Gambar 2.1 Evolusi dari Perkembangan Teori-teori Perdagangan Internasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 2.1 Evolusi dari Perkembangan Teori-teori Perdagangan Internasional"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Adam Smith: Keunggulan Absolut (1776) David Ricardo: Keunggulan Komparatif (1817) Paradoks Leontif (1950) Heckscher-Ohlin: Teori Proporsi Faktor Linder: Kemiripan Negara (1961) Raymond Vernon: Teori Siklus Produk (1966) Grubel & Lloyd: Teori Perdagangan Intra (1975) Krugman & Lancaster: Skala Ekonomis (1979) Michael Porter: Keuntungan Kompetitif dari Bangsa-bangsa (1990), Model-model Alternatif dan Teori Perdagangan Strategi Sumber: Tulus, 2004 Gambar 2.1 Evolusi dari Perkembangan Teori-teori Perdagangan Internasional

2 Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, perdagangan internasional adalah: Suatu kegiatan jual beli guna memperoleh keuntungan (perdagangan) yang dilakukan dengan melibatkan unsur-unsur dua negara atau lebih (internasional). Kalau diperluas makna memperoleh keuntungannya tidak melulu keuntungan secara finansial tetapi bisa juga keuntungan non finansial seperti untuk kepentingan promosi, persaingan usaha dan keuntungan strategis lainnya. Secara teoritis, perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien jika dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi segala jenis barang. Pola-pola perdagangan dunia yang terjadi mencerminkan perpaduan kedua motif ini Konsep Pra Klasik (Merkantilisme) Merkantilisme merupakan suatu kelompok aturan yang merupakan pencerminan cita-cita atau ideologi kapitalisme komersial. Kebijakan ekonomi merkantilisme pernah dianjurkan dan dipraktikkan oleh sekelompok negarawannegarawan Eropa pada abad keenambelas sampai pertengahan abad kedelapanbelas. Tujuan utama kebijakan merkantilis adalah pembentukan negara

3 nasional yang kuat dan pemupukan kemakmuran nasional untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan negara itu. Dalam sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilis berpusat pada dua ide pokok, yaitu: 1. Pemupukan logam mulia. Logam mulia dianggap identik dengan kemakmuran. Pemilikan logam mulia berarti kemakmuran dan juga kekuasaan. Merkantilisme juga menganjurkan akumulasi emas, karena emas dianggap sebagai kekayaan negara yang sebenarnya. Pada tingkat analisa yang lebih canggih, ada alsan-alasan yang lebih rasional. Dengan emas, raja dapat melengkapi serdadu-serdadu, membeli persediaan-persediaan dan mempertahankan angkatan laut yang diperlukan untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya dan memperoleh koloni-koloni. Lebih banyak emas berarti lebih banyak mata uang emas dalam sirkulasi dan lebih besar aktivitas perekonomian. Untuk mengakumulasikan emas, negara harus mendorong ekspornya dan membatasi/melarang impor, dengan demikian merangsang produksi nasional dan memperluas lapangan kerja. 2. Mempertahankan kelebihan nilai ekspor atas nilai impor. Bagi negara-negara yang tidak memiliki tambang-tambang logam mulia sendiri, sumber logam mulia adalah kelebihan nilai ekspor atas nilai impor. Karena itu suatu negara wajib berusaha untuk memperoleh suatu neraca perdagangan yang menguntungkan (favourable balance of trade). Untuk memperoleh neraca perdagangan yang menguntungkan, ekspor harus didorong, sedangkan impor

4 harus dibatasi. Ekspor logam mulia harus dilarang, karena tujuan utama perdagangan luar negeri ini adalah untuk memperoleh tambahan logam mulia. Dengan demikian para merkantilis berpendapat bahwa pemerintah seharusnya merangsang setiap ekspor dan membatasi impor. Karena tidak semua negara dapat mempunyai surplus ekspor dalam waktu yang bersamaan dan jumlah emas yang ada pada suatu tempat adalah tetap, maka suatu negara hanya dapat memperoleh keuntungan atas pengorbanan negara-negara lain Teori Klasik Keuntungan Absolut (Absolute Advantage) Adam Smith Pada akhir abad kedelapanbelas berbagai ide baru bermunculan dan berkembang. Teori klasik dalam perdagangan internasional dimulai dengan kritik Adam Smith terhadap kebijaksanaan ekonomi yang dilaksanakan oleh golongan merkantilis. Adam Smith mengemukakan adanya pembatasan kerja secara territorial (territorial division of labour) yang menjurus kepada spesialisasi, dan hal ini membawa pengaruh besar bagi perluasan pasar barang-barang negara tersebut serta akibatnya yang berupa spesialisasi internasional. Spesialisasi internasional dapat memberikan hasil berupa manfaat perdagangan (gains from trade) yang dapat timbul berupa kenaikan produksi serta konsumsi barang dan jasa. Dengan melakukan spesialisasi internasional, masing-masing negara akan berusaha untuk menekankan produksinya pada barang-barang tertentu yang sesuai dengan keuntungan yang dimilikinya.

5 Keuntungan alamiah (natural advantage) adalah keuntungan yang diperoleh karena suatu negara memiliki sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh negara lain, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Keuntungan yang diperkembangkan (acquired advantage) adalah keuntungan yang diperoleh karena suatu negara telah mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam menghasilkan produk-produk yang diperdagangkan yang belum dimiliki negara lain. Singkatnya, masing-masing negara yang melakukan perdagangan internasional akan didorong untuk melakukan spesialisasi dalam produksi barangbarang yang mempunyai keuntungan mutlak (absolute advantage). Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari/kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang tersebut. Keuntungan ini akan diperoleh apabila masing-masing negara mampu memproduksikan barang-barang tertentu dengan jam/hari/kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan seandainya barang-barang itu dibuat oleh negara lain. Adam Smith menyajikan absolute advantage (keunggulan mutlak) dengan menggunakan ilustrasi secara sederhana sebagai berikut: Tabel 2.1 Pengunaan tenaga kerja (orang) untuk menghasilkan per unit output dalam satuan waktu Negara Barang Jepang Indonesia X 8 10 Y 4 2 Sumber: Syahrir & Arifin Hamzah, 2008

6 Untuk menciptakan barang X per unit terungkap bahwa Jepang menggunakan tenaga kerja sebanyak 8 (delapan) orang, lebih sedikit dibandingkan Indonesia sebanyak 10 (sepuluh) orang tenaga kerja. Dengan demikian Jepang mempunyai keunggulan mutlak menggunakan tenaga kerja yang lebih sedikit dibanding Indonesia terhadap barang X. Sebaliknya untuk untuk barang Y, Indonesia lebih unggul secara mutlak dari Jepang. Perdagangan internasional antara Indonesia dan Jepang akan berlangsung dan memberikan keuntungan bagi kedua negara. Berarti pula bahwa Jepang konsentrasi atau spesialisasi menciptakan barang X dan tentunya terhadap barang Y. Jepang lebih murah memproduksi barang X sekaligus mengekspornya ke Indonesia. Sebaliknya, Indonesia lebih murah memproduksi barang Y dan sekaligus mengekspornya ke Jepang. Hal ini sekaligus member makna bahwa Jepang mengekspor barang X dan mengimpor barang Y dari Indonesia, begitu pun Indonesia sendiri akan mengimpor barang X dari Jepang. Teori Adam Smith mengenai keuntungan absolute tampaknya benar, akan tetapi hanya menerangkan bagian kecil dari perdagangan internasional. David Ricardo yang menerangkan bagian terbesar dari perdagangan dunia dengan hukum keunggulan komparatifnya Keuntungan Komparatif (Comparative Advantage) David Ricardo & John Stuart Mill Sumbangan utama David Ricardo terhadap pemahaman mengenai perdagangan internasional adalah bahwa menurutnya setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan internasional apakah ia memiliki atau

7 tidak memiliki atau tidak memiliki keunggulan absolutnya sendiri. Tulisannya di awal abad-19 menunjukkan gagasan-gagasannya yang sekarang dikenal dengan sebutan: Prinsip keunggulan komparatif: yaitu bahwa setiap negara atau bangsa seperti halnya orang, akan dapat memperoleh hasil dari perdagangannya dengan mengekspor barang-barang atau jasa yang merupakan keunggulan komparatif terbesarnya dan mengimpor barang-barang atau jasa yang bukan (kurang) merupakan keunggulan komparatif. Kata kunci di sini adalah komparatif, yang artinya relative atau tidak perlu ada yang dimutlakkan. Bahkan kalau pun ada negara yang lain sangat tidak produktif, mereka dapat saling menarik keuntungan dari perdagangan di antara keduanya atau melalui negara ketiga selama keunggulan (ketidakunggulan) mereka dalam menghasilkan barang atau jasa yang berbeda, itu hanyalah merupakan perbedaan dalam caranya. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi ekspor pada komoditi yang mempunyai kerugian absolute lebih kecil. Dari komoditi inilah negara tadi mempunyai keunggulan komparatif. Di pihak lain, negara tersebut sebaiknya mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian absolute lebih besar. Dari komoditi inilah negara tersebut mengalami kerugian komparatif. Tabel 2.2 Penggunaan tenaga kerja (orang) untuk menghasilkan satuan unit output per satuan waktu Negara Barang Jepang Indonesia X 2 10 Y 1 2 Sumber: Syahrir & Arifin Hamzah, 2008

8 Jepang memiliki keunggulan mutlak pada produksi barang X dan barang Y, karena untuk kedua komoditas tersebut Jepang lebih sedikit menggunakan tenaga kerja. Akan tetapi keunggulan mutlak Jepang lebih besar pada barang X daripada barang Y; terlihat bahwa 2/10 (20 persen) lebih kecil dari ½ (50 persen) atau kebutuhan tenaga kerja untuk memproduksi barang X di Jepang lebih murah dibanding produksi barang Y. Hal ini berarti bahwa Jepang memiliki keunggulan komparatif terhadap barang X daripada memproduksi barang Y. Sebegitu jauh, sebenarnya Jepang memiliki keunggulan mutlak atas Indonesia untuk memproduksi barang X dan barang Y. Untuk memproduksi barang X, Indonesia memerlukan 10/2 dan untuk barang Y dengan perbandingan 2/1. Menurut David Ricardo perdagangan dapat terjadi antara Jepang dan Indonesia karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada produksi barang Y disebabkan 2/1 atau 2 lebih kecil dari 10/2 atau 5. Di lain pihak, John Stuart Mill memiliki pendapat mengenai keunggulan komparatif yaitu: 1. Syarat menurut David Ricardo yang menyatakan bahwa masing-masing negara dapat menghasilkan satu satuan barang ekspornya lebih murah dari pada satu satuan barang yang diimpornya seandainya barang ini hanya dihasilkan sendiri, dapat dihilangkan tanpa mengurangi hasil analisisnya. 2. Dasar tukar internasional (Term of Trade) tidak perlu 1:1, tetapi harus terletak dalam batas-batas yang ditentukan oleh dasar tukar dalam negeri masingmasing negara.

9 Teori kaum klasik dalam perdagangan internasional berdasar atas asumsiasumsi, sebagai berikut: 1. Dua barang dua negara. Adam Smith, David Ricardo, dan J.S Smith menyederhanakan teori keuntungan absolute dan komparatif mereka dengan menggunakan anggapan ini. Anggapan dua barang dua negara tentunya jaug dari realistis, namun bukanlah suatu pembahasan yang tidak dapat diperbaiki. Dengan menggunakan analisa yang lebih kompleks, para ekonomis modern dapat menghilangkan anggapan ini dan menggantinya dengan n negara, n barang. 2. Nilai atas dasar tenaga kerja (labor theory of value). Kaum klasik menganggap bahwa nilai suatu barang tergantung hanya atas jumlah tenaga kerja (dalam jam/hari kerja) yang dibutuhkan untuk membuat barang itu. Anggapan ini sudah jelas tidak realistic, David Ricardo juga menyadarinya, tetapi bagi dia, modal tidaklah memiliki peranan yang penting, lagipula selama modal dan tenaga kerja dikombinasikan dalam proporsi yang tetap efeknya sama dengan penggunaan satu factor produksi, dalam hal ini tenaga kerja. 3. Ongkos produksi yang konstan. Ongkos produksi, menurut kaum klasik, adalah selalu konstan persatuan output, jadi tidak berubah dengan berubahnya output. Dengan demikian, berapapun sesuatu negara menghasilkan barang X, ongkos, boleh jadi harga, persatuannya adalah tetap. 4. Ongkos transportasi diabaikan (nol). Ongkos transportasi yang sangat besar dapat menyebabkan tidak terjadinya perdagangan antarnegara. Setidaktidaknya adanya ongkos transportasi akan mengurangi volume perdagangan

10 antarnegara serta mempersempit jangkauan barang-barang yang diperdagangkan antarnegara dan memperlebar jangkauan barang-barang yang dihasilkan dan dijual di pasar dalam negeri. 5. Faktor-faktor produksi dapat bergerak bebas di dalam negeri, tetapi sama sekali tidak dapat berpindah melalui perbatasan negara. Anggapan ini telah memaksa kaum klasik untuk menerapkan dua teori yang berlainan untuk pasar yang berlainan. Untuk pasar dalam negeri, barang yang dipertukarkan sematamata atas dasar ongkos produksi/ongkos tenaga kerja dan atas dasar teori keuntungan/ongkos mutlak, sedangkan untuk perdagangan antarnegara,di samping ongkos produksi juga masih ditentukan oleh permintaan timbale balik dan atas dasar teori keuntungan/ongkos komparatif. 6. Persaingan sempurna di pasar barang-barang maupun di pasar factor-faktor produksi. David Ricardo sebenarnya juga menyadari bahwa persaingan sempurna di pasar-pasar barang-barang dan factor-faktor produksi tidaklah benar-benar ada, namun dia mengira bahwa system harga yang berlaku akan mampu untuk mengatur alokasi barang-barang serta factor-faktor produksi, sedemikian rupa sehingga factor-faktor produksi itu akan dipakai atas dasar penggunaanya yang paling baik/paling efisien. 7. Distribusi pendapatan tidak berubah. David Ricardo berpendapat bahwa perdagangan internasional akan membawa manfaat bagi masing-masing negara yang ikut berdagang sehingga dengan demikian juga memberikan manfaat bagi dunia seluruhnya.

11 8. Perdagangan dilaksanakan atas dasar barter. Bagi ahli ekonomi klasik, uang hanyalah merupakan cadar yang menutupi hubungan-hubungan ekonomi yang sebenarnya, walaupun dalam jangka pendek unsure-unsur moneter menduduki peranan yang sangat penting. Dengan demikian dalam teori perdagangan internasional, kaum klasik kita dapati dikotomi. Di satu pihak kita dapati mekanisme penyeimbangan kembali neraca pembayaran yang bersifat dinamis dan hanya berlaku dalam jangka pendek, dan di lain pihak kita mengenal teori ongkos komparatif (barter) yang bersifat static dan hanya berlaku dalam jangka panjang. 9. Tidak ada perubahan teknologi. Dalam pemikiran David Ricardo, ekonomi dunia adalah statis. Sekali suatu negara mengetahui di mana letak barangnya yang memiliki ongkos komparatif, maka negara itu akan berusaha untuk melakukan spesialisasi dalam produksi barang itu, dan mengutamakan produksi barang itu selama-lamanya. Jadi menurut Ricardo, ongkos komparatif tidak akan berubah karena adanya pengembangan teknologi atau karena adanya pembangunan ekonomi Teori Modern Perdagangan Internasional Heckscher-Ohlin Teori modern dalam perdagangan internasional dikemukakan pertama kali oleh Bertil Ohlin tahun 1933 dalam bukunya Interregional and International Trade, yang sebagian tulisannya didasarkan atas tulisan gurunya, Eli Heckscher, yang ditulisnya dalam sebuah artikel pendek pada tahun Dengan demikian, pionir teori modern dalam perdagangan internasional dikenal sebagai Heckscher- Ohlin. Teori Heckscher-Ohlin menekankan pada perbedaan relative factor

12 pemberian alam dan harga factor produksi antarnegara sebagai determinan perdagangan yang paling penting (dengan asumsi bahwa teknologi dan cita rasa sama). Mengutip kata-kata Ohlin sendiri, teori Heckscher-Ohlin mengenai pola perdagangannya itu menyebutkan: Komoditi yang dalam proses produksinya menuntut lebih banyak [factor yang melimpah] dan lebih sedikit [factor yang langka] akan diekspor untuk ditukarkan dengan komoditi yang dalam proses produksinya menuntut factorfaktor dalam proporsi yang berlawanan. Jadi, secara tidak langsung, factor-faktor dalam sediaan yang berlebihandiekspor dan factor-faktor dalam sediaan lamgka diimpor. (Ohlin dalam Lindert, 1933, hal 92). Untuk menilai secara cermat argument yang tampaknya mudah dimengerti dan mudah pula diuji kebenarannya itu, kita memerlukan defenisi tentang apa yang dimaksud dengan kelimpahan factor dan intensitas pemakaian factor-faktor itu: Sebuah negara dinyatakan melimpah tenaga kerjanya kalau negara itu memiliki ratio tenaga kerja yang lebih tinggi dari factor-faktor lain dibandingkan ratio yang dimiliki negara lain. Sebuah produk dinyatakan padat karya kalau biaya tenaga kerjanya mengambil bagian terbesar dari nilai produk itu secara keseluruhan dibandingkan bagian yang diambilnya dari nilai produk-produk lain.

13 Heckscher-Ohlin tampaknya lebih cenderung menekankan bahwa perbedaan dalam biaya komparatif hanya dapat dijelaskan dengan mengetahui perbedaan dalam proporsi factor-faktor yang digunakan dalam produksi. Sebagai contoh: Negara Indonesia yang memiliki relative banyak tenaga kerja, sedang modal relative sedikit sebaiknya menghasilkan dan mengekspor barang-barang yang relative padat karya. Sedangkan Amerika Serikat, sebaliknya mengekspor barang-barang yang relative padat modal dan mengimpor barang-barang yang relative padat karya. Jadi, kalau harga tenaga kerja (upah) dinyatakan dengan HTK 1 di negara A dan HTK 2 di negara B, dan harga modal sebagai HM 1 dan HM 2. Maka teori H-O menyatakan bahwa: Penjelasan: HTK 1 HTK 2 < HM 1 HM 2 ( HTK 1 HM 1 < HTK 2 HM 1 ) Proporsi harga tenaga kerja terhadap harga modal di negara A lebih murah dari pada ratio harga tenaga kerja terhadap harga modal di negara A berarti bahwa tenaga kerja relative lebih murah di negara A sedang modal relative lebih murah di negara B, maka negara A akan mengekspor barang yang padat karya, dan negara B akan mengekspor barang yang padat modal. Pembuktian teori H-O ini dimulai dengan catatan bahwa selera, harga barang ditujukan untuk pasar bebas, dan pola konsumsi dari kedua negara harus sama. Andaikata kedua negara tersebut memproduksi dengan rasio yang sama dengan yang mereka konsumsi, termasuk dengan yang tidak diperdagangkan (tidak diekspor), maka situasi ini dapat terlihat pada titik C dan D dalam

14 edgeworth box pada Gambar 2.2, yang memperlihatkan bahwa negara A sebagai negara kecil (berkembang) yang padat karya terletak pada dasar pojok kiri kotak, sebaliknya bagi negara B (maju) yang melimpah modal. K* OM* C K D OM Oc L L* Sumber: Halwani, 2005 Gambar 2.2 Edgeworth Box Jelaslah, bahwa apabila C dan D menunjukkan rasio yang sama dari produksi X/M dalam duan negara, maka garis slopenya dari Ox menuju ke C harus lebih besar daripada garis OX ke D. Hal ini berarti bahwa rasio K/L untuk produksi X dari negara B (ditunjukkan oleh garis slope dari Ox ke C) harus lebih besar daripada rasio negara A. Hal tersebut berarti juga bahwa rasio K/L di negara B akan lebih besar daripada di negara A untuk produksi M. Dengan kata lain apabila rasio produksinya sama, maka produksi padat modal akan lebih besar pada sector industry bagi negara yang melimpah modal.

15 Bagi negara yang produksinya lebih padat modal, dengan opportunity cost lebih rendah, maka pengorbanan yang diperlukan lebih ringan dibanding dengan barang-barang hasil produksi padat karya dalam memperkuat peningkatan marginal output dari barang-barang tersebut. Hal ini merupakan opportunity cost yang lebih tinggi untuk barang yang padat modal dengan rasio K/L lebih besar. Opportunity cost untuk M harus lebih rendah untuk negara B, sedangkan untuk X harus lebih rendah di negara A. Apabila rasio produksinya sama, maka sepanjang garis KKP (Gambar 2.3) menunjukkan opportunity cost-nya lebih rendah untuk M, ini ditunjukkan dengan lebih tingginya KKP (sepanjang garis OR) yang berarti bahwa pengorbanan untuk X lebih besar daripada M. Dengan demikian KKP untuk B lebih tinggi daripada A. Apabila OR merupakan garis yang mewakili ekuilibrium untuk negara besar B, berarti social indifference curve-nya menyentuh KKP, titik produksi P pada A harus terletak sebelah kanan OR. Walau bagaimana pun, titik konsumsi A harus terletak pada OR (seperti karakteristik dari harga dan selera), sehingga A harus memproduksi lebih banyak barang hasil produksi padat karya (untuk barang X) daripada yang dikonsumsi, kemudian mengekspor lebih banyak barang M (yang padat modal) daripada yang dikonsumsi. Walaupun dalam gambar tidak meunjukkan perbedaan sifat asumsi bahwa negara B relative besar daripada negara A seperti distribusi OR sepanjang KKP dari B yang tidak significant.

16 M R B K P O Sumber: Halwani, 2005 X Gambar 2.3 Kurva Dua Kemungkinan Produksi 2.2 Impor Impor adalah arus masuk dari sejumlah barang-barang dan atau jasa ke dalam sebuah pasar suatu negara, baik untuk keperluan konsumsi ataupun sebagai barang-barang modal atau bahan baku produksi dalam negeri. Komoditas impor Indonesia dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu impor komoditas migas dan kelompok komoditas non migas Komposisi Impor Barang Berdasarkan laporan indikator Indonesia komposisi impor menurut golongan penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu: 1) Impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan yang belum mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat

17 angkut bukan industri, barang tahan lama, barang setengah tahan lama serta barang tidak tahan lama. 2) Impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas, serta suku cadang dan perlengkapan. 3) Impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil penumpang dan alat angkut untuk industri Kebijakan Impor Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi dan kelancaran usaha untuk melindungi/mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa. Tindakan pemerintah ini disebut juga proteksi yang merupakan upaya pemerintah mengadakan perlindungan pada industri-industri domestik terhadap masuknya barang impor dalam jangka waktu tertentu. Proteksi bertujuan melindungi, membesarkan atau mengecilkan kelangsungan industri dalam negeri yang berlaku dalam perdagangan umum. Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan sebagai berikut: A. Kebijakan Tariff Barier Tarif adalah pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk untuk dipakai atau dikonsumsi habis di dalam negeri.

18 Tariff Barier dalam bentuk bea masuk adalah sebagai berikut: 1. Pembebasan bea masuk/tarif rendah antara 0% sampai 5% yang dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti beras, mesin-mesin vital, alat-alat militer, dan lain-lain. 2. Tarif sedang antara >5% sampai 20% yang dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang lain yang belum tentu cukup diproduksi di dalam negeri. 3. Tarif tinggi di atas 20% dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok. B. Kebijakan Nontariff Barrier Kebijakan Nontariff Barrier adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional. Secara garis besar, kebijakan nontariff barrier dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Instrumen Kebijakan Nontariff a. Pembatasan spesifik (specific limitation), yaitu: larangan impor secara mutlak, pembatasan impor (quota system), peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu, peraturan kesehatan/karantina, peraturan pertahanan dan keamanan negara, peraturan kebudayaan, perizinan impor (import lisence), embargo, hambatan pemasaran seperti Voluntary Export Restraint dan Orderly Marketing Agreement.

19 b. Peraturan bea cukai (customs administration rules), yaitu: tata laksana impor tertentu (procedure), penetapan harga pabean (costoms value), penetapan forex rate (kurs valas) dan forex control (pengawasan devisa), packaging formalities, labelling regulation, documentation needed, quality testing, fees, dan tariff classification. c. Government participation, yaitu: kebijakan pengadaan pemerintah, subsidi dan insentif ekspor, domestic assistance pro-ams, tradediverting. d. Import charges, yaitu: import deposites, supplementary duties, variable lasses. 2. Sistem Kuota dan Efek-efek Kuota Kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan barang (kuota impor) dan pengeluaran barang (kuota ekspor) dari atau ke suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan konsumen. Menurut ketentuan GATT (General Agreement Term of Trade) atau WTO, sistem kuota ini hanya dapat digunakan dalam hal sebagia berikut: a. Untuk melindungi hasil pertanian b. Untuk menjaga keseimbangan balance of payment c. Untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional 3. Subsidi Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk menitikberatkan perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk

20 keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dan lain-lain yang bertujuan sebagai berikut: (a) Menambah produksi dalam negeri, (b) Mempertahankan jumlah konsumsi dalam negeri, (c) Menjual dengan harga lebih murah daripada produk impor. 2.3 Kurs atau Nilai Tukar (Exchange Rate) Uang masing-masing negara memiliki harga yang diukur oleh uang negara-negara lain. Hal inilah yang disebut nilai tukar (exchange rate), yaitu perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang. Sebagai contoh adalah kurs antara rupiah dan dollar menunjukkan sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu dolar, atau Rp/$. Jadi, suatu mata uang dikatakan sebagai valuta asing tergantung dari siapa yang melihat. Secara lebih luas, valuta asing dapat diartikan sebagai seluruh kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat dibayar di luar negeri, baik berupa simpanan pada bank di luar negeri maupun kewajiban dalam mata uang asing. (Berlianta, 2004) Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currrency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. Hard currency pada umumnya berasal dari negara-negara industri maju, seperti USD, JPY, DEM, GBP, FRF, AUD, dan SFR. Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil

21 dan sering mengalami depresi atau penurunan nilai terhadap mata uang lainnya. Soft currency ini pada umumnya berasal dari negara-negara yang sedang berkembang, seperti Rupiah Indonesia, Peso Filipina, Bath Thailand, dan Rupee India Faktor-faktor yang Menentukan Nilai Tukar Kurs valuta asing akan ditentukan oleh mekanisme perubahan permintaan (demand) dan penawaran (supply valas) foreign currency. Mekanisme secara langsung sebagai berikut: 1. Penawaran valuta asing ditentukan oleh: a. Ekspor barang dan jasa yang dihasilkan valuta asing b. Impor modal (capital import) dan transfer valas lainnya dari luar negeri ke dalam negeri. 2. Permintaan atau demand valas akan ditentukan oleh: a. Impor barang dan jasa yang memerlukan valuta asing b. Ekspor modal (capital export) dan transfer valas lainnya dari dalam ke luar negeri. Sedangkan secara tidak langsung penawaran (supply) dan permintaan (demand) valas akan dipengaruhi oleh tingkat income, peraturan dan kebijakan pemerintah, spekulasi / ekspektasi / isu / rumor, serta beberapa hal berikut ini: 1. Posisi BOP (Balance of Payment) dan BOT (Balance of Trade) Balance of Payment adalah suatu neraca yang terdiri atas keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian internasional suatu negara, baik yang bersifat komersial maupun finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu.

22 BOP ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk, pemerintah dan pengusaha dalam negeri dan pihak dalam negeri dan pihak luar negeri, seperti transaksi ekspor dan impor, investasi portofolio, transaksi antarbank sentral, dan lain-lain. Indikator umum yang sering digunakan adalah neraca berjalan (current account) yang terdiri atas BOP, service account, dan uunilateral account. Transaksi impor pada current account dicatat sebagai transaksi debit atau negatif karena mengeluarkan devisa. Dalam BOP dicatat seluruh transaksi ekspor impor dengan ketentuan bahwa ekspor barang dicatat sebagai transaksi kredit atau positif, dan impor barang dicatat sebagai transaksi debit atau negatif. 2. Tingkat inflasi (PPP Theory) Pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs valas ini dapat dijelaskan berdasarkan teori purchasing power parity atau teori paritas daya beli. Penjelasan teori ini didasarkan pada the law of one price, yaitu hukum yang menyatakan bahwa harga produk yang sama di dua negara yang berbeda akan sama pula bila dinilai dalam mata uang yang sama. Teori ini dikenal sebagai teori purchasing power parity (PPP) absolute. Misalnya, harga 1 kg buah apel USA pada dua tempat sebagai berikut: Jakarta Rp8.000 New York $ 1 Ini berarti bahwa harga 1 kg apel USA = Rp = $ 1 Dengan demikian, kurs valas Rp/$ berdasarkan paritas daya beli dari masingmasing mata uang adalah sebesar Rp 8.000,-/$. Namun pada kenyataannya sering terbukti bahwa forex rate yang diperhitungkan berdasarkan teori PPP

23 absolut tersebut tidak sesuai dengan kurs valas yang ditetapkan pemerintah. Dalam hal demikian, terjadi apa yang dikenal dengan overvavaluation dan undervaluation seperti yang ditunjukkan oleh grafik di bawah ini. Kurs Rp/$ Rp 9000/$ S $ Rp 8000/$ Rp 7.000/$ D $ 0 $1 $2 $3 Q $ Gambar 2.4 Overvaluation dan Undervaluation Keterangan: Q $ = Kuantitas USD S $ = supply USD D $ = demand USD Berdasarkan teori PPP absolut kurs valas adalah Rp 8.000,-/$. Namun, apabila pemerintah menetapkan atau mempertahankan kurs valas sebesar Rp 7.000,-/$ maka dikatakan nilai rupiah overvaluation, sedangkan USD undervaluation. Sebaliknya, apabila pemerintah menetapkan atau mempertahankan kurs valas sebesar Rp 9.000,-/$ maka dikatakan nilai rupiah undervaluation, sedangkan USD overvaluation.

24 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penilaian overvaluation ataupun undervaluation suatu mata uang harus dilihat dari aspek domestic currency (Rp) maupun foreign currency (USD). 3. Tingkat bunga (IRP Theory) Interest Rate Parity (IRP) adalah salah satu teori yang paling dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan antara bursa valas (forex market) dan pasar uang internasional (money market). Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga (sekuritas) pada international money market akan cenderung sama dengan forward rate premium atau discount. Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat ditentukan berapa perubahan kurs forward atau forward rate (FR) dibandingkan dengan spot rate (SR) bila terdapat perbedaan tingkat bunga antara home country dan foreign country Penyesuaian Kurs Perubahan nilai kurs yang terjadi pada prinsipnya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran valuta asing pada suatu tingkat harga tertentu. Perubahan ini tidak dapat dihindari sehingga dijumpai pihak yang dirugikan dan diuntungkan, untuk itu diperlukan penyesuaian. System penyesuaian kurs atau disebut juga system penyesuaian internasional, dalam perkembangannya meliputi: 1. Sistem nilai tukar yang diadakan di Bretton Woods, New Hampshire Amerika Serikat pada tahun 1944 dirancang untuk memastikan tujuan-tujuan ekonomi

25 dalam negeri tunduk pada tekanan keuangan global. Beberapa hal yang telah disepakati dalam sistem ini antara lain adalah sebagai berikut: a. Amerika Serikat (AS) akan mengaitkan mata uangnya USD dengan sejumlah tertentu emas. Waktu itu ditetapkan sebanyak 35 USD per ounce emas. b. Negara-negara lain dapat mengaitkan nilai mata uangnya dengan emas atau mata uang USD. Mata uang negara lain berfluktuasi sebesar 1% terhadap USD. c. Negara-negara lain dapat menyimpan cadangannya dalam bentuk emas maupun dalam bentuk mata uang USD. Biasanya mereka menyimpan cadangan mereka dalam bentuk USD dengan pertimbangan bahwa menyimpan dalam bentuk USD mendapat bunga dibandingkan dalam bentuk emas yang tidak mendapatkan apa-apa. d. Amerika Serikat akan menjual emas dalam jumlah tertentu yang tetap kepada pemilik uang dollar yang sah. e. Begitu mata uang negara lain ditentukan nilai tukarnya, maka pemerintah wajib memelihara nilai tukar tersebut sehingga nilainya tetap. Cara yang ditempuh adalah dengan mengadakan intervensi pada pasar valuta asing. Sebagai contoh apabila nilai tukar mata uangnya jatuh maka pemerintah akan menjual cadangan devisa negara tersebut. f. Didirikan International Monetary Fund (IMF) guna membantu bank sentral yang mengalami kesulitan keuangan dengan memberikan pinjaman sementara.

26 Meskipun mempunyai beberapa kelemahan, sistem ini memberikan stabilitas keuangan yang memadai dan pertumbuhan ekonomi selama periode tertentu. 2. Fixed Exchange Rate System (gold standard) Suatu negara yang memakai standar emas adalah bilamana nilai mata uangnya didasarkan pada nilai sejumlah emas tertentu. Standar emas sebenarnya tidak dirancang secara sengaja, standar ini terjadi dengan sendirinya dalam perekonomian. Emas menjadi standar moneter karena komoditi ini secara umum dapat diterima dan banyak negara menggunakan sebagai mata uang. Selama semua negara menggunakan standar emas, masyarakat akan dapat melakukan pembayaran kepada orang lain di negara lain. Standar emas diharapkan dapat memelihara keseimbangan pembayaran internasional dengan penyesuaian tingkat harga pada suatu negara. Bila suatu negara yang mengalami defisit neraca pembayaran karena impornya (pembelian) dari negara lain melebihi nilai ekspornya (penjualan) ke negara lain. Sistem nilai tukar standar emas menggolongkan tingkat nilai tukar mata uang sebagai berikut: a. Kurs mint parity, menunjukkan perbandingan berat emas yang dikandung mata uang-mata uang yang berbeda. b. Kurs ekspor emas, nilai tukar pada titik ini merupakan kurs tertinggi dalam sistem standar emas yang ditandai adanya aliran emas keluar dari negara tersebut.

27 c. Kurs titik impor emas, ditandai adanya aliran emas masuk ke negara tersebut dan merupakan kurs terendah dalam sistem standar emas. d. Kurs valuta asing yang terjadi, merupakan tingkat nilai tukar yang benar-benar terjadi. 3. Fluctuating/Floating Exchange Rate System (paper standard) Sistem ini disebut juga sebagai sistem kurs mengambang, dan membiarkan kurs bergerak menurut mekanisme pasar. Bahwa perubahan nilai kurs terjadi disebabkan oleh kekuatan permintaan di satu sisi dan kekuatan penawaran di sisi lain, berarti semata-mata kurs ditentukan oleh kedua pelaku tersebut. Perubahan harga barang ekspor dan impor pada pasar perdagangan internasional mengakibatkan perubahan nilai ekspor dan impor yang akan mempengaruhi harga barang di dalam negeri. Konsekuensi perubahan harga barang ini mengakibatkan terjadinya perubahan nilai kurs secara langsung. Mekanisme penyesuaian melalui sistem ini merupakan sistem penyesuaian jangka pendek, terjadi apabila permintaan terhadap valuta asing tertentu meningkat lebih besar daripada penawaran maka nilai kurs akan naik atau sebaliknya. Pada sistem ini diharapkan bahwa apabila kurs valuta asing terus naik, maka diharapkan impor akan berhenti sendiri, karena dengan naiknya kurs valuta asing barang-barang impor menjadi mahal sehingga menjadi kurang menarik bagi konsumen atau paling tidak dihindari oleh konsumen karena

28 harganya lebih tinggi. Sistem ini tidak mempunyai alat penghalang seperti emas pada sistem standar emas. Biasanya valuta-valuta ini tidak konvertibel. Dalam praktek terdapat dua jenis Floating Exchange Rate System, yaitu: 1. Free Floating Exchange Rate System. Dalam sistem nilai tukar dibiarkan bergerak bebas. Pergerakannya sepenuhnya tergantung dari kekuatan penawaran dan permintaan di pasar. Bank sentrl tidak melakukan intervensi ke pasar guna mempengaruhi nilai tukar mata uangnya. Pada sistem ini, perubahan nilai tukar tidak akan mempengaruhi cadangan devisa negara itu karena begitu ada perubahan penawaran atau permintaan akan berdampak langsung pada naik-turunnya nilai tukar valuta. 2. Managed (Dirty) Floating Exchange Rate System Berbeda dengan sistem di atas maka pada sistem ini bank sentral dapat melakukan intervensi ke pasar guna mempengaruhi pergerakan nilai tukar valuta. Bank sentral melakukan intervensi ini biasanya disebabkan karena pergerakan kurs valuta dipandang tidak menguntungkan bagi perekonomian negara tersebut sehingga perlu dilakukan intervensi untuk mencegah akibat yang lebih buruk lagi. Pada sistem ini naiki turunnya cadangan devisa ditentukan oleh ada tidaknya intervensi bank sentral ke pasar.

29 3. Exchange Control System (pengawasan devisa) Dalam keadaan/situasi tertentu pemerintah merasa perlu untuk mengadakan peraturan-peraturan yang membatasi kebebasan lalu lintas devisa. Tindakan pemerintah langsung ditujukan kepada tingginya kurs dan kepada jumlah devisanya. Alasan untuk restriksi atau membatasi di dalam kebebasan lalu lintas devisa adalah: a. Untuk menghemat pemakaian devisa b. Untuk menjamin pelaksanaan impor barang-barang esensial c. Untuk mencegah pelarian modal d. Untuk menjamin pelaksanaan debt service pemerintah e. Untuk stabilisasi kurs f. Untuk memiliki kekuatan dalam perundingan-perundingan politik/ekonomi dengan negara lain. g. Untuk dipakai sebagai alat pengatur/pengarah kegiatan ekonomi nasional. 2.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu wilayah/region (dalam hal ini provinsi) dihitung dan dimasukkan, tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan/balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut.

30 Hubungan antara pendapatan dan impor ini untuk berbagai negara, dan termasuk provinsi adalah sangat besar/kuat. Namun, untuk beberapa negara (umumnya negara transisi) atau provinsi dapat sangat kecil/lemah sekali, tetapi pada umumnya pendapatan dan impor bergerak sejajar. Dengan pendapatan yang bertambah, orang mendapatkan kesempatan untuk membeli lebih banyak keperluannya di luar negeri. Sebaliknya dengan pendapatan yang bertambah, orang mendapatkan kesempatan untuk membeli lebih banyak keperluannya di luar negeri. 2.5 Jumlah Penduduk Jumlah penduduk dipandang sebagai kumpulan manusia, dan perhitungannya disusun menurut bentuk statistik tertentu. Jumlah penduduk yang semakin bertambah pada suatu negara ataupun provinsi akan berpengaruh pada permintaan akan barang-barang impor. 2.6 Neraca Perdagangan Barang Neraca ini merupakan ukuran pembayaran yang paling sempit serta paling spesifik, mencerminkan nilai barang komersial yang diekspor dan diimpor ke dalam suatu negara. Atau disebut juga surplus netto suatu negara dari ekspor barang terhadap impor barang. Neraca perdagangan adalah komponen utama dari neraca berjalan (current account). Jika ekspor barang lebih besar dari impor barang, maka dikatakan terjadi surplus neraca perdagangan. Sebaliknya, jika impor barang lebih besar dari ekspor barang, maka keadaan ini disebut defisit neraca perdagangan.

31 Defisit neraca perdagangan yang terjadi tidak selalu menjadi masalah, karena hal itu memungkinkan konsumen negara tersebut memperoleh manfaat karena produk impor menjadi lebih murah dibandingkan dengan produk domestik. Namun, pembelian produk impor menyebabkan berpindahnya ketergantungan pada produk domestik menjadi ketergantungan terhadap produk asing, sehingga dapat dikatakan bahwa defisit neraca perdagangan yang besar menyebabkan pindahnya lapangan kerja ke negara asing. Karena itu pemerintahan suatu negara berupaya untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan. 2.7 Kerangka Konseptual Gambar 2.5 menunjukkan model kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan ataupun pengaruh kurs valuta asing, PDRB, dan jumlah penduduk terhadap impor barang. Kurs Valuta Asing (X 1 ) PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) (X 2 ) Impor Barang (Y) Jumlah Penduduk (X 3 ) Gambar 2.5 Kerangka Konseptual

32 2.8 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang dirumuskan untuk pengertian sementara dan perlu diuji kebenarannya melalui data yang terkumpul. Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Nilai kurs valuta asing berpengaruh negative terhadap impor barang di Sumatera Utara, ceteris paribus. 2. PDRB berpengaruh positif terhadap impor barang di Sumatera Utara, ceteris paribus. 3. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap impor barang di Sumatera Utara, ceteris paribus.

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 35 Materi Minggu 5 Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional 5.1. Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional Kebijakan ekonomi internasional

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini dan juga studi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini. Teori ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Komposisi dan arah pandangan antara beberapa negara serta bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB 9 HUBUNGAN KURS VALAS DAN INFLASI

BAB 9 HUBUNGAN KURS VALAS DAN INFLASI BAB 9 HUBUNGAN KURS VALAS DAN INFLASI Masih ingat penjelasan terhadap gambar di bawah ini : Kebijakan Moneter Longgar JUB Meningkat Naiknya Konsumsi & Permintaan Masy. Bunga riil Turun Memicu Kenaikan

Lebih terperinci

NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN

NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN 1. Untuk meningkatkan kerjasama ekonomi internasional, terutama menarik lebih banyak investasi asing di Indonesia perlu diusahakan antara lain : a. Membatasi tingkat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Rikky Herdiyansyah SP., MSc Pengertian Kebijakan Ek. Internasional Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Rupiah Rupiah (Rp) adalah mata uang Indonesia (kodenya adalah IDR). Nama ini diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Wahono Diphayana 1. MERKANTILISME a. Pandangan Merkantilisme Mengenai PI Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk

Lebih terperinci

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern)

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern) E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 24 Materi Minggu 4 Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern) 4.1. Proportional Factor Theory El Hecksher Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaum klasik menerangkan

Lebih terperinci

2. Teori Perdagangan Internasional Saat ini perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat untuk bidang ekonomi saja melainkan bermanfaat pula di

2. Teori Perdagangan Internasional Saat ini perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat untuk bidang ekonomi saja melainkan bermanfaat pula di 2. Teori Perdagangan Internasional Saat ini perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat untuk bidang ekonomi saja melainkan bermanfaat pula di bidang lain seperti sosial, politik, dan pertahanan keamanan.

Lebih terperinci

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP) Bahan 5 - Ekonomi Terbuka PEREKONOMIAN TERBUKA (AN OPEN ECONOMY) DAN DERIVASI KURVA BP (NERACA PEMBAYARAN) SERTA SISTEM KURS DAN SISTEM DEVISA YANG DIBERLAKUKAN 1. Transaksi Internasional Perekonomian

Lebih terperinci

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB VII Perdagangan Internasional SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VII Perdagangan Internasional Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) 1 Merkantilisme suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsepsi 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah proses jual beli baik berupa barang maupun jasa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

Lebih terperinci

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG

KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI Salah satu konsep

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1 A. Arti Perdagangan Luar Negeri Perdagangan internasional adalah cabang Ilmu Ekonomi yang mempelajari segala sesuatu mengenai hubungan dagang antar negara. Sebagai cabang Ilmu

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN, KURS VALUTA ASING DAN KEGIATAN PEREKONOMIAN TERBUKA SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP

NERACA PEMBAYARAN, KURS VALUTA ASING DAN KEGIATAN PEREKONOMIAN TERBUKA SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP NERACA PEMBAYARAN, KURS VALUTA ASING DAN KEGIATAN PEREKONOMIAN TERBUKA SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP Neraca Pembayaran Definisi Adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai transaksi perdagangan

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL I. TEORI PRA KLASIK MERKANTILISME MERKANTILISME ADALAH SUATU ALIRAN EKONOMI YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG PESAT PADA ABAD XVI XVIII DI EROPA BARAT. IDE POKOK MERKATILISME ADALAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran barang ataupun jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Impor dan Pembangunan Ekonomi Selain ekspor, impor juga berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan perdagangan barang-barang dan jasa, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Produksi Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Ilmu ekonomi internasional mempelajari alokasi sumber daya yang langka guna memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL

EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI ampir H EKONOMI INTERNASIONAL tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan perdagangan internasional. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi,

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE 1999-2010 I Putu Kusuma Juniantara Made Kembar Sri Budhi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik)

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik) E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 15 Materi Minggu 3 Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik) Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pembentukan kerangka pemikiran dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang terkait dengan tujuan penelitian. Teori-teori tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk menerangkan pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs, cadangan devisa, tingkat suku bunga riil, dan

Lebih terperinci

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi

Lebih terperinci

BAB 8 HUBUNGAN KURS VALAS DENGAN INFLASI DAN TINGKAT BUNGA

BAB 8 HUBUNGAN KURS VALAS DENGAN INFLASI DAN TINGKAT BUNGA BAB 8 HUBUNGAN KURS VALAS DENGAN INFLASI DAN TINGKAT BUNGA A. INTEREST RATE PARITY THEORY (IRP THEORY) Adalah salah satu teori yang paling dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana

Lebih terperinci

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L PERDAGANGAN INTERNASIONAL PIEw13 1 KEY QUESTIONS 1. Barang-barang apakah yang hendak dijual dan hendak dibeli oleh suatu negara dalam perdagangan internasional? 2. Atas dasar apakah barang-barang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah transaksi dagang antar subyek ekonomi Negara yang satu dengan subyek ekonomi Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal baik dipandang dari segi ekonomi maupun tarap hidup masyarakatnya. Untuk itu Indonesia selalu

Lebih terperinci

ii Ekonomi Internasional

ii Ekonomi Internasional Pendahuluan ii Ekonomi Internasional Daftar Isi iii EKONOMI INTERNASIONAL Oleh : Lia Amalia Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2007 Hak Cipta 2007 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan internasional adalah transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan suatu negara sangat bergantung pada kestabilan mata uang negara tersebut. Kehidupan politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta bidang-bidang lainnya

Lebih terperinci

TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL. Makalah Bisnis Internasional. Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si

TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL. Makalah Bisnis Internasional. Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL Makalah Bisnis Internasional Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si Disusun Oleh : 14.0102.0094 Febri Nurdian Cahya 14.0102.0113 Dwi Saputri 14.0102.0136 Sulistiyanti

Lebih terperinci

Wednesday, November 16, 2011 IPS SMP. S. Efiaty, S.Pd. SMP Negeri 5 Yogyakarta S. Efiaty, S.Pd.

Wednesday, November 16, 2011 IPS SMP. S. Efiaty, S.Pd. SMP Negeri 5 Yogyakarta S. Efiaty, S.Pd. Wednesday, November IPS SMP S. Efiaty, S.Pd SMP Negeri 5 Yogyakarta. Bab VIII Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah proses tukar menukar barang atau jasa

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. JURUSAN ILMU EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL Veteran JAWA TIMUR

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. JURUSAN ILMU EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL Veteran JAWA TIMUR SISTEM MONETER INTERNASIONAL JURUSAN ILMU EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL Veteran JAWA TIMUR PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan jasa. Jika suatu negara memiliki hubungan ekonomi dengan negara-negara lain maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masingmasing

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masingmasing BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2001:48) perdagangan atau pertukaran dilakukan oleh penduduk suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id NERACA PEMBAYARAN REKENING

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL.

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyebutkan teori perdagangan internasional Mahasiswa mampu mendeskripsikan teori perdagangan internasional Mahasiswa mampu menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Perdagangan antarnegara atau dikenal dengan perdagangan internasional,

BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Perdagangan antarnegara atau dikenal dengan perdagangan internasional, BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1. Landasan Teori 4.1.1. Perdagangan Internasional. Perdagangan antarnegara atau dikenal dengan perdagangan internasional, sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu,

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL. Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM.

EKONOMI INTERNASIONAL. Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM. EKONOMI INTERNASIONAL Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM. Materi Ekonomi Internasional Pendahuluan Teori Klasik Teori Neo Klasik Teori Alternatif Kebijakan Perdagangan Pendahuluan Ilmu Ekonomi Internasional I :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan negara yang lain, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses

Lebih terperinci

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional REFERENSI : CHARLES W. L. HILL INTERNATIONAL BUSINESS EDISI 7 PERTEMUAN KETIGA Outline Gambaran Tentang Teori Perdagangan Merkantilisme

Lebih terperinci

Konsep Dasar Ekonomi Internasional. Abdillah Mundir, SE, MM

Konsep Dasar Ekonomi Internasional. Abdillah Mundir, SE, MM Konsep Dasar Ekonomi Internasional Abdillah Mundir, SE, MM Pendahuluan Ilmu Ekonomi Internasional I : cabang ilmu ekonomi yang mempelajari pengambilan keputusan dalam dalam pengunaan sumberdaya yang terbatas

Lebih terperinci

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1 Ilmu Ekonomi Nilai Tukar PIEw11 1 Perekonomian Terbuka Perdagangan dapat mensejahterakan setiap orang Perekonomian tertutup (closed economy): sebuah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Menurut Boediono (1994 : 10) perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKONOMI INTERNASIONAL Pengertian Ekonomi Internasional diartikan sebagai bagian ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci