Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii. Bab I Pendahuluan Latar belakang Maksud dan Tujuan...7

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii. Bab I Pendahuluan Latar belakang Maksud dan Tujuan...7"

Transkripsi

1 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Bab I Pendahuluan Latar belakang Maksud dan Tujuan Landasan Hukum Sistematika Penulisan...9 Bab II Kondisi Kemiskinan Daerah Perkembangan Kondisi Kemiskinan Perkembangan Dimensi Kemiskinan Ketenagakerjaaan Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan Bidang Infrastruktur Dasar Bidang Ketahanan Pangan Bab III Tinjauan Anggaran Belanja untuk Penanggulangan Kemiskinan di Daerah Komposisi Anggaran Belanja Sektoral Anggaran Belanja Sektoral Menurut Jenis Program yang Dibiayai Bidang Ketenagakerjaan Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan Bidang Infrastruktur Dasar Bidang Ketahanan Pangan Bidang Kemiskinan ii

2 3.3 Relevansi dan Efektifitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan Bab IV Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan Derah Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil Program Penanggulangan Kemiskinan Inisiatif Daerah Penanganan Pengaduan Masyarakat Bab V Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Koordinasi Tingkat Daerah Koordinasi dengan Kelembagaan di Tingkat Pusat Permasalahan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan Kemsikinan Pelaksanaan Kegiatan Tahun Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan iii

3 Bab VI Kesimpulan dan Ringkasan Rekomendasi Eksisting Kemiskinan Kabupaten Bantul Penyesuaian Program dan Anggaran Belanja Rencana Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Data Kemiskinan iv

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunia-nya penyusunan buku Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) ini dapat diselesaikan. Buku LP2KD Kabupaten Bantul ini menggambarkan kondisi pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan tahun 2012, dan merupakan salah satu produk dan perwujudan dari tugas dan fungsi Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda Kabupaten Bantul. Buku laporan ini berisikan berbagai informasi berkenaan dengan kebijakan Kabupaten Bantul berdasarkan kearifan lokal yang berpengaruh terhadap profil dan kebijakan penanggulangan kemiskinan, serta program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan, berikut program penanggulangn kemiskinan bantuan dari Pemerintah Pusat juga program penanggulangan kemiskinan lainnya. Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku laporan ini tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih. Harapan kami buku Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Bantul ini dapat menjadi media informasi dalam pengentasan kemiskinan di Kabupaten Bantul dan dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan yang berkepentingan. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan LP2KD dimasa yang akan datang disampaikan kepada Bappeda Bantul, Cq. Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda Bantul, telepon (0274) pesawat 462. Bantul, Desember 2012 Kepala Bappeda TTD i Drs. Trisaktiyana, M.Si. Pembina Tk.I/IVb NIP

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang timbul dalam pembangunan bersama-sama dengan masalah pengangguran dan kesenjangan yang ketiganya saling kait mengkait, kemiskinan menjadi masalah nasional. Pengentasan kemiskinan tetap merupakan salah satu masalah yang paling mendesak di Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan angka kemiskinan yang tinggi di tanah air, Penanggulangan kemiskinan secara sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warga negara mampu menikmati kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, sinergi seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan. Sejak tahun 2002, sebuah tim yang terdiri dari para analis Indonesia dan manca negara, dibawah naungan Program Analisa Kemiskinan di Indonesia telah mempelajari karakteristik kemiskinan di Indonesia, telah berusaha untuk mengidentifikasikan apa yang bermanfaat, dan tidak bermanfaat dalam upaya pengentasan kemiskinan, juga memperjelas pilihan-pilihan apa saja yang tersedia untuk Pemerintah dan lembaga - lembaga non-pemerintah dalam upaya mereka untuk memperbaiki standar dan kualitas kehidupan masyarakat miskin. Kemiskinan memiliki banyak dimensi, disamping ekonomis juga mencakup masalah pendidikan dan kesehatan. Upaya mengatasi kemiskinan akan menjadi sia-sia jika dilakukan secara parsial, mengingat perbaikan ekonomi harus paralel dengan perbaikan mutu pendidikan, kesehatan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

6 serta pranata sosial. Kekurangan dan keterbatasan menyebabkan penduduk miskin menjadi kelompok yang rentan dalam segala hal. Penduduk miskin menjadi tidak berdaya, karena mereka tidak memiliki asset sebagai sumber pendapatan juga karena struktur sosial ekonomi tidak membuka peluang orang miskin keluar dari lingkungan kemiskinan yang tidak berujung pangkal. Penanggulangan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional mengingat komposisi penduduk yang beragam status sosial dan ekonomi serta kondisi geografisnya. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir, pembangunan sarana dan prasarana, dan pendampingan. Namun demikian, hingga saat ini masalah kemiskinan belum dapat teratasi secara tuntas. Penanggulangan kemiskinan adalah kewajiban pemerintah yang harus dilakukan sebagai wujud dari amanat konstitusi bagi pencapaian tujuan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 45 yang menyebutkan bahwa Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia memajukan kesejahteraan umum dan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Penanggulangan kemiskinan telah secara jelas diamanatkan oleh Konstitusi Indonesia. Amanat konstitusi yang paling utama adalah tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undangundang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

7 Tujuan demikian hanya mungkin dicapai jika kemiskinan bisa dientaskan dari kehidupan rakyat Indonesia. Substansi pasal-pasal Konstitusi terkait perekonomian pun mengandung amanat serupa. Ada banyak pasal Undang-undang Dasar 1945 yang secara eksplisit menyatakan hak-hak yang dimiliki warga negara, yang sesungguhnya jika dipenuhi maka mereka akan terbebas dari kemiskinan. Diantaranya adalah: pasal 27 ayat (2) " tiap tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan ", pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan. Ayat (2) setiap orang mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Ayat (3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Ayat (4) setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang wenang oleh siapapun. Pasal 34 menyebutkan " fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara" di pertegas dengan pasal 34 menjadi empat ayat. Ayat (2) berbunyi " negara mengembangkan sistem jaminan bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Secara umum, angka kemiskinan Indonesia sampai tahun 2012 terus menurun. Penurunan tersebut tidak lepas dari upaya keras pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan melalui berbagai program pro-rakyat. Kendati belum bisa dikatakan maksimal, akan tetapi tren penurunan menunjukan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah telah memberikan efek positif bagi peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan hakhak dasar mereka. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

8 Sebaran penduduk miskin berdasarkan pulau tahun 2012 (%) Sumber TNP2K, 2012 Data terbaru tahun 2012 dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia penduduk miskin Indonesia mencapai 11,66 %, pada tahun 2011 penduduk miskin % dari total seluruh penduduk Indonesia. Berarti mengalami penurunan 0.69% dibandingkan penduduk miskin pada tahun sebelumnya. Di Daerah Istimewa Yogyakarta penduduk miskin tahun 2012 mencapai 15,88% sedangkan pada tahun 2011 penduduk miskin sebanyak 16,1%, terjadi penurunan 0,22%. Sedangkan berdasarkan pendataan Pemerintah Kabupaten Bantul pada tahun 2012 penduduk miskin 14,27%, pada tahun 2011 mencapai 15,02 %, terjadi penurunan sebanyak 0,75 %. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

9 Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dengan menetapkan penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas pembangunan. Dalam meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan, Presiden mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Agenda besar pembangunan Indonesia termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahunan. Tema RKP 2010 adalah Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, sedangkan tema RKP 2011 adalah Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan Didukung oleh Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat Daerah. RPJMN juga telah menetapkan sasaran pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat, antara lain: (1) Pertumbuhan ekonomi, dengan proyeksi 7,0 7,7% pada tahun 2014; (2) Penurunan tingkat pengangguran, dengan target 5 6% pada akhir 2014; dan (3) Penurunan angka kemiskinan, dengan target 8-10 % di akhir Dalam Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantul, Pengentasan Kemiskinan merupakan prioritas pembangunan ke dua. Prioritas pertama adalah Tata Kelola Pemerintahan Yang Empatik Dan Bertanggung Jawab, adalah merupakan tata kelola pemerintahan yang berpihak pada masyarakat. Prioritas pembangunan ketiga dan keempat, masih merupakan upaya mengentaskan kemiskinan yaitu Pendidikan dan Kesehatan. Adapun Arah Kebijakan Pengentasan Kemiskinan seperti tertuang dalam RPJMD adalah : 1) Koordinasi antar pihak pemerintah daerah, masyarakat/ pelaku dan pihak swasta terkait dengan penanggulangan kemiskinan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

10 2) Peningkatan kesejahteraan dan produktifitas keluarga miskin melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Sedangkan Strategi Pengentasan Kemiskinan menggunakan 3 pilar adalah : 1) Validasi data Kepala Keluarga (KK) miskin dan penguatan sistem monitoring dan evaluasi (Monev) penanggulangan kemiskinan 2) Program pengurangan Beban Hidup KK miskin 3) Pemberdayaan KK miskin Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemerintah Kabupaten Bantul membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Bantul melalui Keputusan Bupati Bantul Nomor 01 Tahun Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tanggal 8 Juli 2010 tentang fungsi dan tugas pokok TKPK maka untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas TKPK Kabupaten Bantul dibentuk Sekretariat TKPK Kabupaten yang mempunyai tugas memberi dukungan administrasi teknis dan dukungan bahan kebijakan kepada TKPK Kabupaten yang bertanggung jawab kepada Ketua TKPK Kabupaten dan berkedudukan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul. Dalam melaksanakan tugasnya, TKPK dibantu Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan yang bertanggung jawab kepada Ketua TKPK Kabupaten, yang terdiri atas kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, kelompok program penanggulangan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

11 kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil dan kelompok program lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud : Penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kondisi kemiskinan di Kabupaten Bantul dan upaya-upaya yang telah dilakukan sebagai komitmen Pemerintah Kabupaten Bantul dalam akselerasi penanggulangan kemiskinan. Tujuan : Tujuan dari penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah ini adalah : a. Mengetahui profil program-program penanggulangan kemiskinan yang ada di kabupaten Bantul baik dana dari APBD maupun APBN b. Memperoleh masukan dan bahan pertimbangan rumusan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada tahun selanjutnya c. Menjadi bahan evaluasi kinerja TKPK Kabupaten Bantul Tahun 2012 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

12 1.3 Landasan Hukum Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Propinsi Kabupaten/Kota. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 01 Tahun 2011 tentang RPJMD Kabupaten Bantul Tahun Peraturan Bupati Nomor 68 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Bantul Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

13 Keputusan Bupati Bantul Nomor 01 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Bantul. Regulasi nasional dan daerah lainnya yang terkait 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan kinerja TKPK Kabupaten Bantul Tahun 2012 adalah sebagai berikut : BAB 1 - PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Sistematika Penulisan BAB 2 - KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH 2.1. Perkembangan Kondisi Kemiskinan 2.2. Perkembangan Dimensi Kemiskinan Bidang Ketenagakerjaan Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan Bidang Infrastruktur Dasar Bidang Ketahanan BAB 3 TINJAUAN ANGGARAN BELANJA UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH 3.1. Komposisi Anggaran Belanja Sektoral 3.2. Anggaran Belanja Sektoral Menurut Jenis Program yang dibiayai Bidang Ketenagakerjaan Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

14 Bidang Infrastruktur Dasar Bidang Ketahanan Pangan 3.3. Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan BAB 4 KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH 4.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan 4.2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan 4.3. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil Program Penanggulangan Kemiskinan Inisiatif Daerah 4.4. Penanganan Pengaduan Masyarakat BAB 5 - KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 5.1. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Koordinasi di Tingkat Daerah Koordinasi dengan Kelembagaan Di Tingkat Pusat 5.2. Permasalahan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan 5.3. Pelaksanaan Kegiatan Tahun Pengendalian Program Penanggulangan Kemiskinan 5.5. Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

15 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Eksisting Kemiskinan Kabupaten Bantul 6.2. Penyesuaian Program dan Anggaran Belanja 6.3. Rencana Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan 6.4. Data kemiskinan. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

16 BAB II KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH 2.1. Perkembangan Kondisi Kemiskinan Berdasarkan data BPS tahun 2012, Estimasi penduduk dengan laju pertumbuhan SP SP2010 menunjukan jumlah penduduk Kabupaten Bantul tercatat 921,263 jiwa. Dengan penduduk laki-laki sebanyak 459,459 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 461,804 jiwa. Kecamatan yang mempunyai penduduk terbesar adalah Kecamatan Banguntapan sebesar jiwa dan kecamatan yang mempunyai penduduk terendah adalah Kecamatan Srandakan dengan jumlah 28,668 jiwa. Secara administratif, Kabupaten Bantul dibagi dalam 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 pedukuhan. Desa-desa di Kabupaten Bantul dibagi lagi berdasarkan statusnya menjadi desa pedesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban area). Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam wilayah perdesaan sebanyak 34 desa. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 km 2, sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan 8 desa dan 72 pedukuhan. Secara demografi penduduk Kabupaten Bantul mempunyai mata pencaharian yang beragam, namun demikian mayoritas penduduk bermata pencaharian petani, selain itu penduduk Kabupaten Bantul juga bermatapencaharian sebagai pedagang, nelayan, pegawai swasta maupun pegawai pemerintah. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

17 Tabel II.1 Data Kepala Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Berdasarkan JENIS KELAMIN Jumlah Jenis Kelamin Persentase NO Kecamatan Kepala Keluarga Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 1 KRETEK SANDEN SRANDAKAN PANDAK B. LIPURO PUNDONG IMOGIRI DLINGO JETIS BANTUL PAJANGAN SEDAYU KASIHAN SEWON PIYUNGAN PLERET B. TAPAN TOTAL Sumber : Bappeda diolah, 2013 Tabel II.2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin per kecamatan Kabupaten Bantul Tahun 2011 No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio jumlah lakilaki dan perempuan 1 Srandakan ,34 2 Sanden ,62 3 Kretek ,02 4 Pundong ,73 5 Bambanglipuro ,72 6 Pandak ,77 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

18 7 Bantul ,70 8 Jetis ,96 9 Imogiri ,18 10 Dlingo ,51 11 Pleret ,55 12 Piyungan ,12 13 Banguntapan ,89 14 Sewon ,43 15 Kasihan ,47 16 Pajangan ,62 17 Sedayu ,21 Jumlah ,49 Persentase 49,87 50, Sumber: BPS, 2012 (Estimasi penduduk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010, angka sementara) Salah satu faktor penting dalam aspek kependudukan yang menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan adalah angka pertumbuhan penduduk. Angka pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bantul dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat diketahui mengalami penurunan yaitu dari 1,52% (tahun 2007) menjadi 1,07% (tahun 2011). Angka laju pertumbuhan penduduk menurun dari tahun ke tahun sehingga kondisi ini menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk. Tabel II.3 Angka Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Bantul Tahun No Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan (%) , , , , ,07 Sumber: BPS (Estimasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil SP2010) Berdasarkan data estimasi penduduk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010 dapat diketahui bahwa komposisi penduduk di Kabupaten Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

19 Bantul memiliki kecenderungan bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Bantul berusia di atas 40 tahun. Hal tersebut mencerminkan bahwa usia harapan hidup penduduk di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan. Tabel II.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Bantul Tahun 2011 Kecamatan Kelompok Umur Jumlah 1 Srandakan Sanden Kretek Pundong Bambanglipuro Pandak Bantul Jetis Imogiri Dlingo Pleret Piyungan Banguntapan Sewon Kasihan Pajangan Sedayu Jumlah Persentase 15,48 7,46 7,78 7,96 24,13 37,16 100,00 Sumber: BPS, 2012 (Estimasi pendududk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010, angka sementara) Tabel II. 5 Rekapitulasi Data Kepala Keluarga Miskin Dalam Wilayah Kabupaten Bantul Berdasarkan JENIS KELAMIN Jumlah Jenis Kelamin Persentase NO Kecamatan Kepala Keluarga Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 1 KRETEK SANDEN Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

20 3 SRANDAKAN PANDAK B. LIPURO PUNDONG IMOGIRI DLINGO JETIS BANTUL PAJANGAN SEDAYU KASIHAN SEWON PIYUNGAN PLERET B. TAPAN TOTAL Sumber : Bappeda diolah, 2013 Menurut data Pemerintah Kabupaten Bantul, jumlah penduduk miskin tahun 2012 sebesar KK. Dengan jumlah laki-laki sebesar dan perempuan sebesar KK. Tabel II.6 Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Tahun No, Kecamatan Σ KKM Jiwa Miskin Kretek Sanden Srandakan Pandak Bambanglipuro Pundong Imogiri Dlingo Jetis Bantul Pajangan Sedayu Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

21 No, Kecamatan Σ KKM Jiwa Miskin Kasihan Sewon Piyungan Pleret Banguntapan Jumlah Sumber: BKK PP dan KB Bantul 2012 Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Data persentase KK miskin tahun 2011 sebesar KK dengan prosentase 15,61 % dengan jumlah miskin orang. Tahun 2012 menjadi KK dengan prosentase 14,82 % dengan jumlah jiwa miskin orang. Tabel II.7 Prosentase KK Miskin dan Jiwa Miskin Tahun Kabupaten Bantul Tahun Jumlah KK Jumlah KK % Jumlah Jiwa Total Jumlah Jiwa Miskin % Total Miskin , , , ,27 Sumber : BKK PP dan KB Kabupaten Bantul, 2012 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

22 Gambar II.1 Perkembangan Jumlah KK dan KK Miskin Kab. Bantul Tahun KK Total Sumber: BPS, 2012 Gambar II.2 Persentase KK Miskin Kabupaten Bantul Tahun Persentase kemiskinan Sumber : Pendataan Gakin BKK,PP,KB, 2010 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

23 Adapun persebaran KK miskin tahun 2012, di 17 Kecamatan adalah seperti tergambar dalam diagram berikut. Rata-rata prosentase KK miskin di Kecamatan sebesar 16,17 %. Jumlah KK miskin terkecil di Kecamatan Bantul sebesar 12, 61%, sedang jumlah terbesar di Kecamatan Dlingo sebesar 22,50%. Gambar II.3 Persentase KK Miskin Per Kecamatan Tahun 2012 Sumber : Pendataan Gakin BKK,PP,KB, 2012 Prosentase penduduk miskin di Kabupaten Bantul lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulon Progro. Namun berada sedikit diatas rata-rata provinsi DIY yaitu 17,64 % sedangkan rata-rata Provinsi sebesar 17,23 %. Gambar II.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2009 Sumber : Bappeda, 2010 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

24 2.2 Perkembangan Dimensi Kemiskinan Bidang Ketenagakerjaan Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang merupakan bagian pembangunan daerah yang bertujuan untuk menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan harapan jumlah penganggur dan setengah penganggur dapat ditekan atau diperkecil. Sehubungan dengan hal tersebut kondisi permasalahan ketenagakerjaan ternyata sangat terkait erat dengan keadaan ekonomi yang berkembang setiap saat. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Ketenagakerjaan berhubungan dengan tingkat angkatan kerja pada suatu wilayah tertentu. Jumlah angkatan kerja terdiri dari jumlah penduduk yang bekerja dengan perbandingan penduduk yang belum mendapatkan kesempatan bekerja. Untuk mengatasi permasalahan angkatan kerja ini diantaranya melalui program untuk persediaan tenaga kerja (menambah jenis pelatihan sesuai kondisi pasar, meningkatkan bantuan pendidikan bagi tenaga kerja, meningkatkan program keluarga berencana untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja), program untuk kebutuhan tenaga kerja (meningkatkan kapasitas dan peralatan serta kemampuan pengajar di sekolah sekolah kejuruan, melaksanakan pelatihan wirausaha bantuan permodalan dan fasilitas, memberikan insentif dan kemudahan dalam bidang investasi) dan program untuk pengangguran (pembangunan informasi pasar kerja yang mudah diakses, peningkatan penempatan tenaga kerja luar negeri melalui pemasaran, pelatihan, bantuan permodalan). Pada Tahun 2011 angkatan kerja di Bantul sebanyak orang menjadi orang pada Tahun Jumlah angkatan kerja laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bantul pada Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

25 Tahun 2011 ini hampir sama, yaitu laki-laki sebesar jiwa dan perempuan sejumlah jiwa. Jumlah penduduk angkatan kerja menurut kelompok umur dan tingkat pendidikan Tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar II.5 Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 Kabupaten Bantul Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

26 Gambar II. 6 Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Kabupaten Bantul Sumber: DInas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011 Masalah pelik ketenagakerjaan di Bantul adalah bahwa para pencari kerja ini sebagian besar justru mereka yang berpendidikan (lihat Tabel 3). Lulusan terbanyak pencari kerja adalah lulusan perguruan tinggi (sarjana S1), diikuti oleh lulusan sekolah menengah kejuruan dan Diploma 3/ 4 baru SMA. Sementara itu meraka yang lulusan SD dan SMP cenderung tidak mencari pekerjaan. Persoalan ini menjadi indikasi serius lemahnya jiwa kewirausahaan yang ada dalam masyarakat, bahkan lulusan perguruan tinggi mencari pekerjaan bukan menciptakan lapangan kerja. Sementara lulusan SD dan SMP karena tidak memiliki daya tawar mereka cenderung untuk menerima pekerjaan apapun. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

27 Tabel II.8. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Bantul Tahun Angkatan Kerja No Kecamatan Tahun 2011 Tahun 2012 Bekerja Penganggur Bekerja Penganggur 1 Srandakan Sanden Kretek Pundong Bambanglipuro Pandak Bantul Jetis Imogiri Dlingo Pleret Piyungan Banguntapan Sewon Kasihan Pajangan Sedayu Jumlah Jumlah Presentase Persentase 5,8% 5,8% 5,3% 5,3% Sumber : Disnakertrans Tabel II.9 Rasio Penduduk yang Bekerja dengan Angkatan Kerja Tahun Kabupaten Bantul Uraian Jumlah penduduk yang bekerja Jumlah angkatan kerja Rasio Penduduk yang bekerja 0,93 0,92 0,93 0,94 0,94 Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

28 Tabel II.10 Penduduk Yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Tahun No. Pendidikan Tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi S1/S J u m l a h Sumber : Disnakertrans a. Relevansi dan Efektivitas Program Analisis relevansi dipergunakan untuk mengetahui relevansi perkembangan capaian pembangunan daerah terhadap perkembangan tersebut secara nasional, menurut indikator yang ditentukan. Sedangkan analisis efektivitas dipergunakan untuk mengetahui efektivitas intervensi terhadap Indikator kemiskinan serta keterkaitan antara indikator utama dan indikator pendukung dari capaian pembangunan daerah. Kinerja program penanggulangan kemiskinan, dapat dilihat dari penurunan maupun prosentase jiwa miskin di suatu wilayah. Dari data prosentase jiwa miskin Kabupaten Bantul tahun dibandikan dengan provinsi DIY maupun secara nasional, secara umum prosentase jiwa miskin Kabupaten Bantul lebih besar dari kedua wilayah diatasnya. Namun demikian, grafik 3 dibawah, menunjukkan percepatan penurunan kemiskinan yang cukup signifikan terjadi di Kabupaten Bantul. Bahkan di tahun 2010, prosentase jiwa miskin menurun melampaui provinsi DIY. Hal tersebut disebabkan semakin beragamnya program penanggulangan kemiskinan dan semakin besarnya alokasi anggaran untuk program Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

29 penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bantul. (selengkapnya akan diuraikan di Bab III dan Bab IV). Selain itu juga disebabkan semakin terkoordinasinya kinerja TKPK di Kabupaten Bantul. Gambar II.8 Presentase Jiwa Miskin Kabupaten Bantul, Propinsi DIY dan Nasional Tahun Propinsi Nasional Bantul Sumber : Bappeda, 2011, diolah Selama periode Maret 2009 hingga 2010, angka kemiskinan nasional hanya turun tipis dari 0,8 persen dari 14,15 persen menjadi 13,3 persen. Angka kemiskinan pada Maret 2010 turun ke angka 31,02 juta jiwa atau sekitar 13,33 persen dari total penduduk Indonesia. Sementara itu sampai akhir tahun 2010 angka kemiskinan turun sebesar 11,25%. Angka kemiskinan di Provinsi DIY tahun 2007 sebesar %, terus mengalami penurunan sampai dengan tahun 2010 sebesar 16,83%. Gambar II.9 Angka Kematian Ibu per Kelahiran Hidup Kab. Bantul Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

30 Sedangkan di Kabupaten Bantul, sampai dengan tahun 2010 masih memiliki 16,17 % KK miskin. Hal ini disebabkan karena masih belum optimalnya akses pelayanan kesehatan, pendidikan, permodalan/kredit dan informasi bagi keluarga miskin. Permasalahan lain adalah masih belum optimalnya kemitraan pemerintah, dunia usaha, LSM, dan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. Seperti diketahui, rendahnya kesempatan kerja merupakan faktor penyebab pengangguran. Pengangguran/ tidak bekerja merupakan salah satu indikator penyebab seseorang menjadi miskin. Berikut adalah gambaran penduduk yang bekerja dan data penduduk menganggur. Gambar II.10 Angkatan Kerja, Bekerja dan Menganggur Kabupaten Bantul Tahun Sumber : Disnakertrans, 2010, diolah Data Pengangguran di Kabupaten Bantul, cenderung menurun dari tahun Hal tersebut disebabkan makin dimudahkannya peluang berusaha serta banyaknya pelatihan ketrampilan bagi angkatan kerja baru. Analisis perbandingan pada data penduduk bekerja dan menganggur dengan Provinsi DIY menunjukkan bahwa meskipun kecil angkanya, dari tahun , angka pengangguran cenderung Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

31 menurun sedangkan angka Provinsi DIY sedikit meningkat. Gambaran secara rinci dapat diamati pada grafik dibawah ini : Gambar II.11 Penduduk Bekerja Provinsi DIY dan Kabupaten Bantul Tahun Sumber : Bappeda Provinsi DIY dan Disnakertrans Kab. Bantul, 2010 Gambar II.12 Penduduk Menganggur Provinsi DIY dan Kabupaten Bantul Tahun Sumber : Bappeda Provinsi DIY dan Disnakertrans Kab. Bantul, 2010 Program pemberdayaan merupakan salah satu upaya yang telah dilaksanakan pemerintah kabupaten Bantul dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran. Kebijakan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

32 tersebut diarahkan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat, membangunan perilaku, serta pengorganisasian masyarakat. Program kegiatan penanganan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun telah menunjukan hasil yang cukup baik, hal ini tercermin dari semakin kecilnya jumlah prosentase Kepala Keluarga (KK) miskin dari tahun ke tahun. Pada tahun pertama yaitu pada tahap awal program ini dilakukan memang belum menunjukan keberhasilan, sehingga pada tahun 2005 tercatat jumlah prosentase KK miskin justru mengalami peningkatan dari 13,29% (tahun 2004) menjadi 21,99% (tahun 2005), dan 35,05% pada tahun 2006, hal ini dikarenakan kejadian gempa 27 Mei Namun untuk tahun-tahun berikutnya prosentase KK miskin mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 35,05% pada tahun 2006 menjadi 28,11% (tahun 2007), 23,13% (tahun 2008) dan 18,05% (tahun 2009) serta turun lagi menjadi 16,17% (tahun 2010). b. Prioritas Intervensi dan Wilayah Kecamatan yang mempunyai penduduk miskin terbanyak adalak kecamatan Kasihan, kecamatan Banguntapan dan Kecamatan Sewon. Kecamatan penerima program/kegiatan kemiskinan terbanyak (sampai dengan tahun 2009) adalah Kecamatan Imogiri (283 program/kegiatan) dan Kecamatan Banguntapan (257 program/kegiatan). Dari hasil evaluasi program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pada tahun 2009, terdapat beberapa catatan yang akan diperbaiki pada pelaksanaan kinerja program penanggulangan kemiskinan di tahun-tahun selanjutnya. Catatan tersebut adalah : 1) Implementasi program penanggulangan kemiskinan (pronangkis) yang diselenggarakan Pemda Kabupaten Bantul Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

33 pada tahun 2009 pada umumnya mampu menurunkan angka kemiskinan, yakni pada rentang penurunan 1,58-10,91%. 2) Sejumlah 52 unit kegiatan (program) pronangkis yang dilaksakanan oleh 10 SKPD Pemda Kabupaten Bantul, dan didukung pendanaan serta kelengkapan peraturan yang memadai. Pada umumnya kegiatan (program) yang diluncurkan sesuai dengan persoalan kemiskinan yang menjadi beban masyarakat yakni didominansi oleh permasalahan ekonomi, papan dan kesehatan, serta sebagian kecil pangan. 3) Perencanaan program (kegiatan) prespektif dapat ditingkatkan melalui pelibatan TKPK Kabupaten Bantul secara intensif. Di sejumlah kecil wilayah dijumpai jumlah kegiatan yang berlebih tidak sepadan dengan persoalan kemiskinan yang menjadi beban masyarakat. Sejauh ini implementasi masing-masing kegiatan (program) belum dilengkapi SOP yang jelas, sementara pelaporan hasil dalam format LAKIP tidak cukup menggambarkan informasi pelaksanaan kegiatan (program) secara komprehensif Bidang Kesehatan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif, serta norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

34 pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu sarana untuk promosi kesehatan melalui Bantul Expo yang diisi dengan pemeriksaan kesehatan paru dan jantung pada pengunjung serta konsultasi kesehatan. Selain itu dalam memperingati Hari Kesehatan Nasional, diadakan serangkaian kegiatan berupa senam sehat, Festival Bantul Sehat dan jambore kader. Sosialisasi programprogram kesehatan juga dilakukan lewat media elektronik yaitu radio, televisi dan website serta media cetak berupa leaflet, poster dan majalah Infokes. Hasil kegiatan promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mengalami peningkatan yang cukup baik. Dilihat dari PHBS tatanan rumah tangga pada tahun 2012, sebanyak 67,27% rumah tangga telah ber-phbs. Kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan dilakukan dengan kegiatan inovatif berupa Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK) yang dimulai sejak tahun Tujuan kegiatan adalah untuk merubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seluruh stakeholder, termasuk juga para pejabat dan masyarakat dalam ikut menangani permasalahan kesehatan; menurunkan kematian ibu maternal, kematian bayi, menurunkan jumlah kesakitan DBD, jumlah penderita gizi buruk, dan meningkatkan penemuan kasus TBC. Unit analisis DB4MK telah diubah dari Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan menjadi Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan. Hal ini berdasarkan aspirasi dari kepala desa dan masyarakat karena peluang masyarakat untuk mendapatkan reward lebih besar dengan unit analisis yang lebih kecil yaitu dusun dan masyarakat mempunyai harapan yang lebih besar untuk mengupayakan daerahnya bebas empat masalah kesehatan. Reward diberikan bagi dusun dengan kriteria : a) Bebas kematian ibu, kematian bayi, gizi buruk, dan DBD; Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

35 b) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 100%; c) Kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan (K7) minimal 90%; d) Partisipasi masyarakat di Posyandu (D/S) minimal 90% dalam 12 bulan; e) Kunjungan neonatal lengkap minimal 90%; dan f) Angka Bebas Jentik (ABJ) minimal 95%. Pada tahun 2012, reward diberikan pada 40 dusun dari 567 dusun yang masyarakatnya secara aktif melakukan upaya pemberdayaan dan hasilnya diketahui melalui indikator proses yang telah ditetapkan, dan disahkan berdasarkan SK Bupati Nomor 363 Tahun 2012 tentang Pemenang Reward DB4MK Plus. a. Perkembangan Antar Waktu dan Antar-Wilayah Di dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diamanatkan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif, serta norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan bidang kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen dunia internasional yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDG s). Target MDG s yang terkait langsung Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

36 dengan bidang kesehatan yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan (target 1), menurunkan angka kematian anak (target 4), meningkatkan kesehatan ibu (target 5), dan memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya (target 6), serta memastikan pelestarian lingkungan hidup (target 7). Sampai dengan tahun 2005 indikator-indikator kesehatan yang barkaitan dengan pencapaian MDG s masih belum optimal seperti angka gizi buruk masih 1,02%, Angka kematian bayi (AKB) masih 12,24 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) masih 109,65 per kelahiran hidup dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) 26 per penduduk. Dalam rangka akselerasi perbaikan indikator kesehatan diatas Pemerintah Kabupaten Bantul merumuskan program Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK). Masalah kesehatan yang diakselerasi tersebut adalah : AKI, AKB, Gizi buruk, BDB dan Tubercolosis (TB). Upaya pembangunan bidang kesehatan, selain dilaksanakan dengan program, juga didukung dengan ketersediaan dan kecukupan sarana dan prasarana kesehatan. Berikut adalah sebaran sarana kesehatan di wilayah Kabupaten Bantul, meliputi 27 Puskesmas, yang terdiri dari 16 Puskesmas dengan Tempat Tidur dan 11 Puskesmas Non Tempat Tidur, Puskesmas Pembantu ada 67 buah, dan Puskesmas Keliling 27 unit. Rumah Sakit Pemerintah ada dua, yaitu Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Bantul dan RS Hardjo Lukito, serta BP4 sebanyak satu buah dan Gudang Farmasi satu buah. Pelayanan kesehatan swasta dilaporkan Rumah Sakit Swasta ada 9 Rumah Sakit, Praktek Dokter Perorangan 491 buah, Bidan Praktek Swasta 261 buah, Balai Pengobatan/Klinik 78 buah, Rumah Bersalin 32 buah, Praktek Pengobatan Tradisional 83 buah, Toko Obat 4 buah, Apotek 100 buah, Laboratorium swasta 4 buah, Industri kecil Obat Tradisional 20 buah dan optikal 5 buah. Untuk Upaya Kesehatan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

37 Berbasis Masyarakat (UKBM), di Kabupaten Bantul sudah terbentuk 75 Desa Siaga dengan 75 Poskokesdes, dan 1123 Posyandu. No Puskesmas Dokter Umum Tabel II.11 JUMLAH TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS PUSKESMAS TAHUN 2011 Dokter Gigi Apoteker & Tenaga Farmasi Bidan Perawat Gizi Kesmas Sanitasi Teknis Medis 1 Srandakan Sanden Kretek Pundong Bambanglipuro Pandak I Pandak II Bantul I Bantul II Jetis I Jetis II Imogiri I Imogiri II Dlingo I Dlingo II Pleret Piyungan Banguntapan I No Puskesmas Dokter Umum Dokter Gigi Apoteker & Tenaga Farmasi Bidan Perawat Gizi Kesmas Sanitasi Teknis Medis 19 Banguntapan II Banguntapan III Sewon I Sewon II Kasihan I Kasihan II Pajangan Sedayu I Sedayu II Jumlah Sumber : Dinkes, 2012 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

38 Tahun Pemerintah Kabupaten Bantul Berikut disajikan gambar peta penyebaran Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Bantul Tahun 2012 : Gambar II.13 Sebaran Sarana Kesehatan di 17 kecamatan Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Bantul 2010 Gambar II.14 UMUR HARAPAN HIDUP Angka Harapan Hidup Kabupaten Bantul Tahun ,4 71, ,8 70,6 71,31 71,21 71,11 70,9 70,9 70, Tahun Bantul Sumber: BPS Kab. Bantul, 2011 Data Susenas tahun 2002 dilaporkan bahwa Umur Harapan Hidup Waktu Lahir di Kabupaten Bantul untuk Laki-laki adalah 71 tahun dan Wanita adalah 72 tahun. Menurut SDKI tahun data terendah di Indonesia bahwa UHH (Eo) di Propinsi DIY adalah 72,4 tahun. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

39 b. Relevansi dan Efektivitas Program 1. Angka Kematian Bayi Peningkatan kesehatan bayi di Kabupaten Bantul mengalami tren meningkat yang ditandai dengan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bantul sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 secara umum cenderung mengalami penurunan yang disebabkan karena kinerja pemerintah dalam bidang kesehatan cukup baik. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul dengan lebih meningkatkan peran serta masyarakat melalui Program Desa bebas 4 masalah Kesehatan (DB4K) sehingga diharapkan pada tahun-tahun berikutnya bisa menurunkan angka kematian bayi. Capaian indikator angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 8,6 per 1000 kelahiran hidup, telah berhasil mencapai target yang telah ditentukan dalam RPJMD yaitu sebesar 9 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan bayi sudah cukup baik dengan capaian AKB yang dibawah target. Dalam rangka mempercepat penurunan kematian bayi, memerlukan keterpaduan lintas program antara lain yaitu Program Pencegahan Penyakit melalui imunisasi pada bayi, Program Perbaikan Gizi Masyarakat, yaitu peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif bagi bayi sampai umur 6 bulan, dan pemberian makanan pendamping ASI dari keluarga miskin (Gakin). Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH sebagaimana disajikan pada Gambar II.15. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

40 Gambar II.15 Perkembangan Angka Kematian Bayi per KH Di Kabupaten Bantul Tahun Bantul Propinsi Nasional Sumber : Dinas Kesehatan, 2011 Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa upaya penurunan AKB di Kabupaten Bantul sudah mengalami keberhasilan. AKB pada tahun ,24 per 1000 KH menurun menjadi 8,6 per 1000 KH pada tahun Keberhasilan ini juga tampak bila dibandingkan AKB Propinsi DIY dan nasional seperti pada grafik di atas. 2. Angka Kematian Balita Kesehatan bayi mengalami kecenderungan meningkat yang ditandai dengan rendahnya Angka (AKB). Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul dengan lebih meningkatkan peran serta masyarakat melalui Program Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK) sehingga diharapkan pada tahun-tahun berikutnya bisa menurunkan angka kematian bayi. Upaya mempercepat penurunan kematian bayi memerlukan keterpaduan lintas program antara lain program pencegahan penyakit melalui imunisasi pada bayi dan program perbaikan gizi masyarakat. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

41 Adapun keterpaduan program perbaikan gizi meliputi peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif bagi bayi sampai umur enam bulan, dan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) bagi keluarga miskin (Gakin), serta kegiatan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu). KP Ibu bertujuan untuk memotivasi ibu hamil dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada saat melahirkan sehingga mendorong peningkatan pemberian ASI eksklusif. Imunisasi sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian bayi, dilaksanakan melalui pemberian Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) pada bayi. Keterpaduan Program Penurunan Kematian Bayi dan Balita dengan Program imunisasi memperlihatkan cakupan pemberian imunisasi dasar yang mengalami peningkatan dan dibarengi dengan menurunnya angka kematian bayi. Peningkatan cakupan imunisasi dapat dilihat pada Gambar II.16 dan II.17. Pada tahun 2010 seluruh desa di Kabupaten Bantul (75 desa), sudah mencapai UCI (Universal Child Immunization). Desa dikatakan UCI jika cakupan bayi mendapatkan imunisasi dasar di wilayah tersebut minimal 80%. Unit pelayanan imunisasi di Kabupaten Bantul melibatkan juga peran swasta. BPS (bidan praktek swasta), rumah bersalin, rumah sakit swasta dilibatkan dalam memberikan pelayanan imunisasi dasar. Dalam rangka memantau kualitas vaksin, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul melakukan kegiatan supervisi rutin ke unit pelayanan imunisasi baik pemerintah maupun swasta. Kegiatan ini meliputi pemantauan cold chain, pencatatan pelaporan, penyimpanan vaksin, serta pengelolaan limbah. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

42 % Pemerintah Kabupaten Bantul Gambar II.16 Cakupan Imunisasi DPT+HB Tahun Tahun DPT+HB DPT+HB DPT+HB1 DPT+HB3 Gambar II.17 Pencapaian Imunisasi di Kabupaten Bantul Tahun IH: ibu hamil Sumber: Dinas Kesehatan, 2010 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

43 3. Angka Kematian Ibu Melahirkan Program peningkatan dan Keselamatan Ibu bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu di Kabupaten Bantul mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun namun demikian karena tingkat partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan untuk pendampingan ibu hamil resiko tinggi dan peningkatan kualitas sarana prasarana kesehatan serta sumber daya manusia maka pada tahun 2010 Angka kematian ibu melahirkan dapat ditekan. Kecenderungan angka kematian ibu (AKI) sebagaimana disajikan pada Gambar II.18. Gambar II.18. Angka Kematian Ibu per Kelahiran Hidup Kabupaten Bantul Tahun Bantul Propinsi Nasional Sumber : Dinas Kesehatan, 2012 Angka kematian Ibu di Kabupaten Bantul pada tahun 2010 dilaporkan terjadi penurunan yang cukup tinggi (82,1 per KH). Dari grafik diatas terlihat bahwa upaya penurunan AKI di kabupaten Bantul sudah cukup berhasil. AKI pada tahun 2005 sebesar 109,65 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

44 per/ KH turun menjadi 82,07 per KH pada tahun Keberhasilan ini juga bisa dilihat bila dibandingkan AKI Propinsi DIY dan AKI nasional. AKI nasional tahun 2008 sebesar 228 per KH. Keberhasilan tersebut didukung pula oleh Program Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DBM4K) yang digulirkan oleh pemerintah daerah yang bertujuan untuk memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan kesehatan melalui pemberian dana penghargaan kepada desa-desa yang berhasil dalam penanganan masalah kesehatan utama yaitu bebas kematian ibu, kematian bayi, gizi buruk, kasus DBD dan penyakit TBC. Dalam mempercepat penurunan kematian ibu ini, diperlukan keterpaduan lintas program antara lain yaitu Program Perbaikan gizi Masyarakat, khususnya pada ibu hamil melalui pemberian PMT Pemulihan bagi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui penyiapan masyarakat dalam Desa Siaga, Ambulance Desa dan Donor Darah. 4. Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Pada tahun 2012, terjadi penurunan status gizi buruk pada balita, yaitu angka balita gizi buruk sebesar 0,26% dari seluruh balita (target DIY <1%). Dengan demikian, terlihat adanya peningkatan status gizi dibanding tahun 2011 yaitu angka gizi buruk sebesar 0,29%. Beberapa upaya terus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten, salah satunya melalui program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Balita Gizi Buruk berupa bantuan makanan tambahan selama 180 hari makan anak bagi 225 Balita serta kunjungan dan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

45 Angka Gizi Buruk (%) Pemerintah Kabupaten Bantul pemeriksaan oleh dokter ahli anak di Puskesmas. Selain itu, upaya perbaikan gizi juga dilakukan dengan PMT bagi 210 ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) untuk 90 hari makan. Berikut disajikan kecenderungan angka kasus gizi buruk dari tahun : Gambar II.19 Grafik Angka Gizi Buruk Balita Kabupaten Bantul Tahun Standar Bantul Strandar DIY Standar Nas Gizi Buruk Sumber : Dinkes 2010, diolah Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

46 c. Prioritas Intervensi dan Wilayah Sebaran kejadian kematian bayi di Kabupaten Bantul tahun tahun 2011 disajikan pada gambar berikut ini. Gambar II.20. Peta penyebaran Angka Kematian Bayi Tahun 2010 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2011 Kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Bantul kecuali wilayah kerja Puskesmas Sedayu 1. Angka Kematian Bayi yang tinggi yaitu lebih dari 22,5 per 1000 KH terdapat di 2 wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Banguntapan 2 dan Jetis 2. Adapun jumlah kematian balita pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 11 balita (0,19 permil), di mana tersebar di 8 kecamatan yaitu Banguntapan, Bantul, Jetis, Pandak, Imogiri, Sewon, Sedayu dan Piyungan. Selengkapnya penyebaran kasus kematian balita di Kabupaten Bantul tahun 2010 dapat dilihat pada gambar II.20. Pada tahun 2012 dilaporkan bahwa jumlah kematian balita sebanyak 11,6 permil, terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 2. Dengan demikian prioritas intervensi penanganan kematian balita dilakukan di wilayah kecamatan yang telah dipetakan tersebut. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

47 Adapun prioritas intervensi untuk kasus kematian ibu di Kabupaten Bantul Tahun 2012, terjadi pada beberapa wilayah kerja Puskesmas, dengan jumlh kasus terbanyak dilaporkan terjadi di wilayah kerja Puskesmas Dlingo 1. Gambar II.21. Penyebaran AKI Tahun 2010 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Bidang Pendidikan a. Perkembangan Antar Waktu Pembangunan bidang pendidikan merupakan salah satu program prioritas yang ada di Kabupaten Bantul. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Bantul telah menunjukkan keberhasilan. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain angka partisipasi kasar (APK), angka partisipasi murni (APM), angka partisipasi sekolah (APS), angka putus sekolah, dan angka melek huruf. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

48 1. Angka Partisipasi Kasar (APK) Untuk mengetahui keberhasilan program wajib belajar 9 tahun, dapat dilihat dari indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah penduduk pada usia sekolah, sedangkan APM adalah perbandingan jumlah siswa SD/MI usia 7-12 tahun dengan jumlah seluruh penduduk usia 7-12 tahun. Realisasi APK SD/MI tahun 2012 sebesar 92,91 %, hal ini menunjukan adanya kenaikan sebesar 0.52 % dari capaian tahun ,39%. APK SMP/MTs tahun 2011/2012 sebesar 87,53%. Realisasi APM SD/MI pada tahun 2012 adalah 80,87%, Adapun APM SMP/MTs tahun 2012 adalah 67,02%. Capaian APM seperti diatas bukan berarti bahwa anak usia 7-12 tahun dan anak usia tahun tidak bersekolah, akan tetapi dimungkinkan dari kelompok umur tersebut bersekolah di luar Kabupaten Bantul dan sudah masuk di jenjang yang lebih tinggi. Tingkat kelulusan jenjang SD/MI tahun 2012 mencapai 100% meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 99,99%, sedangkan kelulusan SMP dari peserta UN sebanyak siswa lulus siswa (99,66%) bisa melampaui capaian tahun 2011 sebesar 99,16%. Segala upaya telah dilakukan untuk meniadakan anak putus sekolah, namun dikarenakan banyaknya variabel yang mempengaruhi sehingga sampai dengan tahun 2012 belum bisa dituntaskan. Capaian angka putus sekolah pada tahun 2012 jenjang SD/MI sebesar 0,05% naik dari capaian tahun 2011 sebesar 0.04 % dan jenjang SMP/MTs tahun 2012 sebesar 0,11% turun dari capaian tahun 2011 sebesar 0.12%. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

49 APK merupakan indikator yang dapat memberikan gambaran umum mengenai banyaknya anak yang sedang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. APK di Kabupaten Bantul pada setiap jenjang pendidikan pada tahun disajikan pada Gambar berikut : Gambar II.22 APK di Kabupaten Bantul Pada Setiap Jenjang Pendidikan Tahun Sumber : Dinas Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan Menengah Non Formal, 2010 Dari Gambar tersebut dapat diketahui bahwa APK di Kabupaten Bantul pada setiap jenjang pendidikan pada tahun cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan APK tersebut menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bagi seluruh penduduk. Tahun 2010 berbarengan dengan Sensus Penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) didapatkan angka APK yang memiliki perbedaan dibandingkan dengan penghitungan APK yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul selama ini. APK SD dan MI adalah 91,48 (dengan perhitungan /81231), Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

50 sedangkan untuk APK SMP dan MTs adalah (dengan perhitungan /41306). Untuk SMA dan SMK adalah (belum termasuk paket C). Tahun 2011, APK SD dan MI adalah 105,12, sedangkan untuk SMP dan MTs adalah 98,26. Untuk SMA/SMK adalah 67,90 yang dipengaruhi oleh faktor masih cukup tingginya minat masyarakat atau penduduk Kabupaten Bantul untuk bersekolah di wilayah Kota Yogyakarta. Hal ini diatasi dengan cara memperbaiki image pendidikan di Bantul melalui peningkatan sarpras, kompetensi guru, sistem pembelajaran, dan biaya pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat. 2. Angka Partisipasi Murni (APM) APM merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat partisipasi murni sekolah penduduk usia sekolah. APM di Kabupaten Bantul pada setiap jenjang pendidikan pada tahun disajikan pada Gambar 22. Gambar II.23. APM di Kabupaten Bantul pada Setiap Jenjang Pendidikan Tahun Sumber : Dinas Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan Menengah Non Formal, 2010 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

51 Dari Gambar II.23 dapat dilihat bahwa APM di Kabupaten Bantul pada tahun cenderung mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bagi seluruh penduduk. Tahun 2012 berbarengan dengan Sensus Penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diperoleh data lonjakan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, sehingga didapatkan angka APM yang memiliki perbedaan dibandingkan dengan penghitungan APM yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul selama ini. APM SD dan MI adalah 89,03 (dihitung dari 72323/81231), sedang untuk SMP dan MTs adalah 74,63 (dihitung dari 25867/34661). Untuk SMA dan SMK adalah 43,80 (belum termasuk paket C). Pada Tahun 2011 ini, angka APM SD/MI adalah 96,37, sedangkan SMP/MTs adalah 77,98. Sementara APM SMA/SMK 50,27 dengan catatan perlu untuk dicermati bahwa data hasil sensus penduduk dari BPS Tahun 2010 didapat data yang melonjak sangat tinggi sehingga diperoleh APM yang kecil. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

52 3. Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS merupakan indikator yang digunakan untuk melihat banyaknya penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada. APS di Kabupaten Bantul pada tahun disajikan pada berikut : Tabel II.12 APS di Kabupaten Bantul pada Setiap Kelompok Usia Tahun Kelompok usia tahun (%) 102,36 100,54 102, tahun (%) 92,4 89,63 92, tahun (%) 53,98 62,05 63,44 Sumber : Dinas Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan Menengah Non Formal, 2010 Dari Tabel 4 tampak bahwa APS di Kabupaten Bantul pada kurun waktu cenderung mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, terutama berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bagi seluruh penduduk. 4. Angka Putus Sekolah Angka putus sekolah merupakan indikator yang mencerminkan anak usia sekolah yang tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Angka putus sekolah di Kabupaten Bantul dalam kurun waktu lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 5. Tabel II.13. Angka Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Bantul Tahun 2006/ /2009 Indikator 2006/ / /2009 SD 0,09 0,08 0,07 MI 0,09 0,14 0,08 SMP 0,33 0,40 0,20 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

53 MTs 0,92 1,2 0,44 SMA 0,41 0,25 0,09 MA 0,75 3,23 0,05 SMK 1,72 3,00 0,49 Sumber: Dinas Dikdas dan Dinas Dikmen dan Non Formal Kab Bantul, 2010 Gambar II.24. Angka putus sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK tahun SMA/MA/SMK SMP/MTs SD/MI Sumber: Dinas Dikdas dan Dinas Dikmen dan Non Formal Kab Bantul, 2010 Dengan jumlah siswa sebesar pada Tahun 2009, Angka Putus Sekolah SD/MI adalah 0,05 dengan tingkat kelulusan 99,98. Untuk SMP/MTs dengan jumlah siswa sebesar dengan angka putus sekolah 0,01, dan tingkat kelulusan 93,14. Untuk SMA/SMK/MA dengan jumlah siswa , angka putus sekolah adalah 1 dengan tingkat kelulusan 97,18. Tahun 2010 Angka putus sekolah SD/MI adalah 0.07 dengan tingkat kelulusan 99,98, untuk SMP/Mts adalah 0,18 dengan tingkat kelulusan 94,37, dan untuk jenjang SMA/SMK/MA adalah 1,01 dengan tingkat kelulusan 98,7. Tahun 2011 Angka Putus Sekolah SMA/SMK sebesar 0,83 dengan tingkat kelulusan 99,70 yang menunjukkan kecilnya hambatan atau gangguan bagi siswa selama sekolah sampai dengan tamat sekolah. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

54 5. Angka Melek Huruf Angka melek huruf diperoleh dengan membagi banyaknya usia 10 tahun ke atas yg bisa membaca dan menulis dengan seluruh penduduk berumur 10 tahun ke atas. Indikator ini menggambarkan mutu sumber daya manusia yang diukur dalam aspek pendidikan. Angka melek huruf di Kabupaten Bantul tahun disajikan pada Tabel berikut : Tabel II.14. Angka Melek Huruf di Kabupaten Bantul Tahun Uraian Jumlah Melek Huruf (orang) Persentase Melek Huruf (%) 98,34 98,71 99,15 99,60 Jumlah Penduduk seluruhnya (orang) Sumber : Dinas Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan Menengah Non Formal, 2010 Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa angka melek huruf di Kabupaten Bantul pada tahun mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan peningkatan mutu sumber daya manusia di Kabupaten Bantul. Tahun 2011 Angka melek huruf 91,03 yang menunjukkan sangat tingginya minat masyarakat untuk belajar. b. Relevansi dan Efektivitas Program Analisis perbandingan dan relevansi APK, APM dan Angka Putus Sekolah Kabupaten Bantul dan Provinsi DIY menunjukkan hasil bahwa dari ke-3 indikator tersebut pencapaian Kabupaten Bantul relatif sama pencapaian Provinsi DIY. Angka APK dan APM pada tiap jenjang pendidikan dari tahun ke tahun cenderung meningkat, sedang angka putus sekolah menurun sangat tajam. Tahun 2010 Angka Putus Sekolah tingkat SD di Kabupaten Bantul sebesar 0.07 sama dengan Angka Putus di tingkat provinsi Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

55 sebesar Hal tersebut menunjukkan keberhasilan program pendidikan dan sudah sinkronnya program pendidikan antara kabupaten dan provinsi. Gambar II.25. Perbandingan APK dan APM pada jenjang SD dan MI di Kabupaten Bantul dan Propinsi DIY Tahun APK SD/MI Kab Bantul APK SD/MI Prop DIY 60 APM SD/MI Kab Bantul 40 APM SD/MI Prop DIY Sumber: Dinas Dikdas dan Dinas Dikmen dan Non Formal Kab Bantul, 2010 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

56 Gambar II.26. Perbandingan APK dan APM pada jenjang SMP dan MTs di Kabupaten Bantul dan Propinsi DIY Tahun APK SMP/MTs Kab Bantul APK SMP/MTs Prop DIY APM SMP/MTsKab Bantul APM SMP/MTs Prop DIY Sumber: Dinas Dikdas dan Dinas Dikmen dan Non Formal Kab Bantul, 201 Gambar II.27. Perbandingan APK dan APM pada jenjang SMP dan MTs di Kabupaten Bantul dan Propinsi DIY Tahun APK SMA/MA/SMK Kab Bantul APK SMA/MA Prop DIY APM SMA/MA/SMK Kab Bantul APM SMA/MA Prop DIY Sumber: Dinas Dikdas dan Dinas Dikmen dan Non Formal Kab Bantul, 2010 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

57 Perlu diperhatikan bahwa penghitungan angka APK dan APM pada tabel diatas, pada tingkat Propinsi DIY pada jenjang SMA dan MA sedangkan di Kabupaten Bantul melibatkan jenjang SMA, MA, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bidang Infrastruktur Dasar a. Air Limbah/Sanitasi Sistem pembuangan air limbah di Kabupaten Bantul pada kegiatan domestik/rumah tangga maupun home industry saat ini masih dikelola secara individual/sendiri-sendiri (on site sanitation) yang dialirkan ke saluran pembuangan umum ke dalam tanah. Kenyataan tersebut dapat menimbulkan terjadinya pencemaran terhadap tanah dan air yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Adapun jumlah air limbah yang dihasilkan adalah sekitar 80 90% dari jumlah penggunaan air domestik. Sumber-sumber air limbah di Kabupaten Bantul berasal juga dari fasilitas umum dan industri. Pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Bantul di beberapa usaha industri sudah dilakukan untuk meminimalisir dampak terhadap pencemaran air, udara dan tanah. Pencemaran ini tentu saja perlu penanganan lebih lanjut termasuk juga pada limbah domestik dan home industry. Penetapan baku mutu dan pengelolaan, serta pengolahan air limbah sebelum dibuang merupakan alternatif terbaik yang menjamin kelangsungan dan kelestarian lingkungan di masa mendatang. Di Kabupaten Bantul terdapat pula industri-industri skala kecil, menengah dan skala besar yang dipertahankan sebagai salah satu sektor penunjang kegiatan ekonomi wilayah. Untuk itu selain pengolahan limbah sebelum dibuang, penyiapan jaringan limbah yang terencana perlu dilakukan terutama pada daerah-daerah yang dialokasikan sebagai wilayah industri. Beberapa upaya pengelolaan limbah dan jenis usaha tersebut sebagai berikut: Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

58 Volume Volume Upaya Penanganan Upaya Penanganan Air Limbah Kapasitas Ratarata per Hari Rata-rata/ Rata-rata/ Dibuang IPAL Bak Penanganan Tanpa Air Limbah Limbah Padat Limbah Padat No Jenis Usaha Nama Usaha Alamat Sentra Non Sentra Dimanfaatkan Unit Usaha Unit Usaha Langsung Individual Komunal Pengendap Lainnya Penanganan Jagalan, Banguntapan, (lt/hr) (kg/hr) pcs/hari ons/bulan (10 unit) (2 unit) Singosaren, 1 Elektroploting - Banguntapan, Pringgolayan pcs/hari ons/bulan (6 unit) (4 unit) 2 Tekstil (ATBM) Kurnia (ATBM) Padi Subur Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon Jln. Wates, Km 13,5 Sedayu, Argosari, Sedayu pcs/hari ons/bulan (10 unit) (10 unit) (4 unit) 1 20 lb/hari 1 m3/hari 1 40 lb/hari 2 m3/hari lb/hari 0,5 m3/hari (5 unit) (6 unit) 3 Batik Wijirejo, Pandak, Bantul 4 12 lb/hari 1 m3/hari 4 Tapioka Nangsri, Srihardono, Pundong 22 1 kwt/hari Pakan ternak (5 unit) (7 unit) Sayegan, Srihardono, Pundong 14 2 kwt/hari Pakan ternak (10 unit) (4 unit) 5 Tahu Bu Hari Greso, Trimurti, Srandakan 1 6 kwt/hari Pakan ternak KSM Sumber Rejeki Greso, Trimurti, Srandakan 13 1 kwt/hari Pakan ternak KSM Ngudi Lestari Gunungsaren, Trimurti, Srandakan 54 1 kwt/hari Pakan ternak (5 unit) (54 unit) Poncosari, Srandakan 20 1 kwt/hari Pakan ternak (14 unit) (6 unit) Ngoto, Bangunharjo, Sewon kg/hari Pakan ternak (komunal) Bogoran, Trirenggo, Bantul kg/hari Pakan ternak Baturetno, Banguntapan kg/hari Pakan ternak (7 unit) (3 unit) Panggungharjo, Sewon 3 1,5 kwt/hari Pakan ternak (1 unit) (2 unit) 6 Tempe Pendowoharjo, Sewon kg/hari Pakan ternak (10 unit) (15 unit) Panggungharjo, Sewon kg/hari Pakan ternak (6 unit) (10 unit) Poncosari, Srandakan kg/hari Pakan ternak (16 unit) (18 unit) Canden, Jetis kg/hari Pakan ternak (10 unit) (9 unit) 7 Krecek Segoroyoso, Pleret kg/hari (20 unit) (15 unit) Sumber: BLH Kabupaten Bantul, 2010 Tabel II.15. Jenis usaha industri dan penanganan limbah di Kabupaten Bantul Tahun 2008 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

59 Tabel II.16. Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kabupaten Bantul Tahun 2008 No Kegiatan Jenis Usaha Kapasitas Produksi Volume Limbah Keterangan 1 TPA - Piyungan Pembuangan akhir sampah 150 m3/hari Saluran irigasi S. Opak 2 IPAL - Sewon Instalasi pengolahan limbah RT m3/hari m3/hari S. Bedog 3 PT. Komitrando Pelapisan logam/electroplating pcs/hari 2 m3/hari Saluran irigasi 4 PT. Samitex Industri tekstil m/tahun m3/hari S. Winongo 5 PG. Madukismo Industri gula tebu ton/tahun 2-5 m3/jam S. Winongo Kecil 6 PS. Madukismo Industri alkohol/spiritus l/hari 5-7 m3/jam S. Bedog 7 PT. Bintang Alam Semesta Penyamaan kulit lmb/hari m3/bulan S. Opak 8 PT. Adi Satria Abadi Penyamaan kulit feet/bulan 250 m3/hari S. Opak 9 PT. Fajar Makmur Penyamaan kulit Saluran irigasi 10 PT. Digitone Industri tinta Saluran irigasi 11 PT. Pertamina UP IV Depot BBM 12 KRT. Daud Wiryo Hadinagoro Batik 20 lmb/bulan Disedot 13 Batik Indah Roro Jonggrang Batik 14 PT. Indo Hanzel Perkasa Gas Asitelin kg/tahun 282,6 m3/bulan S. Semampir 15 Balai Besar Kulit Karet dan Plastik Laboratorium dan Pelayanan Jasa Penyamaan Kulit 16 PS. Panembahan Senopati Rumah Sakit 160 tempat tidur 40 m3/hari Saluran drainase 17 RS. PKU Muhamadiyah Rumah Sakit 108 tempat tidur 580 m3/bulan S. Winongo Kecil 18 PT. Indokor Daya Mina Cold Storage S. Gadjahwong 19 PT. Indokor Bangun Desa Tambak udang 7,2 ton/tahun Pantai Pandansimo S. Opak Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

60 No Kegiatan Jenis Usaha Kapasitas Produksi Volume Limbah Keterangan 20 RS. Rajawali Citra Rumah Sakit 50 tempat tidur Saluran irigasi 21 RS. Permata Husada Rumah Sakit 30 tempat tidur Saluran irigasi 22 RSKIA. Ummi Khasanah Rumah Sakit 2 orang/hari Saluran irigasi Sumber: BLH Kabupaten Bantul, 2010 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

61 Jenis dan jumlah usaha industri sebagimana yang disajikan pada Tabel II.15, pada saat sekarang dimungkinkan banyak mengalami perubahan dalam hal jumlah maupun variasi jenis produksinya, namun hal ini terbatas pada pendataannya karena sebagian besar industri yang baru tumbuh bersifat home industry dan belum terkontrol oleh pemerintah daerah. Selain itu juga aspek regularitas masih belum mampu menunjukkan posisi dan kemapanan jenis usaha yang berkelanjutan. Ketersediaan sarana sanitasi rumah tangga berhubungan erat dengan kondisi kesehatan penduduk di wilayah Kabupaten Bantul serta menunjukkan tingkat kesadaran penduduk akan arti pentingnya kesehatan, dan kelestarian lingkungan. Ketersediaan kebutuhan sanitasi penduduk di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada jumlah/kuantitas dari sarana jamban keluarga/rumah tangga yang disajikan pada tabel berikut: Tabel II.17. Ketersediaan Sarana Jamban di Kabupaten Bantul Ketesediaan Jamban No Kecamatan M K H Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % KK 1 Srandakan 847 9, , , Sanden 509 4, , , Kretek , , , Pundong , , , Bambanglipuro 887 7, , , Pandak , , , Bantul , , , Jetis , , , Imogiri , , , Dlingo 805 8, , , Pleret , , , Piyungan , , , Banguntapan , , , Sewon , , , Kasihan , , , Pajangan , , , Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

62 No Kecamatan Ketesediaan Jamban M K H Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % KK 17 Sedayu , , , Jumlah/Rata-rata , , , Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2008 Berdasarkan data tersebut, secara umum dapat dikemukakan bahwa kondisi sanitasi penduduk di wilayah Kabupaten Bantul berdasarkan perbandingan jumlah dan kualitas kelayakan sarana sanitasi jamban keluarga, dalam kategori cukup memenuhi standar dan persyaratan kesehatan. Hal ini didasarkan bahwa prosentase rata-rata sarana jamban keluarga yang tidak memenuhi standard persyaratan kesehatan sebesar 15,70% dari keseluruhan jumlah KK pada tiap kecamatan; prosentase jumlah yang kurang memenuhi standar persyaratan kesehatan sebesar 18,73% dan yang memenuhi standar persyaratan kesehatan sebesar 54,51%. Selebihnya dari perhitungan dan pendataan tersebut diasumsikan belum memiliki jamban keluarga sendiri ataupun satu jenis sarana jamban digunakan untuk kebutuhan bersama-sama. Kecamatan Piyungan merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul yang mempunyai kondisi sarana jamban tidak layak (tidak memenuhi standar kesehatan) paling banyak, yaitu sejumlah buah; sedangkan jumlah yang paling sedikit dimiliki oleh keluarga di wilayah Kecamatan Sanden dengan 509 buah. Demikian juga halnya dengan perhitungan prosentasenya terhadap jumlah KK pada wilayah kecamatan yang bersangkutan, tampak kecenderungan dan posisi yang sama, yaitu Kecamatan Piyungan mempunyai prosentase jumlah jamban yang tidak memenuhi standard persyaratan kesehatan sebesar terbesar (34,92%) dan Kecamatan Sanden 4,92% (terkecil). Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

63 b. Air Minum/Air Bersih Penyediaan pengelolaan air bersih di Kabupaten Bantul dilaksanakan oleh Dinas PU bekerjasama dengan PDAM Kabupaten Bantul. Perkembangan jumlah pelanggan PDAM di Kabupaten Bantul tahun serta kapasitas terpasang dan kapasitas produksi PDAM Kabupaten Bantul tahun disajikan masing masing pada Gambar II.28 dan Gambar II.29. Gambar II.28 Perkembangan Jumlah Pelanggan PDAM Kabupaten Bantul Tahun Sumber: PDAM Kabupaten Bantul, 2010 Gambar II.29. Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Produksi PDAM Kab. Bantul Tahun Sumber: PDAM Kabupaten Bantul, 2010 (diolah) Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

64 Perbedaan kapasitas terpasang dan kapasitas produksi (Gambar 28) menunjukkanbahwa ketersediaan air bersih belum dimanfaatkan seluruhnya oleh masyarakat. Ketersedian air bersih pada tahun 2009 sebesar 267 liter/detik, sedangkan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebesar 178 liter/detik. Data tersebut menunjukan bahwa ketersediaan air sebesar 87 liter/detik (33,33% dari jumlah yang tersedia) belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Kapasitas terpasang dan kapasitas produksi PDAM pada tahun 2009 untuk setiap kecamatan disajikan pada Tabel 9. Dari tersebut dapat diketahui bahwa masing terdapat beberapa kecamatan yang belum terjangakau oleh layanan PDAM, yaitu Kecamatan Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, dan Pleret. Namun, Untuk penanganan di lokasi yang belum terjangkau jaringan PDAM dan daerahrawan kekeringan, selama 5 tahun terakhir telah dibangun Hidran Umum (HU), pembangunan Sistem Instalasi Perpipaan Air Sederhana (SIPAS). Selain itu, untuk mendukung kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun (Kasiba/Lisiba) Bantul Kota Mandiri dibangun sistem pengolahan air minum (SPAM) di IKK Pajangan. Tabel II.18. Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Produksi PDAM No Kecamatan Jenis Sumber Kab. Bantul Tahun 2009 Kapasitas Terpasang (liter/detik) Kapasitas Produksi (liter/detik) 1 Srandakan Sumur dangkal Sanden Kretek Pundong Bambanglipuro Pandak Sumur Dalam Bantul Sumur Dangkal Jetis Sumur Dangkal Imogiri Sumur Dalam Mata Air& Air Permukaan Sungai Dlingo 11 Pleret Sumur Dalam Piyungan Sumur Dangkal Banguntapan Sumur Dalam Sewon Sumur Dalam Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

65 No Kecamatan Jenis Sumber Kapasitas Terpasang (liter/detik) Kapasitas Produksi (liter/detik) 15 Kasihan Sumur Dangkal Pajangan Sumur Dalam Sedayu Air Permukaan Sungai JUMLAH Sumber: PDAM Kabupaten Bantul, 2010 c. Elektrifikasi Cakupan pelayanan listrik di Kabupaten Bantul telah mencapai 100%. Namun demikian berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK) belum mencapai 100%. khususnya di dusun yang terletak di lokasi terpencil. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul adalah dengan mengembangkan jaringan listrik dan inovasi sumber energi yang lain yaitu energiangin, energi surya, energi ombak, dan mikro hidro. Pada tahun 2009 jumlah sambungan listrik terpasang di seluruh Kabupaten Bantul sebanyak sambungan. Sebagian besar keluarga miskin di Kabupaten Bantul sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan rumah tangga. Namun banyak keluarga miskin yang belum memasang meteran sendiri dan menyalur listrik dari rumah tangga lain (tetangga, orang tua, atau saudara), meskipun ada juga beberapa keluarga miskin yang sudah mempunyai meteran sendiri. Keluarga miskin yang menyalur listrik dari rumah tangga yang berlangganan resmi memang tidak membayar per bulan. Akan tetapi, secara relatif mereka mengeluarkan biaya yang lebih banyak daripada si pemilik meteran yang berlangganan listrik secara langsung kepada PLN. Barangkali ini merupakan dilema yang dihadapi oleh mereka karena di satu pihak tidak mampu membayar biaya pasang instalasi listrik, tetapi di sisi lain merasa bahwa listrik merupakan kebutuhan vital, khususnya bagi penerangan rumah tangga. Sedangkan perkiraan kebutuhan beban tenaga listrik menurut analisis PLN Bantul secara global untuk kebutuhan rumah tangga menunjukkan tren Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

66 fluktuatif, yang dapat dicermati pada tabel di bawah ini. Tabel II. 19. Prakiraan Kebutuhan Beban Tenaga Listrik Kabupaten Bantul NO URAIAN SATUAN *) 1 Kebutuhan GWH rumah tangga GWH Komersial GWH Publik GWH Industri GWH *) Data sampai dengan bulan Juni 2011 Sumber : PLN Bantul Penggunaan listrik untuk rumahtangga didominasi oleh pengguna daya rendah, yaitu 450 Watt. Hal ini sejalan dengan kebijakan PLN yang mengalokasikan slot daya 450 watt untuk Rumah Tangga Miskin. Penggunaan daya mulai 450 sampai dengan >2.200 Watt dari tahun ke tahun meningkat. Hal ini seperti tergambarkan pada tabel berikut: Tabel II.20. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Kabupaten Bantul NO URAIAN *) 1 RT dengan daya 450 watt 92,686 92,331 92,405 2 RT dengan daya 900 watt 30,422 33,493 34,878 3 RT dengan daya watt 5,265 5,656 6,100 4 RT dengan daya watt 1,305 1,497 1,673 5 RT dengan daya > watt Total Jumlah Rumah Tangga menggunakan listrik 129, , ,455 *) Data sampai dengan Juni 2011 Sumber : PLN Bantul Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

67 Tabel II.21. Banyaknya Pelanggan Listrik, Daya Terpasang dan Energi Terjual Menurut Kecamatan di Kabupaten Bantul tahun 2010 No Kecamatan Banyaknya Pelanggan Daya Terpasang Energi Terjual 1 Srandakan 6,627 4,287, ,233 2 Sanden 7,389 4,489, ,015 3 Kretek 7,972 5,199, ,291 4 Pundong 7,773 4,709, ,321 5 Bambanglipuro 9,545 5,853, ,264 6 Pandak 10,661 6,362, ,218 7 Bantul 15,557 15,367,600 2,272,910 8 Jetis 12,987 8,563,500 1,133,462 9 Imogiri 12,536 8,069,420 1,040, Dlingo 7,050 4,777, , Pleret 9,909 6,804, , Piyungan 11,607 9,591,295 1,380, Banguntapan 28,096 31,530,459 4,790, Sewon 25,333 29,958,941 4,618, Kasihan Digabung dengan Sedayu Digabung dengan Sedayu Digabung dengan Sedayu 16 Pajangan 7,121 5,066, , Sedayu 37,743 42,029,731 6,392,890 Jumlah/Total 217, ,660,301 27,464, , ,963,152 25,651, , ,774,734 23,462, , ,363,072 21,307,164 Sumber : Bantul dalam Angka, BPS (2011) Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kecamatan dengan warna khusus adalah kecamatan yang terletak di lahan marjinal dan juga menjadi kantong kemiskinan di Kabupaten Bantul. Terlihat bahwa di wilayah tersebut banyaknya pelanggan, daya terpasang serta energi terjual rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

68 Dari tabel berikut dapat diketahui persentase kemampuan Keluarga Miskin per kecamatan dalam memenuhi kebutuhan listrik. Tabel II.22 Kemampuan Keluarga Miskin dalam Memenuhi Kebutuhan Kesehatan, Pendidikan, Air Bersih, dan Listrik Kesehatan Pendidikan Air bersih Listrik Jumlah KK Kretek 56,13 18,0 17,2 13, Sanden 3,44 0,97 15,11 19, Srandakan 19,72 8,72 11,23 19, Pandak 61,48 6,36 8,41 11, Bambanglipuro 0,00 0,00 29,89 19, Pundong 24,00 16,52 7,59 12, Imogiri 14,17 7,92 41,17 15, Dlingo 14,18 12,56 17,53 13, Jetis 49,63 5,20 22,50 12, Bantul 29,41 12,90 23,44 9, Pajangan 34,78 2,39 13,04 6, Sedayu 0,00 1,38 4,65 4, Kasihan 37,68 1,04 4,18 2, Sewon 43,01 1,17 12,20 6, Piyungan 93,79 1,48 3,72 3, Pleret 45,33 5,77 11,72 6, Banguntapan 82,73 5,28 33,41 1, Total 39,52 5,76 17,24 9, Sumber: TKPK Kabupaten Bantul, 2009 (Hasil Pendataan Keluarga Miskin Kecamatan per Desember 2009 Kabupaten Bantul, 2009) Sebenarnya rendahnya persentase kemampuan Keluarga Miskin dalam memenuhi kebutuhan listrik semata-mata bukan karena mereka sama sekali tidak menikmati layanan listrik. Mereka sebagian besar telah dapat menikmati layanan listrik dengan cara menyalur dari rumah terdekatnya, baik dari saudara maupun tetangga dekat. Sehingga data yang tersaji ini merupakan data resmi yang tergali dari pemasangan instalasi resmi yang dilakukan oleh PLN. Dari data tersebut, wilayah dengan penduduk padat kemampuan memenuhi kebutuhan listriknya di bawah 10%, hal ini tentu saja bukan karena faktor teknis, tetapi seperti diuraikan di atas karena kemudahan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

69 menyalur dari rumah terdekat, sehingga data resmi menunjukkan rendahnya pemasangan instalasi. Data ini paling tidak menujukkan fenomena yang mungkin terjadi di tempat lain sehingga menjadi catatan pemerintah Pusat sehingga dalam Program Penanggulangan Kemiskinan klaster IV dengan meluncurkan program listrik murah dan hemat. d. Sanitasi Seiring berkembangnya Kabupaten Bantul menjadi kawasan penyangga dalam RTRW Provinsi DIY dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat yang mengakibatkan peningkatan volume pencemar khususnya yang berasal dari buangan domestik, baik air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan limbah WC (black water). Sehingga baik dalam jangka pendek atau menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kabupaten Bantul. Pemerintah Kabupaten Bantul telah melakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta risiko kesehatan lingkungan. Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kabupaten dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Bantul. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

70 Gambar II. 30 Peta Kebutuhan Sistem Pengelolaan Air Limbah untuk Perencanaan Pengembangan Sistem Sumber : Bappeda, 2011 e. Air Minum Selanjutnya pengembangan pengelolaan air bersih di Kabupaten Bantul lebih banyak diarahkan untuk tujuan sebagai berikut : Meningkatnya pelayanan air bersih PDAM pada tahun Terbangunnya sarana air bersih bagi masyarakat yang tidak terlayani PDAM. Pengembangan infrastruktur air bersih di Kabupaten Bantul dilakukan oleh PDAM Kabupaten Bantul, yang dituntut meningkatkan pelayanan air bersih untuk masyarakat. Cakupan layanan PDAM hingga saat ini baru mencapai 18%. Dalam jangka panjang direncanakan seluruh masyarakat perkotaan akan mendapatkan pelayanan PDAM baik dari aspek kualitas, Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

PERMASALAHAN INSTRUMEN YG BERBEDA DIBERBAGAI JENJANG -PENGUMPULAN DATA REDUNDANT -DATA BELUM DI-SHARE

PERMASALAHAN INSTRUMEN YG BERBEDA DIBERBAGAI JENJANG -PENGUMPULAN DATA REDUNDANT -DATA BELUM DI-SHARE -PENGELOLAAN DATA INFO BELUM TERKOORDINIR -OVERLAP KEGIATAN & PENGELOLAAN DATA PERMASALAHAN INSTRUMEN YG BERBEDA DIBERBAGAI JENJANG -PENGUMPULAN DATA REDUNDANT -DATA BELUM DI-SHARE Deteksi dini Monitoring

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110 0 12 34 sampai 110 0 31 08 Bujur Timur dan antara 7 0 44 04 sampai 8 0 00 27 Lintang Selatan. Kabupaten

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 123 TAHUN 2013 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK/IBU ASUH PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 123 TAHUN 2013 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK/IBU ASUH PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 123 TAHUN 2013 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK/IBU ASUH PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa kemiskinan merupakan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (TKPKH) TAHUN 2015 BUPATI BANTUL Menimbang : a. dalam rangka

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (TKPKH) KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 BUPATI BANTUL Menimbang : a. dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL A. Letak Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari 5 kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.12,2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. Pembentukan. Susunan. Perangkat Daerah. Kabupaten Bantul. ( Penjelasan dalam

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 150 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 150 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 150 TAHUN 2014 TENTANG DATA KELUARGA MISKIN KABUPATEN BANTUL SAMPAI DENGAN BULAN DESEMBER TAHUN 2013 BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Bantul, Desember Kepala. Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP

Bantul, Desember Kepala. Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP KATA PENGANTAR Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan dalam rangka mencapai visi pembangunan Kabupaten Bantul Projotamansari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya penanggulangan kemiskinan, baik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN SE-KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkokoh

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA (BIDANG KESEHATAN) Disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI Jakarta, 23 November 2005 AGENDA PEMBANGUNAN AGENDA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 2013, No.892 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT DI DAERAH TERTINGGAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN BAGIAN 2. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN 25 TUJUAN 1: TUJUAN 2: TUJUAN 3: TUJUAN 4: TUJUAN 5: TUJUAN 6: TUJUAN 7: Menanggulagi Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mendorong Kesetaraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 205 A TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 205 A TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 205 A TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN STRUKTUR ORGANISASI, PENUNJUKKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI SERTA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam penanganannya membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Kemiskinan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 257 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Menindaklanjuti ketentuan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI BANTUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.52,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul. Perubahan keempat, Peraturan Bupati Bantul, Zona penempatan, menara telekomunikasi. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.34,2014 Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul. Perubahan,ketiga,Peraturan Bupati Bantul, zona penempatan, menara telekomunikasi. BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Di beberapa negara terutama negara berkembang, kesehatan ibu dan anak masih merupakan permasalahan besar. Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINANDI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

tkpk.bantulkab.go.id PENYUSUNAN DATA DAN PELAPORAN TPK DESA DAN PEDUKUHAN KECAMATAN PUNDONG PROFIL GAKIN 2013 JIWA TOTAL

tkpk.bantulkab.go.id PENYUSUNAN DATA DAN PELAPORAN TPK DESA DAN PEDUKUHAN KECAMATAN PUNDONG PROFIL GAKIN 2013 JIWA TOTAL tkpk.bantulkab.go.id PENYUSUNAN DATA DAN PELAPORAN TPK DESA DAN PEDUKUHAN KECAMATAN PUNDONG masbarep88@gmail.com 08819933880/0274-7411464 Fauzan mu arifin PROFIL GAKIN 2013 DESA KK TOTAL JIWA TOTAL KK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 47 Peraturan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011-2015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE NOVEMBER 2010

PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE NOVEMBER 2010 PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE-46 12 NOVEMBER 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua. Pertama-tama

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Bantul 1. Tinjauan Geografis Dilihat dari bentang alamnya, wilayah Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 PENANGGULANGAN KEMISKINAN 19 HLM, LD Nomor 4 SERI D TAHUN 2016 TENTANG ABSTRAK : - bahwa dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 5 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 5 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 5 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM 1. Latar Belakang dan Kondisi Umum 2. Dasar Hukum 3. Proses Penyusunan RAD 4. Capaian RAD MDGS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 2015 5. Permasalahan Pelaksanaan Aksi MDGS 6. Penghargaan yang Diperoleh

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci