus rabies (Gambar 1). Gambar 1. Sampel positif rabies ditandai dengan adanya pendaran fluorescence berwarna hijau magenta pada sel-sel neuron terinfeksi virus rabies.
5 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X Tabel 1. Jumlah sampel otak anjing yang diperiksa Balai Besar Veteriner Denpasar dan jumlah sampel positif rabies di Provinsi Bali, NTB dan NTT dari bulan Januari s/d Desember Tahun 213. Bali NTB NTT Jumlah Keseluruhan Bulan (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) Rabies Rabies Jml Rabies Rabies Jml Rabies Rabies Jml Rabies Rabies Jml Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jml Di Provinsi Bali jumlah sampel otak anjing positif rabies sebanyak 41/992 (4,13%) berasal dari 9 kabupaten/kota (Tabel 1). Jumlah rata-rata anjing rabies per bulan ada sebanyak 3,42 kasus (Grafik 1). Kasus rabies masih muncul dengan intensitas rendah di sebagian besar kabupaten seperti: Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Karangasem dan Klungkung. Hanya dua kabupaten tidak ditemukan kasus yaitu di Kabupaten Tabanan dan Kota Denpasar. (Grafik 2).
6 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des (+)Rabies (-)Rabies Grafik 1. Jumlah sampel otak anjing positif dan negatif rabies yang diperiksa di Balai Besar Veteriner Denpasar dari Provinsi Balibulan Januari s/d Desember 213 (N=992 sampel, 41 sampel positif rabies) (+)Rabies (-)Rabies Grafik 2. Jumlah sampel otak anjing positif rabies dari masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 213.
7 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X Dari 41 kasus positif rabies kebanyakan berasal dari anjing yang belum divaksin rabies 33/41 (8,49%) dan sisanya 8/41 (19,51%) berasal dari gigitan anjing yang sudah pernah divaksin rabies (Grafik 3). Berdasarkan anamnesanya, riwayat rabies kebanyakan berasal dari kasus gigitan 35/41 (85,36%), kasus klinis 2/41 (4,88%) dan hasil kegiatan eliminasi 4/41 (9,75%) (Grafik 4). Berdasarkan jenis kelamin dan umur anjing (Grafik 5 dan 6), bahwa kasus rabies kebanyakan disebabkan oleh anjing jantan 21/41 (51,22%), anjing betina 11/41 (26,83%), tidak ada informasi 9/41 (21,95 %) Belum Divaksin Rabies Sudah Divaksinasi Rabies Positif Rabies Grafik 3. Status vaksinasi anjing positif rabies di Provinsi Bali dari bulan Januari s/d Desember 213
8 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X Gigitan Klinis Eliminasi (+) Rabies Grafik 4. Jumlah kasus positif rabies di Provinsi Bali tahun 213 berdasarkan anamnesa penyakit Jantan Betina Tidak Ada Data (+) Rabies Grafik 5. Jumlah kasus positif rabies di Provinsi Bali tahun 213 berdasarkan jenis kelamin anjing Jumlah kasus rabies pada anjing di Provinsi Bali berdasarkan umur disajikan pada Grafik 6. Di Provinsi NTB, jumlah sampel otak anjing yang diperiksa dari bulan Januari sampai dengan Desember 213 sebanyak 56 sampel, berasal dari 9 kabupaten/kota semuanya hasilnya negatif rabies (Grafik 7 dan 8).
9 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X < 6 bulan 6-12 bulan >12 bulan Tidak Ada Data (+) Rabies Grafik 6. Jumlah kasus rabies di Provinsi Bali tahun 213 berdasarkan umur anjing Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Positif Rabies Negatif Rabies Grafik 7. Jumlah sampel otak anjing rabies yang diperiksa di Balai Besar Veteriner Denpasar dari Provinsi Nusa Tengarar Barat bulan Januari s/d Desember 213 (N= 56, semua sampel negatif rabies)
10 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X Positif Rabies Negatif Rabies Grafik 8. Jumlah sampel otak ajing yang diperiksa Balai Besar Veteriner Denpasar, berasal dari kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 213. Di Provinsi NTT, kejadian rabies berfluktuasi setiap bulannya (Grafik 9). Dari 2 sampel otak yang diperiksa, 7 (35,%) sampel positif rabies berasal dari anjing dengan riwayat belum divaksinasi rabies. Asal sampel otak anjing dari masing-masing kabupaten/kota di Provinsi NTT disajikan pada Grafik Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des (+)Rabies (-)Rabies Grafik 9. Jumlah sampel otak anjing yang diperiksa di Balai Besar Veteriner Denpasar dari Provinsi Nusa Tengarar Timur bulan Januari s/d Desember 213 (N= 2, 7 positif rabies; 13 sampel negatif rabies)
11 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 3 Kupang 3 Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Manggarai Barat (+)Rabies (-)Rabies Grafik 1. Jumlah sampel otak anjing yang diperiksa Balai Besar Veteriner Denpasar berasal dari kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 213 (N=2, 7 positif rabies)
12 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X PEMBAHASAN Di Provinsi Bali jumlah sampel otak anjing positif rabies sebanyak 41/992 (4,13%) berasal dari 9 kabupaten/kota (Tabel 1). Jumlah rata-rata anjing rabies per bulan ada sebanyak 3,42 kasus (Grafik 1). Hasil surveilans menunjukkan bahwa di Provinsi Bali kasus rabies masih muncul dengan intensitas rendah di sebagian besar kabupaten seperti: Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Karangasem dan Klungkung. Hanya dua kabupaten/kota tidak ditemukan kasus yaitu di Kabupaten Tabanan dan Kota Denpasar. (Grafik 2). Dari 41 kasus positif rabies kebanyakan berasal dari anjing yang belum divaksin rabies 33/41 (8,49%) dan sisanya 8/41 (19,51%) berasal dari gigitan anjing yang sudah pernah divaksin rabies (Grafik 3). Berdasarkan anamnesanya, riwayat rabies kebanyakan berasal dari kasus gigitan 35/41 (85,36%), kasus klinis 2/41 (4,88%) dan hasil kegiatan eliminasi 4/41 (9,75%) (Grafik 4). Di Provinsi Bali, tahun 212 jumlah kasus positif rabies pada anjing ada sebanyak 119 kasus, sedangkan pada tahun 213 jumlah kasus positif rabies menurun secara signifikan menjadi 41 kasus. Penurunan jumlah kasus positif rabies pada anjing di Provinsi Bali tidak terlepas dari keberhasilan vaksinasi masal rabies tahap ke IV yang dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juli 213. Kasus positif rabies kebanyakan terjadi pada daerah terpencil, sulit dijangkau dan jumlah anjing liar masih relatif banyak serta cakupan vaksinasinya dibawah 7%. Adanya kasus rabies pada anjing yang telah divaksin kemungkinan disebabkan dalam penanganan rantai dingin vaksin kurang baik, dosis vaksin yang masuk ke dalam tubuh anjing tidak sebagaimana mestinya, serta status gizi anjing yang kurang baik. Kewaspadaan terhadap penyakit rabies perlu terus ditingkatkan mengingat rabies merupakan penyakit zoonosis bersifat fatal dan ditularkan melalui gigitan dari hewan tertular rabies. Pada daerah endemis rabies, setiap ada kasus gigitan anjing patut dicurigai sebagai rabies mengingat masa inkubasi penyakit rabies cukup lama dan kadang-kadang tanpa menimbulkan gejala klinis (asymtomatis). Hal ini didukung oleh hasil surveilans yang menemukan 4/41 (9,75%) kasus rabies berasal dari kegiatan eliminasi anjing. Anjing nampak sehat tanpa menunjukkan gejala klinis rabies. Berdasarkan jenis kelamin dan umur anjing (Grafik 5 dan 6), bahwa kasus rabies kebanyakan disebabkan oleh anjing jantan 21/41 (51,22%), anjing betina 11/41 (26,83%), tidak ada informasi 9/41 (21,95%). Berdasarkan umur, kasus rabies kebanyakan ditemukan pada anjing berumur di atas 12 bulan 15/41(36,58%), umur di bawah 6 bulan 8/41 (19,51%), umur antara 6-12 bulan 7/41 (17,7%), tidak ada data 11/41 (26,83%). Kasus rabies lebih banyak disebabkan oleh anjing jantan dibandingkan dengan anjing betina. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat anjing jantan lebih agresif, aktif dan memiliki jiwa petualang sehingga peluang anjing jantan untuk menularkan rabies ke orang atau hewan lainnya lebih tinggi dibandingkan dengan anjing betina Rabies dapat menyerang anjing pada berbagai umur. Kesulitan utama yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pengendalian dan pemberantasan rabies adalah melakukan vaksinasi anjing terutama anjing yang diliarkan. Anjing semacam ini sangat sulit ditangani dan ditangkap. Anjing yang sudah pernah ditangkap menggunakan jaring, untuk menangkap berikutnya sangat sulit.
13 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X Di Provinsi NTB, jumlah sampel otak anjing yang diperiksa dari bulan Januari sampai dengan Desember 213 sebanyak 56 sampel, berasal dari 9 kabupaten/kota semuanya hasilnya negatif rabies (Grafik 7 dan 8). Provinsi NTB merupakan wilayah status waspada rabies, berbatasan dengan dua provinsi terjangkit rabies, di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bali dan di sebelah timur dengan Provinsi NTT. Lalu lintas barang/orang yang melintasi wilayah NTB baik melalui jalur darat, udara dan laut cukup tinggi. Upaya-upaya untuk memasukkan hewan penular rabies ke daerah ini oleh penyayang hewan tentu ada oleh karena itu pengawasan ketat terhadap keluar masuknya hewan penular rabies oleh lembaga karantina hewan perlu ditingkatkan. Disamping itu surveilans terstruktur, komunikasi, informasi dan edukasi tentang bahaya dan pencegahan rabies kepada masyarakat diseluruh kabupaten/kota di Provinsi NTB perlu terus ditingkatkan. Di Provinsi NTT, hasil surveilans menunjukkan bahwa di Pulau Flores rabies masih bersifat endemis. Kejadian rabies berfluktuasi setiap bulannya (Grafik 9). Dari 2 sampel otak yang diperiksa, 7 (35,%) sampel positif rabies berasal dari anjing dengan riwayat belum divaksinasi rabies. Penyakit rabies merupakan salah satu penyakit yang sulit dientaskan. Salah satu kendala teknis yang dihadapi dalam pengendalian rabies di Pulau Flores adalah banyaknya anjing liar tanpa pemilik atau sengaja diliarkan dan tidak diurus oleh pemiliknya. Imunisasi terhadap anjing liar secara teknik sangat sulit dilakukan, sehingga cakupan vaksinasi tidak mencapai harapan. Tidak adanya data yang akurat tentang jumlah populasi anjing juga sebagai faktor penghambat dalam perencanaan program pengendalian rabies. Data populasi anjing yang tepat sangat diperlukan sebagai bahan untuk merencanakan kebutuhan vaksin, peralatan, tenaga vaksinator dan biaya operasional dilapangan. Kesimpulan. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Penyakit rabies masih bersifat endemis di Provinsi Bali dan beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Provinsi NTB masih bebas dari penyakit rabies. 3. Terjadi penurunan yang signifikan kasus rabies pada anjing di Provinsi Bali, tahun Kasus positif rabies di wilayah kerja BBVet Denpasar lebih banyak disebabkan oleh anjing yang belum pernah diimunisasi rabies. Saran-saran 1. Peluang untuk membebaskan rabies di Provinsi Bali cukup menjanjikan, terlihat dari penurunan jumlah kasus positif rabies setelah dilakukan vaksinasi massal serentak di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali.
14 Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 214 ISSN : X 2. Oleh karena kebanyakan kasus rabies di Provinsi Bali disebabkan oleh anjing yang belum divaksinasi, maka program vaksinasi masal rabies perlu dilaksanakan secara berkelanjutan. 3. Surveilans terstruktur serta pengawasan ketat terhadap lalu lintas hewan penular rabies ke wilayah NTB perlu ditingkatkan. 4. Perlu kerja keras dalam upaya pengendalian dan pemberantasan rabies di NTT, diantaranya melakukan vaksinasi masal, kebijakan depopulasi anjing secara selektif dengan berkoordinasi dengan tokoh masyarakat setempat, serta kemungkinan penggunaan vaksinasi oral. DAFTAR PUSTAKA Fischer, M., Wernike, K., Freuling, C.M., Muller, T., Aylan, O., Brochier, B., Cliquet, F., Vazquez-Moron, S., Hostnik, P., Huovilainen, A., Isakson, M., Kooi, E.A., Mooney, J., Turcitu, M., Rasmussen, T.B., Revilla-Fernandez, S., Sunreczak, M., Fooks, A.R., Maston, D.A., Beer, M., Hoffman, B (213). A Step Forward in Molecular Diagnostic of Lyssaviruses-Results of a Ring Trial among European Laboratories. PLOS ONE. Vol. 8. Issue 3. E5 Lankau, E.W., Cohen, N.J., Jentes, E.S., Adam, L.E., Bell, T.R., Blantan, J.D., Buttke, D., Galland, G.G., Maxted, A.M., Tack, D.M., Waterman, S.H., Ruppecht, C.E. and Marano, N (213). Prevention and Control of Rabies in an Age of Global Travel: A Review of Travel and Trade Associated Rabies Events, United States, Zoonoses Public Health. 22: 1271 Murphy, F.A., Gibbs, E.P.J., Horzinek, M.C and Studdert, M.J (29). Rhabdoviridae. In: Veterinary Virology, 3 rd Ed Putra, A.A.G., Gunata, I.K., Faizah, Dartini, N.L., Hartawan, D.H.W., Setiaji, G., Putra, A.A.G.S., Soegiarto dan Scott-Orr, H. (29). Situasi Rabies di Bali: Enam Bulan Pasca Program Pemberantasan. Buletin Veteriner, Balai Besar Veteriner Denpasar, Vol. XXI, Windiyaningsih, C., Wilde, H., Meslin, F.X., Suroso, T and Widarso, H.S. (24). The Rabies Epidemic on Flores Insland, Indonesia ( ). J. Med. Assoc. Thai. 87(11) Salman, M.D (213). Surveillance Tools and Strategies for Animal Disease in Shifting Climate Context. Anim. Helath Res. Rev. 23: 1-4 Supartika, I.K.E., Setiaji, G., Wirata, K., Hartawan, D.H., Putra, A.A.G., Dharma, D.M.N., Soegiarto dan Djusa, E.R. (29). Kasus Rabies Pertama Kali di Provinsi Bali. Buletin Veteriner, Vol. XXI; Supartika, I.K.E., Wirata, I.K., Uliantara, I. G. J, dan Diarmita, I. K.(213). Rabies Pada Hewan Di Provinsi Bali Tahun Bulletein Veteriner, Balai Besar Veteriner Denpasar Townsend, S.E., Lembo, T., Cleaveland, S., Meslin, F.X., Miranda, M.E., Putra, A.A.G., Haydon, D.T and Hampson, K (213). Surveillance Guidelines for Disease Elimination: A Case Study of Canine Rabies. Comparative Immunology, Microbiology and Infectious Diseases
PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita
PENDAHULUAN Latar Belakang Rabies adalah penyakit viral yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita yang dapat bertahan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP...... i ii iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR. vii DAFTAR ISI. ix DAFTAR TABEL. xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN. xiii BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciSITUASI RABIES DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA TIMUR BERDASARKAN HASIL DIAGNOSA BALAI BESAR VETERINER MAROS
SITUASI RABIES DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA TIMUR BERDASARKAN HASIL DIAGNOSA BALAI BESAR VETERINER MAROS FAISAL ZAKARIA, DINI W. YUDIANINGTYAS dan GDE KERTAYADNYA Balai Besar Veteriner Maros ABSTRAK Diagnosa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu
PENDAHULUAN Latar Belakang Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis. Kejadian rabies sangat ditakuti di kalangan masyarakat, karena mengakibatkan penderitaan yang berat dengan gejala
Lebih terperinciOSIR, June 2013, Volume 6, Issue 2, p. 8-12
Analisa Data Surveilans Rabies (2008-2011) 2011) di Propinsi Bali, Indonesia Dhony Kartika Nugroho 1 *, Pudjiatmoko 1, Diarmitha IK 2, Tum S 3, Schoonman L 4 1 Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal
Lebih terperinciPeran FAO sebagai Badan Internasional dalam Mendukung Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Indonesia (Bali dan Flores)
FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases Peran FAO sebagai Badan Internasional dalam Mendukung Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies
Lebih terperinciLAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS
LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS Oleh : 1. Drh. Muhlis Natsir NIP 080 130 558 2. Drh. Sri Utami NIP 080 130 559 BALAI
Lebih terperinciIndonesia Medicus Veterinus Juni (3):
Penyebaran dan Korelasi Kejadian Rabies pada Anjing dan Manusia di Kabupaten Karangasem Tahun 2009-2014 (SPREAD OF RABIES AND CORRELATION OUTBREAK ON DOG AND HUMAN AT KARANGASEM REGENCY IN 2009-2014) Rayni
Lebih terperinciDISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR
DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR The Distribution of Cases of Rabies-Transmitting Animal s (RTA) Bites and Cases of
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang-Undang
Lebih terperinciBuletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXIV, No. 80, Juni 2012 ISSN: X
ANALISIS PERKEMBANGAN PEMBERANTASAN RABIES DI PROVINSI BALI: PENCAPAIAN DAN TANTANGAN (Analysis of The Progress of Bali Rabies Eradication Program: Achievements and Challenges) Anak Agung Gde Putra Balai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan
Lebih terperinciPerhatian Pemilik Anjing Dalam Mendukung Bali Bebas Rabies
Perhatian Pemilik Anjing Dalam Mendukung Bali Bebas Rabies THE ATTENTION OF DOG S OWNER AN EFFORT TO BALI RABIES-FREE I Nyoman Suartha 1, Made Suma Anthara 2, Ni Made Rita Krisna Dewi, I Wayan Wirata,
Lebih terperinciANALISIS KUANTITATIF RISIKO PENYEBARAN RABIES DARI BALI. (Quantitative risk analysis of rabies spreading from Bali province)
ANALISIS KUANTITATIF RISIKO PENYEBARAN RABIES DARI BALI (Quantitative risk analysis of rabies spreading from Bali province) I Nyoman Dibia, Ketut Diarmita, Ni Luh Dartini, Ni Made Arsani Balai Besar Veteriner
Lebih terperinciEkologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur
Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur TJOKORDA ISTRI AGUNG CINTYA DALEM 1, I KETUT PUJA 1, I MADE KARDENA 2 1 Lab. Histologi, 2 Lab. Patologi Umum, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL DAN STRATEGI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES
KEBIJAKAN NASIONAL DAN STRATEGI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Workshop Pengendalian dan Penanggulangan Bahaya Penyakit Rabies Banda Aceh,
Lebih terperinciBuletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXIII, No.78, Juni 2011 ISSN: 0854-901X
EPIDEMIOLOGI RABIES DI BALI: HASIL VAKSINASI MASSAL RABIES PERTAMA DI SELURUH BALI DAN DAMPAKNYA TERHADAP STATUS DESA TERTULAR DAN KEJADIAN RABIES PADA HEWAN DAN MANUSIA (Epidemiology of Rabies in Bali:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas disebabkan oleh virus dan dapat menular pada manusia. Penyakit
Lebih terperinciDISTRIBUSI RABIES DI BALI : SEBUAH ANALISA BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM
DISTRIBUSI RABIES DI BALI : SEBUAH ANALISA BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM (Distribution of Rabies in Bali : An Analyze Based on The Result of Laboratory Examination) I K. Wirata, G.A. Joni Uliantara,
Lebih terperinciSURVEILANS DAN MONITORING SEROLOGI SE DI WILAYAH KERJA BBVET DENPASAR TAHUN
SURVEILANS DAN MONITORING SEROLOGI SE DI WILAYAH KERJA BBVET DENPASAR TAHUN 2012 2014 (Serological Surveillance and Monitoring of Hemorrhagic Septicemia in Area Responsibility of DIC Denpasar 2012 2014)
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN I. UMUM Pengaturan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis Rabies, kini menjadi tantangan bagi pencapaian target Indonesia bebas Rabies pada 2015. Guna penanggulangan
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5543 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 130) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciSebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)
Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali) Calvin Iffandi 1, Sri Kayati Widyastuti 3, I Wayan Batan 1* 1 Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut, merupakan suatu penyakit infeksi akut susunan syaraf pusat yang dapat menyerang mamalia termasuk
Lebih terperinciPARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG
Arc. Com. Health Juni 2016 ISSN: 2527-3620 PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG Luh Sri
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciWALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN, PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5543) PERATURAN
Lebih terperinciPENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR D. KANA HAU, A. POHAN dan J. NULIK Balai Pengkajian Tenologi (BPTP)
Lebih terperinciLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Menimbang PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : a. bahwa rabies merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciBambang Sumiarto1, Heru Susetya1
STATUS VAKSINASI RABIES PADA ANJING DI KOTA MAKASSAR RABIES VACCINATION STATUS OF DOGS IN MAKASSAR Sri UtamP, Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1 IBaIai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar lbagian Kesmavet
Lebih terperinciGUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU
GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. bahwa rabies merupakan
Lebih terperinciISSN situasi. diindonesia
ISSN 2442-7659 situasi diindonesia PENDAHULUAN Rabies merupakan penyakit zoonosis yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Virus rabies ditransmisikan melalui air liur hewan terinfeksi
Lebih terperinciSURVEILANS AI TAHUN :DATA DUKUNG PEMBEBASAN AI DI PROVINSI NTT
SURVEILANS AI TAHUN 2011-2015 :DATA DUKUNG PEMBEBASAN AI DI PROVINSI NTT (Surveillance of Avian Influenza in 2012 2015 : supporting data for eradication program at NTT Province) Dinar, H. W. Hartawan.,
Lebih terperinciBuletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXIII, No.78, Juni 2011 ISSN: X
EPIDEMIOLOGI RABIES DI BALI: ANALISIS KASUS RABIES PADA SEMI FREE-RANGING DOG DAN SIGNIFIKANSINYA DALAM SIKLUS PENULARAN RABIES DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM * (Epidemiology of Rabies in Bali: The Analysis
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa rabies merupakan penyakit menular yang dapat menyerang
Lebih terperinciPENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR D. KANA HAU, A. POHAN dan J. NULIK Balai Pengkajian Tenologi (BPTP) Nusa Tenggara Timur Jl. Timor raya Km 32 Naibonat Kupang ABSTRAK Peternakan merupakan
Lebih terperinciABSTRAK ABSTRACT. Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt)
VOLUME 16 NOMOR 3, SEPTEMBER 2017, hapus tulisan dalam bagian blank setelah makalah selesai diedit. PENYULUHAN DAN PELAYANAN KESEHATAN ANJING JALANAN UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN PROGRAM BALI BEBAS RABIES
Lebih terperinciBuletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017
Gambar 1. Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR Minggu ke 05 tahun 2017 (Pertanggal 9 Februari 2017) Minggu ke-5 2017, terdapat 13 provinsi yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR >= 80%.
Lebih terperinci2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2
No.1866, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Hewan. Penyakit. Pemberantasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciSerosurveilens Pascavaksinasi Rabies Tahun 2014 Di Wilayah Kerja UPT Veteriner Nusa Tenggara Timur
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 2 No. 2 : 119-126 ISSN : 2356-4113 Serosurveilens Pascavaksinasi Rabies Tahun 2014 Di Wilayah Kerja UPT Veteriner Nusa Tenggara Timur Feny A.L. Bili Unit Pelaksana Teknis Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan
Lebih terperinciPenanggulangan Penyakit Menular
Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai penularan, perlindungan
Lebih terperinciREPLIKASI isikhnas DAN SISTEM INFORMASI LABORATORIUM (INFOLAB) TERINTEGRASI isikhnas DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR
REPLIKASI isikhnas DAN SISTEM INFORMASI LABORATORIUM (INFOLAB) TERINTEGRASI isikhnas DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR (isikhnas replication and laboratory information system isikhnas integrated
Lebih terperinciKorelasi dan Penyebaran Kejadian Rabies pada Anjing dan Manusia di Kabupaten Klungkung Bali Tahun
Korelasi dan Penyebaran Kejadian Rabies pada Anjing dan Manusia di Kabupaten Klungkung Bali Tahun 200-204 (THE CORRELATION AND SPREADING OF RABIES CASES AMONG DOGS AND HUMAN IN DISTRICT OF KLUNGKUNG BALI
Lebih terperinciROAD MAP NASIONAL PEMBERANTASAN RABIES DI INDONESIA
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN ROAD MAP NASIONAL PEMBERANTASAN RABIES DI INDONESIA N I KETUT DIARMITA DIREKTUR KESEHATAN HEWAN BOGOR,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan
Lebih terperinciPENYAKIT RABIES DI KALIMANTAN TIMUR
PENYAKIT RABIES DI KALIMANTAN TIMUR WAFIATININGSIH 1, N. R. BARIROH 1, I. SULISTIYONO 1, dan R. A. SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 Elisabet Risubekti Lestari,
Lebih terperinciIDENTIFII(A.SI VIRUS RABIES PADAANJING LIAR DI KOTA MAKASSAR IDENTIFICATION OF RABIES VIRUS IN STRAYDOGS IN MAKASSAR. Sri Utami" Bambang Sumiarto2
IDENTIFII(A.SI VIRUS RABIES PADAANJING LIAR DI KOTA MAKASSAR IDENTIFICATION OF RABIES VIRUS IN STRAYDOGS IN MAKASSAR Sri Utami" Bambang Sumiarto2 'Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar 2Bagian
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit
Lebih terperinciJejaring Pemanfaatan Hiu dan Pari di Balikpapan
Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Pontianak Jejaring Pemanfaatan Hiu dan Pari di Balikpapan Disampaikan oleh :
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT Menimbang : a. bahwa Rabies adalah merupakan
Lebih terperinciCakupan Vaksinasi Anti Rabies pada Anjing dan Profil Pemilik Anjing Di Daerah Kecamatan Baturiti, Tabanan
Cakupan Vaksinasi Anti Rabies pada Anjing dan Profil Pemilik Anjing Di Daerah Kecamatan Baturiti, Tabanan IVAN M TARIGAN 1 I MADE SUKADA 1, I KETUT PUJA 2 Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciAlur Penyebaran Rabies di Kabupaten Tabanan Secara Kewilayahan (Spacial)
Alur Penyebaran Rabies di Kabupaten Tabanan Secara Kewilayahan (Spacial) Abdul Azis Nasution 1, Sri Kayati Widyastuti 2, I Wayan Batan 1* 1 Laboratorium Diagnosa Klinik, 2 Laboratorium Penyakit Dalam Hewan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis. Kasus rabies sangat ditakuti dikalangan masyarakat, karena mengakibatkan penderitaan yang berat dengan
Lebih terperinciGambaran Klinik Sapi Bali Tertular Rabies. di Ungasan, Kutuh dan Peminge
Gambaran Klinik Sapi Bali Tertular Rabies di Ungasan, Kutuh dan Peminge NURUL FAIZAH 1, I WAYAN BATAN 1, I KETUT SUATHA 2 1) Lab Diagnosa Klinik 2) Lab Anatomi Veteriner Fakultas Kedoteran Hewan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.
Lebih terperinciPersebaran dan Hubungan Kejadian Rabies pada Anjing dan Manusia di Denpasar Tahun
Persebaran dan Hubungan Kejadian Rabies pada Anjing dan Manusia di Tahun 2008-2015 (THE SPREADING AND CORRELATION OF RABIES CASES AMONG DOGS AND HUMANS IN DENPASAR FROM 2008-2015) Elizabeth Liliane Sadipun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES
1 WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan orang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rabies merupakan penyakit zoonosis yang mematikan dan tersebar di seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan 70.000 orang meninggal setiap tahun karena
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. SEPTEMBER 2015, NTP BALI NAIK 0,28 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan September 2015 tercatat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1) yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari
Lebih terperinciModel Matematika (Linier) Populasi Anjing Rabies dengan Vaksinasi
Jurnal Matematika Vol. 4 No. 2, Desember 2014. ISSN: 1693-1394 Model Matematika (Linier) Populasi Anjing Rabies dengan Vaksinasi Ahmad Fitri Jurusan Matematika FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran-Bali
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,
LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 24 SERI E. 24 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 19/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2016, NTP BALI NAIK 0,44 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Februari 2016 tercatat mengalami kenaikan sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 11/02/51/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2016, NTP BALI TURUN 0,16 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Januari 2016 tercatat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.214, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternakan. Kesehatan. Veteriner. Hewan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5356) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES
BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang
Lebih terperinciPROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA VAKSIN RABIES ORAL HARAPAN BARU UNTUK PENGENDALIAN RABIES DI INDONESIA BIDANG KEGIATAN: PKM-GT
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA VAKSIN RABIES ORAL HARAPAN BARU UNTUK PENGENDALIAN RABIES DI INDONESIA BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan oleh: Rico Juni Artanto B04063247 / 2006 Indra Bagus Priastomo B04062716
Lebih terperinciLITBANG KEMENTAN Jakarta, 8 Maret 2011
LITBANG KEMENTAN Jakarta, 8 Maret 2011 1 2 3 TIGA (3) FAKTOR PENGENDALI CURAH HUJAN WILAYAH INDONESIA A S I A KETERANGAN : 1 EL NINO / LA NINA Uap air 2 Uap air 1 2 3 SUHU PERAIRAN INDONESIA DIPOLE MODE
Lebih terperinciPeran Studi CIVAS dengan pendekatan Ecohealth dalam Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Bali
Peran Studi CIVAS dengan pendekatan Ecohealth dalam Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Bali Drh Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD Optimizing Rabies Control Program in Bali: An Ecohealth Approach
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2016, NTP BALI TURUN 0,54 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Maret 2016 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,54
Lebih terperinciDeteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya
Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka
Lebih terperinci*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 82/2000, KARANTINA HEWAN *37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN TINDAKAN PEMILIK ANJING DALAM PENCEGAHAN RABIES DI DESA KOHA KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA Mentari O.Pangkey*John. Kekenusa** Joy.A.M. Rattu*
Lebih terperinciBULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS
BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Minggu Epidemiologi Ke-52 Tahun 2016 (Data Sampai Dengan 6 Januari 2017) Website: skdr.surveilans.org Dikeluarkan oleh: Subdit Surveilans, Direktorat SKK, Ditjen
Lebih terperinciRILIS HASIL PSPK2011
RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30
Lebih terperinciPemeliharaan Anjing oleh Masyarakat Kota Denpasar yang Berkaitan dengan Faktor Risiko Rabies
Pemeliharaan Anjing oleh Masyarakat Kota Denpasar yang Berkaitan dengan Faktor Risiko Rabies (DOG MAINTENANCE BY THE COMMUNITY IN DENPASAR RELATED TO RABIES RISK FACTORS) Dorteany Mayani Kakang 1, I Wayan
Lebih terperinciGAMBARAN CASE BASE MEASLES SURVEILANCE DI KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2014 CASE BASE MEASLES SURVEILANCE PERFORMANCE IN KARAWANG DISTRICT, 2014
GAMBARAN CASE BASE MEASLES SURVEILANCE DI KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2014 Saleh Budi Santoso District Surveillance Officer of Karawang District Health Office Abstrak : Campak merupakan penyakit yang sangat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. MARET 2015, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,47 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Maret 2015 mengalami
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.
ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : Mengingat : a. b. c. d. 1. 2. 3. bahwa hewan merupakan karunia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kondisi Peternakan di Propinsi NTT
71 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kondisi Peternakan di Propinsi NTT Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur meliputi 566 pulau besar dan kecil dengan luas daratan sekitar 47,3 ribu km 2. Kondisi alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang
Lebih terperincimasyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 05/01/51/Th. X, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2015, NTP BALI TURUN 0,27 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Desember 2015 tercatat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinci