Upaya Peningkatan Modal Sosial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Upaya Peningkatan Modal Sosial"

Transkripsi

1 Bab Sembilan Upaya Peningkatan Modal Sosial Pengantar Peningkatan modal sosial dapat dilakukan melalui kelembagaan formal maupun informal. Peningkatan modal sosial melalui kelembagaan formal akan diuraikan bagaimana pembentukan koperasi akan meningkatkan modal sosial, khususnya dalam rangka untuk mewujutkan tercapainya kepentingan bersama. Demikian pula peningkatan modal sosial melalui kelembagaan non formal akan diuraikan tentang bagaimana komitmen pengusaha terhadap permenuhan kebutuhan pasar, serta harmonisasi antara bisnis dan hubungan sosial. Upaya peningkatan modal sosial juga dapat dilakukan melalui fasilitasi dari pemerintah. Selanjutnya akan diuraikan tentang bentuk-bentuk fasilitasi dari pemerintah yang akan dapat meningkatkan modal sosial, yang antara lain perkuatan pasar,sistem pemerintahan maupun dalam bentuk kebijakan (peraturan). 249

2 Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster Demikian juga diuraikan tentang bagaimana kondisi yang mempengaruhi peningkatan modal sosial yang antara lain tentang pertumbuhan ekonomi maupun perubahan teknologi Peningkatan Modal Sosial melalui Kelembagaan Formal Dinamika klaster pada periode awal pertumbuhan/embrio, tumbuh dan dewasa, serta penurunan dan transformasi menunjukkan bahwa peranan kelembagaan sangat penting yang berfungsi dalam peningkatan modal sosial. Seperti halnya di klaster cor logam, dimana pada awal pertumbuhan/embrio tahun 1954 mula pertama dibentuk kelembagaan koperasi yang berfungsi sebagai peningkatan modal sosial. Dengan adanya koperasi maka tumbuh nilai-nilai kepercayaan dan kebersamaan dalam melakukan kegiatan usaha. Misalnya dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran. Demikian pula ditunjukkan pada saat lembaga koperasi diintervensi oleh kepentingan politik sehingga kelembagaan tidak transparan menyebabkan modal sosial mengalami penurunan secara dratis yang ditandai dengan dibubarkannya koperasi tersebut. Pada tahun 1976 juga dibentuk kelembagaan koperasi Batur Jaya untuk mengatasi modal sosial yang mulai menurun sebagai dampak dari politik. Pada saat sekarang, peranan kelembagaan melalui koperasi Batur Jaya yang dikelola secara lebih transparan dan demokratis. Dalam kondisi tingkat persaingan yang ketat para pelaku usaha klaster yang merupakan anggota koperasi masih menunjukkan loyalitas kepada koperasi dan menunjukkan kecenderungan jumlah anggota yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Kenyataan tersebut diatas, sebenarnya mematahkan pendapat Bourdieu yang mengatakan bahwa modal sosial digunakan 250

3 Upaya Peningkatan Modal Sosial untuk membentuk suatu kelas sosial tertentu dalam rangka untuk mempertahankan suatu status quo. Namun dalam kenyataannya bahwa modal sosial yang dikelola secara transparan dan mempunyai manfaat terhadap para pengrajin melalui suatu kelembagaan justru dapat lebih memupuk modal sosial secara keseluruhan tanpa adanya suatu kelas. Namun perlu diperhatikan seperti pendapat Coleman yang mengatakan bahwa individu dalam mencapai sesuatu tujuan perlu suatu kerjasama. Dalam kenyataannya apa yang ditemukan pada klaster logam Ceper apabila dalam suatu kerja sama sudah tidak dapat memberikan suatu manfaat lagi, ada kecendrungan akan meninggalkan komitmen yang ada di dalam kelembagaan tersebut dan akan bekerja sendiri serta membangun modal sosial dengan kerja sama dengan pihak lain. Untuk memupuk modal sosial peranan kelembagaan sangat penting, karena untuk mencapai suatu keberhasilan perlu adanya suatu kebersamaan yang diikat melalui kelembagaan. Fungsi kelembagaan koperasi yang dikelola secara transparan dapat menciptakan modal sosial yang cukup tinggi bagi para anggotanya, karena dengan pengelolaan secara transparan maka para anggotanya merasa memperoleh manfaat dengan adanya kelembagaan koperasi tersebut. Pengelolaan kelembagaan secara transparan menjadikan modal sosial bukan sebagai sarana untuk mempertahankan status quo, namun justru dapat melayani seluruh anggotanya, seperti yang diungkapkan oleh Yuli. Koperasi Batur Jaya secara kelembagaan bagus, bahkan di Indonesia menduduki peringkat pertama atau kedua. Keberhasilan koperasi ditunjang oleh komitmen yang kuat dari para pengurus untuk melaksanakan visi dan misi koperasi, disamping juga adanya 251

4 Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster transparansi baik dalam memulai suatu order, penentuan harga, maupun penentuan kontrak dengan para anggotanya. Semuanya dilaksanakan dengan transparan. Model pembagian fee juga dilakukan secara bersama-sama dengan anggota. Pembagiannya adalah bagi anggota yang mendapatkan order maka akan dibeli dengan harga yang sudah disepakati oleh koperasi, sedangkan bagi anggota yang tidak mendapatkan order tetap mendapatkan fee dari laba penjualan koperasi. Modal sosial akan tumbuh melalui kelembagaan apabila anggota merasa bahwa untuk mencapai suatu keberhasilan perlu adanya kebersamaan di dalam organisasi, namun pada waktu tujuan tercapai dan anggota merasa sudah berhasil, dimungkinkan anggota akan melepaskan diri dari kelembagaan tersebut, sehingga modal sosial dalam kelembagaan dipandang tidak perlu sebagaimana disampaikan oleh Anas Yusuf: Meskipun secara umum, peranan koperasi dan modal sosial anggota sampai saat ini masih cukup bagus. Namun akhirakhir ini, koperasi mempunyai kendala dengan berkurangnya para anggota yang sudah merasa maju untuk tidak terlibat dalam kegiatan koperasi. Mula-mula para anggota tersebut, belum mempunyai kemampuan yang cukup sehingga bergabung dengan koperasi tetapi ketika sudah mapan, beberapa anggota meninggalkan koperasi bahkan ada yang bersaing dalam ikut order rem kereta api tahun 2009 dan ternyata dimenangkan oleh orang tersebut. Sedangkan koperasi kalah bersaing 252

5 Upaya Peningkatan Modal Sosial Pelayanan kelembagaan dalam membangun modal sosial harus mempunyai suatu strategi yang tepat. Sebagaimana yang disampaikan Soeyitno sebagai berikut: Koperasi dalam memenuhi kepentingan anggotanya seharusnya memberikan pelayanan khusus bagi kebutuhan para anggotanya, diantaranya adalah kebutuhan mencari pasar dan pemenuhan kebutuhan bahan baku yang diusahakan secara bersama. Apabila koperasi memproduksi sendiri dan akhirnya juga bersaing dengan anggotanya, maka akan melemahkan modal sosial di dalam Koperasi itu sendiri Peningkatan Modal Sosial melalui Kelembagaan Non Formal Selain lembaga formal sebagaimana tersebut diatas, maka peningkatan modal sosial dapat dilakukan melalui lembaga non formal. Bentuk kerjasama bisnis non formal (lembaga) di dalam klaster, berupa kerjasama bisnis melalui keluarga dan kegiatan (pertemuan) sosial. Dalam kerjasama bisnis tersebut, melibatkan banyak pihak yang tidak homogen sehingga untuk meningkatkan modal sosial perlu adanya penyamaan persepsi yang dilakukan melalui beberapa cara, antara lain: dialog dan komunikasi secara intens, transparansi dan bersikap adil serta menujunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Menurut para pelaku usaha (Didik, Husain, Yahya, dll) bahwa modal sosial di masyarakat dapat ditingkatkan melalui: 253

6 Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster a) Komitmen Untuk Memenuhi Tuntutan Pasar Eksternal Adanya tuntutan pasar terhadap kualias produk yang tinggi menyebabkan pelaku usaha yang merasa kualitasnya rendah, memberikan order kepada pelaku usaha lain yang kualitasnya dianggap bisa memenuhi permintaan pasar tersebut. Pada kondisi seperti ini, modal sosial dapat meningkat karena kepentingan masing-masing individu terpenuhi dalam kegiatan bisnis. Artinya pelaku usaha yang melimpahkan order mendapatkan fee atas jasa informasinya sedangkan pelaku usaha yang melaksanakan order akan mendapatkan keuntungan. Demikian pula harga pembelian produk yang transparan dan semua orang bisa menghitung produk tersebut, menyebabkan persaingan menjadi lebih transparan, karena pelaku usaha yang merasa tidak mampu memberikan harga yang sesuai akan mundur. Perihal adanya syarat jadwal waktu penyelesaian produk secara ketat dan banyaknya perusahaan pesaing, mendorong pengusaha untuk mematuhi komitmen terhadap peyelesaiannya. Hal tersebut, untuk membangun modal sosial kepercayaan kepada pelanggan dan pihakpihak lainnya. Faktor lainnya yang mendorong masyarakat pelaku usaha lebih berkomitmen yaitu adanya on line system pada Bank Indoneia mengakibatkan para pelaku usaha untuk berusaha mentaati pembayaran kredit bank. Apabila pelaku usaha menunggak pembayaran kredit, maka akan diketahui oleh seluruh bank yang ada di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan modal sosial kepercayaan kepada eksternal menjadi terbangun. 254

7 Upaya Peningkatan Modal Sosial b) Menjaga Harmonisasi Antara Bisnis Dengan Hubungan Sosial Ada beberapa hal keharmonisasian di dalam klaster Ceper tetap terjaga diantaranya adanya sikap para pengusaha besar walaupun sudah tidak membutuhkan keberadaan order dari koperasi, namun tetap menjaga koperasi agar tetap eksis dalam rangka memberikan kesempatan pengusaha kecil untuk berusaha dan membangun modal sosial kebersamaan. Demikian pula pelaku usaha di Ceper dalam melakukan bisnis masih mengedepankan etika bisnis karena hampir sebagaian besar pengusaha adalah keluarga. Dengan etika bisnis tersebut, membuat modal sosial menjadi tinggi. Keberadaan latar belakang budaya santri di Ceper, menyebabkan nilai-nilai agama dijunjung tinggi oleh pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya. Nilai-nila agama tersebut, mendorong peningkatan modal sosial berupa kebersamaan, kepercayaan dan resiprositas (saling memberi). Peningkatan Modal Sosial melalui Fasilitasi Pemerintah Pelaku usaha didalam klaster mempunyai keterbatasan baik aspek pasar, produksi, pengembangan teknologi serta pendanaan. Keterbatasan tersebut dikarenakan skala usahanya relatif kecil. Adapun fasilitasi Pemerintah yang diperlukan untuk terciptanya peningkatan modal sosial, diantaranya: a) Stimulasi Pemerintah Dalam Perkuatan Pasar, Kualitas Produk, dan Pendanaan. Seperti halnya pada fase tumbuh dan dewasa, tahun

8 Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster 1990, dimana Pemerintah Pusat memfasilitasi berbagai macam diantaranya mendorong para BUMN untuk memberikan akses pasar dan pengadaan bahan baku, bantuan peralatan yang memungkinkan para pelaku usaha secara bersama-sama menggunakan alat tersebut serta pengembangan teknologi. Fasilitasi tersebut berdampak pada kebersaman para pelaku usaha. b) Perkuatan Sistem Pemerintahan Dalam Era Desentralisasi. Pada era sentralisasi, para pelaku usaha dalam klaster merasa begitu banyak pendampingan baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten yang semuanya didukung oleh tenaga profesional yang mengetahui tentang kondisi klaster tersebut. Namun dalam kenyataan pada era desentralisasi seperti saat ini, ditemui berbagai kelemahan yang menyebabkan klaster cor logam Ceper merasa diperlakukan pembiaran oleh pemerintah. Kelemahan tersebut, diantaranya keengganan Pemerintah Pusat untuk memfasilitasi program di Ceper secara langsung karena merasa kewenangan tersebut lebih banyak di Tingkat Daerah. Demikian pula, di tingkat provinsi maupun daerah dalam era desentralisasi menganut sistem kelembagaan miskin struktur kaya fungsi yang mengakibatkan kelembagaan-kelembagaan di bidang pengembangan industri dijadikan satu dengan lembaga lainnya. Dengan kata lain, saat ini tidak ada lembaga pemerintah yang menangani khusus klaster industri secara lebih fokus, termasuk Ceper. Sehingga pada era desentralisasi diperlukan perkuatan kerjasama baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten untuk lebih fokus dalam pengembangan industri khususnya pada 256

9 Upaya Peningkatan Modal Sosial klaster-klaster industri. Sedangkan perkuatan kelembagaan di Tingkat Provinsi dan kabupaten kota lebih difokuskan pada pengembangan industri melalui model pengembangan alastis. c) Fasilitasi Peraturan yang Mendukung UMKM Dalam Era Globalisasi. Adanya tekanan globalisasi mendorong adanya kompetisi yang lebih terbuka, transparan dan kemudahan dalam prosedur sistem pelelangan. Kondisi tersebut dalam kenyataannya, dengan kemudahan sistem prosedur pelelangan yang sangat sederhana dan mudah justru berdampak negatif, karena peserta lelang banyak diikuti oleh perusahaan bukan produsen barang yang tentunya lebih efisien dibanding koperasi produsen seperti halnya koperasi Batur Jaya. Dampak negatif dari pelelangan terbuka tersebut, mengakibatkan pemenang tender yang bukan produsen mengajak beberapa anggota koperasi untuk bekerjasama dalam penyelesaian order tersebut. Kondisi tersebut berdampak pada perusakan terhadap usaha-usaha pemupukan modal sosial. Oleh karena itu, perlu adanya suatu aturan yang lebih ketat dalam pelelangan dan juga aturan-aturan yang menunjukkan keberpihakan kepada koperasi. Kebijakan pemerintah pada tataran mikro yang tepat akan dapat meningkatkan modal sosial, hal ini dapat dilihat dari sejarah dimana klaster logam yang tidak mempunyai peralatan permesinan, dan diberikan bantuan permesinan yang dikelola secara bersama melalui koperasi dirasakan mempunyai manfaat yang besar. Namun akhir-akhir ini kebijakan pemerintah secara makro yang sangat diilhami adanya pasar bebas telah meruntuhkan keberadaan modal sosial, seperti yang diungkapkan oleh Yuli. 257

10 Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster Permasalahan klaster saat ini adalah dengan adanya Kepres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah yang mempermudah usaha dalam melakukan tender. Dengan tidak adanya perlakuan khusus bagi koperasi akhirnya berdampak pada penuruan order untuk koperasi. Saat ini memang sistem di Indonesia benar-benar liberal, Pemerintah membiarkan pengusaha bersaing bebas di pasar. Dengan adanya kemudahan dalam melaksanakan tender dan syarat yang lunak, menyebabkan banyak perusahaan yang hanya mempunyai ijin tapi tidak mempunyai fabrikan akhirnya dapat memenangkan suatu tender dengan harga yang sangat rendah yang akhirnya dapat mengalahkan koperasi. Demikian juga anggota koperasi yang merasa sudah kuat dan tidak mempunyai komitmen terhadap koperasi, akhirnya juga dengan mudahnya mengikuti tender dan akirnya dapat memenangkan tender walaupun harus melakukan persaingan dengan koperasi Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Modal Sosial Modal sosial akan lebih dapat tumbuh pada kondisi perekonomian yang tumbuh, karena pada perekonomian yang tumbuh dan potensi pasar yang berkembang mengakibatkan adanya suatu kerjasama yang baik diantara UMKM. Namun sebaliknya pada perekonomian yang menurun dan dibarengi dengan potensi pasar yang juga menurun maka mengakibatkan persaingan yang tajam dan seringnya terjadi persaingan yang tidak benar. Kenyataan tersebut seperti apa yang terjadi pada kondisi 258

11 Upaya Peningkatan Modal Sosial klaster tumbuh dan dewasa ( ), dimana pertumbuhan ekonomi dan pasar untuk produk cor yang meningkat, yang mendorong adanya kerjasama yang baik diantara pelaku usaha sehingga dapat dikatakan bahwa pada periode tersebut modal sosial mengalami peningkatan. Sebaliknya pada era setelah tahun 1998, setelah terjadi krisis ekonomi dimana tingkat persaingan antar pelaku usaha didalam klaster semakin meningkat dan mengakibatkan klaster mengalami trasformasi telah menunjukan bahwa modal sosial pada era tersebut mengalami penurunan. Demikian pula perubahan teknologi yang lebih canggih dan lebih kompleks yang diupayakan oleh masing-masing anggota berdampak negatif pada modal sosial. Hal ini dikarenakan anggota yang memproduksi suatu produk dengan teknologi lebih canggih dapat mengerjakan produk secara mandiri tanpa melibatkan dukungan industri lainnya (subcontract). Dengan demikian usaha yang sebelumnya dapat dilakukan secara bersama, kemudian dikerjakan secara mandiri. Hal tersebut berdampak pada penurunan pemupukan modal sosial. Kondisi ini akan berbeda, apabila teknologi yang canggih dengan investasi yang besar disediakan oleh koperasi, sehingga anggota tidak perlu melakukan investasi sendiri, namun cukup menggunakan secara bersama. Dengan demikian modal sosial akan meningkat. Kesimpulan Keberadaan modal sosial sangat penting bagi perkembangan klaster, sehingga perlu terus didorong dan dikembangkan. Peningkatan modal sosial dapat diupayakan melalui kelembagaan formal maupun informal, serta fasilitasi pemerintah. 259

12 Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster Keberadaan lembaga formal, seperti koperasi, yang dikelola secara bersama dan transparan memiliki peranan yang sangat penting bagi upaya menciptakan dan meningkatkan keberadaan dan fungsi modal sosial. Pengelolaan kelembagaan secara transparan menjadikan modal sosial bukan sebagai sarana untuk mempertahankan status quo, namun justru dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak. Sedang peningkatan modal sosial juga dapat dilakukan melalui lembaga non formal berupa kerja sama bisnis keluarga melalui keluarga dan kegiatan (pertemuan) sosial yaitu dengan cara mempunyai komitmen terhadap pemenuhan tuntutan pasar maupun menjaga harmonisasi antara bisnis dan hubungan sosial Fasilitasi pemerintah dalam meningkatkan modal sosial pada klaster dapat diupayakan melalui stimulasi dalam perkuatan pasar, kualitas produk dan pendanaan, demikian pula pemerintah perlu mengadakan perkuatan sistem pemerintahan dalam era desentralisasi, sehingga perhatian dalam pengembangan industri UMKM melalui klaster akan lebih terfokus. Tidak kalah pentingnya dalam peningkatan modal sosial di dalam klaster adalah perlu adanya fasilitasi peraturan yang mendukung UMKM. Namun demikian, dewasa ini peranan dan keberadaan modal sosial dalam mendukung perkembangan klaster semakin menghadapi tantangan yang berat, baik dari kondisi perekonomian global maupun teknologi yang berubah dengan cepat. 260

Peranan Modal Sosial Pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten

Peranan Modal Sosial Pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Bab Enam Peranan Modal Sosial Pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Pengantar Peranan modal sosial pada dasarnya selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Demikian pula, Peranan modal sosial

Lebih terperinci

Penutup. Bab Sepuluh. Kesimpulan. Kondisi dan Teknologi Klaster Cor Logam

Penutup. Bab Sepuluh. Kesimpulan. Kondisi dan Teknologi Klaster Cor Logam Bab Sepuluh Penutup Kesimpulan Kondisi dan Teknologi Klaster Cor Logam Kondisi bisnis dan teknologi klaster cor logam, dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu tahap awal pertumbuhan/embrio, tahap tumbuh

Lebih terperinci

Metodelogi Penelitian

Metodelogi Penelitian Bab Tiga Metodelogi Penelitian Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika modal sosial sepanjang kehidupan klaster pada klaster cor logam Ceper Klaten - Jawa Tengah. Untuk

Lebih terperinci

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada ix B Tinjauan Mata Kuliah uku Materi Pokok (BMP) ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan utama dari materi mata kuliah Perekonomian Indonesia yang ditawarkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka. Mata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, perkembangan sangat pesat di segala

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, perkembangan sangat pesat di segala BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, perkembangan sangat pesat di segala bidang kegiatan bisnis. Globalisasi tersebut mencakup global competition, global business,

Lebih terperinci

Pemanfaatan Modal Sosial Oleh Individu Pengusaha Dalam Pengembangan Usaha

Pemanfaatan Modal Sosial Oleh Individu Pengusaha Dalam Pengembangan Usaha Bab Delapan Pemanfaatan Modal Sosial Oleh Individu Pengusaha Dalam Pengembangan Usaha Pengantar Pengusaha secara individu memanfaatkan modal sosial untuk pengembangan usahanya, diantaranya melalui pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha menunjukkan terjadinya persaingan yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha menunjukkan terjadinya persaingan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha menunjukkan terjadinya persaingan yang semakin tajam, yang diakibatkan oleh globalisasi dan deregulasi, yang dipercepat oleh perkembangan teknologi

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun No Indikator Satuan.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun No Indikator Satuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997, telah meruntuhkan banyak usaha besar akan tetapi tidak dengan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan Daerah bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Proyek Konstruksi II.5.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan, ada awal dan akhir, dan umumnya berjangka

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan

Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan Bab 9 Kesimpulan Di era ekonomi global persaingan industri semakin ketat. Peran teknologi informasi sangat besar yang menyebabkan cakupan wilayah produksi dan pemasaran barang dan jasa tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta untuk mencapai tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia selalu menarik untuk diteliti dan diperbincangkan. Negara kepulauan terbesar di dunia ini memiliki tantangan tersendiri dalam mengatur kegiatan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa sekarang ini semakin ketat. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan usaha dan perubahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi bagian penting dari sistem perekonomian Nasional yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan usaha

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perusahaan di Indonesia yang semakin lama semakin pesat terutama di era globalisasi saat ini, membuat setiap perusahaan untuk terus memproduksi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. di Provinsi Riau dalam mengikuti e-procurement pada tahun yaitu

BAB IV PENUTUP. di Provinsi Riau dalam mengikuti e-procurement pada tahun yaitu BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan temuan dan analisis untuk menjawab rumusan masalah yang ada terkait dengan upaya apa saja yang dilakukan oleh UMKM Lokal yang berada di Provinsi Riau dalam mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri merupakan salah satu aktivitas ekonomi non pertanian yang memiliki peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan. Mengingat hampir sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tentunya harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang begitu cepat dan dinamis pada saat ini, tentunya harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat mengatur bisnis itu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BENGKAYANG, bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter kegiatan usaha perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter kegiatan usaha perekonomian di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak terjadinya krisis moneter kegiatan usaha perekonomian di Indonesia mengalami kemunduran, dan saat ini belum dapat dikatakan menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

Profil. Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis

Profil. Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis Profil Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis Siapa kami Nilai - nilai kami Swisscontact adalah sebuah yayasan swasta dari Swiss yang beroperasi secara independen untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam bidang perekonomian khususnya dalam bidang usaha

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam bidang perekonomian khususnya dalam bidang usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam bidang perekonomian khususnya dalam bidang usaha semakin ketat, setiap perusahaan dituntut untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perekonomian indonesia, terutama pada era akhir 1990-an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pernah berperan sebagai penyelamat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keterbatasan modal merupakan permasalahan yang paling umum terjadi dalam usaha, terutama bagi usaha kecil seperti usahatani. Ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS. Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal mengacu kepada tantangan bisnis yang sedang dihadapi oleh PT Brantas Abipraya saat ini, bagaimana menumbuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap perusahaan untuk dapat mengelola bisnis menjadi lebih profesional. Perkembangan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas pertanian tertentu, seperti

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB III VISI, MISI DAN NILAI BAB III VISI, MISI DAN NILAI VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SIAK Dalam suatu institusi pemerintahan modern, perumusan visi dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting mengingat semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992, telah memberikan inspirasi untuk membangun kembali sistem keuangan yang lebih dapat menyentuh kalangan bawah

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang diantaranya hukum, ekonomi, dan politik. Perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Dengan adanya otonomi daerah Pemerintah Provinsi memiliki peran yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pupuk sangat penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Segala cara dilakukan oleh Pemerintah sebagai regulator untuk dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini sektor Usaha kecil menengah semakin menggeliat sebagai penopang ekonomi nasional. Hal tersebut terlihat dari pengalaman yang mampu melewati masa krisis yang

Lebih terperinci

PERUSAHAAN & LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERUSAHAAN & LINGKUNGAN PERUSAHAAN PERUSAHAAN & LINGKUNGAN PERUSAHAAN By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan Ke - 2 TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa dapat memahami pengertian perusahaan. Mahasiswa dapat memahami tempat kedudukan perusahaan. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara digerakkan antara lain oleh sektor riil dan jasa, dimana untuk berkembang dibutuhkan suntikan dana sebagai investasi maupun modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat setiap tahun merupakan sinyal positif untuk memperkuat perekonomian dalam negeri. Untuk menopang

Lebih terperinci

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR PERATURAN DESA BATUJAJAR BARAT NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) TAHUN 2017 PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan keluarga dan juga sebagai penunjang kegiatan pertanian yang merupakan mata pencaharian pokok

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR Oleh : INDRA CAHYANA L2D 002 415 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dunia usaha ditandai dengan terbukanya persaingan yang ketat di segala bidang. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha kecil, dalam arti umum di Indonesia, terdiri atas usaha kecil menengah (UKM) maupun industri kecil (IK) telah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian nasional,

Lebih terperinci

IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 21. URUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA Pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment) sebagai sebuah paradigma pembangunan memiliki posisi unik jika dilihat dari perspektif urusan, karena sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berskala kecil, menengah, dan besar yang diharapkan untuk bisa maju

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berskala kecil, menengah, dan besar yang diharapkan untuk bisa maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia usaha di Indonesia, banyak berdiri bentuk-bentuk usaha baik yang berskala kecil, menengah, dan besar yang diharapkan untuk bisa maju dan bertahan dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana. angka pengangguran, UMKM juga memegang peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana. angka pengangguran, UMKM juga memegang peranan penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wahana yang baik untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Di samping mengurangi angka pengangguran, UMKM juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan sosial, politik, regulasi, dan peta persaingan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan sosial, politik, regulasi, dan peta persaingan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan sosial, politik, regulasi, dan peta persaingan telah mengantarkan suatu perusahaan masuk ke satu pilihan tunggal yaitu berubah. Proses perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan AFTA, serta fase APEC sampai pada tahun 2020, selain merupakan tantangan juga merupakan peluang yang sangat strategis untuk memberdayakan

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 27 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi dan Ekonomi Rakyat Koperasi sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional, dalam hal ini berarti bahwa koperasi harus memegang peran aktif untuk mewujudkan tercapainya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini semakin tinggi, dimana persaingan antara perusahaan besar dan tidak terkecuali bagi usaha

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan-perusahaan dalam masa sekarang ini menghadapi siklus terberat yang pernah mereka hadapi. Selain kondisi krisis keuangan global yang melanda dunia yang membuat

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan KONSEP DASAR PERKOPERASIAN 1. Pendahaluan Selama ini diketahui bahwa perkembangan Koperasi dan peranannya dalam perekonomian nasional belum memenuhi harapan, khususnya dalam memenuhi harapan sebagai sokoguru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan manajemen yang baik dalam mengelola sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan manajemen yang baik dalam mengelola sebuah perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian sekarang ini yang persaingannya menjadi ketat akibat adanya krisis global, tidak mudah bagi sebuah perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara sedang berkembang mempunyai tujuan untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian dunia yang terus berubah dan tidak menentu, memberikan dampak yang beragam baik bagi negara maju ataupun negara berkembang. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik 19 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik adalah dengan sistem pembangunan ekonomi nasional. Sejak era reformasi bergulir, pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG. TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG. TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan di abad 21 ini semakin ketat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan di abad 21 ini semakin ketat seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan di abad 21 ini semakin ketat seiring dengan diberlakukannya perdagangan bebas seperti AFTA (Asian Free Trade Area), APEC (The Asia Pacific Economic

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu menumbuhkan dan mengembangkan BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada 1997-1998 Indonesia dilanda krisis moneter yang menyebabkan jatuhnya perekonomian secara makro. Banyak perusahaan besar yang merupakan jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Industri Bordir di Kota Pariaman merupakan salah satu industri andalan dimana sektor ini banyak menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan kerja yang baru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini dimana industri sudah semakin maju dan kompetisi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini dimana industri sudah semakin maju dan kompetisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era sekarang ini dimana industri sudah semakin maju dan kompetisi produk kian transparan serta inovasi-inovasi bermunculan demi mendapatkan hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada era globalilasi perkembangan dunia usaha mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kondisi arus globalisasi saat ini, perusahaan berupaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Setiap perusahaan atau organisasi memiliki visi dan misi tertentu. PD Pasar Jaya memiliki visi untuk memajukan perusahaan. Sebagai pedoman

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 (1)

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang didasarkan

I. PENDAHULUAN. sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang didasarkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ajaran agama yang menjadi wacana keseharian secara nyata menjadi dorongan teologi manusia untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk dalam hal ini adalah aktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG 5 2013 PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA MATARAM KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DAN BADAN HUKUM LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Negara-negara di ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Negara-negara di ASEAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Awal tahun 2016, Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN sudah memperbaiki pola pikir dalam menciptakan produk unggulan yang mampu bersaing dalam Masyarakat

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia telah mengalami transformasi yang. mengagumkan selama dekade yang lalu. Deregulasi yang dilakukan sejak

Perekonomian Indonesia telah mengalami transformasi yang. mengagumkan selama dekade yang lalu. Deregulasi yang dilakukan sejak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia telah mengalami transformasi yang mengagumkan selama dekade yang lalu. Deregulasi yang dilakukan sejak awal tahun 1980 telah mampu melepaskan

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis moneter pada tahun 1997 yang mengguncang perekonomian Indonesia telah membawa dampak terhadap sendi-sendi kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia (Yuli 2009). Pasca

Lebih terperinci

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI Agribisnis adalah segala bentuk kegiatan bisnis yang berkaitan dengan usaha tani (kegiatan pertanian) sampai dengan pemasaran komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Dampak yang ditimbulkan dari krisis tersebut diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di pasar domestik (nasional) maupun dipasar internasional atau global.

BAB I PENDAHULUAN. di pasar domestik (nasional) maupun dipasar internasional atau global. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelanggan harus dipuaskan kalau mereka tidak dipuaskan maka akan meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pihak pesaing. Makin banyak pelanggan yang meninggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing baik dalam hal berbisnis, penguasaan pasar, yang tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan hubungan antar perusahaan dan pelanggan secara permanen. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan hubungan antar perusahaan dan pelanggan secara permanen. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era perdagangan bebas dewasa ini, menuntut perusahaan untuk menemukan dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional meretensi pelanggannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dan pengelolaan sumberdaya wilayah secara mandiri. Kebijakan tersebut membuka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN UMKM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL

PENGEMBANGAN UMKM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL PENGEMBANGAN UMKM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL Oleh: Dr. NAZAMUDDIN, SE.,MA Dr. SULAIMAN M. ALI, SE.,MM (Fakultas Ekonomi - UNSYIAH) 1 LATAR BELAKANG 1. Pengalaman di masa krisis, UMKM bertahan 2. Menyerap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk terbesar di dunia. Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan secara nasional di

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN Oleh : Adisty Bramantyo Sahertian Dosen : Nanang Suryadi NIM :

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN Oleh : Adisty Bramantyo Sahertian Dosen : Nanang Suryadi NIM : PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN Oleh : Adisty Bramantyo Sahertian Dosen : Nanang Suryadi NIM : 125020306111001 MACAM-MACAM LINGKUNGAN ORGANISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUSAHAAN Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung, Dinas Koperasi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung, Dinas Koperasi 9 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2008, Tentang Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 No.

Lebih terperinci

Profil. Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis

Profil. Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis Profil Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis Siapa Kami Nilai Nilai Kami Swisscontact adalah sebuah yayasan swasta Swiss dan beroperasi secara independen untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

Lebih terperinci