PERHITUNGAN BERAT KAPAL KOSONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN BERAT KAPAL KOSONG"

Transkripsi

1 PERHITUNGAN BERAT KAPA KOSONG 1.1 Ukuran Utaa Kapal Berikut ini adalah ukuran utaa kapal yang akan dihitung dala proses peluncuran kapal : Ite Value Satuan Jenis kapal General Cargo pp wl B H 7.98 T Cb 0.76 Vd 12 knots BHP 3470 HP We 30.5 ton Vdisp CB h doublebotto 1 MTC Ton CF Perhitungan Berat Kapal Peluncuran kapal dengan cara End aunching ini dilakukan sebelu peasangan esin induk dan peasangan bangunan atas. Maka dala perhitungan berat tidak enyertakan berat esin. Dari perhitungan berat Tugas Merancang I diperoleh perhitungan berat sebagai berikut : A. BERAT BAJA KAPA KOSONG - Berat baja kapal : ton CG Hull : 1.14 B. BERAT PROPEER DAN POROS - Berat propeller : - ton CG propeller : -

2 - Berat poros : 2.40 ton CG poros : Berat total : 2.40 ton CG total : C. BERAT OUTFITTING - Berat outfitting : ton CG outfitting : D. BERAT CADANGAN - Berat cadangan : 30.46

3 PERHITUNGAN PRA PEUNCURAN 1.1 Perhitungan Berat dan Titik Berat Peluncuran Perhitungan berat dan titik berat kapal kosong yang diperoleh dari perhitungan Tugas Merancang I adalah sebagai berikut ini : No. Bagian Kapal Berat (ton) CG Hasil 1 Hull Propeller & Shaft Outfitting Cadangan = = Sedangkan berat perlengkapan peluncuran yang digunakan adalah 7% - 16% dari total berat kapal yang diluncurkan. (Referensi : Static and Dynaic of the Ship). Pada Tugas Produksi Kapal ini direncanakan berat perlengkapan peluncuran adalah 16% sehingga : WT perlengkapan peluncuran = 7% x WT kapal kosong = ton Total berat dan titik berat peluncuran adalah : P = WT kapal kosong + WT perlengkapan = = ton CG = (WT kapal kosong x CG)+(WT perlengkapan x CG) Berat peluncuran (P) = eter terhadap idship Displaseent kapal setelah adanya perlengkapan peluncuran adalah : V perlengkapan = / 0.8 = γv perlengkapan kapal = V perlengkapan x ρair laut = x = ton = p γv = = ton

4 Perhitungan diensi sepatu luncur yang digunakan pada saat peluncuran eanjang adalah sebagai berikut : Panjang sepatu luncur Dari referensi Static and Dynaic of the Ship, didapatkan bahwa panjang sepatu luncur adalah 80% x pp. S = 80% x pp = eter Tekanan rata-rata yang diijinkan Tekanan rata-rata yang diijinkan pada sepatu luncur erupakan fungsi dari panjang kapal. Untuk pp = 100 eter, aka tekanannya (s) = 20 ton/ Untuk pp = 150 eter, aka tekannanya (s) = 25 ton/ Sehingga untuk pp = eter, tekanan rata-rata yang diijinkan pada sepatu luncur adalah : σ ax = 20 +(( )/( ))*(25-20) = ton/ ebar sepatu luncur ebar sepatu luncur (b) yang digunakan pada proses peluncuran ini adalah sebagai berikut : S = P/(n x b x σ ax ) Diana : P = berat peluncuran = ton n = julah sepatu luncur = 3 buah S = panjang sepatu luncur = eter Sehingga : b = P/(n x S x σax) = 0.38 eter Direncanakan lebar sepatu luncur adalah = 0.5 eter Tinggi sepatu luncur Tinggi iniu sepatu peluncuran enurut "Principals of Naval Architecture" section 17, page 755 adalah 12 inchi = 30 c Jadi, tinggi sepatu luncur yang direncanakan adalah = 30 c = 0.3 eter

5 Menentukan ukuran landasan luncur A C H B Keiringan landasan luncur untuk pengerjaan Tugas Merancang 3 ini disaakan dengan kondisi di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya, yaitu : Panjang landasan dibawah garis air ( ) = Sudut keiringan landasan terhadap air ( ) : = Kedalaan air pada ujung landasan : H = sin x = Perhitungan Bonjean Kapal Berikut ini adalah gabar bonjean kapal General Cargo per station kapal : Dari data-data gabar bonjean kapal tersebut di atas, aka dapat diperoleh data luasan kapal yang tercelup air sebagai berikut ini :

6 angkah Station

7 Sedangkan data volue sepatu luncur yang tercelup di dala air adalah : Panjang Kapal pp = M Tinggi Sepatu uncur c = 0.30 M 300 ebar total sepatu luncur b = 0.50 M 500 Sudut andasan = 3.00 Jarak AP ke ujung belakang sepatu luncur h = 9.47 M Panjang sepatu peluncuran S = M Panjang landasan yang tercelup air = M Berat Peluncuran P = Ton Titik Berat Terhadap Midship CG = M Sepatu uncur yang tercelup dala air () angkah bawah atas

8 PERHITUNGAN PEUNCURAN 1.1 Perhitungan Periode I AP P FP q B R h S q H Dala periode I peluncuran, kapal belu eiliki gaya apung. Gaya berat kapal dapat diuraikan enjadi gaya noral P l cos β yang tegak lurus landasan dan gaya dorong P l sin β yang sejajar bidang landasan luncur. Kapal bergerak karena ada gaya dorong, tetapi antara landasan luncur dan sepatu luncur ada gesekan. Jadi koponen berat ini harus apu engatasi gaya gesek yang terjadi. Sehingga agar kapal dapat ulai bergerak sendiri, syaratnya adalah : P sin f s P cos Diana : β = sudut keiringan landasan fs = koefisien gesek statis P = berat peluncuran atau setelah P dicoret dan cos β 1 sin f s dan karena β kecil, sin β = β sehingga ruus di atas enjadi : f s Setelah kapal bergerak, besar koefisien gesek akan berkurang dan disebut koefisien gesek dinais f d. Tetapi f d ini dapat ebesar lagi jika pada suatu tepat peluas tertekan habis pada waktu kapal berada di atasnya. Dala tahap ini, dianggap koefisien gesek dinais besarnya konstan, sehingga kapal engalai gerak dipercepat beraturan dan persaaan keseibangan dinais enjadi :

9 P s" P sin P fd cos 0 g Karena β kecil, persaaan di atas dapat disederhanakan enjadi s " g( f d ) dengan s adalah percepatan, sehingga kecepatan enjadi s' g( fd ) t s0' dengan s 0 adalah kecepatan awal, dan langkah enjadi p Diana : s 2 t g( fd ) s0' t s 2 dengan s 0 adalah langkah awal. Jika ketidaksaaan (3) tidak dipenuhi, kapal asih bisa bergerak dengan eberikan kecepatan awal s 0 sedeikian sehingga s dala persaaan (5) berharga positif. Selain itu perlu diperiksa apakah landasan atau tanah apu eneria berat peluncuran dan yang enjadi acuan adalah tekanan aksiu pada landasan. Tekanan ini dihitung dengan ruus berikut P cos b S b = lebar sepatu luncur S = panjang sepatu luncur atau julah panjang sepatu luncur jika lebih dari satu Harga ini keudian dibandingkan dengan daya dukung landasan atau tanah, apakah elebihi daya dukungnya atau tidak. Jika diinginkan perhitungan lebih teliti, dianggap reaksi landasan tersebar berbentuk trapesiu sepanjang sepatu luncur. Jika titik berat kapal dan peralatan luncur berjarak x P dari ujung buritan sepatu luncur, aka intensitas beban q B dan q H dapat dihitung dengan ruus berikut : 0 q H 2P S (3xP S S ) dan q B 2P S (2S 3x ) S P

10 Hasil Perhitungan : Berikut ini adalah gaya-gaya yang bekerja pada periode I peluncuran, kapal akan bergerak jika jika F1>F3. Keterangan : P = Berat peluncuran = ton = Sudut keiringan landasan = 3 Gaya-gaya yang diuraikan pada P adalah : 1. F1 = P sin = ton 2. F2 = P cos = ton 3. F3 = f x F2 Diana : f = 8.5 / [(t+100)x(t 1/2 )] t = Teperatur peluncuran ( o C) o C = t = [ (9/5 x t')+32] = direncanakan 85 T = Tekanan rata-rata pada landasan = ton/ 2 = 1.29 ton/ft 2 f = 8.5 / [ (t+100) x (T 1/2 ) ] = 0.04 F3 = ton Karena F1>F3 aka dapat bergerak sehingga eenuhi persyaratan o F atau T = P/n.b.s

11 b. Pebebanan pada Periode I Pebebanan rata-rata yang bekerja pada landasan untuk tiap eter ( q ) : q = P / S diana : P = Berat peluncuran = ton S = Panjang sepatu luncur = q = ton/ Pebebanan pada landasan dapat digabarkan sebagai trapesiu dengan panjang S dan sisi-sisi sejajar qd dan qb. qb qd CG X idship S Keterangan : X = Jarak titik berat bidang beban terhadap ujung belakang bidang beban = [ S/2 - CG ] CG = = Pebebanan depan (qd) : qd = [2q x (3X - S)] / S = ton/ Pebebanan belakang (qb) : qb = [2q x (2S - 3X)] / S = ton/

12 4.2 Perhitungan Periode II AP l SD A S S=0 S P l SP FP D = V l D l P h S/tan R l R h S Pada periode II, gaya apung telah terjadi pada kapal. Reaksi landasan yang tersebar hanya di lihat resultannya saja. Untuk enghitung besar dan letak resultan ini, aka digunakan persaaan keseibangan sebagai berikut : keseibangan gaya : keseibangan oen terhadap ujung sepatu luncur : Diana : D = gaya apung l SD = lengan D terhadap ujung haluan sepatu luncur l SP = lengan P terhadap ujung haluan sepatu luncur R = resultan reaksi landasan l SR = lengan R terhadap ujung haluan sepatu luncur engan-lengan dapat dihitung dengan ruus berikut: SP SD S S A A x x P D dengan x P = jarak titik berat dari AP dengan x D = jarak titik apung dari AP D P R 0 D. lsd P. lsp R. lsr D dan x D dihitung dengan bantuan kurva Bonjean atau cara lain. Sarat buritan dapat dihitung dengan ruus berikut : Diana : T A ( s) tan = jarak dari AP ke badan kapal yang paling dulu enyentuh air s = langkah kapal 0 angkah 0 adalah kedudukan kapal pada saat badan kapal pertaa kali enyentuh air. Selanjutnya langkah dihitung dari langkah 0 ke kedudukan kapal

13 pada suatu saat. Jadi ada dua persaaan dengan dua yang tidak diketahui, sehingga besar dan letak resultan dapat dihitung. Setelah itu aka besar intensitas beban di ujung-ujung sepatu luncur dapat dihitung dengan ruus q H dan q B di atas. Dapat terjadi bahwa diukur dari ujung sepatu luncur, letak resultan kurang dari 1/3 panjang sepatu luncur. Dala hal ini beban tersebar dala bentuk segitiga yang panjangnya 3 kali jarak resultan ke ujung sepatu luncur dan luas segitiga saa dengan besar resultan. AP l SP l SD D = V P l R FP qb R qh Dari gabar kita lihat bahwa terhadap ujung haluan sepatu luncur, gaya berat eutar kapal berlawanan arah dengan jaru ja dan gaya apung eutar kapal searah dengan jaru ja. Jika oen gaya apung terhadap ujung darat sepatu luncur sudah saa besar dengan oen gaya berat terhadap titik yang saa, aka buritan kapal ulai terangkat dan reaksi landasan terpusat di ujung darat sepatu luncur. Saat ini disebut angkat buritan atau sternlift. Pada saat itu besar reaksi landasan saa dengan selisih D dan P dan akan terpusat di ujung haluan sepatu luncur, hingga l R = 0. Maka di daerah ini jika perlu diberikan penguatan tabahan. Pada kapal yang bagian buritannya kurus sekali atau jika sudut keiringan landasan terlalu kecil, dapat terjadi bahwa sapai titik berat kapal elewati ujung landasan, angkat buritan belu terjadi. l T AP l P l TD l R FP h/tan l D h D = V P R S Persaaan keseibangan enjadi: o keseibangan gaya : o keseibangan oen terhadap ujung landasan : D TD D P R 0 TP P TR R 0

14 engan-lengan dapat dihitung dengan ruus berikut: s h tan TD x D s h tan TP x P Diana : h = tinggi sepatu luncur λ = panjang landasan yang berada di dala air Dari gabar terlihat bahwa terhadap ujung landasan, gaya berat eutar kapal berlawanan arah dengan jaru ja dan gaya apung eutar kapal searah dengan jaru ja. Jika oen gaya apung terhadap ujung landasan lebih kecil dari oen gaya berat terhadap titik yang saa, aka kapal akan berputar berlawanan arah dengan jaru ja. Kejadian ini disebut jungkit atau tipping. Pada saat itu besar reaksi landasan saa dengan selisih D dan P dan akan terpusat di ujung landasan. Reaksi terpusat ini dapat erusakkan landasan, sepatu luncur aupun dasar kapal dan karenanya sebisa ungkin dihindari. Kalau tidak dapat dihindari, jungkit hanya boleh terjadi untuk jarak yang sangat pendek. Setelah jungkit terjadi, gaya apung dan oennya akan terus bertabah (karena kapal asih akan terus bergerak), sehingga kapal akan berputar searah jaru ja dan duduk lagi di landasan sehingga reaksi landasan akan tersebar lagi. Setelah ini biasanya angkat buritan akan terjadi. Hasil Perhitungan : V gab. d - PC > 0 diana : PC = Moen dari gaya berat terhadap ujung belakang peluncur V gab. d = Moen dari gaya tekan keatas terhadap ujung belakang peluncur P x [ (pp/2)- PC = CG] diana : P = Berat peluncuran = ton CG = Jarak Fp ke ujung depan = sepatu = aka : PC = ton

15 Berikut ini adalah variable-variabel yang dihitung pada periode II Peluncuran. Ite S So Sn Tb Tb' f = APB g = pp/2 + CG h a = g - (Sn - ) b = (Sn - ) - f c = (S + h) - g d = (S + h) - f V ɣv ɣ Vb ɣ Vd P Pa Pc Pd ɣ Vd - Pc Cek Stern ift P - Gv Satuan 3 ton ton. ton. ton ton. ton. ton. ton. - angkah Belu Belu Belu Belu Belu Belu Belu Stern lift Stern lift Stern lift Stern lift Stern lift

16 Sedangkan pebebanan landasan yang terjadi pada landasan sebelu kapal engalai stern lift adalah sebagai berikut Beban andasan trapesiu trapesiu trapesiu trapesiu segitiga 1 segitiga 1 segitiga 1 segitiga 2 S' =(S+h)-(Sn- ) Q = P - gv Ton x =(gvb - Pa)/Q /3S' /3S' x' = x - - (Sn - h)] Trapesiu (1/3S'<x<2/3S') q = Q/S' ton/ qd = 2q(3x - S')/S' ton/ qb = 2q(2S' -3x)/S' ton/ Segitiga 1 (x < 1/3S') q = Q/3x ton/ qd = 0 ton/ qb = 2q ton/ Segitiga 2 (2/3S' < x) q = Q/3x ton/ qd = 2q ton/ qb = 0 ton/

17 4.3 Perhitungan Stern ift PERHITUNGAN PADA SAAT STERN IFT Dari perhitungan periode II, dapat diketahui bahwa stern lift kapal terjadi antara langkah 5 dan 6. Selanjutnya dala perhitungan ini, bertujuan untuk engetahui langkah yang sesungguhnya saat terjadi stern lift. Dan endapatkan harga-harga variabel dala diagra peluncuran ini. jarak station : ANGKAH ɣ Vd - Pc Dengan enggunakan persaaan linear, selanjutnya dapat diketahui langkah yang sebenarnya pada saat terjadi stern lift. x1 = 7 x2 = 8 y1 = y2 = Persaaan linear yang digunakan : x - x1 = y - y1 x2 - x1 y2 - y1 Sehingga untuk harga y = 0 (saat terjadi stern lift) didapatkan harga x : x = (y - y1) (x2 - x1) + x1 y2 - y1 = Jadi stern lift terjadi pada langkah ke atau : x = x 2(hpp) = dari station 0 Data dari bonjean untuk langkah tersebut adalah : Tb =

18 Untuk Kapal Untuk Sepatu uncur Station uas (A) s As n Asn Atas(at) Bawah(ba) sl = ba - at Dala Volue Sepatu uncur Vsl = (at + ba)/2 * b * c = Bouyancy Sepatu uncur APBsl = {(at/2)(at.b.c) + (sl/3)(sl.b.c)}/vsl + h = Volue Kapal Vkp = 1/3 * hs * S = Bouyancy Kapal APBkp = S2/S1 * hs = S1 = S2 = Volue Peluncuran Bouyancy Peluncuran V = Vkp + Vsl APB = (Vkp.APBkp + Vsl.APBsl)/V = =

19 Variabel yang bisa dihitung dala kondisi ini adalah : Ite Satuan angkah angkah Ite Satuan S' =(S+h)-(Sn+ ) S Q = P - gv Ton So x =(gvb - Pa)/Q Sn /3S' Tb /3S' Tb' x' = x -[l - (Sn - h)] f = APB Pebebanan - segitiga 2 g = pp/2 + CG h a = (Sn - ) - g Trapesiu (1/3S'<x<2/3S') b = (Sn - ) - f q = Q/S' ton/ - c = (S + h) - g qf = 2q(3x - S')/S' ton/ - d = (S + h) - f qa = 2q(2S' -3x)/S' ton/ - V gv ton Segitiga 1 (x < 1/3S') gvb ton q = Q/3x ton/ - gvd ton qd = 0 ton/ - P ton qb = 2q ton/ - Pa ton Pc ton Segitiga 2 (2/3S' < x) Pd ton q = Q/3x ton/ gvd - Pc ton qd = 2q ton/ gvb - Pa ton qb = 0 ton/ P - Gv

20 4.4 Perhitungan Periode III l P AP FP T A3 T A2 T A1 D 1 D 2 D 3 P D3 R T A1 T A2 T A T A yg dicari D1 D2 T A3 Sisa 3 Sisa 2 Sisa 1 Sisa Setelah kapal engalai stern lift dan dianggap bahwa kapal asih duduk di landasan, aka didapatkan bahwa oen gaya apung terhadap ujung darat sepatu luncur lebih besar dari oen gaya berat terhadap titik yang saa, berarti kapal tidak ungkin asih duduk di landasan. Ini berarti bahwa sarat belakang T A akan lebih kecil dari s.tan tetapi tidak tahu berapa besarnya. Untuk encarinya, dapat dipakai cara berikut : Abil harga T A dari langkah sebelunya dan beri naa T A3. Hitung sarat T A1 = s tan dan hitung juga T F1. Keudian abil harga satu sarat lagi yaitu T A2 = 0.5*( T A3 + T A1 ) Untuk encari T F2 dan T F3 dipakai cara berikut ; Pada siste koordinat dengan subu X elewati bidang dasar kapal (base line) dan subu Y elalui AP, aka koordinat titik sarat di AP adalah (0,T A1 ) dan bidang air eotong subu X di ((lav + s)tan,0) sehingga persaaan garis dapat ditentukan. Ujung sepatu luncur sebagai subu putar epunyai koordinat (las + ls,0). Jika persaaan bidang air ditulis sebagai Ax By C 0 dan koordinat subu putar adalah (x1,y1) aka jarak subu ke bidang air saa dengan jari-jari putar sebesar d Ax 1 A 2 By 1 B 2 C Untuk encari T F2, tulis persaaan garis yang elalui T A2 dan subu putar dan kita dapat enghitung slope dari garis ini, disebut α2. ihat segitiga yang dibentuk oleh T A2, subu putar dan titik singgung. Jika jarak T A2 ke subu putar disebut sebagai l, aka sudut antara garis ini dan bidang air yang enyinggung lingkaran putar adalah 2 arctan d l. Maka slope bidang air yang elalui T A2

21 adalah dan persaaan garis dapat ditentukan, deikian juga dengan T F2. Prosedur ini dapat diulang untuk encari T F3. Untuk asing-asing sarat kita hitung gaya apung dan oen gaya apung terhadap ujung darat sepatu luncur, dan karena garis air yang kita abil bukan garis air keadaan setibang, aka julah gaya dan julah oen tidak saa dengan nol. Maka: R. lr D. lsd P. l SP res Untuk tiap Ta akan ada sisa, jadi : o Untuk T A1 ada sisa res 1 o Untuk T A2 ada sisa res 2 o Untuk T A3 ada sisa res 3 Keudian buat grafik dengan res sebagai absis dan T A sebagai koordinat. Kalau ketiga titik kita hubungkan, garis hubung akan eotong subu tegak pada T A yang kita cari. Dapat juga dipakai interpolasi kuadrat dari tiga titik y ( x ( x 1 x2)( x x )( x 2 1 x3) y x ) 3 1 ( x ( x 2 x1 )( x x )( x 1 2 x3) y x ) 3 2 ( x ( x 3 x1 )( x x )( x 1 3 x2) y x ) angkah-langkah di atas diulang untuk beberapa travel s sapai D = P atau kapal sudah terapung bebas Jika ujung sepatu luncur sudah sapai pada ujung landasan dan D asih lebih kecil dari P, aka sepatu luncur bersaa kapal akan jatuh. Jika bagian badan kapal di sebelah depan sepatu luncur asih panjang, aka waktu jatuh bagian ini akan ebentur ujung landasan dan ungkin engalai kerusakan. Jika perairan di ujung landasan tidak dala, aka ungkin sepatu luncur dan kapal akan ebentur dasar laut. Tergantung keadaan dasar laut, ungkin terjadi kerusakan, ungkin juga tidak. Sebaliknya, jika perairannya dala, aka kapal akan engangguk-angguk sekitar kedudukan terapung bebasnya dan tidak terjadi benturan. 2 3

22 Berikut ini adalah perhitungan langkah-langkah pada periode III peluncuran Harga Persaaan Satuan angkah 8 angkah 9 angkah 10 angkah 11 angkah l S So Sn Tb Tb' f = APB g = pp/2 + CG h a = g - (Sn - l) b = (Sn - l) - f c = (S + h) - g d = (S + h) - f V gv Ton gvb Ton gvd Ton P Ton Pa Ton Pc Ton Pd Ton S' = c - a Q = P - gv Ton q = Q/(0,05S) ton

23 Hasil Interpolasi berdasarkan Tb yang sebenarnya yang telah diperoleh Harga Persaaan Satuan angkah 8 angkah 9 angkah 10 angkah 11 angkah l S So Sn Tb Tb' f = APB g = pp/2 + CG h a = g - (Sn - l) b = (Sn - l) - f c = (S + h) - g d = (S + h) - f V gv Ton gvb Ton gvd Ton P Ton Pa Ton Pc Ton Pd Ton S' Q = P - gv Ton q = Q/(0,05S) ton gvd-pc Ton

24 Tabel Data Diagra Peluncuran H = ;PANJANG TIAP ANGKAH Harga Persaaan Satuan angkah l S So Sn Tb f = APB g = pp/2 + CG h a = g - (Sn - l) b = (Sn - l) - f c = (S + h) - g d = (S + h) - f V gv ton gvb ton gvd ton P ton Pa ton Pc ton Pd ton S' =(S+h)-(Sn-l) Q = P - gv ton x =(gvb - Pa)/Q x' = Sn- l - h + x q ton/ qf ton/ qa ton/

25 DAFTAR PUSTAKA Robert Taggart, Ed., Ship Design and Construction, SNAME, Jersey City, NJ, 1980 Clyde M. eavitt, Chapter XVII: aunching, pp V. Seyonov Tyan Shansky, Statics and Dynaics of the Ship, Chapter VII: aunching, pp , Peace Publishers, Moscow, 1960?

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 ja 1 (Nilai 15) Sebuah bola pada ketinggian h dari perukaan lantai, ditebakkan secara horizontal dengan kecepatan v 0. Bola engenai lantai dan eantul

Lebih terperinci

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2 LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) = 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu itu

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2 BB XI. LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) = 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2 BB XI. LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu

Lebih terperinci

FUNGSI KURVA BONJEAN PADA PELUNCURAN KAPAL SECARA END LAUNCHING

FUNGSI KURVA BONJEAN PADA PELUNCURAN KAPAL SECARA END LAUNCHING METANA, Vol. 10 No. 01, Juli 2014, Hal. 25-33 FUNGSI KURVA BONJEAN PADA PELUNCURAN KAPAL SECARA END LAUNCHING Indro Dwi Cahyo PSD III Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstract

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN

PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN Dari gabar orang bersepeda di atas jelas terlihat bahwa jalan yang dilalui sepeda selalu enyinggung roda sepeda, baik depan aupun belakang asing-asing di titik A dan

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan yang iring (dengan sudut θ terhadap bidang horizontal)

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011 tosi-ipb.blogspot.co ekanika I BAHAN KUIS PRA-UTS EKANIKA, 3-4 Oktober 0 Untuk kalangan sendiri Tidak diperjualbelikan Silakan kerjakan soal-soal berikut, pahai dengan baik. Soal Kuis akan diabil dari

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008 Soal-Soal dan Pebahasan Mateatika IPA SBMPTN/SNMPTN 008. Diketahui fungsi-fungsi f dan g dengan f(x) g(x) x - x untuk setiap bilangan real x. Jika g(), f ' () f(), dan g ' () f(), aka g ' () A. C. 0 E.

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 SEEKSI OIMPIDE TINGKT KBUPTEN/KOT 14 TIM OIMPIDE FISIK INDONESI 15 Bidang Fisika Waktu : 18 enit KEMENTRIN PENDIDIKN DN KEBUDYN DIREKTORT JENDER PENDIDIKN DSR DN MENENGH DIREKTORT PEMBINN SEKOH MENENGH

Lebih terperinci

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi]

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi] [orsi] VIII. OSI 8.1. Definisi orsi orsi adah suatu peuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopelkopel (couples) yang enghasilkan perputaran terhadap subu longitudinnya. Kopel-kopel yang enghasilkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04 50 Lapiran 1 - Prosedur peodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol sipangan antar tingkat enggunakan progra ETABS V9.04 Pada sub bab ini, analisis struktur akan dihitung serta ditunjukan dengan prosedur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

Alternatif jawaban soal uraian

Alternatif jawaban soal uraian Lapiran Alternatif jawaan soal uraian. Lukislah garis ang elalui pangkal koordinat O(0,0) dan epunai gradien erikut ini! a. -. ) Noor poin a a) Alternatif pertaa langkah pengerjaan pertaa Persaaan garis

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum DINAIKA LINEAR Teori Singkat Huku-huku Newton tentang Gerak. Huku Newton Benda yang dia atau berada dala gerak dengan keceatan konstan akan terus berada dala keadaan geraknya kecuali ada gaya yang bekerja

Lebih terperinci

ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS PENAMBAHAN MUATAN PETI KEMAS PADA KAPAL K.M. CARAKA JAYA NIAGA 3 TAHAP III

ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS PENAMBAHAN MUATAN PETI KEMAS PADA KAPAL K.M. CARAKA JAYA NIAGA 3 TAHAP III ASPEK TEKNIS DAN EKONOMIS PENAMBAHAN MUATAN PETI KEMAS PADA KAPAL K.M. CARAKA JAYA NIAGA 3 TAHAP III Sulaian ABSTRAK Pada 15 tahun terakhir ini peerintah telah engebangkan siste transportasi laut secara

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama:

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama: 1.79. Sebuah bola baja berassa = 50 g jatuh dari ketinggian h = 1,0 pada perukaan horisontal sebuah papan tebal. Tentukan oentu total yang diberikan bola pada papan setelah terpental beberapa kali, bila

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Seinar Nasional - IX Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Kapus ITENAS - Bandung, 9-10 Noveber 2010 PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Tito Shantika dan Encu Saefudin Jurusan esin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN AJARAN 2004/2005 MATEMATIKA IPA (P16) D10 UTAMA 24 AGUSTUS 2005

UJIAN NASIONAL TAHUN AJARAN 2004/2005 MATEMATIKA IPA (P16) D10 UTAMA 24 AGUSTUS 2005 UJIAN NASIONAL TAHUN AJARAN 004/00 MATEMATIKA IPA (P6) D0 UTAMA 4 AGUSTUS 00. Kawat sepanjang eter digunakan seluruhnya untuk ebuat kerangka seperti tapak pada gabar. (AB = B = A). Jika panjang batang

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /3/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik usat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik usat assa benda koosit.

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC 1. Gerak benda di antara tubukan erupakan erak parabola. Sebut posisi ula-ula benda adalah titik A, posisi terjadinya tubukan pertaa kali adalah titik B, posisi terjadi tubukan kedua kalinya adalah titik

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 02

Xpedia Fisika. Mekanika 02 Xpedia Fisika Mekanika 02 Doc. Nae: XPFIS0102 Version: 2012-07 halaan 1 01. Gaya yan dibutuhkan untuk enerakan bola hoki berassa 0,1 k konstan pada kecepatan 5 /s di atas perukaan licin adalah... (A) Nol

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMNGN END EGR (Soal abahan Persiapan Ujian Perbaikan) 1. n enyusun 5 buah batang ebentuk huruf R seperti pada gabar. entukanlah Koordinat titik berat tersebut! 2. Ru enyusun 4 buah batang ebentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012 Perteuan ke-3 Persaaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 7 Septeber 01 Analisa Terapan Terapan:: Metode Nuerik Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Bisection Dasar Teorea: Suatu persaaan ()0, diana

Lebih terperinci

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan.

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan. BAB V FONASI RAKIT I. PENAHULUAN Fondasi rakit erupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit elebar keseluruh bagian dasar bangunan. Fondasi rakit digunakan jika lapis tanah eiliki kapasitas dukung

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS () A. Perhitungan Dasar A.1. Panjang Garis Muat ( LWL ) A.2. A.3. A.4. LWL = Lpp + 2 % Lpp = 36.07 + ( 0.02 x 36.07 ) = 36.79 m Panjang Displacement untuk kapal Baling

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 9,5 + % x 9,5 5, m A.. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp ),5 x (5, +

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) C.. PERHITUNGAN DASAR A. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 5.54 + % x 5.54 7.65 m B. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS BAB II A. PERHITUNGAN DASAR A.1. Panjang Garis Muat ( LWL ) LWL = Lpp + 2 % Lpp = 78,80 + ( 2%x 78,80 ) = 80,376 m A.2. Panjang Displacement untuk kapal Baling baling Tunggal (L displ) L displ = ½ (LWL

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L.

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L. PEMBAHASAN PROBEM SET FISIKA SUPERINTENSIF 07 D 4 E keepatan perpindaha n s AB = 5 k v salan = 54 k/ja v uar = 36 k/ja Jika keepatan - sebuah benda saa dengan nol, aka perpindahan benda saa dengan nol.

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + 2 % x Lpp Lwl 3,00 + 2 % x 3,00 Lwl 5,26 m A.2. Panjang Displacement (L.Displ) L Displ 0,5

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) MT LINUS 90 BRT LINES PLAN BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ). PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 07,0 + % x 07,0 09, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 99,5 +,98, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x (Lwl + Lpp),5 x (, + 99,5),5

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + ( % x Lpp) 6, + ( % x,6) 8,8 m A.. Panjang Displacement (L Displ) untuk kapal berbaling-baling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + 2 % x Lpp Lwl 6, + 2 % x 6, Lwl 8,42 m A.2. Panjang Displacement (L.Displ) L Displ 0,5 x (Lwl

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Umum Peluncuran ( Launching ) adalah suatu tahapan dari proses pembangunan kapal yang secara potensial berbahaya (penuh resiko) sehingga harus direncanakan dan dilaksanakan

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK

BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK BUKU 3 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Buku 3 ini erupakan seri buku pedoan yang disusun dala rangka Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 (VIMK13) Buku ini euat pedoan bagi

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKAPALAN FLOODABLE LENGTH C ??????? ??????? ???????? KAMAR MESIN

KONSEP DASAR PERKAPALAN FLOODABLE LENGTH C ??????? ??????? ???????? KAMAR MESIN KONSEP DASAR PERKAPALAN FLOODABLE LENGTH C.20.03?????????????????????? KAMAR MESIN AP FP BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN

Lebih terperinci

Diketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK

Diketik ulang oleh : Copyright  Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass LAMPIRAN 60 Lapiran 1. Ranangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass 61 Lapiran 1. (lanjutan) 62 Lapiran 2. Ranangan Pintu Air dari Bahan Beton Serat 63 Lapiran 2. (lanjutan) 64 Lapiran 3. Perhitungan Modulus

Lebih terperinci

LAMPIRAN B PERHITUNGAN

LAMPIRAN B PERHITUNGAN LAMPIRAN B PERHITUNGAN 1. Perhitungan Design Mol biogas = Target biogass / B capuran = 75 kg / 24,448 ol = 3,067 kol = 3.067 a. Menghitung biogas yang dihasilkan secara teoritis. Target biogas = 75 kg

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaan i iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas dan Peeriksa 2 13 Pengawasan 2 14 Peeriksaan 3 II PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR VIMK14-L2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK Bentuk tegangan dan arus bolak balik Bentuk tegangan dan arus bolak balik Ruus dan Keterangannya ; v v : tegangan sesaat (volt) : tegangan

Lebih terperinci

MOMENTUM SUDUT DAN ROTASI BENDA TEGAR

MOMENTUM SUDUT DAN ROTASI BENDA TEGAR BAB 7 Drs. Pristiadi Utoo, M.Pd. MOMENTUM SUDUT DAN ROTASI BENDA TEGAR STANDAR KOMPETENSI : Menerapkan konsep dan prinsip ekanika klasik siste kontinu dala enyelesaikan asalah. KOMPETENSI DASAR Setelah

Lebih terperinci

f(-1) = = -7 f (4) = = 3 Dari ketiga fungsi yang didapat ternyata yang terkecil -7 dan terbesar 11. Rf = {y -7 y 11, y R}

f(-1) = = -7 f (4) = = 3 Dari ketiga fungsi yang didapat ternyata yang terkecil -7 dan terbesar 11. Rf = {y -7 y 11, y R} 1. Persamaan (m - 1)x 2-8x - 8m = 0 mempunyai akar-akar real, maka nilai m adalah... -2 m -1-2 m 1-1 m 2 Kunci : C D 0 b 2-4ac 0 (-8)² - 4(m - 1) 8m 0 64-32m² + 32m 0 m² - m - 2 0 (m - 2)(m + 1) 0 m -1

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS PENENTUAN SPESIFIKASI KANTUNG UDARA (AIRBAG) SEBAGAI SARANA UNTUK PELUNCURAN TONGKANG

ANALISA TEKNIS PENENTUAN SPESIFIKASI KANTUNG UDARA (AIRBAG) SEBAGAI SARANA UNTUK PELUNCURAN TONGKANG ANALISA TEKNIS PENENTUAN SPESIFIKASI KANTUNG UDARA (AIRBAG) SEBAGAI SARANA UNTUK PELUNCURAN TONGKANG Alex Prastyawan*, Ir Heri Supomo, M.Sc** *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan **Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol HUKUM I NEWTON Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol ΣF = 0 maka benda tersebut : - Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau - Jika dalam keadaan bergerak lurus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Gambar solusi 28

Gambar solusi 28 Gambar solusi 27 Gambar solusi 28 Gambar solusi 29 Gambar solusi 30 Gambar solusi 31 Gambar solusi 32a Gambar solusi 32b Gambar solusi 32c Gambar solusi 40 Gambar soal no 27 Gambar soal no 28 Gambar soal

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci