BAB I STATUS PENDERITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I STATUS PENDERITA"

Transkripsi

1 BAB I STATUS PENDERITA I. Identifikasi Penderita Nama : Ny. RL Usia : 42 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Bercerai Suku / Bangsa : Jawa Pendidikan : Tidak Sekolah Pekerjaan : Ibu Rumah tangga Agama : Islam Alamat : Jl. Kapten Abdullah, Lr. Perguruan Rt 34, Pulau Rimau Datang ke RS : Selasa, 7 November 2012, pukul wib. Cara ke RS : Diantar keluarga Tempat Pemeriksaan : Poli klinik RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang dan di bangsal Kenanga RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang. II. Riwayat Psikiatri Riwayat psikiatri diperoleh dari: 1. Autoanamesiss a. Selasa, 7 November 2012 b. Sabtu, 10 November 2012 c. Selasa, 13 November 2012 d. Sabtu, 15 November Alloanamnesis ( Adi, 20 tahun, anak pasien) a. Selasa, 7 November 2012 b. Sabtu, 15 November

2 A. Sebab Utama Pasien sering mengoceh-ngoceh sendiri dan mudah curiga B. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu, penderita sering mengoceh-ngoceh. Pasien sering cemburu pada suaminya sejak salah seorang tetangga yang baru pindah dan bertandang kerumah dan saat itu sedang ada suami pasien dirumah. Pasien sering curiga terutama pada suaminya, pasien sering mengoceh terutama tentang suaminya yang selingkuh dan sudah punya perempuan idaman lain. Kemudian pasien merasa ada bisikan-bisikan yaitu suara tetangga yang mengatakan pada dirinya bahwa suaminya sudah punyak anak dengan wanita tersebut. Sebelumnya wanita yang dicemburui itu membawa anaknya bertandang kerumah bersama suami wanita tersebut. Biasanya pada malam hari pasien tidak dapat tidur kemudian ia akan jalan mondar-mandir di dalam rumahnya atau di halaman rumahnya. Namun pasien masih dapat mengurus diri. Pasien sering marah-marah juga pada tetangga yang lain, karena ia merasa tetangga sering mengolok-ngolok dirinya stres. Os merasa orang-orang disekitarnya tidak menyukai perilakunya tersebut. Sebelumnya pasien pernah di bawa berobat ke dukun oleh suaminya, namun oleh penderita ditanggapinya bahwa setiap dukun datang selalu ada wanita yang dicemburuinya itu yang juga ikut untuk mengguna-gunainya. Pasien pernah dibawa berobat ke dokter saraf, namun setiap meminum obat tersebut os merasa jantungnya seperti terbakar dan sakit, kemudian oleh Os obat dibuang dan di bakarnya, Sejak 3 bulan yang lalu, pasien sering mendengar suara tawon dan merasa melihat tawon akan mengejarnya pasien, pasien nampak ketakutan juga berteriak-teriak meminta-minta tolong, padahal menurut keluarga tawon itu tidak ada. Menurut anak pasien, pasien juga tidak mau solat, pasien mengaku takut dengan mukena yang berwarna putih, karena warna putih identik dengan warna hantu. Pasien memang memiliki rasa takut bila mendengar isu-isu tentang hantu. Pasien jadi lebih sensitif, tanpa alasan yang jelas pasien suka marah-marah dirumah dan menuduh orang-orang 2

3 disekitarnya termasuk anaknya akan mengurung pasien dan melarang pasien untuk keluar rumah. Pasien juga sering terlihat berbicara sendiri seakan-akan ada teman yang mengajaknya mengobrol. Suatu hari, pasien nampak marah-marah dan mengoceh-ngoceh meminta cerai pada suami, kemudian oleh suami dikabulkannya permintaan cerai tersebut karena suami sudah lelah dituduh selingkuh terus, kemudian oleh suami diceraikanmya Talak 1 pasien tersebut. Sejak 1 bulan yang lalu pasien pergi sendiri dari rumah, pasien pergi ke sungai lilin, kerumah adiknya. Di sungai lilin, pasien sering pergi ke luar rumah, mencari rumah yang baru, kemudian dia ingin membeli rumah seharga 800 juta rupiah, dan akan menjual rumah lamanya yang padahal harga rumah lamanya tidak sesuai dengan rumah yang ingin ia beli, dan pasien merasa punya uang banyak. Sejak 1 minggu SMRS, pasien jadi semakin mengoceh-ngoceh tentang mantan suami dan anak-anaknya yang sudah tidak perduli lagi pada nya, pasien juga sering keluar rumah sendiri dan tidak pulang-pulang ke pulau rimau, akhirnya pasien dijemput di Sungai Lilin dan akhirnya keluarga memutuskan membawa pasien ke RS ERBA Palembang. Kurang lebih 1 minggu selama di rawat di RSJ ERBA Palembang, pasien berubah curiga bahwa sekarang mantan suami pasien sudah beristri lagi, anak-anak tidak menjenguknya karena sudah lupa pada dirinya, dan anakanak lebih sayang pada ibu yang baru, pasien menyangkal bahwa ia sakit. Pasien juga curiga bahwa tas dan telpon genggamnya di ambil oleh orang yang mengikat tangan dan kakinya sewaktu baru datang di kamar inapnya di rumah sakit ini. C. Riwayat Penyakit Dahulu - Riwayat trauma kepala (-) - Riwayat kejang/ epilepsi (-) - Riwayat alergi obat (-) -Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif : Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif disangkal. 3

4 - Riwayat Penyakit Sistemik : Riwayat hipertensi (-). Riwayat tumor otak (-) Riwayat nyeri kepala (-) Riwayat demam lama (-) Riwayat DM (-) Riwayat asma (-) D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat Prenatal dan Perinatal Selama kehamilan tidak ada gangguan kesehatan, dilahirkan normal saat usia kehamilan 9 bulan, dilahirkan di rumah dukun. 2. Masa Kanak-kanak (0-3 tahun) Tumbuh kembang pasien sama dengan anak sebayanya. 3. Masa Pertengahan (3-11 tahun) Pasien merupakan anak yang baik namun sensitif dan mudah curiga. 4. Masa Kanak Akhir dan Remaja Pasien tumbuh seperti anak seusianya. Pasien memiliki sifat mudah curiga, sensitif, mudah tersinggung dan kurang pemaaf. 5. Masa Dewasa a. Riwayat pendidikan Pasien tidak sekolah b. Riwayat pekerjaan Pasien hanya dirumah, sebagai ibu rumah tangga. c. Riwayat pernikahan Pasien menikah pada tahun 1988 dengan laki-laki pilihan sendiri. Suami pasien adalah seorang supir, jarang di rumah, sehingga hubungan rumah tangga kurang harmonis. Pasien dikaruniai 3 orang anak. 1 orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki. Pada bulan Agustus, pasien bercerai dengan suaminya, suaminya mengabulkan permintaan istrinya untuk bercerai, suami lelah dituduh punya selingkuhan terus. 4

5 d. Agama Pasien beragama islam dan semenjak pasien sakit, pasien sudah jarang solat. e. Aktivitas sosial Menurut anak pasien, pasien adalah seorang ibu rumah tangga, lebih banyak mengurus rumah. f. Riwayat keluarga Pasien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, memiliki 2orang kakak dan satu orang adik perempuan. Terdapat anggota keluarga pasien yang memiliki gangguan jiwa yang sama, yaitu ayah pasien. : Ayah kandung pasien, 76 tahun : Pasien, 42 tahun. g. Situasi kehidupan sekarang Sekarang pasien tinggal dengan adiknya. Status ekonomi pasien menengah ke bawah. h. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungannya Pasien menggambarkan dirinya sebagai seorang peremuan biasa. Pasien berharap bisa megurus sendiri rumah tangganya dan memelihara anak dan hartanya jauh-jauh dari mantan suami dan istri baru mantan suaminya (pasien mengaku bahwa suami sudah menikah lagi padahal tidak). i. Persepsi keluarga tentang diri pasien 5

6 Anak pasien menggambarkan pasien sebagai orang yang baik dan ramah, namun memang cenderung pemarah dan mudah curiga serta sensitif. Anak pasien berharap pasien bisa sembuh, karena ia berharap ibu bisa seperti dulu lagi. Menurut anak pasien, kehidupan pasien tidak pernah merasakan kebahagaian karena sakitnya ini. j. Riwayat pelanggaran hukum Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun berurusan dengan pihak berwajib. III. Pemeriksaan Status Mental Pemeriksaan di lakukan pada tanggal 8 November 2012 A. Gambaran Umum : Penampilan Pasien berjenis perempuan berusia 42 tahun dengan penampilan sesuai dengan usia. Pada saat wawancara pasien menggunakan kerudung hitam, baju kaos berwarna biru dan celana dasar hitam serta menggunakan sandal jepit berwarna hijau. Perawatan diri cukup baik. Perilaku dan Akitivitas psikomotor - Selama wawancara pasien duduk dengan gelisah di kursi. Kontak mata pasien dengan pemeriksa kurang, emosinya tidak terkendali. Sikap terhadap pemeriksa Pasien kurang kooperatif dalam bercerita dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien menolak untuk wawancara yang lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit. B. Mood dan afek Mood : Irritable Afek : Appropriate Keserasian : serasi dalam hal pikiran, perasaan, dan perilaku 6

7 C. Pembicaraan Bicara lancar, spontan, jumlah cukup, volume suara naik-turun, intonasi cukup, artikulasi jelas dan isi pembicaraan kadang tidak dapat dimengerti. D. Gangguan Persepsi Dari hasil wawancara : - Halusinasi Auditorik (+) - Halusinasi Visual (+) E. Pikiran Bentuk pikiran 1. Produktivitas : Pikiran yang cepat dan menjawab dengan cepat. 2. Kontinuitas : asosiasi longgar. 3. Hendaya berbahasa : Tidak ada Isi pikiran Ditemukan waham curiga (+), waham kejar (+), waham kebesaran (+) F. Sensorium dan kognitif Taraf kesadaran Compos mentis, Kesiagaan baik Orientasi Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi, siang dan malam. Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS ERBA Palembang. Personal : Baik, Pasien dapat mengenali dokter pemeriksa, koas, perawat, dan istrinya. Daya ingat Jangka Panjang : Baik pasien dapat mengingat keluarga besarnya dan kisah pernikahannya. 7

8 Jangka sedang : Baik, pasien dapat mengingat dengan siapa ia datang dan kapan ia datang ke RS ERBA Palembang. Jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat kemana ia pergi sebelum dibawa ke RS ERBA Palembang. Jangka Segera : Baik, pasien tidak mengalami kesulitan untuk mengulang 6 angka maju dan selanjutnya mundur. Konsentrasi dan perhatian Baik, pasien tidak mengalami kesalahan saat melakukan penguarangan dan seterusnya serta mengeja kata dunia dari belakang. Kemampuan membaca dan menulis Pasien dapat membaca dan menulis Kemampuan visuospasial Baik, pasien dapat mengambarkan jam dan memperlihatkan arah jarum panjang dan jarum pendek dengan baik. Pikiran abstrak Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa sederhana yang diberikan oleh pemeriksa Tak ada gading yang tak retak maupun peribahasa lain. Intelegenesia dan kemampuan informasi Baik, pasien dapat menjawab dengan benar nama presiden RI dan nama presiden pertama RI. Kemampuan menolong diri sendiri Baik, pasien masih bisa berpakaian serta masih dapat makan, minum, dan mandi sendiri. G. Pengendalian impuls Selama wawancara yang pertama pasien kurang dapat mengendalikan diri dan berperilaku. Pasien menolak diwawancarai lebih lanjut, dan menyangkal bahwa is sakit. 8

9 H. Daya Nilai dan tilikan Daya Nilai Sosial Baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter, koas, perawat dan seluruh penghuni bangsal kenanga Penilaian Realita Terganggu, karena pasien kurang mampu membedakan antara hal yang nyata dan tidak nyata. Tilikan Derajat 1, pasien menyangkal menderita penyakit. I. Reliabilitas Secara umum, dapat dipercaya baik alloananmnesis maupun autoanamnesis. IV. Pemeriksaan Diagnosa Lebih Lanjut Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 8 November A. Status Interna Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Status Gizi : terlihat cukup Tanda tanda vital TD : 110/70 mmhg Pulse : 94x/menit RR : 20x/menit Suhu : Aferbis Mata : Konjungtiva tidak anemik, Sklera tidak ikterik Thorax Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-) Pulmo : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan rhonki (-) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal Ekstrimitas : Akral hangat, capillary refill time <2, edema (-) 9

10 Kulit : dalam batas normal B. Status Neurologis GCS 15 - E : membuka mata spontan (4) - V : berbicara spontan (5) - M : gerakan sesuai perintah (6) Tanda Rangsangan Meningeal : Negatif Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ada tremor, bradikinesia (-), dan rigiditas (-). Motorik : 5/5/5/5 Sensorik : Baik Refleks fisiologis : normal Refleks patologis : tidak ditemukan refleks patologis V. Ikhtisar Penemuan Bermakna Berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa pasien seorang perempuan berusia 42 tahun, agama islam, suku Jawa, pekerjaan ibu rumah tangga, status bercerai. Pasien dirawat dengan keluhan sering mengoceh dan marah-marah, dan mudah curiga. Pada pemeriksaan status mental pada tanggal 8 November 2012 didapatkan seseorang perempuan, penampilan sesuai dengan usia, berbadan kurus, perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotorik pasien selama wawancara pasien duduk dengan gelisah di kursi. Kontak mata pasien dengan pemeriksa kurang, emosinya tidak terkendali. Sikap terhadap pemeriksa, pasien kurang kooperatif dalam bercerita dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien menolak untuk wawancara yang lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit. Mood irritable, afek appropriate, pembicaraan dengan afek sesuai. Pada gangguan persepsi ditemukan halusinasi visual dan auditorik. Bentuk pikiran non realistik, isi pikir waham curiga, waham kebesaran dan waham kejar, dengan proses isi pikir asosiasi longgar, RTA terganggu dengan tilikan derajat satu. Pada pemeriksaan fisik Interna dan pemeriksaan yang lain tidak ditemukan kelainan. 10

11 VI. Formulasi Diagnosis Aksis I : Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa. Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-19). Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual. Gangguan isi pikir yaitu waham curiga, waham kebesaran dan waham kejar. Juga tidak pernah mengalami perasaan sedih atau senang yang berlebihan dan menetap dalam periode tertentu. Gejala tersebut dialami pasien selama kurang lebih dari 6 bulan, sehingga dapat digolongkan kedalam gangguan psikotik kelompok skizofrenia (F20), maka berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah Skizofrenia Paranoid (F20.00). Aksis II Pada pasien ini didapatkan informasi yang bermakna dari riwayat premorbid, riwayat kehidupan pribadi pada masa kanak, remaja, dan dewasa 11

12 yaitu ia punya mudah curiga sehingga untuk aksis II F 60.0 Gangguan Kepribadian paranoid. Aksis III Pada pasien ini berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Aksis IV Pada pasien untuk aksis IV yaitu Masalah support primary group Aksis V GAF pada saat ini adalah 70-61, adanya beberapa gejala ringan dan menetap dan diabilitas ringan, misalnya pekerjaan, hubungan dengan keluarga dan proses pikir. VII. Diagnosis Multiaksial Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid (F20.00) Aksis II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis IV : Masalah support primary group Aksis V : GAF Current MRS GAF Scale VIII. Daftar Masalah A. Organobiologik Ada faktor genetik gangguan kejiwaan (Ayah kandung pasien) B. Psikologik Mood : Irritable Afek : Appropriate Keserasian : Sesuai Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+) Isi pikir : Waham curiga (+), waham kejar (+) RTA : Terganggu Tilikan : Derajat 1 12

13 C. Lingkungan dan Sosioekonomi Kurangnya pengetahuan keluarga, mengenai penyakit pasien, gejalagejalanya, faktor-faktor yang memberatkan lainnya. Selain itu, masalah lingkungan sosial, bagaimana hubungan ia dengan para tetangganya. Sekarang pasien tinggal dengan adiknya. Status ekonomi pasien menengah ke bawah. IX. Prognosis Ad vitam Ad Sanationam Ad Fungsionam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam X. Rencana Terapi A. Psikofarmaka Risperidone 2 x 2 mg B. Psikoterapi Memberikan pengertian dan penjelasan pada pasien yang bersifat komunikatif, edukatif dan informatif tentang keadaan pasien bahwa pasien harus bisa mengendalikan diri dan mau mematuhi pengobatan demi kepentingan si pasien tersebut sehingga pasien dapat menjaga kepatuhan minum obat, mengerti tentang gangguan yang dideritanya dan juga menyadari bahwa ada kemungkinan bahwa keluhan-keluhan yang dideritanya disadari oleh faktor psikologis dan dapat meminta bantuan psikiatri pada saat pasien membutuhkannya. Mengembalikan kepercayaan diri pasien pada fungsi optimal terutama dalam kehidupan sosioekonomi, sehingga pasien bisa menjalani aktivitas sehari-hari dan merawat kebersihan diri dengan baik tanpa disuruh. Memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup yang 13

14 baik serta memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan semangat dalam menjalani hidup. Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif mengenai penyebab penyakit pasien, gejala-gejalanya, faktorfaktor yang memberatkan, dan bagaimana cara pencegahannya. Pada keluarga. Sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan. Menjelaskan pada keluarga bahwa pasien perlu dukungan penuh, perlu dirangkul dan di ajak berkomunikasi dengan lebih sabar lagi, jangan di kurung maupun jangan membuat pasien merasa di kucilkan, karena hal tersebut dapat memparah keadaan pasien. Keluarga diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol minum obat maupun kontrol berobat jika obat habis untuk memantau perjalanan penyakit pasien dan tindak lanjut dari pengobatan yang didapat pasien. XI. Pandangan Islam Islam juga menganjurkan umatnya untuk berobat dan mendatangi dokter spesialis. Hal ini tercermin dari nasihat Rasulullah kepada Sa ad bin Abi Waqash ketika menderita sakit untuk mendatangkan seorang dokter Arab, yaitu Al-Harist bin Kaldah. Nabi kemudian berkata kepada Saad bin Abi Waqash: Sesunggunya engkau terkena penyakit, maka datangkanlah Al-Harist bin Kaldah, saudara bani Tsaqif, karen dia sesungguhnya dokter yang pandai memilih pengobatan (HR. Abu Daud). 14

15 BAB II DISKUSI Diagnosis skizofrenia paranoid ditegakkan atas dasar adanya gangguan persepsi halusinasi auditorik dan visual serta gangguan isi pikir berupa waham curiga dan waham kejar, hal ini telah berlangsung sekitar 6 bulan yang lalu. Pengobatan pada pasien ini dipilih risperidone dengan dosis awal 2 mg diberikan 2 kali perhari. Karena risperidon merupakan obat antipsikotik atipikal dengan efek samping yang minimal. Indikasi pemberiannya adalah terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor serotonin dan dopamine. Pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan dari dosis terkecil yang menimbulkan efek terapeutik, dalam hal ini pemberian Risperidone yaitu : 2 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi 4 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi 6 mg/hari, 1-2 x sehari. Dosis umum Risperidon adalah 3-6 mg per hari. Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping ekstrapiramidal. Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek samping ekstra piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas dopamin pada ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap reseptor D2. Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan psikoterapi. Psikoterapi suportif berujuan agar pasien merasa aman, diterima, dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain. 15

16 Prognosis penderita ini adalah dubia dan gejala ini bisa berulang karena adanya riwayat gangguan psikiatri dalam keluarga. Bila pasien taat menjalani terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh, serta adanya dukungan dari keluarga yang cukup maka akan membantu perbaikan pasien. 16

17 TABEL FOLLOW UP Selasa, 7ovember 2012 Rabu, 8 November 2012 Kamis, 9 November 2012 Jum at, 10 November 2012 Sabtu, 10 November 2012 KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Waham curiga (+) Halusinasi (+). TD = 110/70 mmhg. Emosi : stabil Th/ : Inj. Lodomer 2 x 1 ampul Inj. Valdimex 2 x 1 ampul Risperidone 2 x 2 mg Merlopam 2 x 1 mg Trihexipenidil 2 x 2 mg KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Waham curiga (+) Halusinasi (+) TD = 110/70 mmhg.mmhg. Emosi : stabil Th/ : Risperidone 2 x 2 mg Merlopam 2 x 1 mg Trihexipenidil 2 x 2 mg KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+) TD = 110/70 mmhg.mmhg. Emosi : stabil Th/ : Risperidone 2 x 2 mg Merlopam 2 x 1 mg Trihexipenidil 2 x 2 mg KU baik, os tampak bingung, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Bisikan (+). TD = 150/80 mmhg. Emosi : stabil Th/ : Risperidone 2 x 2 mg Merlopam 2 x 1 mg Trihexipenidil 2 x 2 mg KU, os tampak gelisah dan bingung, kontak (+), os tidak bisa mengurus diri dan tidak bisa tidur, Waham curiga (+) Halusinasi (+). TD = 110/70 mmhg. Emosi : stabil Th/ : Risperidone 2 x 2 mg Merlopam 2 x 1 mg Trihexipenidil 2 x 2 mg 17

18 Senin, 22 Oktober 2012 Selasa, 23 Oktober 2012 Rabu, 24 Oktober 2012 KU baik, kontak (+), bisa tidur, Waham curiga (+) Halusinasi (+). TD = 110/70 mmhg.halusinasi visual dan auditorik (+). TD 150/80 mmhg. Emosi : stabil Th/ : Risperidone 2 x 2 mg Merlopam 2 x 1 mg Trihexipenidil 2 x 2 mg KU, os tampak gelisah dan bingung, kontak (+), os tidak bisa mengurus diri dan tidak bisa tidur, Waham curiga (+) Halusinasi (-). TD = 110/70 mmhg. Emosi : stabil Th/ : Risperidone 2 x 2 mg Merlopam 2 x 1 mg Trihexipenidil 2 x 2 mg KU, os tampak tenang dan mau pulang, kontak (+), os bisa mengurus diri dan bisa tidur, Waham curiga (+) Halusinasi (-). TD = 110/70 mmhg. Emosi : stabil Th/ : Risperidone 2 x 2 mg Merlopam 2 x 1 mg Trihexipenidil 2 x 2 mg 18

19 DAFTAR PUSTAKA 1. Sadock BJ and Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, Lippincott Williams & Wilkins 10th Edition Dadang Hawari. Alqur an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta: PT Dhana Bhakti Prima Yasa Depkes RI. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-iii. Jakarta Jager M, Hintermayr M, Bottlender R, Strauss A, Möller HJ, Course and outcome of first-admitted patients with acute and transient psychotic disorders (ICD-10:F23) Focus on relapses and social adjustment, Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci Kusumanto Styonegoro, dalam Dadang Hawari. Alqur an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta: PT Dhana Bhakti Prima Yasa Mahar Mardjono dalam Dadang Hawari. Alqur an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta: PT Dhana Bhakti Prima Yasa Marneros A, Pillmann F, Haring A, Balzuweit S, Blöink R, Features of acute and transient psychotic disorders, Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci Maslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Penerbit bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- Atma Jaya. Jakarta, Tim Psikiatri FKUI Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI Press. 19

20 DIAGRAM RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT 6 Bulan yang lalu 3 bln yll \ 1 bulan yll -Pasien sering mengocehngoceh - Tidak bisa tidur - sering curiga suami ada simpanan - Halusinasi (+) Halusinasi auditorik dan halusinasi visual Bercerai dari suami dan lebih sering mengocehngoceh Pasien marah - marah Dan menuduh kelurga akan mengurungnya Pergi kerumah adiknya Sering keluar rumah di tempat rumah adiknya Pergi keluar rumah mencari dan membeli rumah baru dan membayar dengan rumah lama Masih sering mengoceh-ngoceh sendiri Rawat inap pertama Mengocehngoceh sendiri Rawat Marah-marah inap pertama Tidak bisa tidur Curiga (+) makin menjadi Halusinasi (+) Semakin sering keluar rumah 1

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK Oleh: Frentya Maya Anggi W, S.Ked NIM. 042010101005 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati Sp. KJ FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2009 1 LAPORAN KASUS PSIKIATRI

Lebih terperinci

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN Disusun oleh : Ali Abdullah Sungkar S.Ked 0810221112 Dokter Pembimbing: Dr. Tribowo T. Ginting, Sp.KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS

Lebih terperinci

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah STATUS PASIEN PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Egi Prayogi Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 26 tahun Alamat : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah Pekerjaan :

Lebih terperinci

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis.

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis. STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : JenisKelamin : Umur : Agama : Suku : Pendidikanterakhir : Status Pernikahan : Pekerjaan : Alamat : Tempat Wawancara : Tanggal Masuk : II. RIWAYAT PSIKIATRI No.

Lebih terperinci

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K)

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K) CASE REPORT SESSION SKIZOFRENIA HEBEFRENIK Disusun oleh : Siska Nurlaela 1301 1206 0144 Dina Astiyanawati 1301 1206 0147 Pembimbing : Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K) BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Lebih terperinci

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK CASE REPORT SESSION Senin, 20 Agustus 2007 SKIZOFRENIA HEBEFRENIK BSR 15 Agustus 2007 Disusun oleh : Robby Hermawan C11050199 Wulan Apriliani C11050258 Pembimbing : Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K)

Lebih terperinci

STATUS PSIKIATRI. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari Suku bangsa /warga Negara : Sunda/ Indonesia

STATUS PSIKIATRI. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari Suku bangsa /warga Negara : Sunda/ Indonesia STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS Nama : Ny. I Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 22 tahun Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari 1992 Agama : Islam Suku bangsa /warga Negara : Sunda/ Indonesia Status Pernikahan

Lebih terperinci

RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Juni 2013, pukul WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.

RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Juni 2013, pukul WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan. I. IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Agama Pendidikan Status Pekerjaan Alamat : Ny. S : 58 tahun : Perempuan : Islam : SMP (tamat) : Menikah : Ibu Rumah Tangga : Jakarta II. RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis

Lebih terperinci

: Jl. Petamburan 2 RT 03 RW 03 No.10

: Jl. Petamburan 2 RT 03 RW 03 No.10 I IDENTITAS PASIEN: Nama (inisial) : Tn. Z Tempat & tanggal lahir : Jakarta, 9 Mei 1985 Usia : 31 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Suku Bangsa : Betawi Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Tukang

Lebih terperinci

SEORANG LAKI-LAKI 24 TAHUN DENGAN GANGGUAN SKIZOFRENIA HEBEFRENIK (F20.1)

SEORANG LAKI-LAKI 24 TAHUN DENGAN GANGGUAN SKIZOFRENIA HEBEFRENIK (F20.1) Refleksi Kasus Psikiatri SEORANG LAKI-LAKI 24 TAHUN DENGAN GANGGUAN SKIZOFRENIA HEBEFRENIK (F20.1) Disusun oleh : Romadona G0006148 Pembimbing : dr. Adriesti Herdaetha, Sp. KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU

Lebih terperinci

SKIZOFRENIA PARANOID

SKIZOFRENIA PARANOID LAPORAN KASUS PSIKIATRI SKIZOFRENIA PARANOID Oleh: M Rachmat Sulthony H1A 007 037 Pembimbing dr. Dian W. Vietara, Sp.KJ. DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

PEMERIKSAAN PSIKIATRI PEMERIKSAAN PSIKIATRI TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan psikiatri, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa. 2. Mengenali gejala dan tanda gangguan

Lebih terperinci

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman / RSKD Atma Husada Mahakam Refleksi Kasus POST TRAUMATIC STRESS DISORDER ` Oleh Dinar Wulan H. NIM 0910015051 Pembimbing dr. Denny

Lebih terperinci

I. IDENTITAS PASIEN RIWAYAT PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN RIWAYAT PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Agama Pendidikan Status Pekerjaan Alamat : Ny. S : 59 tahun : Perempuan : Islam : SMP (tamat) : Menikah : Ibu Rumah Tangga : Jakarta II. RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nurul Iman Pembimbing : dr. Hj. Ni Wayan Ani P, Sp. KJ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta

Disusun Oleh : Nurul Iman Pembimbing : dr. Hj. Ni Wayan Ani P, Sp. KJ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta OBSESIF KOMPULSIF DISORDER Disusun Oleh : urul Iman Pembimbing : dr. Hj. i Wayan Ani P, Sp. KJ Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta L A P O R A K A S U S : O b s e s i f K o m p u l s i

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

CASE REPORT SESSION. Oleh: Denny Maulana Preseptor: Veranita Pandia, dr., SpKJ (K)

CASE REPORT SESSION. Oleh: Denny Maulana Preseptor: Veranita Pandia, dr., SpKJ (K) CASE REPORT SESSION Oleh: Denny Maulana 130112080106 Preseptor: Veranita Pandia, dr., SpKJ (K) SUB BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ S U S A K N A LAPOR D I O N A R A P A I SKIZOFREN J SP.K, D H L U IF A Y S. A. R D : G IN PEMBIMB I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. An Umur : 29 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tempat / TTL : Tanjung Pinang,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS A. ANAMNESA PSIKIATRI 1. IDENTITAS PASIEN

LAPORAN KASUS A. ANAMNESA PSIKIATRI 1. IDENTITAS PASIEN LAPORAN KASUS A. ANAMNESA PSIKIATRI 1. IDENTITAS PASIEN SR, perempuan, 23 tahun, belum menikah, islam, suku Palembang, tamat D III kebidanan, tidak bekerja, batam, datang ke Poli Jiwa RSUD Embung Fatimah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean

CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan 1301-1210-0072 Abednego Panggabean 1301-1210-0080 Pembimbing: Vitriana, dr., SpKFR BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006). 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA 4.1 Pelakasanaan Pendampingan Keluarga 4.1.1 Kunjungan 1 Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Juli 2016 Jenis Kegiatan : Perkenalan dengan keluarga KK dampingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama : Tn. B Umur : 47 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : Tukang Bangunan Agama : Islam Alamat : Bengkulu Selatan Suku bangsa : Indonesia

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama : Tn JT Umur : 19 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Belum Menikah Pekerjaan : Presiden Agama : Islam Alamat : Jln Jelambar Suku bangsa : Sunda Tanggal masuk panti: 21 April 2015

Lebih terperinci

DEMENSIA VASKULER ONSET LAMBAT (F00.1) Oleh: RENNY ANGGRAINI. Pembimbing : dr. Maisarah Zas, SpKJ

DEMENSIA VASKULER ONSET LAMBAT (F00.1) Oleh: RENNY ANGGRAINI. Pembimbing : dr. Maisarah Zas, SpKJ RESENTASI KASUS DEMENSIA VASKULER ONSET LAMBAT (F00.1) Oleh: RENNY ANGGRAINI 0708151236 embimbing : dr. Maisarah Zas, SpKJ KEANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Tanggal masuk panti: 25 Mei 2015 Tanggal wawancara: 29 Mei 2015

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Tanggal masuk panti: 25 Mei 2015 Tanggal wawancara: 29 Mei 2015 Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama: Ny. SI Jenis kelamin: P Pekerjaan: Cleaning service Alamat: Kota Umur: 19 tahun Status pernikahan: Belum Menikah Agama: Islam Suku bangsa: Sunda Tanggal masuk panti:

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masing-masing dari kita mungkin pernah menyaksikan di jalan-jalan, orang yang berpakaian compang-camping bahkan terkadang telanjang sama sekali, berkulit dekil, rambut

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Indonesia Sehat merupakan pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

LAMPIRAN B DATA SUBJEK DAN KEEMPAT ANAK DI RSJ. SOEHARTO MEERJAN

LAMPIRAN B DATA SUBJEK DAN KEEMPAT ANAK DI RSJ. SOEHARTO MEERJAN LAMPIRAN B DATA SUBJEK DAN KEEMPAT ANAK DI RSJ. SOEHARTO MEERJAN 105 DATA DIRI 1. Data Subjek I Nama (Inisial) Suku Bangsa Rutinitas Pendidikan Anak didiagnosis Szhizophrenia Paranoid : Ny. D : 50 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

Presentasi Kasus Spinal Cord Injury

Presentasi Kasus Spinal Cord Injury Presentasi Kasus Spinal Cord Injury Evan Pramudito Mulyadi 1110103000049 Audi Fikri Aulia 1111103000025 Kepanitraan Klinik SMF Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya RSJ.GRHASIA Rumah Sakit GRHASIA Berdiri tahun 1938, sekitar 70 tahun yang lalu. Pertama kali belum dijadikan sebagai rumah sakit jiwa seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jiwa sampai saat ini memang masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya sendiri. Masyarakat kita menyebut

Lebih terperinci

Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia Paranoid PRESENTASI KASUS Skizofrenia Paranoid Pembimbing : Dr. Siti Khalimah Sp.KJ Disusun oleh : Anak Agung Raka A.( 030.04.001) Zaty Hulwanie Ezani (030.04.277) Maria Yosepha L. (030.04.148) Corinne Elsa (030.05.252)

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakit biasanya akut tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut

Lebih terperinci

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM Konsep Kesehatan Jiwa Sadar akan kemampuan diri Mampu mengatasi tekanan hidup

Lebih terperinci

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN MOOD dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ Gangguan Mood Mood adalah pengalaman emosional individual yang bersifat menyebar. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Penyakit ini

Lebih terperinci

STATUS COASS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

STATUS COASS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN STATUS COASS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN Identitas a. Nama : Ny T b. Umur : 37 tahun c. Tanggal lahir : 12/09/2014 d. No. MR : 01213903 e. Alamat : Jl. A RT 01 RW 08 f. Telefon : - g. Nama suami : S h. Umur

Lebih terperinci

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw. ANAMNESIS I. Identitas 1. Nama : Ny. Bandi 2. Umur : 55 tahun 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.08, Jakarta Barat 5. Status Pernikahan : Sudah menikah 6.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 menyatakan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari seseorang dengan kualitas hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan proses interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. Telah terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia

Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Posted by Lahargo Kembaren ABSTRAK Skizofrenia merupakan gangguan kronik yang sering menimbulkan relaps. Kejadian relaps yang terjadi pada pasien skizofrenia

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun 2012(RUU KESWA,2012) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan spiritual

Lebih terperinci

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA Skill Lab. Sistem Neuropsikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2014 PENGANTAR Setelah melakukan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

terlebih bagi seorang wanita, sebagian besar wanita menganggap pernikahan untuk melengkapi atau menyempurnakan hidup (Kartono,1992).

terlebih bagi seorang wanita, sebagian besar wanita menganggap pernikahan untuk melengkapi atau menyempurnakan hidup (Kartono,1992). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan yang menikah tentunya memiliki banyak impian dan harapan indah yang ingin dicapai melalui kebersamaan dalam ikatan tersebut, terlebih bagi seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut UU No.36 tahun 2009 adalah "Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta

Lebih terperinci

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m DELIRIUM Oleh : dr. H. Syamsir Bs, Sp. KJ Departemen Psikiatri FK-USU 1 Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn

Lebih terperinci

F.23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

F.23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Laporan Kasus F.23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Oleh: Fathullah Sari Fitrianingsih I1A009075 I1A009003 Pembimbing Dr. H. Yulizar Darwis, Sp. KJ, MM UPF/LAB ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNLAM-RSUD ULIN

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI...... C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data

Lebih terperinci